Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagai seorang guru tentu saja menginginkan siswanya mendapatkan hasil belajar
yang maksimal dari kegiatan belajar mengajar di sekolah. hasil belajar tercermin dari kognitif
menyangkut kecerdasan atau intelektualitasnya, seperti pengetahuan yang dikuasai maupun
cara berpikir, afektif menyangkut aspek perasaan dan emosi, dan psikomotorik mencakup
kemampuan yang menyangkut ketrampilan fisik dalam mengerjakan atau menyelesaikan
sesuatu.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan


pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada
jenjang pendidikan dasar dimaksudkan untuk mengenal, menyikapi, dan mengapresiasi ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah
yang kritis, kreatif dan mandiri.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006 menetapkan bahwa Standar


Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD merupakan standar minimum yang
secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan
kurikulum di setiap satuan pendidikan.

Pelajaran IPA di tingkat Sekolah Dasar merupakan mata pelajaran yang mencakup
materi cukup luas. Guru diharuskan menyelesaikan target ketuntasan belajar siswa, sehingga
perlu perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode, media atau
alat peraga dan strategi belajar yang tepat. Guru harus mampu menciptakan suasana
pembelajaran yang menyenangkan selain dengan penggunaan metode dan strategi yang tepat,
guru juga harus mampu memahami karakteristik siswa dan memberikan rangsangan ke pada
siswa agar bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran IPA di Sekolah Dasar.

Dari hasil tes awal yang dilakukan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi
jenis-jenis sumber daya alam diperoleh hasil belajar yang kurang memuaskan, yaitu dari 16
siswa kelas IV yang mengalami ketidaktuntasan belajar sebanyak 10 siswa sisanya 6 siswa
mengalami ketuntasan belajar dengan nilai rata-rata kelas 56.
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa kelas IV SDN 02
KELAPA TUJUH belum mengalami ketuntasan belajar. Pembelajaran di kelas belum
memanfaatkan secara maksimal berbagai faktor yang dapat meningkatkan hasil belajar.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti mengkaji melalui Penelitian


Tindakan Kelas dengan judul “Upaya Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Tentang Jenis Sumber Daya Alam Dengan Menggunakan
Media Benda Konkret Di SDN 02 KELAPA TUJUH”.

B. Rumusan Masalah

Apakah dengan Penggunaan Media Benda Konkret Dapat Meningkatkan Hasil Belajar
IPA Dengan Materi Jenis Sumber Daya Alam Siswa Kelas IV SDN 02 KELAPA TUJUH
Kecamatan Kotabumi Selatan?.

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Untuk meningkatkan hasil Belajar IPA Dengan Materi Jenis Sumber Daya Alam Siswa
Kelas IV SDN 02 KELAPA TUJUH Kecamatan Kotabumi Selatan menggunakan benda
konkret.

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran


1. Bagi siswa
a. Meningkatkan hasil belajar siswa
b. Meigkatkan kualitas dalam penerapan kurikulum dan pengembangan kompetensi
siswa di sekolah
c. Memupuk dan meningkatkan keterlibatan, kegairahan, ketertarikan, kenyamanan,
kesenangan dalam diri siswa untuk mengikuti proses pembelajaran di kelas.
d. Memberikan bekal kecakapan berfikir ilmiah melalui keterlibatan siswa dalam
kegiatan penelitian perbaikan pemelajaran yang dilakukan oleh guru.

2. Bagi Guru
a. Guru memiliki kemampuan memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian
yang mendalam terhadap apa yang terjadi dikelasnya.
b. Guru dapat berkembang dan meningkatkan kinerjanya secara profesional, karena guru
mampu menilai, merefleksi diri, dan mampu memperbaiki pembelajaran yang
dikelolanya.
c. Guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif dalam mengembangkan pengetahuan
dan keterampilan sendiri.
d. Guru akan merasa lebih percaya diri.

3. Bagi Sekolah
a. Memberikan sumbangan pemikiran sebagai alternatif untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran di sekolah.
b. Sekolah memiliki bermacam-macam variasi model pembelajaran.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Depdiknas (dalam Andriana, 2014) menyatakan bahwa “Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, dan IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta tetapi disertai dengan konsep-
konsep, prinsip-prinsip yang merupakan suatu proses penemuan.

Menurut Samatowa (dalam Murti dkk, 2016) menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan
Alam adalah aktivitas anak yang melalui berbagai kegiatan nyata dengan alam menjadi hal
untama dalam pembelajaran IPA. Sedangkan menurut Damayanti (dalam Noorhafizah dan
Asmawati 2014) menyatakan bahwa pengembangan Ilmu Pengetahuan Alam sangat penting
agar usaha pencapaian tujuan pembelajaran dapat dilakukan dengan efektif. Dari
pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah pelajaran yang mengharapkan
siswa dapat terjun secara langsung dengan tahapan yang sistematis melalui berbagai macam
tahapan logis, dan berujung pada sebuah penemuan baru mengenai alam demi tercapai tujuan
pembelajaran yang efektif.

Tujuan pembelajaran IPA di SD adalah pemahaman terhadap disiplin IPA dan


keterampilan berkarya untuk menghasilkan suatu produk yang akan merefleksikan
penguasaan kompetensi seseorang sebagai hasil belajarnya Sukra (dalam Citrasmi dkk,
2016). Maka terlihat pembelajaran IPA diorentasikan kepada aktivitas siswa dan guru yang
mendukung konsep, prisip dan prosedur yang mendorong konsep pembelajaran yang
bermakna untuk hasil yang memuaskan.

IPA merupakan pelajaran yang diterima sejak jenjang pendidikan dasar sampai dengan
pendidikan menengah atas, adapun pengertian IPA menurut ahli, Permendiknas No. 22 tahun
2006 (dalam Suryanta dkk, 2014) menyatakan tentang Standar Isi mendifinisikan bahwa Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,
sehingga IPA tidak hanya berisi penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa faktafakta,
konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

Berdasarkan pengertian dan tujuan pembelajaran IPA maka guru perlu merancang
pelajaran yang mendorong siswa untuk mempunyai rasa keinginan untuk mengikuti
pembelajaran, menurut Damayanti (dalam Ramadani dkk, 2014) menyatakan bahwa kegiatan
pelajaran haruslah menantang menyenangkan, mendorong eksplorasi memberi pengalaman
sukses dan pengembangan kecakapan berfikir siswa. Oleh karena itu dalam proses
pembelajaran IPA di SD haruslah menekankan keaktifan siswa, yang tidak hanya
medengarkan ceramah dari guru, hal ini bertujuan untuk memberikan pengalaman yang lebih
kepada siswa untuk menanamkan konsep- konsep pelajaran IPA dari pengalaman siswa itu
sendiri.

B. Media Benda Konkret


1. Pegertian Metode

Menurut Ibrahim dan Nana Syaodih dalam Tri (2015: 3) menyatakan: bahwa “mediabenda
konkret adalah objek yang sesungguhnya yang akan memberikan rangsangan yang amat
penting bagisiswa dalam mempelajari berbagai hal, terutama yang
menyangkutpengembangan keterampilantertentu”. Pengertian media benda konkret juga
dapat diartikan alat peraga seperti yang dikemukakan oleh Subari dalam Tri (2015:3)
menyatakan: bahwa “alat peraga adalah alat yang digunakan oleh pengajar untuk
mewujudkan atau mendemonstrasikan bahan pengajaran guna memberikan pengertian atau
gambaran yang sangatjelas tentang pelajaran yang diberikan.

Selanjutnya juga menjelaskan bahwa ditinjau dari sifatnya alat peraga di bedakan
menjadi tiga, yaitu: alat-alat peraga yang asli, alat-alat peraga dari benda pengganti, alat-alat
yang terbuat dari benda abstrak. Berdasarkan tiga macam alat peraga yang disebutkan,
masing-masing mempunyai pengertian yang berbeda-beda. Pengertian yang berkaitan dengan
media benda konkret yaitu alat peraga yang asli, dimana menurut Subari “alat-alat peraga
yang asli maksudnya adalah benda-benda yang digunakan untuk alat peraga itu benda yang
sebenarnya.”

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa Benda


Konkret ini merupakan benda yang sebenarnya, benda/media yang membantu pengalaman
nyata peserta didik. Media benda konkret memiliki fungsi selain untuk memberi pengalaman
nyata dalam kehidupan siswa juga berfungsi untuk menarik minat belajar siswa.

2. Manfaat Media Benda Konkret

Penggunaan media konkret dalam proses pembelajaran membawa dampak yang sangat
luas terhadap pola pembelajaran tingkat sekolah dasar. Sebagian besar materi pembelajaran di
SD bersifat imajinatif baik rasional maupun tidak, baik yang menyangkut saintifik dan non
sains. Hal tersebut berbeda dengan pola pembelajaran sekolah kejuruan yang mutlak harus
menampilkan media asli ke dalam ruang belajar. Akan tetapi dengan luasnya bidang
pembelajaran di SD yang meliputi IPA, IPS, Matematika, Bahasa hingga keterampilan
sehingga menyulitkan kita apabila semua pembelajaran harus dilengkapi dengan media
asli. Sehingga timbul gagasan untuk memanipulasi benda asli agar menjadi media yang
mendekati asli. Hal tersebut akan memudahkan siswa untuk membangun struktur konsepnya
di otak. Secara rinci berikut manfaat dari media konkret

a. Memudahkan siswa dalam membangun struktur kognitif dalam membentuk


konsep.
b. Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran agar sesuai dengan program
yang sudah ditetapkan.
c. Mengefektifkan proses pembelajaran
d. Meningkatkan interaksi komponen pembelajaran

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa manfaat media
pembelajaran benda konkret yaitu: 1) Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis; 2)
Mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra; 3) Menimbulkan gairah belajar,
interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar; 4) Memungkinkan anak belajar
mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori & kinestetiknya; 5) Memberi
rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman & menimbulkan persepsi yang sama.

3. Kelebihan Media Benda Konkret


a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis (tahu kata- katanya,
tetapi tidak tahu maksudnya)
b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indra
c. Dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat dan bervariasi dapat
diatasi sikap pasif siswa
d. Dapat menimbulkan persepsi yang sama terhadap suatu masalah.

4. Kekurangan Media Benda Konkret

Menurut Mulyani Sumantri dan Johar Permana dalam Heryanto (2014: 17) kelemahan
media benda konkrit antara lain: memerlukan tambahan anggaran biaya pendidikan,
memerlukan ruang dan tempat yang memadai jika media tersebut berukuran besar, apabila
media yang diperlukan sulit didapat ditempat tersebut, maka akan menghambat proses
pembelajaran, baik guru atau siswa harus mampu menggunakan media pembelajaran tersebut.
Namun dari kelemahan penggunaan media benda konkret tersebut diatas, tidak akan
mengurangi manfaat atau memberikan dampak kerugian yang begitu besar terhadap proses
pembelajaran.

5. Langkah-langkah Pembelajaran Menggunakan Media Konkret


· Guru menunjukan media benda konkret
· Siswa diminta mengamati benda-benda tersebut
· Siswa diminta menyebutkan nama benda-benda konkret
· Guru menjelaskan bahwa benda-benda konkret tersebut merupakan jenis sumber
daya alam, ada yang dapat diperbaharui dan tidak dapat diperbaharui
· Siswa diminta mengamati benda-benda di dalam kelas, adakah diantara benda-benda
tersebut yang termasuk kedalam jenis sumber daya alam.
· Guru memberi penguatan.

C. Materi Jenis Sumber Daya Alam

Sumber daya alam merupakan kekayaan alam di suatu tempat yang dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan hidup. Berbagai jenis tumbuhan, hewan dan barang tambang
termasuk sumber daya alam. Setiap daerah memiliki sumber daya alam. Di daerahmu tentu
juga memilikinya. Sumber daya alam begitu banyak jenisnya. Semuanya bermanfaat bagi
manusia. Secara umum sumber daya alam dibagi menjadi dua, yaitu sumber daya alam yang
dapat diperbarui dan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui:

1. Sumber Daya Alam yang Dapat Diperbarui

Sumber daya alam yang dapat diperbarui yaitu sumber daya alam yang dapat dihasilkan
kembali (dilestarikan) setelah kita menggunakannya. Contohnya adalah berbagai jenis hewan
dan tumbuhan. Sumber daya alam yang selalu tersedia setiap saat di alam juga termasuk
sumber daya alam yang dapat diperbarui. Contohnya adalah air, tanah, dan udara. Berikut ini
adalah uraiannya:

a. Air

Air merupakan kebutuhan mutlak setiap orang. Artinya jika tidak ada air manusia akan mati.
Air dapat berupa air sumur, air sungai, air danau dan air laut. Air dapat dimanfaatkan untuk
kebutuhan sehari-hari kita. Seperti minum, mandi dan mencuci. Untuk kebutuhan ini
diperlukan air yang bersih. Di kota-kota besar sulit untuk mendapatan air bersih. Di sana air
sudah banyak yang tercemar. Bahkan untuk mendapatkan air bersih kita harus beli. Air dalam
jumlah yang banyak dapat dimanfaatkan untuk mengairi sawah, memelihara ikan,
pembangkit listrik, sebagai sarana transportasi dan olah raga.

b. Tanah
Tanah merupakan lapisan bumi yang paling atas. Tanah yang subur dapat dimanfaatkan
untuk menanam berbagai jenis tumbuhan. Tanah liat dapat dimanfaatkan untuk membuat
berbagai perabot rumah tangga, batu bata dan berbagai macam kerajinan.

c. Udara

Udara merupakan benda gas yang terdiri dari berbagai zat seperti oksigen dan
karbondioksida. Udara yang sehat mengandung banyak oksigen. Udara yang sehat
dibutuhkan manusia untuk bernafas. Di kotakota besar udaranya sudah banyak yang
tercemar. Udara juga dapat dimanfaatkan untuk kegiatan olah raga seperti terjun payung dan
gantole.

d. Tumbuhan

Tumbuhan atau tanaman dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu:

1. Tanaman pertanian
2. Tanaman perkebunan
3. Tanaman hutan
4. Tanaman air

e. Hewan

Hewan atau binatang dapat dibedakan menjadi tiga, yakni sebagai berikut.

1. Hewan liar
2. Hewan piaraan
3. Hewan ternak

2. Sumber Daya Alam yang Tidak Dapat Diperbarui

Sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui yaitu sumber daya alam yang tidak dapat
kita hasilkan kembali setelah kita menggunakannya. Sumber daya alam yang tidak dapat
diperbarui ada yang dapat dihasilkan kembali namun membutuhkan waktu yang sangat lama.
Sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui dapat dibedakan menjadi tiga, yakni sebagai
berikut:
a. Sumber daya alam mineral logam

Sumber daya alam yang termasuk mineral logam antara lain emas, perak, platina, besi,
timah, nikel, tembaga, aluminium, dan mangaan. Untuk mengambil sumber daya alam ini
dilakukan dengan cara menambang. Oleh karena itu sumber daya alam ini juga disebut
barang tambang. Negara kita merupakan negara yang kaya akan barang tambang tersebut.
Berbagai barang tambang tersebut dimanfaatkan antara lain untuk perhiasan, membuat kabel
dan berbagai perabot rumah tangga.

b. Sumber daya alam mineral bukan logam (batu-batuan)

Selain kaya akan barang tambang, Indonesia juga kaya akan batubatuan penunjang
industri. Misalnya, pasir kuarsa, batu kapur, marmer, kaolin, intan, mika, asbes, batu granit,
bentonit atau abu bumi, belerang, tras dan fosfat. Batu-batuan ini dapat dimanfaatkan untuk
bahan bangunan, perabot rumah tangga, kain, korek api, batu baterai dan pupuk.

c. Sumber daya energi

Sumber daya energi merupakan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan sebagai
penghasil tenaga atau bahan bakar. Sumber daya energi di Indonesia meliputi minyak bumi,
gas alam, batu bara, panas bumi dan tenaga surya. Indonesia merupakan negara pengekspor
sumber daya energi terutama minyak bumi dan gas alam. Untuk mendapatkan minyak bumi,
gas alam dan batu bara dilakukan pengeboran dan pertambangan. Minyak bumi yang sudah
diolah akan menghasilkan bensin (premium), solar, minyak tanah (kerosin), avtur (bahan
bakar pesawat terbang), pelumas mesin atau oli, plastik, lilin dan aspal. Sedangkan gas alam
setelah diolah akan menghasilkan LNG (Liquefied Natural Gas/gas alam cair) dan LPG
(Liquefied Petroleum Gas/gas alam yang dimampatkan). LNG sering digunakan sebagai
bahan pembuat pupuk. Sedangkan LPG atau elpiji sering digunakan sebagai bahan bakar
kompor. Untuk batu bara dapat dimanfaatkan pula sebagai bahan bakar baik rumah tangga
maupun untuk industri/pabrik.

D. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku dalam bidang kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Kemampuan siswa dalam ranah tersebut menentukan keberhasilan siswa dalam
mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan yang diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.

Menurut Abdurrahman (2013:14) ‟Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak
setelah kegiatan belajar”.Menurut Usman dalam Asep Jihad (2013:16) menyatakan “Hasil
belajar yang dicapai oleh siswa sangat erat kaitanya dengan rumusan tujuan instruksional
yang direncanakan guru sebelumnya yang dikelompokkan ke dalam tiga kategori,yakni
domain kognitif,afektif,dan psikomotorik”.Menurut Nana Sudjana (2013:15) menyatakan
“Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya”.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah komponen-
komponen yang dimiliki siswa sebagai akibat dari proses kegiatan belajar yang dilakukannya
baik dalam bidang kognitif, efektif, dan psikomotorik yang sesuai dengan tujuan pendidikan.

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian serta Pihak yang Membantu

Kegiatan Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran dilakukan di SDN 02 KELAPA TUJUH


Kecamatan Kotabumi Selatan Kabupaten Lampung Utara. Penelitian ini dilakukan di kelas
IV dengan jumlah siswa sebanyak 24 siswa dan di bantu oleh teman sejawat Adapun jadwal
pelaksanaan penelitian peraikan pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Keteranga
No Hari/Tanggal Materi Pelajaran Kelas
n
Senin, 17 Oktober Jenis Sumber Daya
1 IV Prasiklus
2022 Alam
Selasa, 25 Oktober Jenis Sumber Daya
2 IV Siklus I
2022 Alam
Jumat, 01 Jenis Sumber Daya
3 IV Siklus II
November 2022 Alam

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran


Pelaksanaan penelitian perbaikan pembelajaran ini melalui langkah siklus
sebanyak dua siklus, dan masing-masing siklus terdiri dari empat tahap, yaitu Perncanaan
(planning), Pelaksanaan (acting), Pengamatan (observing) dan Refleksi (reflecting).
(Suharsini Arikunto, 2006).

Gambar 3.1 Siklus PTK (Suharsini Arikunto, 2006).

1. Perencanaan
a. Menyusun jadwal mengajar
b. Membuat perangkat pembelajaran
c. Menyusun skenario pembelajaran sesuai dengan materi yang akan disampaikan
d. Mempersiapkan media pembelajaran yang akan dipergunakan dalam kegiatan
pembelajaran
e. Mempersiapkan lembar observasi dan catatan lapangan

2. Pelaksanaan

Tahap ini merupakan pelaksanaan dari tahap perencanaan, yang meliputi :

a. Guru membuka kegiatan pembelajaran dengan menyampaikan tujuan pembelajaran


yang dicapai.
b. Guru memotivasi siswa
c. Guru menyampaikan materi yang telah ditentukan
d. Guru bersama teman sejawat mengamati proses pembelajaran yang sedang
berlangsung dan guru memberikan bimbingan pada siswa.
e. Siswa diminta mengamati benda konkret yang ada di depan kelas lalu salah satu siswa
mempresentasikan hasil pengamatannya dan memberikan kesempatan pada siswa lain
untuk menanggapinya.
f. Guru bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.
g. Guru memberikan tes tertulis secara individu di akhir siklus.
h. Siswa yang mendapat nilai kurang dari 60 dan rata-rata nilai yang kurang dari
ketentuan mnimal, maka dilakukan perbaikan dan yang sudah tuntas diberikan
tambahan sebagai pengayaan.
3. Pengamatan/Pengumpulan Data

Peneliti bekerja sama dengan guru (teman sejawat) yaitu seorang guru dari SDN 02
KELAPA TUJUH, yang bertugas mengamati selama proses kegiatan pembelajaran
berlangsung. Hasil pengamatan ini dituangkan dalam catatan lapangan yang telah
dipersiapkan.

a. Lembar Pengamatan 1 adalah data skunder (data yang berasal dari selain subjek) yang
digunakan untuk menilai kinerja guru dalam rencana pelaksanaan pembelajaran.

Tabel 3.2 Lembar Pengamatan 1 pada Siklus 1

Skor
No Aspek yang Dinilai
1 2 3 4

1 Kejelasan perumusan tujuan pembelajaran

Pemilihan materi ajar (sesuai dengan tujuan dan


2
karakteristik siswa)

3 Pengorganisasian materi (sistematis, logis)

4 Pemilihan sumber/media pembelajaran

Kejelasan skenario pembelajaran (kegiatan awal,


5
inti, penutup)
Kesesuaian teknik strategi dengan tujuan
6
pembelajaran
Kelengkapan instrumen (soal, kunci, pedoman
7
penskoran)

Jumlah Skor

Persentase Kinerja Guru

Keterangan :
1 = tidak baik; 2 = kurang baik; 3 = baik; 4 = sangat baik;

b. Lembar pengamatan 2 adalah data skunder (data yang berasal dari selain subjek) yang
digunakan untuk menilai kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran.

Tabel 3.3 Lembar Pengamatan 2 pada Siklus 1 dan 2

Skor
No Aspek yang Dinilai
1 2 3 4

I PRA PEMBELAJARAN

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan memberikan


1
motivasi
Dengan metode tanya jawab guru membahas
2
pengetahuan prasyarat tentang Cahaya

II KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN

Guru mrnyajikan ide baru dan perluasan konsep


1
IPA terlebih dahulu
Siswa diberitahu tujuan pembelajaran yang
2
memiliki antisipasi tentang sasaran pelajaran

3 Penggunaan media pembelajaran

4 Guru memberikan penguatan

III PENUTUP PEMBELAJARAN

1 Menyimpulkan hasil pembelajaran

2 Guru memberikan PR

Jumlah Skor

Persentase
c. Lembar Pengamatan 3 adalah data primer yang digunakan untuk menilai motivasi
belajar siswa pada setiap siklus. Dengan motivasi yang tinggi diharapkan prestasi
merekapun juga tinggi.

Tabel 3.4 Lembar Pengamatan 3 pada siklus 1 dan 2

Skor
No Aspek yang Dinilai
1 2 3 4
1 Memperhatikan penjelasan guru
2 Bertanya kepada guru
3 Mencatat/menyalin/menulis hasil
4 Mengerjakan LKS
5 Menjawab/menanggapi pertanyaan
7 Mengerjakan soal-soal latihan
Jumlah Skor
Persentase

4. Refleksi

Refleksi ini merupakan kegiatan dalam menganalisis, memahami dan membuat


kesimpulam berdasarkan hasil pengamatan dan catatan lapangan. Refleksi dilakukan dengan
menganalisis hasil tes dan observasi, serta menentukan perkembangan kemajuan dan
kelemahan yang terjadi, sebagai dasar perbaikan pada siklus berikutnya.

Pada siklus I, pelaksanaannya berdasarkan refleksi dari pra siklus dan


pelaksanaannya terdiri dari empat tahap pelaksanaan : perencanaan, pelaksanaan, pengamatan
dan refleksi. Dalam proses kegiatan pembelajaran siklus I ini telah banyak ditemukan
kelemahan-kelemahan dan di sini diadalan perbaikan.

Pada siklus II, pelaksanaannya berdasarkan refleksi dari siklus I dan pelaksanaannya
pun sama, yaitu terdiri dari empat tahap pelaksanaan : perencanaan, pelaksanaan, pengamatan
dan refleksi. Dalam proses kegiatan pembelajaran siklus II ini telah banyak dilakukan
penyempurnaan-penyempurnaan dari kelemahan-kelemahan pada siklus I, sehingga
diharapkan hasil pembelajaran bisa meningkat.

Setelah dilakukan uji kompetensi pada siklus 2 ini ternyata hasilnya sudah mencapai
target yang diinginkan Dengan demikian penelitian diberhentikan pada siklus 2 ini karena
sudah memenuhi target KKM.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Hasil Penelitian
1. Prasiklus

Data hasil tes belajar di peroleh dari prasiklus dapat di lihat pada tabel berikut :

Tabel 4.1

Perolehan Nilai Prasiklus Pada Siswa

Penilaian
NO NAMA SISWA Keterangan
Prasiklus
1 Alif Akrom 40 Tidak tuntas
2 Aldika Anggara 50 Tidak tuntas
3 Alika Nayla 55 Tidak tuntas
4 Calista 70 Tuntas
5 Aulia Ika 70 Tuntas
6 Davian 40 Tidak tuntas
7 Danish 45 Tidak tuntas
8 Davina 75 Tuntas
9 Desti 70 Tuntas
10 Febiola Natasya 50 Tidak tuntas
11 Hana Azizah 70 Tuntas
12 M. Iqbal 55 Tidak tuntas

13 Mario Juno 75 Tuntas


14 Marcel Davian 50 Tidak tuntas
15 Marvel Davian 40 Tidak tuntas
16 Raka Saputra 40 Tidak tuntas
Jumlah 895
Rata rata 55.93

Grafik 4.1 Ketuntasan Belajar Siswa Prasiklus

2. Hasil Siklus I

Pada proses perbaikan pembelajaran siklus I, kegiatan yang dilakuakan adalah sebagai
berikut:

a. Perencanaan
Pada tingkatan siklus I dilaksanakan dalam satu kali pertemuan, kegiatan yang
dilakuakan adalah sebagai berikut:

1. Menyusun lembar observasi, yang terdiri dari lembar observasi kegiatan


belajar siswa, dapat dilihat pada lampiran.
2. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang materi yang
akan diajarkan sesuai dengan kompetensi Dasar Jenis Sumber Daya Alam
3. Menyusun soal tes evaluasi berupa tes tertulis, hasil tes tertulis ini di gunakan
untuk mengetahui nilai rata rata hasil belajar siswa.

b. Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan tes terlihat ada beberapa siswa yang masih bekerjasama dengan
temannya, kemudian penelti menegurnya agar menyelesaikan tes secara individu atau tidak
boleh bekerjasama dengan ketentuan sekolah bahwa di katakanan tuntas jika memperoleh
nilai 65. Skor peningkatan hasil belajar pada siklus I dapat di lihat dari tabel berikut:

Table 4.2

Hasil Belajar Siswa Siklus I

Penilaian
NO NAMA SISWA Keterangan
Prasiklus
1 Alif Akrom 50 Tidak tuntas
2 Aldika Anggara 60 Tidak tuntas
3 Alika Nayla 60 Tidak tuntas
4 Calista 80 Tuntas
5 Aulia Ika 80 Tuntas
6 Davian 70 Tuntas
7 Danish 75 Tuntas
8 Davina 85 Tuntas
9 Desti 80 Tuntas
10 Febiola Natasya 60 Tidak tuntas
11 Hana Azizah 80 Tuntas
12 M. Iqbal 75 Tuntas
13 Mario Juno 85 Tuntas
14 Marcel Davian 70 Tuntas
15 Marvel Davian 70 Tuntas
16 Raka Saputra 50 Tidak tuntas
Jumlah 1130
Rata rata 70.62

Pada tabel di atas penulis menjelaskan bahwa nilai prasiklus terdapat 10 siswa yang
hasil belajarnya tidak tuntas sedangkan 6 siswa sudah mencapai target ketuntasan belajar.
Pada evaluasi hasil belajar siklus I terdapat 5 siswa yang masih rendah nilainya dan 11 siswa
sudah mencapai ketuntasan belajar, hal ini dapat di bandingkan antara prasiklus dan evaluasi
siklus I mencapai hasil peningkatan belajar. Nilai rata-rata dari 16 siswa adalah 70,62
berdasarkan hasil tes siklus I, siswa yang tuntas 11 orang dan yang belum tuntas 5 orang

c. Obsevasi

Kegiatan obsevasi dibantu oleh teman sejawat menggunakan lembar observasi.hal


ini didukung oleh hasil wawancara dan cacatan lapangan diperoleh data sebagai berikut:

1. Pada siklus I hanya ada 3 siswa yang berani bertanya,dan hanya


4 orang siswa yang berani menjawab secara perorangan selebihnya
dijawab hanya secara klasikal saja.
2. Guru belum memahami betul langkah-langkah menggunakan
media benda konkret sehingga kegiatan tidak terarah dan tidak sesuai
skenario pembelajaran.
3. Waktu dalam pembelajaran perlu diefektifkan lagi.
4. Ketika guru menyampaikan materi siswa kurang memerhatikan
penjelasan guru.
5. Pelaksanaan tes belum berjalan dengan baik hal ini di tunjukan
dengan masih banyak yang bekerjasama atau mencontek pada saat
mengerjakan tes

d. Refleksi

Refleksi dilakukan untuk mengevaluasi pembelajaran pada siklus 1, kegiatan ini


difokuskan pada masalah yang muncul selama pelaksanaan tindakan pada siklus 1 masih
banyak kekuranga antara lain:

1. Penginformasian tujuan pembelajaran yang kurang sehingga siswa tidak jelas


arah dari pembelajaran yang sedang dilakukan.
2. Kurangnya pemahaman guru dalam mengimplementasikan pembelajaran
dengan menggunakan media benda kenkret.
3. Siswa masih banyak yang tidak memperhatikan guru saat menjelaskan materi
pembelajaran.

Dari kekurangan-kekurangan tersebut maka perlu dilakukan untuk tindakan


berikutnya, yaitu :

1. Peneliti menginformasikan tujuan pembelajaran lebih jelas lagi.


2. Guru harus lebih baik lagi membimbing siswa dengan menggunakan media
benda kenkret.
3. Menegaskan kepada siswa agar pada saat guru menjelaskan materi dengan
baik.

3. Siklus II
a.Perencanaan

Perencanaan yang di lakukan selama pembelajaran siklus I hampir sama dengan


sikls II merupakan hasil akhir belajar siswa agar mendapatkan hasil yang maksimal dan akhir
pembelajaran siklus II, adapun yang dilakukan persiapan antara lain sebagai berikut:
1. Menyusun lembar observasi, yang terdiri dari lembar observasi kegiatan belajar siswa,
dan obsevasi kegiatan guru dapat dilihat pada lampiran.
2. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
3. Menyusun soal tes evaluasi berupa tes tertulis, hasil tes tertulis ini di gunakan untuk
mengetahui nilai rata rata hasil belajar siswa.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan pada siklus II di laksanakan selama 1 kali pertemuan, Data perolehan


hasil belajar siswa ada peningkatan pada siklus II dalam pembelajaran terakhir, karena disini
peneliti hanya menggunakan II siklus pada mata pelajaran IPA.

Table 4.3

Hasil Belajar siswa Pada Siklus II

Penilaian
NO NAMA SISWA Keterangan
Prasiklus
1 Alif Akrom 80 Tuntas
2 Aldika Anggara 70 Tuntas
3 Alika Nayla 75 Tuntas
4 Calista 100 Tuntas
5 Aulia Ika 90 Tuntas
6 Davian 80 Tuntas
7 Danish 85 Tuntas
8 Davina 100 Tuntas
9 Desti 90 Tuntas
10 Febiola Natasya 75 Tuntas
11 Hana Azizah 90 Tuntas
12 M. Iqbal 85 Tuntas
13 Mario Juno 95 Tuntas
14 Marcel Davian 80 Tuntas
15 Marvel Davian 80 Tuntas
16 Raka Saputra 70 Tuntas
Jumlah 1345
Rata rata 84.06

Dari tabel diatas menjelaskan bahwa nilai rata-rata tes mengalami peningkatan, hal ini
disebabkan karena pemahaman dan pengetahuan yang semakin bertambah. Pada siklus II
100% telah mencapai nilai ketuntasan belajar, selain itu kita juga bisa melihat perbandingan
antara nilai prasiklus, siklus I, siklus II pada tabel dan Grafik dibawah ini:

Tabel 4.4

Perbandingan Antara Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II

Penilaian
NO NAMA SISWA Siklus
Prasiklus Siklus I
II
1 Alif Akrom 40 50 80
2 Aldika Anggara 50 60 70
3 Alika Nayla 55 60 75
4 Calista 70 80 100
5 Aulia Ika 70 80 90
6 Davian 40 70 80
7 Danish 45 75 85
8 Davina 75 85 100
9 Desti 70 80 90
10 Febiola Natasya 50 60 75
11 Hana Azizah 70 80 90
12 M. Iqbal 55 75 85
13 Mario Juno 75 85 95
14 Marcel Davian 50 70 80
15 Marvel Davian 40 70 80
16 Raka Saputra 40 50 70
Jumlah 895 1130 1345
Rata rata 55.93 70.62 84.06

Jika di gambarkan dalam bentuk grafik maka akan terlihat seperti di bawaah ini:

Grafik. 4.2

Grafik Perbandingan Prasiklus, siklus I, Siklus II

Berdasarkan perolehan data dapat dilihat bahwa ada peningkatan ketuntasan belajar
siswa dari prasiklus, siklus I ke siklus II, pada prasiklus hanya 6 siswa yang hasil belajarnya
tuntas, meningkat pada siklus 1 menjadi 10 siswa dan pada siklus II kembali meningkat
menjadi 15 siswa.

c. Observasi
1. Pada siklus II terlihat aktif dalam belajar dengan menggunakan media benda kenkret.
2. Siswa terlihat tidak kaku lagi dalam melakukan kerja kelompok serta telihat antusias
dalam dalam menjawab setiap pertanyaan yang di berikan oleh temannya.

d. Refleksi
1. Siswa sudah berani mengajukan pertanyaan tentang materi pelajaran yang
belum diketahui baik terhadap teman atau gurunya.
2. Siswa menjawab pertanyaan guru secara klasikal sudah berkurang, siswa
sudah berani menjawab perorangan.
3. Ketika guru menjelaskan siswa memperhatikan dengan baik. Sehingga materi
Jenis Sumber Daya Alam dapat dipahami oleh siswa.
4. Guru sudah memahami langkah-langkah media benda konkret sehingga
kegiatan siswa sudah terarah sesuai dengan tujuan perbaikan pembelajaran.
5. Waktu yang digunakan dalam pembelajaran sudah efektif sesuai dengan
skenario pembelajaran.
6. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA materi Jenis Sumber Daya Alam
meningkat.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian di atas, menunjukan bahwa hasil belajar pada pelajaran
IPA dengan menggunakan media benda kenkret mulai dari siklus I sampai dengan siklus II
terlihat ada peningkatan dalam hasil belajar siswa pada materi Jenis Sumber Daya Alam
dikelas IV. Peningkatan hasil belajar siswa selama berlangsungnya pembelajaran dengan
menggunakan media benda kenkret, dapat dilihat pada data hasil tes evaluasi siswa yang
sudah di lakukan pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.5
Rata-Rata Hasil Belajar

Kegiatan Rata-Rata
Prasiklus 55.93
Siklus I 70.62
Siklus II 84.06

Jadi, dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan dari setiap
siklusnya karena KKM disekolah hanya 65, maka target sudah tercapaidan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran IPA juga meningkat.
Pada siklus I terlihat bahwa persentase hasil belajar siswa mencapai 70,62%. hal ini
menunjukan bahwa siswa belum sepenuhnya mencapai ketuntasan belajar. Sedangkan pada
siklus II telah mengalami penigkatan rata-rata kelas mencapai 84.06%, hal ini menunjukan
ada peningkatan rata-rata kelas pada siklus II di sebabkan adanya peningkatan motivasi siswa
dalam belajar. Peningkatan tersebut menandakan adanya peningkatan hasil belajar pada
materi Jenis Sumber Daya Alam pelajaran IPA. Walaupun pada dasarnya media benda
kenkret bukan satu satunya media yang bisa di gunakan pada mata pelajaran IPA, akan tetapi
pada hal ini kenyataannya dapat membantu siswa dalam memahami mata pelajaran IPA.
Namun hal tersebut juga perlu didukung dengan adanya kemauan dari para siswa untuk
mempelajari Ilmu Pengetahuan Alam dengan lebih giat lagi agar motivasi siswa tentang
materi yang di pelajari diharapkan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari hari.

Berdasarkan pemaparan diatas menunjukan bahwa melalui media benda kenkret


pada mata pelajara Ilmu Pengetahuan Alam materi Jenis Sumber Daya Alam menjadi
meningkat. Semua itu terlihat dari adanya ketuntasan belajar siswa dari siklus I sampai siklus
II. Nilai rata-rata siswa untuk setiap siklusnya dapat dilihat pada grafik berikut:

Grafik 4.3 Nilai Rata-Rata Prasiklus, Siklus I dan Siklus II

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dijelaskan pada bab sebelumnya dapat


disimpulkan: Melalui media benda konkret dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas IV
pada Mata Pelajaran IPA. Hal ini terlihat dari prasiklus hanya 6 siswa yang hasil belajarnya
tuntas, meningkat menjadi 11 siswa pada siklus I dan pada siklus II meningkta menjadi 16
siswa. Hal ini dikarenakan guru mampu menguasai langkah-langkah dalam menggunakan
media benda konkret.
B. Saran Tindak Lanjut

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Media benda konnkret sebaiknya disesuaikan dengan materi pembelajaran dan


gunakan yang sudah dikenal siswa agar lebih mudah diingat.
2. Lakukan tanya jawab dengan siswa agar siswa lebih memahami materi yang sudah di
ajarkan.
3. Penataan kelas yang variatif membuat kegiatan pembelajaran menjadi komunikatif.
4. Guru diharapkan terus mengikuti perkembangan dunia pendidikan sehingga dapat
meningkatkan kualitas sebagai tenaga pendidik.
5. Media benda konkret perlu dilakukan secara konsisten sebagai media pembelajaran
yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Riastini, Putu Nanci. 2016. Pembelajaran IPA SD. Singaraja: Unit Penerbitan Universitas
Pendidikan Ganesha.

Nugrohoningdyah. E, dan Zuhdi. U. 2013. “Pemanfaatan Media Benda Konkret Pada


Pembelajaran Tematik Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Di Sekolah
Dasar”. JPGSD. Vol. 01, No.02: 0-216.

Arsyad,Azhar.2013. Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Dahlia Syuaib. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Edukasi Mitra Grafika.Palu.

Nasution, S. (2013). Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar&Mengajar.PT. Bumi


Aksara. Jakarta.
Musfiqon, HM. 2012. Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran. Jakarta: Gaung
Persada Pers.

Riastini, Putu Nanci. 2016. Pembelajaran IPA SD. Singaraja: Unit Penerbitan Universitas
Pendidikan Ganesha.

Susanto, Ahmad. 2014. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
KencanaPrenadamediaGroup.

Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta

Ahmadi, Abu. 2013. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Renika Cipta.

Hamalik, Oemar. 2020. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Hidayat, Syarif. 2012. Profesi Kependidikan.Tangerang: Pustaka Mandiri.

Luh, Ni dan Putu Ekayani. 2017. Pentingnya Penggunaan Media Pembelajaran Untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa, Bali: Jurusan PGSD. Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja.

Musfiqon. 2012. Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran. Jakarta: PT Prestasi


Pustakarya.

Resti, Kessy Yolanda, dan Alizamar. 2019. “Kreativitas Guru dalam Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa pada Pembelajaran Tematik Terpadu Kurikulum 2013 di Madrasah
Ibtidaiyah Negeri Bayang Pesisir Selatan”, Jurnal Basicedu Vol.3 No.2.

Suprihatiningrum, Jamil. 2014. Guru Profesional. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Anda mungkin juga menyukai