Anda di halaman 1dari 8

p-ISSN.

2355-0813
e-ISSN. 2579-4078

MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA


SISWA KELAS VIII MTs. YAPPI JETIS SAPTOSARI GUNUNGKIDUL
MELALUI PENGGUNAAN MEDIA ALAT PERAGA IPA

Rahman Afriyanto dan Widowati Pusporini


Program Studi Pendidikan IPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta
Email : kapret91@ymail.com

ABSTRACT

The purpose of this research was to determine the learning process IPA through
the use of the science props, so as to enhance the creativity and learning outcomes
of science students of class VIII MTs.YAPPI Jetis Saptosari Gunungkidul the
academic year 2016 / 2017. This type of research is the Classroom Action Research
(CAR). The results showed that after learning through of the science props,
creativity and learning outcomes IPA increased. This can be demonstrated by an
increase in average based on the percentage of students’ creativity observation
sheet for each cycle, in the first cycle 21,67% and the second cycle 62,50%. Based
on the results of tests of learning with the science props seen before by the action
and after getting action. Improving students learning occurs on the average value
of the capability is 56,68 increased to 74,42 at the end of the first cycle and
increased again to 86,83 at the end of the second cycle. It can be concluded that
learning IPA through the use of the science props can improve creativity and
students learning outcomes.

Keywords: Viewer tool IPA, Creativity, and Learning outcomes.

PENDAHULUAN salah satu polemik yang dihadapi


Pendidikan Nasional yang bangsa Indonesia antara lain rendahnya
berdasarkan Pancasila dan Undang- kualitas pendidikan, kurangnya
Undang Dasar Negara Republik motivasi belajar siswa dalam mengikuti
Indonesia Tahun 1945 berfungsi pelajaran sehingga hasil belajar belum
mengembangkan kemampuan dan mencapai Kriteria Ketuntasan
membentuk watak serta peradaban Minimum (KKM). Selain itu
bangsa yang bermartabat dalam rangka kurangnya perhatian dari pemerintah
mencerdaskan kehidupan bangsa. untuk memperbaiki dan meningkatkan
Pendidikan bertujuan untuk sarana dan prasarana seperti
mengembangkan potensi siswa agar laboratorium tidak standar, kurangnya
menjadi manusia yang beriman dan bahan ajar, penggunaan teknologi dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha informasi yang tidak memadahi dan
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, sebagainya (Waspita, 2016: 3).
cakap, kreatif, mandiri dan Keberhasilan program pendidikan
bertanggung jawab (Trianto, 2015: 3). melalui proses belajar mengajar di
Permasalahan pendidikan merupakan sekolah sebagai lembaga pendidikan
NATURAL: JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN IPA, Volume 4 No 1 bulan Maret 2017
34
p-ISSN. 2355-0813
e-ISSN. 2579-4078

formal sangat dipengaruhi oleh guru cenderung menggunakan metode


beberapa faktor yaitu siswa, kurikulum, pembelajaran konvensional yakni
tenaga kependidikan, biaya, sarana dan ceramah, tanya jawab dan pemberian
prasarana setra faktor lingkungan. tugas. Menurut Wina Sanjaya (2011:
Apabila faktor-faktor tersebut dapat 147) model pembelajaran konvensional
terpenuhi sudah tentu akan adalah cara menyajikan pelayanan
memperlancar proses belajar mengajar, melalui peraturan secara lisan atau
yang akan menunjang pencapaian hasil pelajaran langsung. Model
belajar yang maksimal yang pada pembelajaran konvensional sampai
akhirnya akan meningkatkan mutu sekarang masih menjadi alternatif
pendidikan. utama yang digunakan guru untuk
IPA merupakan salah satu mata mengajar padahal dalam kerangka
pelajaran yang masih dianggap sulit pembelajaran IPA siswa mesti
dipahami oleh siswa. Hal ini dapat dilibatkan secara mental, fisik dan
dilihat dari tabel Rekap Nilai sosial untuk membuktikan dan
Kelompok Kerja Kepala Madrasah menemukan sendiri tentang kebenaran
Tasanawiyah MTs. YAPPI Jetis teori dan hukum-hukum yang telah
Saptosari di bawah ini. dipelajarinya melalui proses ilmiah.
Jika hal ini tidak tercakup dalam proses
Tabel 1 Rekap Nilai Kelompok Kerja pembelajaran dapat dipastikan
Kepala Madrasah Tasanawiyah MTs. penguasaan konsep pembelajaran akan
YAPPI Jetis Saptosari Tahun kurang dan akan menyebabkan
Pelajaran 2015 / 2016 rendahnya kreativitas dan hasil belajar
Mata siswa yang pada akhirnya akan
Jumlah Rata-rata
Pelajaran mengakibatkan rendahnya mutu
Bahasa pendidikan (Utami Munandar, 1992:
3056,00 61,12 25-26).
Indonesia
Bahasa Dari berbagai masalah yang ada
2088,00 41,76 tentunya guru memiliki peranan yang
Inggris
IPA 2182,50 43,65 sangat penting dalam usaha
IPS 2666,00 53,32 peningkatan belajar IPA, sehingga
tujuan pembelajaran dapat tercapai
Berdasarkan hasil observasi dan secara maksimal. Upaya untuk
wawancara dengan guru pengampu mengatasi masalah di atas guru dapat
mata pelajaran IPA di MTs. YAPPI menggunakan model yang dapat
Jetis Saptosari Gunungkidul diketahui digunakan untuk memberikan
bahwa terdapat kendala dalam pengalaman secara langsung kepada
pelaksanaan pembelajaran IPA. Salah siswa agar mendapatkan pembelajaran
satu kendala adalah penguasaan materi yang lebih menyenangkan dan
oleh siswa masih tergolong rendah dan bermakna serta mengutamakan
kurangnya antusias siswa dalam proses kreativitas siswa dan memberi
kegiatan belajar mengajar, siswa lebih kesempatan siswa untuk membuktikan
cenderung menerima apa saja yang dan menemukan sendiri tentang
disampaikan oleh guru, diam dan kebenaran teori dan hukum-hukum
enggan mengemukakan pertanyaan yang telah dipelajarinya melalui proses
maupun pendapat. Hal ini dikarenakan ilmiah, sehingga dapat
oleh pembelajaran yang dilakukan oleh mengembangkan potensinya secara
maksimal. Metode pembelajaran yang
NATURAL: JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN IPA, Volume 4 No 1 bulan Maret 2017
35
p-ISSN. 2355-0813
e-ISSN. 2579-4078

dimaksut adalah menggunakan media melalui hasil belajar dan indikatornya


alat peraga. Pembelajaran dengan yang dapat diukur dan diamati.
melalui media alat peraga sangat cocok Penilaian proses dan hasil belajar itu
diterapkan pada pembelajaran IPA, saling berkaitan satu dengan lainnya,
karena dapat mempelajari, mengetahui hasil belajar merupakan akibat dari
dan mengenal konsep IPA serta suatu proses belajar.
diharapkan siswa dapat menyelesaikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA),
persoalan dengan baik dan benar. merupakan bagian dari Ilmu
Kreativitas merupakan hal yang Pengetahuan atau Sains yang semula
sangat penting dalam pembelajaran, berasal dari Bahasa Inggris science.
dan guru dituntut untuk Kata science sendiri berasal dari kata
mendemonstrasikan dan menunjukkan dalam Bahasa Latin scientia yang
proses kreativitas tersebut. Enco berarti saya tahu. Science terdiri dari
Mulyasa (2011: 51), mengemukakan social science (Ilmu Pengetahuan
bahwa “kreativitas merupakan sesuatu Sosial) dan natural science (Ilmu
yang bersifat universal dan merupakan Pengetahuan Alam) dalam Trianto
ciri aspek dunia kehidupan di sekitar (2015: 136).
kita. Kreativitas ditandai oleh adanya Secara umum IPA dipahami
kegiatan menciptakan sesuatu yang sebagai ilmu yang lahir dan
sebelumnya tidak ada dan dilakukan berkembang lewat langkah-langkah
oleh seseorang atau adanya observasi, perumusan masalah,
kecenderungan untuk menciptakan peumusan hipotesis, pengajuan
sesuatu”. hipotesis melalui eksperimen,
Adapun Guilford dalam Yusuf penarikan kesimpulan, serta penemuan
Abu al-Hijaj (2010: 18-19), teori dan konsep. Dapat pula dikatakan
mendifinisikan kreativitas sebagai bahwa hakikat IPA adalah ilmu
kontemplasi dalam bingkai yang lebih pengetahuan yang mempelajari gejala-
terbuka, yang hasilnya memiliki gejala melalui serangkaian proses yang
keistimewaan yang tidak ada duanya. dikenal dengan proses ilmiah yang
Yaitu, berupa berbagai macam jawaban dibangun atas dasar sikap ilmiah dan
yang tidak ditentukan oleh data-data hsianya terwujud sebagai produk
yang diberikan. Begitu banyak model ilmiah yang tersusun atas tiga
definisi yang berhubungan dengan komponen terpenting berupa konsep,
kreativitas. prinsip dan teori yang berlaku secara
Menurut Trianto (2015: 124), umum (universal).
hasil belajar adalah proses pemberian Berdasarkan uraian di atas yang
nilai terhadap hasil-hasil belajar yang menjadi rumusan masalah dalam
dicapai dengan menggunakan kriteria penelitian ini adalah sebagai berikut:
tertentu. Evaluasi proses menggunakan 1. Bagaimana proses pembelajaran
instrument non tes, sedangkan evaluasi IPA melalui penggunaan media alat
produk menggunakan instrument tes. peraga, sehingga dapat
Hasil belajar tersebut pada hakikatnya meningkatkan kreativitas siswa
merupakan pencapaian kompetensi- kelas VIII MTs. YAPPI Jetis
kompetensi yang mencakup aspek Saptosari Gunungkidul tahun
pengetahuan, ketrampilan, sikap dan pelajaran 2016 / 2017?
nilai-nilai yang diwujudkan dalam 2. Bagaimana proses pembelajaran
kebiasaan berpikir dan bertindak. IPA melalui penggunaan media alat
Kompetensi tersebut dapat dikenali peraga, sehingga dapat
NATURAL: JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN IPA, Volume 4 No 1 bulan Maret 2017
36
p-ISSN. 2355-0813
e-ISSN. 2579-4078

meningkatkan hasil belajar IPA cukup dapat dipercaya untuk


siswa kelas VIII MTs. YAPPI Jetis digunakan sebagai alat pengumpul
Saptosari Gunungkidul tahun data, karena instrumen tersebut sudah
pelajaran 2016 / 2017? baik. Reliabilitas menunjuk pada
tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel
METODE PENELITIAN artinya, dapat dipercaya, jadi dapat
Jenis penelitian yang digunakan diandalkan (Suharsimi Arikunto, 2011:
adalah Penelitian Tindakan Kelas 221).
(PTK). Penelitian tindakan kelas Teknik Pengambilan Data
adalah bagaimana sekelompok guru penelitian ini bersumber dari interaksi
dapat mengorganisasi kondisi praktik antara peneliti dengan siswa dalam
pembelajaran mereka, dan belajar dari pembelajaran IPA.
pengalaman mereka sendiri. Guru 1. Teknik Observasi
dapat mencobakan suatu gagasan Teknik observasi dilakukan
perbaikan dalam praktik pembelajaran, secara langsung untuk mencatat
dan melihat pengaruh nyata dari upaya kegiatan siswa selama proses
itu (Rochiati Wiratmaja, 2005: 13). pembelajaran IPA di MTs. YAPPI
Tempat penelitian ini Jetis Saptosari Gunungkidul kelas
dilaksanakan di Kelas VIII MTs. VIII.
YAPPI Jetis Saptosari Gunungkidul 2. Teknik Angket
tahun pelajaran 2016 / 2017. Penelitian Teknik angket digunakan
ini dilaksanakan pada semester ganjil untuk memperoleh data tentang
tahun pelajaran 2016 / 2017. Tindakan kreativitas siswa dan persentase
yang dilaksanakan dalam penelitian ini kenaikan kreativitas siswa dari
sebagai upaya meningkatkan siklus I ke siklus II dan siklus
kreativitas dan hasil belajar IPA Siswa selanjutnya. Angket dibagikan
Kelas VIII MTs. YAPPI Jetis kepada semua siswa kelas VIII
Saptosari Gunungkidul tahun pelajaran setiap siklus berakhir. Data dari
2016 / 2017. angket ini untuk memperkuat data
Menurut Suharsimi Arikunto yang diperoleh berdasarkan lembar
(2011: 59), “sebuah tes dapat dikatakan observasi.
valid apabila dapat dengan tepat 3. Teknik Tes
mengukur apa yang hendak diukur’. Teknik Tes digunakan untuk
Sebuah item dikatakan valid jika mengumpulkan data hasil belajar
memiliki daya dukung terhadap skor IPA siswa sesudah penerapan model
total yang positif dan signifikan pembelajaran melalui penggunaan
terhadap keseluruhan tes. Uji validitas media alat peraga.
butir tes menggunakan rumus korelasi 4. Teknik Dokumentasi
product moment sedangkan uji Teknik dokumentasi
reliabilitas instrument menggunakan dilakukan untuk mengumpulkan
rumus KR-20. Teknik analisis data data kemampuan awal siswa yang
untuk angket kreativitas siswa berupa nilai ulangan harian.
menggunakan rumus persentase,
sedangkan untuk tes hasil belajar IPA HASIL PENELITIAN
dilakukan dengan menghitung nilai DAN PEMBAHASAN
rata-rata kelas. Hasil uji validitas butir tes dari
Reliabilitas menunjuk pada suatu hasil kreativitas siswa meningkat pada
pengertian bahwa suatu instrumen
NATURAL: JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN IPA, Volume 4 No 1 bulan Maret 2017
37
p-ISSN. 2355-0813
e-ISSN. 2579-4078

Siklus I, dan Siklus II dapat dilihat pada IPA lebih banyak dan benar, serta siswa
tabel di bawah ini. yang mengerjakan soal tahap demi
tahap sebesar 85%. Ini dikarenakan
Tabel 2 Perbandingan Kreativitas peneliti melakukan pembelajaran
Siswa pada Siklus I dan Siklus II melalui media alat peraga IPA,
Berdasarkan Lembar Observasi sehingga siswa nantinya diharapkan
Persentase dapat mengerjakan soal-soal IPA
Aspek yang Dari 32 Siswa dengan tahap demi tahap agar dapat
No
diamati Siklus Siklus menyelesaikan suatu masalah dalam
I II soal. Aspek yang paling rendah adalah
Siswa yang indikator 4 dan 6, yang masing masing
1. 15 % 45 % sebesar 10% pada Siklus I. Hal ini
bertanya
Siswa yang dikarenakan beberapa siswa malu
mengerjakan untuk bertanya apalagi menanggapi
2. soal IPA 55 % 85 % hasil pendapat dari teman. Serta aspek
lebih banyak indikator nomor 6 yaitu siswa cepat
dan benar mengetahui jika ada kesalahan dalam
Siswa yang mengerjakan soal dan berusaha
3. menyampaik mencari solusinya, pada aspek ini siswa
20 % 40 % masih cenderung kurang kreatif.
an pendapat
Siswa yang Tes hasil belajar IPA siswa
menanggapi diberikan setelah tindakan Siklus I dan
dan Siklus II. Untuk nilai pra tindakan
4. 10 % 60 % diambil dari nilai ulangan harian.
menghargai
pendapat Berikut disajikan tabel dan grafik nilai
teman kemampuan awal siswa dan nilai siswa
Siswa yang setelah Siklus I dan Siklus II.
mengerjakan
5. 20% 85%
soal tahap
demi tahap
Siswa cepat
mengetahui
jika ada Tabel 3 Daftar Nilai Kemajuan Siswa
kesalahan Pra Siklus Siklus
Indikator
dalam Siklus I II
6. 10% 60% Jumlah
mengerjakan 29 32 32
soal dan Siswa
berusaha Nilai Siswa
5 23 31
mencari > 70
solusinya Persentase 17,24 71,87 96,87
Rata-rata 21,67% 62,50% Ketuntasan % % %
Wenny Kriesti Puspitasari (2014, 58) Nilai Rata-
56,68 74,42 86,83
rata Siswa
Berdasarkan tabel di atas terlihat Wenny Kriesti Puspitasari (2014,60)
aspek yang paling tinggi pada siklus I
dan II adalah aspek nomor 2 dan nomor Data di atas terlihat bahwa
5, yaitu siswa yang mengerjakan soal peningkatan hasil belajar siswa dapat

NATURAL: JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN IPA, Volume 4 No 1 bulan Maret 2017


38
p-ISSN. 2355-0813
e-ISSN. 2579-4078

dilihat dari meningkatnya persentase IPA, peningkatan terjadi pada


ketuntasan siswa yang memenuhi setiap Siklus.
KKM sebesar sebesar 17,24% atau 5 Dengan demikian dapar
siswa yang memenuhi KKM dengan disimpulkan bahwa kreativitas
rata-rata nilai 56,68 kemudian pada siswa dapat meningkat sesuai
hasil tes Siklus I persentase ketuntasan indikator keberhasilan melalui
meningkat menjadi 71,87% atau 23 penggunaan media alat peraga
siswa yang memenuhi KKM dengan IPA dan melalui penggunaan
nilai rata-rata 74,42 dan pada hasil tes media alat peraga IPA dapat
Siklus II persentase ketuntasan meningkatkan kreativitas IPA
meningkat menjadi 96,87% atau 31 siswa.
siswa yang memenuhi KKM dengan b. Hasil Belajar Siswa
nilai rata-rata 86,83 dari 32 siswa yang Pada pra tindakan
mengikuti tes. Ini menunjukkan adanya digunakan rata-rata nilai ulangan
peningkatan pada persentase harian atau pra siklus siswa,
ketuntasan siswa yang memenuhi diperoleh Persentase ketuntasan
KKM, serta telah memenuhi indikator sebesar 17,24% atau 5 siswa
keberhasilan yang ditentukan. yang memenuhi KKM dengan
Peningkatan hasil belajar siswa rata-rata nilai 56,68 kemudian
juga terjadi pada rata-rata nilai pada hasil tes Siklus I persentase
kemampuan awal yaitu 56,68 ketuntasan meningkat menjadi
meningkat menjadi 74,42 pada akhir 71,87% atau 23 siswa yang
Siklus I dan meningkat lagi menjadi memenuhi KKM dengan nilai
86,83 pada akhir Siklus II. Dari hasil rata-rata 74,42 dan pada hasil tes
tersebut dapat disimpulkan bahwa Siklus II persentase ketuntasan
pembelajaran IPA melalui penggunaan meningkat menjadi 96,87% atau
media alat peraga IPA dapat 31 siswa yang memenuhi KKM
meningkatkan hasil belajar siswa. dengan nilai rata-rata 86,83 dari
32 siswa yang mengikuti tes.
KESIMPULAN DAN SARAN Hasil kerja kelompok pada
1. Kesimpulan Siklus I terdapat 1 kelompok
Berdasarkan analisis data dan Good Team dan masing-masing 2
pembahasan hasil penelitian dengan kelompok Great Team dan Super
melaluipenggunaan media alat Team. Dan pada hasil kerja
peraga IPA pada siswa kelas VIII kelompok Siklus II semua
dapat disimpulkan sebagai berikut: kelompok mendapat kriteria
a. Kreativitas Siswa Super Team. Dengan penjabaran
Berdasarkan hasil analisis hasil setiap Siklus menunjukkan
data dapat disebutkan bahwa peningkatan hasil belajar
persentase kreativitas siswa minimal 5 poin dan persentase
meningkat dari Siklus I 21,67% ketuntasan klasikal meningkat
dan Siklus II menjadi 62,5%. dari setiap Siklus, serta
Dari kesimpulan hasil analisis mendapatkan penghargaan Super
menunjukkan bahwa kreativitas Team. Berdasarkan hasil tes
siswa mengalami peningkatan belajar, terlihat peningkatan hasil
sebesar 40,83% melalui belajar IPA sebelum diberi
penggunaan media alat peraga tindakan dan setelah
mendapatkan tindakan.
NATURAL: JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN IPA, Volume 4 No 1 bulan Maret 2017
39
p-ISSN. 2355-0813
e-ISSN. 2579-4078

Peningkatan hasil belajar siswa


terjadi pada rata-rata nilai Suharsimi Arikunto, Suharjono dan
kemampuan awal yaitu 56,68 Supardi. 2011. Penelitian
meningkat menjadi 74,42 pada Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi
akhir Siklus I dan meningkat lagi Aksara.
menjadi 86,83 pada akhir Siklus
II. Trianto. 2015. Model Pembelajaran
2. Saran Terpadu (Konsep, Strategi dan
Berdasarkan kesimpulan yang Implementasinya dalam
diperoleh dari penelitian di atas, Kurikulum Tingkat Satuan
maka peneliti mempunyai saran Pendidikan (KTSP)). Jakarta:
sebagai berikut: Bumi Aksara.
a. Untuk mendapatkan hasil belajar
yang optimal, guru dapat Utami Munandar. 2010.
menerapkan metode Mengembangkan Bakat dan
pembelajaran yang baru melalui Kreativitas Anak Sekolah:
penggunaan media alat peraga Petunjuk Bagi Para Guru dan
IPA dalam upaya meningkatkan Orang Tua. Jakarta: PT.
kreativitas dan hasil belajar IPA Gramedia Widiasarana.
siswa.
b. Bagi peneliti yang ingin Waspita. 2016. Pengaruh Model
melakukan penelitian yang Pembelajaran Kooperatif Tipe
sejenis, sebaiknya direncanakan Make A Match Terhadap Hasil
dengan matang, sehingga hasil Belajar IPA SISWA SMP Kelas
yang ingin dicapai dapat berhasil. VII Muhammadiyah 2 Mlati
Dalam penyampaian materi juga Sleman Tahun Pelajaran 2015 /
harus lebih menarik. Selain itu, 2016 (Jurnal Ilmiah)
efektifitas waktu pembelajaran Yogyakarta FP MIPA UST
perlu diperhatikan. Yogyakarta.

Wenny Kriesti Puspitasari. 2014.


REFERENSI Upaya Meningkatkan Kreativitas
dan Prestasi Belajar Matematika
Enco Mulyasa. 2011. Menjadi Guru Siswa Kelas X.1 melalui Model
Profesional (Menciptakan Pembelajaran Auditory
Pembelajaran Kreatif dan Intellectually Repetition (AIR)
Menyenangkan). Bandung: PT. SMA 1 Moga kabupaten
Remaja Posdakarya. Pemalang (Skripsi) Yogyakarta
FP MIPA UST Yogyakarta.
Rochiati Wiraatmaja. 2012. Model
Penelitian Tindakan Kelas. Wina Sanjaya. 2011. Strategi
Bandung: PT. Remaja Pembelajaran Berorientasi
Rosdakarya. Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana.
Suharsimi Arikunto. 2011. Dasar-
dasar Evaluasi pendidikan (Edisi Yusuf Abu al-Haijaj. 2010. 30 Kiat
Revisi). Meledakkan Kreativitas Anda.
Jakarta: Bumi Aksara.
NATURAL: JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN IPA, Volume 4 No 1 bulan Maret 2017
40
p-ISSN. 2355-0813
e-ISSN. 2579-4078

Kreatif atau Mati. Surakarta:


Ziyad Visi Media.

NATURAL: JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN IPA, Volume 4 No 1 bulan Maret 2017


41

Anda mungkin juga menyukai