Anda di halaman 1dari 8

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK

PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL


BELAJAR PPKN SISWA PADA MATERI DINAMIKA DEMOKRASI
DI INDONESIA SISWA KELAS XI IPA 3 SMA NEGERI 2 DUMAI
TAHUN PELAJARAN 2018/2019

Dra. Sofimar
Guru SMA Negeri 2 Dumai

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan siswa.Penelitian dilatar belakangi oleh rendahnya
hasil belajar siswa bila dibandingkan dengan KKM yang telah ditentukan yaitu 70.
Manfaat dari penelitian ini adalah meningkatkan aktivitas sikap dan hasil belajar
PPKn serta memberikan alternatif bagi guru untuk memecahkan masalah hasil
belajar. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang
dilaksanakan dalam 2 siklus. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI.IPA 3 SMA
Negeri 2 Dumai. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui
observasi, tes dan catatan lapangan sedangkan teknik analisis data yang digunakan
adalah analisis deskriptif. Hasil belajar yang diperoleh pada siklus I setelah
pelaksanaan tindakan menggunakan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
think pair share (TPS)sebanyak 23 orang atau 65,71%. Jumlah ini meningkat
kembali pada siklus II yaitu sebanyak 33 orang atau 94,28%. Dari penelitian ini
juga diperoleh data peningkatan aktivitas siswa. Rata-rata aktivitas siswa untuk
siklus I 64,66% meningkat pada siklus II menjadi 89,83% dengan kategori baik
sekali.Penilaian keterampilan siswa selama proses pembelajaran juga semakin
meningkat. Pada pertemuan I siklus I hanya memperoleh 53,93% kategori cukup.
Pada pertemuan II siklus I memperoleh 63,71% kategori baik. Pada siklus II
meningkat menjadi 71,03% kategori baik dan pada pertemuan kedua meningkat
menjadi 77,32% dengan kategori sangat baik. Hasil penelitian secara umum
menunjukkan bahwa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think
pair share (TPS) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan hasil belajar
PPKn siswa.
Kata kunci : model pembelajaran, think pair share, aktivitas siswa dan hasil belajar

Pendidikan memegang peranan yang masing-masing memiliki visi, misi


penting dalam mempersiapkan sumber dan tujuan yang spesifik. Proses
daya manusia bagi kehidupan dimasa pendidikan itulah yang banyak dinilai
yang akan datang. Pendidikan karena proses pendidikan sebagai salah
merupakan usaha manusia agar dapat satu titik tolak keberhasilan dan
mengembangkan potensi dirinya, antara kemajuan suatu bangsa.
lain melalui proses pembelajaran di Pendidikan pada dasarnya
sekolah, baik Sekolah Dasar (SD), merupakan salah satu upaya yang
Sekolah Menengah Pertama (SMP), sangat mendasar dalam pengembangan
Sekolah Menengah Umum (SMU), sumber daya manusia. Dalam konteks
maupun Sekolah Menengah Kejuruan pendidikan di Indonesia, pendidikan
(SMK), serta Perguruan Tinggi (PT), diharapkan melahirkan sumber daya

1
manusia unggul sebagaimana yang kualitas pendidikan ditentkan oleh
dirumuskan dalam Undang-Undang kualitas perilaku belajar siswa yang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem terwujud melalui proses interaksi
Pendidikan Nasional, pada Bab II pasal pengajaran yang dikreasikan oleh
3 dinyatakan bahwa: ”Pendidikan kinerja mengajar guru. Dengan
nasional berfungsi mengembangkan demikian dapat dikatakan bahwa
kemampuan dan membentuk watak keefektifan pendidikan diawali dengan
serta peradaban bangsa yang kualitas kinerja mengajar para guru.
bermartabat dalam rangka Karena itu perhatian semua pihak pada
mencerdaskan kehidupan bangsa, peningkatan keterampilan interaksi
bertujuan untuk berkembangnya potensi belajar-mengajar guru yang selanjutnya
peserta didik agar menjadi manusia berpengaruh pada kinerja guru sangat
yang beriman dan bertakwa kepada penting dalam peningkatan mutu
Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, pendidikan di sekolah.
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan Kegiatan belajar mengajar adalah
menjadi warga negara yang demokratis satu kesatuan dari dua kegiatan yang
serta bertanggung jawab”. searah. Situasi yang memungkinkan
Pendidikan Kewarganegaraan terjadinya kegiatan belajar yang optimal
merupakan salah satu mata pelajaran adalah suatu situasi di mana siswa dapat
yang dapat membentuk diri yang berinteraksi dengan guru. Komponen-
beragam dari segi agama, sosiokultural, komponen yang membentuk kegiatan
bahasa, usia, untuk menjadi warga belajar mengajar tersebut adalah siswa,
negara yang cerdas, terampil dan guru, tujuan, isi pelajaran, metode,
berkarakter yang dilandasi oleh UUD media, dan evaluasi hasil belajar.
1945. Hal ini sesuai dengan yang Komponen-komponen kegiatan belajar
dikemukakan oleh Depdiknas (2005: mengajar tersebut saling berinteraksi
34): ’Pendidikan Kewarganegaraan satu dengan yang lainnya dan bermula
merupakan mata pelajaran yang secara serta bermuara terencana sistem
umum bertujuan untuk mengembangkan pembelajaran yang ditetapkan guru
potensi individu warga negara sesuai dengan tujuan yang hendak
Indonesia, sehingga memiliki wawasan, dicapai serta relevan dengan materi
sikap, dan keterampilan pelajaran yang akan disajikan, maka
kewarganegaraan yang memadai dan langkah-langkah yang ditempuh dalam
memungkinkan untuk berpartisipasi menerapkan sistem pembelajaran
secara cerdas dan bertanggung jawab tersebut akan efektif. Menurut Rusyan
dalam kehidupan bermasyarakat, (2001 :86) metode mengajar ialah
berbangsa dan bernegara”. teknik penyajian yang dikuasai guru
Berdasarkan pendapat di atas jelas untuk mengajar atau menyajikan bahan
bagi kita bahwa PKn bertujuan pelajaran kepada siswa di dalam kelas,
mengembangkan potensi individu baik secara individual atau secara
warga negara, dengan demikian maka kelompok/klasikal, agar pelajaran itu
seorang guru PKn haruslah menjadi dapat diserap, dipahami dan
guru yang berkualitas dan profesional, dimanfaatkan oleh siswa dengan baik.
sebab jika guru tidak berkualitas tentu Makin baik metode mengajar, makin
tujuan PKn itu sendiri tidak tercapai. efektif pula pencapaian tujuan.
Kualitas hasil belajar sebagai indikator

2
Berdasarkan observasi awal yang peran guru sangat diharapkan sekali
dilakukan pada proses belajar mengajar dalam membantu siswa memahami
PKn di kelas XI SMA Negeri 1 Dumai suatu konsep.
dalam meningkatkan aktivitas dan hasil Mengatasi permasalahan ini
belajar siswa masih belum maksimal. maka perlu suatu model pembelajaran
Banyak faktor yang menyebabkan yang tidak hanya membantu siswa
rendahnya interaksi belajar siswa, untuk memahami konsep-konsep yang
seperti faktor internal yang meliputi diberikan tetapi membantu siswa untuk
kepribadian dan kecakapan intelektual menumbuhkan kemampuan untuk
serta faktor eksternal seperti lingkungan bekerjasama, berfikir kritis, kemampuan
belajar siswa. Salah satu komponen untuk memimpin serta rasa sosial untuk
lingkungan belajar adalah penetapan mau membantu teman sehingga
metode mengajar. Kurang efektifnya komunikasi antara guru dan siswa dapat
penggunaan metode mengajar oleh guru terjalin dengan baik. Oleh karena itu,
dapat menyebabkan kemampuan siswa peneliti mencoba memilih satu model
menguasai materi pelajaran yang pembelajaran yang diharapkan mampu
disajikan tidak optimal. Siswa memberi pengaruh yang positif terhadap
cenderung pasif dan kurang berminat kemampuan siswa dalam memahami
melakukan aktivitas sehingga nilai hasil konsep pelajaran. Adapun metode yang
belajar pun menjadi rendah. Data hasil dipilih adalah model pembelajaran
belajar PPKn siswa khususnya kelas XI kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)
IPA 3 Dumai Tahun Ajaran 2018/2019 Model pembelajaran Think Pair
menunjukkan jumlah siswa yang Share (TPS) adalah salah satu model
mencapai nilai KKM (Kriteria pembelajaran yang memberi
Ketuntasan Minimum) masih rendah. kesempatan kepada setiap siswa untuk
Peserta didik yang dapat melampaui menunjukkan partisipasi kepada orang
batas KKM yang ditetapkan sekolah lain. Dengan metode klasikal yang
yaitu 70 hanya ada 13 orang atau memungkinkan hanya satu siswa maju
37,14% dari 35 orang siswa. dan membagikan hasilnya untuk seluruh
Rendahnya hasil belajar siswa kelas, tipe think-pair-share ini memberi
disebabkan oleh beberapa faktor, baik kesempatan sedikitnya delapan kali
faktor dari guru maupun siswa sendiri. lebih banyak kepada siswa untuk
Salah satu faktor penyebab rendahnya dikenali dan menunjukkan partisipasi
adalah metode penyampaian guru dalam mereka kepada orang lain (Lie, 2004).
pembelajaran kurang menarik minat Dengan menerapkan
siswa sehingga membuat siswa menjadi pembelajaran ini diharapkan dapat
cepat bosan dan kurang memperhatikan. merangsang siswa dalam melakukan
Selain siswa, guru pun mengalami aktifitas belajar individu maupun
kesulitan dalam menerapkan model kelompok, dan dapat mengembangkan
pembelajaran. Masalah yang dihadapi kemandirian siswa diluar pengawasan
guru dalam pembelajaran disebabkan guru, dapat mengembangkan keaktifan
oleh beberapa faktor, di antaranya yaitu belajar siswa sehingga pada akhirnya
guru kurang kreatif dan inovatif dalam dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
mengemas proses belajar mengajar. Berdasarkan uraian di atas,
Pembelajaran diajarkan cukup dengan maka peneliti berkeinginan untuk
cara yang tradisional saja. Padahal, mengadakan penelitian dengan judul ”

3
Penerapan Model Pembelajaran Interval (%) Kategori
Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) 80 – 100 Baik sekali
Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan 70 – 79 Baik
Hasil Belajar PPKn Siswa Pada Materi 60 – 69 Cukup
Dinamika Demokrasi Di Indonesia 50 – 59 Kurang
Siswa Kelas XI IPA 3 SMA Negeri 2 0 – 49 Kurang Sekali
Dumai Tahun Pelajaran 2018/2019 “
(3)Observasi Keterampilan Siswa
METODOLOGI Dalam penelitian ini instrument
Penelitian ini dirancang sebagai keterampilan yang digunakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau menggunakan teknik penilaian kinerja
Classroom Action Research yang dengan bentuk instrument berbentuk
dilaksanakan di SMAN 2 Dumai. PTK soal uraian. Adapun cara penilaian nya
memiliki peranan yang penting dan sebagai berikut :
untuk meningkatkan mutu pelajaran. jumlah nilai
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas nilai akhir = x4
XI.IPA 3 SMA Negeri 2 Dumai yang skor maksimal
berjumlah 35 orang terdiri dari 15 orang Kriteria penilaian (skor
laki-laki dan 20 orang perempuan. 100 = Sangat Baik
Tindakan yang akan dilakukan peneliti 75 = Baik
adalah melaksanakan model 50 = Kurang Baik
pembelajaran kooperatif tipe think pair 25 = Tidak Baik
and share. Tahap-tahapan PTK adalah : 4.Penilaian Perkembangan Kelompok
(1) persiapan, (2) pelaksanaan, Tiap siswa dapat memberikan
(3)observasi dan (4)refleksi. kontribusi poin yang maksimal kepada
Dalam penelitian ini, data timnya dalam sistem skor ini, tetapi
diperoleh melalui beberapa cara, yaitu tidak ada siswa yang dapat
(1) tes, yang bertujuan untuk melakukannya tanpa memberikan usaha
mengetahui kemampuan kognitif siswa mereka yang terbaik. Slavin (2008)
berkenaan dengan materi. Untuk menjelaskan pedoman untuk
mengetahui digunakan rumus memberikan skor perkembangan
Ketuntasan individu = individu disajikan pada tabel berikut :
Total skor jawaban benar Tabel 2. Skor Perkembangan Individu
Nilai = x 100 NO Skor Nilai
Skor seluruh soal 1 Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5
(2)Observasi guru dan siswa. 2 10 hingga 1 poin di bawah skor awal 10
3 Skor awal sampai 10 poin di atasnya 20
observasi guru yang berfungsi 4 Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30
mengungkap dan mengetahui kinerja 5 Nilai sempurna(tidak berdasarkan skor 30
guru selama pelaksanaan penelitian awal)

tindakan kelas dan lembar observasi


untuk siswa yang berguna untuk HASIL
mengetahui keterlibatan siswa dalam Hasil penelitian tindakan kelas yang
proses pembelajaran diperoleh adalah sebagai berikut:
F 1. Hasil Belajar Siswa
P= x 100%
N Dari hasil penelitian diperoleh
Tabel 1. Interval Kategori Aktivitas informasi bahwa jumlah siswa yang
guru dan siswa tuntas sebelum tindakan sebanyak 13

4
orang atau 37,14%meningkat pada kelompok sudah mendapat penghargaan
siklus I sebanyak 23 orang atau 65,71%. super dan 1 kelompok masih mendapat
Pada siklus II juga terjadi peningkatan penghargaan hebat. Hal ini
yaitu sebanyak 33 orang atau 94,28%. menunjukkan bahwa model
Tabel 3. Daftar Distribusi Frekuensi pembelajaran kooperatif tipe think pair
Hasil Belajar Siswa share (TPS) memberi dampak positif
Skor Awal Siklus I Siklus II kepada hasil belajar PPKn siswa,
INTERVAL Banyak Banyak Banyak khususnya siswa kelas XI IPA 3 SMA
Siswa Siswa Siswa Negeri 2 Dumai Tahun Pelajaran
46 - 51 4 - - 2018/2019.
52 - 57 4 - -
58 - 63 6 2 - 3. Instrumen Aktivitas Siswa
64 - 69 8 10 2 Aktivitas belajar siswa selama
70 - 76 7 11 4 proses pembelajaran juga semakin
77 - 82 2 6 5 meningkat. Siswa semakin aktif dalam
3 6 6 menggali informasi yang sesuai dengan
83 - 88
1 - 8 materi yang sedang dipelajari. Dalam
89 - 94
- - 10
berdiskusi siswa juga sudah terlihat
95 - 100
semakin berani dalam memaparkan ide
f 35 35 35
dan mempertahankan gagasannya.
Siswa juga sudah semakin tolong
Berdasarkan paparan diatas dan data
menolong dalam hal menggali
yang diperoleh pada penelitian ini dapat
informasi. Peningkatan aktifitas siswa
diambil kesimpulan bahwa dengan
pada siklus I dan siklus II tampak pada
model pembelajaran kooperatif tipe
tabel rekapitulasi aktivitas siswa sebagai
think pairs share dapat meningkatkan
berikut :
hasil belajar PPKn siswa kelas XI IPA 3
Grafik 1 : Aktivitas Siswa
SMA Negeri 2 Dumai Tahun Pelajaran 100%
2018/2019. 90%
2. Penghargaan kelompok 80%
Tabel 4. Penghargaan Kelompok 70%
Kelo Siklus I Siklus II 60%
m Sk Pengharga Sk Pengharga 50%
pok or an or an 40%
I 22 Hebat 28 Super 30%
II 20 Hebat 28 Super
20%
III 22 Hebat 24 Super
10%
IV 24 Hebat 26 Hebat
0%
V 22 Hebat 26 Super
1 2 3 4 5 6 7 8 9
VI 20 Hebat 22 Hebat
VII 20 Hebat 28 Super
b. Instrumen Keterampilan Siswa
Dari tabel diatas terlihat bahwa Tabel
Adapun5 : Penilaian
hasil Keterampilan
pengamatan Siswa
observer
penghargaan kelompok pada siklus I,No untuk keterampilan
Aspek yang Dinilai siswa yang adalah
Siklus 1 Siklus 2

tidak ada yang mendapat penghargaan sebagai berikut : Pert-1 Pert-2 Pert-1 Pert-2
Kesesuaian respon dengan
super, dan tujuh kelompok mendapat1 pertanyaan
51,429 60,71 72,71 76,429
penghargaan hebat. Penghargaan pada Kemampuan melakukan
42,143 61,29 70,71 73,571
siklus II terjadi peningkatan yaitu enam2 diskusi
Memecahkan masalah sesuai
59,286 66,43 70,57 78,857
3 dengan LKS
Kemampuan menyajikan hasil 60,714 66,43 70,14 80,429
4 diskusi kelompok
5
Jumlah 195,71 213,57 254,9 284,1

Rata-rata 48,92 53,393 63,71 71,04

Kategori Cukup Baik Baik SB


Kesimpulan
Berdasarkan analisis hasil
penelitian dan pembahasan yang telah
peneliti uraikan, maka dapat diambil
suatu simpulan sebagai berikut :
1. Penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe think pair share
(TPS) dapat meningkatkan hasil
belajar PPKn materi Dinamika
Demokrasi Di Indonesia siswa kelas
Pada penelitian ini penilaian XI IPA 3 SMA Negeri 2 Dumai
keterampilan siswa semakin baik. Dari Tahun Pelajaran 2018/2019.
empat aspek yang dinilai semua 2. Jumlah siswa yang tuntas pada
mengalami peningkatan. Pada sebelum tindakan sebanyak 13 orang
pertemuan I siklus I hanya memperoleh atau 37,14%meningkat pada siklus I
53,93% kategori cukup. Pada sebanyak 23 orang atau 65,71%.
pertemuan II siklus I memperoleh Pada siklus II juga terjadi
63,71% kategori baik. Pada siklus II peningkatan yaitu sebanyak 33 orang
meningkat menjadi 71,03% kategori atau 94,28%.
baik dan pada pertemuan kedua 3. Penilaian aktivitas siswa selama
meningkat menjadi 77,32% dengan proses pembelajaran juga semakin
kategori sangat baik. meningkat. Pada siklus I pertemuan I
rata-rata aktivitas siswa hanya
4. Aktivitas Guru 59,36%. Pada pertemuan II
Gambar 2 : Diagram Guru meningkat menjadi 69,84%. Pada
98.66 siklus II terjadi peningkatan lagi
84
100
90 62.66 70.66 yaitu pada pertemuan I 84,44%
80
70
60
meningkat pada pertemuan ke II
50 menjadi 95,23% dengan kategori
40
30
20
10 baik sekali. Sehingga rata-rata
0 aktivitas siswa untuk siklus I 64,66%
meningkat pada siklus II menjadi
89,83% dengan kategori baik sekali.
4. Penilaian keterampilan siswa selama
proses pembelajaran juga semakin
meningkat. Pada pertemuan I siklus I
hanya memperoleh 53,93% kategori
Aktifitas guru pada siklus I dan cukup. Pada pertemuan II siklus I
siklus II semakin baik dan meningkat. memperoleh 63,71% kategori baik.
Pada pertemuan pertama siklus I jumlah Pada siklus II meningkat menjadi
skor aktivitas guru adalah 47 (62,66%) 71,03% kategori baik dan pada
meningkat menjadi 53 (70,66%) pada pertemuan kedua meningkat menjadi
pertemuan kedua. Kemudian meningkat 77,32% dengan kategori sangat baik.
lagi menjadi 63 (84%) pada siklus II 5. Aktivitas guru selama proses
pertemuan pertama dan terakhir 74 pembelajaran juga semakin
(98,66%) pada pertemuan kedua.

6
meningkat. Pada pertemuan pertama Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar
siklus I jumlah skor aktivitas guru Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
adalah 47 (62,66%) meningkat Bumi Aksara.
menjadi 53 (70,66%) pada Alwi, Hasan. 2003. Kamus Besar
pertemuan kedua. Kemudian Bahasa Indonesia. Balai Pustaka.
meningkat lagi menjadi 63 (84%) Jakarta.
pada siklus II pertemuan pertama dan Bahri syaiful dan Aswan Zain, Strategi
terakhir 74 (98,66%) pada pertemuan Belajar Mengajar. Rineka Cipta.
kedua. Jakarta.
BNSP. 2006. Peraturan Mendiknas no
Saran 22 dan 23 Tahun 2006. BNSP.
Berdasarkan pelaksanaan penelitian dan Jakarta.
hasil penelitian yang telah diperoleh, Darsono, Max. 2000. Belajar dan
maka peneliti dapat memberikan saran: Pembelajaran. IKIP Semarang.
1. Bagi guru yang mengajar dikelas Semarang.
XI, khususnya untuk pelajaran Hamalik, Oemar. 2006. Perencanaan
PPKn, penerapan model Pengajaran Berdasarkan
pembelajaran kooperatif tipe think Pendekatan Sistem. PT. Bumi
pair share merupakan alternatif Aksara. Jakarta.
pembelajaran yang efektif Ibrahim, Yacob. 2003. Studi Kelayakan
digunakan guru untuk meningkatkan Bisnis. Edisi revisi. Rineka cipta.
aktivitas dan hasil belajar siswa. Jakarta.
2. Bagi peneliti yang ingin Istarani. 2012. Penelitian Tindakan
menerapkan metode ini hendaknya Kelas. Media Persada. Medan
dapat mengatur waktu dengan baik, Mulyana, Dedey. 2003. Metodologi
sehingga tidak banyak waktu yang Penelitian Kualitatif Paradigma
terbuang untuk mengkondisikan Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu
siswa di kelas. Sosial Lainnya. Remaja Rosda
3. Selama proses pembelajaran, guru Karya. Bandung.
hendaknya menggunakan cara-cara Mulyasa. 2006. Menjadi Guru
mengajar yang bervariatif dan Profesional Mencptkan
menarik perhatian siswa sehingga Pembelajaran Kreatif dan
siswa tidak merasa bosan. Menyenangkan. Remaja Rosda
4. Untuk penelitian lanjutan, agar Karya. Bandung.
dapat dilakukan penelitian seperti Ibrahim, Muslimin, dkk. 2007.
ini tetapi memperluas cakupan Pembelajaran kooperatif.
materi dan aspek yang terdapat Surabaya: UNESA University
dalam penelitian ini. Pres.
Sardiman A.M. 2007. Interaksi dan
Motivasi Belajar Mengajar,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

DAFTAR PUSTAKA Salvin, Robert. 2010. Cooperatif


Learning Teori. Riset dan Praktik.
Bandung: Nusa Media

7
Suharsimi, Arikunto. 2010. Prosedur
Penelitian : Suatu Pendekatan
Praktik (Edisi Revisi). Rineka
Cipta. Jakarta.

Usman, Moch Uzer. 2007. Menjadi


Guru Profesional. Remaja Rosda
Karya. Bandung.

Winaputra, Udin S. 2008. Belajar


adalah Proses yang Dilakukan
Manusia. UNS. Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai