DIREKTORAT PENDIDIKAN
Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga
Kampus C Mulyorejo Surabaya
page 1 / 4
UNIVERSITAS AIRLANGGA
DIREKTORAT PENDIDIKAN
Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga
Kampus C Mulyorejo Surabaya
EDITORIAL BOARD
Susunan Dewan Redaksi
Pengarah/ Advisor Seger Handoyo Ilham Nur Alfian Samian Endah Mastuti Mitra Bestari/ Reviewers
Fendy Suhariadi (UNAIR) MMW. Tairas (UNAIR) Suryanto (UNAIR) Pimpinan Redaksi/ Chief Editor
Herison P. Purba Redaksi Pelaksana/ Managing Editor Ike Herdiana Hamidah Cholichul Hadi Dewi
Retno Suminar Alamat Redaksi Departemen Psikologi Kepribadian dan Sosial Fakultas Psikologi
Universitas Airlangga Jl. Airlangga 4-6, Surabaya 60286 Telp. + 6231-5032770/ Faks.
+6231-5025910 email: redaksipkkm@gmail.com
page 2 / 4
UNIVERSITAS AIRLANGGA
DIREKTORAT PENDIDIKAN
Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga
Kampus C Mulyorejo Surabaya
Table of Contents
No Title Page
2 Pengaruh Sikap, Norma Subyektif, dan PBC Mahasiswa terhadap Intensi Plagiat 107 -
dalam Tugas Akademik 112
3 Dinamika Psychological Wellbeing pada Remaja yang Mengalami 113 -
Perceraian Orangtua Ditinjau dari Family Conflict yang Dialami 120
page 3 / 4
UNIVERSITAS AIRLANGGA
DIREKTORAT PENDIDIKAN
Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga
Kampus C Mulyorejo Surabaya
Dinamika Psychological Wellbeing pada Remaja yang Mengalami Perceraian Orangtua Ditinjau dari
Family Conflict yang Dialami
Dinamika Psychological Wellbeing pada Remaja yang Mengalami Perceraian Orangtua Ditinjau dari
Family Conflict yang Dialami
Author :
Aryani Tri Wrastari | aryani.wrastari@psikologi.unair.ac.id
Fakultas Psikologi
Kartika Ayu Primasti | kartikaprimasti@gmail.com
Fakultas Psikologi
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk melihat dinamika psychological wellbeing pada remaja yang
mengalami perceraian orangtua ditinjau dari family conflict yang dialami. Penelitian ini juga
diperjelas dengan pertanyaan apakah perceraian mengakhiri family conflict atau tidak mengakhiri
family conflict pada remaja dan bagaimana akhirnya mempengaruhi psychological wellbeing remaja.
Family conflict ini didasari oleh dua macam bentuk konflik yaitu marital conflict dan konflik orangtua
remaja. Agar dapat memfokuskan penelitian ini penulis menggunakan batasa masalah, seperti
menggunakan subjek remaja yang mengalami perceraian orangtua. Penelitian ini menggunakan
metode kualitatif dengan tipe penelitian studi kasus. Penelitian ini melibatkan empat orang
partisipan yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu, yaitu mengalami perceraian orangtua dan
berusia remaja dan empat orang significant others. Teknik penggalian data ini menggunakan
wawancara dengan pertemuan sebanyak dua kali masing-masing partisipan dan satu pertemuan
untuk masing-masing significant others. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis tematik dengan pendekatan theory driven. Hasil penelitiain ini menunjukkan bahwa
perceraian tidak mengakhiri family conflict. Pada keempat partisipan, family conflict tetap ada
meskipun orangtua partisipan bercerai. Meskipun partisipan tetap mengalami family conflict, ketiga
partisipan dapat mencapai psychological well being yang tinggi meskipun dengan cirri-ciri berbeda
tiap dimensinya satu sama lain. Sedangkan satu partisipan yang lain, family conflict yang ada
mengakibatkan psychological wellbeing yang rendah pada dirinya. Faktor-faktor yang dapat
meningkatkan psychological wellbeing partisipan antara lain, peer support, kebutuhan akan cinta
dan kematangan menuju dewasan
Daftar Pustaka :
1. Aminah, (2012). Proses Penerimaan Anak (Remaja Akhir) terhadap Perceraian Orangtua dan
Konsekuensi Psikosial yang Menyertainya. 1.(3) : Jurnal Imiah Psikologi Candrajiwa
journal.unair.ac.id/filerPDF/jpksc1e8f5e568full.pdf
page 4 / 4
Abstract.
This research aims to look at the dynamics of psychological wellbeing in adolescents who have
experienced parental divorce in terms of family conflict. The study also made clear with the question
of whether a divorce ends the family conflict or did not end the family conflict in adolescents and
how to ultimately affect the psychological wellbeing of youth. Family conflict is based on two kinds
of forms of conflict that is involving marital conflict and the conflict of adolescent’s parents. In order
to focus the study authors use limitation problem, such as using the subject of adolescent who have
experienced parental divorce. This study uses qualitative methods with a case studies research. This
research involves four participants were selected based on certain criteria, namely through a divorce
parent and adolescents and four significant others.This data mining techniques using interviews
with meetings twice each participant and one meeting to their respective significant others.
Analysis techniques used in this research is the analysis of the thematic approach to driven theory.
This research results showed that divorce did not end the family conflict. The fourth participant,
family conflict persists despite participants ‘ parents are divorced. Although the participants still
had a third conflict, family participants can achieve the psychological well being of high although
with different characteristics each dimensions to each other. While one participant to the other,
family conflict that is resulting in psychological wellbeing are low on him. Factors that can enhance
psychological wellbeing participants are, for example, peer support, the need for love and maturity
towards adulthood.
Abstrak.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat dinamika psychological wellbeing pada remaja yang
mengalami perceraian orangtua ditinjau dari family conflict yang dialami. Penelitian ini juga
diperjelas dengan pertanyaan apakah perceraian mengakhiri family conflict atau tidak mengakhiri
family conflict pada remaja dan bagaimana akhirnya mempengaruhi psychological wellbeing
remaja. Family conflict ini didasari oleh dua macam bentuk konflik yaitu marital conflict dan
konflik orangtua remaja. Agar dapat memfokuskan penelitian ini penulis menggunakan batasan
Korespondensi :
Kartika Ayu Primasti, email : kartikaprimasti@gmail.com
Aryani Tri Wrastari, em-ail : aryani.wrastari@psikologi.unair.ac.id
Fakultas Psikologi. Universitas Airlangga, Jalan Airlangga 4-6, Surabaya - 60286
Dinamika Psychological Wellbeing pada Remaja yang Mengalami Perceraian Orangtua Ditinjau dari Familiy Conflict yang DIalami
masalah, seperti menggunakan subjek remaja yang mengalami perceraian orangtua. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dengan tipe penelitian studi kasus. Penelitian ini melibatkan empat
orang partisipan yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu, yaitu mengalami perceraian orangtua
dan berusia remaja dan empat orang significant others. Teknik penggalian data ini menggunakan
wawancara dengan pertemuan sebanyak dua kali masing-masing partisipan dan satu pertemuan
untuk masing-masing significant others. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis tematik dengan pendekatan theory driven. Hasil penelitiain ini menunjukkan
bahwa perceraian tidak mengakhiri family conflict. Pada keempat partisipan, family conflict tetap
ada meskipun orangtua partisipan bercerai. Meskipun partisipan tetap mengalami family conflict,
ketiga partisipan dapat mencapai psychological well being yang tinggi meskipun dengan cirri-ciri
berbeda tiap dimensinya satu sama lain. Sedangkan satu partisipan yang lain, family conflict yang
ada mengakibatkan psychological wellbeing yang rendah pada dirinya. Faktor-faktor yang dapat
meningkatkan psychological wellbeing partisipan antara lain, peer support, kebutuhan akan cinta
dan kematangan menuju dewasa.
dialami oleh remaja akan mengakibatkan perasaan akan berujung pada psychological wellbeing yang
tidak nyaman, rendahnya self esteem, dan beberapa buruk (Emery, 1982 dalam Mechanic & Hensell,
karakteristik yang serupa yang akhirnya berujung 1989). Dari fakta-fakta yang dipaparkan diatas
pada psychological wellbeing yang rendah. Efek yang dapat disimpulkan bahwa perceraian adalah suatu
dialami remaja tersebut nantinya akan berlanjut paradoks bagi psychological wellbeing remaja.
hingga dewasa. Menurut Woofolk (2008, dalam Disatu sisi perceraian menyebabkan rendahnya
Aminah, 2012) bagaimanapun juga perceraian psychological wellbeing remaja sementara disisi lain
adalah sesuatu yang tidak mudah bagi remaja hal ini justru dianggap sebagai solusi menghindari
sehingga dibutuhkan proses atau tahapan yang konflik yang mengakibatkan tingginya psychological
membantu remaja mencapai tahap penerimaan well being remaja.
diri terhadap keputusan orangtua untuk bercerai.
Remaja yang mengalami perceraian orangtua Konsep Perceraian
cenderung tidak memiliki kepuasan dalam hidup, Perceraian dapat diartikan sebagai
lemahnya self control, dan tidak ada kebahagiaan pecahnya suatu unit keluarga atau retaknya struktur
(Amato & Sobolowski, 2001). Beberapa hal tersebut peran sosial saat satu atau beberapa anggota
yang nantinya akan mempengaruhi tiap dimensi keluarga tidak dapat menjalankan kewajiban peran
yang berada pada psychological wellbeing. secukupnya. Salah satu contoh macam utama
Namun demikian penelitian lain dari kekacauan keluarga adalah perceraian dimana
Mechanic & Hansel (1989) pada remaja yang terputusnya keluarga disini karena salah satu atau
mengalami orang tua bercerai mengungkakan hasil kedua pasangan tersebut memutuskan untuk
yang sedikit berbeda terkait dengan perceraian dan saling meninggalkan saat berhenti melaksanakan
well being. Menurut Mechanic & Hansel, perceraian kewajiban perannya (Goode, 2004). Perceraian
bukanlah aspek tunggal yang menyebabkan (divorce) merupakan suatu peristiwa perpisahan
rendahnya psychological well being remaja, karena secara resmi antara pasangan suami-istri dan
ada faktor lain yang terkait, yaitu family conflict. mereka berketetapan untuk tidak menjalankan
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Glenn & tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Perceraian
Krammer (1985) yang menyatakan bahwa keluarga berasal dari kata kerja “cerai” yang dapat diartikan
yang tidak bercerai tapi memiliki banyak konflik “berpisah” dan dikenal juga dengan istilah “broken
memiliki psychlogical well being yang lebih rendah home”. Perceraian adalah berakhirnya sebuah ikatan
daripada keluarga yang bercerai tapi tidak memiliki pernikahan yang diakui secara hukum. Mereka
konflik. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tidak lagi hidup dan tinggal serumah bersama,
efek family conflict itu sendiri lebih membahayakan karena tidak ada ikatan yang resmi.
dari perceraian (Mechanic & Hensell, 1989).
Dari segi family conflict, perceraian adalah Konsep Family Conflict
jalan keluar untuk mengakhiri konflik keluarga Konflik merupakan kondisi terjadinya
dimana hal itu dapat meningkatkan psychological ketidakcocokan antar nilai atau tujuan-tujuan
wellbeing remaja. Mengapa? karena perceraian yang hendak dicapai, baik yang ada dalam individu
adalah jalan untuk mengakhiri tekanan batin maupun dalam hubungannya dengan orang lain
yang dihadapi oleh remaja semasa keluarganya (Killman & Thomas, dalam Lestari, 2012). Konflik
berkonflik. Perceraian dianggap salah satu solusi sering kali dipandang sebagai perselisihan yang
bagi remaja untuk menghilangkan efek negatif yang bersifat permusuhan dan membuat hubungan tidak
ada di hidupnya semasa orang tuanya berkonflik berfungsi dengan baik. Thomas (1992, dalam Lestari
sehingga remaja dapat hidup dengan tenang dan 2012) mendefinisikan konflik sebagai proses yang
dapat menjalankan kegiatan sehari-harinya dengan bermula saat salah satu pihak menganggap pihak
baik. Perceraian yang diakibatkan oleh banyaknya lain menggagalkan atau berupaya meninggalkan
family conflict dan ketidakharmonisan keluarga kepentingannya. Adapun McCollum (2009, dalam
juga menimbulkan depresi bagi anak yang nantinya Lestari 2012) mendefinisikan konflik sebagai
penelitian kualitatif. Pendekatan yang digunakan dengan topik yang diteliti dan bermaksud
kemudian dalam penelitian ini adalah pendekatan melakukan eksplorasi terhadap isu tersebut, suatu
kualitatif deskriptif dengan tipe penelitian hal yang tidak dapat dilakukan melalui pendekatan
studi kasus instrumental. Studi kasus dalam lain (Banister, dkk., 1994, dalam Poerwandari,
penelitian ini adalah studi kasus instrumental, 2011). Dalam penelitian ini penulis menggunakan
yaitu penelitian pada suatu kasus unik tertentu, pendekatan wawancara dengan pedoman
dilakukan untuk memahami isu dengan lebih baik, umum (Patton, 1990, dalam Poerwandari, 2011)
juga untuk mengembangkan dan memperhalus karena wawancara ini dilengkapi pedoman yang
teori (Poerwandari, 2011). Alasan dipilihnya studi mencantumkan isu-isu yang harus diliput tanpa
kasus instrumental dikarenakan penelitian ini akan menentukan urutan pertanyaan bahkan mungkin
mengkaji konsep psychological wellbeing dalam tanpa bentuk pertanyaan eksplisit. Penelitian ini
kerangka teori Ryff di konteks perceraian ditinjau menggunakan bentuk wawancara terfokus yakni
dari family conflict yang dialami. wawancara yang mengarahkan pembicaraan pada
Subjek penelitian diambil dengan kriteria hal-hal atau aspek-aspek tertentu dari kehidupan
tertentu, dimana peneliti akan mempelajari atau pengalaman subjek (Poerwandari, 2011).
semua kasus yang memenuhi kriteria yang telah Penelitian ini menggunakan pendekatan
ditentukan (Poerwandari, 2011). Kriteria subjek theory driven dimana pengembangan tema dan
dalam penelitian ini adalah remaja yang telah kode yang digunakan dalam penelitian mengacu
mengalami perceraian orangtua. Remaja disini pada teori psychological wellbeing dari Ryff. Untuk
adalah remaja yang berumur 12 hingga 21 tahun kredibilitas data, Penelitian ini menggunakan
(Monks, 2006) dan tidak ada batasan gender. jenis triangulasi data yaitu triangulasi yang
Teknik penggalian data yang digunakan pada digunakan berupa variasi sumber-sumber data
penelitian ini adalah wawancara. Wawancara yang berbeda (Patton, 1990, dalam Poerwandari,
adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan 2011) berupa wawancara dengan significant others.
untuk mencapai tujuan tertentu. Wawancara Hal ini disebabkan karena hasil wawancara dengan
kualitatif dilakukan bila peneliti bermaksud untuk significant others akan menambah kejelasan data
memperoleh pengetahuan tentang makna-makna psychological wellbeing dan data family conflict
subjektif yang dipahami individu berkenaan pada remaja yang mengalami perceraian orangtua.
PWB TINGGI
Menambah Teori
Family Conflict Perkembangan
Perceraian Remaja :
1. Identitas Diri
2. Peer Support
TEORI
PWBRYFF
RENDAH 3. Kebutuhan akan
Cinta
Marital Orangtua-
Conflict Remaja
PUSTAKA ACUAN
Amato, Paul R., Sobolewski & Juliana, M. (2001). The Effects of Divorce and Marital Discord on Adult
Children’s Psychological Well Being. American Sociological Review; Vol 66 (December: 900-921).
Aminah. (2012). Proses Penerimaan Anak (Remaja Akhir) terhadap Perceraian Orangtua dan Konsekuensi
Psikosial yang Menyertainya. Jurnal Imiah Psikologi Candrajiwa Volume 1, No. 3.
Antara. (2012). Angka Perceraian Pasangan Indonesia Naik Drastis 70%. Republika [on-line].Diakses p a d a
tangan 20 Januari 2012 dari http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/01/24/lya2yg-
angka-perceraian-pasangan-indonesia-naik-drastis-70-persen.
Badan Pusat Statistik. (2010). Provinsi Jawa Timur dalam angka 2010. Surabaya: Badan Pusat Statistik Provinsi
Jawa Timur.
Badan Pusat Statistik. (2013). Surabaya dalam angka 2013. Surabaya: Badan Pusat Statistik Kota Surabaya.
Boyatzis, R. E. (1998). Transforming Qualitative Information: Thematic Analysis and Code Development.
California: Sage.
Canary, D. (2013). Family Conflict: Managing The Unexpected. Cambridge: Polity Press.
Cripps, K. & Zyromski, B. (2009). Adolescents’ psychological well-being and perceived parental involvement:
implications for parental involvement in middle schools. RMLE Online, 33(4)
Demo, David H., and Alan C. Acock. (1996). Family structure, family process, and adolescent well-being.
Journal of Research on Adolescence, 6, 457-488.
Dewi & Utami. (2006). Subjective Wellbeing Anak dari Orangtua yang Bercerai. Jurnal Psikologi Volume 35,
No.2, 194-212.
Fereday, J., & Muir-Cochrane, E. (2006). Demonstrating rigor using thematic analysis: a hybrid approach
of inductive and deductive coding and theme development. International Journal of Qualitative