Anda di halaman 1dari 84

BAB I

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang Masalah


Pendidikan pada dasarnya merupakan salah satu upaya yang sangat
mendasar dalam pengembangan sumber daya manusia. Dalam konteks
pendidikan di Indonesia, pendidikan diharapkan melahirkan sumber daya
manusia unggul sebagaimana yang dirumuskan dalam Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada Bab II
pasal 3 dinyatakan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.
Mencermati dari rumusan Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003
ini, maka disadari benar oleh pemerintah akan pentingnya sumber daya
manusia yang berkualitas. Meskipun peningkatan sumber daya manusia
bukan hanya dilakukan melalui pendidikan di sekolah, tetapi sampai saat ini
dipercaya bahwa pendidikan merupakan sarana utama dalam pencapaian
peningkatan sumber daya manusia yang dilakukan secara sistematis,
terprogram, berjenjang dan berkesinambungan. Dalam konteks ini, maka
disadari bahwa pendidikan akan dituntut peranannya untuk dapat
menghasilkan manusia Indonesia yang berkualitas. Pada dasarnya

2
pendidikan

itu

merupakan

usaha

sadar

untuk

memajukan

dan

mengembangkan kecerdasan, kepribadian, dan fisik peserta didik. Tinggi


rendahnya perkembangan dan pertumbuhan ketiga hal tersebut sangat
menentukan tingkat keberhasilan proses pendidikan.
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran
yang dapat membentuk diri yang beragam dari segi agama, sosiokultural,
bahasa, usia, untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil dan
berkarakter yang dilandasi oleh UUD 1945.
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Depdiknas (2005: 34)
bahwa: Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang
secara umum bertujuan untuk mengembangkan potensi individu warga
negara Indonesia, sehingga memiliki wawasan, sikap, dan keterampilan
kewarganegaraan yang memadai dan memungkinkan untuk berpartisipasi
secara cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Berdasarkan pendapat di atas jelas bagi kita bahwa PKn bertujuan
mengembangkan potensi individu warga negara, dengan demikian maka
seorang guru PKn haruslah menjadi guru yang berkualitas dan profesional,
sebab jika guru tidak berkualitas tentu tujuan PKn itu sendiri tidak tercapai.
Proses pendidikan dan mutu pendidikan di sekolah dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor yang terkait satu dengan lainnya. Faktorfaktor yang menentukan proses pendidikan di sekolah adalah unsur-unsur
dinamis yang ada dalam sekolah itu beserta lingkungannya sebagai suatu
kesatuan sistem.

3
Kualitas hasil belajar sebagai indikator kualitas pendidikan ditentkan
oleh kualitas perilaku belajar siswa yang terwujud melalui proses interaksi
pengajaran yang dikreasikan oleh kinerja mengajar guru. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa keefektifan pendidikan diawali dengan kualitas
kinerja mengajar para guru. Karena itu perhatian semua pihak pada
peningkatan keterampilan interaksi belajar-mengajar guru yang selanjutnya
berpengaruh pada kinerja guru sangat penting dalam peningkatan mutu
pendidikan di sekolah.
Kegiatan belajar mengajar adalah satu kesatuan dari dua kegiatan
yang searah. Situasi yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar yang
optimal adalah suatu situasi di mana siswa dapat berinteraksi dengan guru.
Komponen-komponen yang membentuk kegiatan belajar mengajar tersebut
adalah siswa, guru, tujuan, isi pelajaran, metode, media, dan evaluasi hasil
belajar. Komponen-komponen kegiatan belajar mengajar tersebut saling
berinteraksi satu dengan yang lainnya dan bermula serta bermuara pada
tujuan. Semakin tersusun dan terencana sistem pembelajaran yang
ditetapkan guru sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai serta relevan
dengan materi pelajaran yang akan disajikan, maka langkah-langkah yang
ditempuh dalam menerapkan sistem pembelajaran tersebut akan efektif.
Metode mengajar sebagai komponen kegiatan belajar mengajar
merupakan upaya mengaktifkan siswa belajar melalui langkah-langkah yang
tersusun dan terencana melalui penalaran dan pengalaman sesuai dengan
kemampuan,
pembelajaran.

karakteristik

siswa,

maupun

ruang

lingkup

materi

4
Menurut Rusyan (2001 :86) metode mengajar ialah teknik penyajian
yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada
siswa di dalam kelas, baik secara individual atau secara kelompok/klasikal,
agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa
dengan baik. Makin baik metode mengajar, makin efektif pula pencapaian
tujuan.
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan pada proses belaar
mengajar PKn di kelas XI SMA Negeri 1 Marabahan dalam meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa masih belum maksimal. Banyak faktor yang
menyebabkan rendahnya interaksi belajar siswa, seperti faktor internal yang
meliputi kepribadian dan kecakapan intelektual serta faktor eksternal seperti
lingkungan belajar siswa. Salah satu komponen lingkungan belajar adalah
penetapan metode mengajar. Kurang efektifnya penggunaan metode
mengajar oleh guru dapat menyebabkan kemampuan siswa menguasai
materi pelajaran yang disajikan tidak optimal. Siswa cenderung pasif dan
kurang berminat melakukan aktivitas sehingga nilai hasil belajar pun
menjadi rendah. Nilai sumatif mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan
pada semester 1 tahun pelajaran 2013/2014 adalah rata-rata 6,2 di bawah
indikator ketuntasan belajar 65 sebagaimana ditetapkan dalam standar
ketuntasan belajar minimal.
Berbagai usaha telah dilaksanakan untuk memperbaiki pembelajaran,
diantaranya menggunakan alat/media pembelajaran, membaca buku,
mengadakan remedial, mengadakan tanya jawab dengan siswa, memberi
tugas individu, dan memberi pekerjaan rumah. Akan tetapi cara-cara seperti

5
ini belum dapat memperbaiki proses pembelajaran siswa. Jadi kesulitan di
dalam belajar diduga berpangkal dari kelemahan guru dalam proses
pembelajaran. Kelemahan di dalam proses pembelajaran akan berdampak
pada hasil belajar siswa. Jadi untuk memperbaiki kualitas pembelajaran
maka dicari pendekatan pembelajaran yang sesuai.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka perlu dikembangkan suatu
metode pembelajaran yang mampu melibatkan peran serta siswa secara
menyeluruh sehingga kegiatan belajar mengajar tidak hanya didominasi oleh
siswa-siswa tertentu saja. Salah satu metode pembelajaran yang melibatkan
peran serta siswa adalah metode pembelajaran kooperatif. Dalam metode
pembelajaran kooperatif lebih menitikberatkan pada proses belajar pada
kelompok dan bukan mengerjakan sesuatu bersama kelompok. Proses
belajar dalam kelompok akan membantu siswa menemukan dan
membangun sendiri pemahaman mereka tentang materi pelajaran yang tidak
dapat ditemui pada metode konvensional. Dalam penelitian ini peneliti
mencoba mengkaji penerapan metode pembelajaran kooperatif Group
Investigation (GI) dalam proses pembalajaran. Group Investigation adalah
metode pembelajaran yang melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam
menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi.
Metode pembelajaran ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan
yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses
kelompok (group process skills). Para siswa memilih topik yang ingin
dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang

6
telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan dalam suatu laporan di
depan kelas secara keseluruhan.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dirumuskan judul
penelitian sebagai berikut: Meningkatkan Aktivitas dan hasil Belajar PKn
dengan Model Pembelajaran Kooperatif Group Investigation (GI) Pada
Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Marabahan Tahun Ajaran 2013/2014

B.

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan , maka
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.

Bagaimana aktivitas guru dalam meningkatkan hasil belajar


dengan

menggunakan`

metode

pembelajaran

kooperatif

PKn
Group

Investigation (GI) pada siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Marabahan


tahun ajaran 2013/2014.
2.

Bagaimana aktivitas siswa dalam meningkatkan hasil belajar


dengan

menggunakan

metode

pembelajaran

kooperatif

PKn
Group

Investigation (GI) pada siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Marabahan


tahun ajaran 2013/2014.
3.

Bagaimana

hasil

belajar

PKn

dengan

menggunakan

metode

pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) pada siswa Kelas XI


SMA Negeri 1 Marabahan tahun ajaran 2013/2014.
C.

Tujuan Penelitian
Melalui

penerapan

metode

pembelajaran

kooperatif

Investigation (GI), penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

Group

7
1. Meningkatkan

aktivitas

guru

dengan

menggunakan

metode

pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) pada siswa Kelas XI


SMA Negeri 1 Marabahan tahun ajaran 2013/2014.
2. Meningkatkan

aktivitas

siswa

dengan

menggunakan

metode

pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) pada siswa Kelas XI


SMA Negeri 1 Marabahan tahun ajaran 2013/2014.
3. Meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan metode pembelajaran
kooperatif Group Investigation (GI) pada siswa Kelas XI SMA Negeri 1
Marabahan tahun ajaran 2013/2014.

D.

Manfaat Penelitian
Hasil Penelitian ini di harapkan memberikan mannfaat, yaitu :
1.

Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis ini di harapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dalam rangka untuk mengembangkan wawasan ilmu-ilmu
pendidikan yang berhubungan dengan peningkatan kompetensi belajar
siswa, peran serta siswa dalam proses pembelajaran dan meningkatkan
mutu pendidikan, serta pengelolaan pembelajaran secara teoritis dan
implikasinya

dilapangan.

Dengan

demikian

pembelajaran

PKn

diupayakan Lebih Meningkat, dengan sasaran hasil belajar siswa


semakin menigkat pula.

8
2.

Manfaat Praktis
a.

Bagi Sekolah
Sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan
dengan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran
serta perbaikan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan
potensi belajar siswa.

b.

Bagi Guru
1) Secara

bertahap

guru

dapat

meningkatkan

dan

mengembangkan kualitas dan strategi yang lebih bervariatif


dalam pembelajaran yang tepat dalam upaya meningkatkan
hasil belajar siswa khususnya di SMA Negeri 1 Marabahan.
2) Memacu guru untuk selalu mengikuti perkembangan Ilmu
Tekhnologi, lingkungan sekolah dan masyarakat..
3) Sebagai motivasi untuk meningkatkan keterampilan dalam
memilih model yang bervariasi sehingga dapat memperbaiki
sistem pembelajaran.
c.

Bagi siswa
1) Untuk lebih meningkatkan kompetensi belajar siswa dengan
perbaikan

pembelajaran

dan

peningkatan

mutu

proses

pembelajaran.
2) Meningkatkan

keterampilan

berpikir

dan

keterampilan

memecahkan masalah melalui interaksi antar siswa.

9
3) Seswa diharapkan lebih tertarik belajar karena materi
pembelajaran

dikaitkan

dengan

keadaan

nyata

dalam

kehidupan sehari-hari siswa.


d.

Bagi Peneliti lain


Secara berlanjut menambah keilmuan khususnya penggunaan
metode pembelajaran sebagai prasyarat seorang guru dalam
menyalurkan ilmunya kepada anak didiknya.

e.

Bagi Prodi PKn


Manfaat untuk Prodi PKn sebagai prodi tempat saya belajar,
dilakukannya penelitian ini adalah sebagai inovasi agar dapat
mencetak dan membekali guru mata pelajaran PKn yang lebih
kreatif dalam bereksperimen untuk membuat/ memanfaatkan media
pembelajaran, sehingga disamping mengembangkan nilai seni
pembelajaran juga akan lebih aktif, interaktif dan efektif guna
meningkatkan mutu atau kualitas kelulusan.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Pembelajaran kooperatif adalah aktifitas belajar kelompok yang
teratur sehingga ketergantungan pembelajaran pada struktur sosial
pertukaran informasi antara anggota dalam kelompok dan tiap anggota
bertanggungjawab untuk kelompoknya dan dirinya sendiri dan dimotivasi
untuk meningkatkan pembelajar lainnya. Belajar kooperatif merupakan
satu strategi pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan kumpulankumpulan kecil yaitu kelompok pelajar dengan memberi peluang untuk
berinteraksi sesama mereka di dalam proses pembelajaran.
Model pembelajaran kooperatif menciptakan sebuah revolusi
pembelajaran di kelas. Tidak ada kelas yang sunyi selama proses
pembelajaran, karena pembelajaran dapat

dicapai ditengah-tengah

percakapan antara siswa. Guru dapat menciptakan suatu lingkungan kelas


yang baru tempat siswa secara rutin dapat saling membantu satu sama lain,
guna menuntaskan bahan ajar pada akademiknya (Abdul Kadir, 2002:56).
Pengalaman belajar secara kooperatif menghasilkan keyakinan
yang lebih kuat bahwa seseorang merasa disukai, diterima oleh siswa lain,
dan menaruh perhatian tentang bagaimana kawannya belajar, dan ingin
membantu kawannya belajar. Siswa sebagai subjek yang belajar
merupakan sumber belajar bagi siswa lainnya yang dapat diwujudkan
dalam berbagai bentuk kegiatan, misalnya diskusi, pemberian umpan
10

11

balik, atau bekerja sama dalam melatih ketrampilan-ketrampilan tertentu


(Suparno, 2001).
Belajar kelompok dalam pembelajaran kooperatif berbeda dengan
belajar kelompok biasa. Model pembelajaran kooperatif mempunyai
karakteristik tertentu, yaitu:
a.

Tujuan kelompok, Sebagian besar model belajar kelompok ini


mempunyai beberapa bentuk tujuan kelompok.

b.

Pertanggung jawaban individu, Pertanggung jawaban individu dicapai


dengan dua cara, pertama memperoleh skor kelompok. Cara yang
kedua dengan memberikan tugas khusus yaitu setiap siswa diberi
tanggung jawab untuk setiap bagian dari tugas kelompok.

c.

Kesempatan untuk sukses, Keunikan dalam metode belajar kelompok


ini yaitu menggunakan model scoring yang menjamin setiap siswa
memiliki kesempatan untuk berperan aktif dalam kelompok mereka.

d.

Kompetisi antar kelompok, Adanya kompetisi antar kelompok berarti


memotivasi siswa untuk ikut aktif dan berperan dalam pembentukan
konsep suatu materi. (Slavin, 1995: 12).
Ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
a. Siswa

belajar

dalam

kelompok,

produktif

mendengar,

mengemukakan pendapat, dan membuat keputusan sacara bersama.


b. Kelompok siswa terdiri dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan
tinggi, sedang dan rendah.

12

c. Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari berbagai ras,
suku, agama, budaya dan jenis kelamin yang berbeda, maka

diupayakan agar dalam setiap kelompokpun terdapat ras, suku,


agama, dan jenis kelamin yang berbeda pula.
d. Penghargaan lebih mengutamakan pada kerja kelompok dari pada
kerja perorangan (http://www.naskahakademik.net, 23 April 2006).
2. Prinsip Dasar Pembelajaran PKn
Prinsip dasar pembelajaran PKn mengacu pada sejumlah prinsip
dasar pembelajaran. Menurut pendapat Budimansyah (2002:8) prinsipprinsip pembelajaran tersebut adalah prinsip belajar siswa aktif (student
active learning), kelomok belajar kooperatif (cooperative learning),
pembelajaran partisipatorik, dan mengajar yag reaktif (reactive learning).
Selanjutnya

keempat

prinsip

tersebut

dijelaskan

sebagai

berikut

(Budimansyah, 2002:8-13).
a.

Prinsip Belajar Siswa Aktif


Model ini menganut prinsip belajar siswa aktif. Aktivitas siswa
hampir di seluruh proses pembelajaran, mulai dari fase perencanaan di
kelas, kegiatan lapangan, dan pelaporan. Dalam fase perencanaan
aktivitas siswa terlihat pada saat mengidentifikasi masalah dengan
menggunakan teknik bursa ide (brain- storming). Setiap siswa boleh
menyampaikan masalah yang menarik baginya, disamping tentu saja
yang berkaitan dengan materi pelajaran. Setelah masalah terkumpul,
siswa melakukan voting untuk memilih salah satu masalah untuk
kajian kelas. Dalam fase kegiatan lapangan, aktivitas siswa lebih
tampak dengan berbagai teknik (misalnya dengan wawancara,
pengamatan, kuesioner, dan lain-lain) mereka mengumpulkan data

dan informasi yang diperlukan untuk menjawab permasalahan yang


menjadi kajian kelas mereka. Untuk melengkapi data dan informasi
tersebut, mereka mengambil foto, membuat sketsa, membuat kliping,
bahkan adakalanya mengabadikan pristiwa penting dalam video.
b.

Kelompok Belajar Koopertif


Proses pembelajaran PKn juga menerapkan prinsip belajar
kooperatif, yaitu proses pembelajaran yang berbasis kerjasama.
Kerjasama yang dimaksud adalah kerjasama antar siswa dan antar
komponen-komponen lain di sekolah, termasuk kerjasama sekolah
dengan orang tua siswa dan lembaga terkait. Kerjasama antar siswa
jelas terlihat pada saat kelas sudah memilih satu masalah untuk bahan
kajian bersama. Dengan komponen-komponen sekolah lainnya juga
seringkali harus dilakukan kerjasama. Misalnya pada saat para siswa
hendaknya mengumpulkan data dan informasi lapangan sepulang dari
sekolah, bersamaan waktunya dengan jadwal latihan olah raga yang
diundur atau kunjungan lapangan yang diubah. Kasus seperti itu
memerlukan kerjasama, walaupun dalam lingkup kecil dan sederhana.
Hal serupa juga seringkali terjadi dengan pihak keluarga. Orang tua
perlu juga diberi pemahaman, manakala anaknya pulang agak
terlambat. Dari sekolah karena melakukan kunjungan lapangan
terlebih dahulu. Sekali lagi, dari peristiwa ini pun tampak perlunya
kerjasama antara sekolah dengan orang tua dalam upaya membangun
kesepahaman.

Kerjasama dengan lembaga terkait diperlukan pada saat para


siswa merencanakan mengunjungi lembaga tertentu atau meninjau
suatu kawasan yang menjadi tangung jawab lambaga tertentu.
Misalnya mengunjungi dinas perhubungan, kantor walikota untuk
mengetahui kebijakan mengenai penertiban pedagang

kaki lima.

Mengamati dampak pembagunan jalan layang, dan sebagainya.


Kegiatan para siswa tentunya perlu dibekali surat pengantar dari
kepala sekolah selaku penanggungjawab kegiatan sekolah.
Prinsip pembelajaran di atas PKn juga menganut prinsip dasar
pembelajaran Partisipatorik, sebab melalui model ini siswa belajar
sambil melakukan (learning by doing). Salah satu bentuk melakukan
itu adalah siswa belajar hidup berdemokrasi. Sebab dalam tiap
langkah model ini memiliki makna yang ada hubungannya dengan
praktik hidup berdemokrasi. Sebagai contoh pada saat memilih
masalah untuk kajian kelas memilih makna bahwa siswa dapat
menghargai dan menarima pendapat yang didukung suara terbanyak.
Pada saat berlangsungnya perdebatan, siswa belajar mengemukakan
pendapat, mendengarkan pendapat orang lain, menyampaikan kritik
dan sebaliknya belajar menerima keritik dengan tetap berkepala
dingin. Proses ini mendukung pendapat yang menyatakan bahwa
democracy is not in heredity but learning (demokrasi itu tidak
diwariskan, tetapi dielajari dan dialami). Oleh karena itu, mengajarkan
demokrasi itu harus dalam suasana yang demokratis (teaching
democracy in and for democracy). Tujuan ini hanya dapat dicpai

dengan belajar sambil melakukan/melakoni atau dengan kata lain


harus menggunakan prinsip belajar partisipatorik.
Prinsip ini lebih menekankan bagaimana guru menciptakan
strategi agar murid mempunyai motivasi belajar. Oleh, karena itu,
guru harus kreatif sehingga materi pembelajaran menarik, tidak
membosankan. Guru harus mempunyai sensitivitas yang tinggi untuk
segera

mengetahui

apakah

kegiatan

pembelajaran

sudah

membosankan siswa jika hal ini terjadi, guru harus segera mencari
cara untuk menanggulanginya, dan dapat dikatakan bahwa ini lah guru
yang rektif.
Ciri guru yang reaktif itu diantaranya sebagai berikut :
1) Menjadikan siswa sebagai pusat kegiatan belajar.
2) Pembelajaran dimulai dengan hal-hal yang sudah diketahui dan
dipahami siswa.
3) Selalu berupaya membangkitkan motivasi belajar siswa dengan
membuat materi pelajaran sebagai suatu hal yang menarik dan
berguna bagi kehidupan.
4) Segera mengenali materi atu metode pembelajaran yang membuat
siswa bosan. Bila hal ini ditemui, ia segera menanggulanginya.
(Sutikno, 2007:19-20).
16
3. Pembelajaran PKn
Pembelajaran secara umum adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh
guru sedemikian rupa, sehingga terjadinya perubahan pada siswa ke arah

yang lebih baik. Menurut Darsono (2000:78), pembelajaran merupakan


proses yang direncanakan dan dilakukan sebagai suatu sistem dengan
menggunakan metode dan teknik tertentu dalammemacu interaksi siswa
dengan lingkungan belajar yang sudah diatur sehingga memperlihatkan
hasil proses yang seimbang.
Pembelajaran yang efektif ditandai oleh siftnya yang menekankan
pada pemberdayaan peserta didik secara aktif. Pembelajaran bukan
sekedar memorasi, bukan pula sekedar penekanan pada penguasaan
pengetahuan tentang apa yang di ajarkan sehingga tertanam dan berfungsi
sebagai muatan nurani dan dihayati serta dipraktekkan dalam kehidupan
oleh peserta didik (Mulyasa, 2002). Pendidikan kewarganegaran
merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat membentuk diri yang
beragam dari segi agama, sosial kultural, bahasa, usia, untuk menjadi
warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter yang dilandasai oleh
UUD 1945. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Depdiknas
(2005:34) bahwa Pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran
yang secara umum bertujuan untuk mengembangkan potensi individu
warga negara Indonesia, sehingga memiliki wawasan, sikap, dan
keterampilan kewarganegaraan yang memadai dan memungkinkan untuk
berpartisipasi secara cerdas dan bertangung jawab dalam berbagai
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

17

Berdasarkan pendapat diatas jelas bagi kita bahwa PKn bertujuan


mengembangkan potensi individu warga negara, dengan demikian maka
seorang guru PKn haruslah menjadi guru yang berkualitas dan profesional,

sebab jika guru tidak berkualitas tentu tujuan PKn itu sendiri tidak
tercapai. Secara garis besar mata pelajaran Kewarganegaraan memiliki 3
dimensi yaitu:
a.

Dimensi Pengetahuan Kewarganegaraan (Civics Knowledge) yang


mencakup bidang politik, hukum dan moral.

b.

Dimensi Keterampilan Kewarganegaraan (Civics Skills) meliputi


keterampilan partisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

c.

Dimensi Nilai-nilai Kewarganegaraan (Civics Values)

mencakup

antara lain percaya diri, penguasaan atas nilai religius, norma dan
moral luhur (depdiknas, 2003:4)
Berdasarkan

uraian

di

atas

bahwa

dalam

mata

pelajaran

Kewarganegaraan seseorang siswa bukan saja menerima pelajaran berupa


pengetahuan, tetapi pada diri siswa juga harus berkembang sikap,
keterampilan dan nilai-nilai. Sesuai dengan Depdiknas (2005:33) yang
menyatakan bahwa tujuan PKn untuk setiap jenjang pendidikan yaitu
mengembangkan kecerdasan warga Negara yang diwujudkan melalui
pemahaman keterampilan social dan intelektual, serta berprestasi dalam
memecahkan masalah di lingkungan. Untuk mencapai tujuan Pendidikan
Kewarganegaraan tersebut maka guru berupaya melalui

kualitas

pembelajaran yang dikelolanya supaya ini bias dicapai jika siswa mau
belajar. Dalam belajar inilah guru berusaha mengarahkan dan membentuk
sikap serta perilaku siswa sebagai mana yang dikehendaki dalam
pembelajaran PKn.

Panduan

pengajaran

Pendidkan

Kewarganegaraan

Departemen

pendidikan dan kebudayaan tahun 2003 menjelaskan bahwa Pendidikan


Kewarganegaran adalah wahana untuk mengembangkan dan melestarikan
nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia. Nilai
luhur dan moral tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku
kehidupan sehari-hari siswa. Baik sebagai individu maupun sebagai
anggota masyarakat dan makhluk ciptaan Tuhan Yang maha Esa Perilaku
perilaku yang dimaksud diatas adalah seperti yang tercantum dalam
penjelasan Undang Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang system
Pendidikan Nasional pasal 37 ayat (1): Pendidikan kewarganegaraan yang
dimaksud untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki
rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
Pembelajaran PKn juga merupakan usaha untuk membekali siswa
dengan budi pekerti, pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan
dengan hubungan dengan Negara dengan nehgara serta peserta didik
pendahuluan bela Negara menjadi warga Negara yang dapat diandalkan.
Pembelajaran PKn merupakan proses komunikasi antara sumber
belajar, guru, dan siswa yaitu saling tukar informasi. Tenggap terhadap
permasalahan yang diharapkan dari sudut pandang karakter, bentuk,
system dan perilaku obyek yang diwaspadai. Di dalamnya terdapat unsur
kreatifitas, keuletan mengubah kegagalan menjadi keberhasilan adversity)
serta kecakapan menanggulangi permasalahan dengan tuntas dimana
mengkaji dan membahas tentang pemerintahan, konstitusi, lembaga-

lembaga demokrasi, rul of law, HAM, hak dan kewajiban warga Negara
serta proses demokrasi.
4. Belajar PKn
Belajar merupakan suatu aktivitas yag menimbulkan perubahan yang
relative permanen sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukannya
menurut Depdiknas (2002b), kegiatan belajar merupakan kegiatan aktif
yang ditujukkan siswa baik menyangkut aspek kognitif, skil, maupun
pematangan sikap, kepribadian serta budi pekerti seperti rasa tanggung
jawab, jujur, menghargai pendapatan atau karya orang lain. Ibrahim
(2000:89)

menyebutkan

belajar

berdasarkan

pengalaman,

dimana

pengalaman memberikan sumbangan berupa wawasan, pemahaman dan


teknik-teknik yang sulit untuk dipaparkan kepada seseorang yang tidak
memiliki pengalamn serupa.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelajaran Pkn dalam
ranggka national and character bulding
a.

PKn merupakan bidang kajian kewarganegaraan yang ditopang


berbagai disiplin ilmu yang relevan, yaitu ilmu politik, hokum,
sosiologi, antropologi, pisikologi dan disiplin ilmu lainnya.

b.

PKn mengembangkan daya nalar (state of mind) bagi para peserta


didik. Pengembngan karakter bangsa merupakan proses pengembangn
warga Negara yang cerdas dan berdaya nilai tinggi.

c.

20

PKn sebagai suatu proses pencerdasan, mak pendekatan pembelajaran


yang digunakan adalah yang lebih unspiratif dan partisipatif dengan
menekankan pelatihan penggunaan logika dan penalaran.

d.

Kelas

PKn

sebagai

laboratoryum

demokrasi.

Melalui

Pkn,

pemahaman sikap dan perilaku demokrasi dikembangkan bukan


semata-mata melalui menajar demokrasi (teaching democracy),
tetapi melalui model pembelajaran yang secara langsung menerapkan
cara hidup secara demokrasi.
5. Kompetensi dan Hasil Belajar Siswa
a. Kompetensi
Kata kompetensi biasanya diartikan sebagai kecakapan yang
memadai untuk melakukan suatu tugas atau memiliki ketrampilan dan
kecakapan yang disyaratkan. Johnson menyatakan bahwa pengajaran
yang berdasarkan pada kompetensi merupakan suatu sistem bahwa
siswa

baru

dianggap

menyelesaikan

pelajaran

apabila

telah

melaksanakan tugas yang harus dia pelajari (A. Suhaenah Suparno,


2001).
Pendidikan

berdasarkan

kompetensi

dibandingkan

dengan

pendidikan secara konvensional menunjukkan perbedaan-perbedaan


yang esensial sebagai berikut:
1) Pendidikan berdasarkan kompetensi dilakukan dengan pendekatan
sistem. Berbeda dengan pendidikan konvensional bercirikan
transformasi informasi, pendidikan berdasar kompetensi ini
21
berusaha mengembangkan kemampuan dengan pendekatan sistem.
2) Pendidikan berdasar kompetensi tujuannya diarahkan pada perilaku
yang dapat didemonstrasikan. Pendidikan konvensional tujuan

pengajarannya tidak dinyatakan dalam bentuk perilaku yang dapat


didemonstrasikan.
3) Konsekuensi dari pendidikan kompetensi ialah penilaian acuan
patokan atau PAP. Berbeda dengan penilaian acuan norma atau
PAN,

penilaian

pada

pendidikan

berdasarkan

kompetensi

didasarkan tingkat kompetensi yang dapat dipertanggungjawabkan


(kriteria) yang harus dikuasai oleh siswa.
4) Pendidikan berdasarkan kompetensi mementingkan balikan, baik
balikan formatif maupun balikan sumatif. Pada pendidikan
konvensional hanya balikan sumatif yang dipentingkan, balikan
formatif walaupun ada tetapi fungsinya kurang mendapat perhatian
yang penting.
5) Penyajian

pengajaran

pada

pendidikan

yang

berdasarkan

kompetensi dilaksanakan dengan menerapkan belajar tuntas


(mastery learning). Dalam hubungan ini orientasi siswa adalah on
the task dan bukan off the task. Maksudnya, bahwa siswa tidak
suka menghindari tugas-tugas, sebaliknya ia mencari tugas-tugas
yang terkait dengan pelajarannya, baik tugas yang diberikan oleh
guru maupun tugas yang diciptakan sendiri.
6) Pendidikan

berdasar

kompetensi

memberi

tekanan

pada

penguasaan secara individual. Pendidikan konvensional lebih


bersifat klasikal. (W.Gulo,2002:89).

22

Kompetensi dapat dipahami dalam dua aspek, yaitu aspek yang


tampak dan aspek yang tidak tampak. Kompetensi dalam aspek yang

tampak disebut dengan performance (penampilan) yang tercermin


dalam bentuk tingkah laku yang dapat didemonstrasikan sehingga dapat
diamati, dilihat, dan dirasakan. Kompetensi dalam aspek yang tidak
tampak disebut juga dengan kompetensi dalam aspek rasional yang
diamati

karena tidak

tampil

dalam bentuk

perilaku

empiris.

Kemampuan dalam aspek rasional ini umumnya dikenal dalam


taksonomi Bloom sebagai ranah kognitif, afektif dan psikomotorik (W.
Gulo, 2002).
Pengembangan

Kurikulum

Berbasis

Kompetensi

adalah

pengembangan kurikulum yang bertitik tolak dari kompetensi yang


seharusnya dimiliki siswa setelah menyelesaikan pendidikan. Tidak saja
pengetahuan, tetapi juga ketrampilan, nilai serta pola berfikir dan
bertindak sebagai refleksi dari pemahaman dan penghayatan dari yang
sudah dipelajari.
Depdiknas (2002) mengemukakan bahwa kurikulum berbasis
kompetensi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a) Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa;
b) Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan perbedaan
individual siswa;
c) Menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi dalam
penyampaian dan pembelajaran;

23

d) Menggunakan sumber belajar yang meluas (guru, siswa, nara


sumber, dan multi media);

e) Menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan


atau pencapaian kompetensi.
Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah suatu konsep kurikulum
yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan tugastugas dengan standar performasi tertentu, sehingga hasilnya dapat
dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat
kompetensi tertentu. Implementasi kurikulum dapat menumbuhkan
tanggung jawab, dan partisipasi peserta didik untuk belajar menilai dan
mempengaruhi kebijakan umum, serta memberanikan diri berperan
serta dalam berbagai kegiatan (Mulyasa, 2003:27).
b. Hasil Belajar
Menurut Oemar Hamalik (2001: 155), menyatakan bahwa hasil
belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri
siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan
pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan
terjadinya

peningkatan

dan

pengembangan

yang

lebih

baik

dibandingkan yang sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi rahu,


sikap kurang sopan menjadi sopan, dan sebagainya.
Menurut Sudjana dan suwaria (1991: 26) pada dasarnya hasil
belajar atau pengalaman belajar adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajar.
24
Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek
1. Ranah Pengetahuan (Kognitif)

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek


yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analitis, sintesis, dan
penilaian.
2. Ranah Sikap(Afektif)
Berdasarkan dengan sikap dan nilai. Ranah Sikap afektif meliputi
lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi,
menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau
kompleks nilai.
3. Ranah Keterampilan (Psikomotor)
Meliputi ketrampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi
menghubungkan dan mengamati.
Slameto (2003: 2) menyatakan bahwa perubahan yang terjadi
dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena
itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan
perubahan dalam arti belajar. Cirri-ciri perubahan tingkahlaku dalam
pengertian belajar adalah :
1.

Perubahan terjadi secara sadar.

2.

Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional.

3.

Perubahan dalam belajar bersifat positif dam aktif.

4.

Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara.

5.

Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah.

6.

Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

25
Menurut Agus Suprijon (2011:5) hasil belajar adalah pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan
ketrampilan.
Gagne dalam Agus Suprijono (2011: 5) menyatakan bahwa hasil
belajar berupa :
1. Informasi verbal
2. Ketrampilan intelektual
3. Strategi kognitif
4. Keterampilan motorik
5. Sikap.
Sementara menurut Lindgren dan Agus Suprijono (2011:7) hasil
pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian dan sikap.
Hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa setelah
mengikuti kegiatan proses belajar mengajar berdasarkan kriteria
tertentu dalam pengukuran pencapaian tujuan pembelajaran itu sendiri.
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan
tidak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses
evaluasi hasil belajar. Dari siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya
pengalamana dari puncak proses belajar.
Indikator hasil belajar merupakan kemampuan siswa yang dapat
diobservasi (observable). Artinya, apa hasil yang diperoleh siswa
setelah mereka mengikuti proses pembelajaran.
Dimyati dan Mujiono dalam Aunurrohman mengemukakan
bahwa hal penting yang harus diketahui guru adalah bahwa secara

26
umum evaluasi mencaku evaluasi hasil belajar dan evaluasi
pembelajaran, evaluasi belajar menekankan kepada diperolehnya
informasi tenang seberapakah perolehan siswa dalam mencapai tujuan
perngajaran yang ditetapkan. Sedangkan evaluasi pembelajaran
merupakan proses sistematik untuk memperoleh informasi tentang
tingkat keefektifan proses pembelajaran dalam membantu siswa
mencapai tujuan pembelajaran dalam membantu siswa mencapai tujuan
secara optimal.
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar merupakan perubahan yang dialami oleh seseorang setelah
mengalami

kegiatan

belajar,

untuk

mengetahui

sejauh

mana

keberhasilan siswa, diperlukan tes yang akan dinyatakan dalam bentuk


angka atau nilai tertentu. Hasil belajar sangat tergantung dari proses
pembelajaran yang dialami oleh siswa, dalam hal ini siswa tidak bisa
dipisahkan dari peranan guru selama proses belajar mengajar
berlangsung.
Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil
tes yang berupa angka. Nilai tertinggi yang dapat dicapai oleh siswa
adalah 100 dan nilai terendah adalah 0 setelah siswa mengukuti tiga kali
pertemuan maka diadakan ujian untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah disampaikan.
a. Ciri-Ciri Hasil Belajar
Selain

guru

harus

memperhatikan

faktor-faktor

yang

mempengaruhi hasil belajar, guru juga harus mengetahui ciri-ciri

27
hasil belajar siswa yang diperoleh siswa setelah melakukan proses
belajar mengajar. Berikut dalam ciri-ciri hasil belajar yang
dikemukakan oleh Nana Sudjana :
a. Siswa dapat mengingat fakta, prinsip, konsep yang telah
dipelajarinya dalam kurum waktu yang cukup lama.
b. Siswa dapat memberikan contoh dari konsep dan prinsip yang
telah dipelajarinya.
c. Siswa dapat mengaplikasikan atau menggunakan konsep, prinsip
yang telah dipelajarnya baik dalam bahan pelajaran maupun
dalam praktek kehidupan sehari-hari.
d. Siswa mempunyai dorongan yang kuat untuk mempelajari bahan
pelajaran lanjut dan mampu mempelajari sendiri dengan
menggunakan prinsip dan konsep yang dikuasai.
e. Siswa terampil mengadakan hubungan sosial seperti kerjasama
dengan siswa lain.
f. Siswa memperoleh kepercayaan diri bahwa ia mempunyai
kemampuan dan kesanggupan dalam melakukan tugas belajar.
g. Siswa dapat menguasai bahan pelajaran yang telah dipelajarinya
minimal 80% dari yang seharusnya dicapai sesuai dengan tujuan
instruksional khusus yang dipertunjukkan baginya.
Dari beberapa penjelasan di atas dapat diasumsikan bahwa
ciri-ciri hasil belajar siswa setelah melakukan proses belajar adalah
siswa mampu mengingat materi yang telah dipelajarinya, siswa dapat
mengerti dan mampu menguasai materi pelajaran serta dapat

28
mengaplikasikan dalam praktek sehari-hari sehingga siswa memiliki
keterampilan dan kemampuan dalam dirinya.
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar.
Secara global faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa
dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni :
1. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau
kondisi jasmani dan rohani siswa.
2.

Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi


lingkungan disekitar siswa.

3.

Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis


upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang
digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materimateri pelajaran.
Prestasi belajar merupakan kebutuhan setiap orang sebab dengan

belajar seseorang dapat memahami dan mengerti tentang suatu


kemampuan sehingga kecakapan dan kepandaian yang dimiliki dapat
ditingkatkan. Sebagai individu yang sedang belajar mempunyai
kepentingan agar berhasil dalam belajar. Prestasi dapat berupa
pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sosial.
Berhasil atau tidaknya suatu proses belajar mengajar dapat
dilihat dari hasil belajarnya. Hasil belajar seseorang dapat dilihat
ditunjukkan dari prestasi yang dicapainya. Kata prestasi berasal dari
bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia
menjadi prestasi yang berarti hasil usaha (Arifin, 1990). Dengan

29
demikian prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil usaha yang
telah dicapai dalam belajar.
Berdasarkan pengertian di atas dapat diasumsikan, bahwa
prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaaraan adalah hasil yang
dicapai pada taraf terakhir setelah melakukan kegiatan belajar
Pendidikan Kewarganegaaraan. Prestasi ini dapat dilihat dari
kemampuan mengingat dan kemampuan intelektual siswa di bidang
studi Pendidikan Kewarganegaaraan, perolehan nilai dan sikap
positif

siswa

dalam

mengikuti

pelajaran

Pendidikan

Kewarganegaaraan dan terbentuknya keterampilan siswa yang


semakin meningkat dalam mengaplikasikan ilmu yang diperolehnya.
Prestasi belajar semakin terasa penting untuk dipermasalahkan,
karena mempunyai beberapa fungsi utama, yaitu:
1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas
pengetahuan yang telah dikuasai anak didik.
2) Prestasi belajar sebagai pemuasan hasrat ingin tahu.
3) Para ahli psikologi biasa menyebut hal ini sebagai tendensi
keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum
pada manusia, termasuk kebutuhan anak didik dalam suatu
program pendidikan.
4) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi
pendidikan. Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan
pendorong

bagi

anak

didik

dalam

meningkatkan

ilmu

30
pengetahuan dan teknologi dan berperan sebagai umpan balik
(feed back) dalam meningkatkan mutu pendidikan.
5) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu
institusi pendidikan.
6) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap
(kecerdasan) anak didik. (Zainal Arifin, 1990: 3).
Dalam proses pembelajaran, terdapat beberapa faktor yang
berkaitan dengan kesulitan belajar yang dapat berpengaruh bagi
perstasi belajar siswa. Faktor-faktor tersebut antara lain:
1) Faktor-faktor yang berasal dari dalam (internal) yaitu:
a) Siswa merasa sukar mencerna materi karena menganggap
materi tersebut sulit.
b) Siswa kehilangan gairah belajar karena mendapatkan nilai
yang rendah.
c) Siswa meyakini bahwa sulit untuk menerapkan disiplin diri
dalam belajar.
d) Siswa mengeluh tidak bisa berkonsentrasi.
e) Siswa tidak cukup tekun untuk mengerjakan sesuatu
khususnya belajar.
f) Konsep diri yang rendah.
g) Gangguan emosi.
2) Faktor-faktor yang berasal dari luar (eksternal), yaitu:
a) Kemampuan atau keadaan sosial ekonomi.

31
b) Kekurangmampuan

guru

dalam

materi

dan

strategi

pembelajaran.
c) Tugas-tugas non akademik.
d) Kurang adanya dukungan dari orang-orang di sekitarnya.
e) Lingkungan fisik. (A. Suhaenah Suparno, 2001: 52-57).
6. Model Pembelajaran GI (Group Investigation)
Investigasi kelompok adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif,
guru dan siswa bekerja sama membangun pembelajaran. Proses dalam
perencanaan bersama didasarkan pada pengalaman masing-masing siswa,
kapasitas, dan kebutuhan. Siswa aktif berpartisipasi dalam semua aspek,
membuat keputusan untuk menetapkan arah tujuan yang mereka kerjakan.
Dalam hal ini kelompok merupakan wahana sosial yang tepat untuk proses
ini. Perencanaan kelompok merupakan salah satu model untuk menjamin
keterlibatan siswa secara maksimal.
Pada model investigasi kelompok ini siswa dilibatkan dalam
perencanaan baik topik yang dipelajari maupun bagaimana jalannya
penyelidikan mereka. Model pembelajaran ini memerlukan cara yang
mengajarkan siswa keterampilan komunikasi dan proses kelompok yang
baik, serta norma dan struktur kelas yang lebih rumit.
Slavin (2009: 218-219) mengemukakan bahwa dalam group
investigation, para murid bekerja melalui enam tahap yaitu:
1) Mengidentifikasikan topik dan mengatur murid ke dalam kelompok.
2) Merencanakan tugas yang akan dipelajari.
3) Melaksanakan investigasi.

32

4) Menyiapkan laporan akhir.


5) Mempresentasikan laporan akhir.
6) Evaluasi.
Jadi investigasi kelompok adalah suatu proses penyelidikan yang
dilakukan oleh kelompok yang terdiri dari beberapa orang, dan selanjutnya
kelompok tersebut mengkomunikasikan hasil perolehan anggotanya, dapat
membandingkannya dengan perolehan orang atau kelompok lain, karena
dalam suatu investigasi dapat diperoleh satu atau lebih hasil.
Dalam kegiatan di kelas yang mengembangkan diskusi kelas
berbagai kemungkinan jawaban itu berimplikasi pada berbagai alternative
jawaban dan argumentasi berdasar pengalaman siswa. Akibatnya di
antaranya ialah jawaban siswa tidak selalu tepat benar atau bahkan salah
karena prakonsepsi yang mendasari pemikiran siswa tidak benar. Namun
dari kesalahan jawaban siswa tersebut, dengan adanya komunikasi yang
dikembangkan dapat memberikan arah kesadaran siswa akan kesalahan
mereka, khususnya dimana terjadi sumber kesalahan tersebut. Mereka
akan belajar dari kesalahan sendiri dengan bertanya, mengapa orang lain
memperoleh jawaban yang berbeda dengan jawabannya. Dengan sikap
keterbukaan yang memang harus dikembangkan dalam sikap invetigatif
tersebut, siswa belajar bukan hanya mencari kebenaran atas jawaban
permasalahan itu, tetapi juga mencari jalan kebenaran menggunakan akal
sehat dan aktivitas mental mereka sendiri.

33

Dengan demikian akan dapat dibiasakan untuk mengembangkan rasa


ingin tahu. Hal ini akan dapat membuat siswa lebih aktif berpikir dan

mencetuskan ide-ide atau gagasan-gagasan positif dalam mencari jalan


keluar dari permasalahan. Selanjutnya, guru bukanlah hakim yang dapat
memutuskan kebenaran yang tertanam di benak siswa, akan tetapi guru
lebih berperan sebagai dokter yang membantu proses kelahiran ide
tersebut.
Diterapkannya investigasi kelompok dalam cooperative learning
diharapkan dapat memotivasi siswa agar lebih percaya diri dan agar siswa
mampu menolong satu sama lain untuk mengerjakan yang telah diberikan
oleh guru. Jika siswa menginginkan kelompoknya mendapatkan
penghargaan atau hadiah dari guru, mereka harus dapat bekerjasama dalam
kelompok untuk menginvestigasi suatu permasalahan yang telah mereka
pilih untuk diselidiki.
7. Hasil Belajar PKn
Hasil belajar adalah segala kemampuan yang dapat dicapai siswa
melalui proses belajar yang berupa pemahaman dan penerapan
mengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi siswa dalam kehidupan
sehari-hari serta sikap dan cara berpikir kritis dan kreatif dalam rangka
mewujudkan manusia yang berkualitas, bertanggung jawab bagi diri
sendiri, masyarakat, bangsa dan negara serta bertanggung jawab kepada
Tuhan Yang Maha Esa.

34

Hasil belajar PKn adalah kemampuan siswa dalam menguasai materi


PKn berdasarkan hasil dari pengalaman atau pelajaran setelah mengikuti
pembelajaran secara periodik dalam kelas. Dengan selesainya proses
belajar mengajar diakhiri dengan evaluasi untuk mengetahui kemajuan

belajr atau penguasaan siswa atau terhadap materi PKn terutamakompetisi


dasar hakikat negara yang diberikanoleh guru. Dari hasil evaluasi ini akan
dapat diketahui hasil belajar siswa yang biasanya dinyatakan dalam bentuk
nilai atau angka.
Hasil belajar pendidikan Kewarganegaraan merupakan hasil yang
dapat dicapai siswa atas proses pembelajaran yang telah berlangsung
baikitu aspek afektif (kerajinan), kognitif (kemampuan hasil ulangan
harian) maupun psikomotorik (keterampilan). Sehingga bukan hanya nilai
akademik ketuntasan belajar yang dapat dicapai, tetapii juga nilai-nilai
yang terkadang dalam materi yang disampaikan dapat diterapkan dalam
pola kehidupan sehari-hari agar tercipta masyarakat yng bermoral, berbudi
pekerti dan berjiwa sosial yang tinggi.
Hasil belajar PKn adalah hasil belajar yang dicapai siswa setelah
mengikuti proses pembelajaran PKn berupa seperangkat pengetahuan,
sikap, dan keterampilan dasar yang berguna bagi siswa untuk kehidupan
sosialnya baik untuk masa kini maupun masa yang akan datang yang
meliputi : keragaman suku bangsa dan budaya Indonesia, keragaman
keyakinan (agama dan golongan) srta keragaman tingkat kemampuan
35
intelektual dan emosional. Hasil belajar didapat baik hasil tes (formatif,
subsubatif, dan sumatif), unjuk rasa (performance), penugasan (proyek),
hasil kerja (produk), portofolio, sikap serta penilaian diri.
B. Kerangka Pemikiran
Pendidikan Kewarganegaraan menuntut siswa menunjukkan sikap yang
baik,

kreatif,

dan

bertanggungjawab.

Tapi

kenyataan

di

lapangan

menunjukkan bahwa tujuan pembelajaran PKn belum tercapai sebagaimana


yang

diharapkan.

Seringkali

guru

menemukan

siswa

tidak

berani

mengemukakan pendapat maupun bertanya.


Masalah utama dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn) ialah model pembelajaran dalam menyampaikan materi pelajaran
secara

tepat,

yang

memenuhi

muatan

tatanan

nilai,

agar

dapat

diinternalisasikan pada diri mahasiswa serta mengimplementasikan hakekat


pendidikan nilai dalam kehidupan sehari-hari-belum memenuhi harapan
seperti yang diinginkan.
Kesiapan guru tidak banyak berarti jika tidak diimbangi dengan
kesiapan siswa dalam melakukan kegiatan belajar mengajar. Dengan berbagai
permasalahan yang telah disiapkan oleh guru, akan memaksa siswa untuk ikut
serta secara aktif dalam proses pembelajaran. Agar siswa dapat secara aktif
dan kreatif dalam mengikuti proses pembelajaran, maka setiap siswa dituntut
untuk mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Persiapan yang dimaksud adalah
berbagai sumber yang dapat mendukung pemecahan masalah yang sedang
dibahas, maupun persiapan diri atau mental dari setiap anggota kelompok
untuk dapat melakukan presentasi di depan kelas.

36

Peningkatan partisipasi yang disertai dengan persiapan diri siswa


sebelum mengikuti kegiatan pembelajaran, maka dapat dikatan bahwa
motivasi belajar siswa juga semakin meningkat. Dengan motivasi yang
semakin tinggi, akan membuat siswa selalu siap dalam mengikuti kegiatan
belajar mengajar. Apabila kegiatan belajar mengajar selalu diikuti dengan
baik, diharapkan dapat meningkatkan kemampuannya dalam penguasaan

konsep materi pelajaran. Peningkatan kemampuan penguasaan konsep atau


prestasi belajar ditandai dengan meningkatnya jumlah nilai yang diperoleh
oleh siswa pada saat dilakukan evaluasi.
Pelaksanaan belajar mengajar dengan menggunakan model GI seperti
diuraikan di atas, salah satu model memvariasikan metode-metode
pembelajaran yang lain dalam menyampaikan materi pelajaran terutama
untuk materi-materi yang lebih sulit untuk di simak dan dipahami oleh siswa.
Padahal dalam proses pembelajaran, keaktifan dan motivasi siswa sangat
diperlukan agar terjadi kerjasama yang baik antara guru dan siswa dalam
proses pembelajaran untuk tercapainya tujuan pembelajaran yang optimal.
Pembelajaran kooperatif mengutamakan kerjasama antara siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan model pemebelajaran kooperatif
ini teradapat tipe atau pendekatan pembelajaran GI. Dimana pendekatan ini
digunakan, agar siswa lebih aktif karena siswa selalu dilibatkan mulai dari
awal pembelajaran seperti memilih materi yang ingin diteliti sampai pada
penarikan kesimpulan dilakukan secara interaksi antara guru dan siswa,
sehingga sisiwa selalu aktif dalam proses belajara mengajar.

37

Model pembelajaran kooperatif yang dikombinasikan model GI dengan


diskusi secara kelompok, memberi kesempatan kepada anak untuk dapat
berpikir secara aktif dan kreatif dalam memecahkan setiap permasalahan.
Pemahaman yang semakin baik terhadap materi pelajaran, ditunjang dengan
aktifitas anak yang semakin baik dalam mengikuti proses belajar mengajar,
maka peserta didik juga akan dapat meningkatkan kemampuannya dalam

menguasai konsep materi pelajaran yang diajarkan, sesuai dengan kerangka


pemikiran yang dapat dilihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1

Aktivitas dan
hasil belajar
siswa
menurun

Guru Menerapkan
Model
Pembelajaran
Group Investigation

Aktivitas dan
hasil belajar
siswa
meningkat

C. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah : Hipotesis
yang melalui penerapan model pembelajaran Model Pembelajaran Kooperatif
Group Investigation (GI), maka hasil belajar siswa kelas XI SMA Negeri 1
Marabahan.

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Setting dalam penelitian ini meliputi : tempat penelitian penelitian dan
waktu penelitian sebagai berikut :
1. Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMA Negeri 1
Marabahan yang beralamat di jalan Aes Nasution No. 66 Marabahan
Kode Pos : 70511 tahun ajaran 2013/2014. Pemilihan sekolah ini bertujuan
untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran di SMA
Negeri 1 Marabahan dengan model pembelajaran Pembelajaran Kooperatif
Group Investigation (GI) serta hasil belajar siswa dalam pelajaran PKn.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas XI SMA Negeri 1
Marabahan. Kelas yang menjadi subyek penelitian ini adalah kelas yang
hasil belajaran paling rendah dibandingkan kelas lainnya dan keaktifan
siswanya belum optimal selama proses pembelajaran berlangsung.
Siswanya yang aktif dalam proses pembelajaran hanya 14,71 %. Penelitian
ini dilakukan pada semester I tahun ajaran 2013/2014.
Subjek dalam penelitiaan ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 1
Marabahan tahun ajaran 2013/2014 sebanyak 30 orang. Objek penelitain
adalah aktivitas guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa kelas XI SMA
Negeri 1 Marabahan tahun ajaran 2013/2014.
39
2. Waktu Penelitian
38

Penelitian ini akan dilaksanakan pada tahun ajaran 2013/2014.


Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah,
karena PTK memerlukan bebrapa siklus yang membutuhkan proses belajar
mengajar yang efktif di kelas.
B. Variabel yang Diteliti
Variabel yang diteliti dalam PTK ini meliputi :
1. Guru.
Kinerja guru dalam menerapkan model pembelajaran Group
Investigation (GI). Langkah - langkah model pembelajaran Group
Investigation (GI), yaitu : Slavin (2009: 218-219) mengemukakan bahwa
dalam group investigation, para murid bekerja melalui enam tahap yaitu:
a. Mengidentifikasikan topik dan mengatur murid atau membagi ke dalam
kelompok.
b. Merencanakan tugas yang akan dipelajari.
c. Melaksanakan investigasi.
d. Menyiapkan laporan akhir.
e. Mempresentasikan laporan akhir.
f. Evaluasi.
2. Siswa
Hasil belajar siswa dan aktivitas siswa dalam mengikuti proses belajar
mengajar yang meliputi : mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan,
mengemukakan pendapat, dan melakukan kegiatan untuk mencari
pemecahan masalah melalui diskusi dan tinjauan lapangan, membuat
laporan serta mempersentasikan hasil kegiatan. Hasil belajar siswa

40

meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang diambil dari nilai
tes, kegiatan, dan pembuatan laporan atau makalah.
3. Proses
Penelitian ini dirancang dan dilaksanakan dengan menggunakan
penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas adalah sebuah
penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan
merancang, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif
dan partisipatif dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru
sehingga hasil belajar siswa dapat meningkatkan (Rustam dan Mudilarto.
2004).
Suharsimi (2009:3) menegaskan PTK merupakan suatu pencermatan
terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja
dimunculkan dan terjadinya dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan
tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan
oleh siswa.
C. Instrumen
Pada penelitian ini pengumpulan data pelaksanaan dan hasil tindakan
yang telah dilaksanakan akan menggunakan beberapa instrumen, yaitu :
1. Instrumen aktivitas siswa berisi tentang keaktifan yang dilakukan oleh
siswa, dengan indikator aspek yang dinilai :
a.

Persiapan kelompok

b.

Partisipasi aktif anggota kelompok

c.

Kerjasama kelompok

d.

Ketepatan waktu

41

e.

Kedisiplinan

f.

Ketuntasan tugas

2. Lembaran Observasi Guru


Lembaran observasi ini digunakan untuk mengetahui kemampuan
guru dalam melaksanakan model pembelajaran Group Investigation (GI)
siswa dalam memberikan jawaban dan argumen tentang materi yang
diajarkan.
3. Lembar Observasi Siswa
Lembar observasi ini digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa
dalam memberikan jawaban dan argumen tentang materi yang diajarkan.
2. Tes hasil belajar digunakan sebagai instrumen untuk mengambil data
pada siklus I dan siklus II yaitu untuk mendapatkan data tentang hasil
belajar yang dicapai siswa Kelas XI SMAN 1 Marabahan yang dicapai
selama proses pembelajaran Group Investigation (GI). Baik kognitif
maupun afektif.
3. Angket, Intrumen ini digunakan untuk memperoleh data tentang
tanggapan atau respon siswa Kelas Kelas XI SMAN 1 Marabahan
terhadap metode pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI).
D. Prosedur Penelitian
Prosedur dalam penelitian ini tertindih dari tahap persiapan dan tahap
pelaksanaan penelitian.

42

1. Persiapan Tindakan
Persiapan adalah suatu awal kegiatan yang dilakukan agar dapat
tercapai suatu tujuan pembelajaran. Tindakan yang dipersiapkan dapat

membantu

memperbaiki

pembelajaran

seperti

mengatasi

kendala

pembelajaran kelas dan meningkatkan keberhasilan pembelajaran kelas.


Selain itu membantu pengajar menyadari potensi baru untuk melakukan
tindakan guna meningkatkan kualitas kerja. Beberapa kegiatan yang
dilakukan untuk membuat persiapan tindakan seperti:
a. Melakukan observasi awal untuk mengidentifikasikan masalah dan
analisi akar penyebab masalah melalui observasi terhadap proes
pembelajaran PKn.
b. Bersama dengan guru bidang studi menentukan bentuk solusi
pemecahan

masalah

menggunakan

model

pembelajaran

Group

Investigation (GI) pada pelajaran PKn.


c. Mempersiapkan perangkat pembelajaran (Silabus, RPP, LTS dan
artikel). Pemberian artikel dimaksudkan sebagai bahan apersepsi untuk
memotivasi siswa pada awal topik pembelajaran.
d. Menyiapkan lembar observasi yang digunakan untuk mengamati
jalannya proses pembelajaran. Lembar observasi terdiri dari lembar
observasi kegiatan guru, keaktifan siswa dalam pembelajaran.
Menyiapkan lembar penelitian yang meliputi : lembar penelitian kinerja
siswa dalam diskusi, dan lembar penelitian pembuatan laporan atau
makalah.
e. Menyiapkan alat evaluasi.

43

2. Pelaksanaan Tindakan.
Pelaksanaan Tindakan Kelas (akting) Kegiatan yang dilakukan dalam
tahap ini adalah melaksanakan RPP pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan kontekstual sesuai dengan perencanaan sebelumnya meliputi


siklus I dan siklus II, langkah-langkah yang dilakun:
a. Guru mengadakan presensi terhadap kehadiran siswa.
b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
c. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan
sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan. Memotivasi siswa untuk
terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
d. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas
belajar yang berhubungan dengan maslah tersebut (menetap topik,
tugas, jadwal, dll)
e. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,
eksperimen untuk mendapat penjelasan dan pemecahan masalah,
pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
f. Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang
sesuai laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
g. Guru membnatu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
3. Pementauan dan Evaluasi
Observasi

dilakukan

selama

pelaksanaan

tindakan

dengan
44
menggunakan lembar observasi yang telah dibuat terhadap kegiatan yang
telah dilaksanakan. berbagai kegiatan yang terjadi di dalam kelas selama
berlangsungnya proses pembelajaran yang terdiri dari:
a. Pengamatan terhadap siswa dilaksanakan pada saat proses belajar
mengajar. Aspek yang diamati meliputi:

1) Perhatian terhadap penjelasan guru.


2) Keantusiasan dalam mengerjakan tugas.
3) Hubungan kerjasama antar siswa.
4) Keberanian mengerjakan soal di depan kelas.
5) Keberanian bertanya.
b. Pengamatan terhadap guru:
Aspek yang diamati adalah:
1) Persiapan (secara keseluruhan)
2) Pelaksanaan
a) Pendahuluan
(1) Menyampaikan tujuan pembelajaran.
(2) Memotivasi siswa.
(3) Mengaitkan

pembelajaran

dengan

pengetahuan

awal

siswa/prasarat.
b) Kegiatan inti
(1) Menerangkan secara singkat materi pokok dengan jelas.
(2) Mengatur siswa dalam kelompok-kelompok belajar.
(3) Membimbing siswa mengerjakan LTS dengan benar.
(4) Mendorong

dan

membimbing

kooperatif oleh siswa:


(a) Mengajukan pertanyaan.
(b) Menjawab pertanyaan.
(c) Menyampaikan ide/pendapat.
(d) Mendengarkan secara aktif.

dilakukan

keterampilan
45

(5) Memberi latihan pendalaman.


(6) Memberikan umpan balik/kuis
c) Penutupan dengan memberikan pekerjaan rumah.
4. Analisi dan Refleksi
Hasil yang diperoleh dalam tahap observasi dikumpulkan serta
dianalisis dalam tahap ini. Dari hasil tersebut, guru akan merefleksi diri
dengan melihat data hasil observasi apakah kegiatan yang telah dilakukan
telah dapat meningkatkan kemampuan siswa memahami dan menguasai
konsep serta

terampil

dalam

menyelesaikan

soal-soal

materi

pembelajaran. Kegiatan refleksi ini melakukan evaluasi terhadap proses


pembelajaran pada siklus 1 dan menjadikan pertimbangan untuk memasuki
siklus 2 dan merefleksi sejauh mana kegiatan belajar dengan metode
pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) dapat meningkatkan
prestasi belajar baik dari segi pemahaman dan tingkat respon siswa pada
pembelajaran pendidikan kewarganegaraan, serta hal yang perlu di
perhatikan adalah :
a. Mengevaluasi hasil pemantauan dan mengolah data hasil evaluasi serta
menentukan keberhasilan pencapaian tujuan tindakan.
b. Mencatat perkembangan kemampuan siswa.

46

c. Mengadakan refleksi 1 dengan meneliti kembali tindakan yang telah


dilakukan.
d. Memberikan penguatan dan motivasi kepada siswa agar belajar lebih
giat.

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindak kelas


(action research), yang terdiri dari 3 siklus. Apabila pada siklus ke- 1
indikator yang ditentukan belum tercapai maka dilakukan siklus ke- 2.
Apabila pada siklus ke- 2 indikator yang ditentuakn belum juga tercapai
maka dilakukan siklus ke- 3. Masing-masing siklus terdiri dari 4 (empat)
tahapan yaitu: 1). Perencanaan (planning), 2). Pelaksanaan tindakan
(acting), 3). Observasi (observating), dan 4) refleksi (reflecting). Hasil
reflleksi pada siklus 1 digunakan untuk menyempurnakan tindakan pada
siklus 2, dan hasil refleksi siklus2 digunakan untuk menyempurnakan
tindakan siklus 3. Rancangn kegiatan yang dilakukan pada penelitian ini di
tunjukkan dengan gmbar 3.1.
E. Data dan Cara Pengumpulannya
Teknik yang diigunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian
tindakan kelas ini terdiri dari:
1. Sumber data: sumber data penelitian ini adalah guru, siswa, dan proses
pemeblajaran.
2. Jenis data: jenis data yang didapatkan adalah data kualitatif terdiri dari:
a. Kegiatan guru dalam pelaksanaan pembelajaran.
b. Keaktifan dan kinerja siswa selama proses pembelajaran.
c. Hasil belajar siswa.
3. Cara pengambilan data:

47

a. Data tentang kegiatan guru diambil menggunakan lembar observasi


dengan mencatat kegiatan yang dulakukan siswa dan guru tiap satuan
waktu.
b. Data tentang keaktifan siswa proses pembelajaran diambil mengunakan
lembar observasi keaktifan siswa. Keaktifan yang diamati meliputi

menjawab pertanyan, mengemukakan pendapat, melakukan kegiatan


untuk mencari pemecahan maslah melalui diskusi, membuat laporan
dan mempersentasikan hasil kegiatan.
c. Data hasil belajar siswa diambil dari nilai diskusi, tugas dan tes. Nilai
tes diambil menggunakan tes evaluasi pada tiap akhir siklus. Nilai tes
digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa dari aspek kognitif. Nilai
tugas diambil berdasarkan lembar kerja siswa. Aspek yang dinilai dari
diskusi kelompok yang dibuat siswa meliputi aspek kognitif dan afektif.
Nilai kinerja siswa diambil menggunakan lembar penilaian kinerja
siswa dalam diskusi. Aspek yang dinilai dalam penelitan kinerja
meliputi aspek afektif dan pisikomotorik.
F. Analisis dan Interprestasi Data
Teknik analisi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Data yang diperoleh dianalisis melalui:
1. Data tentang kegiatan guru dianalisi secara deskriptif kualitatif.
2. Data tentang keaktifan siswa dalam pembelajaran dianalisis secara
deskriptif kualitatif.
3. Data tentang hasil belajar siswa

48

Penelitian ini bisa dianggap berhasil dalam meningkatkan


kompetensi para siswa, maka indikator keberhasilan penelitian dapat
ditentukan dengan menghitung ketuntasan individual dan klasikal.
Hasil belajar siswa dianalisis secara deskriptif kualitatif. Secara individu,
siswa yang tuntas belajar adalah siswa yang mempunyai nilai hasil belajar

minimal 65. Menurut ali (1993), ketuntasan belajar siswa secara klasikal
dihitung dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Tercapai Ketuntasan Individual: Jika siswa mencapai ketuntasan > 60%
b. Tercapainya Ketuntasan Klasikal : Jika > 80% dari seluruh siswa yang
mencapai ketuntasan > 60%
Untuk mencari ketuntasan belajar siswa baik secara indivisual dan
klasikal dapat menggunakan rumus persentase sebagai berikut :
Ketuntasan Individual

Ketuntasan Klasikal

Jumlah Skor
x 100 %
Jumlah Skor Maksimal

Jumlah Siswa yang Tuntas


x 100 %
Jumlah Siswa Keseluruhan

G. Indikator Keberhasilan
Inikator yang menjadi keberhasilan penelitian tindakan ini adalah:
a. Guru mampu menerapkan model pembelajaran kooperatif Group
Investigation (GI) denagn baik dan benar.
b. Meningkatnya keaktifan siswa selama proses pembelajaran, yang
ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah siswa yang aktif mengajukan
pertanyaan, menjawab pertanyaan, mengemukakan pendapat, dan

49
melakukan kegiatan untuk mencari pemecahan masalah melalui diskusi,
membuat laporan dan mempersentasikan hasil kegiatan.
c. Terpenuhinya tugas-tugas siswa mulai dari mengerjakan LTS, diskusi
kelompok, membuat laporan dan smpai pada mempersentasikan hasil
kegiatan diskusi, serta pada pemberian PR.
d. Secara individual siswa menguasai kompetensi atau tujuan pembelajaran
minimal 65%. Keberhasilan dilihat dari jumlah siswa yang mempu
mencapai kompetensi tersebut sekurang-kurangnya 85% dari seluruh.
Gambar 3.1
Alur Penelitian Tindakan Kelas
1

Perencanaan
SIKLUS 1

Refleksi

Pelaksanaan
2

3
Pengamatan
4

Perencanaan
SIKLUS 2

Refleksi
7

Pelaksanaan
6

Pengamatan

Nilai Akhir yang diperoleh siswa berdasarkan rumus ketuntasan belajar


klasikal di atas kemudian diinterprestasikan menggunakan kriteria pada tabel
berikut :
Tabel 3.1
Interprestasi Predikat Prestasi Belajar Siswa
No. Nilai
Keterangan
95,00
1
Istimewa
2
80,00 94,90
Amat Baik
3
4
65,00 79,90
Baik
5
6
55,00 64,90
Cukup
40,10 54,90

40,00

Kurang
Amat Kurang

(Adaptasi dari Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Selatan,


2004)

BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Gambaran umum sekolah
Kegiatan penelitian ini di laksanakan di SMA Negeri 1 Marabahan
yang beralamat di Jalan Jalan AES Nasution No. 66 Marabahan Kode Pos
: 70511.
a. Keadaan Sekolah
1) Kondisi Lingkungan dan Geografi Sekolah
a) Kondisi Lingkungan
Kondisi lingkungan SMA Negeri 1 Marabahan

sangat

mendukung untuk pengembangan sekolah secara keseluruhan.


Hal itu dapat dilihat dari karakteristik dan budaya masyarakat
sekitar sekolah yang masih memiliki tingkat kepedulian yang
tinggi terhadap dunia pendidikan, misalnya masih tingginya rasa
kebersamaan melalui kegiatan gotong royong di dalam setiap
kegiatan kemasyarakatan. Demikian juga dengan halnya
kepedulian pemerintahan, baik mulai tingkat kecamatan, kota
maupun propinsi. Komite sekolah sangat komitmen dalam
membantu semua program sekolah.
b) Kondisi Geografi
SMA Negeri 1 Marabahan terletak di lingkungan
perumahan di tepi jalan raya, sebelah barat kampung, sebalah
selatan Jalan AES. Nasution dan kampong, seblah utara Jalan

50

51
Pahlawan sebagian kantor pemerintah dan kampung, sebelah
timur lapangan 5 desember.
2) Kondisi Lingkungan dan Geografi Sekolah
SMA Negeri 1 Marabahan didirikan

pada tanggal 21

Oktober 1981, NSS : 301150301001, Lokasi sekolah terletek di


jalan AES Nasution No. 66 Marabahan Kode Pos : 70511. Jumlah
seluruh personil sekolah terdiri atas guru 47 orang dan 5 tenaga
Administrasi.
3) Keadaan Peserta Didik
Jumlah peserta didik pada tahun pelajaran 2013/2014
seluruhnya berjumlah 380 orang. Persebaran jumlah peserta didik
antar kelas sama. Peserta didik di kelas XI ada sebanayak 19
rombongan belajar.
B. Hasil Penelitian
1. Tindakan Kelas Siklus 1
Siklus 1 dilaksanakan empat kali pertemuan yaitu tanggal 13 27
Agustus 2014 dan 3 September 2014. Pada pertemuan pertama, dan kedua
materi dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif Group
Investigation (GI). Materi yang disajikan pada pertemuan pertama dan
kedua yaitu tentang Kasus pelanggaran hak asasi manusia. Siklus 1 terdiri
dari empat tahapan tindakan dan tahapan-tahapannya adalah sebagai
berikut :
a. Perencanaan
Rencana tindakan yang dilakukn pada siklus 1 yaitu :

52
1) Membagi siswa menjadi 7 kelompok sesuai dengan absen kelas.
2) Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) dan lembar tugas siswa (LTS), serta media
pembelajaran yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan,
di mana seluruh perangkat pembelajaran ini dikonsultasikan terlebih
dahulu dengan guru mata pelajaran yang bersangkutan.
3) Menyiapkan instrument penelitian yaitu post test sebagai evaluasi
dari siklus 1, lembar observasi aktivitas guru, lembar observasi
aktivitas siswa dan skor kelompok siswa.
4) Mengadakan pembagian tugas antara pengajar dan pengamat
(observer).
b. Pelaksanaan
1) Menginformasikan

model

pembelajaran

kooperatif

Group

Investigation (GI) kepada siswa (menginformasikan tata kerja pada


setiap langkah pembelajaran), menyampaikan tujuan pembelajaran,
menuliskan judul materi yang akan dipelajari di papan tulis,
mengingatkan kembali materi yang relevan (apersepsi) dengan
metode tanya jawab, setelah apersepsi, guru mengajukan suatu
permasalahan terkait materi pembelajaran dan meminta siswa
mengajukan pendapatnya mengenai pemecahan masalah tersebut.
2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan
pendapatnya

mengenai

penyelesaian

permasalahan

tersebut,

membagi siswa menjadi 7 kelompok, masing-masing kelompok


terdiri dari 4 orang siswa yang heterogen. Setelah siswa bergabung

53
dengan anggota kelompoknya, guru memberikan LTS kepada
masing-masing kelompok guna membagi siswa untuk menemukan
jawaban dari permasalahan yang ada, menjelaskan kegiatan yang
harus

dilakukan

masing-masing

kelompok

untuk

dapat

menyelesaikan LTS.
3) Membimbing siswa untuk menemukan informasi yang sesuai untuk
memecahkan masalah yang diberikan. Setelah seluruh kelompok
mengumpulkan tugasnya, guru kemudian meminta salah satu
kelompok untuk mempersentasikan hasil jawaban merek dan
meminta kelompok lain untuk memperhatikan dan menanggapinya
pertama-tama, salah seorang anggota kelompok menuliskan
jawaban di papan tulis, setelah jawaban dituliskan, maka seluruh
anggota kelompok akan mempersentasikan jawban yang mereka
ajukan dan kelompok lain diminta untuk mendengarkan dan
memberikan tanggapan.
4) Guru

membimbing

siswa

untuk

menyimpulkan

materi

pembelajaran. Bukan hanya mengenali hasil yang didapatkan siswa


bersama kelompok, namun juga mengenai proses-proses yang
mereka gunakan.
5) Melaksnakan post test sebagai hasil evaluasi dari siklus 1.
c. Pengamatan
Selama kegiatan pembelajaran di kelas berlangsung diadakan
pengamatan dan penilaian terhadap hasil belajar siswa. Pengamatan dan
penilaian terhadap hasil belajar siswa meliputi aktifitas guru dan

54
aktifitas siswa yaitu dengan mengisi lembar observasi hasil belajar
siswa serta pada akhir siklus diadakan evaluasi.
1) Observasi Aktivitas Guru
Data yang diperoleh dari hasil observasi aktivitas guru adalah
untuk

mengetahui

model

pembelajaran

kooperatif

Group

Investigation (GI). Data yang dioeroleh dari siklus 1 dapat dilihat


pada tabel.
Table 4.1
Hasil Observasi Aktifitas guru dengan menggunakan model kooperatif
Group Investigation (GI) siswa kelas XI SMA Negeri 1 Marabahan.
Penilaian
No

Aspek Yang Dinilai


1

1.

Bahan pembelajaran yang digunakan

2.

Perumusan tujuan pembelajaran sesuai dengan


indikator.

3.

Pemilihan materi sesuai dengan model


pembelajaran kooperatif Group Investigation
(GI)

Rencana dan strategi pembelajara kooperatif


Group Investigation (GI)

a. Pengalokasian waktu

b. Memberikan motivasi

c. Memberikan informasi materi

d. Membrikan contoh masalh yang autentik

e. Meminta dan mengarahkan siswa untuk


merumuskan masalah

f. Mengelompokkan siswa

belajar

h. Membimbing siswa untukberbagi tugas


dengan teman sekelompoknya.

i. Membimbing siswa berdiskusi mngerjakan


LTS.

j. Membimbing
siswa
menyajikan/
memperentasikan hasil kegiatan dalam
diskusi.
Pengelolaan kelas pada saat pembelajaran
kooperatif Group Investigation (GI)

g. Membantu
siswa.

5.

merencanakan

tugas

55

Prosedur pelaksanaan evaluasi


6.

a. Penilaian individu

b. Penilaian kelompok.

(Sumber data diolah, 2014)


Guru belum dapat memotivasi dan mengorganisasi siswa
dengan baik karena guru berperan lebih banyak dalam kegiatan ini
dibandingkan siswa. Pada kegiatan inti, guru masih belum
maksimal membimbing siswa dalam melakukan diskusi. Menurut
Arends (1997), guru memang perlu memberikan bantuan pada
siswa saat mereka akan membutuhkan, namun harus mengenali
seberapa panting bantuan itu bagi siswa agar mereka saling
bergantung satu sama salin, daripada bergantung pada guru.

Tujuannya adalah agar siswa mengumpulkan cukup informasi


untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan dikatakan bahwa
secara umum guru melakukan langkah-langkah pembelajaran
menggunakan model pembelajaran kooperatif Group Investigation
56

(GI)
2) Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa

Kektifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di


kelas berdasarkan hasil pengamatan saat observasi pada siklus 1
dapat dilihat pada table sebagai berikut :
Table 4.2
Aktivitas Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran kooperatif
Group Investigation (GI)
Penilaian
No

Aspek Yang Dinilai


1

1.

Menghargai pendapat orang lain

2.

Mengemukakan pendapat dan berbagi tugas

3.

Memancing orang lain untuk berbicara

4.

Mendengarkan dengan aktif

5.

Mempunyai keberanian untuk bertanya

6.

Aktif dalam mengerjakan tugas

7.

Mendorong orang lain untuk berprestasi

8.

Menunjukkan penghargaan dan simpati

9.

Mengungkapkan ketidak setujuan dengan cara


yang tepat dan sopan

10.

Menanyakan
kebenaran
dan
ketepatan jawaban dalam kelompok

memeriksa

11.

Melakukan kegiatan untuk mecari pemecahan


masalah

12.

Membuat laporan

13.

Mempresentasikan hasil kegiatan

(Sumber data diolah, 2014)


Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian terhadap aktivitas
siswa di atas diperoleh data bahwa tidak semua siswa antusias
mengikuti pelajaran terutama pada aspek aktif dalam mengerjakan
tugas melakukan kegiatan utuk mencari pemecahan masalah.
Hanya siswa yang tergolong pandai saja yang aktif mengerjakan
tugas, hal ini menunjukkan bahwa kegiatan berkelompok siswa
belum sepenuhnya berhasil dal ini karena sebagaimana kelompok
belum memahami langkah-langkah model pembelajaran kooperatif
Group Investigation (GI)

secara menyeluruh dan mereka juga

kurang bekerja sama dalam menyelesaikan masalah yang diberikan.


Keaktifan ini hanya dilakukan oleh sekelompok siswa tentunya.
Siswa lain terlihat lebih pasrah, kurang bergaiarah, bingung, dan
kurang perhatian. Sebagian besarsiswa lebih memilih diam
meskipun mereka mengalami kesulitan dalam memahami dan
memecahkan masalah yang diberikan. Selain itu, penggunaan
waktu yang tersedia masih belum efektif. Secara keseluruhan
aktifitas siswa di kelas selama pembelajaran menggunakan model
pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI)

berlangsung

belum tercapai sesuai yang diharapkan karena belum dilakukan


oleh seluruh siswa dengan benar.
3) Data Hasil Evaluasi Siklus 1
Data nilai post test

yang dlakukan dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI)

yang

dilakukan pada siswa kelas XI Negeri 5 Marabahan. Kegiatan post


test dilaksanakan pada hari 3 September 2014. Presentasi belajar
siswa pada siklus 1 belum memenuhi indicator keberhasilan
penelitian yang telah ditetapkan. Ketuntasan belajar siswa secara
klasikal hanya sebanyak 32,14%

atau

orang siswa dari

58
keseluruhan jumlah siswa tidak tuntas dan termasuk dalam
kualisifikasi cukup baik dengan nilai rata-rata siswa adalah 57,50 .
Hasil belajar siswa pada siklus 1 bisa dilihat dari table berikut.

No

Table 4.3
Daftar Nilai Siswa Hasil Evaluasi pada Siklus 1
Nama Siswa
Nilai
Keterangan

1.

Ahmad Gazali R.

60

Tidak Tuntas

2.

Ahmad Madani

30

Tidak Tuntas

3.

Ali Akbar

60

Tidak Tuntas

4.

Cindy Adelia Devi

70

Tuntas

5.

Darmayanti

30

Tidak Tuntas

6.

Devi Fitriana

70

Tuntas

7.

Dicky Hermawan

60

Tidak Tuntas

8.

Dody Anwar

60

Tidak Tuntas

9.

Ema Afrida

30

Tidak Tuntas

10. Fadillah Pratama

60

Tidak Tuntas

11. Fitriani

70

Tuntas

12. Irvana Maulana

50

Tidak Tuntas

13. Jamilan

30

Tidak Tuntas

14. Khairur Rizal R.

40

Tidak Tuntas

15. Kresna Aji Saputra

60

Tidak Tuntas

16. M. Ardiannor

50

Tidak Tuntas

17. M. Faisal Saputra

60

Tidak Tuntas

18. M. Jayadi Abdi

50

Tidak Tuntas

19. Muhammad Murjani

60

Tidak Tuntas

20. M. Rizky Adam

60

Tidak Tuntas

21. Muhammad Miqo

80

Tuntas

22. Phia Permata Sari

80

Tuntas

23. Rhema Monica

60

Tidak Tuntas

24. Siti Kamariah

70

Tuntas

25. Siti Faridah

70

Tuntas

26. Suzuas Mais Akbar

80

Tuntas

27. Taufikkurrahman

40

Tidak Tuntas

28

70

Tuntas

Zaitun

Jumlah Nilai

1610

Rata-rata

57,50

(Sumber data diolah, 2014)


59

Tabel 4.4
Persentase Kualifikasi Presentasi Belajar Siswa Siklus 1
Nilai

Kualifikasi

Frekuensi

Persentase (%)

95,00

Istimewa

80,00 94,90

Amat Baik

10,71

65,00 79,90

Baik

21,43

55,00 64,90

Cukup

10

35,71

40,10 54,90

Kurang

17,86

40,00

Amat Kurang

14,29

28

100

Jumlah
(Sumber data diolah, 2014)

d. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi selama peleksanaan siklus
1, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dan diperbaiki
untuk rencana tindakan pada siklus berikutnya. Untuk mengatasi
permasalahan-permasalahan yang terjadi pada siklus 1 penelitian
berdiskusi dan saling member masukan dengan para observer agar
pada siklus berikutnya pembelajaran PKn dengan model pembelejaran
kooperatif Group Investigation (GI) dapat berlangsung lebih baik.
Diantara hasil diskusi tersebut yaitu membantu kelompok yang belum
memahami langkah-langkah model pembelejaran kooperatif Group
Investigation (GI) dan memberi pengertian kepada siswa kondisi dalam
berkelompok, kerjasama kelompok, serta keikut sertaan siswa dalam
kelompok. Untuk

pengelolaan waktu pembelajaran diusahakan

seefektif mengikuti dan sesuai dengan rencana yang telah dibuat.


Berdasarkan hasil evaluasi siklus 1 masih terdapat 67,86% siswa
belum memenuhi kriteria keberhasilan, sebaliknya hanya 32,14% siswa

60
yang telah memenuhi kriteria keberhasilan dengan nilai rata-rata siswa
57,50. Mengacu pada kriteria yang telah ditetapkan maka dapat
dinyatakan bahwa pembelajaran siklus 1 belum berhasil secara optimal
baik dari segi kesiapan guru dan siswa dalam pembelajaran dengan
menggunakan model pembelejaran kooperatif Group Investigation (GI)
maupun hasil belajarnya. Dengan demikian, penelitian akan dilanjutkan
hingga indicator keberhasilan tercapai.
2. Pelaksanaan Tindakan Kelas Siklus 2
a. Perencanaan
Berdasarkan hasil pengamatan dan refleksi pada siklus 1, maka
pada siklus 2 ini direncanakan kembali tindakan perbaikan terhadap
hal-hal yang dianggap masih kurang pada siklus 1, antara lain:
1) Pemberian motivasi belajar kepada siswa perlu ditingkatkan agar
siswa lebih bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
2) Penggunaan waktu pada siklus 1 belum efektif sehingga pada
siklus 2 waktu pembelajaran harus diatur sebaik mungkin.
3) Penekanan bahwa dalam pembelajaran yang akan dilakukan, setiap
siswa harus turut berpartisipasi agar dapat memperoleh hasil belajar
yang maksimal dan bahwa setiap siswa mamiliki tanggung jawab
membantu teman satu kelompok yang mengalami kesulitan belajar.
4) Pengawasan terhadap kelompok siswa perlu ditingkatkan shingga
tindakan ada lagi siswa yang tidak aktif dalam kegiatan kelompok.
5) Guru lebih intensif dalam membersihkan bimbingan kepada setiap
kelompok.

61

b. Pelaksanaan

Pada tahap ini guru kembali melakukan kegiatan pembelajaran


dengan

menggunakan

model

pembelajaran

kooperatif

Group

Investigation (GI) sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Pada siklus
2 prosedur pelaksanaannya sama seperti siklus1 dengan materi
selanjutnya yaitu : Upaya penegakan Hak asasi manusia dengan
tindakan perbaikan terhadap hal-hal yang dianggap masih kurang pada
siklus1. Untuk lebih jelas dilihat rencana pelaksanaan pebelajaran
(RPP) dan lembar tugas siswa (LTS) pada (lampiran) serta soal dan
kunci jawban post test sebagai hasil evaluasi siklus 2 dapat dilihat
pada (lampiran).
c. Pengmatan
Pengamatan dan penelitian terhadap hasil belajar siswa meliputi
aktivitas guru dan aktivitas siswa dilakukan dengan mengisi lembar
observasi hasil belajar siswa.
1) Observasi Kativitas Guru
Data yang diperoleh dari hasil observasi aktivitas guru pada
siklus

2 adalah untuk

mengetahui kesiapan guru dalam

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif


Group Investigation (GI) . data yang diperoleh dapat dilihat pada
table di bawah ini.
Tabel 4.5

Hasil Observasi Aktivitas Guru dengan Menggunakan Model


Pembelajaran Kooperatid Group Investigation (GI). Siswa Kelas XI
62

SMA Negeri 1 Marabahan.


Penilaian
No

Aspek Yang Dinilai


1

1.

2.

Perumusan tujuan pembelajaran sesuai dengan


indikator.

3.

materi

sesuai

dengan

Bahan pembelajaran yang digunakan

Pemilihan

model

pembelajaran kooperatif Group Investigation


(GI)

Rencana dan strategi pembelajara kooperatif


Group Investigation (GI)
a. Pengalokasian waktu

b. Memberikan motivasi

c. Memberikan informasi materi

d. Membrikan contoh masalh yang autentik

e. Meminta dan mengarahkan siswa untuk

merumuskan masalah

f. Mengelompokkan siswa
g. Membantu

merencanakan

tugas

belajar

h. Membimbing siswa untukberbagi tugas

siswa.

dengan teman sekelompoknya.


i. Membimbing siswa berdiskusi mngerjakan

LTS.
j. Membimbing
memperentasikan

siswa
hasil

menyajikan/
kegiatan

dalam

diskusi.
Pengelolaan kelas pada saat pembelajaran

5.

kooperatif Group Investigation (GI)


Prosedur pelaksanaan evaluasi

6.

c. Penilaian individu

d. Penilaian kelompok.

63

(Sumber data diolah, 2014)

Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi siklus 2, diketahui


bahwa guru telah berhasil menerapkan pembelajaran kooperatif
Group Investigation (GI) dalam pembelajaran PKn. Hasil
pengamatan dan penelitian terhadap aktivitas guru dalam
mengelola

pembelajaran

PKn

menggunakan

pembelajaran

kooperatif Group Investigation (GI) juga termasuk dalam


kualifikasi sangat baik. Guru bias dikatakan sudah mempu
melaksanakan semau rencana tindakan yang telah dibuat.
2) Data hasil Observasi Aktivitas Siswa
Keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di
kelas berasarkan hasil pengamatan saat observasi pada siklus 2
dapat dilihat pada table sebagai berikut :

63

Tabel 4.6

Aktifitas Belajar Siswa Menggunakan pembelajaran kooperatif Group


Investigation (GI) .
Penilaian
No

Aspek Yang Dinilai


1 2 3 4

1.

Menghargai pendapat orang lain

2.

Mengemukakan pendapat dan berbagi tugas

3.

Memancing orang lain untuk berbicara

4.

Mendengarkan dengan aktif

5.

Mempunyai keberanian untuk bertanya

6.

Aktif dalam mengerjakan tugas

7.

Mendorong orang lain untuk berprestasi

8.

Menunjukkan penghargaan dan simpati

9.

Mengungkapkan ketidak setujuan dengan cara


yang tepat dan sopan

10.

Menanyakan
kebenaran
dan
ketepatan jawaban dalam kelompok

11.

Melakukan kegiatan untuk mecari pemecahan


masalah

12.

Membuat laporan

13.

Mempresentasikan hasil kegiatan

64
memeriksa

(Sumber data diolah, 2014)


3) Data Hasil Evaluasi dari Siklus 2
Ketntasn

belajar siswa secara klasikal dan nilai rata-rata

siswa pada siklus 2 meningkatkan dari siklus 1, dengan


peningkatan sebesar 60,72% untuk ketentuan klasikal dan 16,78

untuk nilai rata-rata. Hasil post test sebagai evaluasi dari siklus 2
dapat dilihat pada table berikut:
Table 4.7
Daftar Nilai Siswa Hasil Evaluasi pada Siklus 2
Siklus II
No

Nama Siswa
Nilai

Keterangan

1.

Ahmad Gazali R.

75

Tuntas

2.

Ahmad Madani

85

Tuntas

3.

Ali Akbar

80

Tuntas

4.

Cindy Adelia Devi

85

Tuntas

5.

Darmayanti

80

Tuntas

6.

Devi Fitriana

80

Tuntas

7.

Dicky Hermawan

75

Tuntas

8.

Dody Anwar

70

Tuntas

9.

Ema Afrida

80

Tuntas

10. Fadillah Pratama

75

Tuntas

11. Fitriani

85

Tuntas

12. Irvana Maulana

75

Tuntas

13. Jamilan

85

Tuntas

14. Khairur Rizal R.

60

Tidak Tuntas

15. Kresna Aji Saputra

70

Tuntas

16. M. Ardiannor

70

Tuntas
65

17. M. Faisal Saputra

75

Tuntas

18. M. Jayadi Abdi

80

Tuntas

19. Muhammad Murjani

80

Tuntas

20. M. Rizky Adam

80

Tuntas

21. Muhammad Miqo

90

Tuntas

22. Phia Permata Sari

90

Tuntas

23. Rhema Monica

85

Tuntas

24. Siti Kamariah

85

Tuntas

25. Siti Faridah

90

Tuntas

26. Suzuas Mais Akbar

80

Tuntas

27. Taufikkurrahman

60

Tidak Tuntas

28

85

Tuntas

Zaitun

Jumlah Nilai

2.210

Rata-rata

78,92

(Sumber data diolah, 2014)


Table 4.7
Persentase Kualifikasi Prestasi BelajR Siswa Siklus 2
Nilai

Kualifikasi

95,00

Istimewa

80,00 94,90

Amat Baik

18

64,28

65,00 79,90

Baik

28,57

55,00 64,90

Cukup

7,14

40,10 54,90

Kurang

40,00

Amat Kurang

28

100

Jumlah

Frekuensi

Persentase(%)

(Sumber data diolah, 2014)


Berdasarkan table 4.7 presentasi belajar siswa pada siklus 2
sudah memenuhi indicator keberhasilan dari penelitian yang telah

ditetapkan. Ketuntasan belajar siswa secara klasikal adalah sebesar


92,86 % atau 26 orang siswa dari jumlah siswa keseluruhan tuntas
dan termasuk dalam kualifikasi baik dengan nilai rata-rata siswa
78,92.
66
d. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi siklus 2, diketahui
bahwa guru telah berhasil menerpkan model pembelajaran kooperatif
Group Investigation (GI). Pengamatan dan penilaian terhadap aktivitas
siswa yang dilakukan oleh pengmat diperoleh data bahwa semua siswa
antusias mengikuti pelajaran, semua aspek aktivitas siswa dalam
pembelajaran kooperatif Group Investigation

sudah terpenuhi dan

termasuk dalam kualifikasi baik. Hasil Belajar siswa pun pada siklus 2
meningkatkan dan memenuhi indicator keberhasilan, karena ketuntasan
belajar siswa sudah memenuhi indicator keberhasilan, karena
ketuntasan belajar siswa sudah memenuhi indicator keberhasilan
penelitian, maka tim peneliti sepakat untuk menghentikan penelitian
dan tidak melanjutkan ke siklus berikutnya.

BAB V
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Aktivitas Guru dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif
Group Investigation
Kondisi peserta didik sangat berpengaruh pada hasil belajar yang
dicapainya, misalnya keadaan fisik sakit, minat dan kesiapan serta kondisi
perasaan anak dalam belajar sangatlah berpengaruh, hal ini sesuai dengan
pendapat yang di kemukakan oleh Hamalik (1991: 43) bahwa terjadinya
proses pembelajaran pada hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya :
1. Peserta didik
2. Pengajar
3. Sarana dan prasarana
4. Penilaian.
Kualitas proses belajar yang dilaksanakan oleh pengajar (guru) juga
sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Setelah peneliti melakukan
penelitian dan berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan, maka dapat
diketahui hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II.
1. Siklus 1
Pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru secara
keseluruhan telah berlangsung dengan cukup lancar, hanya saja pada
aspek pengelolaan waktu pengamat menilai bahwa guru masih belum
sepenuhnya berhasil melaksanakannya. Selain itu, menurut pengamatan
pada aspek pemberian motivasi belajar kepada siswa juga dirasakan masih
67

68

kurang, hal ini dikarenakan guru masih banyak ceramah pada model
pembelajaran kooperatif

(GI), yang seharusnya guru tidak banyak

menjelaskan materi akan tetapi guru memberikan bimbingan kepada


siswa dalam menggali suatu masalah untuk memperoleh suatu
pengetahuan yang luas dan siswa menjadi aktif dalam proses
pembelajaran di kelas hal ini selaras dengan pendapat yang di sampaiakan
oleh Mukhtar dan Martinis yamin dalam Sutikno (2007) menjelelaskan
bahwa, untuk mewujudkan pembelajaran yang berhasil (efektif), seorang
guru harus melaksanakan beberapa peran berikut:
a. Guru sebagai model
Anak dan remaja berkembang kearah idealis dan kritis. Mereka
membutuhkan guru sebagai model yang dapat dicontoh dan dijadikan
teladan, baik pengetahuan, keterampilan maupun kepribadian.
Kelebihan ini tampak dalam disiplin pribadi yang tinggi dalam
bidang-bidang intelektual, emosional, kebiasaan-kebiasaan yang sehat,
sikap yang demokratis, terbaik dan sebagainya.
b. Guru sebagai perencanaan
Guru

berkewajiban

mengembangkan

tujuan-tujuan

pendidikan

menjadi rencana-rencana yang operasional. Tujuan-tujuan umum perlu


diterjemahkan menjadi tujuan-tujuan secara spesifik dan operasional.
Dalam perencanaan ini, peserta didik perlu dilibatkan, sehingga
menjamin relevansinya dengan perkembangan, kebutuhan, dan tingkat
pengalaman mereka. Peranan ini menuntun agar perencanaan
senantiasa direlevansikan dengan kondisi masyarakat, kebiasaan

69

belajar peserta didik, pengalaman dan pengetahuan peserta didik,


metode belajar yang serasi, serta materi yang sesuai dengan minatnya.
c. Guru sebagai pendiagnosa kemajuan belajar peserta didik.
Peranan ini erat kaitannya dengan tugas megevaluasi kemajuan belajar
peserta didik. Penilaian memiliki

arti yang penting bagi peserta

didik,Orang tua dan bagi guru sendiri. Bagi peserta didik, agar mereka
mengatahui seberapa jauh mereka telah berhasil dalam studi. Bagi
orang tua, agar mengetahui kemajuan belajar anaknya. Bagi guru,
pentingnya

untuk

menilai

dirinya

sendiri

dan

keefektifan

pembelajaran yang telah diberikannya. Dalam menjalankan peran ini,


seharusnya guru mampu melaksanakan dan mempergunakan tes-tes
yang telah dilakukan, melaksanakan tes formatif, sumatif, serta
memperkirakan perkembangn peserta didiknya.
d. Guru sebagai pemimpin.
Guru adalah pemimpin dalam kelas, sekaligus sebagai anggota
kelompok dari peserta didik. Banyak tugas yang sifatnya manajerial
yang harus dilakukan oleh guru, seperti memelihara ketertiban kelas,
mengatur rauangan, bertindak sebagai pengurus rumah tangga kelas,
serta menyusun laporan bagi pihak yang memerlukannya.
e. Guru sebagai petunjuk jalan kepada sumber-sumber.
Guru

berkewajiban

memungkinkan
Lingkungan

akan

sumber

menyediakan
memperoleh
itu

perlu

sebagai

sumber

yang

yang

kaya.

pengalaman

ditunjukkan,

kendatipun

hakikatnya anak sendiri yang berusaha menemukannya.

pada

70

Perhitungan yang dilakukan oleh peneliti, secara keseluruhan


pengelolaan pembelajaran telah dilakukan oleh guru selaku pelaksana
tindakan termasuk dalam kualifikasi cukup baik, lebih lengkapnya (lihat
lampiran 11da 12).
2. Siklus 2
Pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam
mengajar secara keseluruhan penyampaian bahan ajarnya berlangsung
dengan lancar, hal ini selaras dengan pendapat yang di kemukkan oleh
Hamalik (2003) mengajar adalah mnyampaikan pengetahuan kepada
siswa atau murid di sekolah.

Didalam pengertian ini scara eksplisit

disebutkan bahwa :
a.

Pengajaran di pandang sebagai persiapan hidup

b.

Pengajaran adalah suatu proses penyampaian

c.

Penguasaan penyampaian adalah tujuan utama

d.

Guru dianggap sebagai paling berkuasa

e.

Murid selalu bertindak sebagai penerima

f.

Pengajaran hanya berlangsung di ruangan kelas.


Guru yang di observasi sudah mempu melaksanakan semua

rencana tindakan yang telah dibuat dengan tepat sehingga interaksi


belajar berjalan dengan sesuai yang diharapkan dan pengalokasian waktu
yang sesuai dalam proses pembelajaran pun sudah baik. Perhatian guru
kepada semua kelompok siswa merata sehingga semua kelompok
bersemangat dalam kegiatan berkelompok, serta interaksi siswa dalam
kelompok berjalan dengan aktif, hal ini sesuai dengan pendapat Abdul

71

Kadir, (2002) belajar kooperatif merupakan satu strategi pengajaran dan


pembelajaran yang menggunakan kumpulan-kumpulan kecil yaitu
kelompok pelajar dengan memberi peluang untuk berinteraksi sesama
mereka di dalam proses pembelajaran. Dengan aktifnya siswa dalam
setiap kelompok mendiskusikan materi yag diberikan oleh guru maka
siswa dapat lebih memahami dan pendalaman materi lebih luas.
Setelah

dilakukan

perhitungan

oleh

peneliti

pengelola

pembelajran yang dilakukan oleh guru juga termasuk dalam kualifikasi


sangat baik hal ini terlihat pada keaktifan siswa yang meningkat sehingga
guru hanya membimbing siswanya dalam diskusi kelompok untuk
memecahkan suatu maslah pada proses pembelajaran PKn, sesuai dengan
Depdiknas (2005:33) yang menyatakan bahwa tujuan PKn untuk setiap
jenjang pendidikan yaitu mengembangkan kecerdasan warga Negara
yang diwujudkan

melalui

pemahaman

keterampilan

social

dan

intelektual, serta berprestasi dalam memecahkan masalah di lingkungan.


Hasil pembelajaran berlangsung lebih lengkap ada di lampiran 13 dan 14.
Strategi pembelajaran dengan pemecahan masalah dapat diterapkan :
a.

Manakala guru menginginkan agar siswa tidak hanya sekedar dapat


mengingat

materi

pelajaran

akan

tetapi

menguasai

dan

memahaminya secara penuh.


b.

Apabila guru bermasksud untuk mengembangkan keterampilan


keterangn berpikir rasional siswa, yaitu kemampuan menganalisis
situasi, menerapkan pengetahuan yang mereka miliki dalam situasi
baru, mengenal adanya perbedaan anyata fakta dan pendapat, serta

72

mengembangkan kemampuan dalam membuat judgment

seara

objektif.
c.

Manakala guru mengingnkan kemampuan siswa untuk memecahkan


maslah serta membuat tantangan intelektual siswa.

d.

Jika guru ingin mendorong siswa untuk lebih bertangug jawab dalam
belajarnya.

e.

Jika guru ingin agar siswa memahami hubungan antara apa yang
dipelajarai dengan kenyataan dalam kehidupannya (hubungan antara
teori dengan kenyataan).

B. Aktivitas Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Group


Investigation
1. Siklus 1
Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian terhadap aktivitas
siswa diperoleh data bahwa tidak semua siswa antusias mengikuti
pelajaran terutama pada aspek aktif dalam mengerjakan tugas. Hanya
siswa yang tergolong pandai saja yang aktif mengerjakan tugas, hal ini
menunjukkan bahwa kegiatan berkelompok siswa belum sepenuhnya
berhasil.
Secara keseluruhan aktivitas siswa di kelas selama pembelajaran
dengan

menggunkan

model

pembelajaran

Group

Investigation

berlangsung termasuk dalm kualifikasi belum terpenuhi dengan baik,


lebih lengkapnya ada di lampiran.
2. Siklus 2

73

Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian terhadap aktivitas


siswa diperoleh data bahwa semua siswa terlihat antusias mengikuti
pelajaran, keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas terutama dalam
mengerjakan tugas LTS sudah terlihat, hal ini menunjukkan bahwa
kegiatan berkelompok siswa sudah berhasil. Secara keseluruhan aktifitas
siswa di kelas selama pembelajaran PKn berlangsung termasuk dalam
kualifikasi baik, lebih lengkapnya ada di lamiran.
Sikap dan minat siswa merupakan aspek yang sangat berpengaruh
terhadap keterlibatan siswa secara efwktif dalam belajar. Menurut
MeLeod dan Rayes, (Ratumanan dan Laurens, 2003) sikap merupakan
persepsi tentang diri sendiri, orang lain, objek atau ide-ide. Sikap positif
terhadap sesuatu menyebabkan perasaan mampu dan diri bermanfaat serta
keyakinan akan kamampuan untuk berhasil jika bertanggung jawab dan
berusaha keras. Sedang minat berkaitan dengan kecendrungan hati
(keinginan) terhadap sesuatu. Minat terhadap pelajaran tertentu akan
mendorong tindakan positif siswa untuk menekuni dan meningkatkan
intensitas belajar pada pelajaran.
Jika dilihat dari afektif siswa pada siklus 2 sudah memiliki
beberapa kecakapan yaitu:
a. Kecakapan mengenal diri yang meliputi kesadaran sebagai makhluk
Tuhan, kesadaran akan eksistensi diri dan kesadaran akan potensi
73

dirinya.
b. Kecakapan

berpikir

meliputi

kecakapan

menggali

informasi,

mengolah informasi, mengambil keputusan dan memecahkan masalah.

c. Kecakapan social meliputi komunikasi lisan, komunikasi tertulis dan


kecakapan bekerjasama.
d. Kecakapan akademis meliputi kecakapan melaksanakan penelitian,
mengidentifikasi variable dan menghubungkan variable. (Depdiknas,
2003).

C. Hasil Belajar PKn dengan Menggunakan Model

Pembelajaran

Kooperatif Group Investigation.


Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif
Group investigation dapat meningkatkan hasil belajar PKn di kelas XI SMA
Negeri 1 Marabahan. Ini terbukti dengan dilaksanakannya selama 2 siklus,
hasil belajar yang meningkat dari sebelumnya ,prestasi belajar siswa pada
siklus 1 belum memenuhi indikator keberhasilan penelitian yang telah
ditetapkan. Ketuntasan belajar siswa secara klasikal hanya sebanyak 42,85 %
atau 12 orang siswa dari keseluruhan jumlah siswa dan termasuk dalam
kualifikasi cukup baik dengan nilai rata-rata siswa adalah 62,35. Meningkat
pada siklus 2 Prestasi belajar siswa memenuhi indikator keberhasil dari
penelitian yang telah ditetapkan. Ketuntasan belajar siswa secara klasikal
adalah sebesar 92,86 % atau 26 orang siswa dari jumlah siswa keseluruhan
dan termasuk dalam kualifikaasi baik dengan nilai rata-rata siswa 78,92. Hal
ini selaras dengan pendapat yang di kemukakan oleh (Abdul Kadir, 2002)
bahwa model pembelajaran kooperatif menciptakan sebuah revolusi
pembelajaran di kelas. Tidak ada kelas yang sunyi selama proses
pembelajaran, karena pembelajaran dapat dicapai ditengah-tengah percakapan

antara siswa. Guru dapat menciptakan suatu lingkungan kelas yang baru
tempat siswa secara rutin dapat saling membantu satu sama lain, guna
menuntaskan bahan ajar pada akademiknya.
Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah
pada siklus 2 telah mencapai indikikator keberhasilan lebih baik
dibandingkan dengan pada siklus 1 untuk materi Menapaki Jalan Terjal
Penegakan Hak Asasi Manusia di Indonesia, dimana nilai yang diperoleh
siswa yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah baik untuk
diterapkan dalam proses pembelajaran. Perbedaan ketuntasan hasil belajar
dapat dilihat pada gambar berikut :

Siswa yang diajarkan

dengan model pembelajaran

Group

Investigation (GI) pada siklus 2 mendapatkan hasil yang lebih tinggi Karen
dalam pembelajaran

Group Investigation (GI) siswa dilatih untuk

menghadapi masalah dan memecahkannya secara terampil. Pembelajaran ini


juga merangsang siswa untuk berfikir secara kreatif dan menyeluruh. Mereka
juga tidak merasa tegang dan bosan pada saat pembelajaran ini dibuktikan

76

dengan meningkatnya hasil belajar dan kerja kelompok yang semakin baik
dan mereka merasa senang dengan pembelajaran ini.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah lakukan pada
bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif Tipe GI dapat meningkatkan prestasi belajar pada
siswa kelas XI SMA Negeri 1 Marabahan Tahun Ajaran 2013/2014. Indikator
peningkatan prestasi belajar siswa antara lain :
a. Siswa antusias dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran PKn,
keaktifan

siswa

dalam

mengikuti

pembelajaran

menunjukkan

peningkatan.
c. Siswa menyadari bahwa kerjasama dalam kelompok penting untuk
menyelesaikan suatu tugas bersama. Dengan kerjasama dalam kelompok
mereka dapat memberikan pengalaman, menemukan dan menjelaskan
segala hal yang mereka pikirkan dan membuka diri terhadap yang
dipikirkan oleh teman mereka. Hal ini menyebabkan interaksi antar siswa
dalam kelompok kooperatif meningkat.
d. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat
meningkatkan hasil belajar pada

siswa kelas XI SMA Negeri 1

Marabahan Tahun Ajaran 2013/2014. Hal ini bisa dilihat dari hasil
evaluasi yang menunjukkan peningkatan pencapaian Hasil belajar siswa
dari awalnya 42,85 % atau 12 Orang (pada siklus I) meningkat menjadi
92,86 % atau 26 Orang (pada siklus II).

77

78

B. Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi yang telah dikemukakan, maka
dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut :

1. Kepada Siswa disarankan


a. Siswa hendaknya mempunyai kesadaran akan pentingnya prestasi
belajar

dan

meningkatkan

berusaha
minat

untuk
belajar

meningkatkannya
dan

keaktifannya

dengan
dalam

cara
proses

pembelajaran.
b. Siswa hendaknya mampu memiliki ketrampilan berkomunikasi yang
baik dimana hal ini pada akhirnya akan sangat bermanfaat bagi siswa.
c. Siswa diharapkan tidak mudah putus asa ketika mengalami hambatan
dalam belajar dan dapat bekerjasama dalam arti yang positif, baik
dengan guru maupun dengan siswa yang lain dalam proses belajar
mengajar.
2. Kepada guru PKn
a.

Guru diharapkan senantiasa meningkatkan kemampuannya dalam


mengembangkan dan menyampaikan materi serta dalam mengelola
kelas, sehingga kualitas pembelajaran dapat terus meningkat seiring
dengan peningkatan kemampuan yang dimilikinya.

b.

Kepada guru yang belum menerapkan model pembelajaran


kooperatif Tipe Group Investigation dapat menerapkan model
tersebut dalam kegiatan belajar mengajar yang tentunya disesuaikan
dengan materi dan kondisi siswa.

79
c.

Guru diharapkan mampu memberikan motivasi pada siswa untuk


belajar dengan menimbulkan minat yang ada dalam diri siswa,
sehingga siswa akan belajar dengan rasa senang tanpa harus dipaksa.

3. Kepada sekolah disarankan agar dapat lebih memperhatikan fasilitasfasilitas yang menunjang dalam kegiatan pembelajaran. Hendaknya
mendorong dan memotivasi guru untuk selalu berusaha mengembangkan
model dan metode pembelajaran yeng merangsang siswa untuk aktif dan
lebih mudah dalam memahami materi pembelajaran.
4. Bagi peneliti lain disarankan agar dapat menambah keilmuan khususnya
pada penggunaan model pembelajaran Kooperatif Group Investigation
dalam penelitian.
5. Bagi Prodi PKn adalah agar dapat memberikan arahan tentang modelmodel pembelajaran khususnya model pembelajaran Kooperatif Group
Investigation, sehingga dapat menciptakan lulusan yang cerdas, kreatif
dan inovatif serta berkualitas.

DAFTAR RUJUKAN
Anonim, 2008. Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Departemen
Pendidikan Nasional, Jakarta.
Arikunto, 2002. Metodelogi Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arsyad, 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Grafindo Persada.
Depdiknas, 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Dimyati & Mujiono, 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. PT Rineka Cipta.
Djamarah, 1994. Prestasi Belajar dan Prestasi Guru. Surabaya. Usaha Nasional.
Hamalik Oemar, 1989. Media Pendidikan. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
Hamid Darmadi, 2013. Urgensi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di
perguruan tinggi. Bandug: Alfabeta.
Harsoyo, 2002. Teknologi Pengajaran. Banjarmasin: Media Kampus Press
Jihad, Asep. Haris, Abdul, 2012 Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi
Presindo
Presiden RI, 2003. Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Cemerlang.
Rohani Ahmad, 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta. PT Rineka Cipta.
Sadiman, dkk, 2002. Media Pendidikan. Jakarta: Pustekkom dikbud dan PT Raja
Grafindo.
Sardiman, 2001. Interaksi& Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo.
Setyobroto sudinyo, 2000. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Gramedia.
Slameto 1995. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineke Cipta.
Sobry,Sutikno, 2014. Metode dan Model-model Pembelajaran. Lombok:
Holistica.
Sudijono, 2003. Pengantar Statistika Pendidikan. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
User Usman, 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdekarya.
Wahyu, 1996. Bimbingan Penulisan Skripsi. Bandung :Tarsito.

............, 2006. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: UNLAM Banjarmasin.


Yuyus,Kardiman dkk, 2014. Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan untuk
SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Erlagga.

80

Anda mungkin juga menyukai