Anda di halaman 1dari 19

Chadijah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peranan dunia pendidikan dalam mempersiapkan siswa agar optimal dalam

kehidupan bermasyarakat, maka proses dan model pembelajaran perlu  terus

diperbaharui. Upaya pembaharuan proses tersebut, terletak pada tanggung jawab guru,

bagaimana pembelajaran yang disampaikan dapat dipahami oleh siswa secara benar.

Pembelajaran yang berhasil dan kondusif  biasanya diukur dengan tingkat penguasaan

pembelajaran melalui tes dan partisipasi siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

Dengan memperhatikan kemampuan siswa ada yang cepat, ada yang sedang dan ada

yang lamban dalam memahami materi pembelajaran serta melalui refleksi dan analisis

nilai diatas untuk mencari dan menemukan akar permasalahan guna memperbaiki dan

meningkatkan semangat belajar siswa demi tercapainya pembelajaran yang

optimal. Upaya meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Dasar, dilakukan berbagai

upaya baik menyangkut mutu guru maupun mutu belajar siswa sehingga mutu tenaga

pengajar dan peningkatan proses belajar mengajar merupakan upaya yang cocok di

terapkan pada kegiatan belajar mengajar. Salah satunya penggunaan paradigma

pembelajaran konstruktivistik untuk kegiatan belajar-mengajar di kelas. Perubahan

paradigma belajar tersebut terjadi perubahan pusat (fokus) pembelajaran dari belajar

berpusat pada guru kepada belajar berpusat pada siswa. Dengan kata lain, ketika

mengajar di kelas, guru harus berupaya menciptakan kondisi lingkungan belajar yang
dapat membelajarkan siswa, dapat mendorong siswa belajar, atau memberi kesempatan

kepada siswa untuk berperan aktif mengkonstruksi konsep-konsep yang dipelajarinya.

Kondisi belajar yang dimaksud yakni dimana siswa hanya menerima materi dari

pengajar, mencatat, dan menghafalkannya harus diubah menjadi sharing pengetahuan,

mencari (inkuiri), menemukan pengetahuan secara aktif sehingga terjadi peningkatan

pemahaman (bukan ingatan) melalui berbagai sumber maupun media. Pencapaian tujuan

tersebut, pengajar dapat menggunakan pendekatan, strategi, model, atau metode

pembelajaran inovatif yang ditunjang dengan media pembelajaran, agar sekali anak didik

kita dapat menerima materi dengan cara yang menyenangkan. Selain itu agar anak didik

juga dapat lebih mudah dalam menerima materi yang kita sampaikan. Salah satu upaya

yang digunakan guru dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar

belajar siswa yakni dengan menggunakan media pembelajaran yang dapat membuat

siswa aktif dalam pembelajaran dan membantu siswa untuk termotivasi melalui contoh-

contoh yang disajikan dalam bentuk gambar.

Salah satu contoh media yang dapat membuat siswa aktif dalam proses

pembelajaran yakni dengan penggunaan media pembelajaran dalam bentuk media

gambar. media gambar merupakan media yang memungkinkan terciptanya kondisi

belajar yang lebih kondusif seperti memberikan kepada siswa kesempatan berperan aktif

dalam mengolah informasi, berpikir kritis,  dan bertanggung jawab. Dalam pembelajaran

siswa diberi kesempatan untuk melihat dan menganasis materi pelajaran melalui gambar

yang disajikan guru, sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang materi

pembelajaran yang berdampak langsung pada hasil belajar yang maksimal.

Menurut Dimyati dan Mudjono (2006) hasil belajar merupakan hal yang dapat

dipandang dari dua sisi yaitu siswa dan guru. Dari siswa, hasil belajar merupakan tingkat

perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar.
Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif

dan psikomotor. Melalui pembelajaran terpadu peserta didik dapat memperoleh

pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima,

menyimpan, dan memproduksi kesan-kesan tentang hal-hal yang dipelajarinya. Bertolak

dari hal di atas maka dalam pembelajaran IPA diharapkan menggunakan media

pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung masuk dan mengkaji sendiri

pembelajaran dan membangun konsep serta memecahkan masalah. Salah satunya adalah

dengan menggunakan media gambar.

Kenyataan yang terjadi pada kelas IV SD Yos Sudarso Bandarjaya Kecamatan Terbanggi

Besar mutu pendidikannya masih kurang khususnya mata pelajaran IPA. Dalam proses

pembelajaran IPA siswa tidak memiliki minat dalam pembelajaran dapat dilihat dari

siswa sering keluar masuk kelas, tidak tekun dalam mengerjakan tugas, ribut selama

proses pembelajaran yang mana masalah tersebut sangatlah berpengaruh langsung pada

pencapaian hasil belajar yang tidak maksimal. Jika dikaji secara mendalam maka hal

tersebut dapat terjadi bukan hanya disebabkan oleh faktor siswa melainkan dari pihak

guru sebagai pengajar, salah satunya dalam merancang pembelajaran IPA guru belum

mengefektifkan penggunaan media pembelajaran sebagai sumber belajar bagi siswa

dalam memahami materi pelajaran. Selain itu guru juga sering kali salah dalam memilih

media pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran yang diajarkan.

Berdasarkan uraian di atas maka pada kesempatan ini peneliti tergerak untuk melakukan

perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan dengan judul “Upaya Meningkatkan

Hasil Belajar Tentang Materi Bagian Bagian Tumbuhan Melalui Media Gambar Di

Kelas IV SD Yos Sudarso Bandarjaya Kecamatan Terbanggi Besar.


B. Rumusan Masalah

Permasalahan penelitian yang penulis ajukan ini dapat diidentifikasi permasalahannya

sebagai berikut.

1. Bagaimana Meningkatkan Hasil Belajar Tentang Materi Bagian Bagian Tumbuhan

Melalui Media Gambar Di Kelas IV SD Yos Sudarso Bandarjaya Kecamatan

Terbanggi Besar.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ialah untuk Meningkatkan

Hasil Belajar Tentang Materi Bagian Bagian Tumbuhan Melalui Media Gambar Di

Kelas IV SD Yos Sudarso Bandarjaya Kecamatan Terbanggi Besar.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan membawa manfaat sebesar-besarnya bagi :

1. Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat menyebabkan adanya perubahan pola dalam

pembelajaran yang dialami siswa terhadap pembelajaran IPA sehingga

meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Guru

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi guru tentang pentingnya

penggunaan media gambar dalam meningkatkan hasil belajar siswa khusunya pada

mata pelajaran IPA tentang fungsi bagian tumbuhan pada siswa kelas IV SD.

3. Sekolah

Sebagai bahan kajian guna meningkatkan keprofesionalisme guru dalam

pembelajaran di kelas.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar sering kali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh

seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Hasil belajar dapat dijelaskan

dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”.

Pengertian hasil menunjukan pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu

aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahannya input secara fungsional,

sedangkan belajar dilakukannya untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku

pada individu yang belajar (Purwanto, 2011:44). Hasil belajar adalah bukti

keberhasilan yang telah dicapai siswa dimana setiap kegiatan dapat menimbulkan

suatu perubahan yang khas, dalam hal ini hasil belajar meliputi keaktifan,

keterampilan proses, motivasi, dan prestasi belajar (Winkel, 1991:42). Dimyati dan

Mudjiono (2006:45) menjelaskan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang dicapai

dalam bentuk angka atau skor setelah diberikan tes hasil belajar kepada siswa dalam

waktu tertentu. Hasil belajar merupakan hasil akhir setelah mengalami proses belajar,

perubahan itu tampak dalam perbuatan yang dapat diamati dan dapat diukur

(Arikunto, 1990:133). Proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar yang

dicapai. Gambaran tentang keberhasilan belajar dapat diambil dalam bentuk

penentuan raport. Dalam proses mengajar, siswa mengalami pengalaman belajar,

kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman

belajar tersebut merupakan hasil belajar (Mustamin, 2010:37).


2. Pengertian Media Gambar

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata

medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar (dalam Sadiman dkk,

2010:6). Gagne menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam

lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Menurut Briggs media

adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk

belajar (Sadiman, dkk, 2010:6).

Gerlack & Ely(dalam Arsyad, 2010:3) mengatakan bahwa media apabila

dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun

kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau

sikap. Buku teks, guru, dan lingkungan sekolah merupakan pengertian media.

Heinich, dkk (dalam Arsyad, 2010:4) mengemukakan istilah medium sebagai

perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima. Jadi, televisi, film,

foto, radio, rekaman audio, gambar yang diproyeksikan, bahan-bahan cetakan, dan

sejenisnya adalah media komunikasi.

Berdasarkan pengertian media tersebut dapat disimpulkan bahwa media

merupakan perantara dari berbagai jenis komponen fisik dalam lingkungan siswa

yang dapat merangsang perhatian serta dapat digunakan untuk menyalurkan pesan

dari pengirim pesan kepada penerima sehingga dapat mendorong terjadinya proses

belajar pada diri siswa baik dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan atau

sikap.

Angkowo (dalam Poerwanti, 2015:390), berpendapat bahwa media gambar

adalah media yang mengkombinasikan fakta dan gagasan secara jelas dan kuat

melalui kombinasi pengungkapan kata-kata dengan gambar-gambar. Dengan adanya

media gambar, akan dapat membantu guru dan siswa dalam menyampaikan dan
menerima pelajaran, serta dapat menarik dan membantu daya ingat siswa. Menurut

Waskito (2007:13), media gambar merupakan lambang dari hasil peniruan-peniruan

benda, pemandangan, curahan pikiran, atau ide-ide yang divisualisasikan ke dalam

bentuk 2 dimensi.

Hambalik (dalam Marlen, dkk, 2014:5) menjelaskan bahwa: Media gambar

adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual ke dalam bentuk 2 dimensi

sebagai curahan ataupun pikiran yang bermacam-macam seperti lukisan, potret, slide,

film, strip, proyektor. Sedangkan menurut Sadiman media gambar adalah media yang

paling umum dipakai, yang merupakan bahasan umum yang dapat dimengerti dan

dinikmati di mana saja. Berbeda dengan yang diungkapkan Soelarko bahwa media

gambar adalah peniruan dari benda-benda dan pemandangan dalam hal bentuk, rupa

serta ukurannya terhadap lingkungan.

Berdasarkan pengertian media gambar menurut beberapa ahli tersebut dapat

disimpulkan bahwa media gambar yaitu media yang diwujudkan secara visual dalam

bentuk 2 dimensi yang merupakan peniruan dari benda-benda.

3. Karakteristik Media Visual Media visual

adalah media yang melibatkan indera penglihatan. Terdapat dua jenis pesan yang

dimuat dalam media visual, yakni pesan verbal dan nonverbal. Pesan verbal-visual

terdiri atas kata-kata (bahasa verbal) dalam bentuk tulisan, dan pesan nonverbal-

visual adalah pesan yang dituangkan ke dalam simbol-simbol nonverbal-visual.

Posisi simbol-simbol nonverbal-visual yakni sebagai pengganti bahasa verbal, maka

ia bisa disebut sebagai bahasa visual. Bahasa visual inilah yang kemudian menjadi

softwarenya media visual (Munadi, 2008:81). a. Gambar secara garis besar dapat

dibagi pada tiga jenis, yakni sketsa, lukisan dan photo. Karena sketsa disebut sebagai

draft kasar, maka ia dapat dikembangkan menjadi karikatur dan kartun. Jadi, media
yang akan difokuskan dalam penelitian ini adalah media gambar sketsa yaitu kartun.

b. Grafik, meliputi: (1) grafik garis, (2) grafik batang, (3) grafik lingkaran, (4) grafik

simbol. c. Diagram merupakan susunan garis-garis dan lebih menyerupai peta dari

gambar. d. Bagan, meliputi: (1) bagan organisasi, (2) bagan arus, (3) bagan pohon,

(4) bagan proses, (5) peta

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik media visual

adalah media yang melibatkan indera penglihatan dengan memuat dua jenis pesan

yaitu pesan verbal dan nonverbal yang dibagi menjadi empat bentuk, antara lain:

gambar, grafik, diagram dan bagan.

4. Dasar Pertimbangan Pemilihan Media

Sadiman, dkk (2010:87) menjelaskan beberapa penyebab orang memilih media

antara lain adalah: 1) Bermaksud mendemokrasikannya, 2) Merasa sudah akrab

dengan media tersebut, 3) Ingin memberi gambaran atau penjelasan yang lebih

konkret, dan 4) Merasa bahwa media dapat terbuat dari yang bisa dilakukannya

Dasar petimbangan untuk memilih suatu media sangatlah sederhana, yaitu dapat

memenuhi kebutuhan atau pencapaian tujuan yang diinginkan atau tidak. Beberapa

faktor perlu dipertimbangkan, misalnya tujuan instruksional yang ingin dicapai,

karakteristik siswa atau sasaran, jenis rangsangan belajar yang diinginkan (audio,

visual, gerak dan seterusnya), keadaan latar atau lingkungan, kondisi setempat dan

luasnya jangkauan yang ingin dilayani. Kriteria pemilihan media harus

dikembangkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, kondisi dan keterbatasan

yang ada dengan mengingat kemampuan dan sifat-sifat khasnya (karaktesitik) media

yang bersangkutan (Sadiman, dkk, 2010:84-85). 14 Munadhi (2008:187)

menjelaskan bahwa, untuk memudahkan dalam memilih media, tentunya terlebih

dahulu harus diingat bahwa media pembelajaran adalah bagian dari sistem
instruksional. Artinya, keberadaan media tersebut tidak terlepas dari sistem

instruksional secara keseluruhan. Berdasarkan komponen-komponen dari sistem

instruksional inilah kriteria pemilihan media dibuat. Kriteria-kriteria yang menjadi

fokus di sini antara lain karakteristik siswa, tujuan pembelajaran, bahan ajar,

karakteristik medianya itu sendiri, dan sifat pemanfaatan media. Adapun kesimpulan

berdasarkan uraian diatas, yaitu dasar pertimbangan pemilihan media harus

mempertimbangkan tujuan instruksional yang akan dicapai, karateristik siswa,

rangsangan belajar yang diinginkan maupun keadaan latar atau lingkungan yang

luasnya terjangau. Pemilihan media juga harus memperhatikan kriteria, komponen

dan penyebab orang memilih media tersebut.

5. Manfaat dan Fungsi Media dalam Kegiatan Pembelajaran Menurut Hamalik (dalam

Arsyad, 2010:15), pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar

dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan

rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis

terhadap siswa. Levie & Lentz (dalam Arsyad, 2010:16) mengemukakan empat

fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu (a) fungsi atensi, (b)

fungsi afektif, (c) fungsi kognitif, dan (d) fungsi kompensatoris. 15 Secara umum,

media memiliki beberapa fungsi diantaranya sebagai berikut:

1) Mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para siswa

2) Memperoleh gambaran jelas tentang benda yang sulit diamati secara langsung.

3) Memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dengan lingkungannya.

4) Menghasilkan keseragaman pengamatan.

5) Menanamkan konsep dasar yang benar, konkret, dan realistis.

6) Membangkitkan keinginan dan minat baru.

7) Membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.


8) Memberikan pengalaman yang menyeluruh dari konkret sampai dengan abstrak.

9) Memudahkan siswa untuk membandingkan, mengamati, mendeskripsikan suatu

benda. Arsyad(dalam Haryono, 2014) menyimpulkan pendapat beberapa ahli

bahwa manfaat dari penggunaan media pembelajaran sebagai berikut. Media

memiliki peran penting dalam pembelajaran yaitu dapat membantu memperjelas

hal-hal abstrak menjadi lebih konkret. Media secara umum memiliki beberapa

fungsi antara lain dapat membantu mengatasi keterbatasan pengalaman siswa,

memungkinkan adanya interaksi antara siswa dengan lingkungan, menghasilkan

keseragaman pengamatan, membangkitkan keinginan, minat baru serta motivasi

siswa serta maupun dan merangsang anak untuk belajar. Sedangkan fungsi

media, khususnya media visual terbagi menjadi empat fungsi yaitu fungsi atensi,

fungsi afektif, fungsi kognitif dan fungsi kompensatoris. 16 Berdasarkan uraian

tentang manfaat dan fungsi media dalam pembelajaran, dapat disimpulkan

bahwa pemakaian media dapat mempengaruhi keinginan dan minat yang baru

serta membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar. Media juga

berfungsi untuk menghasilkan keseragaman pengamatan maupun dapat

memudahkan siswa untuk membandingkan, mengamati, mendeskripsikan suatu

benda.

6. Kelebihan dan Kelemahan Media Gambar

Ditinjau dari kesiapan pengadaannya, media dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu

media jadi karena sudah merupakan komoditi perdagangan dan terdapat di pasaran

luas dalam keadaan siap pakai (media by utilization), dan media rancangan karena

perlu dirancang dan dipersipkan secara khusus untuk maksud atau tujuan

pembelajaran tertentu (media by design). Masingmasing jenis media ini mempunyai

kelebihan dan keterbatasan. Kelebihan dari media jadi (media by utilization) adalah
hemat dalam waktu, tenaga dan biaya untuk pengadaannya. Sebaliknya,

mempersiapkan media yang dirancang (media by design) secara khusus untuk

memenuhi kebutuhan tertentu akan memeras banyak waktu, tenaga maupun biaya

karena untuk medapatkan keandalan dan kesahihannya diperlukan serangkaian

kegiatan validasi prototipnya. Kekurangan dari media jadi (media by utilization)

ialah kecilnya kemungkinan untuk mendapatkan media jadi yang dapat sepenuhnya

sesuai dengan tujuan atau kebutuhan pembelajaran (Sadiman, dkk, 2010:83-84).

Ada beberapa kelebihan dalam penggunaan media gambar, yaitu: a) sifatnya konkret,

b) gambar dapat mengatasi keterbatasan masalah batasan ruang dan waktu, c) gambar

dapat mengatasi keterbatasan pengamatan, d) dapat memperjelas satu masalah, dan e)

murah harganya, mudah didapat, mudah digunakan, tanpa memerlukan peralatan

yang khusus. Selain kelebihan-kelebihan tersebut gambar atau foto mempunyai

beberapa kelemahan yaitu:

1) Gambar atau foto hanya menekankan persepsi indera mata,

2) Gambar atau foto benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan

pembelajaran.

3) kuran sangat terbatas untuk kelompok besar (Fadillah, 2012). Berdasarkan

uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa media jadi (media by utilization) dan

media rancangan (media by design) masing-masing jenis media ini mempunyai

kelebihan dan kelemahan, diantaranya yaitu memeras banyak waktu dan

kecilnya kemungkinan mendapatkan media jadi yang dapat sepenuhnya sesuai

dengan tujuan pembelajaran.


BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research),

yaitu penelitian yang dilakukan di kelas dengan menekankan pada penyempurnaan atau

peningkatan proses dan praktis pembelajaran35. Peneliti melaksanakan 2 siklus yang

masing-masing siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu: perencanaan (planning), tindakan

(acting), pengamatan (observation) dan refleksi (reflection).

B. Dari beberapa uraian di atas, penelitian tindakan kelas diawali dengan perencanaan,

penerapan tindakan, mengobservasi dan mengevaluasi proses serta hasil tindakan, lalu

melakukan refleksi, dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang

diharapkan tercapai.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Lokasi

Lokasi Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Yos Sudarso Bandarjaya

Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah.

2. Waktu

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada 10 November 2022 – 30 November

2022.
D. Sumber Data

1. Data primer, yaitu sumber data yang berkaitan langsung dengan tema penelitian

ini dan datanya langsung ada di kelas IV SD Yos Sudarso Bandarjaya.

2. Data sekunder, yaitu sebagai data pendukung dalam penelitian ini antara lain:

dokumen sekolah, buku-buku bacaan dan karya ilmiah lainnya yang berkaitan

dengan tema penelitian.

E. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas Vb SD Negeri 56 Kota Bengkulu.

Tabel 3.1

Subjek Penelitian

Kelas IV Laki-Laki Perempuan

8 12

Jumlah 20

F. Intrumen Penelitian

Menurut Lubis (2008) bahwa dalam mengembangkan instrumen, peneliti melakukan

langkah-langkah yaitu menentukan tujuan penelitian, menelaah teori,menentukan

indicator, dan menyusun kisi-kisi yang berkaitan dengan pemanfaatan media gambar

pada mata pelajaran IPA, yaitu meliputi: daftar soal tes, daftar dokumentasi dan daftar

observasi.

G. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan tergolong penelitian lapangan dengan jenis penelitian

tindakankelas (PTK). Pada penelitian ini, peneliti merencanakan 2 siklus yang

masing-masing siklus terdiri dari 5tahap, yaitu sebagai berikut:


1. Perencanaan (planning), yakni menyusun rancangan tindakan dan perencanaan

yang akan dilaksanakan dalam penelitian tindakan.

2. Tindakan (action), yakni penerapan isi rancangan sesuai dengan rencana tindakan.

3. Pengamatan (observation) yaknipelaksanaanpengamatanselama proses penerapan

berlangsung.

4. Refleksi (reflection), yakni kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang telah

terjadi selama dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas.

H. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi dilakukan dengan mengamati langsung kondisi kegiatan belajar

mengajar. Metode ini merupakan suatu teknik pengumpulan data yang terlibat

langsung mengamati tentang kondisi dan aktivitas dalam penggunaan media gambar

guna mengetahui hasil belajar siswa pada Mata Pelajaran IPA di SDN 56 Kota

Bengkulu. 44 2.

2. Tes

Teknik yang digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada mata

pelajaran IPA yang dilakukan siswa setiap siklusnya adalah berupa tes prestasi/

ajektes. Tes di berikan kepada siswa pada setiap siklus di akhir pembelajaran.Soal

tes ini diambil dari buku Mata Pelajaran IPA yang relevan.

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi ini penulis gunakan untuk melengkapi observasi dan tes.

Dokumentasi yang dimaksud di sini adalah catatan- catatan dan tulisan-tulisan yang

berisi tentang jumlah siswa, guru dan karyawan, sarana dan prasarana yang dimiliki

oleh SDN 56 Kota


I. Indikator Kinerja

Indikator kinerja adalah suatu kriteria yang digunakan untuk melihat tingkat

keberhasilan dari kegiatan penelitian tindakan kelas (PTK) dalam meningkatkan mutu

proses belajar mengajar di kelas. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah

70% dari jumlah siswa menunjukkan peningkatan hasil belajar, memperoleh nilai lebih

dari 69. Indikator kerja tidak mencapai 100% karena melihat dari keadaan siswa

berbeda.

J. Prosedur Tindakan

Model Suharsimi Arikunto merupakan pengembangan dari konsep dasar yang

diperkenankan sebagaimana yang diutarakan di atas. Hanya saja komponen acting

(pelaksanaan) dengan observasi (pengamatan) dijadikan sebagai satu kesatuan. Kedua

kegiatan haruslah dilakukan dalam satu kesatuan waktu waktu, begitu berlangsungnya

suatu pelaksanaan begitu pula observasi dilakukan. Model yang dikemukakan oleh

Arikunto pada hakikatnya berupa perangkat-perangkat atau uraian-uraian dengan

perangkat terdiri empat komponen, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan

refleksi. Keempat kompenen yang berupa uraian tersebut dipandang sebagai satu siklus.

Oleh karena itu pengertian siklus pada kesempatan ini adalah suatu putaran kegiatan

terdiri dari perencanaan, pelaksanaan,

K. Prosedur Pelaksaaan Penelitian

Penelitian tindakan kelas yang akan digambarkan sebagai berikut :

Gamba
r 3.1 Skema Rancangan Penelitian 39 Sebelum melakukan pelaksanaan, terlebih dahulu

dilakukan pra siklus yaitu pengamatan kelas. Pengamatan kelas ini bertujuan untuk

mengetahui kondisi secara keseluruhan pengajaran IPA materi Alat Peredaran Darah

Pada Manusia di SD Negeri 56 Kota Bengkulu. Hal-hal yang diamati adalah kegiatan

guru dan siswa selama proses pembelajaran, kondisi lingkungan sekolah, sarana dan

prasarana sekolah, serta mampu memahami materi alat peredaran darah pada manusia

melalui media poster. Dari tiap-tiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu sebagai berikut:

1. Perencanaan Pada tahap perencanaan ini kegiatan yang di lakukan adalah

menetukan fokus penelitian.

a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan skenario proses

belajar mengajar untuk setiap siklus dengan menggunakan model pembelajaran

Autentik yang meliputi langkah pembelajaran mulai dari tahap pendahuluan,

kegiatan inti dan penutup.

b. Mempersiapkan alat evaluasi (tes) yaitu berupa tes yang dilakukan pada setiap

akhir tindakan tiap siklus sesuai dengan ruang lingkup permasalahan dalam

pembelajaran.

c. Membuat lembar observasi aktifitas siswa dan guru beserta kriteria penilaian

aktifitas siswa dan guru.

2. Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah pelaksanaan rencana skenario

pembelajaran yang telah dirancang oleh peneliti serta mengadakan evaluasi diakhir

pertemuan dengan menggunakan siklus.

3. Pengamatan Pengamatan dilakukan dengan menggunakan lember observasi guru

dan lembar observasi siswa yang telah disiapkan. Pada saat guru mengajar yang

menjadi pengamat adalah kolaborator.


4. Refleksi Pada tahap refleksi ini peneliti bersama kolaborator mendiskusikan hasil

pengamatan yang telah dilakukan dalam proses pembelajaran. Dari hasil diskusi

yang diperoleh yaitu berhasil atau tidak berhasil sesuai lembaran observasi baik

guru maupun siswa. Kategori berhasil yang mencapai kategori ketuntasan, yang

tidak berhasil karena ada kelemahan dan kekurangan yang ditemukan pada siklus

pertama, dapat digunakan sebagai dasar penyusunan rencaba tindakan siklus ke dua

dan seterusnya, sehingga siklus selanjutnya menjadi lebih baik dari pada siklus

sebelumnya.

L. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui penggunaan media gambar meningkatkan hasil belajar siswa pada

Mata Pelajaran IPA, penulis menggunakan teknik analisis kuantitatif. Teknik analisis

data kuantitatif didapat dari penilaian latihan dan tes (pre-tes dan post-tes)

1. Penilaian latihan dan tes mencari nilai rata-rata Peneliti menjumlahkan nilai yang

diperoleh siswa, dibagi dengan jumlah siswa tersebut sehingga memperoleh nilai

rata-rata (mean).

2. Penilaian untuk ketuntasan belajar Dalam ketuntasan ini terdapat dua kategori

ketuntasan belajar yaitu secara individu dan klasikal. Ketuntasan belajar secara

individual didapat dari KKM untuk pembelajaran IPA ditetapkan sekolah yaitu 70

siswa dinyatakan tuntas jika telah mendapat kan nilai sekurang-kurangnya 70 dan

dibawah 70 dinyatakan belum tuntas. Sedangkan ketuntasan belajar secara

klasikal yaitu mengukur tingkat keberhasialn ketuntasan belajar siswa

menyeluruh.

3. Analisis data aktivitas siswa dalam pembelajaran Data hasil observasi yang

didapat melalui lembar observasi aktivitas siswa digunakan untuk melihat proses
dan perkembanagan aktivitas yang terjadi selama pembelajaran berlangsung .data

jumlah siswa yang terlibat dalam masing masing aktivitas dan di


DAFTAR PUSTAKA

Vol.1 No.6 Nopember 2020 1139 Jurnal Inovasi Penelitian Oleh Kosilah dan Septian

e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1 Nomor 6, Agustus 2017 Peningkatan hasil belajar

IPA Melalui model Discovery Learning siswa kelas IV SDN GEDANGANAK 02

Anda mungkin juga menyukai