Oleh:
SURIANI WIWIK ANGGRANI
ABSTRAK
Dalam proses pembelajaran guru mempunyai peran penting dalam
menciptakan kondisi pembelajaran yang optimal dan kondusif agar siswa
mudah memahami pelajaran yang disampaikan guru,tugas guru
mendorong siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran
berlangsung. Usaha untuk menciptakan kondisi yang dapat melibatkan
peran aktif siswa membutuhkan kemampuan guru dalam menerapkan
pendekatan pembelajaran yang sesuai dan bervariasi sehingga siswa akan
berperan aktif dan tercapai hasil yang diharapkan. namun kenyataannya
belum memperlihatkan hasil yang optimal. Kondisi ini disebabkan karena
pembelajaran di kelas masih monoton dan pendekatan yang kurang
bervariasi. Sehingga hasil belajar siswa masih rendah. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui adakah Pengaruh model pembelajaran SAVI
(Somatic–Auditory– Visualization–Intellectually) Terhadap Hasil Belajar
Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas 3 di MI Daarul Qur'an Al-hasan NW
Peresak tahun ajaran 2021/2022.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasi experimental design
jenis deskriptif kuantitatif. Populasi dari penelitian ini menggunakan dua
sekolah yaitu kelas 3 di MI Daarul Qur'an Al-hasan NW Peresak dan kelas
3 di MI NW Dasan Tengak tahun ajaran 2021/2022.Teknik pengambilan
sampel dalam penelitian ini yaitu siswa kelas 3 MI Daarul Qur'an Al-hasan
NW Peresak yang berjumlah 33 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas
3 MI NW Dasan Tengak sebagai kelas kontrol berjumlah 33 siswa. Teknik
pengambilan data yang digunakan adalah tes yang berbentuk esay dan
dokumentasi data serta kegiatan didalam kelas. Teknik analisis yang
digunakan pada penelitian ini adalah uji-t. Pengujian analisis data
dilakukan dengan metode Liliefors untuk uji normalitas dan uji Barlett
untuk uji homogenitas.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan perhitungan uji-t
diperoleh hasil bahwa Thitung=2,120 , sedangkan nilai Ttabel=2,0368.
Oleh karena Lhitung > Ltabel maka H0 ditolak dan H1 diterima. Maka
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran SAVI
(Somatic–Auditory–Visualization–Intellectually) Terhadap Hasil Belajar
Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Di MI Daarul Qur'an Al-hasan NW
Peresak tahun ajaran 2021/2022.
1
Agus, Model-model pembelajaran inofatif ( Bandung:Rineka Cipta,2013) h.46
2
Trianto, mendesain model pembelajaran inovatif-progresif (Jakarta; Kencana,2007) h.5
Model pembelajaran dipandang memiliki peran strategis
dalam upaya mendongkrak keberhasilan proses belajar
mengajar. Karena siswa bergerak dengan melihat kondisi
kebutuhannya, sehingga guru diharapkan mampu
menyampaikan materi dengan tepat tanpa mengakibatkan
siswa mengalami kebosanan. Akan tetapi sebaliknya, siswa
diharapkan dapat tertarik dan terus tertarik mengikuti
pelajaran, dengan keingintahuan yang berkelanjutan.
Penggunaan model pembelajaran bertujuan untuk
meningkatkan kerjasama akademik antar siswa, membentuk
hubungan positif, mengembangkan rasa percaya diri, serta
meningkatkan kemampuan akademik melalui aktivitas
individu maupun kelompok.
Tujuan menggunakan model pembelajaran juga yaitu
untuk memotivasi guru serta membangkitkan rasa keinginan
siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Karena dengan
menggunakan berbagai model pembelajaran yang menarik
motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran akan semakin
tinggi. Dengan adanya penerapan model pembelajaran peserta
didik dapat merasa senang dan tidak bosan dengan materi yang
diajarkan karena dapat menggunakan berbagai alat bantu baik
melalui komputer maupun tidak.
Seorang pendidik akan lebih mudah untuk berintraksi
dengan siswa ketika proses pembelajaran berlangsung.
Sehingga guru tidak terlalu lelah untuk hanya berceramah
didepan kelas saja. Melainkan siswa yang akan lebih dituntut
untuk terus berbicara dan terus aktif dalam proses
pembelajaran.
c) Hal-hal Yang Diperhatikan Dalam Memilih Model
Pembelajaran
1) Tujuan Pembelajaran atau Kompetensi Siswa
Tujuan pembelajaran atau kompetensi yang akan
dicapai siswa merupakan faktor utama yang harus
dipertimbangkan dalam pemilihan metode mengajar.
Tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar merupakan
pernyataan yang diharapkan dapat diketahui, disikapi atau
dilakukan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.
Rumusan tersebut sebagai dasar acuan dalam melakukan
pembelajaran. Oleh karena itu, pemilihan metode
mengajar harus berdasarkan pada tujuan pembelajaran
atau kompetensi yang akan dicapai siswa. Tujuan
institusional adalah tujuan yang ingin dicapai oleh suatu
lembaga pendidikan, misalnya SD, SMP, SMA, SMK dan
seterusnya. Tujuan bidang studi adalah tujuan yang harus
dicapai oleh suatu mata pelajaran atau suatu bidang studi,
sedangkan tujuan pembelajaran yaitu tujuan yang harus
dicapai dalam suatu pokok bahasa.
2) Karakteristik Bahan Pelajaran/Materi Pelajaran
Salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
memilih model pembelajaran adalah karakteristik bahan
pelajaran. Ada beberapa aspek yang terdapat dalam materi
pelajaran, aspek tersebut terdiri dari :
a) Aspek konsep (concept), merupakan substansi isi
pelajaran yang berhubungan dengan pengertian,
atribut, karakteristik, label atau ide dan gagasan
sesuatu. Artinya, guru akan memilih model mana
yang dianggap sesuai jika akan mengajarkan tentang
konsep, begitu juga dengan aspek yang lainnya.
b) Aspek fakta (fact), merupakan substansi isi pelajaran
yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang
lalu, data-data yang memiliki esensi objek dan waktu,
seperti nama dan tahun yang berhubungan dengan
peristiwa atau sejarah.
c) Aspek prinsip (principle), merupakan substansi isi
pelajaran yang berhubungan dengan aturan, dalil,
hukum, ketentuan, dan prosedur yang harus ditempuh.
Aspek proses (process), merupakan substansi materi
pelajaran yang berhubungan dengan rangkaian
kegiatan, rangkaian peristiwa, dan rangkaian tindakan.
d) Aspek nilai (value), merupakan substansi materi
pelajaran yang berhubungan dengan aspek perilaku
yang baik dan buruk, yang benar dan salah, yang
bermanfaat dan tidak bermanfaat bagi banyak orang.
e) Aspek keterampilan intelektual (intellectual skills),
merupakan substansi materi pelajaran yang
berhubungan dengan pembentukan kemampuan
menyelesaikan persoalan atau permasalahan, berpikir
sistematis, berpikir logis, berpikir taktis, berpikir
kritis, berpikir inovatif, dan berpikir ilmiah.
f) Aspek keterampilan psikomotor (psychomotor skills),
merupakan substansi materi pelajaran yang
berhubungan dengan pembentukan kemampuan fisik.
3) Waktu yang Digunakan
Pemilihan model pemberajaran juga harus
memperhatikan alokasi waktu yang tersedia dalam jam
pelajaran, ada beberapa model pembelajaran yang
dianggap relatif banyak menggunakan waktu, seperti
model-model pemecahan masalah, dan inkuiri.
Penggunaan model ini kurang tepat jika digunakan pada
jam pelajaran yang alokasi waktunya relatif singkat
sehingga penguasaan materi tidak akan optimal demikian
pula dengan pembentukan kemampuan siswa.
4) Faktor Siswa (Peserta Didik)
Faktor siswa merupakan salah satu faktor yang harus
dipertimbangkan dalam pemilihan model pembelajaran,
selain faktor-faktor yang telah dikemukakan di atas. Aspek
yang berkaitan dengan faktor siswa terutama pada aspek
kesegaran mental (faktor antusias dan kelelahan), jumlah
siswa dan kemampuan siswa. Guru harus bisa mengelola
pembelajaran berdasarkan jumlah siswa dan harus
mengatur tempat duduk supaya sesuai dengan kondisi
siswa dalam belajar. Posisi tempat duduk tidak harus
seperti kelas formal reguler, tetapi bersifat fleksibel dan
mendukung terhadap proses pembelajaran. Demikian pula
dengan kemampuan siswa dalam melakukan proses
pembelajaran. Umpamanya dalam proses pembelajaran,
guru akan menggunakan model Savi maka siswa yang
bersangkutan harus sudah memahami tentang cara belajar
model savi atau yang lainnya.
5) Fasilitas, Media, dan Sumber Belajar
Supaya memperoleh hasil belajar yang optimal maka
setiap peristiwa pembelajaran harus dirancang secara
sistematis dan sistemik. Prinsip-prinsip belajar yang
dijadikan landasan dalam pembelajaran diantaranya adalah
ketersediaan fasilitas, media, dan sumber belajar. Guru
tidak akan memilih metode mengajar yang memungkinkan
menggunakan fasilitas atau alat belajar yang beragam jika
di sekolahnya tidak memiliki fasilitas dan nilai belajar
yang lengkap. Dalam hal ini perlu diupayakan, apabila
guru dan siswa akan menggunakan alat atau fasilitas maka
guru bersangkutan sebelum pembelajaran harus
mempersiapkan terlebih dahulu. Media pesan lisan
(bahasa) harus dapat dipahami siswa sehingga siswa tidak
menimbulkan verbalisme. Pemberdayaan media maupun
bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan
kemampuan siswa.
b. Jenis-jenis Model Pembelajaran
Adapun jenis-jenis model pembelajaran antara lain:
1) Model Pembelajaran Kontekstual (Contekstual Teaching and
Learning)
Model pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar
dengan menghubungkan antara materi ajar dengan situasi
dunia nyata dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran
kontekstual dimulai dengan sajian atau tanya jawab.
2) Model Pembelajaran Kuantum
Model pembelajaran kuantum merupakan model
pembelajaran yang dirancang dari berbagai teori kognitif
yang menggunakan cara dan alat yang tepat untuk mengatasi
kesulitan belajar siswa sehingga mereka dapat belajar dengan
mudah.
3) Model Pembelajaran Sinektik
Model pembelajaran sinektik merupakan salah satu
model pembelajaran yang bertujuan untuk membantu
kemampuan seseorang dalam menyusun sebuah karya tulisan
4) Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Model pembelajaran berbasis masalah merupakan
model pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual.
Model ini tidak banyak fokus pada apa yang sedang
dikerjakan siswa tetapi pada apa yang siswa pikirkan selama
mengerjakannya.
2. Model Pembelajaran Savi
Model pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual dan
Intelektual) merupakan model pembelajaran yang melibatkan gerak
fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indranya
dalam proses pembelajaran. Artinya dalam pembelajaran
siswa tidak hanya duduk diam, tetapi dengan aktivitas yang
menggerakkan seluruh indranya. Oleh karena itu, peneliti
melakukan perbaikan pembelajaran pada aktivitas dan hasil belajar
dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran SAVI (Somatic
Auditory Visualitation Intelektually) Terhadap Hasil Belajar Siswa
Pada Mata Pelajaran IPA Kelas 3 Di MI Daarul Qur'an Al-hasan
NW Peresak Tahun Ajaran 2021/2022”.
Menurut Ngalimun (2012: 166)3 pembelajaran SAVI adalah
pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah
memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa. Dalam setiap
pembelajaran hendaknya tercipta beberapa jenis kegiatan, baik itu
mendengar, melihat sampai pada tahap mengkreasi sendiri sebuah
karya dengan kemampuan yang dimiliki siswa. Karakteristik dalam
model pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual)
sudah mewakili semua aktivitas siswa dalam kegiatan
pembelajaran, karena peserta didik tidak hanya mendapatkan
pengetahuan semata melainkan dapat benar-benar memahami dan
mengalami secara langsung apa yang dipelajari. Rusman (2012:
373-374) 4mengemukakan langkah-langkah model pembelajaran
SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) yaitu (1) persiapan,
(2) penyampaian, (3) pelatihan, (4) penampilan hasil.
Pembelajaran SAVI menekankan bahwa belajar haruslah
memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa. Istilah SAVI
kependekan dari :
1. Somatic (belajar dengan berbuat dengan bergerak) bermakna
gerakan tubuh (hand on, aktivitas fisik), yakni belajar dengan
mengalami dan melakukan.
3
Ngalimun, Strategi Belajar mengajar (jakarta:Rineka Cipta,2012) h.166
4
Rusman, Model-model penelitian (jakarta:Raja Grafindo persada,2012) h.373-374
2. Auditory (belajar dengan berbicara dan mendengar) bermakna
bahwa belajar haruslah melalui mendengar, menyimak,
berbicara presentasi, arguumentasi, mengemukakan pendapat,
dan mananggapi.
3. Visualization (belajar dengan mengamati dan
menggambarkan) bermakna belajar haruslah menggunakan
indra mata melalui mengamati, menggambar,
mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat
peraga.
4. Intellectually (belajar dengan memecahkanmasalah dan
berfikir) bermakna bahwa belajar haruslah menggunakan
kemampuan berfikir. Belajar haruslah dengan konsentrasi
pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar,
menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan mencipta,
memecahkan masalah dan menerapkannya.
Sintaks model pembelajaran SAVI
Langkah-langkah Model Pembelajaran SAVI
Menurut Meier (2002), langkah-langkah model
pembelajaran SAVI adalah sebagai berikut:
1) Tahap Persiapan (Preparation)
Tahap persiapan berkaitan dengan
mempersiapkan siswa untuk belajar. Tujuan tahap
persiapan adalah menimbulkan minat para
pembelajar, memberi mereka peranan positif
mengenai pengalaman belajar yang akan datang dan
menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk
belajar. Hal-hal yang dilakukan pada tahap persiapan
adalah sebagai berikut:
Melakukan apersepsi dan menjelaskan tujuan
pembelajaran (auditori).
Membagi kelas dalam beberapa kelompok (somatis).
Membangkitkan minat, motivasi siswa dan rasa ingin tahu
siswa (auditori).
2) Tahap penyampaian (Presentation)
Tahap penyampaian mempunyai tujuan untuk
membantu siswa menemukan materi belajar yang baik
dengan cara yang menarik dan menyenangkan. Tahap
penyampaian dalam belajar bukan hanya sesuatu yang
dilakukan fasilitator, melainkan sesuatu yang secara
aktif melibatkan siswa untuk menciptakan
pengetahuan disetiap langkahnya.
Fungsi tahap ini adalah membantu pembelajar
menemukan materi belajar yang baru dengan cara
yang menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan
panca indra, dan cocok untuk semua gaya
belajarAdapun langkah-langkah yang dilakukan pada
tahap ini adalah sebagai berikut:
Menyampaikan materi dengan cara memberi contoh nyata
(somatis dan auditori).
Dari contoh guru menjelaskan materi secara rinci
(auditori).
3) Tahap Pelatihan (practice)
Tujuan tahap penelitian membantu siswa
mengintegrasikan dan memadukan pengetahuan atau
keterampilan baru dengan berbagai cara yaitu
mengajak siswa berpikir, berkata dan berbuat
mengenai materi yang baru dengan aktivitas pelatihan
pemecahan soal.
Fungsi tahap ini adalah membantu pembelajar
mengintegrasi dan menyerap pengetahuan dan
keterampilan baru dengan berbagai cara. Langkah-
langkah yang dilakukan pada tahap pelatihan adalah
sebagai berikut:
Memberikan lembar soal untuk diselesaikan dengan
berdiskusi sesuai dengan kelompoknya masing-masing
(visual dan intelektual).
Meminta beberapa siswa mewakili kelompok untuk
menampilkan hasil pekerjaanya dan meminta yang lain
menanggapi hasil pekerjaan temannya dan memberi
kesempatan untuk bertanya (somatis, auditori, visual,
intelektual).
Menilai hasil pekerjaan siswa dan meralat jawaban apabila
terdapat kesalahan terhadap hasil pekerjaannya (auditori).
4) Tahap Penampilan (Performance)
Tujuan dalam penampilan hasil adalah membantu
pelajar menerapkan dan mengembangkan
pengetahuan serta kererampilan baru mereka pada
pekerjaan sehingga pembelajar tetap melekat dan
prestasi terus meningkat.
Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap
penampilan adalah sebagai berikut: yaitu dengan:
Memberi suatu evaluasi yang berupa lembar soal untuk
mengetahui dan mengembangkan tingkat pemahaman
serta keterampilan siswa setelah proses pembelajaran
(somatis dan intelektual).
Menegaskan kembali materi yang telah diajarkan
kemudian menyimpulkan dan memberikan PR (auditori).
Di bawah ini beberapa contoh bagaimana membuat
aktivitas sesuai dengan cara belajar/gaya belajar siswa.
Kelebihan :
Membangkitkan kecerdasan terpadu siswa secara penuh
melalui penggabungan gerak fisik dengan aktivitas
intelektual.
Siswa tidak mudah lupa karena siswa membangun sendiri
pengetahuannya.
Suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan
karena siswa merasa diperhatikan sehingga tidak cepat
bosan untu belajar.
Memupuk kerja sama karena siswa yang lebih pandai
diharapkan dapat membantu yang kurang pandai.
Memunculkan suasana belajar yang lebih baik, menarik,
dan efektif.
Mampu membagitkan kreativitas dan meningkatkan
kemapuan psikomotor siswa.
Memaksimalkan ketajaman konsentrasi siswa.
Siswa akan lebih termotivasi untuk belajar lebih baik.
Melatih siswa untuk terbiasa berpikir dan mengemukakan
pendapat dan berani menejelaskan jawabannya.
Merupakan variasi yang cocok untuk semua gaya belajar.
Kekurangan :
Pendekatan ini menuntuy adanya guru yang sempurna
sehingga dapat memadukan keempat komonen dalam
SAVI secara utuh.
Penerapan pendekatan ini membutuhkan kelengkapan
sarana dan prasarana pembelajaran yang menyeluruh dan
disesuaikan dengan kebutuhannya sehingga memerlukan
biaya pendidikan yang sangat besar. Terutama untuk
pengadaan media pembelajarn yang canggih dan menarik.
Ini dapat terpenuhi pada sekolah-sekolah maju
(Meier,2005:91-99).
Karena siswa terbiasa diberi informasi terlebih dahulu
sehingga kesulitan menemukan jawaban ataupun
gagasannya sendiri.
Membutuhkan waktu yang lama terutama bila siswa
memiliki kemapuan yang lemah.
Membutuhkan perubahan agar sesuai dengan situasi
pembelajaran saat itu.
Belum ada pedoman penilaian sehingga guru merasa
kesulitan dalam evaluasi atau memberi nilai.
Pendekatan SAVI masih tergolong baru sehingga banyak
pengajar yang belum mengetahui pendekatan SAVI
tersebut.
Pendekatan SAVI cendrung mensyaratkan keaktifan siswa
sehingga bagi siswa yang kemampuannya lebih bisa
merasa minder.
Pendekatan ini tidak dapat diterapkan untuk semua
pelajaran matematika.
3. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Secara sederhana hasil belajar diartikan sebagai
kemampuan yang diperoleh seseorang setelah melalui kegiatan
belajar, karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari
seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk
perubahan tingkah laku yang relatif menetap. Hasil belajar
juga diartikan sebagai perubahan-perubahan yang 8terjadi pada
diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar (Syagala Syaiful
Bahri, 2008: 12)5.
5
Bahri,Syaiful Syagala, Strategi belajar mengajar (jakarta: Rineka Cipta,2008) h.12
Pengertian di atas dipertegas oleh pendapat Nawawi
(dalam Ahmad Susanto, 2013: 5)6 bahwa hasil belajar adalah
tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran
di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari
hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Belajar
dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan.
Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang
sebagai subjek dalam belajar.
Menurut Slameto (2008: 77) “hasil belajar adalah
sesustu yang diperoleh dari suatu proses usaha setelah
melakukan kegiatan belajar yang dapat diukur dengan
menggunakan tes guna melihat kemajuan siswa”. Lebih lanjut
Slameto (2008: 8) mengemukakan bahwa hasil belajar diukur
dengan rata-rata hasil tes yang diberikan dan tes hasil belajar
itu sendiri adalah sekelompok pertanyaan atau tugas-tugas
yang harus dijawab atau diselesaikan oleh siswa dengan tujuan
mengukur kemajaun belajar siswa”. “Tes hasil belajar
bermaksud untuk mengukur sejauh mana para siswa telah
menguasai atau mencapai tujuan-tujuan pengajaran yang telah
ditetapkan”.
Dimyati dan Mudjiono (2008: 3)8 menambahkan bahwa
hasil belajar merupakan hasil dari interaksi tindakan belajar
dan tindakan mengajar dan dari sisi guru tindakan diakhiri
dengan proses evaluasi hasil belajar, sedangkan dari siswa
hasil belajar merupakan berakhirnya pengalaman belajar,
sebagai tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam
mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan
pendidikan yang ditetapkan.
6
Ahmad susanto, penilaian hasil protes belajar mengaja (Bandung:Remaja Rosdakarya 2013) h.5
7
Slameto, penilaian hasil belajar mengajar ( Bandung: Remaja rosdakarya,2008) h.8
8
Mudjiono, Dimyati, hasil belajar ( jakarta:bumi aksara, 2008) h.3
Berdasarkan uraian tersebut maka hasil belajar dapat
diartikan sebagai tingkat kemampuan yang dimiliki oleh
seorang siswa terhadap materi pelajaran setelah mengikuti
proses pembelajaran di sekolah dan dinyatakan dalam bentuk
skor yang sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan.
b. Macam-macam Hasil Belajar
Kingsley dalam Ahmad Susanto, 2013: 3) membagi
hasil belajar menjadi dua macam yaitu:
1) Keterampilan dan Kebiasaan
Pada dasarnya belajar adalah suatu proses atau
kegiatan yang tujuannya akan memberikan seseorang
keterampilan. Keterampilan dapat diperoleh dari
kebiasaan seseorang dalam melakukan sesuatu atau
mempelajari sesuatu. Jadi antara belajar, keterampilan
dan kebiasaan sebenarnya saling berkaitan. Ketika
seseorang mempelajari sesuatu atau menekuni suatu hal
dan itu menjadi sebuah kebiasaan maka akan
menghasilkan keterampialan bagi individu tersebut.
2) Pengetahuan dan Pengertian
Tujuan lain dari proses belajar yang dilakukan
seseorang adalah memperoleh kompetensi baik itu
pengetahuan, sikap maupun psikomotor. Dengan
belajar seseorang diharapkan akan mendapatkan
pengetahuan yang dapat menambah wawasan yang
nantinya akan bermanfaat bagi individu itu sendiri.
Ketika seseorang telah memiliki pengetahuan yang luas
maka tentunya hal tersebut akan memberikan
pemahaman atau pengertian bagi dirinya sendiri
sebagai perbandingannya untuk bisa berfikir lebih baik.
Hasil belajar berupa prestasi belajar atau kinerja
akademik yang dinyatakan dengan skor atau nilai, pada
prinsipnya pengungkapannya hasil belajar ideal itu
meliputi segenap ranah psikologis yang berupa akibat
pengalaman dan proses belajar. (Hardiansyah 2006:
22)9
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Wasliman (dalam Ahmad Susanto, 2013: 12)10
hasil belajar yang dicapai oleh siswa merupakan hasil interaksi
antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal
maupun eksternal. Secara perinci, uraian mengenai faktor
internal dan eksternal yaitu sebagai berikut:
1) Faktor Internal
Faktor ini merupakan faktor yang bersumber dari
diri siswa, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya.
Faktor internal ini meliputi: kecerdasan, minat dan
perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan
belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.
2) Faktor Eksternal
Faktor ini merupakan faktor yang bersumber dari
luar diri siswa yang akan mempengaruhi hasil belajarnya
yaitu lingkungan, yang meliputi: keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Keadaan keluarga berpengaruh terhadap
hasil belajar siswa. Keluarga yang morat-marit keadaan
ekonominya, pertengkaran orang tua, perhatian yang
kurang dari orang tua terhadap anaknya, serta prilaku
9
Hardiansyah,Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains.J(ogjakarta: Diva
Press, 2006)h.22
Waslim,proses penilaian hasil belajar mengajar(Bandung,Remaja
10
Rosdakarya,2010)h.21
yang kurang baik dari orang tua dalam lingkungan
keluarga sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Sementara itu menurut Sunarto (2009: 41)11
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara
lain:
3) Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor-faktor yang berasal dari
dalam diri seseorang yang dapat mempengaruhi prestasi
belajarnya. Diantara faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar antara lain:
kecerdasan/intelegensi, bakat, minat, motivasi.
4) Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar seseorang dari luar diri
seseorang tersebut. Yang termasuk faktor-faktor ekstern
antara lain: keadaan lingkungan keluarga, keadaan
lingkungan sekolah, keadaan lingkungan masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas, hasil belajar dapat
diartikan sebagai tingkat pemahaman seorang siswa
terhadap materi pelajaran setelah mengikuti
pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk skor. Hasil
belajar tersebut dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor
internal dan eksternal.
4. Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam
a. Pengertian IPA
Pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah,
proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Selain itu, IPA dipandang
pula sebagai proses, sehingga produk, dan sebagai prosedur
(Marsetio Donosepoetro, 1990 : 6).12 Sebagai proses diartikan
11
Sunarto,evaluasi pendidikan (prinsip & operasionalnya)(jakarta bumi aksara:2009)h.41
12
Donosepoetra, marsetIo pembelajaran IPA di sekolah Dasar (jakarta Barat:1990) h.6
semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan
tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru.
Sebagai produk diartikan sebagai hasil proses , berupa
pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau di luar
sekolah ataupun bahan bacaan untuk penyebaran atau
dissiminasi pengetahuan. Sebagai prosedur dimaksudkan
adalah metodologi atau cara yang dipakai untuk mengetahui
sesuatu (riset pada umumnya) yang lazim disebut metode
ilmiah (scientific method).
Selaln sebagai proses dan produk, Daud Joesoef (dalam
Marsetio Donosepoetro, 1990: 7)13, pernah menganjurkan
agar IPA dijadikan sebagai suatu “kebudayaan” atau suatu
kelompok institusi sosial dengan tradisi nilai, aspirasi,
maupun inspirasi.
Sementara itu, menurut Laksmi Prihantoro dkk., (1986)
mengatakan bahwa IPA hakikatnya merupakan suatu produk,
proses dan aplikasi. Sebagai produk IPA merupakan
sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan konsep dan bagan
konsep. Sebagai suatu proses, IPA meupakan proses yang
dipergunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan
dan mengembangkan produk-produk sains, dan sebagai
aplikasi, teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang
dapat memberi kemudahan bagi kehidupan.
Secara umum IPA meliputi tiga bidang ilmu dasar,
yaitu biologi, fisika, dan kimia. Fisika merupakan salah satu
cabang dari IPA, dan merupakan ilmu yang lahir dan
berkembang lewat langkah-langkah observasi, perumusan
masalah, penyusunan hipotesis, pengeujian hipotesis melalui
eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan
konsep. Dapat dikatakan bahwa hakikat fisika adalah ilmu
13
Daud joesoef,Belajar dan pembelajaran(Jakarta:Rineka CIPTA,1990)h.7
pengetahuan yang memepelajari gejala-gejala melalui
serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang
dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud
sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen
terpenting berupa konsep, prinsip, dan teori yang berlalu
secara universal.
Secara khusus fungsi dan tujuan IPA berdasarkan
kurikulum berbasis kompetensi (Depdiknas, 2003: 2) 14 adalah
sebagai berikut.
a. Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.
b. Mengembangkan keterampilan, sikap dan nilai ilmiah.
c. Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang
melek sains dan teknologi.
d. Menguasai konsep sains untuk bekal hidup di
masyarakat dan melanjutkan pendidikan ke jenjang
lebih tinggi.
Dari fungsi dan tujuan tersebut kiranya semakin jelas
bahwa hakikat IPA semata-mata tidaklah pada dimensi
pengetahuan (keilmuan), tetapi lebih dari itu, IPA lebih
menekankan pada dimensi nilai ukhrawi, dimana dengan
memerhatikan keteraturan di alam semesta akan semakin
meningkatkan keyakinan akan adanya sebuah kekuatan yang
Mahadahsyat yang tidak dapat dibantah lagi, yaitu Allah
SWT. Dengan dimensi ini IPA hakikaktnya mentautkan
antara aspek logika –materil dengan aspek jiwa-spiritual,
yang sementara ini dianggap cakrawala kosong, karena suatu
anggapan antara IPA dan agama merupakan dua sisi yang
berbeda dan tidak mungkin dipersatukan satu sama lain
14
Depdiknas, hakikat pembelajaran IPA( jakarta:Rineka CIPTA,2003) h.2
dalam satu bidang kajian. Padahal senyatanya terdapat
benang merah ketertautan diantara keduanya.
B. Penelitian yang Relevan
Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Hasil penelitian Aqmarina Ramdhani: 2016/2017 telah melakukan
penelitian dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran SAVI dan
Benda-benda Konkret Terhadap Hasil Belajar Materi Sifat-sifat
Cahaya Pada Siswa Kelas 5 Kota Kediri. Hasil penelitian ini ini
membuktikan bahwa model pembelajaran savi ini berpengaruh terhadap
hasil belajar karena dapat mendorong dan menginspirasi siswa berfikir
kritis, analisis dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami,
memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran
sehingga siswa lebih mudah mengingat materi pembelajaran yang telah
diberikan.
2. Hasil penelitian Hananto Wibowo dalam penelitiannya mengkaji
pendekatan SAVI (Somatic, auditory, visualization, intellectualy)
dengan motode eksperimen yang menyatakan bahwa hasil belajar IPA
sesudah diberikan perlakuan lebih tinggi daripada sebelum diberikan
perlakuan SAVI (Somatic, auditory, visualization, intellectualy) dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar siswa lebih baik setelah diberikan
perlakuan dengan model pembelajaran SAVI (Somatic, auditory,
visualization, intellectualy)".
3. Hasil penelitian Endah Setiana Dewi dengan Model Pembelajaran
SAVI Pada mata pelajaran IPA KELAS 6 Kabupaten cilacap 2017
dengan metode penelitian eksperimen yang menyatakan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan dari penggunaan model
pembelajaran SAVI (Somatic, auditory ,visualization ,intellectualy)".
C. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir merupakan model konseptual mengenai bagaimana
satu teori berhubungan diantara berbagai faktor yang yang telah
diidentifikasikan penting terhadap penelitian. Kerangka berfikir adalah
bagian dari teori yang menjelaskan tentang alasan atau argumen bagi
rumusan hipotesis, akan menggambarkan aliran pemikiran peneliti dan
memberikan penjelasan kepada orang lain, tentang hipotesis yang diajukan.
Pada bagian ini akan dijelaskan model pembelajaran SAVI (Somatic,
auditory, visualization, intellectualy).
Pembelajaran menggunakan model SAVI (Somatic,
auditory,visualization, intellectualy) adalah salah satu model belajar yang
menuntut siswa untuk aktif. Karena dalam model belajar ini siswa dituntut
untuk melakukan sesuatu dengan melibatkan semua panca Indra (melakukan
sesuatu, mendengarkan, melihat, dan berfikir). Sehingga dengan
pembelajaran ini berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Maka peneliti
mengharapkan peningkatan hasil belajar siswa dan siswa dapat memahami
pelajaran yang disampaikan oleh pendidik sehingga siswa dapat memahami
materi wujud benda padat, cair, gas dan daur air.
X Y
Keterangan:
X: Model pembelajaran
Y: Hasil pembelajaran
Dimana simbol X adalah variabel bebas yaitu model pembelajaran
SAVI. Sedangkan simbol Y adalah variabel terikat yaitu hasil belajar IPA
siswa kelas 3 MI Daarul Qur'an Al-hasan NW Peresak. Dalam kerangka
pikir ini dapat digambarkan bahwasannya dimana variabel bebas yaitu
model pembelajaran SAVI dapat mempengaruhi variabel terkait yaitu hasil
belajar IPA siswa kelas 3 MI Daarul Qur'an Al-hasan NW Peresak.
D. Hipotesis Penelitan
Berdasarkan pada rumusan masalah dan tujuan yang telah diuraikan di
atas, dapat dirumuskan hipotesis tindakan yaitu Terdapat pengaruh yang
signifikan penerapan Model pembelajaran Savi (Somatic, auditory,
visualization, intellectualy) terhadap hasil belajar siswa kelas 3 MI Daarul
Qur'an Al-hasan NW Peresak.
BAB III METODOLOGI PENELITAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian eksperimen. Eksperimen yaitu penelitian yang digunakan
untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam
kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2009:6)15. Desain penelitian
yang digunakan adalah pre–experimental design bentuk pre-test and
post test group design. pre-experimental design karena belum
merupakan eksperimen sungguh-sungguh karena masih terdapat
variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel
dependen (Sugiyono, 2012: 74)16.
2. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah rancangan yang menyebutkan bagaimana
penelitian itu dilakukan berdasarkan masalah, tujuan dan hipotesis
yang diajukan, maka desain atau rancangan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pre experimental design. Adapun bentuk desain
dari pre eksperimental design yang digunakan dalam penelitian ini
adalah one group pretest postest design.
Desainnya sebagai berikut:
O 1 X 02
Keterangan :
O1= nilai pretest (sebelum perlakuan)
x = pembelajaran menggunakan teknik pengamatan objek langsung
O2 = nilai postest (sesudah diberi perlakuan)
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
15
Sugiyono,Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D(IKAPI:CV.Alfabeta,2009) h.6
16
Ibid
Penelitian ini dilakukan di MI Daarul Qur'an Al-hasan NW Peresak
Tahun Pelajaran 2021/2022.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan pada bulan juli di MI
Daarul Qur'an Al-hasan NW Peresak pada siswa kelas 3 Semester 1
Tahun Ajaran 2021/2022.
C. Subjek Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila ingin
meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Karna subjeknya
meliputi semua yang terdapat di dalam populasi, maka juga disebut
sensus (Arikunto, 2010: 173)17. Adapun populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas 3 MI Daarul Qur'an Al-hasan NW Peresak
Tahun ajaran 2021/2022.
2. Sampel
1. Sampel kelas eksperimen di kelas 3 MI Daarul Qur'an Al-hasan
NW Peresak yang jumlah siswanya terdiri dari 33 siswa.
2. Sampel kelas kontrol di kelas 3 MI NW Dasan Tengak yang jumlah
siswanya terdiri dari 33 siswa.
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk diperoleh informasi tentang hal tersebut,
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012:38)18.
1. Variabel Indevendent (Variabel Bebas)
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen
(terikat). Adapun variabel bebasnya adalah model pembelajaran yang
digunakan yaitu model pembelajaran sinektk.
17
Arikunto, suharsimi Prosedur penelitian suatu pe dekata praktis ( jakarta: PT Rineka cipta,
2010) h.173
18
Sugiyono, Metode penelitian kuantitatf, kualitatif R&D (IKAPI:CV.Alfabeta,2012) h.38
2. Variabel Dependent (Variabel Terikat)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Varibel terikatnya yaitu
hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan alam kelas 3
di MI Daarul Qur'an Al-hasan NW Peresak.
E. Tekhnik Pengumpulan Data
Tekhnik pengumpulan data merupakan cara-cara yang dilakukan
peneliti untuk memperoleh data. Sejalan dengan Sugiyono (2010:193) 19,
pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, sumber, dan
berbagai cara. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
penelitian ini adalah tes.
1. Tes
Tes merupakan sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban yang
benar dan salah, tes diartikan juga sebagai sejumlah pertanyaan yang
membutuhkan jawaban, atau sejumlah pernyataan yang harus diberikan
tanggapan. Tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya
tingkat kemampuan manusia secara tidak langsung, yaitu melalrespon
seseorang terhadap sejumlah stimulus atau pertanyaan (Djemari,
2008:67)20. Berdasarkan pendapat tersebut bisa disimpulkan bahwa tes
merupakan alat yang digunakan oleh seseorang untuk mengukur suatu
keberhasilan.
Pada penelitian ini tes yang digunakan berupa tes hasil belajar. Tes
ini digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Pelaksanaan tes
dilakukan secara individu pada siswa dengan cara menyuruh siswa
untuk berdiskusi dengan teman kelompoknya untuk menuangkan ide
mereka.
2. Dokumentai
19
Ibid.h.193
20
Djemari,Metodologi penelitian pendidikan(Jakarta,Bumi Aksara:2008)h.67
Teknik ini digunakan untuk mengetahui hasil nilai ulangan, jumlah
peserta didik dan pengambilan gambar pada saat proses belajar
mengajar berlangsung.
F. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data atau instrumen penelitian adalah semua
alat yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu
masalah, dengan tujuan memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu
hipotesis.
1. Lembar Tes Hasil Belajar
Lembar tes hasil belajar digunakan untuk mengumpulkan data
tentang hasil belajar siswa pada saat uji coba lapangan menggunakan
model pembelajaran IPA. Tes yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dalam bentuk uraian yang tertuang pada buku siswa. Dimana
tes uraian adalah pertanyaan yang berupa soal tidak ada jawaban
pilihan yang disediakan, siswa menentukan sendiri jawaban yang
dianggap benar sesuai dengan pertanyaan. Tes uraian dalam penelitian
ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mengutarakan apa yang sudah didapatkan selama mengikuti
proses pembelajaran.
G. Uji Coba Instrumen
Instrumen penelitian merupakan sebuah alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data atau informasi yang bermanfaat untuk menjawab
permasalahan penelitian.
1. Uji Validitas Instrumen
Validitas merupakan dukungan bukti dan teori terhadap penafsiran
skor tes sesuai dengan tujuan penggunaan tes. Oleh karena itu, validitas
merupakan fundamen yang paling dasar dalam mengembangkan dan
mengevaluasi suatu tes (Djemari, 2008:16)21. Validitas digunakan untuk
mengukur sejauh mana ketepatan alat ukur dalam melakukan fungsi
ukurnya.
21
Ibid.h.16
Validitas instrumen menunjukkn bahwa hasil dari suatu
pengukuran dan menggambarkan segi atau aspek yang diukur. Sebuah
instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat digunakan
untuk mengukur apa yang seharusnya diukur, (Sugiyono, 2015:173) 22.
Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data
yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas
yang dimaksud.
Valid atau tidaknya suatu tes dapat digunakan rumus korelasi
Product Moment dengan angka kasar sebagai berikut:
rxy= N ¿ ¿ ¿ ¿
Keterangan :
product moment kriteria pengujian yaitu apabila rxy ≥ rtabel, maka soal
akan baik atau valid sebaliknya jika rxy ≤ rtabel, maka soal dikatakan
tidak valid.
22
Sugiyono,metode penelitian kuantitatif,kualitatif R&D (IKAPI:CV Alfabeta,2015)h.173
23
Arikunto,suharsimi prosedur penelitian suatu pendekatan praktis ( jakarta: PT Rineka
Cipta,2010) h.72
Tes uraian ini terdiri dari 10 soal sebelum diuji coba instrumen
dengan validitas soal, setelah diuji validitas yang akan digunakan hanya
6 nomor soal.
Dalam penelitian, instrumen tersebut disesuaikan dengan kisi-kisi
tes dan untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel maka instrumen
yang digunakan harus valid. Instrumen yang telah teruji validitasnya
otomatis hasil penelitiannya menjadi valid.
Adapun untuk mengetahui validitas butir soal maka digunakan
lembar validitas dari validator. Sedangkan untuk menguji valid atau
tidaknya butir soal dihitung dengan mengkonversi dengan cara
dianalisis secara deskriptif kuantitatif dengan teknik persentase dan
kategorisasi.
Langkah-langkah yang digunakan untuk memberikan kriteria
kualitas terhadap instrumen yang digunakan adalah:
1. Data yang berupa skor validitas oleh validator diubah menjadi data
interval sebagai berikut:
a. Sangat Setuju = 5 (100% sesuai dengan unsur-unsur
pernyataan)
b. Setuju = 4 ( 80% sesuai dengan unsur-unsur pernyataan)
c. Cukup Setuju = 3 (60% sesuai dengan unsur-unsur pernyataan)
d. Kurang Setuju = 2 (40% sesuai dengan unsur-unsur
pernyataan)
e. Tidak Setuju = 1 (20% sesuai dengan unsur-unsur pernyataan)
Pada lembar validitas disediakan lima pilihan untuk memberikan
tanggapan tentang kualitas instrumen terkait dengan butir soal yang
akan digunakan, yaitu sangat sesuai (5), sesuai (4), cukup sesuai (3),
kurang sesuai (2) dan tidak sesuai (1). Jika validator memberikan
tanggapan “sangat baik” pada butir pernyataan, maka butir pernyataan
sebesar “5”, demikian seterusnya.
Skor yang diperoleh kemudian dikonversikan menjadi data
kualitatif skala lima dengan acuan rumus sebagai berikut:
Tabel 5.
Konversi Data Kuantitatif Ke Data Kualitatif dengan Skala Lima
Nilai Interval Skor Kategori
A X > Xi+1, 80 SBi Sangat sesuai
B Xi +0,60 SBi < X < Xi + 1,80 SBi Sesuai
C Xi- 0,60 SBi < X < Xi + 0,60 SBi Cukup sesuai
D Xi – 1,80 SBi < X < Xi - 0,60 SBi Kurang sesuai
E X < Xi - 1,80 SBi Tidak sesuai
Keterangan:
Xi = Rerata skor ideal = 1/2 (skor maksimal ideal + skor minimal ideal).
SBi = Simpangan baku ideal = 1/6 (skor maksimal ideal – skor minimal ideal).
X = Skor aktual.
Dalam penelitian ini, ditetapkan nilai kelayakan produk minimal
“C” dengan kategori “cukup”, sehingga hasil penilaian dari validator
sudah memberikan hasil penilaian ahir (keseluruhan) dengan nilai
minimal “C” (cukup), maka instrumen yang digunakan sudah bisa
dikatakan valid. Untuk lebih mengakuratkan maka diuji cobakan di
sekolah lain dengan kelas yang sama yaitu kelas 3 di SDN 2 SEPIT
karena tingkat kualifikasinya sama. Jadi valid atau tidaknya suatu tes
yang diujikan dapat dihitung menggunakan rumus korelasi Product
Moment.
Menurut Zainal Arifin (2011: 254)24 kriteria koefisien korelasi (r)
r r
adalah jika hitung > tabel , dengan taraf signifikansi 5% maka instrumen
tersebut valid. Berdasarkan perhitungan validitas instrumen soal dengan
menggunakan rumus korelasi product moment.
Dari hasil validasi didapatkan hasil, bahwa dari 15 butir soal yang
mempunyai kriteria sangat baik 7 soal, baik 1 soal, cukup baik 2 soal,
dan yang kurang baik 5 soal sehingga jumlah soal yang valid sejumlah
10 butir soal
24
Arifin Zainal,Teknik penyusunan tes dan non tes(Jogjakarta:Mitra cendikia press,2011)h.154
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas sama dengan konsistensi atau keajekan. Reliabilitas
adalah suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik. Bukan semata-
mata instrumennya, yang diusahakan adalah datanya (Suharsimi,
2010:221)25. Suatu instrumen penelitian dikatakan mempunyai nilai
reliabilitas yang tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang
konsisten dalam mengukur yang hendak diukur.
Maka dari itu peneliti terlebih dahulu berkonsultasi kepada dosen
pembimbing proposal apakah instrumen yang akan digunakan sesuai
dengan kemampuan siswa sebagai objek penelitian. Kemudian peneliti
mengajukan instrumen penelitian tersebut kepada dosen pembimbing
ahli untuk mengevaluasi dan memberi saran apakah instrumen sudah
valid dan dapat dipercaya untuk diterapkan kepada siswa.
Uji Reliabilitas diperoleh setelah hasil akhir penyebaran instrumen
dan karena instrumen yang peneliti gunakan adalah tes dengnan jumlah
soal ganjil, maka dalam menentukan reabilitasnya tersebut
menggunakan rumus Kuder dan Richardson (K-R. 20). Adapun rumus
K-R. 20 yaitu:
r22 =[ ][n
n−1
S ²−∑ pq
S² ]
Keterangan:
25
Suharsimi,prosedur penelitiansuatu pendekatan praktis( jakarta: PT Rineka Cipta,2010)h.221
(Suharsimi, 2010: 231)26
26
Ibid h.231
dan sebut dengan S(z) hitung proposinya, kalau n=10, maka
tiap-tiap frekuensi kumulatif dibagi dengan n digunakan nilai
Lhitung yang terbesar.
5) Tentukan nilai Lhitung = |F(Zi) – S(Zi)|, hitung selisihnya,
kemudian bandingkan dengan nilai Ltabel dari tabel liliefors
6) Jika Lhitung < Ltabel, maka H0 diterima, sehingga dapat
disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Pengujian terhadap normal tidaknya distribusi data pada sampel
perlu kiranya peneliti melakukan pengujian terhadap kesamaan
(homogenitas) beberapa bagian sampel, yakni seragam tidaknya
variansi sampel-sampel yang diambil dari populasi yang sama.
Pengujian homogenitas sampel menjadi sangat penting apabila peneliti
bermaksud melakukan generalisasi untuk hasil penelitiannya serta
penelitian yang data penelitiannya diambil dari kelompok-kelompok
terpisah yang berasal dari satu populasi.
Homogenitas varians sampel dapat digunakan menggunakan uji
Barlett dengan rumus chi-kuadrat yaitu:
2
( f o −f h )
Dimana: x =∑ 2
fh
2
x = chi- kuadrat
√
t = s1 +s 2
2
n1 +n2
2
keterangan:
x1 = rata-rata nilai hasil belajar kelas eksperimen
27
Sugiono (2012)metode penelitian kuantitatif-kwalitatif dan R&D IKAPI CV Alfabeta
x2 = rata-rata nilai hasil belajar
kelas kontol
S = simpangan baku gabungan
N1 = banyaknya peserta didik
kelas ekperimen
N2 = banyaknya peserta didik
kelas kontrol
S12= variansi kelas ekperimen
S22= variansi kelas control
Menentukan nilai ttabel = t(dk = n1 + n2 – 2)
kriteria pengujian hipotesis: jika thitung ≥ ttabel maka H0 ditolak dan jika
thitung > ttabel maka H1 diterima dengan taraf signifikan 5%.
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian
1. Sejarah Singkat Berdirinya MI Daarul Qur'an Al-hasan NW Peresak
Madrasah Ibtidaiyah Daarul Qur'an Al-hasan NW Peresak terlahir
sebagai madrasah swasta pada tahun 2016 yang menempati sebuah
bangunan yang merangkap mushola.
Madarasah Ibtidaiyah adalah wadah kegiatan propesional untuk
membina, membimbing, mendidik, mengarahkan siswa/siawi secara
koordinatif dan fungsional antara kepala madrasah, dewan guru, wali
murid beserta pihak terkait (Stic Kholder).
Visi dan Misi MI Daarul Qur'an Al-hasan NW Peresak yaitu sebagai
berikut:
Visi : Menjadikan Madrasah yang
berprestasi Misi :
a. Mandiri
b. Berperestasi dan
c. Berahlak qur’ani
2. Tujuan MI Daarul Qur'an Al-hasan NW Peresak
a. Menghasilkan Lulusan yang berprestasi dan Islami
b. Menghasilkan Guru yang Profesional Tujuan Umum
Meningkatkan mutu penyelenggaraan madrasah yang efektif dan
efisiaen, serta meningkatkan peranserta masyarakat secara optimal dan
mengembangkan
pembelanjaran aktif, dinamik, menyenangkan dengan
pemanpaatan sumberdaya lingkungan yang ada.
Tujuan Khusus
a. Meningkatkan kemampuan-kemampuan individual.
b. Meningkatkan propesional civitas madrasah dalam mencapai target
mutu yang ditetapkan.
c. Meningkatkan jaringan kerja kemitaraan antara madrasah, dengan
masyarakat dan pihak manapun untuk berkontribusi secara optimal
dalam menyelenggarakan pendidikan dimadrasah
d. Mengembangkan peran aktif masyarakat terhadap terhadap
masalah yang dialami dalam menuju madrasah madiri dan bermutu
kompetitif.
3. Karakteristik MI Daarul Qur'an Al-hasan NW Peresak
Memiliki kebijakan mutu PBM yang berorientasi pada proses
belajar untuk bekerja, belajar untuk hidup bersama, belajar untuk
mengetahui, belajar untuk diri sendiri.
a. Sumberdaya yang tersedia memiliki kemampuan PBM dan
manajerial.
b. Staf yang kompeten, berdedikasi yang tinggi, kebersamaan,
keterikatan, kesatuan dan komunikatif, lingkungan madrasah yang
aman, tertib dan menyenangkan.
c. Memiliki harapan prestasi yang tinggi, pengelolaan dengan tenaga
kependidikan yang efektif, perencanaan yang matang, penilaian
dan imbal jasa.
d. Berorientasi pada siswa yang memiliki budaya mutu, kontrol untuk
kendali kualitas, kewenangan selaras dengan tanggung jawab,
prestasi disertai dengan penghargaan, kerjasama yang solid, aman,
nyaman dan puas serta merasa memiliki.
e. Manajemen yang memadai, tim kerja yang kompak, cerdas,
dinamis, dan komunikatif, partisipasi warga madrasah yang tinggi,
mau berubah dan terbuka, memperbaiki diri dan mengantisipasi
kebutuhan masyarakat serta memiliki akuntabilitas (laporan,
presentasi, respon orang tua).
4. Keadaan MI Daarul Qur'an Al-hasan NW Peresak
Tabel 1
KEADAAN SEKOLAH (MI Daarul Qur'an Al-hasan NW
Peresak)
NO KEADAAN SEKOLAH KETERANGAN
1 Status Gedung Hak Milik
2 Luas Tanah 8 Are
3 Luas Bangunan 7Are
4 Jumlah Lokal 8 Lokal
5 Nomor Tanggal Piagam 364 tahun 2021
6 Nomor Tanggal Sertifikat AHU-0037100-AH-01-04 tahun 2021
7 Akte Pendirian No.24 Notaris
Lalu Muhammad Salahuddin,SH
8 Nomor Izin Mendirikan
Bangunan NSM: 111252030241
9 Di dirikan pada Tanggal dan
Tahun 09 September 2016
10 SK Pendirian SK Menteri hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia
11 Situasi Gedung
a. Bangunan Permanen
b. Pagar Tembok / Besi
c. Tanaman Ada
d. Kebersihan Baik
INVENTARIS
12 Air Bersih Ada
13 Listrik Ada
14 MCK Ada
15 Perumahan, Penjaga Ada
16 Kepala Madrasah Sertifikasi
17 Pengurus Komite Ada
18 Meja Kursi Guru / TU / Kepala 10 Stel
19 Meja Kursi Murid 135 Stel
20 Jumlah Almari 13 Buah
21 Jumlah Papan Tulis 6 Buah
22 Jumlah Papan Statistik 9 Buah
23 Jumlah Mesin TIK 2 Buah
24 Jumlah Komputer 4 Unit
25 Jumlah Guru Sertifikasi : 3 Orang
Honor : 5 Orang
26 TU 1 Orang
27 Penjaga Sekolah 1 Orang
Tabel 2
Nama-nama Guru dan Karyawan MI.DAARUL QUR’AN
AL-HASAN NW PERESAK
NO NAMA JABATAN
2 0.41 Sedang
3 0.36 Sedang
4 0.42 Sedang
5 0.35 Sedang
6 0.37 Sedang
7 0.23 Sukar
8 0.3 Sedang
9 0.29 Sukar
10 0.36 Sedang
11 0.34 Sedang
12 0.28 Sukar
13 0.58 Sedang
14 0.42 Sedang
15 0.32 Sedang