http://journal.unucirebon.ac.id/index.php/jpfs
Abstrak
Hasil belajar IPA siswa kelas V SD di kecamatan Gegesik tergolong rendah. Rendahnya
hasil belajar IPA ini disebabkan oleh pembelajaran yang bersifat teacher centered dan guru hanya
menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran. Siswa pun merasa bahwa IPA adalah mata
pelajaran yang sulit, karena selain berhitung siswa juga harus menghafal. Berdasarkan hasil
pendahuluan tersebut, peneliti merancang pembelajaran dengan model SAVI (Somatis, Auditori,
Visual dan Intelektual) pada pokok bahasan alat pernapasan pada manusia. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh model SAVI (Somatis, Auditori, Visual dan Intelektual) pada pokok
bahasan alat pernapasan pada manusia terhadap hasil belajar mata pelajaran IPA kelas V SD
Negeri 1 Bayalangu Kidul. Penelitian ini menggunakan desain True Eksperimental Design dengan
bentuk desain penelitiannya Pretest-Posttest Control Group Design. Teknik sampling yang
digunakan yaitu teknik Sampling Jenuh. Sampel penelitian yang berjumlah 40 siswa, dibagi rata
menjadi dua kelompok secara random (acak). Instrumen yang digunakan adalah soal tes bentuk
pilihan ganda berjumlah 20 soal. Setelah dilakukan perlakuan yang berbeda, diperoleh nilai rata-
rata posttest kelompok eksperimen 77,75 dan kelompok kontrol 58,25. Berdasarkan hasil uji
hipotesis statistik dengan menggunakan uji N-Gain diperoleh rata-rata pre-test dan posttest sebesar
63,32% dan kelompok kontrol 29,23%. Selain itu berdasarkan uji T memperoleh bahwa nilai
= 7,014 > ttabel= 2,024 maka diterima. Artinya terdapat pengaruh model pembelajaran
SAVI (Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual) terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD
Negeri 1 Bayalangu pada materi alat pernapasan pada manusia.
© 2020 Pendidikan Fisika FKIP Universitas Nahdlatul Ulama Cirebon
mencari dan menemukan sendiri ilmu menguasai isi bahan pengajaran. Ranah
pengetahuan, keterampilan atau sikap yang afektif berkaitan dengan sikap siswa yang
mereka butuhkan. Hal ini guru menerapkan akan diperoleh dari perubahan setelah
model pembelajaran teacher centered mendapatkan ilmu pengetahuan. Sedangkan
(berpusat pada guru). Pembelajaran yang ranah psikomotorik berkaitan dengan
efektif adalah pembelajaran yang berpusat keterampilan dan kemampuan bertindak.
pada siswa yaitu, siswa sebagai subjek Ketiga ranah tersebut menjadi objek
pembelajaran harus aktif, kreatif dan mampu penilaian hasil belajar siswa. Diantara ketiga
berfikir kritis. Berhasil tidaknya suatu ranah tersebut, ranah kognitiflah yang paling
kegiatan pembelajaran dapat dilihat dari banyak dinilai oleh guru di sekolah karena
hasil pembelajaran, hasil pembelajaran tidak berkaitan dengan kemampuan para siswa
bisa lepas dari proses pembelajaran. Proses dalam menguasai isi bahan pembelajaran
pembelajaran yang baik akan menghasilkan (Sudjana, 2008, p.22-23). Hasil belajar siswa
hasil yang baik pula, namun sebaliknya seringkali digunakan sebagai ukuran untuk
apabila proses pembelajaran kurang baik mengetahui seberapa jauh siswa tersebut
maka hasilnya juga kurang baik. Untuk menguasai bahan yang diajarkan. Jika hasil
mencapai hasil yang baik tentu dibutuhkan belajar siswa yang diperoleh jauh lebih
kerjasama yang baik antara guru dan siswa tinggi dari empat batas Kriteria Ketentuan
sehingga pembelajaran bisa berjalan dua Minimal (KKM) yang ditentukan, maka
arah, tidak hanya berpusat pada guru pembelajaran dapat dikatakan berhasil.
maupun pada siswa sendiri.Sehingga hal ini Keberhasilan pembelajaran didukung pula
dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. oleh pemanfaatan media pembelajaran.
Salah satunya adalah mata pelajaran Ilmu Melalui media pembelajaran, guru dapat
Pengetahuan Alam (IPA). menyajikan bahan pelajaran yang bersifat
abstrak menjadi konkret sehingga mudah
Trianto (dalam Sholeh, 2015, p.136)
dipahami (Sanjaya, 2007, p. 168).
mengatakan bahwa IPA adalah suatu
kumpulan pengetahuan tersusun secara Pembelajaran IPA lebih menekankan
sistematik dan dalam penggunaanya secara pada aspek proses dalam memperoleh
umum terbatas pada gejala-gejala alam. pengetahuan dan melibatkan seluruh panca
Dalam Perkembangannya IPA tidak hanya indra agar pengetahuan yang diperoleh akan
ditandai oleh adanya kumpulan fakta tetapi selalu diingat di otaknya. Pembelajaran bagi
oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. siswa SD harus disesuaikan pula dengan
tingkat perkembangan kognitifnya. Siswa
Pembelajaran IPA SD diharapkan pula
SD akan lebih mudah belajar dengan hal
dapat memberikan sumbangan yang nyata
yang bersifat konkret karena materi
dalam memberdayakan siswa. Adanya
pembelajaran akan lebih mudah dipahami.
interaksi langsung antara siswa dengan
Situasi pembelajaran tersebut akan membuat
lingkungan belajarnya dapat membuat siswa
hasil belajar siswa menjadi lebih optimal.
lebih aktif dalam pembelajaran. Salah satu
cara untuk mengaktifkan siswa dalam Rendahnya prestasi siswa dalam
pembelajaran adalah menerapkan variasi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
dalam proses pembelajaran. Variasi proses dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti
pembelajaran dapat menciptakan proses kesalahan model pembelajaran, kondisi
belajar yang menyenangkan dan sekolah, kondisi lingkungan, latar belakang
menggairahkan, karena belajar tidak hanya orang tua dan kondisi keluarga peserta didik
memanfaatkan otak kiri namun serta tingkat dukungan orang tua dalam
memanfaatkan pula otak kanan. Variasi memotivasi peserta didik dalam belajar
dalam pembelajaran yang berfokus pada (Jihad & Haris, 2013). Situasi pembelajaran
aktivitas belajar siswa, akan berdampak menjadi salah satu faktor yang dapat
terhadap optimalnya hasil belajar siswa. diperbaiki oleh guru dengan cara
menggunakan model ataupun metode
Hasil belajar siswa menurut Bloom
pembelajaran yang beragam.
mencakup tiga ranah, yaitu kognitif, afektif,
dan psikomotorik (Jihad & Haris, 2013, p.2). Rendahnya hasil belajar siswa
Ranah kognitif berkaitan dengan ditunjukan dari hasil rata-rata nilai Ujian
kemampuan intelektual siswa dalam Tengah Semester (UTS) IPA di beberapa
Negeri 1 Bayalangu Kidul di kelas V. Dalam penelitian ini adalah tes objektif dalam
penelitian ini peneliti membagi dua kelas V bentuk pilihan ganda dengan empat pilihan
menjadi kelompok eksperimen dan jawaban, setiap jawaban benar mendapatkan
kelompok kontrol dengan jumlah yang sama. skor 1 dan apabila jawaban salah
Pembagian siswa dipilih sesuai no urut absen mendapatkan skor 0.
ganjil genap untuk memudahkan peneliti
HASIL DAN PEMBAHASAN
untuk membagi siswa. Kelompok
eksperimen adalah kelompok siswa yang Pada penelitian ini setelah siswa
mendapatkan perlakuan dengan diberikan tes berupa tes awal (pretest) dan
menggunakan model SAVI (Somatis tes akhir (posttest), maka diperoleh hasil
Auditori Visual dan Intelektual). Jumlah belajar IPA dari kedua kelompok sampel.
siswa pada kelas eksperimen yaitu 20 orang. Kemudian hasil tersebut, dilakukan
Kelompok kontrol adalah kelompok siswa perhitungan pengujian persyaratan dan
yang mendapat perlakuan dengan pengujian hipotesis. Adapun hasil penelitian
menggunakan pembelajaran konvensional tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest)
dengan jumlah siswa sebanyak 20 orang. yang diperoleh dari kedua kelompok,
Instrumen tes yang digunakan untuk dideskripsikan pada Tabel 1.
mengukur hasil belajar kognitif IPA pada
Valid N (listwise) 20
Berdasarkan hasil Tabel 1, hasil 15. Jumlah posttest eksperimen sebesar 1555
penelitian kelas V SD Negeri 1 Bayalangu sedangkan posttest kontrol tidak sebesar
Kidul dengan jumlah siswa 20 siswa pada 1165 selisih 390, rata-rata tes eksperimen
tiap kelompok, dapat dilihat bahwa nilai sebesar 77,75 sedangkan posttest kontrol
terkecil pada pretest eksperimen sebesar 15 sebesar 58,25 selisih 19,5, maka dapat
sedangkan pretest kontrol sebesar 15, nilai diambil kesimpulan posttest eksperimen dan
terbesar posttest eksperimen 90 sedangkan posttest kontrol ada perbedaan setelah
nilai posttest kontrol 75. Jumlah pretest adanya perlakuan atau pemebelajaran, akan
eksperimen 675 sedangkan nilai pretest tetapi untuk mengetahui seberapa besar dan
kontrol sebesar 685, rata-rata pretest bagaimana pengaruhnya perlu dihitung
eksperimen sebesar 33,75 sedangkan rata- menggunakan statistik lebih lanjut.
rata pretest kontrol 34,25 maka dapat Penelitian ini dilakukan di SD Negeri
diambil kesimpulan pretest eksperimen dan 1 Bayalangu Kidul Kecamatan Gegesik
pretest kontrol tidak ada perbedaan yang Kabupaten Cirebon, populasi dalam
signifikan sebelum adanya treatment atau penelitian ini yaitu kelas V yang berjumlah
pemebelajaran. 40 siswa, dikarenakan jumlah populasi
Kemudian berdasarkan hasil Tabel. 1 sedikit, maka peneliti menetapkan untuk
deskriptive statistics hasil penelitian kelas V sampel dalam penelitian ini sampel jenuh.
SD Negeri 1 Bayalangu Kidul dengan Kemudian dibagi dua kelompok, yaitu
jumlah 20 siswa pada tiap kelompok, dapat kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
dilihat bahwa nilai terkecil pada posttest dimana kelompok eksperimen menggunakan
eksperimen sebesar 60 sedangkan posttest model SAVI (Somatis, Auditori, Visual dan
kontrol sebesar 45 selisih 15, nilai terbesar Intelektual), sedangkan kelompok kontrol
posttest eksperimen sebesar 90 dan merupakan kelompok belajar menggunakan
sedangkan posttest kontrol sebesar 75 selisih pembelajaran seperti biasanya tanpa
© JPFS: Amalia, M., Adiman, dan Hastuti, S. (2020). 1-5
ISSN 2622-7789 (print), ISSN 2622-822X (online)
5