Anda di halaman 1dari 44

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL

TEACHING AND LEARNING (CTL) SEBAGAI UPAYA


MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V DI
MI TSAMROTUL WATHON GEBOG KUDUS

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Penyelesaian Tugas Akhir
dalam Bidang Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)

Oleh :
Sisca Putri Pratiwi
NIM : 1910310138

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KUDUS


FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU
MADRASAH IBTIDAIYYAH
TAHUN 2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam pendidikan di sekolah, pendidikan memegang peranan


penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Oleh karena itu belajar merupakan kegiatan yang paling dasar, berhasil
atau tidaknya peserta didik dalam mengikuti pembelajaran semua
tergantung pada proses pembelajarannya.
Proses kegiatan belajar dan mengajar disuatu lembaga pendidikan
adalah merupakan realisasi dari perwujudan undang-undang pendidikan
nasioal, Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 26 Ayat 1
disebutkan pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar
Kecerdasan, Pengetahuan, Keperibadian, Akhlak mulia, Keterampilan
untuk hidup mandiri, Mengikuti pendidikan lebih lanjut. 1 Pendidikan
diharapkan dapat mengembangkan kualitas generasi muda bangsa dalam
berbagai aspek yang dapat memperkecil dan mengurangi penyebab
berbagai masalah budaya dan karakter bangsa.
Pembelajaran di Sekolah Dasar, ada 2 subyek yaitu guru dan siswa,
antara guru dan siswa harus saling bekerja sama dalam pembelajaran.
Sedangkan peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda dan tingkat
pemahaman yang berbeda juga, maka guru dalam melaksanakan
pembelajaran juga menyesuaikan dengan siswa yang diajar. Siswa lebih
suka dengan hal-hal baru dan bersifat kontekstual, seperti hal-hal yang
mudah dijangkau oleh panca indera dan dapat dijumpai di lingkungan
sekitar dan kegiatan sehari-hari.

1
Made Pidarta. Landasan Kependidikan Setimulus ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia
(Jakarta: Prineka Cipta, 2013), h. 12
Hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri
peserta didik, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. 2 Dari pengertian tersebut
dapat penulis ambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah kemampuan
yang diperoleh peserta didik setelah ia menerima perlakuan yang diberikan
oleh guru sehingga dapat mengkonstruksi pengetahuan itu dalam
kehidupan sehari-hari.
Kemandirian belajar merupakan salah satu faktor yang dapat
menentukan keberhasilan peserta didik dalam belajar, supaya mencapai
keberhasilan yang diinginkan. Dalam membentuk kemandirian peserta
didik dengan model kontekstual supaya peserta didik terlibat langsung
dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu dalam pembelajaran ini
peserta didik harus aktif dalam mengikuti pembelajaran.
Ada beberapa model yang dapat digunakan dalam pembelajaran
salah satunya adalah model pembelajaran contextual teaching and lerning.
Model pembelajaran yang menggunakan ctl akan menjadi sebuah solusi
jika diterapkan, diharapkan mampu memberikan solusi dan suasana baru
yang menarik dalam proses pembelajaran sehingga dapat mengoptimalkan
kemampuan peserta didik agar hasil belajarnya meningkat.Dengan
diterapkannya model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkatkan
kemandirian peserta didik.
Model pembelajaran contextual teaching and learning adalah
konsep belajar yang menekankan bahwa anak akan belajar lebih baik
apabila lingkungan dibuat secara alamiah yang artinya belajar akan lebih
berkesan apabila anak “bekerja” dan mengalami” sendiri apa yang
dipelajarinya, bukan hanya “mengetahuinya”.3
Hasil dari pra survey yang dilakukan pada peserta didik kelas V di
MI NU Bahrul Ulum Jati Kudus tahun ajaran 2021/2022 pada tanggal 20
2
Ahmad Susanto. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. (Jakarta:
Prenadamedia Group, Cet. 4, 2016), h. 5.
3
Umi Rohmawati, “Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan Prestasi
Belajar ipa Peserta Didik Kelas IV MIN Pucung Ngantru Tulungagung”, (Skripsi Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan Intitut Agama Islam Negeri Tulungagung).
November 2022 untuk mata pelajaran IPA diketahui setelah dilakukan
wawancara yaitu antara guru dan peserta didik. Berdasarkan hasil
wawancara dengan guru IPA kelas V MI Tsamrotul Wathon Gebog Kudus
diketahui bahwa pelajaran IPA lebih banyak disampaikan melalui metode
ceramah, penugasan dan tanya jawab sebagai upaya untuk meningkatkan
hasil belajar peserta didik.4 Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara pada
beberapa peserta didik kelas V yang beranggapan bahwa IPA merupakan
mata pelajaran yang sulit dipahami karena penyampaiannya tidak
melibatkan interaksi peserta didik secara kontekstual. Materi pembelajaran
hanya dikembangkan atas acuan yang terdapat dalam buku teks serta
pemanfaatan media atau lingkungan sekitar kurang optimal dan
pengalaman dalam keseharian peserta didik dalam proses pembelajaran
IPA kurang di eksplorasikan, sehingga pembelajaran IPA terkesan
membosankan bagi peserta didik. Materi yang disampaikan guru
cenderung membuat bosan, jenuh dan malas untuk memahami materi
pelajaran itu sendiri, peserta didik kurang aktif karena pelajaran yang
disampaikan dianggap tidak menarik karena proses belajar mengajar hanya
mencatat dan medengarkan saja. Hal ini disebabkan kurang bervariasinya
model pembelajaran yang digunakan guru dalam menyampaikan materi
pelajaran sehingga keaktifan peserta didik dalam berinteraksi denga guru
atau dengan peserta didik yang lainnya rendah, dan ini dapat
mempengaruhi rendahnya hasil belajar peserta didik terhadap setiap materi
pelajaran.
Upaya mewujudkan proses pembelajaran yang efektif dan efisien
maka guru hendaknya mampu mewujudkan proses pembelajaran secara
tepat berdasarkan kemampuan belajar dari masing-masing peserta didik
agar mampu mewujudkan prilaku belajar peserta didik melalui interaksi
pembelajaran yang kondusif. Oleh karena itu, salah satu usaha yang dapat
dilakukan guru dalam upaya meningkatkan hasil belajar peserta didik

4
Observasi dan Wawancara Guru dan Murid Mata Pelajaran IPA MI NU Bahrul Ulum
Jati Kudus. pada tahun ajaran 2021/2022
adalah dengan menggunakan metode pembelajaran yang dapat membuat
peserta didik menjadi aktif dalam proses belajar mengajar.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan salah satu
guru yang mengampu mata pelajaran IPA kelas V di MI Tsamrotul
Wathon Gebog Kudus, bahwa proses pembelajaran yang diberikan selama
ini kurang memaksimalkan apersepsi serta hanya penghafalan materi
bukan berdasarkan pengalaman sehari-hari seperti yang diterapkan pada
pendekatan kontekstual. Dalam proses pembelajaran guru lebih sering
melakukan ceramah dan menyajikan materi, guru enggan untuk
menunjukan benda-benda dalam bentuk asli atau nyata, guru lebih sering
menampilkan benda-benda yang berhubungan dengan materi hanya
melalui gambar yang sudah ada pada buku paket saja tanpa kretifitas yang
di ciptakan oleh guru.5
Berdasarkan penjelasan di atas, Dalam rangka upaya meningkatkan
hasil belajar ilmu pengetahuan alam (IPA) dan tercapainya tujuan
pembelajaran, maka salah satu guru mencoba menggunakan pendekatan
dan metode yang tepat, salah satu upaya pendekatan untuk menyiapkan
kondisi pembelajaran yang dapat digunakan untuk membantu peserta didik
memahami konsep-konsep IPA yaitu melalui pendekatan CTL, diharapkan
siswa dapat lebih mudah memahami materi karena tertarik dengan cara
penyampaian bahan ajarnya, sehingga motivasi belajar siswa lebih
optimal. Kelebihan pendekatan kontekstual salah satunya adalah peserta
didik akan belajar dengan cara bekerja sama dan memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk menemukan dan menerapkan idenya sendiri.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ismiatul Jannah
menyatakan adanya pengaruh hasil belajar IPA peserta didik kelas IV
semester II MIN Singaraja karena penggunaan pendekatan Contextual
Teaching And Learning peserta didik dapat bekerja sama untuk memecah

5
Observasi dan Wawancara Guru dan Murid Mata Pelajaran IPA MI NU Bahrul Ulum
Jati Kudus. pada tahun ajaran 2021/2022
kemasalahan yang dihadapi.6 Berdasarkan penelitian tersebut, dapat
diambil kesimpulan bahwa adanya pengaruh hasil belajar IPA setelah
menggunakan pendekatan CTL.
CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik dan
mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Melalui landasan filosofis konstruktivisme CTL dipromosikan menjadi
alternatif strategi belajar yang baru. Melalui peserta didik diharapkan
belajar melalui mengalami suatu hal bukan menghafal. Berdasarkan
pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa CTL adalah strategi
yang melibatkan peserta didik secara penuh dalam proses pembelajaran,
bukan hanya sekedar mendengarkan dan mencatat.
Dengan begitu guru harus mampu mengaitkan atau
menghubungkan materi yang diajarkan dengan apa yang sudah dimiliki
peserta didik sebelumnya, disinilah pentingnya guru melakukan apersepsi.
Sebab itu, peserta didik dituntut untuk mampu menerapkan
pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan atau metode
pembelajaran CTL merupakan pembelajaran yang mengarahkan peserta
didik mengkonstruksi pengetahuan sesuai dengan pengalamannya yang
mereka miliki. CTL juga mengorganisir pengetahuan yang dimiliki peserta
didik, sehingga peserta didik dapat berfikir secara afektif untuk
memadukan pengetahuan yang dimiliki dengan pengetahuan yang baru.
Selain itu pembelajaran menggunakan proses pemecahan masalah yang
merupakan salah satu upaya CTL untuk melatih emosi peserta didik dalam
menghadapi kehidupan nyata. Belajar dengan pengalaman sendiri
merupakan proses pembelajaran yang utama, dengan pengalaman sendiri
peserta didik dapat menangkap konsep pembelajaran sesuai dengan pola
berpikir masing-masing peserta didik sesuai dengan tahapan
6
Ismiatul Jannah, et. al. Pengaruh dkk, Pengaruh Pendekatan Contextual Teaching And
Learning Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV Semester II Madrasah Ibtidaiyah Negeri
Singaraja, e-Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, Vol 2, No 1 (2014).
perkembangannya. Pembelajaran dengan memberikan pengalaman kepada
peserta didik juga dapat memberikan pengetahuan yang bermakna bagi
peserta didik.
Dengan demikian, inti dari pendekatan CTL adalah keterkaitan
setiap materi atau topik pembelajaran dengan kehidupan nyata. Untuk
mengkaitkannya bisa dilakukan dengan berbagai cara, selain karena
memang materi yang dipelajari secara langsung terkait dengan kondisi
faktual, juga bisa disiasati dengan pemberian ilustrasi atau contoh, sumber
belajar, media dan lain sebagainya, yang memang baik secara langsung
maupun tidak diupayakan terkait atau ada hubungan dengan pengalaman
hidup nyata. Maka dari itu, pembelajaran selain lebih menarik juga akan
dirasakan sangat di butuhkan oleh setiap peserta didik karena apa yang
dipelajari dirasakan langsung manfaatnya.
Oleh karena itu, peneliti terdorong untuk mendalami dan meneliti
secara komperehensif tentang “Penerapan Model Contextual Teaching
And Learning (CTL) Upaya Dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPA
Kelas V MI Tsamrotul Wathon Gebog Kudus”

B. Fokus Penelitian
Penelitian ini berfokus pada penerapan model Contextual Teaching
And Learning sebagai upaya meningkatan hasil belajar ipa siswa kelas V
di MI Tsamrotul Wathon Gebog Kudus.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan
masalah pada penelitian ini adalah :
1. Bagaimana strategi guru dalam menerapkan model Contextual
Teaching And Learning pada mata pelajaran IPA kelas V di MI
Tsamrotul Wathon Gebog Kudus?
2. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa melalui model
pembelajaran Contextual Teaching And Learning pada mata pelajaran
IPA kelas V MI Tsamrotul Wathon Gebog Kudus?
3. Bagaimana faktor pendukung dan faktor penghambat dalam
menerapkan model Contextual Teaching And Learning pada mata
pelajaran IPA kelas V di MI Tsamrotul Wathon Gebog Kudus ?

D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini
yaitu :
1. Untuk mengetahui strategi guru dalam menerapkan model Contextual
Teaching And Learning pada mata pelajaran IPA kelas V di MI
Tsamrotul Wathon Gebog Kudus
2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas V di MI
Tsamrotul Wathon Gebog Kudus
3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat dalam
menerapakan model Contextual Teaching And Learning pada mata
pelajaran IPA kelas V di MI Tsamrotul Wathon Gebog Kudus

E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara
teoritis maupun praktik yakni sebagai berikut :
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini dapat memberikan kontribusi di dalam pengembangan
pengetahuan, bahan ajar sehingga nanti bisa menjadi rujukan atau
referensi bagi peneliti-peneliti setelahnya.
2. Secara Praktis
a. Bagi Siswa
Dapat dijadikan sebagai pelajaran dan sumber literasi pelaksanaan
pembelajaran bagi siswa.
b. Bagi Guru
Dapat digunakan sebagai pembelajaran agar dapat menggunakan
model pembelajaran yang sesuai pada mata pelajaran IPA.
c. Bagi Sekolah
Dapat meningkatkan kualitas tenaga pendidik di sekolah sehingga
meningkatkan kualitas pembelajaran.

F. Sistematika Penelitian
Sistematika pembahasan disusun untuk memberikan arah dan
obyek penelitian yang tepat dan tidak melebar maka disusun sistematika
pembahasan berurutan sebagai berikut :
1. Bagian Awal

Pada bagian ini terdiri dari halaman judul, halaman nota


persetujuan, halaman motto, halaman persembahan, halaman kata
pengantar, halaman daftar isi dan halaman abstrak.

2. Bagian Isi
Bagian ini merupakan bagian inti dari proposal skripsi IPA
yang terdiri atas tiga bab.
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi pemaparan permasalahan yang
menjadi pedahuluan dari pembahasan proposal
skripsi ini dan menggambarkan isi keseluruhan dari
semua bab yang akan peneliti teliti, yang diawali
dengan latar belakang masalah, fokus penelitian,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan tentang kajian teori yang


berkaitan dengan judul, penelitian terdahulu,
kerangka berpikir dan pertanyaan penelitian.

BAB III : METODE PENELITIAN


Bab ini berisi pemaparan tentang jenis dan
pendekatan, setting penelitian, subyek penelitian,
sumber data, teknik pengumpulan data, pengujian
keabsahan data dan teknik analisis data.

BAB IV : HASIL PENELITIAN


Bab ini berisi tentang pemaparan data dan hasil
penelitian yang mencakup penerapan model
Contextual Teaching And Learning IPA kelas V di
MI Tsamrotul Wathon Gebog Kudus.
BAB IV : PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang pembahasan, yaitu menjawab
masalah penelitian dan menafsirkan hasil temuan.
BAB V : PENUTUP
Mengemukakan kesimpulan dan saran dari
penelitian ini
3. Bagian Akhir
Bagian akhir berisikan daftar pustaka yang memuat beberapa buku
jurnal yang penulis jadikan bahan referensi.
BAB II

KERANGKA TEORI

A. Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)


1. Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tersusun
dari awal sampai akhir yang ditampilkan secara khusus oleh pengajar.
Dengan makna lain, model pembelajaran adalah bingkai dari penggunaan
suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. secara langsung
guru harus memahami bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling
cocok untuk segala situasi dan kondisi. Maka dalam menentukan model
pembelajaran yang sesuai harus memperhatikan kondisi peserta didik,
sifat materi bahan ajar serta fasilitas media yang ada. 7
Menurut Joyce, Weil, dan Calhoun model pembelajaran merupakan suatu
deskripsi dari lingkungan pembelajaran, termasuk perilaku guru dalam
menerapkan pembelajaran. Model pembelajaran banyak kegunannya
mulai dari perencanaan pembelajaran dan perencanaan kurikulum sampai
perancangan bahan-bahan pembelajaran.
Menurut Trianto model pembelajaran merupakan suatu perencanan
atau pola yang dipakai sebagai acuan bagi para perancang pembelajaran
dan para pendidik dalam menyusun dan melaksanakan kegiatan
pembelajaran. Model pembelajaran berpedoman pada pendekatan
pembelajaran yang akan diterapkan yang didalamnya merupakan tujuan-
tujuan pengajaran ,tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran serta
pengelolaan kelas. Jadi model pembelajaran merupakan strategi atau pola
terstruktur yang digunakan sebagai pedoman untuk memperoleh tujuan
pembelajaran yang di dalamnya memuat strategi, teknik, metode, bahan,
media dan alat.
Menurut Arend menetapkan pengertian model pembelajaran dilatar
belakangi oleh dua alasan penting. Pertama, pengertian model
mempunyai definisi yang lebih luas dari pada pendekatan, strategi,
metode, dan teknik. Kedua model memiliki fungsi sebagai sarana
komunikasi yag penting. Model pembelajaran memiliki gambaran
prosedur sistematik (teratur) dalam pengorganisasian kegiatan
(pengalaman) belajar dengan maksud untuk memperoleh tujuan belajar
(kompetensi belajar). Dengan makna lain, model pembelajaran adalah
susunan kegiatan belajaran supaya pengoperasian KBM mampu berjalan
7
Shilphy A. Octavia. Model-Model Pembelajaran. (Yogyakarta: Deepublish, Cet. 1, 2020), h. 22.
dengan efektif, menarik, mudah dipahami dan sesuai dengan urutan yang
jelas. Dalam model pembelajaran ini efektif untuk meningkatkan mutu
kegiatan pembelajaran peserta didik dapat berperan aktif dalam
mengikuti pembelajaran serta diharapkan menggunakan kemampuannya
dalam berpikir tingkat tinggi, melatih kekompakan dn kerja sama dalam
sebuah kelompok.

2. Peran dan Fungsi Model Pembelajaran


a. Pedoman. Model pembelajaran memiliki fungsi sebagai pedoman yang
mampu menjelaskan apa yang harus dilakukan guru. Dengan mempunyai
konsep pengajaran yang berupa komprehensif guru diharapkan mampu
membimbing peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.
b. Pengembangan kurikulum. Model pembelajaran mampu membangun
pengembangan kurikulum untuk satuan dan kelas yang berbeda dalam
pendidikan.
c. Menentukan bahan-bahan pengajaran. Model pembelajaran
menetapkan secara khusus bentuk-bentuk bahan ajar yang berbeda yang
akan diterapkan guru dalam membantu perubahan yang baik bagi
kepribadian peserta didik.
d. Membantu perbaikan model pembelajaran. Model pembelajaran
mampu memudahkan proses kegiaatan pembelajaran dan meningkatkan
keefektifan pembelajaran.
fungsi-fungsi model pembelajaran diatas dapat digunakan oleh
guru dalam memajukan model-model pembelajaran yang dianggap sesuai
dengan tujuan, bahan, dan sarana pendukung.
3. Tujuan Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah salah satu penyebab yang berpengaruh
dalam proses belajar mengajar. Model pembelajaran harus sesuai
dengan guru mereka wajib untuk menguasai materi serta dapat
memahami satu persatu karakter peserta didik. Pembelajaran
merupakan hubungan antara peserta didik dan pendidik, dukungan
yang disampaikan oleh guru untuk meningkatkan hasil belajar dari
kegiatan belajar mengajar di kelas yaitu dengan menggunakan
model pembelajaran yang baik, dengan tujuan untuk membangun
peserta didik mampu memahami dan menerima materi yang
diberikan. .
Adanya pemikiran bahwa anak akan belajar dengan baik apabila
anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan hanya
mengetahuinya maka pembelajaran yang bertujuan pada
penguasaan materi terbukti tercapai dalam kompetensi jangka
pendek tetapi gagal untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan
jangka panjang.8 Oleh karena itu dibutuhkan transformasi dalam
pendidikan dan pembelajaran. salah satu perubahan pembelajaran
tersebut adalah tujuan pembelajaran yang awalnya berpusat pada
guru (teacher centered ) berganti berpusat pada peserta didik
( student centered ) dengan demikian, guru dapat menetapkan suatu
model pembelajaran yang mampu menciptakan kondisi kelas yang
mendukung dan pembelajaran yang bervariatif , inovatif sehingga
peserta didik mampu mempelajari dan mampu menghubungkan
dalam kehidupan nyata.
4. Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
a. Pengertian Model Pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL)
Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning
adalah salah satu model pembelajaran yang akan berdampak pada
pelaksanaan kurikulum 2013 karena dengan memakai model
pembelajaran Contextual Teaching and Learning termasuk model
yang konsep belajarnya membantu guru dalam menghubungkan
materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata sehingga
mendorong peserta didik untuk menerapkan dalam kehidupan
sehari-harinya. Dalam kegiatan pembelajaran peserta didik
mempunyai kontribusi dalam menemukan materi, mendorong
Ppeserat didik supaya menemukan materi yang berhubungan
dengan kehidupannya dan mendorong peserta didik supaya dapat
diterapkan dalam kehidupan nyata. 9
Menurut (Shoimin,2017), Contextual Teaching and
Learning adalah suatu konsep belajar dimana guru menyajikan
situasi dunia nyata kedalam kelas dan mendorong peserta didik
8
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran ( Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010)
9
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Konsep Landasan dan
Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Prenada Media,
2010)
membuat antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya
dalam kehidupan mereka. Sehingga dengan penerapan model ctl
ini dapat membantu peserta didik dalam memahami isi materi
pelajaran dengan sangat mudah, karena model ini memfokuskan
pemecahan masalah melalui cara mengaitkan pengetahuan yang
dimiliki oleh peserta didik dengan menerapkan pada kehidupan
sehari-hari. Sehingga dapat mengembangkan kemampuan berpikir
kritis dan peserta didik dapat meningkatkan potensi yang mereka
miliki.
Muslich (2009), menjelaskan pengertian Contextual
Teaching and Learning merupakan konsep belajar yang
pengetahuan dan keterampilannya diperoleh dari usaha peserta
didik itu sendiri. Dalam jurnal Teknologi Pendidikan dan
Pembelajaran, pembelajaran kontekstual merupakan suatu cara
pembelajaran yang memusatkan pada proses keikutsertaan peserta
didik secara penuh dalam menemukan materi yang mereka pelajari
dan mampu mengaitkannya dengan situasi kehidupan nyata
sehingga dapat mendorong peserta didik untuk mampu
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari (Sanjaya, 2011).
Dipertegas dengan anggapan (Rusman, 2014) bahwa sistem
pembelajaran kontekstual merupakan proses pendidikan yang
bermaksud menunjang peserta didik melihat makna dalam materi
pelajaran yang dipelajarinya dengan cara mengaitkan mata
pelajaran dengan isi kehidupan sehari-hari, dalam konteks
kehidupan individu, sosial, dan budaya.
Mengenai pengertian model pembelajaran Contextual
Teaching and Learning menurut para ahli diatas ada beberapa
persamaan yaitu guru menghubungkan materi dengan kehidupan
sehari-hari dan menghadirkan situasi dunia nyata kedalam kelas
sehingga nantinya akan membuat peserta didik melakukan
penerapan ke dalam kehidupan mereka, persamaan lainnya adalah
model ctl ini memiliki kontributif dalam meningkatkan berpikir
kritis peserta didik, kreatif sehingga anak dapat mengembangkan
potensi yang mereka miliki.
Contextual Teaching and Learning adalah model
pembelajaran yang mempunyai tujuan untuk membantu peserta
didik dalam memahami materi pelajaran dengan
menghubungkannya pada konteks kehidupan mereka sehari-hari.
Teori-teori yang melandasi Contextual Teaching and Learning
adalah :
1) Knowledge-Based Contructivisme menekankan peserta
didik bahwa pentingnya membangun sendiri
pengetahuan mereka dengan cara ikut aktif dalam proses
pembalajaran.
2) Effort-Based Learning/Increnental Theory of
Intellegence. Memberi motivasi pada peserta didik
untuk selalu terlibat dalam kegiatan yang berhubungan
dengan pencapaian hasil belajar yang baik.
3) Socialization, menekankan bahwa belajar adalah sebuah
proses sosial yang menentukan tujuan belajar, maka
faktor sosial dan budaya sangat perlu diperhatikan
selama proses belajar mengajar.
4) Distributed Learning, manusia adalah bagian
terintegtrasi dari proses pembalajaran, oleh karena itu
harus berbagi pengetahuan dengan sesama.10
b. Strategi Pembelajaran Kontekstual
Strategi pembelajaran adalah kegiatan yang
mampu memberikan bantuan pada peserta
didik untuk mencapai tujuan pembelajaran.
strategi meliputi urutan-urutan kegiatan yang
dipilih untuk menyampaikan metode
pembelajaran dalam lingkungan tertentu.
Strategi pembelajaran juga mengcakup
materi pelajaran yang akan disampaikan
pada peserta didik.
Berdasarkan center for occupational
research and development (CORD) dalam
penerapan pembelajaran ctl dipaparkan
sebagai berikut :
1) Relating, belajar yang mengaitkan konteks
pengalaman dalam kehidupan nyata
2) Experiencing, belajar merupakan kegiatan
“mengalami”, peserta didik ikut terlibat secara
aktif dalam proses pembelajaran antusias
dengan apa yang akan dipelajari dan melakukan
eksplorasi terhadap hal-hal yang akan dikaji,
serta berusaha menemukan hal baru dari apa
yang mereka pelajari.

10
Zainal Aqib, Model-Model, Media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif), (Bandung:
CV Yrama Widya,2013), hal.4
3) Applying, belajar menekankan pada proses
menunjukkan pengetahuan yang dimiliki.
4) Cooperating, belajar yaitu proses kolaboratif
dan kooperatif dengan cara belajar kelompok,
berdiskusi.
5) Transferring, belajar menekankan pada
tercapainya menggunakan kemampuan dalam
situasi atau konteks baru.
C. Kelebihan dan Kelemahan Model Contextual
Teaching and Learning (CTL)
Kelebihan model pembelajaran contextual teaching and learning (CTL)
yaitu :
a) Mampu menumbuhkan suasana demokratis dalam
pembelajaran
mendorong peserta didik untuk memperoleh hubungan antara
materi yang dipelajari dengan kondisi kehidupan secara nyata.
Oleh karena itu peserta didik diharapkan supaya dapat
menggali, berdiskusi, berfikir dan menyelesaikan masalah yang
dihadapinya secara bersama hal ini bertujuan agar peserta didik
mendapati proses belajar dengan menambah wawasan daya
pikiran dan ilmu pengetahuan.
b) Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan rill (secara nyata).
Menekankan proses keterlibatan langsung peserta didik untuk
menemukan sendiri materi yang dipelajarinya. Sebab itu dalam
pembelajaran contextual teaching and learning peserta didik
diharapkan tidak hanya menerima materi pelajaran tetapi juga
dapat memahami proses bagaimana menvcari dan menemukan
materi pelajaran tersebut. Karena dengan mengaitkan materi
yangs sesuai dengan kehidupan nyara secara fungsional akan
menanamkan daya ingtat (memori) peserta didik.
Menekankan proses peserta didik mempunyai dorongan yang
kuat untuk mengikuti proses pembelajaran. para siswa memiliki
kesadaran masing-masing dengan ingin mencari tay apa materi
yabg diajarkan.

c) Pembelajaran menjadi menyenangkan dan tidak bosan dalam


membentuk sikap kerja sama baik individu dan kelompok.11

11
Sandireni Wahyu Eka Permatasari dan Supari Muslim, Implementasi Model Pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL) Pada Stabdar Kompetensi Dasar Memasang Instalasi
Penerangan Listrik Di SMKN 7 Surabaya, (Surabaya:UNS)
Model Pembelajaran contextual teaching and learning (CTL)
tentunya memiliki kelemahan, yaitu :
a. Guru tidak mampu mengondisikan kelas secara utuh
maka berakibat akan menciptakan kondisi kelas yang
kurang efektif dan munculnya kerusuhan.
b. Guru lebih sungguh-sungguh dalam membimbing
peserta didik. Karena guru tidak hanya berperan sebagai
pusat informasi, dan peserta didik dilihat
sebagaiseseorang yang sedang berkembang.
c. Memerlukan waktu yang cukup lama dari waktu
pembelajaran yang sudah ditentukan sebelumnya.12
d. Kegiatan pembelajaran lebih dikuasi oleh peserta didik
yang sudah biasa atau suka berbicara sehingga peserta
didik yang lainnya cenderung lebih banyak mengikuti
apa yang akan dilakukan peserta didik yang aktif
berbicara.

D. Karakteristik Model Pembelajaran


Contextual Teaching and Learning (CTL)
Proses pembelajaran yang memakai model pembelajaran jenis
Contextual Teaching Learning (CTL) memiliki karakteristik dalam
penerapan kegiatan belajar agar tercapainya hasil yang diharapkan ,
yaitu:
1. Making meaningful connections
(membuat adanya suatu
hubungan yang bermakna).
Peserta didik mampu melibatkan
dirinya sendiri sebagai orang
yang berperan belajar aktif dalam
mengembangkan potensinya
secara individual.
2. Doing significant work (melakukan pekerjaan penting). Peserta
didik dapat menerima hubungan antara sekolah dan dalam
kehidupan nyata sebagai anggota masyarakat.
3. Collaborating (kerja sama)
peserta didik dibantu oleh guru
dalam sistem kerja kelompok,
mengarahkan dalam memahami

12
Nur Hidayah, penerapan Model Contextual Teachign Learning (CTL) terhadap Hasil Belajar
Fisika pada Siswa Kelas XI SMA Handayani Sungguminasa Kabupaten Gowa
bagaimana saling berkomunikasi
satu sama lain.
4. Critical and creative thinking
(berpikir secara kritis dan
kreatif). Peserta didik mampu
berpikir yang lebih tinggi secara
kritis dan kreatif, mampu
mengidentifikasi, mampu
menyelesaikan permasalahan,
dan membuat suatu keputusan.
Dari karakteristik diatas dijelaskan bahwa model pembelajaran
contextual teaching and learning (CTL) mampu membantu guru
agar lebih memahami pola materi yang cocok dengan peserta didik.
Pembelajaran yang efektif serta menyenangkan selama mengikuti
kegiatan pembelajaran akan mampu mencapai hasil belajar yang
diinginkan. Melalui peningkatan hasil belajar peserta didik dengan
memahami materi pelajaran yang dihubungkan pada kehidupan
nyata.

E.Langkah-langkah Penggunaan Model Pembelajaran


Contextual Teaching and Learning(CTL)

Langkah-langkah model pembelajaran contextual teaching and


learning(CTL) supaya dapat berjalan dengan efektif yaitu sebagai
berikut:

1) Invitasi, peserta didik didorong supaya dapat mengemukakan pengetahuan


awal terkait konsep yang dibahas. Jika perlu guru memberikan sebuah
pertanyaan yang mendorong peserta didik untuk berfikir dengan
pengetahuan yang mereka miliki.
2) Eksplorasi, peserta didik diberi kesempatan untuk menemukan sebuah
konsep antara permasalahan yang dihadapi dengan pengalamannya dalam
kehidupan sehari-hari dalam kegiatan yang sudah disusun oleh guru,
secara berkelompok peserta didik berdiskusi tentang masalah yang akan
dibahas..
3) Penjelasan solusi, peserta didik menyampaikan, kemudian membuat hasil
rangkuman dan hasil pekerjaan yang dibimbing oleh guru .
4) Pengambilan tindakan, peserta didik mampu membuat keputusan dengan
menggunakan pengetahuan dan keterampilannya, mengajukan pertanyaan,
mengajukan saran baik secara individu maupun berkelompok yang
berkenaan dengan penyelesaian masalah.13

Dalam melakukan tahapan perencanaan pembelajaran, diperlukan


persiapan yang matang berupa beberapa alat bantu dan bahan
sebagai percobaan model pembelajaran, contoh halnya yang
terlampir pada lembar kerja siswa (LKS), misalnya gabus sebagai
papan luncur, buku-buku sebagai penyangga, penggaris, dan lain-
lain.14 Hal ini bertujuan dalam kegiatan pembelajaran dapat
membantu peserta didik dalam memahami isi materi bahan ajar
selama mengikuti pembelajaran yang berlangsung. Sehingga peserta
didik tidak mengalami kesulitan atau kesalah pahaman terhadap
materi yang disampaikan.
Cara menggunakan model pembelajaran contextual teaching and
learning (CTL) mempunyai damnpak positif dalam berlangsungnya
proses pembelajaran pada setiap siklusnya. Selain itu juga mampu
menumbuhkan daya pikir guru dalam membuat RPP bagi peserta
didik. Adapun pendapat lain bahwa proses penerapan model
pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) dipaparkan
sebagai berikut:
1. Menumbuhkan cara berpikir peserta didik supaya proses pembelajaran
lebih bermakna.
2. Buatlah kegiatan penelitian sebanyak mungkin pada semua topik yang
dipelajari.
3. Membangun rasa ingin tahu peserta didik dengan cara menyajikan
pertanyaan-pertanyaan baru.
4. Membentuk komunitas belajar dengan kegiatan kelompok, diskusi, dan
tanya jawab.
5. Menyediakan model pembelajaran.
6. Supaya anak mengetahui dengan baik petunjuk dari setiap kegiatan yang
dilakukan.
7. Melakukan penilaian bersifat objektif dengan mengevaluasi potensi setiap
peserta didik.15

13
Zainal Aqib, Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL), (Bandung :
Yra,a Widya, 2013).
14
Dea Handini, Diah Gusrayani, Regina Licheria Panjaitan, Penerapan Model Contextual Teaching
and Learning Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Pada Materi Gaya, Jurnal Pena Ilmiah:
Vol.1, No. 1 (2016)
15
Adisti Chairunnisyah Utami dkk, Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching And
Learning (CTL) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Lubuklinggu Tahun
Pelajaran 2014/2015, (Lubuklinggau: STKIP-PGRI)
b. Perbedaan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning
dengan Pembelajaran Tradisional

Pembelajaran CTL Pembelajaran Tradisional

Menempatkan peserta didik Menempatkan peserta didik


sebagai subjek belajar sebagai objek belajar

Peserta didik belajar dengan Peserta didik lebih banyak


kegiatan berkelompok belajar individual

Pembelajaran dihubungkan Pembelajaran bersifat teoritis


dengan kehidupan nyata dan abstrak

Pembelajaran bisa di mana saja Pembelajaran hanya di dalam


dalam konteks dan setting yang kelas
berbeda

Berdasarkan perbedaan diatas, bahwa pembelajaran menggunakan


model contextual teaching and learning mempunyai ciri tersendiri
dapat dolihat dari proses pelaksanaan dan penerapannya. Dalam
kegiatan pembelajaran menggunakan model ctl, guru diharapkan
dapat memahami tipe belajar yang sesuai dengan peserta didik yang
artinya guru harus menyesuaikan gaya mengajar terhadap gaya
belajar peserta didik. 16

B. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan sejumlah pengalaman yang
didapatkan siswa meliputi aspel kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Belajar bukan hanya berpacu
pada penguasaan teori mata pelajaran saja, akan
tetapi penguasaan kebiasaan, persepsi, kesenangan,
minat-bakat, penyesuaian sosial, keinginan dan
harapan.
Menurut Anni (2004:4) hasil belajar adalah perubahan sikap yang
diperoleh setelah mereka mengalami aktivitas belajar. Perolehan

16
Taufikin, Aris , “Penerapan Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning )dalam
meningkatkan motivasi belajar pada mata pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri
Tulungagung 1”, (Skripsi Fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan Universitas Islam Negeri Satu
Tulungagung).
aspek-aspek perubahan sikap tersebut tergantung pada apa yang
mereka pelajari.
Hasil belajar adalah hal yang dapat di lihat dari dua sisi, dari sisi
siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar ialah tingkat
perkembangan mental yang lebih baik apabila dibandingkan saat
sebelum belajar. Dari sisi guru, hasil belajar ialah saat
terselesaikannya bahan pelajaran.
Menurut Bloom, tujuan pembelajaran dibagi ke dalam tiga
ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik,
sebagai berikut :

1. ranah kognitif berhubungan dengan hasil berupa pengetahuan


yang mencakup enam aspek yaitu pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian atau evaluasi.

2. ranah afektif berkaitan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai


yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, penanggapan,
penilaian, pengorganisasian, dan pembentukan pola hidup

3. ranah psikomotor berkaitan dengan hasil belajar keterampilan


kemampuan bertindak terdiri dari tujuh aspek yaitu persepsi,
kesiapan, gerakan terarah, gerakan terbiasa, gerakan kompleks,
penyesuaian dan kreativitas.

Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar.


Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitif termasuk yang paling
banyak digunakan para guru untuk menilai perkembangan peserta
didik didalam mengikuti proses pembelajaran.

2. Macam-macam Hasil Belajar


Adapun macam-macam hasil belajar yaitu:
1. Pemahaman Konsep (Ranah Kognitif)
Pemahaman yang dijelaskan oleh Bloom yang dikutip oleh
Ahmad Susanto didefinisikan sebagai kemampuan untuk menyerap
arti dari materi yang dipelajari. Pemahaman ini merupakan
seberapa besar peserta didik dapat menerima. menyerap, serta
memahami pelajaran yang diberikan oleh guru, atau dapat dilihat
sejauh mana peserta didik memahami dan mengerti apa yang ia
baca, yang dilihat dan dialami.17 Ranah kognitif terdiri dari enam
tingkatan yang tersusun dari yang paling rendah sampai yang
paling tinggi, yaitu :
a. Pengetahuan, diartikan sebagai kemampuan individu dalam
menghafal atau mengingat kembali pengetahuan yang pernah
diterima.
b.Pemahaman, diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam
mengartikan, menafasirkan, atau menyatakan sesuatu dengan
caranya sendiri terkait pengetahuan yang telah mereka terima.
c. Analisis, diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam
menggunakan pengetahuan untuk dapat menyelesaikan beberapa
masalah yang muncul dalam kehidupan sehari-hari.
d. Sintesis, diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam
menghubungkan atau menyatukan berbagai unsur pengetahuan
yang ada sehingga dapat terbentuk pola baru yang lebih
menyeluruh.
e. evaluasi, diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam
membuat keputusan secara tepat berdasarkan pengetahuan yang
mereka miliki.
2. Sikap (Ranah Afektif)
Menurut Sadirman yang dikutip oleh Ahmad Susanto
bahwa kecenderungan untuk melakukan sesuatu dengan cara,
metode, pola, dan teknik tertentu terhadap lingkungan sekitarnya
baik individu maupun objek tertentu. Adapun tingkatakan dalam
ranah afektif yaitu:
i. Kemauan untuk menerima merupakan keinginan untuk
memperhatikan suatu fakta tertentu.
ii. Kemauan untuk menanggapi merupakan kegiatan yang
memperlihatkan keterlibatan aktif dalam kegiatan tertentu.
3. Keterampilan Proses (Ranah Psikomotorik)

Tingkatan dalam ranah psikomotorik yaitu:

a. Persepsi, berkaitan dengan penggunaan indra dalam


melakukan kegiatan.
b. Kesiapan, berkaitan dengan melakukan sesuatu kegiatan yang
didalamnya terdapat kesiapan mental, kesiapan fisik, dan
kesiapan emosi perasaan untuk melakukan suatu tindakan.

17
Tasya , “Analisis Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning dalam meningkatkan
hasil belajar peserta didik di Sekolah Dasar”, (Skripsi Fakultas Keguruan dan ilmu Pendidikan
Universitas Pasundan Bandung).
c. Respons terbimbing, seperti meniru, mengulangi perbuatan
yang diperintah, dan melakukan kegiatan coba-coba.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil


Belajar

Hasil belajar yang dapat diperoleh peserta didik tentunya


dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi belajar anak.
Faktor paling utama yaitu faktor dari dalam diri masing-masing
dan faktor yang datang dari luar diri peserta didik atau faktor
lingkungan. Menurut Slameto faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil belajar banyak jenisny, tetapi digolongkan menjadi dua
golongan antara lain faktor intern dan faktor ekstern.

a. Faktor Intern(dari dalam diri peserta didik) dibagi menjadi


dua:
1) Faktor Jasmani
a) Faktor Kesehatan
Proses belajar anak akan terhambat apabila kesehatan
seseorang itu sedang terganggu, tidak hanya itu ia akan
merasa cepat lesu, kurang bersemangat, mudah pusing,
ngantuk ketika badannya lemah.
b) Cacat Tubuh
Kondisi cacat tubuh juga akan mempengaruhi belajar
pada anak. Peserta didik yang cacat biasanya mengalami
gangguan dalam proses belajarnya. Apabila hal ini
terjadi, sebaiknya ia belajar pada lembaga pendidikan
khusus atau diatasi dengan alat bantu supaya dapat
menghindari atau mempengaruhi kecacatannya itu.
2) Faktor Psikologi
a. Intelegensi
Intelegensi memiliki pengaruh yang besar terhadap
peningkatan belajar pada anak. Dalam kondisi ini, peserta
didik yang memiliki tingkat intelegensi yang tinggi akan
lebih berhasil daripada yang memiliki tingkat intelegensi
rendah.
b. Minat
Minat mempunyai pengaruh yang besar terhadap belajar.
Karena jika pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan
minat peserta didik maka anak tidak akan belajar dengan
sunguh-sungguh karena ia merasa tidak tertarik dengan
pelajaran tersebut.
c. Bakat
Tidak hanya minat, bakat juga berpengaruh terhadap
belajar. Apabila bahan pelajaran yang dipelajari peserta
didik sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya akan
lebih baik karena ia belajar dengan keadaan senang yang
nantinya akan membuat seseorang tersebut lebih giat
dalam belajar.
d. Kesiapan
Kesiapan merupakan kesanggupan untuk memberi respon.
Kesiapan ini diperkukan perhatian penuh dalam kegoatan
pembelajaran. karena apabila peserta didik sudah
mempunyai kesiapan dalam melakukan pembelajaran
maka hasil belajarnya pun akan lebih baik.

b)Faktor Eksternal (dari luar peserta didik), yaitu keadaan


lingkungan di sekitarnya.

1) Faktor Keluarga
a. Cara Orang Tua Mendidik
cara orang tua dalam mendidik seorang anak mempunyai
pengaruh besar terhadap belajar anaknya. Hal ini
dijelaskan oleh Sutjipto Wirowidjojo yang mengatakan
bahwa : Keluarga merupakan lembaga pendidikan paling
pertama dan utama. Cara orang tua dalam mendidik anak-
anaknya akan berpengaruh terhadap hasil belajarnya.
b. Relasi Antar Anggota Keluarga
Demi tercapainya keberhasilan belajar anak, perlu
adanya relasi yang baik di dalam keluarga tersebut.
Hubungan yang baik dalam hal ini merupakan bentuk
hubungan yang penuh dengan kasih sayang dan
perhatian, diimbangi dengan arahan untuk
mensukseskan belajar anak.
c. Suasana Rumah
Supaya anak mampu belajar dengan maksimal
diharapkan adanya suasana rumah yang tentram dan
sejahtera. Hal ini akan membuat anak jauh lebih betah
berada di rumah, anak juga akan belajar dengan baik.
d. Latar Belakang Kebudayaan
Tingkat pendidikan atau kebiasaan didalam keluarga
akan memiliki dampak terhadap perilaku anak dalam
belajar. Karena itu dibutuhkan penanaman kebiasaan-
kebiasaan baik kepada anak supaya mendorong
semangat anak untuk belajar lebih giat.
2) Faktor Sekolah
a) Metode Mengajar
Metode mengajar guru yang kurang bagus akan
berpengaruh terhadap belajar peserta didik. Metode
mengajar yang kurang bagus bisa terjadi karena guru
belum mempunyai kesiapan yang matang dan kurang
menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut
menerangkan pelajaran yang tidak bisa dipahami oleh
peserta didik sehingga yang terjadi anak akan kurang
bersemangat terhadap pembelajaran yang berlangsung
akibatnya peserta didik malas belajar.

b) Kurikulum
Kurikulum dimaknai sebagai sejumlah kegiatan yang
diberikan kepada peserta didik. Kegiatan itu meliputi
menyediakan bahan pelajaran supaya peserta didik
menerima, menguasai, dan mengembangkan bahan
pelaajaran tersebut. Sehingga bahan pelajaran itu
berpengaruh terhadap belajar peserta didik.

c) Hubungan Guru dengan Peserta Didik


Di dalam hubungan guru dengan peserta didik yang
baik, peserta didik akan senang terhadap gurunya,
tentu juga suka terhadap mata pelajaran yang
diberikannya sehingga peserta didik berupaya
mempelajari dengan bersungguh-sungguh. Hal ini
juga terjadi sebaliknya, apabila peserta didik tidak
menyukai gurunya. Mereka enggan mempelajari mata
pelajaran yang diberikannya, dampaknya tentu
peljarannya tidak berjalan dengan maksimal.

d) Kedisiplinan Sekolah
Banyak lembaga pendidikan yang kurang dalam
pelaksaan kedispilinannya , sehingga berpengaruh
pada peserta didik dalam belajar yang kurang
memiliki tanggung jawab mereka beranggapan bahwa
tidak melaksanakan tugas tidak akan diberi sanksi.
Dalam proses pembelajaram, peserta didik perlu
penanaman disiplin untuk meningkatkan motivasi
belajar yang kuat.

Di lingkungan pendidikan, pendidik, peserta didik, dan kurikulum


merupakan hubungan utama dalam sistem pendidikan nasional. Pendidik
merupakan peran yang paling penting dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar yang memiliki tugas untuk memajukan mutu pendidikan.
Kemampuan guru untuk memadukan rangkaian semua unsur mulai dari
pendekatan, strategi, metode pembelajaran dan memaksimalkan berbagai
model yang ada, dapat membuat kegiatan belajar mengajar menjadi
menarik dan bermakna bagi peserta didik. Kemahiran guru dalam
menyesuaikan model pembelajaran yang digunakan sesuai dengan materi
yang disampaikan akan berpengaruh pada tujuan tercapainya
pembelajaran.

Model pembelajaran merupakan suatu hal yang sangat penting dan


menjadi dasar dari sebuah proses pembelajaran di dalam kelas, tanpa
sebuah model pembelajaran maka seorang peserta didik akan mengalami
kesulitan dalam memahami materi. Oleh karena itu pembelajaran di kelas
harus disesuaikan untuk menekankan keaktifan peserta didik dan membuat
suasana proses pembelajaran menjadi menyenangkan. Pembelajaran
inovatif dapat mendorong guru dan peserta didik untuk mengembangkan
wawasan ilmu penget ahuannya dan diterapkan dalam kehidupan. Dalam
proses pembelajaran peserta didik dituntut aktif dengan melibatkan
peserta didik pada proses pembelajaran, siswa menjadi lebih aktif
pembelajaranpun akan lebih bermakna.

C. Penelitian Terdahulu
Adapun beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan
penelitian yang dilakukan sekarang yang akan ditunjukkan bahwa
penelitian ini belum ada. Peneliti akan memanfaatkan ini sebagai
perbandingan untuk memperoleh hasil yang bar. Berikut adalah
beberapa di antaranya :

1. Iswatun Solekha 201618, Peneliti. Dengan judul “Peningkatan Hasil


Belajar Melalui Model Pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL) pada Siswa Kelas V MI Raden Intan Wonodadi
Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu”. Menurut temuan
penelitian ini, menggunakan model pembelajaran contextual
teaching and learning (CTL) pada mata pelajaran IPA dalam sub
materi “Daur Air” menjadi lebih menarik, terlihat bahwa peserta
didik menyukai model pembelajaran contextual teaching and
learning. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peserta didik
menjelaskan setelah belajar menggunakan model pembelajaran
contextual teaching and learning pada pelajaran IPA lebih
meningkatkan keaktfian belajar anak dan juga menarik. Selain itu
upaya guru IPA kelas V MI Raden Intan Wonodadi untuk
meningkatkan motivasi belajar peserta didik adalah dengan cara
menggunakan model pembelajaran contextual teaching and
learning, hal tersebut sudah dimanfaatkan dengan baik oleh guru
dan mampu membantu keberhasilan pencapaian tujuan
pembelajaran yang diinginkan.
2. Yuyun Wahyu Utami 201819, Peneliti. “Penggunaan Metode
Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk Meningkatkan
Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas VII di SMP
Negeri 2 Dringu Kabupaten Probolinggo”. Hasil dari penelitian
yang sudah dilakukan menunjukkan penggunaan metode Contextual
Teaching and Learning (CTL) pada mata pelajaran IPS mampu
menarik minat belajar pada siswa yang dapat dilihat pada proses
pembelajaran. hal ini berbanding terbalik dengan hasil belajar
peseta didik, evaluasi hasil belajar tidak sesuai dengan pencapaian
yang diharapkan karena adanya berbagai faktor, yaitu pembagian
kelompok yang belum merata serta materi yang lebih sulit dipahami
oleh anak.
3. Siti Anik Khomsatun 201320, Peneliti “Penerapan pendekatan
Kontekstual dalam meningkatkan prestasi belajar IPA pokok
18
Iswatun Solekha , “Peningkatan Hasil Belajar Melalui Model Pembelajaran Contextual Teaching
and Learning (CTL) pada Siswa Kelas V MI Raden Intan Wonodadi Kecamatan Gadingrejo
Kabupaten Pringsewu, (Skripsi Fakultas tarbiyah dan keguruan Institut Agama Islam Negeri Raden
Intan Lampung).
19
Yuyun Wahyu Utami, “Penggunaan Metode Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas VII di SMP Negeri 2 Dringu
Kabupaten Probolinggo”.
bahasan sumber daya alam siswa kelas IV di MIN Jeli Krangrejo
Tulungagung Tahun Ajaran 2012/2013”. Hasil dari penelitian yang
sudah dilakukan menunjukkan bahwa memalui penerapan model
pembelajaran kontekstual mampu meningkatkan prestasi beljar
siswa tentang sumber daya alam. Ditunjukkan dengan adanya
peningkatandari siklus 1 hingga siklus 2 yaitu dari 60% menjadi
80%. Untuk hasil tes juga mengalami peningkatan pada tes akhir
siklus 1 nilai rata-ratanya 75,6 sedangkan pada siklus 2 dari 62,9%
menjadi 88%.
4. Evi Trisnawati 201321, Peneliti “ Peranan pendekatan Kontekstual
dalam Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Bahasa Inggris
Pada Siswa Kelas III di MI Munjungan 2 Trenggalek Tahun Ajaran
2012/2013”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
penerapan model kontekstual atau ctl dalam proses pembelajaran
mampu meningkatkan hasil belajar siswa kelas III pada mata
pelajaran bahasa inggris, dibuktikan dengan hasil tes pree test, post
test pada siklus I dan siklus II mengalami peningkatan pemahaman
materi dan peningkatan hasil belajar siswa yang cukup baik, dilihat
dari nilai rata-rata pree test yaitu 66,66. Dan nilai rata-rata post test
pada siklus I yaitu 85, 33.
5. Nurul Khotimah 201322, Peneliti “ penerapan pendekatan
kontekstual untuk meningkatkan prestasi belajar PKN siswa kelas
IV MI MA’arif Gendingan Kedungwaru Tulungagung tahun ajaran
2012/2013”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dengan
menerapkan pendekatan pembelajaran kontekstual mampu
meningkatkan prestasi belajar PKN kelas IV. Dilihat dari hasil tes,
pree tes, ppst test pada siklus I dan siklus II adanya peningkatan
hasil prestasi belajar sisw yang cukup bagus , dibuktikan dari nilai
rata-rata pree test yaitu 60,32, dan nilai rata-rata post test pada
siklus I yaitu 64,83 dan hasil post test siklus II yaitu 81.

Kajian peneliti ini sebanding dengan penelitian sebelumnya karena


sama-sama menggunakan pembelajaran kontekstual atau Contextual
20
Siti Anik Khomsatun, Penerapan pendekatan pembelajaran Kontekstual dalam meningkatkan
prestasi belajar IPA pokok bahasan sumber daya alam siswa kelas IV di MIN Jeli Karangrejo
Tulungagung Tahun Ajaran 2012/2013, (Tulungagung: Skripsi tidak diterbitkan, 2013), hal.165
21
Evi Trisnawati, Peranan pendekatan Kontekstual dalam Meningkatkan Hasil belajar Mata
Pelajaran Bahasa Inggris Pada Siswa Kelas III di MI Munjungan 2 Trenggalek Tahun Ajaran
2012/2013.
22
Nurul Khotimah, Penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan
prestasi belajar PKN siswa kelas IV MI MA’arif Gendingan Kedungwaru Tulungagung tahun ajaran
2012/2013
Teaching and Learning (CTL), tetapi perbedaan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya yaitu peneliti sebelumnya memakai
metode dan pendekatan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa,
sedangkan peneliti dalam penelitian ini menggunakan model
pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran IPA kelas V dan juga materi pelajaran yang diteliti
tidaklah sama.

D. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan suatu dasar yang meliputi
penggabungan antara teori, fakta observasi, serta kajian pustaka, yang
nantinya dapat dijadikan landasan dalam melakukan penulisan karya tulis
ilmiah. Karena menjadi dasar, kerangka berpikir ini dilakukan ketika akan
menguraikan konsep-konsep dari penelitian yang hendak dilakukan.
Dilihat dari kerangka berpikir terdapat tiga macam, yaitu:
Kerangka Teoritis, Kerangka Operasional, dan Kerangka Konseptual.
Kerangka teoritis adalah jenis kerangka yang menekankan terkait teori
yang digunakan untuk landasan guna untuk menjelaskan fenomena yang
tengah diteliti. Kerangka operasional adalah jenis kerangka yang
menerangkan variable yang diangkat peneliti berdasarkan konsep yang
diteliti. Kerangka konseptual adalah jenis kerangka yang anggapan teoritis
yang nantinya teori teoritis ini akan digunakan untuk menyebutkan objek
yang akan diteliti.
Kerangka berpikir mempunyai manfaat yang besar. Diantaranya
yaitu dapat membantu peneliti menempatkan penelitian dalam konteks
yang lebih luas. Tidak hanya itu, hal ini juga akan membantu serta
memudahkan peneliti dalam mengevaluasi rumusan masalah yang sudah
diambil. Terakhir, manfaat dari kerangka berpikir yaitu menemukan
konsep. Konsep yang dipakai untuk masalah yang sedang dilakukan di
lapangan.
Salah satu upaya penting dalam membangun pendidikan yang baik
dengan mengembangkan proses pembelajaran yang berkualitas. Guru
diharapakan mampu terus mengembangkan kompetensi yang dimiliki,
supaya dapat melakukan kegiatan belajar mengajar yang bisa mendorong
peserta didik. Dengan meningkatnya hasil belajar, diharapkan peserta
didik mampu memahami dan menerima pembelajaran dengan mudah.
Model pembelajaran adalah alat bantu dalam menyampaikan
informasi yang berhubungan dengan materi pembelajaran sehingga
nantinya akan tercipta suasana belajar yang menyenangkan untuk
mendorong minat, perhatian, keaktifan peserta dididk dalam kegiatan
belajar. Oleh karena itu guru harus bisa memberikan model pembelajaran
yang dapat menarik minat peserta didik untuk terus mengikuti kegiatan
pembelajaran dengan baik, sehingga tujuan pembelajaran mampu tercapai
dengan hasil yang maksimal.
Guru dapat mengembangkan berbagai model pembelajaran yang
sesuai dengan kebutuhan peserta didik, diantaranya yaitu model contextual
teaching and learning. Model pembelajaran ini akan dibangun dengan
pembaharuan lain yang termuat pada materi pelajaran ipa.

GAMBAR KERANGKA BERFIKIR

Fakta Dilapangan

PEMBELAJARAN

Pelaksanaan Pembelajaran dengan


pembelajaran menggunakan model ctl
yang dilakukan
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian


Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis dan pendekatan
penelitian penelitian lapangan atau field research yang merupakan
penelitian di lapangan atau di lokasi tertentu. Penelitian lapangan
mempunyai manfaat untuk mendapatkan data atau informasi secara detail
dengan dunia nyata. Sehingga dengan menggunakan penelitian lapangan
ini bertujuan agar hasil penelitian dapat lebih maksimal dan memperoleh
data atau informasi yang akurat.23 Dalam penelitian ini, peneliti datang
secara langsung ke lapangan untuk memperoleh data tentang pelaksanaan
pembelajaran dengan menerapkan model contextual teaching and learning
pada mata pelajaran IPA kelas V di Madrasah Ibtidaiyah Tsamrotul
Wathon Gebog Kudus.

Penelitian kualitatif memiliki tujuan untuk menangkap peristiwa


yang meliputi tindakan tersebut secara keseluruhan. Dalam penelitian
kualitatif, peran peneliti sebagai perencana, pelaksana pengupulan data,
analisis, interpretasi data, dan pada akhirnya menjadi reporter penelitian.
Pedoman observasi, wawancara, dan dokumentasi menjadi alat penelitian
yang memiliki manfaat.24 Penelitian dengan menggunakan pendekatan
kualitatif (Qualitative research) adalah bentuk kajian yang bertujuan untuk
mengetahui kondisi yang berhubungan dengan apa yang sedang terjadi
pada subjek kajian.

Dari beberapa penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa


penelitian yang menggunakan teknik penelitian kualitatif lapangan

23
Restu Kartiko Widi, Asas Metodologi Penelitian Atas Pengenalan dan Penuntun Langkah demi
Langkah Pelaksanaan Penelitian (Yogyakarta: Graha Ilmu,2010),52
24
Danu Eko Agustinova, Memahami Metode Penelitian Kualitatif Teori &Praktik
(Yogyakarta:CALIPULIS.2015),10
merupakan metode penelitian, maka proses penelitiannya secara langsung
ke lapangan penelitian. Tujuan serta hasil penelitian dikemukakan dengan
menggunakan kata-kata atau frase guna menggambarkan temuan
peneliian.

Untuk mengetahui penerapan model CTL pada mata pelajaran IPA


kelas V di Madrasah Ibtidaiyyah Tsamrotul Wathin Gebog Kudus, peneliti
memilih menggunakan pendekatan kualitatif karena penelitian kualitatif
menghendaki seorang peneliti untuk terjun langsung dilapangan, dan
membutuhkan banyak data informasi sehingga untuk mendapatkan data
yang diinginkan maka metode yang paling tepat adalah metode kualitatif.

Dalam penelitian ini, peneliti terjun langsung ke tempat penelitian


yaitu di MI Tsamrotul Wathon Gebog Kudus untuk memperoleh data
tentang penerapan model CTL pada mata pelajaran Ipa dalam upaya
meningkatkan hasil belajar siswa kelas V dengan menggambarkan ke
dalam laporan berupa narasi mengenai penerapan model CTL pada mata
pelajaran Ipa dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas V di MI
Tsamrotul Wathon Gebog Kudus .

B. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MI NU Tsamrotul Wathon
Gebog Kudus yang beralamat di jalan raya Sukun, Gebog
Gondosari , Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus. MI NU
Tsamrotul Wathon merupakan sebuah madrasah yang berbasis
islam dengan akreditas A . dalam penelitian ini sudah
dilaksanakan pra-penelitian sejak bulan November tepatnya
pada tanggal 20 November 2022. Pemilihan lokasi penelitian
dilatar belakangi karena belum pernah dilakukan penelitian di
MI NU Tsamrotul Wathon Gebog Kudus mengenai penerapan
model contextual teaching and learning IPA sifat-sifat wujud
benda dalam peningkatan hasil belajar siswa kelas V. Adapun
sasaran dalam penelitian ini yakni guru mata pelajaran IPA dan
siswa-siswi kelas V MI NU Tsamrotul Wathon Gebog Kudus.
C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah orang, tempat, atau benda yang diteliti


dengan tujuan pemenuhan sarana.25 Dalam penelitian ini diperlukan
seseorang atau sesuatu yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber data
atau informasi untuk mengumpulkan data. Seseorang yang dimintai
keterangan terkait kebenaran atau opini disebut dengan subjek
penelitian atau responden. Sebagaimana pernyataan dari Arikunto
“subjek penelitian adalah sebuah kebenaran di sebuah lapangan”. 26
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik Purposive untuk
menentukan subyek penelitian. Hal ini didasarkan pada alasan
yakni model pembelajaran CTL upaya meningkatkan hasil belajar
siswa kelas V pada mata pelajaran IPA , adapun subyek sasaran
dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran IPA, peserta didik
kelas V di MI Tsamrotul Wathon Gebog Kudus. Pemilihan subyek
dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi
sebanyak mungkin sehingga data yang didapat bisa diakui
kebenarannya.

D. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu:
1) Data Primer
Data yang dikumpulkan secara langsung dari peserta penelitian
dengan menggunakan perangkat atau pengumpulan data langsung dari
25
Taufik, dkk, “Analisis Model Hubungan Komitmen dan Sikap pada Jabatan terhadap Kinerja
Dosen Melalui Kepimpinan Visioner Ketua Program Studi Universitas Muria Kudus” (Skripsi,
Universitas Muria Kudus , 2011), di akses pada tanggal 9 Januari 2023,
http://eprints.umk.ac.id/id/eprint/14.a
26
Yuka Martlisda Anwika, “Peran Pelatih Program Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan
Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota
Bandung)”, (Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia, 2013), di akses pada tanggal 9 Januari
2023, http://resitory.upi.edu
objek sebagai bahan informasi yang dicari dengan pengamatan secara
langsung yaitu contoh sumber data primer.27
Sumber data primer dalam penelitian ini yaitu guru kelas dan
peserta didik kelas V yang secara resmi tercantum sebagai peserta
didik di Madrasah Ibtidaiyyah Tsamrotul Wathon Gebog Kudus.
2) Data Sekunder
Sumber data sekunder merupakan catatan mengenai adanya
suatu fenomena atau peristiwa, catatan-catatan yang jaraknya
sudah jauh dari sumber asli.28 Sumber sekunder, seperti literatur
yang relevan dengan perdebatan dan landasan teoretis, dipakai
untuk membuat ulang data atau memeriksa kesulitan. Data
sekunder dikumpulkan dari beberapa sumber sesuai dengan teori
penelitan.
Data sekunder merupakan data yang tidak langsung
menyerahkan data kepada pengumpul data.29 Hal ini memiliki arti
bahwa data yang didapat peneliti berasal dari laporan dan
dokumentasi yang berhubungan dengan pembelajaran, letak
geografis, visi misi di MI Tsamrotul Wathon Gebog Kudus dan
literatur buku yang terkait dengan penelitian.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara
sistematik dalam peristiwa yang terlihat pada obyek penelitian.30
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengamatan untuk
mengumpulkan data dan memperoleh informasi di lokasi penelitian

27
Asmandi Alsa, Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif serta kombinasinya dalam Penelitian
Psikologi, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2003), 91.
28
Moh. Nazir, Metodologi Penelitian, (Jakarta:Ghalia Indonesia, 1998).
29
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta. 2015).
30
Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif (Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal dan Laporan
Penelitian), (Malang:UMM Press, 2004), 74
terkait dengan pelaksanaan pembelajaran menggunakan model CTL
pada mata pelajaran IPA Kelas V di MI Tsamrotul Wathon Gebog
Kudus. Dengan hasil data yang diperoleh berupa kegitan belajar
mengajar menggunakan model CTL pada mata pelajaran IPA kelas
V di MI NU Tsamrotul Wathon Gebog Kudus.
2. Metode Wawancara (Interview)
Metode wawancara merupakan cara mengumpulkan informasi
lewat dialog dengan maksud tertentu. Wawancara dilakukan oleh
dua pihak terkait, yang pertama yaitu pewawancara, atau yang
mengajukan pertanyaan kepada pihak kedua disebut narasumber
atau orang yang dimintai keterangan. Pengambilan sampel dengan
sengaja untuk dapat memenuhi persyaratan sampel yang
dibutuhkan, digunakan untuk memilih berbagai sampel yang
diwawancarai dalam analisis ini.31
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan tanya jawab dengan
narasumber untuk mengumpulkan data dan memeproleh informasi
di lokasi penelitian berhubungan dengan pelaksanaan pembelajaran
dengan menggunakan model CTL di MI NU Tsamrotul Wathon
Gebog Kudus.
Dengan hasil data yang didapat yaitu berupa konsep, komponen
kegiatan-kegiatan, langkah-langkah pembelajaran dengan
menggunakan model contextual teaching and learning di MI NU
Tsamrotul Wathon Gebog Kudus.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan salah satu cara untuk menggali
data mengenai hal-hal atau variable berupa catatan, buku, transkip,
gambar sebagainya .32
Pada penelitian ini , teknik dokumentasi digunakan untuk
mendpatkan data melalui pengambilan gambar untuk memperoleh
31
Lexy JMoleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2018),
32
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta,
2006), 231
data yang berhubungan dengan pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan model contextual teaching and learning melalui
kegiatan di MI NU Tsamrotul Wathon Gebog Kudus.
Dengan perolehan data yang didapat yaitu berbentuk
catatan, transkip dan gambar aktivitas pembelajaran dengan
menggunakan model contextual teaching and learning di MI NU
Tsamrotul Wathon Gebog Kudus.
F. Pengujian Keabsahan Data
Pemeriksaan keabsahan data adalah bagian utama yang sangat
penting dalam penelitian kualitatif. Maksudnya, untuk mengetahui
kepercayaan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Maka dalam
usaha membuktikan tingkat kebenaran penelitian ini, peneliti
mengoptimalkan keterlibatan secara langsung di Desa Gondosari
Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus. Jika peneliti melakukan
pemeriksaan terhadap keabsahan data dengan seksama dan
menggunakan teknik yang efektif, maka akan diperoleh hasil yang
dapat dipertanggung jawabkan dari berbagai hal.33
Setiap penyampaian data atau trknik untuk kradibilotas data perlu
dicek kebenaran dan keabsahannya dalam menggunakan
triangulasi. Triangulasi dalam penelitian ini sebagai sumber dengan
beraneka cara dan juga waktu. Dengan demikian diperoleh
triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data dan
sumber.
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber untuk menguji keabsahan data dilakukan
melalui mengecek data yang sudah didapat dengan berbagai
narasumber. Sebagai contoh untuk menguji keabsahan data
mengenai proses pembalajaran yang menggunakan media
contextual teaching and learning pada mata pelajaran IPA. Maka

33
Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif, (Jakarta: Rajawali Pers,
2007), 257
pengujian data serta pengumpulan data yang sudah didapat
dilakukan dari kepala sekolah, guru mapel dan peserta didik.
2. Triangulasi Teknik Pengumpulan Data
Triangulasi pengumpulan data merupakan penggunaan beberapa
teknik dalam menguak data yang dilakukan kepada informan.
Beberap teknik yang berbeda dipakai untuk menguji kreadibilitas
data. Misalnya penggunaan teknik wawancara untuk menguak data
terkait aktivitas peserta didiki di dalam kelas, kemudian memeriksa
melalui pengamatan ke kelas untuk melihat langsung kegiatan
peserta didik.
3. Triangulasi Waktu
Triangulasi waktu adalah meemeriksa konsistensi, kedalaman dan
akurasi/kebenaran data. Menguji kreadibilitas data dengan
triangulasi waktu dilaksanakan melalui mengumpulkan data dalam
waktu yang berbeda.
4. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik adalah menguji keabsahan data dilaksanakan
melalui cara memeriksa data dari sumber yang sama tetapi
menggunakan teknik yang berbeda. Contohnya, data yang didapat
melalui wawnacara, kemudian dilakukan pemeriksaan melalui
observasi, atau data dari dokumen. Apabila dengan ketiga teknik
pengujian kreadibilitas data memperoleh data yang berbeda, mala
peneliti seharusnya berdiskusi dengan sumber data yang berkaitan
agar memastikan data mana yang diyakini benar atau mungkin
semuanya benar.
Dalam penelitian ini peneliti menguji keabsahan data menggunakan
triangulasi sumber, triangulasi sumber bertujuan untuk memeriksa
data yang diperoleh dari berbagai sumber. Misalnya, untuk menguji
keabsahan data mengenai penerapan model contextual teaching and
learning pada mata pelajaran ipa. Maka pengujian data dan
pengumpulan data yang sudah diperoleh dilakukan dari wawancara
guru mapel dan peserta didik.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data menurut Bodgan, “adalah semua rangkaian tindakan
mencari dan menyusun data secara sistematis yang diperoleh dari
hasil wawancara, catatan lapangan, dokumentasi, dan bahan-bahan
lainnya supaya bisa dipahami dan datanya dapat diinformasikan
pada orang lain. Analisis data dibuat dengan mengelola data ,
mengelompokkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, membuat
kesimpulan yang bisa diinformasikan kepada orang lain.”34
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilaksanakan baik selama
pengumpulan data atau setelah selesai dalam waktu tertentu.
Peneliti telah mengamati respons partisipan pada saat melakukan
wawancara. Apabila tanggapan atas pertanyaan yang telah dinilai
kurang memenuhi, maka peneliti akan mengkaji kembali
pertanyaan tersebut sampai mendapatkan data yang diinginkan dan
dapat diterima.
Miles dan Huberman (1984) menjelaskan bahwa “kegiatan dalam
analisa data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara continue atau terus menerus sampai selesai, sehingga
datanya sudah lengkap. Tindakan dalam analisis data yaitu data
reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.”35
1. Reduksi Data (Reduction)
Jumlah informasi yang dikumpulkan di lapamgan terlalu
banyak, oleh karena itu perlu dicatat dengan cermat.
Semakin banyak waktu yang diselesaikan seorang peneliti
di lapangan, akan semakin banyak data yang akan
dikumpulkannya. Oleh karena itu, analisis data dengan
reduksi data perlu dilakukan secepat mungkin. Reduksi data

34
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif. (Bandung: Alfabeta. 2015).
35
Sugiyono, Metode Penelian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif…, 347.
memiliki arti meringkas, fokus terhadap hal-hal penting,
dan mengapus apa yang tidak diperlukan. Karenanya, data
yang direduksi akan menghasilkan gambaran yang lebih
jelas, sehingga akan memudahkan peneliti untuk
mengumpulkan data tambahan dan mencarinya ketika
diperlukan.36 Sesudah memperoleh data dari hasil
wawancara, dokumentasi dan data-data lainnya, peneliti
mereduksi hal-hal yang berhubungan dengan pembelajaran
yang menggunakan model contextual teaching and learning
dalam mata pelajaran Ipa Kelas 5 MI NU Tsamrotul
Wathon Gebog Kudus.
2. Penyajian Data (Data Display)
Sesudah data direduksi, langkah selanjutnya yaitu
mendisplaykan data. Pada penelitian kualitatif penyajian
data dapat dilaksanakan berupa penjelasan singkat, bagan
hubungan antar kategori. Dalam hal ini Miles dan Hubermn
menjelaskan “yang paling sering dipakai untuk menyajikan
data dalam peneltiian kualitatif yaitu dengan teks yang
bersifat naratif.”37 Peneliti dapat memaparkan data yang
berkaitan bagaimana pembelajaran dengan menggunakan
model contextual teaching and learning pada mata
pelajaran Ipa Kelas 5 peserta didik di MI NU Tsamrotul
Wathon Gebog Kudus.
3. Conclusion Drawing/ Verification
Verification adalah tahapan ketiga yaitu penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan pada awal yang
bersifat masih sementara, dan akan diganti ketika tidak
tersedia data untuk mendukungnya nanti. Akan tetapi,
apabila peneliti melakukan perjalanan ke lapangan untuk

36
Sugiyono, Metode Penelian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif…, 338.
37
Sugiyono, Metode Penelian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif…, 341.
mengumpulkan data, temuan yang ditunjukkan di awal
didukung oleh bukti yang berkaitan dan konsisten, yang
memperlihatkan bahwa kesimpulan yang disajikan
merupakan kesimpulan yang valid.
Dalam penelitian kualitatif dibutuhkan kesimpulan,
yang berupa temuan-temuan baru yang sebelumnya belum
pernah ditemukan. Temuan bisa berupa hubungan sebab
akibat atau interaksi, hipotesis atau teori, penjelasan atau
deskripsi suatu hal yang belum jelas sehingga menjadi
konkret setelah diteliti.38 Peneliti akan membagikan suatu
kesimpulan dan verifikasi terkait bagaimana pembelajaran
dengan menggunakan model contextual teaching and
learning pada mata pelajaran Ipa Kelas 5 peserta didik di
MI NU Tsamrotul Wathon Gebog Kudus.

38
Sugiyono, Metode Penelian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif…, 345.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah dkk, 2003 Ilmu Alamiah Dasar . Jakarta:PT Bumi Aksara

Alsa Asmandi, 2003 Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif serta kombinasinya


dalam Penelitian Psikologi.Yogyakarta:Pustaka Pelajar

Anwika, Yuka Martlisda. “Peran Pelatih Program Keterampilan Bermusik Dalam


meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah
Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung)”, (Skripsi, Universitas Pendidikan
Indonesia, 2013), diakses pada tanggal 9 Januari 2023, http://repsitory.upi.edu.
Aqib, Zainal,2013 Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual
(CTL). Bandung : Yrama Widya

Bustamin, Lilies, Penerapan Pendekatan Kontekstual Dalam Peningkatan Hasil


Belajar Siswa Kelas IV SDN 2 Malei Pada Mata Pelajaran IPA. Jurnal Kreatif
Tadulako Online Vol 6 No.5

Emzir, 2007 Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif, Jakarta:


Rajawali Pers
Hamidi,2004, Metode Penelitian Kualitatif Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal
dan Laporan Penelitian. Malang: UMM Press
Ihsan, Fuad,2013, Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Jannah, Ismiatul, Pengaruh Pendekatan Contextual Teaching And Learning
Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV Semester II Madrasah Ibtidaiyah
Negeri Singaraja. E-Jurnal Mimbar PGSD , Vol 2, No 1, 2014
Khotimah, Nurul. 2013. Penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual untuk
meningkatkan prestasi belajar PKN siswa kelas IV MI MA’arif Gendingan
Kedungwaru Tulungagung tahun ajaran 2012/2013. Tulungagung
Moleong,Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2018.
Nazir Moh. Metodologi Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998.
Pidarta, Made, Landasan Kependidikan Setimulus Ilmu Pendidikan Bercorak
Indonesia. Jakarta: Prineka Cipta, 2013
Ratunguri, Yusak, Pembelajaran Berbasis Saintifik Terhadap Sikap Berpikir
Ilmia. Journal Pedadogia, Vol.4 No. 1
Restu, Asas Metodologi Penelitian Atas Pengenalan dan Penuntun Langkah demi
Langkah Pelaksanaan Penelitia. Yogyakarta: Graha Ilmu,2010.
Riyanto, Yatim, Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2010
Saekan, 2010. Mukhammad, Metodologi Penelitian Kualitatif. Kudus: Nora
Media Enterprise
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif
Sugiyono, 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif
dan R & D, Bandung: ALFABETA
Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta
Susanto, Ahmad.2016. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Prenadamedia Group
Taufik, dkk, “Analisis Model Hubungan Komitmen dqan Sikap pada Jabatan
terhadap Kinerja Dosen Melalui Kepemimpinan Visioner Ketua Program Studi
Universitas Muria Kudus” . Skripsi, Universitas Muria Kudus, 2011. Di akses
pada tanggal 9 Januari 2023, http://eprints.umk.ac.id/id/eprint/14.a
Trianto, 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Konsep
Landasan dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP), .Jakarta: Prenada Media

Trisnawati, Evi. 2013. Peranan pendekatan Kontekstual dalam Meningkatkan


Hasil Belajar Mata Pelajaran Bahasa Inggris Pada Siswa Kelas III di MI
Munnungan 2 Trenggalek Tahun Ajaran 2012/2013. Tulungagung

Anda mungkin juga menyukai