Anda di halaman 1dari 13

ABSTRAK

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada Materi Struktur


Bunga dan Fungsinya dengan Menggunakan Media Gambar
Siswa Kelas IV
SD Negeri 2 Talang Jaya
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FKIP, Universitas Terbuka
Lela Yulianti, S.Pd., Akhmad Munir, M.Pd., Yuris Indria Persada, M.Pd.
Email:859779473@ecampus.ut.ac.id,sp.asr2102@instruktur.belajar.id,
yurispersada@gmail.com

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana upaya meningkatkan hasil belajar
siswa pada materi struktur bunga dan fungsinya dalam mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam kelas IV SD. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober
2023 di SDN 2 Talang Jaya Kecamatan Sungai Menang Kab. Ogan Komering Ilir.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK).Hal ini dapat
dilihat dari hasil penelitian dari Siklus I, Siklus II dengan ketuntasan belajar siswa pada,
siklus I= 43,75% siklus II = 87,5% dan rata-rata nilai pada siklus 1= 67,18, siklus 2 =
83,75. Hasil dari penelitian tersebut sudah meningkat.Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa penggunaan Media gambar dapat meningkatkan hasil belajar siswa
pada materi Struktur Bunga dan Fungsinya.Karena penggunaan media gambar ini siswa
lebih mudah untuk memahami materi tentang Struktur Bunga dan Fungsinya.

Kata kunci:Hasil Belajar, Materi Struktur Bunga dan Fungsinya, Media Gambar

PENDAHULUAN
Upaya meningkatkan kualiatas pendidikan di Indonesia tidak pernah
terhenti. Berbagai terobosan baru terus dilakukan oleh pemerintah melalui
Depdiknas. Upaya itu antara lain dalam pengelolaan sekolah, peningkatan sumber
daya tenaga pendidikan, pengembangan, penulisan materi ajar, serta
pengembangan paradigma baru dengan metodologi pengajaran.
Guru merupakan salah satu faktor yang cukup berpengaruh langsung
dalam peningkatan mutu tersebut. Guru merupakan jabatan yang dipilih
berdasarkan prinsip-prinsip vokasional, dalam aspek psikologis menjadi faktor
untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik. Peningkatan
mutu pendidikan dasar dan menengah serta mutu pelajaran IPA di sekolah dasar
perlu pola fikir yang digunakan sebagai landasan pelaksanaan kurikulum.
Iskandar (2001:12) menarik kesimpulan bahwa hasil belajar IPA berupa
fakta-fakta, hukum-hukum, prinsip-prinsip klasifikasi dan struktur. Hasil IPA
penting bagi kemajuan hidup manusia. Cara kerja memperoleh itu disebut proses
IPA, dalam proses IPA terkandung cara kerja, sikap dan cara berfikir.
Beberapa pendapat menggambarkan bahwa hasil belajar IPA merupakan
proses perubahan tingkah laku yang meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan
yang merupakan hasil dari aktivitas belajar yang ditunjukkan dalam bentuk angka-
angka seperti yang dapat dilihat pada nilai rapor. Hasil belajar juga diartikan
sebagai tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran sesuai dengan program pendidikan yang ditetapkan.
Suyitno (2004:2) menyimpulkan pembelajaran adalah upaya menciptakan
iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan
siswa yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta
antara siswa dengan siswa. Pengajaran IPA dikembangkan berdasarkan persoalan
atau tema untuk dapat dikaji dari aspek kemampuan siswa yang mencakup aspek
mengkomunikasikan konsep secara ilmiah, aspek pengembangan konsep dasar,
dan pengembangan kesadaran dalam konteks ekonomi dan sosial.
Setiyadi (2021) menyatakan pembelajaran yang menarik dapat mendorong
peserta didik menjadi lebih mengembangkan pola pikir yang kritis dalam
kehidupan mereka. Indikasi ungkapan di atas bahwa sistem pembelajaran yang
baik adalah bersifat student centered bukan teacher centered, sehingga tercapainya
suatu hasil yang optimal sangat bergantung pada kegiatan siswa itu sendiri.
Dengan kata lain bahwa tercapainya suatu tujuan pembelajaran sangat di
pengaruhi oleh keaktifan dan kekreatifitasan siswa dalam proses belajar. Sebagai
konsekuensi logis dari uraian di atas bahwa, kegiatan belajar mengajar bagi siswa
tak terbatas hanya dalam kelas, akan tetapi juga diluar kelas. Dalam hal ini, yang
menjadi sentral adalah siswa, sehingga aktifitas siswa merupakan syarat mutlak
bagi berlangsungnya proses belajar mengajar.
Pengalaman guru khususnya di SDN 2 Talang Jaya menunjukan bahwa,
tidak semua siswa dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan baik. Hal ini
antara lain disebabkan oleh karena penggunaan metode dan teknik mengajar yang
kurang tepat, sementara tingkat kecerdasan setiap individu siswa berbeda-beda.
Hal ini sejalan dengan salah satu pendapat yang menyatakan bahwa “Salah satu
masalah utama dalam pendekatan belajar mengajar ialah masalah perbedaan
individual. Semua guru memahami bahwa tidak setiap individu siswa dapat
mempelajari apa-apa yang ingin dicapai oleh guru. Biasanya perbedaan individual
itulah yang dijadikan kambing hitam (Usman, 2009: 30).
Pernyataan di atas, mengandung implikasi bahwa ketidakmampuan guru
melihat perbedaan-perbedaan individual siswa dalam kelas yang dihadapi, banyak
membawa kegagalan dalam memelihara dan membina potensi siswa secara aktif.
Setiyadi (2020) menyatakan dapat memberikan contoh permasalahan secara
kontekstual dengan permasalahan yang disediakan dengan tepat. Untuk mengatasi
hal tersebut, kiranya dapat dinormalisir oleh guru dengan jalan memahami
persyaratan kognitif dan ciri-ciri sifat yang diperlukan untuk belajar seperti minat
dan konsep diri pada siswa. Tingkat kecerdasan individu siswa dalam kelas
tidaklah satu merupakan suatu kendala, namun adalah merupakan suatu moment
yang baik memanfaatkan potensi siswa yang mempunyai kemampuan lebih dari
teman-temannya, dalam upaya membantu teman lain yang menemui kesulitan
belajar sehingga tercipta kembali motivasi diri dalam individu siswa untuk
belajar.
Khusus untuk pelajaran IPA, hampir di setiap sekolah, termasuk di Sekolah
Dasar Negeri 2 Talang Jaya yang akan dijadikan tempat penelitian penulis, guru
sering mengalami kendala dalam menanamkan pelajaran terhadap para siswanya
sesuai dengan yang diharapkan. Di antara penyebabnya adalah adanya rasa
enggan siswa untuk bertanya kepada guru saat mengalami kesulitan dalam
pembelajarannya, tingkat kecerdasan dan daya serap individu siswa berbeda-beda,
tugas pekerjaan rumah yang tidak dikerjakan, kurangnya motivasi siswa untuk
belajar sehingga dalam proses pembelajaran siswa kurang aktif, hal ini disebaban
karena pembelajaran IPA selama ini masih cenderung menggunakan pembelajaran
konvensional, metode yang digunakan adalah ekspositori atau ceramah. Dimana
proses pembelajaran seperti ini hanya menekankan pada pencapaian tuntutan
kurikulum dan penyampaian tekstual semata dari pada mengembangkan
kemampuan belajar dan membangun individu.
Kondisi seperti ini tidak akan menumbuh kembangkan aspek kemampuan
kognitif dan afektif siswa seperti yang diharapkan. Dominasi guru dalam proses
pembelajaran menyebabkan kecenderungan siswa lebih bersifat pasif, ditambah
dengan adanya anggapan bahwa IPA adalah salah satu mata pelajaran yang sukar.
Sehingga dengan adanya anggapan siswa seperti itu siswa cenderung mengalami
kesulitan dalam belajar IPA karena sebelumnya belajar sudah menganggap sulit.
Terlihat dari hasil belajar pada prasiklus di kelas IV semester I pada SDN
2 Talang Jaya, terlihat kurang terlibatnya siswa dalam pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam. Sehingga mengakibatkan hasil belajar yang rendah. Dari 16
siswa hanya 4 siswa (25%) yang tuntas, sedangkan 12 siswa (75%) yang belum
tuntas dengan rata-rata nilai sebesar 61,58 dengan KKM yang ditetapkan sekolah
yaitu 70,00.
Kondisi lain terlihat aktivitas siswa cenderung tidak bersemangat. Guru
lebih senang menggunakan metode ceramah. Sedikit sekali siswa yang mau
bertanya, dan mampu menjawab pertanyaan.Materi pelajaran yang diberikan guru
masih kurang terkait dengan lingkungan kehidupan siswa sehari-hari. Kondisi
pembelajaran IPA seperti pengetahuan IPA hanyalah bersifat teoretis semata.

Pengertian Hasil Belajar IPA


Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses
pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan
informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-
tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut
guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik
untuk keseluruhan kelas maupun individu.
Iskandar (2001:12) menarik kesimpulan bahwa hasil belajar IPA berupa
fakta-fakta, hukum-hukum, prinsip-prinsip klasifikasi dan struktur. Hasil IPA
penting bagi kemajuan hidup manusia. Cara kerja memperoleh itu disebut proses
IPA, dalam proses IPA terkandung cara kerja, sikap dan cara berfikir.
Beberapa pendapat menggambarkan bahwa hasil belajar IPA merupakan
proses perubahan tingkah laku yang meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan
yang merupakan hasil dari aktivitas belajar yang ditunjukkan dalam bentuk angka-
angka seperti yang dapat dilihat pada nilai rapor. Hasil belajar juga diartikan
sebagai tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran sesuai dengan program pendidikan yang ditetapkan.
Suyitno (2004:2) menyimpulkan pembelajaran adalah upaya menciptakan
iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan
siswa yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta
antara siswa dengan siswa. Pengajaran IPA dikembangkan berdasarkan persoalan
atau tema untuk dapat dikaji dari aspek kemampuan siswa yang mencakup aspek
mengkomunikasikan konsep secara ilmiah, aspek pengembangan konsep dasar,
dan pengembangan kesadaran dalam konteks ekonomi dan sosial.
Bunga merupakan bagian tercantik dari tanaman dan sering digunakan
sebagai hiasan rumah. Selain sebagai hiasan, beberapa bunga juga digunakan
untuk melambangkan rasa cinta, kematian, kesucian. bunga memiliki fungsi
penting sebagai organ vital pada perkembangan generatif. Generatif merupakan
proses perkembangbiakan secara pembuahan atau kawin. Dengan kata lain bunga
merupakan organ reproduksi pada tumbuhan tertentu seperti padi, jagung, mawar,
kembang sepatu, dan masih banyak lainnya.
Di antara media pembelajaran, media gambar adalah media yang paling
umum dipakai. Hal ini dikarenakan siswa lebih menyukai gambar daripada
tulisan, apalagi jika gambarnya dibuat dan disajikan sesuai dengan persyaratan
gambar yang baik, sudah barang tentu akan menambah semangat siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran.
Media gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual
kedalam bentuk dua dimensi sebagai curahan ataupun pikiran yang bentuknya
bermacam-macam seperti lukisan, potret, slide, film, strip, opaque projektor
(Hamalik, 2011:95).
Media gambar adalah media yang paling umum dipakai, yang
merupakan bahasan umum yang dapat dimengerti dan dinikmati dimana-mana
(Sadiman, 2012:29). Media gambar merupakan peniruan dari benda-benda dan
pemandangan dalam hal bentuk, rupa, serta ukurannya relatif terhadap lingkungan
(Soelarko, 2007:3).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa media gambar
adalah perwujudan lambang dari hasil peniruan-peniruan benda-benda,
pemandangan, curahan pikir atau ide-ide yang divisualisasikan kedalam bentuk
dua dimensi. Bentuknya dapat berupa gambar situasi dan lukisan yang
berhubungan dengan pokok bahasan berhitung.

Metode
Metode penelitian ini mengunakan model Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) disebut sebagai classroom action research. Penelitian ini muncul dari
praktik pembelajaran sehari-hari yang dirasakan langsung oleh guru dan siswa di
dalam kelas, yaitu masalah pembelajaran memahami konsep dan struktur fungsi
bunga. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya untuk memperbaiki dan
meningkatkan kualitas praktik pembelajaran tersebut. Metode yang tepat dan
relevan dengan permasalahan yang dihadapi adalah melalui metode penelitian
tindakan kelas.
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh guru sekaligus
peneliti sebagai berikut: Merencanakan proses pembelajaran menggunakan model
pembelajaran tutor sebaya. Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini
berdasarkan rancangan penelitian tindakan kelas, serta prosedur dalam penelitian
ini berbentuk siklus, yang dibuat dalam bentuk reancana pelaksanaan
pembelajaran. perencanaan ini peneliti mengidentifikasi masalah dari pelaksanaan
tindakan yang sebelumnya dan menetapkan alternatif pemecahan masalah, serta
menyusun tindakan yang hendak dilaksanakan dalam pembelajaran struktur dan
fungsi bunga yang mengacu pada pembelajaran metode diskusi
Adapun kegiatan perencanaan tersebut diantaranya: (1) Membuat rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menggunakan metode tutor sebaya. (2)
Menyiapkan LKS, (3) Membuat dan menyediakan alat bantu/alat peraga yang
diperlukan dalam proses pembelajaran, (4) Menyiapkan sumber belajar, (5)
Merancang alat evaluasi yang akan digunakan dalam pelaksanaan tindakan
praktek pembelajaran sebenarnya berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran
yang telah disusun. (6) Menyusun dan menyiapkan alat pengumpul data
diantaranya format observasi, lembar skala penilaian, dan pedoman wawancara,
melaksanakan pembelajaran, dimana guru sebagai pengajar dan sekaligus sebagai
peneliti melakukan pengamatan sikap peserta didik selama proses pembelajaran.
Peneliti melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran dan hasil belajar peserta
didik. Hasil dari refleksi akan dilakukan analisis data hasil belajar. Langkah-
langkah dalam melaksanakan penelitian tindakan ini mengikuti pedoman dari
Kemmis dan Taggart dalam Arikunto (2010: 54) yaitu sebagai berikut: menyusun
sebuah untuk mengembangkan atau meningkatkan tindakan yang sudah dan
sedang dilaksanakan, melaksanakan apa yang direncanakan, mengadakan
pengamatan terhadap akibat dari tindakan yang dilakukan dan mengadakan
refleksi.
berdasarkan atas akibat-akibat tindakan untuk membuat rencana tindak
lanjut. Adapun data yang dikaji yaitu data proses dan data hasil belajar. Pertama,
data proses berupa deskripsi pelaksanaan proses pembelajaran struktur bunga dan
fungsinya dengan menggunakan metode tutor sebaya. Data proses didapat dari
hasil observasi, wawancara. Instrumennya berbentuk lembar (pedoman) observasi
aktivitas siswa dan kinerja guru, pedoman wawancara. Kedua, data hasil belajar
siswa berupa hasil penilaian pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Data hasil
tindakan ini diperlukan untuk mengetahui efek dari penggunaan metode tutor
sebaya dapat meningkatkan konsep struktur bunga dan fungsinya dengan
menggunakan tes hasil belajar yang instrumennya berbentuk lembar (pedoman)
penilaian. Teknik pengolahan data hasil belajar bertujuan untuk mengetahui data
hasil belajar yang diperoleh siswa.
Hasil dan Pembahasan
Hasil Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam siswa kelas IV SD Negeri 2
Talang Jaya, Kecamatan Sungai Menang, Kabupaten Ogan Komering Ilir
semester I pada materi Struktur Bunga dan Fungsinya, sebelum diadakan
Penelitian Tindakan Kelas siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM(70)
dikatagorikan belum tuntas belajarnya. pada materi Struktur Bunga dan Fungsinya
sebanyak 11 dari 16 siswa.. Hal ini disebabkan guru melakukan KBM (Kegiatan
Belajar Mengajar) hanya dengan berceramah saja tanpa disertai alat peraga,
media, atau metode yang bervariasi dan menarik.Sehingga setelah diadakan
evaluasi pada akhir pembelajaran dengan materi Struktur Bunga dan Fungsinya
hasil belajar siswa masih jauh dari harapan dan tujuan pembelajaran. Setelah
dilaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) diharapkan ketuntasan siswa
dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam akan meningkat dan keberhasilan
pembelajaran akan tercapai secara signifikan.
Pada Pra Siklus ini peneliti mendapatkan beberapa hasil pembelajaran dari
jumlah 16 siswa yang mendapatkan nilai lebih dari KKM (70) sebanyak 5 siswa
yang artinya siswa tersebut sudah tuntas dan 11 siswa belum memenuhi KKM
(70) yang artinya siswa tersebut masih mendapatkan nilai rendah. Sehingga
diperlukan perbaikan dalam proses pembelajaran yang akan dilaksanakan siklus
selanjutnya. Pada Prasiklus ini guru hanya menggunakan metode ceramah dalam
pembelajaran.

80
70
60
50
40 Tidak tuntas
30 Tuntas

20
10
0
siswa siswa

Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi pada proses pembelajaran


IPA di Kelas IV pada pra siklus dapat disimpulkan bahwa pada saat proses
pembelajaran berlangsung siswa kurang semangat dalam mengikuti
pembelajaran beberapa siswa tidak konsentrasi pada saat materi, selain itu
siswa juga tidak aktif pada saat pelajaran berlangsung lebih banyak diam dan
hanya mendengarkan. Sebanyak 11 siswa dibawah KKM atau sekitar 68,75%
sebanyak 5 siswa mendapat nilai ≥ KKM atau sekitar 31,25 %. Untuk itu perlu
diadakan perbaikan pembelajaran siklus 1.
Persentase Ketuntasan Siswa Siklus 1

Tuntas
Tidak Tuntas
Siswa

Siswa

0 10 20 30 40 50 60

Pada siklus 1 dapat dismpulkan bahwa pada saat proses pembelajaran


berlangsung siswa sudah mulai bersemangat dalam mengikuti pembelajaran,
siswa mulai berkonsetrasi penuh pada saat guru menejlaskan materi, namun ada
beberapa siswa yang masih belum aktif pada saat pembelajaran berlangsung.
Sebanyak 9 orang siswa mendapatkan nilai di bawah KKM atau sekitar 56,25%,
sebanyak 7 siswa mendapat nilai sama atau lebih dari KKM atau sekitar 43,75 %.
Hasil yang diperoleh dari perbaikan pembelajaran siklus 1 dengan
menggunakan media gambar model pembelajaran diskusi dapat membuat
perbaikan pembelajaran lebih menarik, meningkatkan antusiasme untuk bertanya
dan keterlibatan siswa untuk aktif dalam pembelajaran mulai terlihat namun
belum signifikan.
Persentase Ketuntasan Siswa Siklus 2
100
90
80
70
60
50 Tuntas
40 Tidak Tuntas
30
20
10
0
Siswa Siswa

Pada siklus 2 dapat dismpulkan bahwa pada saat proses pembelajaran,


siswa aktif dalam proses pembelajaran berlangsung dan aktif dalam bertanya dan
juga menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, materi yang diberikan dapat
dipahami dengan oleh para siswa. Nilai siswa sudah mencapai 87,5 % di atas
KKM, dan hanya 12,5% yang dibawah kkm.
Hasil yang diperoleh dari perbaikan pembelajaran siklus 2 masih
menggunakan media gambar dan metode diskusi membuat pembelajaran lebih
menarik, meningkatkan antusiame dan keterlebihan siswa untuk aktif dalam
pembelajaran. Sehingga pada siklus 2 prestasi/berhasil belajar sudah memuaskan.
Perbandingan Persentase Ketuntasan dan Ketidaktuntasan prasiklus, siklus
1 dan siklus 2
100
90
80
70
60
50 Tuntas
40 Tidak Tuntas
30
20
10
0
Prasiklus Siklus 1 Siklus 2

Berdasarkan hasil analisis belajar siswa menunjukan bahwa hasil


belajar IPA tentang Struktur Bunga dan Fungsinya siswa kelas IV SD Negeri
2 Talang Jaya Kecamatan Sungai Menang Kabupaten Ogan Komering Ilir
mengalami peningkatan setelah menggunakan metode diskusi danmedia
gambar. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian dari prasiklus, Siklus I,
Siklus II dengan ketuntasan belajar siswa pada prasiklus = 31,25%, siklus I=
43, 75%, siklus II = 87,5% dan rata-rata nilai pada prasiklus = 60,93, siklus 1=
67,18, siklus 2 = 83,75. Hasil dari penelitian tersebut sudah meningkat, dapat
dikatakan bahwa metode diskusi dan media gambar yang diberikan guru pada
siswa kelas IV SD Negeri 2 Talang Jaya dari prasiklus siklus I dan siklus II
ada peningkatan yang baik dan disarankan penggunaan media gambar
diberikan pada siswa yang berkategori konvensional karena penggunaan
media gambar ini membutuhkan kemampuan untuk dapat menangkap citra
gambar yang baik dengan penglihatan yang baik pula.

BELUM TERDAPAT HASIL ANALISIS BERDASARKAN DATA YANG


DIDAPATKAN DILAPANGAN, MASIH DALAM RANAH PENYAJIAN
HASIL PENELITIAN SAJA, PEMBAHASAN BELUM NAMPAK,
ANTARA HASIL DI LAPANGAN DIBENTURKAN DENGAN TEORI
YANG DISAJIKAN

Simpulan dan Saran


Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: Dalam
pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan penggunaan media gambar
dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di kelas IV SD Negeri 2 Talang
Jaya Kecamatan Sungai Menang Kabupaten Ogan Komering Ilir hasil belajar
siswa tentang materi struktur bunga danfungsinya telah meningkat. Hal ini
dapat dilihat dari daya serap siswa sehingga mengakibatkan meningkatnya
ketuntasan klasikal hasil belajar siswa dan rata-rata nilai dalam kelas.
Sebelum digunakan metode diskusi dan media gambar pada kondisi awal
ketika penulis belum melaksanakan suatu tindakan, ketuntasan belajar hanya
31,25 % pada prasiklus dari 16 siswa. Setelah kegiatan pembelajaran
dilakukan dengan menggunakan media gambar siswa kelas IV SD Negeri 2
Talang Jaya dapat meningkat. Pada siklus I ketuntasan belajar yang di capai
43,75 % sedangkan pada siklus II yang tuntas 87,5% dengan batas KKM
(70).
Artinya setelah adanya pembelajaran perbaikan kedua, dengan guru
menggunakan metode yang baru mengajak siswa lebih aktif dalam kegiatan
belajar mengajar maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa
mendapat nilai diatas KKM (70) setelah digunakan media gambar dalam
pembelajaran.
Berdasarkan hasil dalam penelitian tindakan kelas Semester I di kelas IV
SD Negeri 2 Talang Jaya Kecamatan Sungai Menang Kabupaten Ogan
Komering Ilir dapat mengemukakan saran sebagai berikut
a. Dalam setiap pembelajaran diharapkan guru dapat menggunakan media
pembelajaran yang menarik seperti media gambar dan sehingga pelajaran
lebih mudah dipahami oleh siswa.
b. Sekolah diharapkan untuk mendukung setiap kreatifitas guru dan siswa,
serta memberi kesempatan bagi guru untuk menggunakan berbagai media
dan metode pembelajaran yang menarik bagi siswa.
c. Setiap siswa diharapkan keaktifannya dalam kegiatan belajar mengajar
yang dilakukan di sekolah.
d. Sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan guru mempersiapkan segala
keperluan yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran agar proses
belajar terlaksana dengan maksimal.
e. Hendaknya kegiatan dan materi yang dilakukan tiap siklus di dalam PTK
tidaklah sama, namun berurutan sesuai dengan materi yang ada. Karena
bisa jadi hasil yang diperoleh bukan karena tindakan yang dilakukan
melainkan karena hasil pengulangan itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
Setiyadi, D. (2020). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Ditinjau Dari
Gaya Belajar Siswa Sekolah Dasar. JISPE: Journal of Islamic Primary Education,
1(1), 1-10.
Setiyadi, D. (2021). Pengembangan Bahan Ajar Bernuansa Etnomatematika
dengan Permainan Tradisional Banyumas pada Sekolah Dasar. Jurnal Kiprah,
9(1), 30-38.

Anda mungkin juga menyukai