PROPOSAL SKRIPSI
Oleh :
Sisca Putri Pratiwi
NIM : 1910310138
PENDAHULUAN
1
Made Pidarta. Landasan Kependidikan Setimulus ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia
(Jakarta: Prineka Cipta, 2013), h. 12
Hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri
peserta didik, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. 2 Dari pengertian tersebut
dapat penulis ambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah kemampuan
yang diperoleh peserta didik setelah ia menerima perlakuan yang diberikan
oleh guru sehingga dapat mengkonstruksi pengetahuan itu dalam
kehidupan sehari-hari.
Kemandirian belajar merupakan salah satu faktor yang dapat
menentukan keberhasilan peserta didik dalam belajar, supaya mencapai
keberhasilan yang diinginkan. Dalam membentuk kemandirian peserta
didik dengan model kontekstual supaya peserta didik terlibat langsung
dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu dalam pembelajaran ini
peserta didik harus aktif dalam mengikuti pembelajaran.
Ada beberapa model yang dapat digunakan dalam pembelajaran
salah satunya adalah model pembelajaran contextual teaching and lerning.
Model pembelajaran yang menggunakan ctl akan menjadi sebuah solusi
jika diterapkan, diharapkan mampu memberikan solusi dan suasana baru
yang menarik dalam proses pembelajaran sehingga dapat mengoptimalkan
kemampuan peserta didik agar hasil belajarnya meningkat.Dengan
diterapkannya model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkatkan
kemandirian peserta didik.
Model pembelajaran contextual teaching and learning adalah
konsep belajar yang menekankan bahwa anak akan belajar lebih baik
apabila lingkungan dibuat secara alamiah yang artinya belajar akan lebih
berkesan apabila anak “bekerja” dan mengalami” sendiri apa yang
dipelajarinya, bukan hanya “mengetahuinya”.3
Hasil dari pra survey yang dilakukan pada peserta didik kelas V di
MI NU Bahrul Ulum Jati Kudus tahun ajaran 2021/2022 pada tanggal 20
2
Ahmad Susanto. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. (Jakarta:
Prenadamedia Group, Cet. 4, 2016), h. 5.
3
Umi Rohmawati, “Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan Prestasi
Belajar ipa Peserta Didik Kelas IV MIN Pucung Ngantru Tulungagung”, (Skripsi Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan Intitut Agama Islam Negeri Tulungagung).
November 2022 untuk mata pelajaran IPA diketahui setelah dilakukan
wawancara yaitu antara guru dan peserta didik. Berdasarkan hasil
wawancara dengan guru IPA kelas V MI Tsamrotul Wathon Gebog Kudus
diketahui bahwa pelajaran IPA lebih banyak disampaikan melalui metode
ceramah, penugasan dan tanya jawab sebagai upaya untuk meningkatkan
hasil belajar peserta didik.4 Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara pada
beberapa peserta didik kelas V yang beranggapan bahwa IPA merupakan
mata pelajaran yang sulit dipahami karena penyampaiannya tidak
melibatkan interaksi peserta didik secara kontekstual. Materi pembelajaran
hanya dikembangkan atas acuan yang terdapat dalam buku teks serta
pemanfaatan media atau lingkungan sekitar kurang optimal dan
pengalaman dalam keseharian peserta didik dalam proses pembelajaran
IPA kurang di eksplorasikan, sehingga pembelajaran IPA terkesan
membosankan bagi peserta didik. Materi yang disampaikan guru
cenderung membuat bosan, jenuh dan malas untuk memahami materi
pelajaran itu sendiri, peserta didik kurang aktif karena pelajaran yang
disampaikan dianggap tidak menarik karena proses belajar mengajar hanya
mencatat dan medengarkan saja. Hal ini disebabkan kurang bervariasinya
model pembelajaran yang digunakan guru dalam menyampaikan materi
pelajaran sehingga keaktifan peserta didik dalam berinteraksi denga guru
atau dengan peserta didik yang lainnya rendah, dan ini dapat
mempengaruhi rendahnya hasil belajar peserta didik terhadap setiap materi
pelajaran.
Upaya mewujudkan proses pembelajaran yang efektif dan efisien
maka guru hendaknya mampu mewujudkan proses pembelajaran secara
tepat berdasarkan kemampuan belajar dari masing-masing peserta didik
agar mampu mewujudkan prilaku belajar peserta didik melalui interaksi
pembelajaran yang kondusif. Oleh karena itu, salah satu usaha yang dapat
dilakukan guru dalam upaya meningkatkan hasil belajar peserta didik
4
Observasi dan Wawancara Guru dan Murid Mata Pelajaran IPA MI NU Bahrul Ulum
Jati Kudus. pada tahun ajaran 2021/2022
adalah dengan menggunakan metode pembelajaran yang dapat membuat
peserta didik menjadi aktif dalam proses belajar mengajar.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan salah satu
guru yang mengampu mata pelajaran IPA kelas V di MI Tsamrotul
Wathon Gebog Kudus, bahwa proses pembelajaran yang diberikan selama
ini kurang memaksimalkan apersepsi serta hanya penghafalan materi
bukan berdasarkan pengalaman sehari-hari seperti yang diterapkan pada
pendekatan kontekstual. Dalam proses pembelajaran guru lebih sering
melakukan ceramah dan menyajikan materi, guru enggan untuk
menunjukan benda-benda dalam bentuk asli atau nyata, guru lebih sering
menampilkan benda-benda yang berhubungan dengan materi hanya
melalui gambar yang sudah ada pada buku paket saja tanpa kretifitas yang
di ciptakan oleh guru.5
Berdasarkan penjelasan di atas, Dalam rangka upaya meningkatkan
hasil belajar ilmu pengetahuan alam (IPA) dan tercapainya tujuan
pembelajaran, maka salah satu guru mencoba menggunakan pendekatan
dan metode yang tepat, salah satu upaya pendekatan untuk menyiapkan
kondisi pembelajaran yang dapat digunakan untuk membantu peserta didik
memahami konsep-konsep IPA yaitu melalui pendekatan CTL, diharapkan
siswa dapat lebih mudah memahami materi karena tertarik dengan cara
penyampaian bahan ajarnya, sehingga motivasi belajar siswa lebih
optimal. Kelebihan pendekatan kontekstual salah satunya adalah peserta
didik akan belajar dengan cara bekerja sama dan memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk menemukan dan menerapkan idenya sendiri.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ismiatul Jannah
menyatakan adanya pengaruh hasil belajar IPA peserta didik kelas IV
semester II MIN Singaraja karena penggunaan pendekatan Contextual
Teaching And Learning peserta didik dapat bekerja sama untuk memecah
5
Observasi dan Wawancara Guru dan Murid Mata Pelajaran IPA MI NU Bahrul Ulum
Jati Kudus. pada tahun ajaran 2021/2022
kemasalahan yang dihadapi.6 Berdasarkan penelitian tersebut, dapat
diambil kesimpulan bahwa adanya pengaruh hasil belajar IPA setelah
menggunakan pendekatan CTL.
CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik dan
mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Melalui landasan filosofis konstruktivisme CTL dipromosikan menjadi
alternatif strategi belajar yang baru. Melalui peserta didik diharapkan
belajar melalui mengalami suatu hal bukan menghafal. Berdasarkan
pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa CTL adalah strategi
yang melibatkan peserta didik secara penuh dalam proses pembelajaran,
bukan hanya sekedar mendengarkan dan mencatat.
Dengan begitu guru harus mampu mengaitkan atau
menghubungkan materi yang diajarkan dengan apa yang sudah dimiliki
peserta didik sebelumnya, disinilah pentingnya guru melakukan apersepsi.
Sebab itu, peserta didik dituntut untuk mampu menerapkan
pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan atau metode
pembelajaran CTL merupakan pembelajaran yang mengarahkan peserta
didik mengkonstruksi pengetahuan sesuai dengan pengalamannya yang
mereka miliki. CTL juga mengorganisir pengetahuan yang dimiliki peserta
didik, sehingga peserta didik dapat berfikir secara afektif untuk
memadukan pengetahuan yang dimiliki dengan pengetahuan yang baru.
Selain itu pembelajaran menggunakan proses pemecahan masalah yang
merupakan salah satu upaya CTL untuk melatih emosi peserta didik dalam
menghadapi kehidupan nyata. Belajar dengan pengalaman sendiri
merupakan proses pembelajaran yang utama, dengan pengalaman sendiri
peserta didik dapat menangkap konsep pembelajaran sesuai dengan pola
berpikir masing-masing peserta didik sesuai dengan tahapan
6
Ismiatul Jannah, et. al. Pengaruh dkk, Pengaruh Pendekatan Contextual Teaching And
Learning Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV Semester II Madrasah Ibtidaiyah Negeri
Singaraja, e-Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, Vol 2, No 1 (2014).
perkembangannya. Pembelajaran dengan memberikan pengalaman kepada
peserta didik juga dapat memberikan pengetahuan yang bermakna bagi
peserta didik.
Dengan demikian, inti dari pendekatan CTL adalah keterkaitan
setiap materi atau topik pembelajaran dengan kehidupan nyata. Untuk
mengkaitkannya bisa dilakukan dengan berbagai cara, selain karena
memang materi yang dipelajari secara langsung terkait dengan kondisi
faktual, juga bisa disiasati dengan pemberian ilustrasi atau contoh, sumber
belajar, media dan lain sebagainya, yang memang baik secara langsung
maupun tidak diupayakan terkait atau ada hubungan dengan pengalaman
hidup nyata. Maka dari itu, pembelajaran selain lebih menarik juga akan
dirasakan sangat di butuhkan oleh setiap peserta didik karena apa yang
dipelajari dirasakan langsung manfaatnya.
Oleh karena itu, peneliti terdorong untuk mendalami dan meneliti
secara komperehensif tentang “Penerapan Model Contextual Teaching
And Learning (CTL) Upaya Dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPA
Kelas V MI Tsamrotul Wathon Gebog Kudus”
B. Fokus Penelitian
Penelitian ini berfokus pada penerapan model Contextual Teaching
And Learning sebagai upaya meningkatan hasil belajar ipa siswa kelas V
di MI Tsamrotul Wathon Gebog Kudus.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan
masalah pada penelitian ini adalah :
1. Bagaimana strategi guru dalam menerapkan model Contextual
Teaching And Learning pada mata pelajaran IPA kelas V di MI
Tsamrotul Wathon Gebog Kudus?
2. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa melalui model
pembelajaran Contextual Teaching And Learning pada mata pelajaran
IPA kelas V MI Tsamrotul Wathon Gebog Kudus?
3. Bagaimana faktor pendukung dan faktor penghambat dalam
menerapkan model Contextual Teaching And Learning pada mata
pelajaran IPA kelas V di MI Tsamrotul Wathon Gebog Kudus ?
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini
yaitu :
1. Untuk mengetahui strategi guru dalam menerapkan model Contextual
Teaching And Learning pada mata pelajaran IPA kelas V di MI
Tsamrotul Wathon Gebog Kudus
2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas V di MI
Tsamrotul Wathon Gebog Kudus
3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat dalam
menerapakan model Contextual Teaching And Learning pada mata
pelajaran IPA kelas V di MI Tsamrotul Wathon Gebog Kudus
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara
teoritis maupun praktik yakni sebagai berikut :
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini dapat memberikan kontribusi di dalam pengembangan
pengetahuan, bahan ajar sehingga nanti bisa menjadi rujukan atau
referensi bagi peneliti-peneliti setelahnya.
2. Secara Praktis
a. Bagi Siswa
Dapat dijadikan sebagai pelajaran dan sumber literasi pelaksanaan
pembelajaran bagi siswa.
b. Bagi Guru
Dapat digunakan sebagai pembelajaran agar dapat menggunakan
model pembelajaran yang sesuai pada mata pelajaran IPA.
c. Bagi Sekolah
Dapat meningkatkan kualitas tenaga pendidik di sekolah sehingga
meningkatkan kualitas pembelajaran.
F. Sistematika Penelitian
Sistematika pembahasan disusun untuk memberikan arah dan
obyek penelitian yang tepat dan tidak melebar maka disusun sistematika
pembahasan berurutan sebagai berikut :
1. Bagian Awal
2. Bagian Isi
Bagian ini merupakan bagian inti dari proposal skripsi IPA
yang terdiri atas tiga bab.
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi pemaparan permasalahan yang
menjadi pedahuluan dari pembahasan proposal
skripsi ini dan menggambarkan isi keseluruhan dari
semua bab yang akan peneliti teliti, yang diawali
dengan latar belakang masalah, fokus penelitian,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian dan sistematika penulisan.
KERANGKA TEORI
10
Zainal Aqib, Model-Model, Media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif), (Bandung:
CV Yrama Widya,2013), hal.4
3) Applying, belajar menekankan pada proses
menunjukkan pengetahuan yang dimiliki.
4) Cooperating, belajar yaitu proses kolaboratif
dan kooperatif dengan cara belajar kelompok,
berdiskusi.
5) Transferring, belajar menekankan pada
tercapainya menggunakan kemampuan dalam
situasi atau konteks baru.
C. Kelebihan dan Kelemahan Model Contextual
Teaching and Learning (CTL)
Kelebihan model pembelajaran contextual teaching and learning (CTL)
yaitu :
a) Mampu menumbuhkan suasana demokratis dalam
pembelajaran
mendorong peserta didik untuk memperoleh hubungan antara
materi yang dipelajari dengan kondisi kehidupan secara nyata.
Oleh karena itu peserta didik diharapkan supaya dapat
menggali, berdiskusi, berfikir dan menyelesaikan masalah yang
dihadapinya secara bersama hal ini bertujuan agar peserta didik
mendapati proses belajar dengan menambah wawasan daya
pikiran dan ilmu pengetahuan.
b) Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan rill (secara nyata).
Menekankan proses keterlibatan langsung peserta didik untuk
menemukan sendiri materi yang dipelajarinya. Sebab itu dalam
pembelajaran contextual teaching and learning peserta didik
diharapkan tidak hanya menerima materi pelajaran tetapi juga
dapat memahami proses bagaimana menvcari dan menemukan
materi pelajaran tersebut. Karena dengan mengaitkan materi
yangs sesuai dengan kehidupan nyara secara fungsional akan
menanamkan daya ingtat (memori) peserta didik.
Menekankan proses peserta didik mempunyai dorongan yang
kuat untuk mengikuti proses pembelajaran. para siswa memiliki
kesadaran masing-masing dengan ingin mencari tay apa materi
yabg diajarkan.
11
Sandireni Wahyu Eka Permatasari dan Supari Muslim, Implementasi Model Pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL) Pada Stabdar Kompetensi Dasar Memasang Instalasi
Penerangan Listrik Di SMKN 7 Surabaya, (Surabaya:UNS)
Model Pembelajaran contextual teaching and learning (CTL)
tentunya memiliki kelemahan, yaitu :
a. Guru tidak mampu mengondisikan kelas secara utuh
maka berakibat akan menciptakan kondisi kelas yang
kurang efektif dan munculnya kerusuhan.
b. Guru lebih sungguh-sungguh dalam membimbing
peserta didik. Karena guru tidak hanya berperan sebagai
pusat informasi, dan peserta didik dilihat
sebagaiseseorang yang sedang berkembang.
c. Memerlukan waktu yang cukup lama dari waktu
pembelajaran yang sudah ditentukan sebelumnya.12
d. Kegiatan pembelajaran lebih dikuasi oleh peserta didik
yang sudah biasa atau suka berbicara sehingga peserta
didik yang lainnya cenderung lebih banyak mengikuti
apa yang akan dilakukan peserta didik yang aktif
berbicara.
12
Nur Hidayah, penerapan Model Contextual Teachign Learning (CTL) terhadap Hasil Belajar
Fisika pada Siswa Kelas XI SMA Handayani Sungguminasa Kabupaten Gowa
bagaimana saling berkomunikasi
satu sama lain.
4. Critical and creative thinking
(berpikir secara kritis dan
kreatif). Peserta didik mampu
berpikir yang lebih tinggi secara
kritis dan kreatif, mampu
mengidentifikasi, mampu
menyelesaikan permasalahan,
dan membuat suatu keputusan.
Dari karakteristik diatas dijelaskan bahwa model pembelajaran
contextual teaching and learning (CTL) mampu membantu guru
agar lebih memahami pola materi yang cocok dengan peserta didik.
Pembelajaran yang efektif serta menyenangkan selama mengikuti
kegiatan pembelajaran akan mampu mencapai hasil belajar yang
diinginkan. Melalui peningkatan hasil belajar peserta didik dengan
memahami materi pelajaran yang dihubungkan pada kehidupan
nyata.
13
Zainal Aqib, Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL), (Bandung :
Yra,a Widya, 2013).
14
Dea Handini, Diah Gusrayani, Regina Licheria Panjaitan, Penerapan Model Contextual Teaching
and Learning Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Pada Materi Gaya, Jurnal Pena Ilmiah:
Vol.1, No. 1 (2016)
15
Adisti Chairunnisyah Utami dkk, Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching And
Learning (CTL) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Lubuklinggu Tahun
Pelajaran 2014/2015, (Lubuklinggau: STKIP-PGRI)
b. Perbedaan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning
dengan Pembelajaran Tradisional
B. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan sejumlah pengalaman yang
didapatkan siswa meliputi aspel kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Belajar bukan hanya berpacu
pada penguasaan teori mata pelajaran saja, akan
tetapi penguasaan kebiasaan, persepsi, kesenangan,
minat-bakat, penyesuaian sosial, keinginan dan
harapan.
Menurut Anni (2004:4) hasil belajar adalah perubahan sikap yang
diperoleh setelah mereka mengalami aktivitas belajar. Perolehan
16
Taufikin, Aris , “Penerapan Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning )dalam
meningkatkan motivasi belajar pada mata pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri
Tulungagung 1”, (Skripsi Fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan Universitas Islam Negeri Satu
Tulungagung).
aspek-aspek perubahan sikap tersebut tergantung pada apa yang
mereka pelajari.
Hasil belajar adalah hal yang dapat di lihat dari dua sisi, dari sisi
siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar ialah tingkat
perkembangan mental yang lebih baik apabila dibandingkan saat
sebelum belajar. Dari sisi guru, hasil belajar ialah saat
terselesaikannya bahan pelajaran.
Menurut Bloom, tujuan pembelajaran dibagi ke dalam tiga
ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik,
sebagai berikut :
17
Tasya , “Analisis Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning dalam meningkatkan
hasil belajar peserta didik di Sekolah Dasar”, (Skripsi Fakultas Keguruan dan ilmu Pendidikan
Universitas Pasundan Bandung).
c. Respons terbimbing, seperti meniru, mengulangi perbuatan
yang diperintah, dan melakukan kegiatan coba-coba.
1) Faktor Keluarga
a. Cara Orang Tua Mendidik
cara orang tua dalam mendidik seorang anak mempunyai
pengaruh besar terhadap belajar anaknya. Hal ini
dijelaskan oleh Sutjipto Wirowidjojo yang mengatakan
bahwa : Keluarga merupakan lembaga pendidikan paling
pertama dan utama. Cara orang tua dalam mendidik anak-
anaknya akan berpengaruh terhadap hasil belajarnya.
b. Relasi Antar Anggota Keluarga
Demi tercapainya keberhasilan belajar anak, perlu
adanya relasi yang baik di dalam keluarga tersebut.
Hubungan yang baik dalam hal ini merupakan bentuk
hubungan yang penuh dengan kasih sayang dan
perhatian, diimbangi dengan arahan untuk
mensukseskan belajar anak.
c. Suasana Rumah
Supaya anak mampu belajar dengan maksimal
diharapkan adanya suasana rumah yang tentram dan
sejahtera. Hal ini akan membuat anak jauh lebih betah
berada di rumah, anak juga akan belajar dengan baik.
d. Latar Belakang Kebudayaan
Tingkat pendidikan atau kebiasaan didalam keluarga
akan memiliki dampak terhadap perilaku anak dalam
belajar. Karena itu dibutuhkan penanaman kebiasaan-
kebiasaan baik kepada anak supaya mendorong
semangat anak untuk belajar lebih giat.
2) Faktor Sekolah
a) Metode Mengajar
Metode mengajar guru yang kurang bagus akan
berpengaruh terhadap belajar peserta didik. Metode
mengajar yang kurang bagus bisa terjadi karena guru
belum mempunyai kesiapan yang matang dan kurang
menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut
menerangkan pelajaran yang tidak bisa dipahami oleh
peserta didik sehingga yang terjadi anak akan kurang
bersemangat terhadap pembelajaran yang berlangsung
akibatnya peserta didik malas belajar.
b) Kurikulum
Kurikulum dimaknai sebagai sejumlah kegiatan yang
diberikan kepada peserta didik. Kegiatan itu meliputi
menyediakan bahan pelajaran supaya peserta didik
menerima, menguasai, dan mengembangkan bahan
pelaajaran tersebut. Sehingga bahan pelajaran itu
berpengaruh terhadap belajar peserta didik.
d) Kedisiplinan Sekolah
Banyak lembaga pendidikan yang kurang dalam
pelaksaan kedispilinannya , sehingga berpengaruh
pada peserta didik dalam belajar yang kurang
memiliki tanggung jawab mereka beranggapan bahwa
tidak melaksanakan tugas tidak akan diberi sanksi.
Dalam proses pembelajaram, peserta didik perlu
penanaman disiplin untuk meningkatkan motivasi
belajar yang kuat.
C. Penelitian Terdahulu
Adapun beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan
penelitian yang dilakukan sekarang yang akan ditunjukkan bahwa
penelitian ini belum ada. Peneliti akan memanfaatkan ini sebagai
perbandingan untuk memperoleh hasil yang bar. Berikut adalah
beberapa di antaranya :
D. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan suatu dasar yang meliputi
penggabungan antara teori, fakta observasi, serta kajian pustaka, yang
nantinya dapat dijadikan landasan dalam melakukan penulisan karya tulis
ilmiah. Karena menjadi dasar, kerangka berpikir ini dilakukan ketika akan
menguraikan konsep-konsep dari penelitian yang hendak dilakukan.
Dilihat dari kerangka berpikir terdapat tiga macam, yaitu:
Kerangka Teoritis, Kerangka Operasional, dan Kerangka Konseptual.
Kerangka teoritis adalah jenis kerangka yang menekankan terkait teori
yang digunakan untuk landasan guna untuk menjelaskan fenomena yang
tengah diteliti. Kerangka operasional adalah jenis kerangka yang
menerangkan variable yang diangkat peneliti berdasarkan konsep yang
diteliti. Kerangka konseptual adalah jenis kerangka yang anggapan teoritis
yang nantinya teori teoritis ini akan digunakan untuk menyebutkan objek
yang akan diteliti.
Kerangka berpikir mempunyai manfaat yang besar. Diantaranya
yaitu dapat membantu peneliti menempatkan penelitian dalam konteks
yang lebih luas. Tidak hanya itu, hal ini juga akan membantu serta
memudahkan peneliti dalam mengevaluasi rumusan masalah yang sudah
diambil. Terakhir, manfaat dari kerangka berpikir yaitu menemukan
konsep. Konsep yang dipakai untuk masalah yang sedang dilakukan di
lapangan.
Salah satu upaya penting dalam membangun pendidikan yang baik
dengan mengembangkan proses pembelajaran yang berkualitas. Guru
diharapakan mampu terus mengembangkan kompetensi yang dimiliki,
supaya dapat melakukan kegiatan belajar mengajar yang bisa mendorong
peserta didik. Dengan meningkatnya hasil belajar, diharapkan peserta
didik mampu memahami dan menerima pembelajaran dengan mudah.
Model pembelajaran adalah alat bantu dalam menyampaikan
informasi yang berhubungan dengan materi pembelajaran sehingga
nantinya akan tercipta suasana belajar yang menyenangkan untuk
mendorong minat, perhatian, keaktifan peserta dididk dalam kegiatan
belajar. Oleh karena itu guru harus bisa memberikan model pembelajaran
yang dapat menarik minat peserta didik untuk terus mengikuti kegiatan
pembelajaran dengan baik, sehingga tujuan pembelajaran mampu tercapai
dengan hasil yang maksimal.
Guru dapat mengembangkan berbagai model pembelajaran yang
sesuai dengan kebutuhan peserta didik, diantaranya yaitu model contextual
teaching and learning. Model pembelajaran ini akan dibangun dengan
pembaharuan lain yang termuat pada materi pelajaran ipa.
Fakta Dilapangan
PEMBELAJARAN
METODE PENELITIAN
23
Restu Kartiko Widi, Asas Metodologi Penelitian Atas Pengenalan dan Penuntun Langkah demi
Langkah Pelaksanaan Penelitian (Yogyakarta: Graha Ilmu,2010),52
24
Danu Eko Agustinova, Memahami Metode Penelitian Kualitatif Teori &Praktik
(Yogyakarta:CALIPULIS.2015),10
merupakan metode penelitian, maka proses penelitiannya secara langsung
ke lapangan penelitian. Tujuan serta hasil penelitian dikemukakan dengan
menggunakan kata-kata atau frase guna menggambarkan temuan
peneliian.
B. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MI NU Tsamrotul Wathon
Gebog Kudus yang beralamat di jalan raya Sukun, Gebog
Gondosari , Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus. MI NU
Tsamrotul Wathon merupakan sebuah madrasah yang berbasis
islam dengan akreditas A . dalam penelitian ini sudah
dilaksanakan pra-penelitian sejak bulan November tepatnya
pada tanggal 20 November 2022. Pemilihan lokasi penelitian
dilatar belakangi karena belum pernah dilakukan penelitian di
MI NU Tsamrotul Wathon Gebog Kudus mengenai penerapan
model contextual teaching and learning IPA sifat-sifat wujud
benda dalam peningkatan hasil belajar siswa kelas V. Adapun
sasaran dalam penelitian ini yakni guru mata pelajaran IPA dan
siswa-siswi kelas V MI NU Tsamrotul Wathon Gebog Kudus.
C. Subyek Penelitian
D. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu:
1) Data Primer
Data yang dikumpulkan secara langsung dari peserta penelitian
dengan menggunakan perangkat atau pengumpulan data langsung dari
25
Taufik, dkk, “Analisis Model Hubungan Komitmen dan Sikap pada Jabatan terhadap Kinerja
Dosen Melalui Kepimpinan Visioner Ketua Program Studi Universitas Muria Kudus” (Skripsi,
Universitas Muria Kudus , 2011), di akses pada tanggal 9 Januari 2023,
http://eprints.umk.ac.id/id/eprint/14.a
26
Yuka Martlisda Anwika, “Peran Pelatih Program Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan
Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota
Bandung)”, (Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia, 2013), di akses pada tanggal 9 Januari
2023, http://resitory.upi.edu
objek sebagai bahan informasi yang dicari dengan pengamatan secara
langsung yaitu contoh sumber data primer.27
Sumber data primer dalam penelitian ini yaitu guru kelas dan
peserta didik kelas V yang secara resmi tercantum sebagai peserta
didik di Madrasah Ibtidaiyyah Tsamrotul Wathon Gebog Kudus.
2) Data Sekunder
Sumber data sekunder merupakan catatan mengenai adanya
suatu fenomena atau peristiwa, catatan-catatan yang jaraknya
sudah jauh dari sumber asli.28 Sumber sekunder, seperti literatur
yang relevan dengan perdebatan dan landasan teoretis, dipakai
untuk membuat ulang data atau memeriksa kesulitan. Data
sekunder dikumpulkan dari beberapa sumber sesuai dengan teori
penelitan.
Data sekunder merupakan data yang tidak langsung
menyerahkan data kepada pengumpul data.29 Hal ini memiliki arti
bahwa data yang didapat peneliti berasal dari laporan dan
dokumentasi yang berhubungan dengan pembelajaran, letak
geografis, visi misi di MI Tsamrotul Wathon Gebog Kudus dan
literatur buku yang terkait dengan penelitian.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara
sistematik dalam peristiwa yang terlihat pada obyek penelitian.30
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengamatan untuk
mengumpulkan data dan memperoleh informasi di lokasi penelitian
27
Asmandi Alsa, Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif serta kombinasinya dalam Penelitian
Psikologi, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2003), 91.
28
Moh. Nazir, Metodologi Penelitian, (Jakarta:Ghalia Indonesia, 1998).
29
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta. 2015).
30
Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif (Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal dan Laporan
Penelitian), (Malang:UMM Press, 2004), 74
terkait dengan pelaksanaan pembelajaran menggunakan model CTL
pada mata pelajaran IPA Kelas V di MI Tsamrotul Wathon Gebog
Kudus. Dengan hasil data yang diperoleh berupa kegitan belajar
mengajar menggunakan model CTL pada mata pelajaran IPA kelas
V di MI NU Tsamrotul Wathon Gebog Kudus.
2. Metode Wawancara (Interview)
Metode wawancara merupakan cara mengumpulkan informasi
lewat dialog dengan maksud tertentu. Wawancara dilakukan oleh
dua pihak terkait, yang pertama yaitu pewawancara, atau yang
mengajukan pertanyaan kepada pihak kedua disebut narasumber
atau orang yang dimintai keterangan. Pengambilan sampel dengan
sengaja untuk dapat memenuhi persyaratan sampel yang
dibutuhkan, digunakan untuk memilih berbagai sampel yang
diwawancarai dalam analisis ini.31
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan tanya jawab dengan
narasumber untuk mengumpulkan data dan memeproleh informasi
di lokasi penelitian berhubungan dengan pelaksanaan pembelajaran
dengan menggunakan model CTL di MI NU Tsamrotul Wathon
Gebog Kudus.
Dengan hasil data yang didapat yaitu berupa konsep, komponen
kegiatan-kegiatan, langkah-langkah pembelajaran dengan
menggunakan model contextual teaching and learning di MI NU
Tsamrotul Wathon Gebog Kudus.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan salah satu cara untuk menggali
data mengenai hal-hal atau variable berupa catatan, buku, transkip,
gambar sebagainya .32
Pada penelitian ini , teknik dokumentasi digunakan untuk
mendpatkan data melalui pengambilan gambar untuk memperoleh
31
Lexy JMoleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2018),
32
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta,
2006), 231
data yang berhubungan dengan pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan model contextual teaching and learning melalui
kegiatan di MI NU Tsamrotul Wathon Gebog Kudus.
Dengan perolehan data yang didapat yaitu berbentuk
catatan, transkip dan gambar aktivitas pembelajaran dengan
menggunakan model contextual teaching and learning di MI NU
Tsamrotul Wathon Gebog Kudus.
F. Pengujian Keabsahan Data
Pemeriksaan keabsahan data adalah bagian utama yang sangat
penting dalam penelitian kualitatif. Maksudnya, untuk mengetahui
kepercayaan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Maka dalam
usaha membuktikan tingkat kebenaran penelitian ini, peneliti
mengoptimalkan keterlibatan secara langsung di Desa Gondosari
Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus. Jika peneliti melakukan
pemeriksaan terhadap keabsahan data dengan seksama dan
menggunakan teknik yang efektif, maka akan diperoleh hasil yang
dapat dipertanggung jawabkan dari berbagai hal.33
Setiap penyampaian data atau trknik untuk kradibilotas data perlu
dicek kebenaran dan keabsahannya dalam menggunakan
triangulasi. Triangulasi dalam penelitian ini sebagai sumber dengan
beraneka cara dan juga waktu. Dengan demikian diperoleh
triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data dan
sumber.
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber untuk menguji keabsahan data dilakukan
melalui mengecek data yang sudah didapat dengan berbagai
narasumber. Sebagai contoh untuk menguji keabsahan data
mengenai proses pembalajaran yang menggunakan media
contextual teaching and learning pada mata pelajaran IPA. Maka
33
Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif, (Jakarta: Rajawali Pers,
2007), 257
pengujian data serta pengumpulan data yang sudah didapat
dilakukan dari kepala sekolah, guru mapel dan peserta didik.
2. Triangulasi Teknik Pengumpulan Data
Triangulasi pengumpulan data merupakan penggunaan beberapa
teknik dalam menguak data yang dilakukan kepada informan.
Beberap teknik yang berbeda dipakai untuk menguji kreadibilitas
data. Misalnya penggunaan teknik wawancara untuk menguak data
terkait aktivitas peserta didiki di dalam kelas, kemudian memeriksa
melalui pengamatan ke kelas untuk melihat langsung kegiatan
peserta didik.
3. Triangulasi Waktu
Triangulasi waktu adalah meemeriksa konsistensi, kedalaman dan
akurasi/kebenaran data. Menguji kreadibilitas data dengan
triangulasi waktu dilaksanakan melalui mengumpulkan data dalam
waktu yang berbeda.
4. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik adalah menguji keabsahan data dilaksanakan
melalui cara memeriksa data dari sumber yang sama tetapi
menggunakan teknik yang berbeda. Contohnya, data yang didapat
melalui wawnacara, kemudian dilakukan pemeriksaan melalui
observasi, atau data dari dokumen. Apabila dengan ketiga teknik
pengujian kreadibilitas data memperoleh data yang berbeda, mala
peneliti seharusnya berdiskusi dengan sumber data yang berkaitan
agar memastikan data mana yang diyakini benar atau mungkin
semuanya benar.
Dalam penelitian ini peneliti menguji keabsahan data menggunakan
triangulasi sumber, triangulasi sumber bertujuan untuk memeriksa
data yang diperoleh dari berbagai sumber. Misalnya, untuk menguji
keabsahan data mengenai penerapan model contextual teaching and
learning pada mata pelajaran ipa. Maka pengujian data dan
pengumpulan data yang sudah diperoleh dilakukan dari wawancara
guru mapel dan peserta didik.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data menurut Bodgan, “adalah semua rangkaian tindakan
mencari dan menyusun data secara sistematis yang diperoleh dari
hasil wawancara, catatan lapangan, dokumentasi, dan bahan-bahan
lainnya supaya bisa dipahami dan datanya dapat diinformasikan
pada orang lain. Analisis data dibuat dengan mengelola data ,
mengelompokkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, membuat
kesimpulan yang bisa diinformasikan kepada orang lain.”34
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilaksanakan baik selama
pengumpulan data atau setelah selesai dalam waktu tertentu.
Peneliti telah mengamati respons partisipan pada saat melakukan
wawancara. Apabila tanggapan atas pertanyaan yang telah dinilai
kurang memenuhi, maka peneliti akan mengkaji kembali
pertanyaan tersebut sampai mendapatkan data yang diinginkan dan
dapat diterima.
Miles dan Huberman (1984) menjelaskan bahwa “kegiatan dalam
analisa data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara continue atau terus menerus sampai selesai, sehingga
datanya sudah lengkap. Tindakan dalam analisis data yaitu data
reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.”35
1. Reduksi Data (Reduction)
Jumlah informasi yang dikumpulkan di lapamgan terlalu
banyak, oleh karena itu perlu dicatat dengan cermat.
Semakin banyak waktu yang diselesaikan seorang peneliti
di lapangan, akan semakin banyak data yang akan
dikumpulkannya. Oleh karena itu, analisis data dengan
reduksi data perlu dilakukan secepat mungkin. Reduksi data
34
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif. (Bandung: Alfabeta. 2015).
35
Sugiyono, Metode Penelian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif…, 347.
memiliki arti meringkas, fokus terhadap hal-hal penting,
dan mengapus apa yang tidak diperlukan. Karenanya, data
yang direduksi akan menghasilkan gambaran yang lebih
jelas, sehingga akan memudahkan peneliti untuk
mengumpulkan data tambahan dan mencarinya ketika
diperlukan.36 Sesudah memperoleh data dari hasil
wawancara, dokumentasi dan data-data lainnya, peneliti
mereduksi hal-hal yang berhubungan dengan pembelajaran
yang menggunakan model contextual teaching and learning
dalam mata pelajaran Ipa Kelas 5 MI NU Tsamrotul
Wathon Gebog Kudus.
2. Penyajian Data (Data Display)
Sesudah data direduksi, langkah selanjutnya yaitu
mendisplaykan data. Pada penelitian kualitatif penyajian
data dapat dilaksanakan berupa penjelasan singkat, bagan
hubungan antar kategori. Dalam hal ini Miles dan Hubermn
menjelaskan “yang paling sering dipakai untuk menyajikan
data dalam peneltiian kualitatif yaitu dengan teks yang
bersifat naratif.”37 Peneliti dapat memaparkan data yang
berkaitan bagaimana pembelajaran dengan menggunakan
model contextual teaching and learning pada mata
pelajaran Ipa Kelas 5 peserta didik di MI NU Tsamrotul
Wathon Gebog Kudus.
3. Conclusion Drawing/ Verification
Verification adalah tahapan ketiga yaitu penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan pada awal yang
bersifat masih sementara, dan akan diganti ketika tidak
tersedia data untuk mendukungnya nanti. Akan tetapi,
apabila peneliti melakukan perjalanan ke lapangan untuk
36
Sugiyono, Metode Penelian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif…, 338.
37
Sugiyono, Metode Penelian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif…, 341.
mengumpulkan data, temuan yang ditunjukkan di awal
didukung oleh bukti yang berkaitan dan konsisten, yang
memperlihatkan bahwa kesimpulan yang disajikan
merupakan kesimpulan yang valid.
Dalam penelitian kualitatif dibutuhkan kesimpulan,
yang berupa temuan-temuan baru yang sebelumnya belum
pernah ditemukan. Temuan bisa berupa hubungan sebab
akibat atau interaksi, hipotesis atau teori, penjelasan atau
deskripsi suatu hal yang belum jelas sehingga menjadi
konkret setelah diteliti.38 Peneliti akan membagikan suatu
kesimpulan dan verifikasi terkait bagaimana pembelajaran
dengan menggunakan model contextual teaching and
learning pada mata pelajaran Ipa Kelas 5 peserta didik di
MI NU Tsamrotul Wathon Gebog Kudus.
38
Sugiyono, Metode Penelian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif…, 345.
DAFTAR PUSTAKA