Anda di halaman 1dari 21

Septina, Model CTL, Motivasi Belajar PKN

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND


LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PKN SISWA
KELAS VI SDN 42 DURI BARAT KECAMATAN MANDAU
KABUPATEN BENGKALIS

Septina Katrin, S.Pd


Guru SD N 42 Duri Kecamtan Mandau

ABSTRAK

Penggunaan model pembelajaran contextual teaching and learning untuk meningkatkan


motivasi belajar PKn Siswa Kelas VI SDN 42 Duri Barat Kecamatan Mandau Kabupaten
Bengkalis. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar PKn siswa kelas VI
di SDN 42 Duri Barat Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui penggunaan model pembelajaran contextual teaching and learning
untuk meningkatkan motivasi belajar PKn siswa kelas VI SDN 42 Duri Barat Kecamatan
Mandau Kabupaten Bengkalis. Penelitian ini dilaksanakan di kelas VI SD Negri 035
Penyesawan Kecamatan Kampar. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan, mulai dari bulan
maret 2012 hingga bulan April 2012. Bentuk penelitian adalah penelitian tindakan kelas.
Instrumen penelitian ini terdiri dari instrumen perangkat pembelajaran dan instrumen
pengumpulan data berupa lembar observasi motivasi belajar siswa. Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan, maka ditemukan beberapa hal yaitu melalui perbaikan
proses pelaksanaan model contextual teaching and learning pada Siklus I hanya mencapai
skor pada Siklus I hanya mencapai skor 89 yaitu dalam kriteria rendah, dengan rata-rata
motivasi belajar siswa untuk tiap indikator (6 indikator) motivasi belajar hanya sebesar
49.4%. Sedangkan hasil pengamatan motivasi belajar pada siklus II mencapai skor 142
(dalam kriteria sangat tinggi), dengan rata-rata motivasi belajar siswa untuk indikator
motivasi belajar (6 indikator) sebesar 78.9%. Dari data ini membuktikan bahwa hipotesis
peneliti yang berbunyi ”Penggunaan model model Contextual Teaching and Learning
(CTL) dapat meningkatkan motivasi belajar PKn siswa Kelas VI SD Negeri 035
Penyesawan “diterima”. Artinya dengan penerapan model Contextual Teaching and
Learning (CTL) secara benar dapat meningkatkan meningkatkan motivasi belajar PKn
siswa kelas VI SDN 42 Duri Barat Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis.

Kata kunci: Model pembelajaran contextual teaching and learning, motivasi belajar

JURNAL PPKn & HUKUM_________________________Vol.10, No.1 April 2015 89


Septina, Model CTL, Motivasi Belajar PKN

I. PENDAHULUAN tanah air dan bersendikan kebudayaan

Pendidikan ditujukan untuk bangsa, wawasan nusantara, serta

meningkatkan kualitas sumber daya ketahanan nasional pada diri siswa.

manusia, sebagaimana dirumuskan dalam Kualitas warga negara akan ditentukan

Tujuan Pendidikan Nasional dalam  terutama oleh keyakinan dan sikap hidup

Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

Tahun 2003, bahwa Pendidikan Nasional di samping derajat penguasaan ilmu

berfungsi mengembangkan kemampuan pengetahuan dan teknologi yang

dan membentuk watak serta peradaban dipelajarinya.

bangsa yang bermartabat dalam rangka Dalam suatu pembelajaran,

mencerdaskan kehidupan bangsa, pendekatan memang bukan segala-

bertujuan untuk berkembangnya potensi galanya. Masih banyak faktor lain yang

peserta didik agar menjadi manusia yang ikut menentukan keberhasilan suatu

beriman dan bertakwa kepada Tuhan pembelajaran. Faktor-faktor tersebut

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, antara lain kurikulum, program

berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan pengaajaran, kualitas guru, materi

menjadi warga Negara yang demokratis pembelajaran, strategi pembelajaran,

serta bertanggung jawab. sumber belajar dan tehnik/bentuk

Tujuan utama Pendidikan penilaian. Ini berarti pendekatan hanyalah

Kewarganegaraan adalah untuk salah satu faktor dari sekian banyak

menumbuhkan wawasan dan kesadaran faktor yang perlu mendapatkan perhatian

bernegara, sikap serta prilaku yang cinata dalam keseluruhan pengelolaan

JURNAL PPKn & HUKUM_________________________Vol.10, No.1 April 2015 90


Septina, Model CTL, Motivasi Belajar PKN

pembelajaran. Walaupun demikian, menggunakan metode pembelajaran. Hal

penetapan pendekatan tertentu dalam hal ini terlihat bahwa guru cenderung

ini pendekatan kontekstual, dalam suatu menggunakan metode-metode klasik

pembelajaran dirasa penting karena dua seperti ceramah dan tanya jawab,

hal. Pertama, penentuan isi program, sehingga kurang menggaraihkan siswa

materi pembelajaran, strategi dalam belajar dan tentunya akan

pembelajaran, sumber belajar dan tehnik berakibat pada rendahnya hasil belajar

penilaian harus dijiwai oleh pendekatan siswa. Metode diskusi meupakan salah

yang dipilih. Kedua, salah satu acuan satu bentuk metode pembelajaran yang

untuk menetukan keseluruhan tahapan mengikutsertakan setiap siswa dalam

pengelolaan pembelajaran adalah bertukar pendapat atau pikiran, sehingga

pendekatan yang dipilih. ide-ide atau gagasan siswa dapat

Sebagaimana dikemukakan oleh tersalurkan

Surya (2002:7.25) bahwa guru Berdasarkan hasil pengamatan di

memegang peranan yang amat penting SDN 42 Duri Barat Kecamatan Mandau

dan strategis dalam proses pembelajaran, Kabupaten Bengkalis ditemui gejala-

maka seorang guru harus kreatif dalam gejala atau fenomena khususnya pada

menemukan hal-hal baru untuk mencapai pelajaran PKn sebagai berikut: 1)

hasil pembelajaran yang optimal. Mayoritas anak (60%) dari 30 orang

Dalam pembelajaran di kelas, siswa kurang memperhatikan pelajaran

guru sebagai ujung tombak keberhasilan ketika guru menerangkan di depan kelas,

proses belajar mengajar terkadang kurang 2) Jika dilakukan tanya jawab saat proses

mempunyai kreativitas dalam belajar mengajar, lebih dari 65 % dari

JURNAL PPKn & HUKUM_________________________Vol.10, No.1 April 2015 91


Septina, Model CTL, Motivasi Belajar PKN

seluruh siswa belum ikut berpartisipasi Kontruktivisme Untuk Meningkatkan

dalam tanya jawab tersebut, 3) Anak Motivasi Belajar PKn Siswa Kelas VI

kurang aktif dalam mata pelajaran yang SDN 42 Duri Barat Kecamatan Mandau

disajikan, hal ini terlihat dari kegiatan Kabupaten Bengkalis”.

anak yang cenderung hanya diam Kunandar (2007:271)

mendengarkan guru berceramah. mengungkapkan bahwa pendekatan

Dari fenomena-fenomena atau kontekstual (CTL) merupakan konsep

gejala-gejala tersebut di atas, terlihat belajar yang berangapan bahwa anak

bahwa pembelajaran yang dilaksanakan akan belajar lebih baik jika lingkungan

oleh guru khususnya pada bidang studi diciptakan secara alamiah, artinya belajar

PKn kurang menarik perhatian siswa dan akan lebih bermakna jika anak ”bekerja”

terkesan membosankan. Anak kurang dan ”mengalami” sendiri apa yang

aktif dalam mata pelajaran yang dipelajarinya bukan sekedar

disajikan, hal ini terlihat dari kegiatan ”mengetahuinya”. Pembelajaran tidak

anak yang cenderung hanya diam sekedar kegiatan mentransfer

mendengarkan guru berceramah dan pengetahuan dari guru kepada siswa,

kurang kemampuan anak dalam tetapi bagaimana siswa mampu

mengajukan pendapat atau pertanyaan memaknai apa yang dipelajari itu. Oleh

pada guru. Oleh sebab itu peneliti tertarik karena itu strategi pembelajaran lebih

ingin melakukan suatu penelitian utama daripada hasil. Dalam hal ini siswa

tindakan sebagai upaya dalam melakukan perlu mengerti apa makna belajar, apa

perbaikan terhadap pembelajaran dengan manfaatnya, dalam status apa mereka,

judul ”Penggunaan Pendekatan dan bagaimana mencapainya. Mereka

JURNAL PPKn & HUKUM_________________________Vol.10, No.1 April 2015 92


Septina, Model CTL, Motivasi Belajar PKN

menyadarai bahwa apa yang dipelajari kurikulum 2004. CTL merupakan konsep

akanberguna bagi hidupnya kelak. pembelajaran yang menekankan pada

Dengan demikian, mereka akan belajar keterkaitan antara materi pembelajaran

lebih semangat dan penuh kesadaran. dengan dunia kehidupan peserta didik

Hal senada juga diungkapkan secara nyata, sehingga para peserta didik

oleh Johnson (dalam mampu menghubungkan dan menerapkan

Kunandar,2007:273) bahwa kompetensi hasil belajar dalam kehidupan

pembelajaran kontekstual adalah suatu sehari-hari. Melalui proses penerapan

proses pendidikan yang bertujuan kompetensi dalam kehidupan sehari-hari,

membantu siswa melihat makna dalam peserta didik akan merasakan pentingnya

bahan pelajaran yang mereka pelajari belajar, dan mereka akan memperoleh

dengan cara menghubungkannya dengan makna yang mendalam terhadap apa yang

konteks kehidupan mereka sehari-hari, dipelajarinya.

yaitu dengan konteks lingkungan Menurut Masnur Muslich

pribadinya, sosialnya dan budayanya. (2007:40) mengemukakan bahwa

Hal senada dikemukakan oleh kesadaran perlunya pendekatan

Mulyasa (2007:102) pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran

kontekstual (Contextual Teaching and didasarkan adanya kenyataan bahwa

Learning) atau yang sering disingkat sebagian besar siswa tidak mampu

dengan CTL merupakan salah satu model menghubungkan antara apa yang mereka

pembelajaran berbasis kompetensi yang pelajari dengan bagaimana

dapat digunakan untuk mengefektifkan pemanfaatannya dalam kehidupan nyata.

dab menyukseskan implementasi Hal ini dikarenakan pemahaman konsep

JURNAL PPKn & HUKUM_________________________Vol.10, No.1 April 2015 93


Septina, Model CTL, Motivasi Belajar PKN

akademik yang mereka peroleh hanyalah dalam menyampaikan kompetensi dasar

merupakan sesuatu yang abstrak, belum “mendeskripsikan nilai-nilai juang dalam

meyentuh kebutuhan praktis kehidupan proses perumusan Pancasila sebagai

mereka, baik dilingkungan kerja maupun Dasar Negara”, guru membantu

di masyarakat. Pembelajaran yang selama menghubungkannya dengan

ini mereka terima hanyalah penonjolan penerapannya dalam kehidupan sehari-

tingkat hafalan dari sekian rentetan topik hari.dengan metode ini diharapkan siswa

atau pokok bahasan, tetapi tidak diikuti dapat memahami apa makna belajar, apa

dengan pemahaman dan pengertian yang manfaatnya, dalam status apa mereka,

mendalam, yang bisa diterapkan ketika dan bagaimana mencapainya. Mereka

mereka berhadapan dengan situasi baru menyadarai bahwa apa yang dipelajari

dalam kehidupannya. akan berguna bagi hidupnya kelak.

Dengan demikian, mereka akan belajar


Dari pengertian diatas dapat
lebih semangat dan penuh kesadaran.
disimpulkan bahwa pembelajaran

kontekstual (Contextual Teaching and Kunandar (2007:283)

Learning atau CTL) adalah konsep mengemukakan ada tujuh komponen

belajar yang membantu guru utama pembelajaran yang mendasari

menghubungkan antara materi pelajaran penerapan pembelajaran kontekstual di

yang diajarkannya dengan situasi dunia kelas yaitu :

nyata siswa dan mendorong siswa a. Kontruktivisme

membuat hubungan antara pengetahuan b. Menemukan (Inkuiri)

yang dimilikinya dengan penerapannya c. Bertanya (Questioning)

dalam kehidupan sehari-hari. Artinya

JURNAL PPKn & HUKUM_________________________Vol.10, No.1 April 2015 94


Septina, Model CTL, Motivasi Belajar PKN

d. Masyarakat belajar (Learning jengkel ataupun pasrah dan ada lagi yang

Community) benar-benar menolak untuk belajar.

e. Pemodelan (Modeling) Terjadinya perbedaan reaksi

f. Refleksi (reflection) ataupun aktivitas dalam belajar seperti

g. Penilaian yang sebenarnya yang digambarkan di atas dapat

(Authentic Assessment) dijelaskan melalui pembahasan tentang

Sondang P Siagian (1995:142) perbedaan motivasi. Sebagaimana

suatu motif adalah keadaan kejiwaan dikemukakan oleh Elida Prayitno

yang mendorong, mengaktifkan atau (1989:8) bahwa motivasi dalam belajar

menggerakkan dan motif itulah yang tidak saja merupakan suatu energi yang

mengarahkan dan menyalurkan perilaku, menggerakkan siswa untuk belajar, tetapi

sikap, dan tindak tanduk seseorang yang juga suatu yang menggerakkan aktivitas

selalu dikaitkan dengan pencapaian siswa kepada tujuan belajar.

tujuan, baik tujuan organisasi maupun Menurut Anderson (dalam Elida

tujuan. Prayitno, 1989:10) mengemukakan

Di dalam kelas akan ditemukan bahwa: Motivasi dalam belajar dapat

adanya reaksi siswa yang berbeda dilihat dari karakterisitik tingkah laku

terhadap tugas dan materi pelajaran yang siswa yang menyangkut minat, ketajaman

diberikan oleh guru. Ada sebagian siswa perhatian, konsentrasi dan ketekunan.

yang langsung tetarik yang menyenagi Siswa yang memiliki motivasi yang

topik-topik pelajaran yang baru yang kita tinggi dalam belajar menampakkan minat

perkenalkan kepadanya, adapula sebagian yang besar da perhatian yang penuh

siswa yang menerima dengan perasaan terhadap tugas-tugas belaja. Mereka

JURNAL PPKn & HUKUM_________________________Vol.10, No.1 April 2015 95


Septina, Model CTL, Motivasi Belajar PKN

memusatkan sebanyak mungkin energi terus menerus. Agar siswa memiliki

fisik maupun psikis terhadap kegiatan, motivasi belajar yang kuat, pada

tanpa mengenal perasaan bosan, apalagi tempatnya diciptakan suasana belajar

menyerah. yang menggembirakan.

Dalam kegiatan belajar, motivasi Dari beberapa pengertian yang

sangat diperlukan, dengan kata lain hasil dikemukakan oleh para ahli di atas

belajar akan menjadi optimal, kalau ada nampaknya ketiga komponen motivasi

motivasi. Karena motivasi dapat yakni kebutuhan, dorongan dan tujuan

berfungsi sebagai pendorong usaha dan tidak dapat dipisah-pisahkan antara satu

pencapaian prestasi. Seseorang dengan yang lainnya. Ketiga komponen

melakukan usaha karena adanya tersebutlah yang menyebabkan seseorang

motivasi. Adanya motivasi yang baik berbuat/bertingkah laku. Dengan

dalam belajar akan menunjukkan hasil demikian motivasi dapat disimpulkan

yang baik. berpendapat bahwa motivasi sebagai faktor pendorong dalam diri

belajar merupakan kekuatan mental yang individu untuk mencapai tujuan yang

mendorong terjadinya proses belajar. dinginkannya. Dorongan dalam dirinya

Motivasi belajar pada diri siswa dapat timbul karena adanya kebutuhan yang

menjadi lemah. Lemahnya motivasi, atau harus dipenuhi. Karena itu itu beberapa

tidak adanya motivasi belajar akan ahli sering menyamakan antara

melemahkan kegiatan belajar. kebutuhan (needs) dan motivasi.

Selanjutnya mutu hasil belajar akan Bila kita cermati kedua pendapat

menjadi rendah, oleh karena itu, motivasi tersebut di atas, maka dapat disimpulkan

belajar pada diri siswa perlu diperkuat bahwa secara garis besar para ahli

JURNAL PPKn & HUKUM_________________________Vol.10, No.1 April 2015 96


Septina, Model CTL, Motivasi Belajar PKN

mengelompokkan motivasi atas dua jenis berfunsi sebagai penggerak, pendorong

saja, yaitu motivasi intrinsik (bersumber dan pengarah perbuatan yang dilakukan

dari dalam diri) dan motivasi ekstrinsik oleh seseorang sebagaimana di

(bersumber dari luar diri individu). kemukakan oleh Oemar Hamalik

Terlihat juga bahwa para ahli (2004:161) bahwa motivasi berfungsi

mengelompokkan motivasi berdasarkan sebagai berikut:

sumber atau asal dorongan yang timbul 1. Mendorong timbulnya kelakukan

untuk mencapai tujuan yang atau suatu perbuatan. Tanpa

diinginkannya. motivasi maka tidak akan timbul

Seperti yang telah diuraikan pada sesuatu perbuatan seperti

bagian sebelumnya, bahwa perbuatan belajar/bekerja.

yang dilakukan oleh manusia pertama 2. Motivasi berfungsi sebagai

sekali ditimbulkan oleh pengarah. Artinya mengarahkan

rangsangan/stimulus yang diterimanya. perbuatan kepencapaian tujuan yang

Contoh yang yang sederhana dapat diinginkan.

digambarkan bahwa seorang bekerja pada 3. Motivasi berfungsi sebagai

suatu perusahaan mangharapkan gaji penggerak. Ia berfungsi sebagai

(imbalan) yang akan diterimanya setiap mesin bagi mobil. Besar kecilnya

awal bulan. Dan ia akan berusaha bekerja motivasi akan menentukan cepat

sebaik-baiknya agar perusahaan tetap atau lambatnya suatu pekerjaan.

mempekerjakannya. Maka imbalan yang Hal senada juga dikemukakan

diterimanya itulah yang menjadi motivasi oleh Sardiman (2004:85) mengenai

ia bekerja. Jadi motivasi pada prinsipnya fungsi daripada motivasi. Hal yang

JURNAL PPKn & HUKUM_________________________Vol.10, No.1 April 2015 97


Septina, Model CTL, Motivasi Belajar PKN

pertama dikemukakannya adalah tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

motivasi mendorong manusia untuk motivasi berfungsi sebagai penggerak,

berbuat, jadi sebagai penggerak atau pengarah dan penyeleksi pebuatan atau

motor yang melepaskan energi. Motivasi tingkah laku yang akan dikerjakan oleh

dalam hal ini sebagai penggerak dari seseorang untuk mencapai tujuan yang

setiap kegiatan yang akan dilakukan. dinginkannya.

Sedangkan hal kedua adalah Motivasi belajar juga sangat

motivasi berfungsi menentukan arah penting diketahui oleh setiap guru.

perbuatan, yakni kearah tujuan yang Pengetahuan dan pemahaman tentang

hendak dicapai. Dengan demikian motivasi belajar pada siswa bermanfaat

motivasi dapat memberikan arah dan bagi guru, manfaat itu sebagai berikut :

kegiatan yang harus dikerjakan sesuai a) Membangkitkan, dan

dengan rumusan tujuannya. memelihara semangat siswa

Sedangkan hal yang terakhir untuk belajar sampai berhasil;

dikemukakan oleh Sardiman bahwa membangkitkan, bila siswa

motivasi berfungsi dalam menyeleksi tidak bersemangat,

perbuatan, yakni kearah tujuan yang meningkatkan, bila semangat

hendak dicapai. Dengan demikian belajarnya timbul tenggelam,

motivasi dapat mencapai tujuan, dengan memelihara, bila semangatnya

menyisihkan perbuatan-perbuatan yang telah kuat untuk mencapai

tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. tujuan belajar.

Bila kita analisa kedua pendapat b) Mengetahui dan memahami

para ahli mengenai fungsi motivasi motivasi belajar siswa di kelas

JURNAL PPKn & HUKUM_________________________Vol.10, No.1 April 2015 98


Septina, Model CTL, Motivasi Belajar PKN

bermacam ragam; ada yang Motivasi belajar adalah faktor

acuh tak acuh, ada yang tak psikis yang bersifat non itelektual, dan

memusatkan perhatian, ada peranannya yang khas, yaitu

yang bermain, ada yang tidak menumbuhkan gairah, merasa senang,

berhasil dan tidak berhasil. dan semangat dalam belajar, yang pada

Dengan bermacam ragamnya gilirannya dapat meningkatkan perolehan

motivasi belajar tersebut, belajar. Sardiman (2004:45). Sehubungan

maka guru dapat dengan penelitian ini, maka untuk

menggunakan bermacam- mengembangkan variabel motivasi

macam strategi belajar mengacu pada pendapat tersebut gairah

mengajar. belajar, senang dalam belajar dan

c) Meningkatkan dan semangat belajar.

menyadarkan guru untuk Pendidikan kewarganegaraan

memilih satu diantara yaitu mata pelajaran yang digunakan

bermacam-macam peran sebagai wahana untuk mengembangkan

seperti sebagai penasihat, dan melestarikan nilai luhur dan moral

fasilitator, instruktur, teman yang berakar pada budaya bangsa

diskusi, penyemangat, Indonesia yang diharapkan dapat

pemberi hadiah atau pendidik. diwujudkan dalam bentuk prilaku dalam

d) Memberi peluang guru untuk kehiduan sehari-hari baik sebagai

unjuk kerja rekayasa individual maupun sebagai angota

pedagogis. masyarakat negara dan makhluk ciptaan

JURNAL PPKn & HUKUM_________________________Vol.10, No.1 April 2015 99


Septina, Model CTL, Motivasi Belajar PKN

Tuhan Yang Maha Esa. (Depdikbud, secara cerdas dalam kegiatan

1997 : 6). bermasyarakat, berbangsa dan

Pembelajaran PKn merupakan bernegara serta pencegahan

pendidikan dimulai di tingkat terhadap tindak korupsi, kolusi

persekolahan SD, SLTP, SLTA, dan dan nepotisme.

sampai di perguruan tinggi. Dalam upaya 3. Berkembang secara positif dan

meningkatkan kinerja profesionalis guru demokratis untuk membentuk diri

yaitu membelajarkan siswa dapat belajar berdasarkan pada karakter-

PKn dalam laboratorium demokrasi dan karakter masyarakat Indonesia

sebagai salah satu aktifitas pemecahan agar dapat hidup bersama dengan

yang inovatif secara langsung menjadi bangsa-bangsa lain.

wahana pembinaan nilai kepemimpinan 4. Berinteraksi dengan bangsa-

dan pendidikan budi pekerti. (Masnur bangsa lain dalam percauran

Muslich, 2007: 212). dunia secara langsung atau tidak

Menurut Depdiknas, mata langsung dengan memanfaatkan

pelajaran pendidikan kewarganegaraan teknologi informasi dan

bertujuan agar peserta didik memiliki komunikasi. (Depdiknas, 2003:3)

kemampuan sebagai berikut: Sedang menurut Bainil Jusni

1. Berpikir secara kritis, rasional dan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan

kreatif dalam menanggapi isu merupakan pendidikan yang memberikan

kewarganegaraan. kecerdasan kewarganegaraan (Civic

2. Berpartisipasi secara aktif dan Intelegence ), membina tanggung jawab

bertanggung jawab, bertindak warga negara (Civic Responsibility ), dan

JURNAL PPKn & HUKUM_________________________Vol.10, No.1 April 2015 100


Septina, Model CTL, Motivasi Belajar PKN

mendorong partisipasi warga negara ( Kecamatan Mandau Kabupaten

Civic Partipation ) sehingga spritual, Bengkalis Tahun Pelajaran 2012/2013

emosional dan sosialnya berkembang dengan jumlah siswa sebanyak 30 orang

secara baik. (Bainil Jusni, 2006:2). yang terdiri dari 14 orang siswa laki-laki

Hipotesis dalam penelitian dan 16 orang siswa perempuan,

tindakan ini adalah “Dengan Penggunaan karakteristiknya adalah lebih dari 60%

model pembelajaran konstruktivisme dari 30 orang siswa kurang termotivasi

dapat meningkatkan motivasi belajar belajar PKn. Siswa kurang

PKn pada siswa kelas VI di SDN 42 Duri memperhatikan pelajaran, terkesan acuh

Barat Kecamatan Mandau Kabupaten dan kurang memperhatikan pelajaran

Bengkalis”. ketika guru menerangkan di kelas.

Penelitian tindakan kelas ini Variabel dalam penelitian ini

dilaksanakan di kelas VI di SDN 42 Duri terdiri dari :

Barat Kecamatan Mandau Kabupaten 1. Pendekatan Kontruktivisme

Bengkalis Tahun Pelajaran 2012/2013 merupakan variabel yang

dengan jumlah siswa sebanyak 30 orang mempengaruhi dan merupakan

yang terdiri dari 14 orang siswa laki-laki suatu pendekatan dimana Siswa

dan 16 orang siswa perempuan. perlu dibiasakan untuk

Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus memecahkan masalah,

yang dimulai dari bulan Februari 2012 menemukan sesuatu yang berguna

hingga selesai. bagi dirinya, dan bergelut dengan

Subjek yang diteliti adalah siswa ide-ide. Guru tidak akan mampu

kelas VI di SDN 42 Duri Barat memberikan semua pengetahuan

JURNAL PPKn & HUKUM_________________________Vol.10, No.1 April 2015 101


Septina, Model CTL, Motivasi Belajar PKN

kepada siswa. siswa harus motivasi belajar akan

mengkonstruksikan pengetahuan melemahkan kegiatan belajar.

di benak mereka sendiri. Selanjutnya mutu hasil belajar

2. Motivasi belajar adalah variabel akan menjadi rendah, oleh karena

yang dipengaruhi dan merupakan itu, motivasi belajar pada diri

kekuatan mental yang mendorong siswa perlu diperkuat terus

terjadinya proses belajar. Motivasi menerus. Motivasi tampak dalam

belajar pada diri siswa dapat bentuk adanya gairah belajar,

menjadi lemah. Lemahnya senang dalam belajar dan

motivasi, atau tidak adanya semangat belajar.

II. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan observer aktivitas guru dalam pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan kontruktivisme dapat dilihat pada tabel IV.1 berkut ini.

Tabel IV. 1. Aktivitas guru pada siklus 1


No Pelaksanaan Aktivitas Jumlah Skor
1 Sangat sempurna 5x0 0
2 Sempurna 4x2 8
3 Kurang sempurna 3x7 21
4 Tidak sempurna 2x0 0
5 Tidak dilaksanakan 1x0 0
Jumlah 29
Sumber: Data Hasil Observas 2012

Dari tabel di atas diketahui skor yang yang telah ditetapkan di Bab III. Aktifitas
diperoleh guru dalam pelaksanaan guru pada siklus I ini berada pada
pembelajaran dengan penggunaan klasifikasi “cukup sempurna” karena skor
pendekatan kontruktivisme setelah 29 berada pada interval 23 - 29 dengan
dibandingkan dengan standar klasifikasi kategori cukup sempurna.

JURNAL PPKn & HUKUM_________________________Vol.10, No.1 April 2015 102


Septina, Model CTL, Motivasi Belajar PKN

Kelemahan-kelemahan yang untuk berdialog dengan teman atau

dilakukan guru yang telah dipaparkan dengan guru, banyak siswa yang kurang

sebelumnya mempengaruhi aktivitas memahami apa yang harus mereka

siswa. Berdasarkan pengamatan kerjakan. Keadaan didukung oleh hasil

observer, secara umum pada saat observasi “aktivitas siswa” yang diukur

menjelaskan materi bahan ajar siswa dari 9 komponen, yang menunjukkan

terihat tertarik karena dalam menjelaskan bahwa aktivitas siswa dalam

materi peneliti langsung pembelajaran kontruktivesme tergolong

mencontohkannya ke dalam hal nyata tinggi dengan skor 145. untuk lebih

yang dialami siswa. Pada saat peneliti jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut

menyampaikan stimulus cerita dan ini:

memberikan kesempatan pada siswa

Tabel IV. 2. Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata pelajaran PKn


No Aktivitas siswa Jml %
1 Siswa dapat menemukakan sumber belajar selain guru 10 33.3
2 Siswa menceritakan pengalaman-pengalamannya 15 50
3 Siswa berfikir dan menjawab pertanyaan-pertanyaan 16 53.3
guru,
4 Siswa mengajukan pertanyan dan berdiskusi satu sama 15 50
lain
5 Siswa mendengarkan penjelasan Guru tentang istilah- 19 60
istilah kognitif, seperti klasifikasikanlah, analisislah
6 Siswa bekerja secara otonom dan berinisiatif sendiri. 16 60
7 Siswa dengan bantuan guru memahami data mentah 18 60
disampaikan oleh guru
8 Siwa terlibat dalam proses mengetahui dan menemukan 18 60
isi materi yang disampaikan
9 siswa dapat mengkomunikasikan pemahaman mereka 18 60
tentang materi
Jumlah 153
Sumber: Data Hasil Observas 2012

JURNAL PPKn & HUKUM_________________________Vol.10, No.1 April 2015 103


Septina, Model CTL, Motivasi Belajar PKN

Berdasarkan tabel IV.2 maka pertanyaan dan berdiskusi satu sama lain,

diketahui skor aktivitas siswa secara hanya berkisar 10 – 15 orang dari 30

umum berklasifikasi “tinggi”, karena 153 siswa yang tergolong aktif.

berada pada inteval 134 – 201 dengan Berdasarkan hasil pengamatan

kategori tinggi. Dari tabel di atas juga terhadap tingkat motivasi belajar siswa,

diketahui kelemahan dari aktivitas yang pada siklus I terlihat bahwa motivasi

dilakukan siswa yaitu pada aspek 1) belajar siswa masih tergolong rendah

siswa dapat menemukan sumber belajar dengan Skor 89. untuk lebih jelasnya

selain guru, 2) menceritakan pengalaman- dapat dilihat pada tabel berikut ini:

pengalamamnya, 4) siswa mengajukan

Tabel IV. 3. Motivasi Belajar Siswa Pada Mata pelajaran PKn (Siklus 1)
No Aktivitas Siswa Siswa yang aktif
1 Peningkatan aktivitas belajar 15
2 Peningkatan upaya belajar 15
3 Gembira dalam belajar 15
4 Tak pernah mengeluh 10
5 Tak pernah putus asa 15
6 Belajar dengan serius 19
Jumlah 89
Sumber: Data Hasil Observas 2012
Berdasarkan hasil pengamatan sering mengeluh karena tidak memahami

terhadap tingkat motivasi belajar siswa dan selalu merasa sulit jika dihadapkan

dan berpedoman pada kriteria yang pda suatu masalah. Dari 30 orang siswa

ditetapkan, pada siklus I menunjukkan hanya 10 orang siswa yang tergolong

bahwa motivasi belajar siswa masih aktif atau tidak mudah mengeluh.

tergolong rendah dengan Skor 89.

Rendahnya motivasi belajar siswa Berdasarkan hasil pengamatan

terutama terlihat pada aspek 4) siswa observer aktivitas guru dalam

JURNAL PPKn & HUKUM_________________________Vol.10, No.1 April 2015 104


Septina, Model CTL, Motivasi Belajar PKN

pembelajaran dengan menggunakan berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

pendekatan kontruktivisme pada siklus II Secara lebih jelas dapat dilihat pada tabel

ini aktivitas yang dilakukan guru telah IV.4 berkut ini.

Tabel IV.4. Aktivitas guru pada siklus 2


No Pelaksanaan Aktivitas Jumlah Skor
1 Sangat sempurna 5x3 15
2 Sempurna 4x6 24
3 Kurang sempurna 3x0 0
4 Tidak sempurna 2x0 0
5 Tidak dilaksanakan 1x0 0
Jumlah 39
Sumber: Data Hasil Observas 2012

Dari tabel di atas diketahui skor yang Adanya peningkatan aktivitas guru

diperoleh guru dalam pelaksanaan dalam proses pembelajaran memberikan

pembelajaran dengan penggunaan pengaruh posistif pada aktivitas siswa.

pendekatan kontruktivisme setelah Berdasarkan pengamatan observer

dibandingkan dengan standar klasifikasi berkaitan dengan aktivitas siswa pada

yang telah ditetapkan di Bab III. Aktifitas siklus II melalui hasil observasi “aktivitas

guru pada siklus II ini berada pada siswa” yang diukur dari 9 komponen,

klasifikasi “sangat sempurna” karena skor aktivitas siswa memperoleh skor 212

39 berada pada interval 38 - 45 dengan (dalam kriteria sangat tinggi). Untuk

kategori sangat sempurna. Secara umum lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel

aktivitas guru telah dilakukan dengan berikut ini:

sangat sempurna.

Tabel IV. 5. Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata pelajaran PKn


No Aktivitas siswa Jml %
1 Siswa dapat menemukakan sumber belajar selain guru 14 46.7
2 Siswa menceritakan pengalaman-pengalamannya 21 70

JURNAL PPKn & HUKUM_________________________Vol.10, No.1 April 2015 105


Septina, Model CTL, Motivasi Belajar PKN

3 Siswa berfikir dan menjawab pertanyaan-pertanyaan 18 60


guru,
4 Siswa mengajukan pertanyan dan berdiskusi satu sama 22 73.3
lain
5 Siswa mendengarkan penjelasan Guru tentang istilah- 26 86.7
istilah kognitif, seperti klasifikasikanlah, analisislah
6 Siswa bekerja secara otonom dan berinisiatif sendiri. 23 76.7
7 Siswa dengan bantuan guru memahami data mentah 23 76.7
disampaikan oleh guru
8 Siwa terlibat dalam proses mengetahui dan menemukan 25 83.3
isi materi yang disampaikan
9 siswa dapat mengkomunikasikan pemahaman mereka 27 90
tentang materi
Jumlah 212
Sumber: Data Hasil Observas 2012
Berdasarkan tabel IV.2 maka indikator (6 indikator) motivasi belajar

aktivitas siswa pada siklus II secara hanya sebesar 49.4%. Sedangkan hasil

umum berklasifikasi “sangat tinggi”, pengamatan motivasi belajar pada siklus

karena 212 berada pada inteval 202 - II mencapai skor 142 (dalam kriteria

270 dengan kategori sangat tinggi. sangat tinggi), dengan rata-rata motivasi

Dari hasil observasi pada siklus belajar siswa untuk indikator motivasi

pada Siklus I hanya mencapai skor pada belajar (6 indikator) sebesar 78.9%. untuk

Siklus I hanya mencapai skor 89 yaitu lebih jelasnya motivasi siswa pada siklus

dalam kriteria rendah, dengan rata-rata II dapat dilihat pada tabel berikut ini:

motivasi belajar siswa untuk tiap

Tabel IV. 6. Motivasi Belajar Siswa Pada Mata pelajaran PKn (Siklus II)
No Aktivitas Siswa Siswa yang aktif
1 Peningkatan aktivitas belajar 21
2 Peningkatan upaya belajar 28
3 Gembira dalam belajar 26
4 Tak pernah mengeluh 24
5 Tak pernah putus asa 21
6 Belajar dengan serius 22
Jumlah 142
Sumber: Data Hasil Observas 2012

JURNAL PPKn & HUKUM_________________________Vol.10, No.1 April 2015 106


Septina, Model CTL, Motivasi Belajar PKN

Dari tabel di atas menunjukkan yang telah ditetapkan dalam penelitian

bahwa hasil pengamatan motivasi belajar tindakan kelas ini.

pada siklus II mencapai skor 142 (dalam Dari hasil observasi pada siklus

kriteria sangat tinggi), dengan rata-rata pertama yang menunjukkan bahwa

motivasi belajar siswa untuk indikator tingkat motivasi belajar siswa pada Siklus

motivasi belajar (6 indikator) sebesar I hanya mencapai skor 89 yaitu dalam

78.9%. kriteria rendah, dengan rata-rata motivasi

Memperhatikan proses belajar siswa untuk 6 indikator motivasi

pembelajaran pada siklus II yang belajar hanya sebesar 49.4%. Sedangkan

dikemukakan di atas dan melihat tingkat hasil pengamatan motivasi belajar pada

motivasi belajar siswa pada pelajaran siklus II mencapai skor 142 (dalam

PKn, maka berdasarkan hasil kriteria sangat tinggi), dengan rata-rata

pembahasan dan analisis peneliti dengan motivasi belajar siswa untuk indikator

observer terhadap perbaikan motivasi belajar (6 indikator) sebesar

pembelajaran yang telah dilaksanakan 78.9%.

diketahi tingkat motivasi belajar siswa Perbandingan antara motivasi

telah mencapai tingkatan sangat tinggi belajar pada Siklus I dan Siklus II secara

dan telah mencapai kriteria indikator jelas dapat dilihat pada Tabel berikut ini:

Tabel IV. 7. Rekapitulasi hasil Pengamatan Motivasi belajar Siswa Kelas VI Pada Siklus I

dan Siklus II

NO Siklus AKTIVITAS SISWA


1 2 3 4 5 6 JML
1 Pertama 15 15 15 10 15 19 89,0
Persentase (%) 50,0 50,0 50,0 33,3 50,0 63,3 296,7
2 Kedua 21 28 26 24 21 22 142,0
Persentase (%) 70,0 93,3 86,7 80,0 70,0 73,3 473,3

JURNAL PPKn & HUKUM_________________________Vol.10, No.1 April 2015 107


Septina, Model CTL, Motivasi Belajar PKN

III. KESIMPULAN DAN SARAN peneliti mengajukan beberapa saran,

Berdasarkan hasil analisis dan yaitu:

pembahasan seperti disampaikan pada 1. Agar penggunaan pendekatan

bab IV dapat disimpulkan bahwa dengan kontrukstivisme tersebut dapat

menggunakan pendekatan kontruktivisme berjalan dengan baik, maka sebaiknya

dapat meningkatkan motivasi belajar PKn guru lebih sering menerapkannya.

siswa Kelas V SDN 42 Duri Barat 2. Dalam penggunaan pendekatan

Kecamatan Mandau Kabupaten kontrukstivisme, sebaiknya guru

Bengkalis. Keberhasilan ini disebabkan dapat memilihkan tingkat kelas yang

dengan menggunakan pendekatan sesuai, karena siswa sekolah di

kontruktivisme aktivitas siswa menjadi tingkat rendah masih kurang mampu

lebih aktif yang berarti siswa cenderung dalam berfikir tingkat tinggi,

positif dalam mengikuti proses belajar sementara dalam model ini perlu

mengajar yang diberikan oleh guru. kegiatan kerjasama.

Dengan kondisi tersebut maka tingkat 3. Mengingatkan siswa pentingnya

penerimaan siswa akan meningkat dan percaya diri dan motivasi dalam

pada gilirannya dapat meningkatkan belajar.

motivasi belajarnya.

Bertolak dari kesimpulan dan IV. DAFTAR PUSTAKA

pembahasan hasil penelitian di atas, Dimyati dan Mudjiono. 2000. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta. Rineka
berkaitan dengan penggunaan pendekatan Cipta
E. Mulyasa. 2007. Menjadi Guru
kontrukstivisme yang telah dilaksanakan, Profesional Menciptakan

JURNAL PPKn & HUKUM_________________________Vol.10, No.1 April 2015 108


Septina, Model CTL, Motivasi Belajar PKN

Pembelajaran Kreatif dan


Menyenangkan. Rosda. Bandung.
Elida Prayitno.1989. Motivasi dalam
belajar. Jakarta. P2LPTK.
Etin Solihatin. 2007. Cooperative
Learning Analisis Model
Pembelajaran IPS. Jakarta. Bumi
Aksara.
Gimin, Dkk. 2005. Pedoman Penulisan
Karya Ilmiah Mahasiswa. FKIP.
UNRI.
Hamalik Oemar. 2004. Proses Belajar
Mengajar. Jakarta. Bumi aksara.
Kunandar. 2007. Guru Profesional
Implementasi Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) Dan
Persiapan Menghadapi Sertifikasi
Guru. PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Maria Ernawati. 2006. Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw III Untuk Meningkatkan
Motivasi Belajar PKn Siswa
Kelas XI IPA SMA N 1
Pangkalan Kerinci. FKIP UNRI.
Skripsi
Muhhibin Syah. 2007. Psikologi Belajar.
Jakarta. Rajawali Press
Masnur Muslich. 2007. Pembelajaran
Berbasis Kompetensi dan
Kontekstual. Jakarta. Bumi
aksara.
Sardiman.2004. Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar. Jakarta.
Rajawali pers
Sondang P. Siagian. 1995. Teori Motivasi
dan Aplikasinya. Jakarta. Rineka Cipta
Wina Sanjaya . 2007. Strategi
Pembelajaran Berorientasi
Standar Proses Pendidikan.
Kencana, Jakarta.

JURNAL PPKn & HUKUM_________________________Vol.10, No.1 April 2015 109

Anda mungkin juga menyukai