Anda di halaman 1dari 26

MODUL AJAR PPKn SMA

Nama Jumaini, S.Pd. Jenjang/ SMA/ XI [PKN.F.UJS.11.A.


Kelas 2}

Asal sekolah SMA N 2 Loa Kulu Mapel PPKn

Alokasi waktu 2 pertemuan Jumlah siswa 35 orang

180 menit

Profil pelajar Beriman, bertaqwa kepada Moda Tatap muka


Pancasila Tuhan YME, dan Berahlak mulia
pembelajara
yang
n
berkaitan

Fase F Elemen Pancasila


Mapel

Tujuan 11.A.2. Peserta didik menerapkan, melatih, dan mengubah perilaku sesuai nilai-nilai
Pembelajaran Pancasila dalam kehidupan kesehariannya sesuai dengan perkembangan dan konteks
peserta didik.

Kata kunci  Penerapan nilai-nilai Pancasila

Deskripsi Peserta didik mengamati tayangan video yang relevan dengan materi pembelajaran.
umum Setelah itu peserta didik diminta untuk mengidentifikasi dan mengajukan pertanyaan
kegiatan secara dialektis. Selanjutnya guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok
dan peserta didik dalam kelompok diminta membuat laporan berkaitan dengan
penerapan nilai-nilai Pancasila dalam berbagai aspek kehidupan.

Materi ajar, Materi: penerapan nilai-nilai Pancasila di lingkungan masyarakat dalam kehidupan sehari-
alat, dan hari.
bahan
Sarana  Gawai/laptop
Prasarana  Akses internet
 Buku teks PPKn
 Papan tulis dan spidol
 LCD Proyektor
 Speaker mini

PERANGKAT AJAR PPKn SMA

1. Informasi Umum Perangkat Ajar


Nama/ Unit Kerja : Derry Nodyanto, M,Pd (SMAN 2 Loa Kulu)
Jenjang : SMA
Kelas : XI
Alokasi Waktu : 2 x Pertemuan (180 Menit)
2. Tujuan Pembelajaran
Fase :F
Elemen : Pancasila
: 11.A.2 Peserta didik menerapkan, melatih, dan mengubah perilaku
sesuai nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan kesehariannya
sesuai dengan perkembangan dan konteks peserta didik.
a) Mengkaji penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
Tujuan Pembelajaran sehari-hari di lingkungan masyarakat sekitar.
b) Memiliki komitmen dan tanggung jawab berperilaku sesuai
nilai-nilai Pancasila
c) Membuat laporan hasil kajian berkaitan dengan penerapan
nilai-nilai Pancasila
 Bagaimanakah penerapan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakat sekitar?
Pertanyaan Inti
 Apa saja nilai-nilai Pancasila yang dapat kalian lakukan
sebagai seorang pelajar?

Kata Kunci
: Penerapan nilai-nilai Pancasila
Kode Perangkat : [PKN.F.EKP.11.2]
Kompetensi yang : Keterampilan mencari informasi dari berbagai literatur,
harus dimiliki peserta keterampilan menganalisis dengan berdiskusi dan keterampilan
didik membuat laporan
3. Profil Pelajar Pancasila Yang Berkaitan
Ber Beriman, bertaqwa kepada Tuhan YME, dan Berahlak mulia
4. Sarana Prasarana
1. Gawai
2. Akses Internet
3. Buku Teks PPKn
4. Spidol
5. Papan tulis
6. Lembar kerja
7. Handout materi
5. Target Peserta Didik
 Peserta Didik Reguler
 Peserta didik dengan hambatan belajar
 Peserta didik Cerdas Istimewa Berbakat (CIBI)
 Peserta didik ketunaan (Tunanetra, Tunarungu, Tunagrahita, Tunadaksa, Tunalaras,
Tunaganda)

6. Jumlah Peserta Didik


Maksimal peserta 36 peserta didik

7. Ketersediaan Materi
1. Pengayaan untuk peserta didik CIBI atau yang berpencapaian  Ya Tidak
tinggi  Ya Tidak
2. Alternatif penjelasan, metode atau aktivitas, untuk peserta didik
yang sulit memahami konsep
8. Moda Pembelajaran
 Tatap Muka
 PJJ daring
 PJJ Luring
 Paduan antara tatap muka dan PJJ (Blended Learning)
9. Materi Ajar, Alat Dan Bahan
Penerapan Pancasila dalam Kehidupan Sehari-hari

Dalam hidup berbangsa dan bernegara, sebagai warga negara Indonesia kita harus berpegang
teguh pada Pancasila yang mana itu adalah ideologi dasar negara kita. Pancasila sebagai
pedoman bagi seluruh warga negara Indonesia seharusnya lebih dari cukup untuk menjadi
arah hidup kita dalam berbangsa dan bernegara. Namun sebelum menerapkan nya kedalam
bermasyarakat maka kita harus tau makna yang terkandung dalam simbo-simbol sila
pancasila.
A. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Pada sila pertama pancasila bangsa
Indonesia harus memiliki agama ataupun kepercayaan dalam memeluk dan beribadah sesuai
dengan iman agama masing-masing. Seharusnya dalam sila pertama ini, warga Negara
Indonesia sudah jelas dan mengerti tentang Tuhan Yang Maha Esa. Meyakini bahwa perbuatan
dan sikap kita pasti akan diperhatikan oleh Tuhan kita masing-masing. Bangsa harus berusaha
memberantas aliran aliran keagamaan yang menyimpang terhadap nilai-nilai maupun moral
pancasila.1 Tetapi pada kenyataannya masih banyak orang yang melakukan penyimpangan
dari nilai-nilai pancasila tanpa pengawasan dari Tuhan Yang Maha Mengetahui. Kenyataannya
masih banyak kebohongan, kecurangan, konspirasi, dan masih banyak hal lainnya yang
diperbuat oleh manusia. Sebagai contoh kecil yaitu masih banyak pelajar yang berbuat
kecurangan dalam pembelajaran seperti mencontek, membuat cara apapun untuk
mendapatkan jawaban saat ujian, dan masih banyak lagi. Juga seperti koruptor, yang berbuat
seenaknya merampas uang yang bukan haknya. Hal-hal tersebut menandakan bahwa orang
tersebut merasa tidak diawasi oleh Tuhan mereka. Kemudian mengembangkan sikap hormat
menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang
berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Membina kerukunan hidup di antara sesama
umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Akur dalam bermasyarakat
sebagai umat beragama saling menghormati kehendak beribadah satu sama lain sesuai
agama yang sah di Indonesia. Tidak menghalang-halangi umat beragama lain untuk
beribadah dan berdakwah masing-masing asalkan masih dalam norma-norma yang berlaku.
B. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Sila kedua yaitu Kemanusian yang adil dan beradab, mengakui dan memperlakukan
manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa
membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial,
warna kulit dan sebagainya. Tidak merendahkan orang lain dengan mudah tetapi bersikaplah
rendah diri agar tidak menimbulkan perpecahan satu sama lain. Menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan, mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia, sikap saling
tenggang rasa dan tepa selira, dan sikap tidak semenamena terhadap orang lain. Mulailah
menghargai satu sama lain memberikan perhatian kepada mereka yang mengalami
kesusahan.
Makna dari sila ini diharapkan dapat mendorong seseorang untuk senantiasa
menghormati orang lain sebagai pribadi dan anggota masyarakat. Dengan sikap ini
diharapkan dapat menyadarkan bahwa dirinya merupakan makhluk sosial yang mempunyai
hak dan kewajiban yang sama, atas dasar sikap prikemanusian ini.
C. Sila Persatuan Indonesia
Sila ketiga yaitu Persatuan Indonesia, maksud dari sila ketiga ini mengutamakan
persatuan atau kerukunan bagi seluruh rakyat Indonesia yang mempunyai perbedaan agama,
suku, Bahasa dan budaya. kita sebagai warga negara Indonesia harus mampu menempatkan
persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai
kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan. Sanggup dan rela berkorban
untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan. Perlu dijelaskan bahwa sudah tidak
sedikit lagi orang-orang yang sudah hilang rasa persatuan dan nasionalisme, mulai acuh tak
acuh apa yang terjadi pada negara kita. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan
bangsa dan mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
Mulailah dengan cara mencintai produk Indonesia, Memelihara ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Mengembangkan
persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika dan memajukan pergaulan demi
persatuan dan kesatuan bangsa. Menjalin hubungan baik antara negara lain, tidak saling
menjatuhkan dan menimbulkan perselisihan. Sila keempat yaitu Kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.

D. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam permusyawaratan/


Perwakilan
Sila keempat ini mempunyai makna bahwa kekuasaan ada ditangan rakyat, dan
dalam melaksanakan kekuasaannya, rakuat menjalankan sistem perwakilan dan keputusan-
keputusan yang diambil dilakukan dengan jalan musyawarahyang dikendlikan dengan pikiran
yang sehat, jernih, logis serta penuh tanggung jawab baik.
Menerapkan sila keempat ini kita sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap
manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama dan tidak boleh
memaksakan kehendak kepada orang lain. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil
keputusan untuk kepentingan bersama , mencapai mufakat diliputi oleh semangat
kekeluargaan, menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai
hasil musyawarah dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan
hasil keputusan musyawarah. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di
atas kepentingan pribadi dan golongan, Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai
dengan hati nurani yang luhur. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan
secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia,
nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan
bersama. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan
pemusyawaratan. Tetapi saat ini banyaknya krisis kepercayaan, banyak orang yang dipercaya
tetapi ingkar. Oleh sebab itu saat ini sudah kurangnya kepercayaan satu sama lain.

E. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Sila kelima yaitu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Keadilan berarti
adanya persamaan dan saling menghargai karya orang lain. Jadi seseorang itu bertindak adil
apabila orang memberikan sesuatu kepada orang lain sesuai dengan haknya.
Kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat dalam arti dinamis dan meningkat.
Dinamis dalam arti diupayakan lebih tinggi dan lebih baik. Hal ini berarti peningkatan
kesejahteraan dan kemakmuran yang lebih baik. Seluruh kekayaan alam tidak dikuasai oleh
sekelompok orang, tetapi harus untuk kesejahteraan semua orang, kepentingan bersama
menurut potensi masingmasing. Jadi sesuatu yang diberikan kepada seseorang sesuai dengan
kemampuan, sesuai dengan potensinya utulh yang disebut adil.
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia memiliki makna yang sangat luas
seperti kekeluargaan dan kegotongroyongan, sikap adil terhadap sesama. Tingkatkan rasa
kerjasama kepada siapapun untuk meningkatkan keadilan satu sama lain, tidak saling
melempar kesalah satu sama lain. Menjaga keseimbangan antara hakdan kewajiban,
menghormati hak orang lain, dan suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat
berdiri sendiri. Yang perlu digaris bawahi adalah jangan menggunakan hak milik untuk usaha-
usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain, hal-hal yang bersifat pemborosan dan
gaya hidup mewah, maupun bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum.
Banyaknya penggunaan hak milik yang telah dijelaskan membuat banyak timbulnya penipuan
dan berperilaku buruk yang merusak bangsa kita. Mulailah dengan hal yang positif seperti
bekerja keras, menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bersama, dan melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang
merata dan berkeadilan sosial. Bukan melakukan tindakan yang merusak dan merugikan
orang lain.
Sumber: https://mahasiswa.yai.ac.id/v5/data_mhs/tugas/1914290090/10Makalah%20PKN
%20Pertemuan%20Ke-10.pdf
10.Kegiatan Pembelajaran Utama
Pengaturan peserta didik Metode
 Individu  Diskusi
 Berpasangan  Presentasi
 Berkelompok (lebih dari 2 orang)  Demonstrasi
 Project
 Eksperimen
 Eksplorasi
 Permainan
 Ceramah
 Kunjungan lapangan
 Simulasi
11. Asesmen
Kriteria untuk mengukur ketercapaian Jenis Asesmen
tujuan pembelajaran  Performa (Presentasi, Drama, pameran hasil
 Asesmen individu karya, dsb)
 Asesmen kelompok  Tertulis (tes objektif, esai)
 keduanya

12. Persiapan Pembelajaran


1. Mempersiapkan link video yang akan digunakan untuk diskusi peserta didik
2. Mempersiapkan materi lembar kerja peserta didik
3. Mempersiapkan materi ajar
13. Urutan Kegiatan Pembelajaran
1. Pertemuan Pertama ( 2 x 45 menit ) Alokasi Waktu
Proses pembelajaran menggunakan pendekatan Saintifik, Pelaksanaan
pembelajaran secara umum dibagi menjadi tiga tahapan yaitu kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
Pendahuluan 10 Menit
1. Guru mempersiapkan kelas agar lebih kondusif dan menyenangkan
untuk proses belajar dan mengingatkan kerapian dan kebersihan
ruang kelas sebagai bentuk tanggung jawab dan sikap gotong
royong.
2. Peserta didik bersama guru mengawali pembelajaran dengan
berdoa
3. Peserta didik menyanyikan lagu wajib nasional “Berkibarlah
Benderaku” sebagai bentuk rasa cinta tanah air dan semangat
kebangsaan.
4. Peserta didik mendapatkan motivasi dari guru sebelum memulai
kegiatan pembelajaran inti

Kegiatan Inti 65 menit

1) Peserta didik dengan bimbingan guru membentuk empat


kelompok secara heterogen berdasarkan jenis kelamin dan
kemampuan belajar serta anggota yang berbeda dengan kelompok
pada kegiatan pembelajaran sebelumnya.
2) Peserta didik bersama dengan kelompok masing-masing
mencermati tayangan video pendek terkait materi pembelajaran
dengan link youtube (https://www.youtube.com/watch?
v=3LlTxyk8fTA)
3) Peserta didik melakukan tanya jawab dengan guru terkait video
yang telah diputar untuk melatih peserta didik menalar dengan
kritis terhadap suatu fenomena.
4) Peserta didik memberikan tanggapannya secara kritis terhadap
tayangan video dan mengungkapkan harapannya terhadap
aktualisasi nilai-nilai Pancasila.
5) Guru memberikan apresiasi dan penguatan atas seluruh
pandangan dari peserta didik terkait video yang telah diputar dan
selanjutnya peserta didik mencermati dengan cermat penjelasan
guru terkait materi pembelajaran.
6) Guru bersama peserta didik membagi kajian atau permasalahan
dan menyepakati yang menjadi bahasan kelas.
1. Berita Hoax Tak Sesuai Nilai Pancasila (berita dapat diunduh
pada
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/17/01/05/oj
appr365-mui-berita-hoax-tak-sesuai-nilai-pancasila)
2. Perang Suku di Mimika masih Berkobar (berita dapat diunduh
http://suaramerdeka.com/cybernews/harian/0710/18/nas1.htm
.)
3. Demo Ricuh, Sejumlah Mahasiswa ditangkap (berita dapat
diunduh pada http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/demo-
ricuh-sejumlah-mahasiswa-ditangkap/.)
4. Janda Miskin Tak Dapat PSKS (berita dapat diunduh pada
http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/jSaudara-miskin-tak-
dapat-psks/.)
7) Peserta didik bersama dengan kelompok mengkaji permasalahan
yang telah dibagikan oleh guru dengan penuh semangat dan rasa
ingin tahu. Dalam hal ini peserta didik dapat berdiskusi dan
mengajukan pertanyaan kepada guru jika ada kasus yang disajikan
belum jelas atau sulit dipahami oleh kelompok.
8) Peserta didik secara mandiri dibimbing untuk mencari informasi
sebagai jawaban atas pertanyaan yang disusun berkaitan dengan
masalah yang yang disepakati, dengan membaca uraian materi
atau membaca dari buku sumber lain yang relevan, internet; web,
media yang lain.
9) Peserta didik bersama dengan kelompok mendiskusikan informasi
yang didapatkan oleh masing-masing anggota kelompok untuk
kemudian dipilah dan dipilih sesuai dengan permasalahan yang
disajikan. Pada langkah ini anggota kelompok dapat mengkritisi
informasi hasil temuan dari teman satu kelompoknya agar
dihasilkan informasi yang berkualitas dan relevan.
10)Peserta didik bersama kelompok mengkomparasikan hasil rumusan
pemecahan masalah yang dirumuskan kemudian dianalisis
bersama-sama dengan kelompoknya untuk dipilih rumusan yang
terbaik dan sesuai dengan masalah yang dibahas. Pada langkah ini
anggota kelompok dapat menanyakan dan mengonsultasikan
kepada guru untuk mendapatkan masukan.
11)Peserta didik dalam kelompok memiliki komitmen dan tanggung
jawab membuat laporan secara tepat waktu dari informasi yang
diperoleh dan melaporkannya secara tertulis
12)Guru memberikan apresiasi atas partisipasi aktif peserta didik
dalam kegiatan diskusi.
Penutup 15 Menit
1. Peserta didik dengan bimbingan guru menyimpulkan materi
pembelajaran yang telah dipelajari.
2. Peserta didik mengerjakan soal tes yang telah disediakan oleh
guru.
3. Peserta didik dengan bimbingan guru melakukan refleksi terhadap
pembelajaran sekaligus mengingatkan kembali kepada peserta
didik untuk menyiapkan penampilan terbaik pada presentasi yang
akan dilakukan pada pertemuan berikutnya.
4. Guru dan peserta didik menutup kegiatan dengan mengucapkan
rasa syukur kepada Tuhan YME bahwa pertemuan kali ini telah
berlangsung dengan baik dan lancar.
Pertemuan Kedua ( 2 x 45 menit)
Pendahuluan
1. Guru memberikan salam kepada peserta didik dan
mempersiapkan kelas agar lebih kondusif dan menyenangkan
untuk proses belajar mengajar.
2. Peserta didik bersama guru mengawali pembelajaran dengan
berdoa.
3. Guru dan peserta didik mendiskusikan kompetensi yang telah
dipelajari dan dikembangkan pada pertemuan pertama. 10 Menit
4. Peserta didik mendapatkan motivasi dari guru sebelum memulai
kegiatan pembelajaran inti.
5. Peserta didik mencermati penjelasan singkat guru tentang alur
kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Kegiatan Inti
6. Guru mempersilahkan perwakilan tiap kelompok untuk mengambil
undian nomor urut kegiatan presentasi.
7. Setiap kelompok sesuai gilirannya dipersilahkan memberikan
“quote” bermakna dengan penuh semangat dan kemudian
dilanjutkan mempresentasikan hasil kerjanya . Pada tahap ini
peserta didik pada kelompok lain dapat mengajukan pertanyaan,
tanggapan maupun mengkritisi secara sopan hasil kerja
kelompok yang melakukan presentasi.
8. Guru memberikan apresiasi atas kerja keras dan kolaborasi yang 65 Menit
telah dilakukan oleh masing-masing kelompok.
9. Peserta didik mencermati dengan baik penguatan materi yang
dikemukakan oleh guru.

Penutup
10. Peserta didik dengan bimbingan guru menyimpulkan materi
pembelajaran yang telah dipelajari.
11. Peserta didik (perwakilan) diminta untuk mengungkapkan 15 menit
perasaannya (bernalar kritis) setelah melaksanakan kegiatan
pembelajaran berkaitan dengan kelebihan dan kekurangan
pelaksanaan presentasi yang dilakukan.
12. Peserta didik bersama guru mengakhiri pembelajaran dengan
berdoa.
14. Refleksi Guru

1. Apa yang sebaiknya saya tambahkan untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran


selanjutnya?
2. Apakah kegiatan pembelajaran terlaksana sesuai dengan yang direncanakan?
15. Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran Dan Asesmennya
A. Kompetensi yang dinilai
1. Kompetensi sikap : Menghargai, Pro Aktif, Responsif, dan Tanggung Jawab
2. Kompetensi pengetahuan untuk mengkaji penerapan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakat sekitar
3. Kompetensi keterampilan: Mengemukakan pendapat, bertanya, mengumpulkan
informasi, bekerja sama, membuat produk
B. Bagaimana Asesmen dilaksanakan
1. Penilaian sikap dilaksanakan dengan melalui pengamatan langsung (observasi) saat
kegiatan pembelajaran berlangsung
2. Penilaian pengetahuan dilaksanakan melalui tes tertulis
3. Penilaian keterampilan dilaksanakan melalui penilaian kinerja/ performa saat
kegiatan pembelajaran dan penilaian produk
C. Kriteria Penilaian
1. Penilaian sikap

No Nama Sikap yang dinilai Juml Nilai


Menghargai Pro Aktif Responsif Tanggung ah
Jawab Skor
1
2

Pedoman penskoran:
Skor 4 = sangat baik
Skor 3 = baik
Skor 2 = cukup
Skor 1 = kurang

Rumus Penilaian:
N = jumlah skor/ skor maksimal x 100

2. Penilaian keterampilan
No Nama Keterampilan yang dinilai Jumla Nilai
Mengemukakan Bertanya Bernalar Kemampuan h Skor
pendapat kritis Berargumen
1
2

Pedoman penskoran:
Skor 4 = sangat baik
Skor 3 = baik
Skor 2 = cukup
Skor 1 = kurang

Rumus Penilaian:
Nilai : jumlah skor / skor maksimal x 100

Penilaian produk

No Aspek yang dinilai Nilai Bobot Jumlah


1 2 3 4
1 Kesesuaian dengan tema 25%
2 Sistematika Laporan 20%
3 Kualitas 55%
1. Kebermaknaan informasi
2. Data Pendukung
3. Keaslian/Bukan Plagiat
4 Penulisan Bahasa 10%
Jumlah 100%

Kriteria Penskoran:
1. Memiliki kesesuaian 10-25% : 1
2. Memiliki kesesuaian 26-50% : 2
3. Memiliki kesesuaian 51-75% : 3
4. Memiliki kesesuaian 76-25% : 4
Nilai: (Skor X Bobot)
4

3. Penilaian Pengetahuan

Soal :
4. Penilaian pengetahuan

Rumusan Soal Teknik Bentuk Bobot


Nilai
1. Apa saja contoh implementasi nilai-nilai Pancasila Tes Uraian 30
pada sila Kemanusiaan yang adil dan beradab ?

2. Uraikanlah empat upaya pemerintah untuk dapat Tes Uraian 40


mendorong tumbuhnya kesadaran masyarakat
berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila!
3. Apa saja perilaku yang seharusnya dilakukan para Tes Uraian 30
pelajar dalam rangka mengimplementasikan nilai-
nilai Pancasila
Nilai total 100

Kunci Jawaban
1. Contoh implementasi nilai-nilai Pancasila pada sila Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab
 Mengakui persamaan derajat, hak, dan kewajiban antara sesama manusia
 Saling mencintai sesama manusia
 Tenggang rasa kepada orang lain
 Tidak semena-mena kepada orang lain
 Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan
 Berani membela kebenaran dan keadilan

2. Upaya pemerintah dalam mendorong tumbuhnya kesadaran berperilaku sesuai nilai-


nilai Pancasila
 Mempertajam pendidikan Pancasila dalam kurikulum nasional ke setiap mata
pelajaran yang ada.
 Merangkul dan mengajak para tokoh-tokoh masyarakat/ agama untuk terus
memberikan pemahaman terkait nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-
hari.
 Mengadakan dan memperbanyak seminar, diskusi umum, atau debat terkait
penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
 Menyusun pedoman khusus yang dapat diakses oleh seluruh masyarakat
terkait contoh-contoh penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari.

3. Perilaku yang seharusnya dilakukan para pelajar dalam rangka


mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila
 Bersikap baik kepada setiap orang
 Bersikap jujur
 Memberikan hak dan kewajiban orang lain
 Membantu masyarakat yang terkena musibah bencana alam
 Menaati hukum yang berlaku di masyarakat
 Meningkatkan kesadaran hidup bermasyarakat
 Tidak mengambil hak orang lain
 Memberikan nasehat kepada orang lain
 Tidak mengecewakan orang lain
 Selalu menghargai pendapat dan karya orang lain

Pedoman Penskoran
Nomor Kriteria Penskoran Jumlah Skor
soal Skor Total
 Jika peserta didik mampu memberikan 6 contoh yang 30
benar
 Jika peserta didik mampu memberikan 5 contoh yang 25
1 benar
 Jika peserta didik mampu memberikan 4 contoh yang 20 30
benar
 Jika peserta didik mampu memberikan 3 contoh yang 15
benar
 Jika peserta didik mampu memberikan 2 contoh yang 10
benar
 Jika peserta didik mampu memberikan 1 contoh yang 5
benar
 Jika peserta didik mampu menguraikan 4 jawaban dengan 40
benar
 Jika peserta didik mampu menguraikan 3 jawaban dengan 30
2 benar 40
 Jika peserta didik mampu menguraikan 2 jawaban dengan 20
benar
 Jika peserta didik mampu menguraikan 1 jawaban dengan 10
benar
 Jika peserta didik mampu memberikan 6 dst contoh 30
yang benar
3  Jika peserta didik mampu memberikan 5 contoh 25 30
yang benar
 Jika peserta didik mampu memberikan 4 contoh 20
yang benar
 Jika peserta didik mampu memberikan 3 contoh 15
yang benar
 Jika peserta didik mampu memberikan 2 contoh 10
yang benar
 Jika peserta didik mampu memberikan 1 contoh 5
yang benar

100

Rumus Penilaian:
N= Jumlah Skor Total

16. Pertanyaan Refleksi Untuk Peserta Didik


1. Dalam pelaksanaan pembelajaran saya masih mengedepankan ego mempertahankan
pendapat?
2. Saya melaksanakan pembelajaran sudah sesuai dengan harapan?
3. Jika kamu diminta untuk memberikan bintang 1-bintang 5, berapa bintang yang mau
diberikan pada usaha yang telah kamu lakukan.

17. Daftar Pustaka

1. Sumartini, Ai Tin dan Asep S.P. 2018. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Jakarta:
Kemdikbud.
2. https://www.youtube.com/watch?v=4_Sg5C-f_h8, diakses tanggal 11 Desember 2020
pukul 14.42 WIB
3. https://undhirabali.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/MATERI-PENDIDIKAN-PANCASILA-
DAN-KEWARGANEGARAAN-PKKMB.pdf, diakses pada 11 Desember 2020 pukul 14.58 WIB.
https://mahasiswa.yai.ac.id/v5/data_mhs/tugas/1914290090/10Makalah%20PKN
%20Pertemuan%20Ke-10.pdf, diakses 24 Maret 2021 pukul 18.45 WIB.

18. Lembar Kerja Peserta Didik


Lampiran 1
19. Bahan Bacaan siswa
Lampiran 2
20. Bahan Bacaan Guru
Lampiran 3
21. Materi/Kegiatan Pengayaan bagi peserta didik dengan capaian tinggi
Tidak Tersedia
22. Materi/Kegiatan remedial untuk peserta didik yang kesulitan belajar
Tidak Tersedia

LAMPIRAN I
LAMPIRAN I

Lembar Kerja Peserta Didik

Nama : ........................................................................................
Kelas : ........................................................................................
Materi : ........................................................................................
Hari/ Tanggal : ........................................................................................

No Soal/ Pertanyaan
1 Bagaimana aktualisasi nilai-nilai Pancasila yang telah kamu lakukan sebagai bagian dari ikhtiar
melakukan pencegahan Covid-19?
2 Coba kamu analisis menggunakan bahasamu sendiri apa yang menjadi refleksi bagi warga
negara Indonesia dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila sesuai dengan isi tulisan
opini dengan judul Harus Pancasila yang terdapat pada link
(https://baktiguruppkn.blogspot.com/2020/10/harus-pancasila.html)

3 Apa yang dapat kamu lakukan sebagai seorang pelajar sebagai wujud kebanggaan memiliki
Pancasila?

LAMPIRAN 2

Penerapan nilai-nilai Pancasila dalam menanggulangi Covid-19

“Kita akan dapat mengatasi Pandemi COVID-19 apabila kita dapat mengejawantahkan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila,” kata Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia
(Lemhannas RI) Letnan Jenderal (Purn.) Agus Widjojo dalam Konferensi Pers Gugus Tugas Penanganan
COVID-19, Senin, 1 Juni 2020.

Dalam keadaan saat ini, suatu bangsa dituntut untuk menunjukkan nilai-nilai terbaik dari ideologi
kebangsaan untuk dapat mengatasi tantangan pandemi COVID-19. Keadaan ini mengandung semua
nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam Pancasila, yaitu efektivitas pemerintahan yang
berpadu dengan kepercayaan dan kepatuhan rakyat terhadap semua ketentuan yang diterbitkan
pemerintah, serta kesadaran pada masyarakat untuk menghubungkan kepentingan perorangan
dengan kepentingan masyarakat, yakni dengan menjauhi sikap egosentris yang hanya memikirkan diri
sendiri. Hal tersebut dapat diimplementasikan dengan keputusan tetap berada di rumah, tidak
bepergian, dan menghindari kerumunan.
Nilai-nilai lainnya yang merupakan cerminan dalam kearifan lokal yang terkandung dalam Pancasila
adalah gotong royong atau kebersamaan. Pada gilirannya nanti, perwujudan dari nilai-nilai yang
terkandung dalam kearifan lokal bukan saja menunjukkan keberhasilan melaksanakan gotong royong,
tetapi juga dalam penyelenggaraan fungsi pemerintahan mewujudkan ketahanan nasional. Ketahanan
nasional adalah upaya untuk mendayagunakan seluruh potensi dan aset bangsa guna mengatasi
ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan. “Apabila ketahanan nasional diwujudkan melalui
sumbangan masing-masing perseorangan, kita dapat segera memulihkan kondisi dari ancaman
pandemi COVID-19,” ujar Agus.

Pada kesempatan tersebut, Agus juga mengapresiasi tenaga kesehatan yang telah bekerja melampaui
batas panggilan. Sudah sepatutnya memberikan penghormatan kepada setiap tenaga yang bertugas
atas pengabdian yang mengharukan dan profesionalitas yang menakjubkan.

Proses menanggulangi pandemi COVID-19 yang tidak mudah, membuat pemerintah memberlakukan
kebijakan-kebijakan seperti Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), isolasi lokal, larangan
bepergian, serta pemberian bantuan pada masyarakat yang mengandalkan penghasilan harian.
Namun, semua upaya pemerintah berarti banyak jika tidak mendapat dukungan dari semua pihak.
Menurut Agus, pada akhirnya berhasil atau tidaknya mengatasi pandemi COVID-19 akan sangat
tergantung dari usaha perseorangan membangun daya tahan tubuh yang pada hakikatnya merupakan
ketahanan perseorangan sebagai titik awal membangun ketahanan nasional.

“Oleh karena itu, dalam memperingati hari kelahiran Pancasila, saya mengajak seluruh saudara
sebangsa agar membangun diawali dari diri sendiri, ketahanan diri, yang memberi kontribusi bagi
ketahanan masyarakat yang merupakan pelaksanaan dari nilai gotong royong sebagai nilai inti dari
Pancasila,” ujar Agus.

Sumber: http://www.lemhannas.go.id/index.php/berita/berita-utama/848-penerapan-nilai-nilai-
pancasila-dalam-menanggulangi-covid-19, diakses pada 11 Desember 2020 pukul 15.36 WIB

LAMPIRAN 3

PENDIDIKAN PANCASILA

A. PENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILA

Lahirnya ketentuan dalam Pasal 35 ayat (5) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 yang
menyatakan bahwa kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat mata kuliah pendidikan agama,
pendidikan Pancasila, pendidikan kewarganegaraan, dan bahasa Indonesia, menunjukkan bahwa
Negara berkehendak agar pendidikan Pancasila dilaksanakan dan wajib dimuat dalam kurikulum
peguruan tinggi sebagai mata kuliah yang berdiri sendiri. Dengan demikian, mata kuliah pendidikan
Pancasila ini dapat lebih fokus dalam membina pemahaman dan penghayatan mahasiswa mengenai
ideologi bangsa Indonesia. Artinya, pendidikan Pancasila diharapkan menjadi ruh dalam
membentuk jati diri mahasiswa dalam mengembangkan jiwa profesionalitas mereka sesuai dengan
bidang studi masing-masing. Selain itu, dengan mengacu kepada ketentuan pasal 2 Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2012, sistem pendidikan tinggi di Indonesia harus berdasarkan Pancasila.
Implikasinya, sistem pendidikan tinggi di Indonesia harus terus mengembangkan nilai-nilai
Pancasila dalam berbagai segi kebijakannya dan menyelenggarakan mata kuliah pendidikan
Pancasila secara sungguh-sungguh dan bertanggung jawab.

Mahasiswa diharapkan dapat menguasai kompetensi: bersyukur atas karunia kemerdekaan dan
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia; menunjukkan sikap positif terhadap pentingnya
pendidikan Pancasila; menjelaskan tujuan dan fungsi pendidikan Pancasila sebagai komponen mata
kuliah wajib umum pada program diploma dan sarjana; menalar dan menyusun argumentasi
pentingnya pendidikan Pancasila sebagai komponen mata kuliah wajib umum dalam sistem
pendidikan di Indonesia. Urgensi pendidikan Pancasila bagi mahasiswa sebagai calon pemegang
tongkat estafet kepemimpinan bangsa untuk berbagai bidang dan tingkatan, yaitu agar tidak
terpengaruh oleh paham-paham asing yang negatif.

Mata kuliah pendidikan Pancasila adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar mahasiswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki pengetahuan, kepribadian, dan keahlian, sesuai dengan program studinya
masing-masing. Dengan demikian, mahasiswa mampu memberikan kontribusi yang konstruktif
dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, dengan mengacu kepada nilai-nilai Pancasila. Hal
ini berarti mata kuliah Pancasila merupakan proses pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan student centered learning, untuk mengembangkan knowledge, attitude, dan skill
mahasiswa sebagai calon pemimpin bangsa dalam membangun jiwa profesionalitasnya sesuai
dengan program studinya masing-masing, serta dengan menjadikan nilai-nilai Pancasila sebagai
kaidah penuntun (guiding principle) sehingga menjadi warga negara yang baik (good
citizenship).

B. PANCASILA DALAM ARUS SEJARAH BANGSA INDONESIA

Pancasila merupakan dasar resmi Negara kebangsaan Indonesia sejak 18 Agustus 1945. Hal ini
terjadi karena pada waktu itulah Pancasila disahkan oleh PPKI, lembaga atau badan konstituante
yang memiliki kewenangan dalam merumuskan dan mengesahkan dasar negara Indonesia merdeka.
Pada awal era reformasi 1998 muncul anggapan bahwa Pancasila sudah tidak berlaku lagi karena
sebagai produk rezim Orde Baru. Anggapan ini muncul karena pada zaman Orde Baru sosialisasi
Pancasila dilakukan melalui penataran P-4 yang sarat dengan nuansa doktrin yang memihak
kepada rezim yang berkuasa pada waktu itu.
1. Periode Pengusulan Pancasila
Benih nasionalisme sudah mulai tertanam kuat dalam gerakan Perhimpoenan Indonesia
yang sangat menekankan solidaritas dan kesatuan bangsa. Perhimpoenan Indonesia
menghimbau agar segenap suku bangsa bersatu teguh menghadapi penjajahan dan
keterjajahan. Kemudian, disusul lahirnya Soempah Pemoeda 28 Oktober 1928 merupakan
momen-momen perumusan diri bagi bangsa Indonesia.
Perumusan Pancasila itu pada awalnya dilakukan dalam sidang BPUPKI pertama yang
dilaksanakan pada 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945. BPUPKI dibentuk oleh
Pemerintah Pendudukan Jepang pada 29 April 1945 dengan jumlah anggota 60 orang.
Badan ini diketuai oleh dr. Rajiman Wedyodiningrat yang didampingi oleh dua orang Ketua
Muda (Wakil Ketua), yaitu Raden Panji Suroso dan Ichibangase (orang Jepang). BPUPKI
dilantik oleh Letjen Kumakichi Harada, panglima tentara ke-16 Jepang di Jakarta, pada 28
Mei 1945. Sehari setelah dilantik, 29 Mei 1945, dimulailah sidang yang pertama dengan
materi pokok pembicaraan calon dasar negara.
Ir. Soekarno yang berpidato pada 1 Juni 1945. Pada hari itu, Ir. Soekarno menyampaikan
lima butir gagasan tentang dasar negara sebagai berikut: Nasionalisme atau Kebangsaan
Indonesia, Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan, Mufakat atau Demokrasi,
Kesejahteraan Sosial, Ketuhanan yang berkebudayaan.

2. Periode Perumusan Pancasila


Hal terpenting yang mengemuka dalam sidang BPUPKI kedua pada 10 - 16 Juli 1945 adalah
disetujuinya naskah awal “Pembukaan Hukum Dasar” yang kemudian dikenal dengan
nama Piagam Jakarta. Piagam Jakarta itu merupakan naskah awal pernyataan
kemerdekaan Indonesia. Pada alinea keempat Piagam Jakarta itulah terdapat rumusan
Pancasila sebagai berikut:
(1) Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.
(2) Kemanusiaan yang adil dan beradab.
(3) Persatuan Indonesia
(4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan.
(5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Naskah awal “Pembukaan Hukum Dasar” yang dijuluki “Piagam Jakarta” ini di
kemudian hari dijadikan “Pembukaan” UUD 1945, dengan sejumlah perubahan di sana-
sini.
3. Periode Pengesahan Pancasila
Sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, yakni 18 Agustus 1945, PPKI
bersidang untuk menentukan dan menegaskan posisi bangsa Indonesia dari semula
bangsa terjajah menjadi bangsa yang merdeka. PPKI yang semula merupakan badan
buatan pemerintah Jepang, sejak saat itu dianggap mandiri sebagai badan nasional. Atas
prakarsa Soekarno, anggota PPKI ditambah 6 orang lagi, dengan maksud agar lebih
mewakili seluruh komponen bangsa Indonesia. Mereka adalah Wiranatakusumah, Ki
Hajar Dewantara, Kasman Singodimejo, Sayuti Melik, Iwa Koesoema Soemantri, dan
Ahmad Subarjo.
Indonesia sebagai bangsa yang merdeka memerlukan perangkat dan kelengkapan
kehidupan bernegara, seperti: Dasar Negara, Undang-Undang Dasar, Pemimpin negara,
dan perangkat pendukung lainnya. Putusan-putusan penting yang dihasilkan mencakup
hal-hal berikut:

a. Mengesahkan Undang-Undang Dasar Negara (UUD ‘45) yang terdiri atas Pembukaan
dan Batang Tubuh. Naskah Pembukaan berasal dari Piagam Jakarta dengan sejumlah
perubahan. Batang Tubuh juga berasal dari rancangan BPUPKI dengan sejumlah
perubahan pula.
b. Memilih Presiden dan Wakil Presiden yang pertama (Soekarno dan Hatta).
c. Membentuk KNIP yang anggota intinya adalah mantan anggota PPKI ditambah
tokoh- tokoh masyarakat dari banyak golongan. Komite ini dilantik 29 Agustus
1945 dengan ketua Mr. Kasman Singodimejo.

Rumusan Pancasila dalam Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai berikut:


1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

C. PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA


Bentuk negara, sistem pemerintahan, dan tujuan negara seperti apa yang ingin diwujudkan, serta
bagaimana jalan/cara mewujudkan tujuan Negara tersebut, akan ditentukan oleh dasar negara
yang dianut oleh negara yang bersangkutan. Dengan kata lain, dasar negara akan menentukan
bentuk negara, bentuk dan sistem pemerintahan, dan tujuan negara yang ingin dicapai, serta jalan
apa yang ditempuh untuk mewujudkan tujuan suatu negara.

Pancasila sebagai dasar negara yang autentik termaktub dalam Pembukaan UUD 1945. Inti
esensi nilai-nilai Pancasila tersebut, yaitu Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan
Keadilan sosial.

Konsekuensi Pancasila sebagai dasar negara bagi negara Republik Indonesia, antara lain: Negara
Indonesia merupakan negara kesatuan yang berbentuk Republik (Pasal 1 UUD Negara Republik
Indonesia 1945). Pasal tersebut menjelaskan hubungan Pancasila tepatnya sila ketiga dengan
bentuk negara yang dianut oleh Indonesia, yaitu sebagai negara kesatuan. Lebih lanjut, pasal
tersebut menegaskan bahwa Indonesia menganut bentuk Negara republik. Konsep negara
republik sejalan dengan sila kedua dan keempat Pancasila, yaitu negara hukum yang demokratis.
Demikian pula dalam Pasal 1 ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia 1945, “kedaulatan
berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”. Hal tersebut
menegaskan bahwa negara Republik Indonesia menganut demokrasi konstitusional.

D. PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Istilah ideologi berasal dari kata idea, yang artinya gagasan, konsep, pengertian dasar, cita-cita; dan
logos yang berarti ilmu. Ideologi secara etimologis, artinya ilmu tentang ide-ide (the science of
ideas), atau ajaran tentang pengertian dasar. Ideologi dapat diartikan paham, teori, dan tujuan yang
merupakan satu program sosial politik.

Pancasila sebagai ideologi, selain menghadapi tantangan dari ideologi-ideologi besar dunia juga
menghadapi tantangan dari sikap dan perilaku kehidupan yang menyimpang dari norma-norma
masyarakat umum. Tantangan itu meliputi, antara lain terorisme dan narkoba. Sebagaimana yang
telah diinformasikan oleh berbagai media masa bahwa terorisme dan narkoba merupakan
ancaman terhadap keberlangsungan hidup bangsa Indonesia dan ideologi negara. Beberapa unsur
ancaman yang ditimbulkan oleh aksi terorisme, antara lain:
a. Rasa takut dan cemas yang ditimbulkan oleh bom bunuh diri mengancam keamanan negara dan
masyarakat pada umumnya.
b. Aksi terorisme dengan ideologinya menebarkan ancaman terhadap kesatuan bangsa sehingga
mengancam disintegrasi bangsa.
c. Aksi terorisme menyebabkan investor asing tidak berani menanamkan modal di Indonesia
dan wisatawan asing enggan berkunjung ke Indonesia sehingga mengganggu pertumbuhan
perekonomian negara. Berikut ini gambar yang mencerminkan tentang terorisme.

Beberapa unsur ancaman yang ditimbulkan oleh penyalahgunaan narkoba meliputi hal-hal
sebagai berikut:
a. Penyalahgunaan narkoba di kalangan generasi muda dapat merusak masa depan mereka
sehingga berimplikasi terhadap keberlangsungan hidup bernegara di Indonesia.
b. Perdagangan dan peredaran narkoba di Indonesia dapat merusak reputasi negara Indonesia
sebagai negara yang berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila.
c. Perdagangan narkoba sebagai barang terlarang merugikan sistem perekonomian negara
Indonesia karena peredaran ilegal tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

E. PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT


Beberapa ciri berpikir kefilsafatan meliputi: (1). sistem filsafat harus bersifat koheren, artinya
berhubungan satu sama lain secara runtut, tidak mengandung pernyataan yang saling
bertentangan di dalamnya. Pancasila sebagai system filsafat, bagian-bagiannya tidak saling
bertentangan, meskipun berbeda, bahkan saling melengkapi, dan tiap bagian mempunyai fungsi dan
kedudukan tersendiri; (2). sistem filsafat harus bersifat menyeluruh, artinya mencakup segala hal
dan gejala yang terdapat dalam kehidupan manusia. Pancasila sebagai filsafat hidup bangsa
merupakan suatu pola yang dapat mewadahi semua kehidupan dan dinamika masyarakat di
Indonesia; (3). sistem filsafat harus bersifat mendasar, artinya suatu bentuk perenungan
mendalam yang sampai ke inti mutlak permasalahan sehingga menemukan aspek yang sangat
fundamental. Pancasila sebagai sistem filsafat dirumuskan berdasarkan inti mutlak tata
kehidupan manusia menghadapi diri sendiri, sesama manusia, dan Tuhan dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara; (4). sistem filsafat bersifat spekulatif, artinya buah pikir hasil
perenungan sebagai praanggapan yang menjadi titik awal yang menjadi pola dasar berdasarkan
penalaran logis, serta pangkal tolak pemikiran tentang sesuatu. Pancasila sebagai dasar negara
pada permulaannya merupakan buah pikir dari tokoh-tokoh kenegaraan sebagai suatu pola dasar
yang kemudian dibuktikan kebenarannya melalui suatu diskusi dan dialog panjang dalam sidang
BPUPKI hingga pengesahan PPKI.

Pancasila disebut sebagai Philosophische Grondslag (dasar filsafat Negara) dan Weltanschauung
(pandangan hidup). Pancasila sebagai dasar filsafat negara (Philosophische Grondslag) nilai- nilai
filosofis yang terkandung dalam sila-sila Pancasila mendasari seluruh peraturan hukum yang
berlaku di Indonesia. Artinya, nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan
harus mendasari seluruh peraturan perundang-undangan yang berlaku. Contoh: Undang- Undang
No. 44 tahun 2008 tentang Pornografi. Pasal 3 ayat (a) berbunyi, ”Mewujudkan dan memelihara
tatanan kehidupan masyarakat yang beretika, berkepribadian luhur, menjunjung tinggi nilai-nilai
Ketuhanan Yang Maha Esa, serta menghormati harkat dan martabat kemanusiaan”. Undang-undang
tersebut memuat sila pertama dan sila kedua yang mendasari semangat pelaksanaan untuk
menolak segala bentuk pornografi yang tidak sesuai dengan nlai- nilai agama dan martabat
kemanusiaan. Pancasila sebagai Weltanschauung, artinya nilai-nilai Pancasila itu merupakan
sesuatu yang telah ada dan berkembang di dalam masyarakat Indonesia, yang kemudian disepakati
sebagai dasar filsafat Negara (Philosophische Grondslag). Sastrapratedja menjelaskan makna
filsafat Pancasila sebagai berikut. Pengolahan filsofis Pancasila sebagai dasar negara ditujukan
pada beberapa aspek. Pertama, agar dapat diberikan pertanggungjawaban rasional dan mendasar
mengenai sila-sila dalam Pancasila sebagai prinsip- prinsip politik. Kedua, agar dapat dijabarkan
lebih lanjut sehingga menjadi operasional dalam bidang-bidang yang menyangkut hidup bernegara.
Ketiga, agar dapat membuka dialog dengan berbagai perspektif baru dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Keempat, agar dapat menjadi kerangka evaluasi terhadap segala kegiatan yang
bersangkut paut dengan kehidupan bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat, serta memberikan
perspektif pemecahan terhadap permasalahan nasional.

F. PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

Pancasila sebagai sistem etika di samping merupakan way of life bangsa Indonesia, juga merupakan
struktur pemikiran yang disusun untuk memberikan tuntunan atau panduan kepada setiap warga
negara Indonesia dalam bersikap dan bertingkah laku. Pancasila sebagai sistem etika,
dimaksudkan untuk mengembangkan dimensi moralitas dalam diri setiap individu sehingga
memiliki kemampuan menampilkan sikap spiritualitas dalam kehidupan bermasycarakat,
berbangsa, dan bernegara. Mahasiswa sebagai peserta didik termasuk anggota masyarakat ilmiah-
akademik yang memerlukan sistem etika yang orisinal dan komprehensif agar dapat mewarnai
setiap keputusan yang diambilnya dalam profesi ilmiah. Sebab keputusan ilmiah yang diambil
tanpa pertimbangan moralitas, dapat menjadi bumerang bagi dunia ilmiah itu sendiri sehingga
menjadikan dunia ilmiah itu hampa nilai.

Pancasila sebagai sistem etika merupakan moral guidance yang dapat diaktualisasikan ke dalam
tindakan konkrit, yang melibatkan berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu, sila-sila Pancasila
perlu diaktualisasikan lebih lanjut ke dalam putusan tindakan sehingga mampu mencerminkan
pribadi yang saleh, utuh, dan berwawasan moral-akademis. Dengan demikian, mahasiswa dapat
mengembangkan karakter yang Pancasilais melalui berbagai sikap yang positif, seperti jujur,
disiplin, tanggung jawab, mandiri, dan lainnya.

Mahasiswa sebagai insan akademis yang bermoral Pancasila juga harus terlibat dan berkontribusi
langsung dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai perwujudan sikap tanggung jawab
warga negara. Tanggung jawab yang penting berupa sikap menjunjung tinggi moralitas dan
menghormati hukum yang berlaku di Indonesia.

Etika Pancasila adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari sila-sila Pancasila untuk mengatur
perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia. Oleh karena itu,
dalam etika Pancasila terkandung nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan
keadilan. Kelima nilai tersebut membentuk perilaku manusia Indonesia dalam semua aspek
kehidupannya. Sila ketuhanan mengandung dimensi moral berupa nilai spiritualitas yang
mendekatkan diri manusia kepada Sang Pencipta, ketaatan kepada nilai agama yang dianutnya. Sila
kemanusiaan mengandung dimensi humanus, artinya menjadikan manusia lebih manusiawi,

yaitu upaya meningkatkan kualitas kemanusiaan dalam pergaulan antar sesama. Sila persatuan
mengandung dimensi nilai solidaritas, rasa kebersamaan (mitsein), cinta tanah air. Sila
kerakyatan mengandung dimensi nilai berupa sikap menghargai orang lain, mau mendengar
pendapat orang lain, tidak memaksakan kehendak kepada orang lain. Sila keadilan mengandung
dimensi nilai mau peduli atas nasib orang lain, kesediaan membantu kesulitan orang lain.

G. PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI PENGEMBANGAN ILMU

Pancasila sebagai ideologi negara merupakan kristalisasi nilai-nilai budaya dan agama dari
bangsa Indonesia. Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia mengakomodir seluruh aktivitas
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, demikian pula halnya dalam aktivitas
ilmiah.

Pengertian Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu dapat mengacupada beberapa jenis
pemahaman. Pertama, bahwa setiap ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang dikembangkan di
Indonesia haruslah tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Kedua,
bahwa setiap iptek yang dikembangkan di Indonesia harus menyertakan nilai- nilai Pancasila
sebagai faktor internal pengembangan iptek itu sendiri. Ketiga, bahwa nilai-nilai Pancasila berperan
sebagai rambu normatif bagi pengembangan iptek di Indonesia, artinya mampu mengendalikan
iptek agar tidak keluar dari cara berpikir dan cara bertindak bangsa Indonesia. Keempat, bahwa
setiap pengembangan iptek harus berakar dari budaya dan ideology bangsa Indonesia sendiri
atau yang lebih dikenal dengan istilah indegenisasi ilmu (mempribumian ilmu).

Pentingnya Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu dapat ditelusuri ke dalam hal-hal
sebagai berikut. Pertama, pluralitas nilai yang berkembang dalam kehidupan bangsa Indonesia
dewasa ini seiring dengan kemajuan iptek menimbulkan perubahan dalam cara pandang manusia
tentang kehidupan. Hal ini membutuhkan renungan dan refleksi yang mendalam agar bangsa
Indonesia tidak terjerumus ke dalam penentuan keputusan nilai yang tidak sesuai dengan
kepribadian bangsa. Kedua, dampak negatif yang ditimbulkan kemajuan iptek terhadap lingkungan
hidup berada dalam titik nadir yang membahayakan eksistensi hidup manusia di masa yang
akan datang. Oleh karena itu, diperlukan tuntunan moral bagi para ilmuwan dalam pengembangan
iptek di Indonesia. Ketiga, perkembangan iptek yang didominasi negara-negara Barat dengan politik
global ikut mengancam nilai-nilai khas dalam kehidupan bangsa Indonesia, seperti spiritualitas,
gotong royong, solidaritas, musyawarah, dan cita rasa keadilan. Oleh karena itu, diperlukan
orientasi yang jelas untuk menyaring dan menangkal pengaruh nilai-nilai global yang tidak sesuai
dengan nilai-nilai kepribadian bangsa Indonesia.

Sumber:https://undhirabali.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/MATERI-PENDIDIKAN-PANCASILA-
DAN-KEWARGANEGARAAN-PKKMB.pdf, diakses pada 11 Desember 2020 pukul 14.58 WIB.

Anda mungkin juga menyukai