Anda di halaman 1dari 9

MINI RISET

“PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING PADA MATA


PELAJARAN PKN DI SMP”

(Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Desain Pembelajaran PPKN)

Dosen Pengampu : Fazli Rachman, S.Pd., M.Pd

OLEH :

NAMA : NUR LENGKAP PANDIANGAN

NIM : 3193311014

KELAS : PPKN REGULER C 2019

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

Desember, 2020
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING PADA MATA
PELAJARAN PKN DI SMP”

Nur Lengkap Pandiangan

3193311014, Reguler C 2019 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Email :nurpandiangan123@gmail.com

Abstrak

Mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dilaksanakan agar setiap warga
negara tahu akan hak dan kewajiban dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Masalah pembelajaran yang terjadi di sekolah saat ini adalah rendahnya daya serap peserta didik
dalam proses pembelajaran. Motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang merupakan tenaga
penggerak dalam diri seseorang untuk memulai sesuatu kegiatan belajar atas kemauannya sendiri
sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai. Dengan adanya motivasi siswa akan
mengetahui apa-apa yang akan dipelajari.hal tersebut berlaku pada semua mata pelajaran
termasuk mata pelajaran. Discovery Learning adalah salah satu model pembelajaran kooperatif
yang dikembangkan dalam pembelajaran PPKn. Penggunaan discovery learning bertujuan untuk
mengubah kondisi belajar pasif menjadi aktif dan kreatif. Disamping itu juga dapat mengubah
pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented. Modus ekspository dimana peserta didik
hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru diubah ke modus Discovery dimana
peserta didik mampu menemukan informasi sendiri. Diharapkan dengan penerapan model ini
peserta didik akan termotivasi untuk belajar dan hasil belajar akan meningkat serta memenuhi
standar ketuntasan belajar minimal yang ditetapkan sekolah.

Kata kunci : Model Discovery Learning, PPKn

Abstract

Pancasila and Citizenship Education subjects are carried out so that every citizen knows the
rights and obligations in carrying out the life of the nation and state. The learning problem that
occurs in schools today is the low absorption of students in the learning process. Motivation to
learn is a psychological condition which is the driving force within a person to start learning
activities on their own accord so that the desired goals can be achieved. With the motivation of
students will know what to learn. This applies to all subjects including subjects. Discovery
Learning is one of the cooperative learning models developed in PPKn learning. The use of
discovery learning aims to change passive learning conditions to be active and creative. Besides,
it can also change teacher-oriented learning to student-oriented. The expository mode where
students only receive overall information from the teacher is changed to Discovery mode where
students are able to find information on their own. It is hoped that with the application of this
model students will be motivated to learn and learning outcomes will increase and meet the
minimum learning completeness standards set by the school.

Keywords: Model Discovery Learning, PPKn


PENDAHULUAN

Dilaksanakannya pembelajaran pada Mata Pelajaran PPKn agar setiap warga negara
memahami hak dan kewajibannya dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai
bangsa yang mempunyai sejarah perjuangan yang panjang dalam meraih kemerdekaan maka rasa
cinta tanah air, patriotisme, dan nasionalis harus tetap ada pada setiap jiwa penduduk Indonesia.
Namun seiring dengan perkembagan zaman dan kemajuan teknologi yang semakin berkembang
maka nilai-nilai tersebut semakin lama semakin hilang dari diri penduduk Indonesia terutama
pada kalangan remaja usia sekolah. Oleh karena itu perlu adanya pembelajaran untuk
mempertahankan nilai-nilai tersebut agar terus menyatu dalam jiwa setiap warga negara
indonesia. Pendidikan di sekolah mempunyai peran penting dalam menerapkan Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan pada setiap siswa. Dalam pelaksanaanya harus di dukung oleh
guru yang berkompeten dan mampu menguasai model pembelajaran yang efektif untuk
menunjang keberhasilan pembelajaran PPKn. Guru seharusnya mampu memberikan
pembelajaran secara kreatif dan inovatif. Namun pada kenyataannya selama ini pembelajaran
PPKn cenderung dianggap membosankan oleh sebagian besar peserta didik karena mayoritas
guru PPKn menggunakan metode pembelajaran lama yaitu ceramah dan bersifat teoritis tanpa
menggunakan model dan media pembelajaran yang kreatif. Dalam hal ini penggunaan model
pembelajaran sangatlah berpengaruh dalam tercapainya hasil akhir yang baik.

Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu program


pendidikan yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis dan kreatif,
serta kemampuan berkerja sama. Oleh karena itu, melihat pentingnya pendidikan
kewarganegaraan dan peranannya dalam menghadapi perkembangan jaman dan IPTEK maka
perlu dilakukan upaya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan kewarganegaraan pada
semua jenis dan jenjang pendidikan. Pendidikan di sekolah mempunyai peran penting dalam
menerapkan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan pada setiap siswa. Dalam
pelaksanaanya harus di dukung oleh guru yang berkompeten dan mampu menguasai model
pembelajaran yang efektif untuk menunjang keberhasilan pembelajaran PPKn. Guru seharusnya
mampu memberikan pembelajaran secara kreatif dan inovatif. Namun pada kenyataannya selama
ini pembelajaran PPKn cenderung dianggap membosankan oleh sebagian besar peserta didik
karena mayoritas guru PPKn menggunakan model pembelajaran lama yaitu ceramah dan bersifat
teoritis tanpa menggunakan model dan media pembelajaran yang kreatif. Dalam hal ini
penggunaan model pembelajaran sangatlah berpengaruh dalam tercapainya hasil akhir yang
baik. Penggunaan model pembelajaran yang tidak tepat, tidak melibatkan siswa secara aktif, dan
monoton akan berpengaruh terhadap hasil belajar pada mata pelajaran yang dipelajari.
Rendahnya hasil belajar siswa dapat berimplikasi pada menurunnya kualitas lulusan dalam
menguasai kompetensi mata pelajaran yang harus dikuasai. Oleh karena itu, guru wajib
menerapkan model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivistik agar siswa dapat
memotivasi diri dalam belajar guna meningkatkan hasil belajar khususnya pada mata pelajaran
PKn.
PEMBAHASAN

Model Pembelajaran Discovery Learning adalah salah satu model yang disarankan untuk
diterapkan dalam proses pembelajaran PPKn. Menurut Anitah dalam Istiana, Catur, dan Sukardjo
(2015:66), belajar penemuan atau Discovery Learning merupakan suatu pembelajaran yang
melibatkan peserta didik dalam pemecahan masalah untuk pengembangan pengetahuan dan
keterampilan. Melalui penemuan, peserta didik belajar secara intensif dengan mengikuti metode
investigasi ilmiah di bawah supervisi guru. Jadi belajar dirancang, disupervisi, diikuti metode
investigasi. Definisi atau konsep dari model pembelajaran discovery learning adalah pada saat
pembelajaran belangsung peserta didik tidak disajikan pelajaran dalam bentuk final, akan tetapi
peserta didik sendiri yang harus aktif mencari sumber informasi secara kreatif guna memecahkan
suatu permasalahan atau menemukan sebuah konsep atau prinsip dari materi. Menurut
Budiningsih (2005: 43) dalam model pembelajaran discovery learning adalah memahami konsep,
arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan.
Discovery learning adalah salah satu model pembelajaran yang dipandang cukup efektif
diterapkan pada proses pembelajaran di SMP.

Tujuan Model Pembelajaran Discovery Learning

Penggunaan model dalam pembelajaran, memiliki tujuan yang ingin dicapai.


Pembelajaran discovery learning juga memiliki tujuan pembelajaran. Bell (dalam Hosnan, 2014:
284) mengungkapkan beberapa tujuan spesifik dari discovery learning, yakni sebagai berikut.

1. Dalam discovery learning siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam
pembelajaran. Kenyataan menunjukkan bahwa partisipasi banyak siswa dalam pembelajaran
banyak meningkat ketika discovery learning digunakan.

2. Melalui discovery learning, siswa menemukan pola sistuasi konkret maupun abstrak, juga
siswa banyak meramalkan (extrapolate) informasi tambahan yang diberikan.

3. Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan menggunakan
tanya jawab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat dalam menemukan.

4. Discovery learning membantu siswa membentuk cara kerja sama yang efektif, saling
membagi informasi, serta mendengar dan menggunakan ide-ide orang lain.

5. Terdapat beberapa fakta yang menunjukkan bahwa keterampilanketerampilan, konsep-


konsep, dan prinsip-prinsip yang dipelajari melalui discovery learning lebih bermakna.

6. Keterampilan yang dipelajari dalam situasi discovery learning dalam beberapa kasus, lebih


mudah ditransfer untuk aktivitas baru dan diaplikasikan dalam situasi belajar baru.

Karakteristik Model Pembelajaran Discovery Learning

Karakteristik Pembelajaran Discovery Learning Setiap model pembelajaran memiliki


karakteristiknya masing-masing. Hosnan (2014: 284) menyebutkan tiga ciri utama
dalam discovery learning, yaitu sebagai berikut :
1. Mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan
menggeneralisasi pengetahuan.

2. Berpusat pada siswa.

3. Kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sudah ada.

Langkah-langkah Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning

1. Pemberian Rangsangan (Stimulation) 


Pertama-tama pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan
kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul
keinginan untuk menyelidiki sendiri. Di samping itu guru dapat memulai kegiatan
pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar
lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini
berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan
membantu siswa untuk melakukan eksplorasi. Dalam hal memberikan stimulasi
dapatmenggunakan teknik bertanya yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
dapat menghadapkan siswa pada kondisi internal yang mendorong eksplorasi. Dengan
demikian seorang guru harus menguasai teknik-teknik dalam memberi stimulus kepada siswa
agar tujuan mengaktifkan siswa untuk mengeksplorasi dapat tercapai.
2. Identifikasi Masalah (Problem statement) 
Setelah melakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada
siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan
dengan bahan pelajaran, kemudian pilih salah satu masalah dan dirumuskan dalam bentuk
hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah). Memberikan kesempatan siswa
untuk mengidentifikasi dan menganalisa permasalahan  yang mereka hadapi, merupakan
teknik yang berguna dalam membangun pemahaman siswa agar terbiasa untuk menemukan
masalah.
3. Pengumpulan Data (Data Collection) 
Tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis,
dengan memberi kesempatan siswa mengumpulkan berbagai informasi yang relevan,
membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba
sendiri dan sebagainya. Konsekuensi dari tahap ini adalah siswa belajar secara aktif untuk
menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi, dengan
demikian secara tidak disengaja siswa menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang
telah dimiliki.
4. Pengolahan Data (Data Processing) 
Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para
siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai
hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak,
diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan
pada tingkat kepercayaan tertentu. Data processing disebut juga dengan pengkodean
coding/kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari
generalisasi  tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban/
penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis.
5. Pembuktian (Verification) 
Pada tahap ini siswa memeriksa secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya
hipotesis yang ditetapkan dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data yang
telah diolah. Verifikasi bertujuan agar proses belajar berjalan dengan baik dan kreatif jika
guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan
atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Berdasarkan
hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah
dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau
tidak.
6. Menarik Kesimpulan/ Generalisasi (Generalization) 
Tahap generalisasi adalah proses menarik kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum
dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil
verifikasi.

Kelebihan Model Pembelajaran Discovery Learning

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing,


begitu juga dengan model discovery learning. Beberapa kelebihan dari model discovery
learning yang diungkapkan oleh Hosnan (2014: 287-288) yaitu sebagai berikut :

1. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan


proses-proses kognitif.

2. Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah.

3. Pengetahuan yang diperoleh melalui strategi ini sangat pribadi dan ampuh karena
menguatkan pengertian, ingatan, dan transfer.

4. Strategi ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya
sendiri.

5. Strategi ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh
kepercayaan bekerjasama dengan yang lainnya.

6. Berpusat kepada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan.
7. Mendorong keterlibatan keaktifan siswa.

8. Menimbulkan rasa senang siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.

9. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.

10. Siswa akan mengerti konsep dasar ide-ide lebih baik.

11. Melatih siswa belajar mandiri.

12. Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa.

Kekurangan Model Pembelajaran Discovery Learning

Discovery learning juga memiliki kekurangan. Kekurangan model discovery learning,


menurut Markaban (2008: 18-19) yaitu sebagai berikut.

1. Untuk materi tertentu, waktu yang tersita lebih banyak.

2. Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Di lapangan, beberapa siswa
masih terbiasa dan mudah mengerti dengan model ceramah.

3. Tidak semua topik cocok disampaikan dengan model ini. Umumnya topik-topik yang
berhubungan dengan prinsip dapat dikembangkan dengan model temuan terbimbing

Model Pembelajaran Discovery Learning di terapkan pada materi :

 Model pembelajaran discovery learning ini cocok diterapkan pada materi PKN Di SMP
Kelas VIII Semester Ganjil Pada Bab 6 yaitu Memperkuat Komitmen Kebangsaan

 Model pembelajaran discovery learning ini cocok diterapkan pada materi PKN Di SMA
Kelas X Semester Ganjil Pada Bab 3 yaitu Pembelajaran Kewarganegaraan Lembaga-
lembaga Negara menurut UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945.
PENUTUP

Pendidikan di sekolah mempunyai peran penting dalam menerapkan Pendidikan


Pancasila dan Kewarganegaraan pada setiap peserta didiknya. Dalam pelaksanaanya harus di
dukung oleh guru yang mampu menguasai metode pembelajaran yang efektif untuk menunjang
keberhasilan pembelajaran PPKn. Seorang guru hendaknya mampu merancang pembelajaran di
kelas secara kreatif dan inovatif. Dan model yang diterapkan guru adalah discovery learning agar
pembelajaran tidak membosankan. Dalam rangka meningkatkan civic skill siswa, model ini
memiliki peran yang berarti. Berdasarkan visi dan misi tersebut, Mata Pelajaran PPKn sebagai
wahana untuk menumbuh kembangkan keterampilan kewarganegaraan.

Saran saya dari Mini Riset ini adalah Penerapan model discovery learning di SMP dan
SMAdapat meningkatkan hasil belajar siswa, jadi metode ini layak untuk dicoba diterapkan pada
mata pelajaran lain. Bagi peneliti lain dengan penelitian tindakan hendaknya mengunakan
alternatif pembelajaran menggunakan kombinasi model discovery learning dengan
model/metode lain agar lebih meningkatkan proses pembelajaran.

UCAPAN TERIMAKASIH

Terimakasih saya ucapkan kepada bapak Dosen pengampu yaitu bapak Fazli Rachman
S.Pd., M.Pd dan bapak Drs. Liber Siagian, M.Si yang membimbing dalam pengerjaan Mini Riset
ini sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Mini Riset mata kuliah Desain Pembelajaran
PPKn ini dengan baik. Dan terimakasih juga saya sampaikan kepada penulis dari barbagai
sumber yang saya dapat dan saya cantumkan hasil dari para ahli.

Saya berharap semoga makalah Mini Riset ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca. Namun terlepas dari itu saya memahami bahwa makalah Mini Riset ini mungkin
masih jauh dari kata sempurna, sehingga saya sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya hasil yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

https://ainamulyana.blogspot.com/2016/06/model-pembelajaran-discovery-learning.html

Darwanti, Sri. (2020). Model Discovery Learning Tingkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Ppkn
Di Kelas Ixf Smp Negeri 2 Klaten. Journal Scientic of Mandalika. Vol.1 No. 3, hal : 153-162

Riastuti, R.E (2018). Implementasi Metode Pembelajaran Discovery Learning Pada Mata
Pelajaran Ppkn Untuk Membentuk Civic Skill (Studi Di Kelas Viii Smpn 1 Jenangan, Kabupaten
Ponorogo). Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan. Vol. 3, No. 1, hal: 60-69

Surya, Lukman,dkk (2017). Buku Guru Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan kelas VIII
SMP Edisi Revisi 2017. Jakarta. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Anda mungkin juga menyukai