dapat dilihat dari sistem pendidikannya, Pendidikan merupakan usaha sadar yang kualitas pendidikannya, baik dari kualitas dilakukan seseorang untuk menjadi pribadi tenaga pengajarnya maupun kualitas pesertayang lebih baik dan mengembangkan potensi didiknya. Oleh sebab itu, pendidikan sangat yang dimilikinya agar dapat bermanfaat bagi dibutuhkan bagi manusia sebagai proses dirinya sendiri maupun orang lain dalam pengajaran dan pelatihan agar mencapai kehidupannya. Pendidikan bertujuan untuk tujuan tersebut. Proses pengajaran yang baikmembantu para siswa dalam harus mengacu pada kurikulum yang mengembangkan potensi yang dimilikinya. berlaku. Kurikulum adalah rangkaian rencanaDengan menempuh pendidikan, seseorang isi yang akan menjadi sejumlah tahapan dapat terhindar dari rendahnya kemampuan belajar yang didesain untuk siswa dengan kognitif dan kemiskinan. Pendidikan menjadi petunjuk institusi pendidikan yang isinya pembeda antara seseorang dengan orang berupa proses. Kurikulum yang berlaku di yang lainnya, dilihat dari pengetahuan, Indonesia saat ini adalah Kurikulum Tingkat kemampuan dan keterampilan yang Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP merupakan dimilikinya sehingga dapat meningkatkan Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN WUJUD BENDA Gina Rosarina1, Ali Sudin, Atep Sujana3 123 Program Studi PGSD Kelas UPI Kampus Sumedang Jl. Mayor Abdurachman No. 211 Sumedang 1Email: ginarosarina@gmail.com 2Email: alisudin03@gmail.com 3Email: atepsujana261272@gmail.com Abstrak Berdasarkan pengamatan awal di SDN Gudangkopi I pada umumnya siswa mengalami kesulitan dalam menguasai materi perubahan wujud benda. Penguasaan konsep, kegiatan pembuktian dan aplikasi yang menjadi keharusan dalam belajar IPA tidak nampak dalam pembelajaran. Kondisi ini diakibatkan dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru belum maksimal sehingga berdampak kurang baik pada hasil belajar siswa. Secara spesifik PTK ini betujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menerapkan model discovery learning. Dalam pelaksanaannya PTK terdiri dari tiga siklus, tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, analisis dan refleksi. Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan, dapat direkomendasikan bahwa dengan menerapkan model discovery learning merupakan suatu alternatif untuk meningkatan hasil belajar siswa, khususnya pada materi perubahan wujud benda. Peningkatan ini dilihat dari persentase ketuntasan tiap siklus. Siswa yang dinyatakan tuntas pada siklus I berdasarkan hasil tes ada 7 siswa (26,92%), siklus II menjadi 17 siswa (65,38%) dan siklus III 23 siswa (88,46%). Kata kunci : discovery learning, hasil belajar, perubahan wujud bendabuatan. 372 mampu menjaga maupun menggunakan apaGina Rosarina, Ali Sudin, Atep Sujana yang ada di alam semesta ini secara baik dan salah satu bentuk perkembangan pendidikan bijaksana, sehingga tidak merusaknya”. yang memberikan kesempatan kepada Selain itu, IPA bertujuan membantu siswa sekolah dan satuan pendidikan untuk untuk memperkirakan apa yang akan terjadi mengembangkan kurikulum sesuai dengan di masa depan, disertai dengan cara potensi, tuntutan, dan kebutuhan masing- mengatasinya sehingga siswa kemampuan masing. KTSP diterapkan pada satuan intelektual yang dimiliki siswa tidak hanya pendidikan, dalam praktiknya pendidikan untuk sesaat tetapi untuk jangka panjang dapat berlangsung dalam lingkungan formal, (Trefil dalam Sujana, 2014). Tujuan lain dari informal, dan nonformal. Khusus pada Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah untuk pendidikan formal terdapat beberapa memperoleh keyakinan terhadap Tuhan jenjang pendidikan di negeri ini yang terdiri Yang Maha Esa berdasarkan alam semesta dari sekolah dasar (SD), sekolah menengah ini, menerapkan perkembangan konsep Ilmupertama (SMP), sekolah menengah atas Pengetahuan Alam (IPA), mengembangkan (SMA) dan perguruan tinggi (PT). Proses rasa ingin tahun siswa, mengembangkan pembelajaran dari setiap jenjang tersebut keterampilan proses pengetahuan siswa, tentunya memperhatikan fase memberikan pemahaman kepada siswa perkembangan dan tingkat kemampuan bahwa dirinya terlibat dalam menjaga alam setiap peserta didik seperti kognitif, semesta dan menghargai apa yang ada di psikomotor dan afektif. Khususnya pada alam ini, dan memperoleh pengetahuan jenjang sekolah dasar (SD) kemampuan tentang Ilmu Pengetahuan (IPA) agar dapat kognitifnya akan berbeda dengan jenjang lebih dikembangkan pada jenjang pendidikanpendidikan yang lebih tinggi lainnya. Proses selanjutnya. Yang menjadi keharusan dalam pembelajaran materi IPA pada sekolah dasar pembelajaran IPA adalah adanya penguasaan akan lebih sederhana dan berkaitan dengan konsep, kegiatan pembuktian dan aplikasi. kehidupan sehari-hari. Hal itu dimaksudkan Pada prosesnya pembelajaran IPA agar pembelajaran lebih bermakna dan siswa dilaksanakan dengan melakukan observasi, lebih memahami dengan baik. eksperimen atau praktikum, serta penarikan Salah satu materi yang diajarkan di SD adalah kesimpulan yang melibatkan peran siswa di mata pelajaran IPA. Hal itu dikarenakan dalamnya. Jika siswa dilibatkan dalam prosespendidikan IPA merupakan salah satu pembelajaran, diharapkan mampu wahana yang dianggap paling tepat untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, dan menanamkan pengetahuan, sikap, dan membiasakan siswa agar mampu keterampilan pada peserta didik melalui memecahkan masalah yang ada di proses pembelajaran. Ilmu Pengetahuan kehidupannya sehari-hari. Alam (IPA) atau sains merupakan ilmu Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)pengetahuan yang mempelajari tentang adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari seluruh alam semesta beserta isinya dan seluruh bagian dari alam semesta yang termasuk semua peristiwa-peristiwa yang bertujuan untuk memperoleh pemahaman terjadi di dalamnya, baik itu berupa fakta- serta mengolah pemahaman tersebut untuk fakta, konsep-konsep maupun prinsip-prinsip mengetahui suatu penyebab, dampak yang yang semuanya terorganisir dan sistematis ditimbulkan, serta penjelasan dari sebuah sehingga menjadi suatu proses untuk kejadian atau gejala yang muncul di alam. memproduksi pengetahuan. Menurut Sujana Hakikatnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) (2014) “Manfaat IPA bagi peserta didik adalah sebagai produk, artinya melalui IPA adalah untuk memberikan pemahaman mengenai bagaimana kita sebagai manusia 373 siswa dapat menghasilkan sesuatu, baik itu seperti banyak yang tidak memperhatikan ilmu yang baru ataupun sebuah karya. Hal itu proses pembelajaran dengan mengobrol, diperoleh melalui proses kegiatan analisis. mengganggu teman lainnya. Selain itu guru Selain sebagai produk, IPA juga dapat terlihat tidak mempedulikan reaksi siswa dikatakan sebagai proses, kemampuan ketika proses pembelajaran berlangsung, keterampilan siswa dalam memperoleh karena guru terlalu fokus pada buku sumber pengetahuan itulah yang disebut IPA sebagai yang digunakan. Dengan permasalahan- proses. Sedangkan IPA sebagai sikap ilmiah permasalahan tersebut pada akhirnya adalah bagaimana para ahli bersikap dalam mengakibatkan siswa tidak memahami mencari ilmu pengetahunan sains dan materi dan pembelajaran menjadi tidak mengembangkannya. bermakna. Permasalahan-permasalahan Namun pada pelaksanaannya, pembelajaran tersebut mempengaruhi hasil belajar siswa. IPA belum sesuai dengan apa yang telah Siswa kelas IV SDN Gudang Kopi I berjumlah dikemukakan diatas. Seperti di beberapa 27 siswa. Dari 27 siswa tersebut hanya ada 4sekolah ditemukan beberapa permasalahan orang yang mampu mencapai KKM pada yang berkaitan dengan pembelajaran IPA. materi perubahan wujud benda. Dengan Misalnya yang berkaitan dengan fasilitas, KKM yang ditentukan adalah 72. Apabila media, sumber bahan ajar, bahkan tenaga dihitung dalam bentuk persentase, siswa pengajar pun masih mengalami yang tuntas yaitu hanya 4 orang atau 14,81% permasalahan. sedangkan yang tidak tuntas mencapai 23 Hal-hal orang atau 85,18%. tersebut Berdasarkan permasalahan yang terdapat mengakibatkan proses pembelajaran IPA di pada data awal tersebut, telah jelas bahwa sekolah menjadi kurang bermakna dan pada perlu adanya tindakan untuk mengatasinya, akhirnya mempengaruhi hasil belajar siswa. yaitu guru harus mampu melakukan proses Untuk membuktikan kondisi pembelajaran pembelajaran dengan baik, bermakna IPA tersebut peneliti melakukan bahkan melakukan inovasi. Menurut Sa’ud pengambilan data awal pada kelas IV di SDN (2011) Inovasi adalah sesuatu perubahan Gudangkopi I. Pengambilan data awal di yang baru, berbeda dari hal yang sekolah sebelumnya, jauh lebih baik dan dilakukan tersebut dengan sengaja yang bertujuan untuk dilakukan meningkatkan kemampuan serta mencapai pada tujuan tertentu. Ada berbagai cara untuk pembelajaran IPA dengan materi yang melakukan inovasi dalam pendidikan, disampaikan adalah tentang perubahan misalnya saja dengan menerapkan model, wujud benda. Setelah melakukan observasi, media, metode, strategi, bahkan pendekatanditemukan masalah-masalah pada kinerja pembelajaran yang bertujuan agar guru dan aktivitas siswa yang tidak pembelajaran lebih menarik dan tidak terasamendukung berhasilnya proses membosankan bagi peserta didik. Dalam pembelajaran. Berbagai permasalahan yang dunia pendidikan, baik model, media, muncul diantaranya adalah ketika guru metode, strategi dan pendekatan banyak menjelaskan materi tersebut guru hanya sekali macamnya. Namun dalam menggunakan satu buku sumber tanpa menentukannya kita harus mengetahui menggunakan media maupun multimetode terlebih dahulu karakteristik dan kecocokan sebagai penunjang agar siswa memahami antara inovasi yang akan kita lakukan denganmateri. Kemudian guru terlihat kurang permasalahan yang kita hadapi. menguasai materi sehingga dengan kinerja guru yang seperti itu membuat siswa menjadi pasif, tidak tertarik pada proses pembelajaran yang sedang berlangsung, serta kondisi kelas yang tidak kondusif Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) 374 memahami dan mampu mengembangkan aspek kognitif Gina Rosarina, Ali Sudin, Atep Sujana yang Dari berbagai jenis model pembelajaran yang dimilikinya ada, peneliti memilih menerapkan model (Suryosubroto, 2009). Melalui model discovery learning. Discovery learning discovery learning siswa menjadi lebih dekat merupakan suatu model pemecahan dengan apa yang menjadi sumber masalah yang akan bermanfaat bagi anak belajarnya, rasa percaya diri siswa akan didik dalam menghadapi kehidupannya di meningkat karena dia merasa apa yang telahkemudian hari. Penerapan model discovery dipahaminya ditemukan oleh dirinya sendiri, learning ini bertujuan agar siswa mampu kerjasama dengan temannya pun akan memahami materi perubahan wujud benda meningkat, serta tentunya menambah dengan sebaik mungkin dan pembelajaran pengalaman siswa (Putrayasa, 2014). lebih terasa bermakna, sehingga hasil belajar Maka dari itu, secara umum permasalahan siswa pun akan meningkat. Karena model dalam discovery learning ini dalam prosesnya penelitian menggunakan kegiatan dan pengalaman ini langsung sehingga akan lebih menarik adalah perhatian anak didik dan memungkinkan bagaimana pembentukan konsep-konsep abstrak yang perencanaan mempunyai makna, serta kegiatannya pun pembelajaran lebih realistis (Ilahi, 2012). Kegiatan dengan penemuan yang dilakukan oleh manusia itu menerapkan model discovery learning pada sendiri dan dilakukan secara aktif akan materi perubahan wujud benda kelas IV SDNmemberikan hasil yang paling baik, serta Gudang Kopi I Kecamatan Sumedang Selatan akan lebih bermakna bagi dirinya sendiri Kabupaten Sumedang, bagaimana (Bruner dalam Sujana, 2014). Model pelaksanaan penerapan model discovery discovery learning pun banyak memberikan learning pada materi perubahan wujud kesempatan bagi para anak didik untuk benda kelas IV SDN Gudang Kopi I terlibat langsung dalam kegiatan belajar, Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten kegiatan seperti itu akan lebih Sumedang, dan bagaimana peningkatan hasil membangkitkan motivasi belajar, karena belajar siswa setelah penerapan model disesuaikan dengan minat dan kebutuhan discovery leraning pada materi perubahan mereka sendiri. Model discovery learning ini wujud benda kelas IV SDN Gudang Kopi I menitikberatkan pada kemampuan mental Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten dan fisik para anak didik yang akan Sumedang. memperkuat semangat dan konsentrasi METODE PENELITIAN mereka dalam melakukan kegiatan Metode pembelajaran. Adapun tahapan model Penelitian ini dilaksanakan dengan discovery learning, terdiri dari observasi menggunakan metode penelitian kelas (PTK). untuk menemukan masalah, merumuskan PTK adalah cara guru memperbaiki proses masalah, mengajukan hipotesis, pembelajaran yang mereka lakukan dengan merencanakan pemecahan masalah melalui mengevaluasi pengalaman guru itu sendiri percobaan atau cara lain, melaksanakan (Wiriaatmadja, 2006). Sedangkan menurut pengamatan dan pengumpulan data, analisis (Sanjaya, 2009) PTK adalah proses data, dan menarik kesimpulan atas menyelesaikan masalah-masalah yang percobaan yang telah dilakukan atau muncul di dalam pembelajaran dengan penemuan. Jika siswa dilibatkan secara melakukan tindakan yang nyata dan terus-menerus dalam pembelajaran terencana, kemudian menganalisis hasil dari penemuan, maka siswa akan lebih tindakan tersebut. Meningkatkan kualitas pembelajaran adalah salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru profesional. Dalam melaksanakan PTK harus 375 sebenarnya terjadi sebagaimana adanya, didukung oleh kondisi guru atau pemimpin bukan data yang sekedar terlihat, terucap, sekolah yang kondusif, artinya perlu tetapi data yang mengandung makna di balikdukungan dari berbagai pihak agar PTK ini yang terlihat dan terucap tersebut. Dalam dapat berhasil. penelitian kualitatif, pengumpulan data tidak PTK berkembang dari penelitian tindakan dipandu oleh teori, tetapi dipandu oleh fakta yang dapat diartikan sebagai suatu bentuk yang ditemukan pada saat penelitian di penelitian reflektif dan kolektif yang lapangan. Oleh karena itu analisis data yangdilakukan oleh peneliti dalam situasi sosial dilakukan bersifat induktif berdasarkan fakta-untuk meningkatkan penalaran praktik sosial fakta yang ditemukan dan kemudian dapat mereka. Tujuan umum dari penelitian dikonstruksikan menjadi hipotesis atau teori.tindakan kelas ini adalah untuk Pengertian metode penelitian kualitatif meningkatkan proses pembelajaran serta adalah metode yang dilakukan pada saat hasil belajarnya. Selain itu, penelitian kondisi terjadi secara alamiah (tanpa tindakan kelas (PTK) bermanfaat bagi guru, rekayasa), peneliti memiliki peran utama, siswa, lembaga sekolah dan perkembangan teknik pengumpulan data dilakukan secara teori pendidikan (Sanjaya, 2009). Manfaat gabungan, analisis data bersifat indukti, hasilPTK untuk guru yaitu mampu meningkatkan penelitiannya pun lebih menekankan pada kualitas pembelajaran yang menjadi makna daripada secara keseluruhan tanggung jawabnya, melalui perbaikan dan (Sugiyono, 2005). peningkatan kinerja, maka akan tumbuh Lokasi Penelitian kepuasan dan rasa percaya diri yang dapat Lokasi penelitian tindakan kelas untuk dijadikan sebagai modal untuk terus- menerapkan model discovery learning ini menerus meningkatkan kemampuan dan dilaksanakan di SDN Gudang Kopi I pada kinerjanya, keberhasilan PTK dapat siswa kelas IV Kecamatan Sumedang berpengaruh terhadap guru lain, PTK juga Kabupaten Sumedang. dapat mendorong guru untuk memiliki sikap Subjek Penelitian professional, dan guru akan selalu mengikuti Subjek penelitian ini adalah siswa dan siswi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. kelas IV yang berjumlah 27 orang. Selain untuk guru, PTK juga bermanfaat Instrumen Penelitian untuk siswa, diantaranya melalui PTK dapat Instrumen penelitian yang digunakan adalahmengurangi bahkan menghilangkan rasa lembar observasi, pedoman wawancara, jenuh dalam mengikuti proses pembelajaran, catatan lapangan dan format penilaian tes PTK dapat berpengaruh positif terhadap hasil belajar. Observasi dilakukan untuk pencapaian hasil belajar siswa. Guru-guru mengumpulkan data dengan melakukan yang kreatif dan inovatif dengan selalu pengamatan terhadap kegiatan yang berupaya meningkatkan hasil belajar siswa, berlangsung, segala sesuatu yang terjadi secara langsung akan membantu sekolah pada proses pembelajaran tersebut. yang bertanggung jawab dalam Wawancara dilakukan terhadap guru yang penyelenggaraan pendidikan untuk mendidik bersangkutan. Pedoman wawancara ini siswanya. PTK pun dapat menjembatani berupa pertanyaan-pertanyaan kepada guru antara teori dan praktik. mengenai kegiatan belajar mengajar, Pengolahan data yang digunakan dalam mengenai kesulitan-kesulitan mengajar yangpenelitian ini adalah metode penelitian dialami oleh guru tersebut. Catatan lapangankualitatif. Kriteria dalam penelitian kualitatif adalah data yang pasti, yaitu data yang Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) 376 tindakan selama tiga siklus akhirnya target Gina Rosarina, Ali Sudin, Atep Sujana penelitian dapat tercapai. Target penelitian digunakan selama proses pembelajaran, dan ini meliputi target proses dan target hasil. berfungsi untuk mencatat apa saja yang Pemaparan hasil proses terdiri dari 2 terjadi ketika model discovery learning ini kegiatan, yaitu kinerja guru dan aktivitas diterapkan. Dan bentuk tes tertulis ini yaitu siswa. Adapun paparan data yang diperoleh berupa tes essay atau uraian. Tes ini terdiri selama proses belajar-mengajar adalah hasildari sejumlah pertanyaan dalam bentuk observasi kinerja guru, hasil observasi uraian yang harus dijawab dalam bentuk aktivitas siswa dan ketuntasan hasil belajar uraian tertulis atau berupa kalimat-kalimat siswa. Setiap yang diobservasi beserta hasilbebas yang disusun sendiri. Tes tertulis belajar siswa harus mencapai target yang berfungsi untuk mengukur kemampuan telah ditentukan setelah dilakukannya tentang suatu konsep atau kinerja. tindakan. Target tersebut adalah 85%. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Kinerja guru dibagi kedalam 2 bagian, yaitu Teknik pengolahan data yang digunakan oleh kinerja guru pada saat menyusun rencana peneliti, sesuai dengan instrumen yang telah pembelajaran dan pada saat pelaksanaan ditentukan, yaitu observasi, wawancara, pembelajaran. Adapun persentase yang catatan lapangan dan tes. Data yang diolah diperoleh pada hasil observasi kinerja guru dalam penelitian ini merupakan data dalam merencanakan pembelajaran adalah pelaksanaan tindakan dan data hasil belajar 74%. Sedangkan pada siklus II aspek-aspeksiswa. Data pelaksanaan tindakan yang yang belum dilaksanakan menjadi berkurang.dimaksud pada penelitian ini mengenai Hal tersebut membuat peningkatan pada proses berlangsungnya penerapan model hasil observasi kinerja guru saat discovery learning pada materi perubahan merencanakan pembelajaran, yakni wujud benda yang diperoleh dari hasil mencapai persentase 89%. Selanjutnya observasi, wawancara, dan catatan lapangan. mengalami peningkatan kembali setelah Sedangkan hasil belajar siswa diperoleh dari dilakukannya tindakan hingga ketiga kalinya,penilaian setelah kegiatan pembelajaran yakni mencapai persentase 96%. Sedangkanyang diperoleh dari format observasi dan tes untuk kinerja guru dalam melaksanakan tertulis. Sedangkan analisis data adalah pembelajaran pada siklus I adalah 60%, siklusproses mencari, menyusun secara sistematis II 82%, dan siklus III 98%. Pada tahap data yang diperoleh berdasarkan teknik perencanaan guru menyusun RPP dengan pengolahan data sehingga temuannya dapat memperhatikan standar kompetensi dan dipahami dan diinformasikan kepada orang kompetensi dasar untuk merumuskan tujuanlain (Bogdan dalam Sugiyono, 2005). pembelajaran. Kemudian guru melakukan Langkah-langkah menganalisis data terdiri pemilihan materi ajar yang akan digunakan dari reduksi data, penyajian data dan pada pembelajaran. Selanjutnya menyusun kesimpulan (Sugiyono, 2007). langkah kegiatan pembelajaran dengan HASIL DAN PEMBAHASAN menerapkan tahapan dalam menggunakan Penelitian mengenai penerapan model model discovery learning, disertai dengan discovery leraning pada materi perubahan LKS dan soal serta kunci jawaban untuk wujud benda secara keseluruhan berdampak mengevaluasi siswa sehingga dapat positif terhadap peningkatan hasil belajar mengukur dan mengetahui hasil belajar siswa kelas IV SDN Gudangkopi I. Hal ini siswa. Setelah dilakukan perencanaan diketahui berdasarkan data-data yang pembelajaran, kinerja guru dalam diperoleh dari pelaksanaan semua siklus dari melaksanakan pembelajaran pemaparannyasiklus I sampai siklus III. Setelah dilakukan 377 mengikuti pembelajaran dengan sungguh- adalah sebagai berikut. Pertama guru sungguh, menyelesaikan setiap tugas yang mengkondisikan siswa untuk siap belajar dan diberikan tepat waktu. Aspek sikap sosial memberikan apersepsi kepada siswa serta terdiri dari, Ikut terlibat aktif pada setiap menyampaikan tujuan pembelajaran. kegiatan, menghargai setiap pendapat yang Kemudian guru menghubungkan apersepsi dikemukakan. Aspek mengemukakan yang diberikan kepada masalah yang akan pendapat terdiri dari memiliki keberanian diberikan kepada siswa untuk dicari solusi berbicara di depan siswa lain, menyampaikan penyelesaiaan masalah tersebut serta pendapat dengan suara yang lantang. Dan menginformasikan tugas-tugas kepada siswa. aspek bekerjasama dengan orang lain terdiriUntuk mencari solusi pemecahan masalah dari, menyelesaikan tugas dengan baik, yang telah diberikan sebelumnya dan disiplin selama kegiatan diskusi dan proses menyelesaikan tugas-tugas tersebut, guru pembelajaran. Pada siklus I, pada umumnyamembagi siswa kedalam 4 kelompok dengan indikator dari keempat aspek tersebut yang masing-masing anggota kelompok berjumlah belum dilaksanakan adalah ikut terlibat aktif 6-7 orang, kelompok ini berbeda anggotanya pada setiap kegiatan, memiliki keberanian dari kelompok yang dibentuk pada siklus I. berbicara di depan siswa lain, dan belum Selanjutnya setiap kelompok diberi LKS oleh disiplin selama kegiatan diskusi dan proses guru untuk diselesaikan dengan teman satu pembelajaran berlangsung. Namun, pada kelompoknya dan guru berkeliling untuk siklus II siswa sudah mulai ikut terlibat aktif memantau proses penyelesaian LKS pada setiap kegiatan. Hanya saja untuk tersebut. Selain itu guru juga membantu keberanian berbicara di depan siswa lain siswa memberi penguatan terhadap konsep belum terlalu nampak, ada beberapa siswa yang telah dipahami oleh siswa. Kemudian yang sudah berani berbicara di depan. pada akhir pelaksanaan guru melakukan Selama proses pembelajaran siklus II evaluasi terhadap pembelajaran yang telah berlangsung pun sudah ada peningkatan dilakukan dan membantu siswa untuk terhadap kedisiplinan siswa, hal tersebut merefleksi semua proses pembelajaran yang terlihat pada nilai persentase aktivitas siswa.telah dilaluinya. Sedangkan pada siklus III, hampir seluruh Selain itu, untuk aktivitas siswa berdasarkan siswa sudah mulai berani berbicara di depandata yang telah diperoleh, selama tiga siklus siswa lain, bahkan kedisiplinan siswa jauh ini telah mengalami peningkatan dari setiap lebih meningkat dibandingkan dengan siklus-siklusnya. Rangkuman hasil observasi siklus sebelumnya. Namun, meskipun secara aktivitas siswa selama tiga siklus adalah keseluruhan aktivitas sudah jauh lebih baik sebagai berikut. Siklus I mencapai persentase dibandingkan ketika siklus I dilaksanakan yang cukup baik yakni 73%. Pada siklus II masih saja ada siswa yang belum memiliki mengalami peningkatan hingga mencapai keberanian yang penuh untuk berbicara di persentase, yaitu 81%. Setelah dilakukan depan siswa lain, dan kedisiplinannya pun tindakan pada siklus III, aktivitas siswa masih belum begitu baik. Hal tersebut mengalami peningkatan kembali, yaitu dikarenakan karakter siswa yang tentunya mencapai 96%. Aspek yang dijadikan berbeda-beda, tidak semua siswa akan penilaian pada observasi aktivitas siswa dengan mudah mengikuti pembelajaran dalam pembelajaran tentang perubahan dengan sebaik mungkin. Walaupun begitu wujud benda ini adalah aspek tanggung penilaian terhadap aktivitas siswa yang jawab, sikap sosial, mengemukakan dilaksanakan selama tiga siklus tetap pendapat, dan bekerjasama dengan orang mengalami peningkatan hingga mencapai lain. Aspek tanggung jawab terdiri dari target yang telah ditentukan. Selain itu, siswa Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) 378 Gina Rosarina, Ali Sudin, Atep Sujana Selanjutnya berdasarkan temuan essensial juga lebih cepat dalam menyelesaikan tugas pada siklus III, pelaksanaan pembelajaran yang ada dalam LKS. dengan model discovery learning meningkat Hasil belajar pada penelitian ini terus dan dapat dikatakan sangat memuaskan. mengalami peningkatan yang cukup baik Hal ini dapat dilihat dari aktivitas siswa dan pada setiap siklusnya, karena penelitian ini penilaian hasil belaja. Pada aktivitas siswa, dilakukan berlandaskan teori perkembangan seperti mengutarakan dan menyanggah kognitif yang dikembangkan oleh Jean Piaget pendapat sudah terjadi dengan sangat baik, bahwa siswa SD pada usia 7-11 tahun berada siswa mau menerima pendapat orang lain, pada periode operasional konkrit. Artinya, mau bekerja sama dalam kelompok, pembelajaran yang diberikan pada siswa SD dominasi kelompok siswa tertentu tidak dengan usia tersebut harus bersifat konkrit nampak lagi, serta berbagai kegiatan yang (nyata). Keberhasilan ini dapat dibuktikan dari dilakukan oleh setiap siswa dilakukan dengan berbagai data pelaksanaan tindakan dari siklus I penuh tanggungjawab. Dan pada saat sampai siklus III. Adapun penilaian hasil belajar presentasi siswa sudah dapat melakukan siswa dalam siklus I adalah sebanyak 7 siswa atau dengan baik, mau mendengarkan, juga 26,92% yang telah mencapai nilai kriteria menerima pendapat temannya, serta ketuntasan minimal, sedangkan 19 siswa atau mampu memberikaan alasan terhadap hasil 73,07% yang belum mencapai nilai kriteria presentasinya. Selain itu keberhasilan ketuntasan minimal, yang tentunya masih jauh pembelajaran pada siklus III ini dibuktikan dari yang diharapkan. Berdasarkan temuan dengan meningkatnya setiap aspek penilaian pada siklus II, pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan, baik aspek proses dengan model discovery learning dikatakan maupun hasil belajar. Hasil belajar pada cukup memuaskan. Guru melakukan siklus III ini sangat memuaskan, karena perbaikan pembelajaran berdasarkan hasil terdapat 23 siswa atau 88,46% yang nilainya analisis dan refleksi pada siklus sebelummya. mencapai kriteria ketuntasan minimal, dan Dimana guru dapat memotivasi siswa dengan ada 3 orang atau 11,53% yang nilainya belum memberikan penguatan, menjelaskan materi mencapai kriteria ketuntasan minimal. Dari maupun pembentukan kelompok dilakukan persentase tersebut, maka penilaian dengan dipahami oleh siswa. Hal ini terhadap hasil belajar siswa sudah mencapai ditunjukkan saat siswa bekerja dalam target 85%. Karena menurut (Suryosubroto, kelompoknya, aktivitas siswa sudah 2009) Siswa dapat melanjutkan meningkat dibandingkan pada pembelajaran pembelajaran ke materi selanjutnya jika hasil sebelumnya. Dalam mengerjakan LKS pun dari pembelajaran sebelumnya sudah sebagaian besar kelompok sudah dapat mencapai 85% dari KKM. Dengan demikian mengerjakan permasalahan yang harus pembelajaran dengan menggunakan model diselesaikan. Namun dalam discovery leraning pada materi perubahan mempresentasikan hasil diskusi masih wujud benda pada siklus III ini sudah sesuai didominasi oleh siswa yang pintar. Adapun dengan harapan. penilaian hasil belajar pada siklus II ini Berdasarkan data diatas, seluruh poin yang mengalami peningkatan dibanding dengan menjadi penilaian penelitian sudah mencapai hasil belajar pada siklus I, siswa yang nilainya target, bahkan melebih target yang telah mencapai kriteria ketuntasan minimal ditentukan. Kinerja guru, aktivitas siswa dan bertambah menjadi 17 siswa atau 65,38% hasil belajar mencapai target pada siklus III. dan yang belum mencapai nilai kriteria Selama proses penelitian, peneliti ketuntasan minimal ada 9 orang atau menemukan beberapa temuan pada 34,61%. Sehingga siklus II mengalami peningkatan dari siklus I, yakni 38,46%. 379 pengalaman langsung, melakukan penelitian ini. Temuan-temuan yang pengamatan, memahami hasil pengamatan, diperoleh selama melakukan penelitian di hingga menerapkan konsep. Dengan antaranya bahwa dalam pembelajaran IPA, demikian alternatif pemecahan masalah tidak semua materi dapat disampaikan yang diambil dengan menerapkan model dengan metode ceramah saja, tetapi ada discovery leraning untuk mengatasi masalah beberapa materi yang memerlukan metode, yang ditemukan ternyata dapat menjawab strategi, pendekatan ataupun model hipotesis yang sudah peneliti buat. pembelajaran yang bervariasi sehingga SIMPULAN membuat siswa untuk lebih aktif dan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan termotivasi untuk belajar. Guru hendaknya pada siswa kelas IV SDN Gudangkopi I banyak memberikan rangsangan kepada Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten siswa agar mau berinteraksi dengan Sumedang pada materi perubahan wujud lingkungan secara aktif, mencari dan benda dengan penerapan model discovery menemukan berbagai hal dari lingkungan. learning diperoleh kesimpulan pada Dari temuan itulah peneliti memilih model perencanaan, pelaksanaan, dan peningkatandiscovery learning, karena melalui model hasil belajar siswa. Perencanaan tersebut siswa melakukan percobaan, bagi pembelajaran dengan model discovery anak usia Sekolah Dasar (SD) pembelajaran learning untuk meningkatkan hasil belajar akan lebih menarik dengan percobaan, siswa tentang materi perubahan wujud karena dengan percobaan siswa melakukan benda di kelas IV SDN Gudangkopi I, penemuan sendiri, tidak hanya teori yang perencanaan pembelajaran dapat dibuat diterima siswa namun ada kesinambungan secara optimal sesuai dengan tahapan modeldan pembuktian antara teori dengan fakta. discovery learning. Adapun tahapannya Pemaparan diatas sesuai dengan kelebihan- adalah sebagai berikut: a) Observasi untuk kelebihan model discovery learning yang menemukan masalah, b) Merumuskan diungkapkan oleh (Ilahi, 2012) yaitu model masalah, c) Mengajukan hipotesis, d) ini kegiatan dan pengalaman dilakukan Merencanakan pemecahan masalah melalui secara langsung sehingga lebih menarik percobaan atau cara lain, e) Melaksanakan perhatian anak didik untuk belajar dan percobaan, f) Melaksanakan pengamatan memungkinkan pembentukan konsep- dan pengumpulan data, g) Analisis data, dankonsep abstrak yang mempunyai makna, h) Menarik kesimpulan atas percobaan yang serta memberi banyak kesempatan bagi telah dilakukan atau penemuan. Setelah siswa untuk terlibat langsung dalam kegiatan dilaksanakan tindakan hingga tiga siklus, belajar. Penerapan model discovery learning kinerja guru terhadap perencanaan disesuaikan dengan teori konstruktivisme pembelajaran mencapai target yang telah Bruner yang mencakup gagasan belajar ditentukan dengan persentase 97%. sebagai proses aktif dimana pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran dengan tersebut mampu membentuk ide-ide baru menerapkan model discovery learning untuk berdasarkan apa pengetahuan mereka saat meningkatkan hasil belajar siswa tentang ini serta pengetahuan masa lalu mereka. sumber daya alam di kelas IV SDN Dengan model ini pun dapat merubah apa Gudangkopi I, pada setiap siklusnya yang awalnya siswa pahami secara abstrak dilakukan delapan tahap dalam model menjadi konkrit. Pembelajaran dengan discovery learning. Pada bagian pelaksanaanmenerapkan model discovery learning pun dibagi menjadi dua, yaitu kinerja guru dan secara tidak langsung sudah melaksanakan apa yang sebenarnya harus ada dalam pembelajaran IPA, yaitu memberikan Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) Hasil belajar siswa pada materi perubahan wujud benda setelah diterapkannya model discovery learning pada pembelajaran tersebut, untuk menilai hasil belajarnya, yakni sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Adapun tujuan pembelajaran tersebut adalah siswa dapat menjelaskan pengertian perubahan wujud benda dengan benar, membedakan jenis perubahan wujud benda yang terjadi dengan benar, menjelaskan empat cara mempercepat proses perubahan wujud benda dengan benar, menyebutkan lima macam perubahan wujud benda dengan benar, dan menjelaskan faktor yang mempengaruhi perubahan wujud benda dengan benar. Berdasarkan hasil tes akhir pembelajaran didapat data bahwa pada siklus I siswa yang tuntas mencapai 26,92%, sedangkan siklus II mencapai 65,38%, dan siklus III mencapai 88,46%. DAFTAR PUSTAKA Putrayasa, I., Syahruddin, H. & Margunayasa, I. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Ipa Siswa, II(1), hlm 1-11. Sanjaya, Wina. (2009). Penelitian tindakan kelas. Jakarta: Kencana. Sa’ud, Udin. (2011). Inovasi pendidikan. Bandung: ALFABETA. 380 Sugiyono. (2005). Gina Rosarina, Ali Sudin, Atep Sujana Memahami aktivitas siswa. Kinerja guru pada penelitian pelaksanaan ini setelah melaksanakan tiga kualitatif. Bandung: ALFABETA. siklus mencapai target yang telah ditentukan Sujana, A. (2014). Pendidikan IPA, Bandung:dengan persentase yang dicapai yaitu 97%. Rizqi Press. Adapun aktivitas siswa selama pelaksanaan Suryosubroto. yang diamati dan dinilai adalah (2009). mengemukakan pendapat, tanggung jawab, Proses sikap sosial, dan bekerjasama dengan orang belajar lain. Setelah menjalani tindakan hingga tiga mengajar di sekolah. Jakarta: PT. RINEKA siklus aktivitas siswa juga telah mencapai CIPTA. target yang telah ditentukan yakni dengan Wiriaatmadja, persentase mencapai 96%. Rochiati. (2005). Metode penelitian tindakan kelas. Bandung: PT.