Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembelajaran merupakan upaya untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional.

Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab

(Trianto, 2012: 3).

Pembelajaran adalah suatu aktivitas yang kompleks dan melibatkan berbagai

aspek yang saling berkaitan dengan yang lainnya. Pemilihan model, strategi,

pendekatan, dan teknik pembelajaran merupakan suatu hal yang utama.

Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 menyatakan bahwa: Kegiatan pembelajaran

perlu menggunakan prinsip yang: 1) berpusat pada siswa, 2) mengembangkan

kreatifitas siswa, 3) menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang, 4)

bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestika, dan 5) menyediakan

pengalaman belajar yang beragam melalui berbagai strategi dan metode

pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna.

1
Kurikulum 2013 menganut pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak dapat

dipindahkan begitu saja dari guru ke siswa. Siswa adalah subjek yang memiliki

kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi dan

menggunakan pengetahuan. Pembelajaran harus berkenaan dengan kesempatan yang

diberikan kepada siswa untuk membangun pengetahuan dalam proses kognitifnya.

Menurut Trianto (2010:15) belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan

adanya perubahan pada tingkah laku karena adanya suatu pengalaman pada diri

seseorang. Perubahan tingkah laku tersebut dapat berupa perubahan keterampilan,

kebiasaan, sikap, pengetahuan, pemahaman, dan apresiasi. Pengalaman dalam proses

belajar ialah dalam bentuk interaksi antar individu dengan lingkungan.

Belajar dan pembelajaran merupakan dua istilah yang selalu berkaitan. Proses

pembelajaran dapat berlangsung jika ada siswa yang belajar dan guru yang berperan

sebagai perancang, pelaksana, fasilitator, pembimbing dan penilai proses dan hasil

pembelajaran. Pembelajaran di sekolah terdapat bidang studi tertentu yang akan

diajarkan oleh guru dan dipelajari siswa yang biasanya disebut dengan mata

pelajaran. Mata pelajaran fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat

pada pembelajaran di jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan tingkat lanjut dari Sekolah

Dasar (SD), pada tingkatan ini siswa sudah mulai bisa mengembangkan pola berpikir

serta pemahaman terhadap konsep dari suatu materi yang di ajarkan oleh guru. Mata

pelajaran fisika di SMP bertujuan membimbing siswa agar mampu memahami

konsep dan keterkaitannya serta mampu menggunakan metode ilmiah untuk

memecahkan masalah yang dihadapinya. Jenjang siswa SMP seharusnya tahu

2
konsep-konsep dari suatu materi pembelajaran yang didapatkan melalui proses

pembelajaran di kelas, dimana siswa diharapkan mampu memahami konsep untuk

menyelesaikan berbagai permasalahan dan memiliki respon yang baik terhadap cara

atau proses pembelejaran. Harapan tersebut sulit terwujud apabila dalam

pembelajaran siswa kurang aktif dan tertarik dalam mengikuti pembelajaran.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran IPA kelas VIII di

SMP Negeri 14 Palangka Raya, guru mata pelajaran IPA kelas VIII mengungkapkan

bahwa proses belajar mengajar di sekolah ini sudah cukup baik akan tetapi ada

sedikit kekurangan dari cara guru menyampaikan materi, yaitu masih menggunakan

metode ceramah yang artinya siswa hanya menerima apa yang di berikan oleh guru

saja. Guru tersebut juga mengatakan sebagian besar siswa mengalami kesulitan

dalam menyelesaikan latihan soal yang berbeda dari soal yang dicontohkan oleh

guru. Hal ini terjadi karena siswa hanya menghafal rumus untuk menyelesaikan soal

yang diberikan oleh guru, sehingga ini berdampak pada hasil belajar IPA siswa.

Siswa juga jarang sekali diajak untuk berdiskusi dan melakukan percobaan mengenai

materi yang diajarkan.

Mata pelajaran IPA di SMP Negeri 14 Palangka Raya pada tahun ajaran

2016/2017 memiliki Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu sebesar 65. Hasil

observasi pada mata pelajaran IPA di kelas VIII, diketahui bahwa nilai yang

diperoleh siswa masih rendah, siswa belum bisa mencapai KKM untuk mata

pelajaran IPA sebesar 65. Nilai rata-rata mata pelajaran IPA materi cahaya kelas VIII

SMP Negeri 14 Palangka Raya dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini:

3
Tabel 1. Nilai Rata-rata Mata pelajaran IPA Materi Cahaya
Kelas VIII Semester II Tahun Ajaran 2015/2016
Nilai Rata-Rata
Kelas
Mata Pelajaran IPA
VIII-A 58,16
VIII-B 59,88
Sumber: Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 14 Palangka Raya

Berdasarkan hasil belajar yang tertera pada tabel 1 terlihat bahwa nilai siswa

SMP Negeri 14 Palangka Raya belum memenuhi KKM. Pembelajaran dengan

metode ceramah dan diskusi yang diterapkan ternyata tidak mampu membuat

keseluruhan siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran hal ini membuat hasil

belajar dan respon siswa kurang pada proses pembelajaran. Kurangnya respon siswa

pada saat proses pembelajaran dapat mengurangi minat siswa dan cenderung

membuat siswa merasa pembelajaran yang sedang di jalaninya adalah hal yang

kurang menarik. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil observasi dan

wawancara selanjutnya dengan siswa kelas VIII, bahwa penyampaian materi dengan

metode ceramah yang disampaikan guru membuat siswa cepat merasa bosan dan

jenuh dalam proses pembelajaran serta respon siswa terhadap pembelajaran juga

kurang, itu menyebabkan materi yang disampaikan guru tidak dapat diserap dengan

mudah oleh siswa. Hal tersebut berdampak pada hasil belajar belajar siswa yaitu

tidak dapat mencapai nilai KKM yang telah ditetapkan oleh sekolah.

Upaya yang harus dilakukan untuk meminimalisir rendahnya hasil belajar

siswa dan repon siswa yang kurang pada proses pembelajaran khususnya dalam

pembelajaran IPA (fisika) yaitu dengan cara melaksanakan proses belajar mengajar

dengan menerapkan suatu model pembelajaran yang tepat. Salah satu cara

melibatkan siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran adalah dengan

4
menerapkan model pembelajaran yang dirancang untuk melibatkan siswa untuk aktif

dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran yang tepat

ini akan mempengaruhi siswa dalam menerima pelajaran yang diberikan oleh guru.

Pembelajaran merupakan proses dasar dari pendidikan, dari sanalah lingkup

terkecil secara formal yang menentukan dunia pendidikan berjalan baik atau tidak,

selain itu guru bukan hanya dituntut memiliki pengetahuan keterampilan mengajar

dengan kompleksitas peranan sesuai dengan tugas dan fungsi yang diembannya,

tetapi juga harus kreatif. Pembelajaran dalam kurikulum 2013 yaitu siswa diharapkan

memiliki kompetensi yang seimbang antara attitude (sikap), skill (keterampilan), dan

knowledge (pengetahuan) yang jauh lebih baik dari sebelumnya, selain itu hasil

belajar yang diharapkan melahirkan siswa yang produktif, kreatif, inovatif, dan

afektif melalui penguatan ranah sikap keterampilan, dan pengetahuan terintegrasi

(Hosnan, 2014:3).

Fisika merupakan salah satu bagian dari IPA dimana bukan hanya berisi

sebuah kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-

prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses pembelajaran yang memberikan

pengalaman langsung kepada siswa, melibatkan siswa secara aktif dan banyak

berperan serta dalam proses pembelajaran. Pembelajaran fisika diharapkan siswa

bukan hanya mendapatkan ilmu dari membaca buku, tetapi menemukan dan

membuktikan langsung teori-teorinya, solusinya yaitu dengan melakukan melakukan

pembelajaran penemuan (eksperimen).

Discovery learning merupakan suatu model pembelajaran yang

dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme. Discovery learning adalah

5
memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai

kepada suatu kesimpulan. Discovery terjadi apabila individu terlibat terutama dalam

penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip.

Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, dan

penentuan. Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery adalah the

mental process of assimilating conceps and princeples in the mind (Robert B. Sund

dalam Hosnan, 2014: 281)

Pembelajaran discovery learning merupakan pembelajaran yang berpusat

pada siswa, proses relatif berjangka waktu, berfokus pada masalah, dan unit

pembelajaran bermakna dengan memadukan konsep-konsep dari sejumlah komponen

disiplin ilmu (Hosnan, 2014: 282). Pada pembelajaran discovery guru berperan

sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar

secara aktif, guru harus membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai

dengan tujuan. Kondisi seperti ini ingin mengganti dengan kegiatan pembelajaran

yang teacher oriented menjadi student oeriented.

Pembelajaran dengan discovery learning dapat menumbuhkan motivasi siswa

sehingga siswa dapat aktif berparitisipasi dalam proses belajar dan mampu

mengembangkan keterampilan dalam percobaan serta mampu menemukan dan

membuktikan sendiri persamaan atau rumus dan teori-teori fisika yang mereka

pelajari melalui percobaan atau eksperimen. Hosnan, 2014:281 menyatakan dengan

belajar menggunakan discovery learning, siswa dapat belajar berpikir analisis dan

mencoba memecahkan sendiri masalah yang dihadapi. Selain itu pada pembelajaran

discovery learning keaktifan individu dan cara belajar yang dapat membuat siswa

6
bekerjasama dengan kelompoknya menjadi lebih baik.

Model pembelajaran discovery learning memiliki beberapa kelebihan: (1)

Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah. (2) Membantu

siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-

proses kognitif. (3) Model pembelajaran ini memungkinkan siswa berkembang

dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri dan dapat membantu siswa

memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan

yang lainnya. (4) Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena

mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti. (5) Mendorong siswa

berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri. (6) Mendorong siswa berpikir intuisi dan

merumuskan hipotesis sendiri. (7) Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik,

sehingga situasi proses belajar menjadi lebih terangsang. (8) Menimbulkan rasa

senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil, dan situasi

belajar terasa jadi lebih terangasang (Hosnan, 2014: 287).

Penerapan model pembelajaran discovery learning diharapkan mampu untuk

membantu siswa mencapai hasil belajar yang maksimal, membuat respon yang baik

bagi siswa karena pembelajaran dengan discovery learning mengajak siswa untuk

lebih aktif dalam proses pembelajaran dan dapat mengkonstruksikan pengetahuannya

sendiri melalui uji coba. Penerapan model discovery learning pada kelas VIII ini

disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan di ajarkan yaitu pada materi Cahaya.

Cahaya merupakan materi yang terdapat dalam pembelajaran IPA kelas VIII SMP

Negeri 14 Palangka Raya. Materi ini mengandung konsep, prinsip-prinsip, dan

aplikasinya yang sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Ditinjau dari

7
kompetensi dasar pada materi Cahaya, membuat laporan hasil penyelidikan tentang

pembentukan bayangan pada cermin, lensa dan alat optik, ini berarti dalam materi

Cahaya perlu dilakukan eksperimen untuk membuktikan bagaimana pembentukan

bayangan pada cermin dan lensa. Discovery learning memungkinkan siswa

melakukan percobaan untuk mengamati, menemukan, menafsirkan dan membuktikan

dari hasil pengamatan atau hasil percobaan sehingga diharapkan mampu membuat

hasil belajar siswa menjadi lebih baik lagi.

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning

Pada Materi Cahaya di Kelas VIII Semester II SMP Negeri 14 Palangka Raya

Tahun Ajaran 2016/2017”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah diungkapkan di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana ketuntasan hasil belajar kognitif siswa setelah diterapkan model

pembelajaran discovery learning pada materi cahaya di kelas VIII Semester II

SMP Negeri 14 Palangka Raya tahun ajaran 2016/2017?

2. Bagaimana respon siswa setelah diterapkan model pembelajaran discovery

learning pada materi cahaya di kelas VIII Semester II SMP Negeri 14 Palangka

Raya tahun ajaran 2016/2017?

8
1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui ketuntasan hasil belajar kognitif siswa setelah diterapkan model

pembelajaran discovery learning pada materi cahaya di kelas VIII Semester II

SMP Negeri 14 Palangka Raya tahun ajaran 2016/2017.

2. Mengetahui respon siswa setelah diterapkan model pembelajaran discovery

learning pada materi cahaya kelas di VIII Semester II SMP Negeri 14 Palangka

Raya tahun ajaran 2016/2017.

1.4 Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah, maka diperlukan batasan masalah sebagai

berikut:

1. Guru yang mengajar adalah peneliti.

2. Hasil belajar yang diteliti hanya pada hasil belajar kognitif.

3. Hasil belajar kognitif di ukur melalui THB.

4. Respon siswa di ukur melalui angket respon siswa.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:

1. Bagi siswa, dapat membangun pengalamannya sendiri melalui kegiatan yang

berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, serta memberikan kesempatan kepada

siswa untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya.

9
2. Bagi guru, dapat dijadikan alternatif pembelajaran serta menambah referensi

model dan metode pembelajaran yang telah ada di sekolah.

3. Bagi peneliti, sebagai bahan referensi dan informasi untuk menambah

pengetahuan tentang penggunaan model pembelajaran discovery learning.

10

Anda mungkin juga menyukai