Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada hakikatnya pembelajaran IPA tidak hanya memperhatikan produk

(hasil) saja, tetapi lebih ditekankan pada sikap, proses, dan produk. Di dalam

pembelajaran IPA siswa dituntut melakukan hal yang dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa misalnya dengan cara percobaan, demonstrasi, ataupun

diskusi.

Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar,

gurulah yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu

dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi

lebeh efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan

membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan

pelajaran tersebut.

Guru mengemban tugas yang berat untuk tercapainya tujuan

pendidikan nasional yaitu meningkatkan kualitas manusia Indonesia, manusia

seutuhnya yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,

berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh,

bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan

rohani, juga harus mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta

terhadap tanah air, mempertebal semangat kebangsaan dan rasa

kesetiakawanan sosial. Sejalan dengan itu pendidikan nasional akan mampu

mewujudkan manusia-manusia pembangunan dan membangun dirinya sendiri

serta bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

1
Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor

diantaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar,

karena guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan

meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. Untuk mengatasi

permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan pendidikan secara maksimal,

peran guru sangat penting dan diharapkan guru memiliki cara/model mengajar

yang baik dan mampu memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai

dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan.

Di SDN Mori II Kecamatan Trucuk Kabupaten Bojonegoro, dalam

kegiatan belajar mengajar kurang memperhatikan pentingnya penerapan

metode yang sesuai dengan materi pembelajaran. Metode ceramah masih

menjadi metode andalan dalam menyampaikan materi pada pelajaran IPA,

sehingga prestasi belajar siswa rendah.

Metode pembelajaran jenisnya beragam yang masing-masing memiliki

kelebihan dan kelemahan, maka pemilihan metode yang sesuai dengan topik

atau materi yang akan diajarkan harus betul-betul dipikirkan oleh guru yang

akan menyampaikan materi pelajaran.

Penggunaan metode demonstrasi diharapkan dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa dalam proses belajar mengajar sehingga dalam proses

belajar mengajar itu aktivitasnya tidak hanya didominasi oleh guru, dengan

demikian siswa akan terlibat secara fisik, emosional dan intelektual yang pada

gilirannya diharapkan konsep perubahan benda yang diajarkan oleh guru dapat

dipahami oleh siswa.

2
Data yang diperoleh menunjukkan rendahnya prestasi belajar IPA pada

materi energi listrik pada siswa kelas VI SDN Mori II Kecamatan Trucuk

Kabupaten Bojonegoro. Data yang diperoleh adalah dari 20 siswa, yang

mencapai nilai di atas 65 hanya 8 anak atau 40 % yang dinyatakan tuntas

dalam belajar. Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut di atas maka

dalam penelitian in memilih judul “Penerapan Metode Demonstrasi Sebagai

Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Tentang Energi Listrik Pada Siswa

Kelas VI SDN Mori II Kecamatan Trucuk Kabupaten Bojonegoro Tahun

Pelajaran 2018/2019”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas penulis merumuskan masalah

sebagai berikut.

1) Bagaimana cara penerapan metode demonstrasi untuk meningkatkan

prestasi belajar siswa pada pelajaran IPA dalam materi energi listrik?

2) Apakah metode demonstrasi dapat mempengaruhi peningkatan prestasi

belajar siswa ?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Ingin mengetahui cara penerapan metode demonstrasi sebagai upaya

meningkatkan prestasi belajar siswa pada pelajaran IPA dalam materi

energi listrik

3
2. Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkan

metode demonstrasi.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat:

1. Bagi siswa untuk meningkatkan pemahaman konsep IPA dengan metode

demonstrasi.

2. Bagi guru dapat memberikan tambahan pengayaan cara mengajar dengan

bantuan metode demonstrasi sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapi

dengan baik.

3. Bagi lembaga dapat dijadikan sebagai bahan masukan informasi tentang

salah satu alternatif cara pembelajaran IPA pada siswa dengan

pemanfaatan metode pengajaran dalam mencapai tujuan intruksional.

4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Metode Pembelajaran

1. Pengertian Metode

Metode berasal dari bahasa latin “Methodos” yang berarti jalan

yang harus dilalui. Menurut Nana Sudjana (2002:260) “Metode adalah cara

yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat

berlangsungnya pelajaran, oleh karena itu peranan metode pengajaran

sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar”. Sedangkan

menurut Sukartiaso “Metode adalah cara untuk melakukan sesuatu atau cara

untuk mencapai suatu tujuan”.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode

adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Dalam kegiatan pembelajaran, metode sangat diperlukan oleh

guru untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.

2. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara

memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu

kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media

pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang

disajikan. Muhibbin Syah ( 2000).

5
Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk

memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan

dengan bahan pelajaran. Syaiful Bahri Djamarah, ( 2000).

Manfaat psikologis pedagogis dari metode demonstrasi adalah :

1) Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan .

2) Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.

3) Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam

diri siswa (Daradjat, 1985)

Kelebihan metode demonstrasi sebagai berikut :

1) Membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses

atu kerja suatu benda.

2) Memudahkan berbagai jenis penjelasan .

3) Kesalahan-kesalahan yeng terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki

melaui pengamatan dan contoh konkret, drngan menghadirkan obyek

sebenarnya (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).

Kelemahan metode demonstrasi sebagai berikut :

1) Anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan

dipertunjukkan.

2) Tidak semua benda dapat didemonstrasikan

3) Sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang

menguasai apa yang didemonstrasikan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).

6
B. Hakikat Pembelajaran IPA

IPA didefiniksan sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun

secara alam. Perkembangan IPA tidak hanya ditandai dengan adanya fakta,

tetapi juga oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Metode ilmiah dan

pengamatan ilmiah menekankan pada hakikat IPA.

Secara rinci hakikat IPA menurut Bridgman (dalam Lestari, 2002: 7)

adalah sebagai berikut:

1. Kualitas; pada dasarnya konsep-konsep IPA selalu dapat dinyatakan dalam

bentuk angka-angka.

2. Observasi dan Eksperimen; merupakan salah satu cara untuk dapat

memahami konsep-konsep IPA secara tepat dan dapat diuji kebenarannya.

3. Ramalan (prediksi); merupakan salah satu asumsi penting dalam IPA

bahwa misteri alam raya ini dapat dipahami dan memiliki keteraturan.

Dengan asumsi tersebut lewat pengukuran yang teliti maka berbagai

peristiwa alam yang akan terjadi dapat diprediksikan secara tepat.

4. Progresif dan komunikatif; artinya IPA itu selalu berkembang ke arah

yang lebih sempurna dan penemuan-penemuan yang ada merupakan

kelanjutan dari penemuan sebelumnya.

Proses; tahapan-tahapan yang dilalui dan itu dilakukan dengan

menggunakan metode ilmiah dalam rangkan menemukan suatu

kebernaran.

5. Universalitas; kebenaran yang ditemukan senantiasa berlaku secara umum.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA merupakan

7
bagian dari IPA, dimana konsep-konsepnya diperoleh melalui suatu proses

dengan menggunakan metode ilmiah dan diawali dengan sikap ilmiah

kemudian diperoleh hasil (produk).

C. Proses Belajar Mengajar IPA

Proses dalam pengertian disini merupakan interaksi semua komponen

atau unsur yang terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama lainnya saling

berhubungan (inter independent) dalam ikatan untuk mencapai tujuan (Usman,

2000: 5).

Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri

individu berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Hal

ini sesuai dengan yang diutarakan Burton bahwa seseorang setelah mengalami

proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek

pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Misalnya dari

tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti. (dalam Usman,

2000: 5).

Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan

tanggungjawab moral yang cukup berat. Mengajar pada prinsipnya

membimbing siswa dalam kegiatan suatu usaha mengorganisasi lingkungan

dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang

menimbulkan proses belajar.

Proses belajar mengajar merupakan suatu inti dari proses pendidikan

secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegangn peran utama. Proses

belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian

8
perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung

dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan

timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi

berlangsungnya proses belajar mengajar (Usman, 2000: 4).

Sedangkan menurut buku Pedoman Guru Pendidikan Agama Islam,

proses belajar mengajar dapat mengandung dua pengertian, yaitu rentetan

kegiatan perencanaan oleh guru, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi

program tindak lanjut (dalam Suryabrata, 1997: 18).

Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses belajar

mengajar IPA meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan,

pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang

berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu

pengajaran IPA.

D. Prestasi Belajar

1. Pengertian Belajar

Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan dalam kepustakaan.

Yang dimaksud belajar yaitu perbuatan murid dalam bidang material,

formal serta fungsional pada umumnya dan bidang intelektual pada

khususnya. Jadi belajar merupakan hal yang pokok. Belajar merupakan

suatu perubahan pada sikap dan tingkah laku yang lebih baik, tetapi

kemungkinan mengarah pada tingkah laku yang lebih buruk.

Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan harus merupakan akhir

dari pada periode yang cukup panjang. Berapa lama waktu itu berlangsung

9
sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaklah merupakan

akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari,

berminggu-minggu, berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Belajar

merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata proses itu

terjadi dalam diri seserorang yang sedang mengalami belajar. Jadi yang

dimaksud dengan belajar bukan tingkah laku yang nampak, tetapi

prosesnya terjadi secara internal di dalam diri individu dalam

mengusahakan memperoleh hubungan-hubungan baru.

2. Pengertian Prestasi Belajar

Sebelum dijelaskan pengertian mengenai prestasi belajar, terlebih

dahulu akan dikemukakan tentang pengertian prestasi. Prestasi adalah hasil

yang telah dicapai. Dengan demikian bahwa prestasi merupakan hasil yang

telah dicapai oleh seseorang setelah melakukan sesuatu pekerjaan/aktivitas

tertentu.

Jadi prestasi adalah hasil yang telah dicapai oleh karena itu semua

individu dengan adanya belajar hasilnya dapat dicapai. Setiap individu

belajar menginginkan hasil yang yang sebaik mungkin. Oleh karena itu

setiap individu harus belajar dengan sebaik-baiknya supaya prestasinya

berhasil dengan baik. Sedang pengertian prestasi juga ada yang

mengatakan prestasi adalah kemampuan. Kemampuan di sini berarti yan

dimampui individu dalam mengerjakan sesuatu.

3. Pedoman Cara Belajar

Untuk memperoleh prestasi/hasil belajar yang baik harus dilakukan

dengan baik dan pedoman cara yang tapat. Setiap orang mempunyai cara

10
atau pedoman sendiri-sendiri dalam belajar. Pedoman/cara yang satu

cocok digunakan oleh seorang siswa, tetapi mungkin kurang sesuai untuk

anak/siswa yang lain. Hal ini disebabkan karena mempunyai perbedaan

individu dalam hal kemampuan, kecepatan dan kepekaan dalam menerima

materi pelajaran.

Oleh karena itu tidaklah ada suatu petunjuk yang pasti yang harus

dikerjakan oleh seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Tetapi

faktor yang paling menentukan keberhasilan belajar adalah para siswa itu

sendiri. Untuk dapat mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya harus

mempunyai kebiasaan belajar yang baik.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Adapun faktor-faktor itu, dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu:

a. Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang kita sebut faktor

individu. Yang termasuk ke dalam faktor individu antara lain faktor

kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan

faktor pribadi.

b. Faktor yang ada pada luar individu yang kita sebut dengan faktor sosial

Sedangkan yang faktor sosial antara lain faktor keluarga, keadaan

rumah tangga, guru, dan cara dalam mengajarnya, lingkungan dan

kesempatan yang ada atau tersedia dan motivasi sosial.

Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar di atas

menunjukkan bahwa belajar itu merupakan proses yang cukup kompleks.

Artinya pelaksanaan dan hasilnya sangat ditentukan oleh faktor-faktor di

atas. Bagi siswa yang berada dalam faktor yang mendukung kegiatan

11
belajar akan dapat dilalui dengan lancar dn pada gilirannya akan

memperoleh prestasi belajar yang baik.

Sebaliknya bagi siswa yang berada dalam kondisi belajar yang tidak

menguntungkan, dalam arti tidak ditunjang atau didukung oleh faktor-

faktor diatas, maka kegiatan atau proses belajarnya akan terhambat atau

menemui kesulitan.

5. Prestasi Belajar IPA

Belajar dapat membawa suatu perubahan pada individu yang

belajar. Perubahan ini merupakan pengalaman tingkah laku dari yang

kurang baik menjadi lebih baik. Pengalaman dalam belajar merupakan

pengalaman yang dituju pada hasil yang akan dicapai siswa dalam proses

belajar di sekolah. Menurut Poerwodarminto (1991: 768), prestasi belajar

adalah hasil yang dicapai (dilakukan, dekerjakan), dalam hal ini prestasi

belajar merupakan hasil pekerjaan, hasil penciptaan oleh seseorang yang

diperoleh dengan ketelitian kerja serta perjuangan yang membutuhkan

pikiran.

Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa prestasi

belajar yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang

dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar. Pencapaian hasil

belajar tersebut dapat diketahui dengan megadakan penilaian tes hasil

belajar. Penilaian diadakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah

berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Di samping itu

guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan guru dalam proses

belajar mengajar di sekolah.

12
Sejalan dengan prestasi belajar, maka dapt diartikan bahwa

prestasi belajar IPA adalah nilai yang dipreoleh siswa setelah melibatkan

secara langsung/aktif seluruh potensi yang dimilikinya baik aspek kognitif

(pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan) dalam proses

belajar mengajar IPA.

E. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini dapat dirumuskan bahwa

apabila dalam pelajaran IPA pada materi energi listrik diterapkan metode

demonstrasi, maka prestasi belajar siswa kelas VI SDN Mori II Kecamatan

Trucuk Kabupaten Bojonegoro tahun pelajaran 2018/2019 akan meningkat.

13
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian.

Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan

penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini

bertempat di SDN Mori II Kecamatan Trucuk Kabupaten Bojonegoro

Tahun Pelajaran 2018/2019.

2. Waktu Penelitian.

Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau

saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

Januari sampai dengan Februari 2018.

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian


No Tahap Penelitian Waktu

1 Tahap Perencanaan 16-21 Januari 2019

2 Tahap Persiapan 23-28 Januari 2019

3 Siklus I 31 Januari 2019

4 Siklus II 7 Pebruari 2019

5 Laporan 8 s/d 20 Pebruari 2019

3. Fokus Penelitian.

a. Mata Pelajaran IPA

b. Materi Energi Listrik

c. Prestasi Belajar

d. Metode demonstrasi

14
B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam hal ini adalah siswa kelas VI SDN Mori II

dengan jumlah siswa 20. Subjek tersebut dipilih, karena peneliti ingin

membuat laporan Tindakan Kelas sebagai syarat pengajuan angka kredit.

C. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa, guru

dan pengamat. Sumber data yang diperoleh dari siswa adalah mengumpulkan

data aktivitas siswa dalam pembelajaran dan hasil belajarnya. Guru adalah

dalam mengelola kelas dan menerapkan metode demonstrasi dalam pelajaran

IPA pada materi energi listrik panas. Sedangkan pengamat adalah

mengumpulkan data dalam pelaksanaan pembelajaran dengan instrumen-

instrumen yang telah disediakan.

D. Tahap-tahap penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan model Penelitian Tindakan.

Arikunto menjelaskan, penelitian tindakan adalah penelitian tentang hal-hal

yang terjadi di masyarakat atau kelompok sasaran, dan hasilnya langsung

dapat dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan. Ciri atau karakteristik

utama dalam penelitian tindakan adalah adanya partisipasi dan kolaborasi

antara peneliti dengan anggota kelompok sasaran. Penelitian tindakan adalah

salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata

dalam bentuk proses pengembangan inovatif yang “dicoba sambil jalan”

dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Dalam prosesnya, pihak—

15
pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut dapat saling mendukung satu

sama lain (Arikunto, 2006:90).

Menurut Kemmis & Mc Taggart dalam Arikunto (2006:97) model

penelitian tindakan yang dimaksud menggambarkan adanya empat langkah

(dan pengulangannya). Keempat langkah tersebut merupakan satu siklus atau

putaran, artinya sesudah langkah keempat, lalu kembali kesatu, dan

seterusnya.

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

Menyimpulkan
Hasil Penelitian

Gambar 1. Bagan Siklus Tindakan

Berdasarkan observasi awal, proses pembelajaran yang dilakukan

adalah dengan menerapkan metode demonstrasi. Penelitian ini akan

dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus tediri dari perencanaan,

pelaksanaa tindakan, observasi, refleksi.

16
Siklus I

1. Perencanaan

Sebelum melaksanakan tindakan maka perlu tindakan persiapan

atau perencanaan. Kegiatan pada tahap ini adalah :

a. Penyusunan RPP dengan metode demonstrasi sesuai yang

direncanakan dalam PTK.

b. Penyusunan lembar penilaian sesuai dengan indikator

pembelajaran yang ingin dicapai

c. Membuat soal test yang akan diadakan untuk mengetahui hasil

pemebelajaran siswa.

d. Memberikan penjelasan pada siswa mengenai petunjuk

melakukan demonstrasi yang akan dilaksanakan.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah

disusun (terlampir). Inti pelaksanaan pembelajarannya adalah sebagai

berikut.

a. Kegiatan awal: Menyiapkan sarana pembelajaran dan memotivasi

siswa

b. Kegiatan inti: Melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana

pembelajaran yang telah dibuat. Dalam pelaksanaan ini, guru

menjadi fasilitator selama pembelajaran, yaitu sebagai

pembimbing bersama dengan observer sekaligus mengamati

aktivitas siswa. Adapun langkah–langkah yang dilakukan adalah

sesuai dengan RPP (terlampir)

17
c. Kegiatan penutup: di akhir pelaksanaan pembelajaran pada tiap

siklus, guru memberikan test secara tertulis untuk mengevalausi

prestasi belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

3. Observasi

Pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran

berlangsung dan hendaknya pengamat melakukan kolaborasi dalam

pelaksanaannya.

4. Refleksi

Pada tahap ini dilakukan analisis data yang telah diperoleh.

Hasil analisis data yang telah ada dipergunakan untuk melakukan

evaluasi terhadap proses dan hasil yang ingin dicapai. Refleksi

dimaksudkan sebagai upaya untuk mengkaji apa yang telah atau

belum terjadi, apa yang dihasilkan, mengapa hal itu terjadi dan apa

yang perlu dilakukan selanjutnya. Hasil refleksi digunakan untuk

menetapkan langkah selanjutnya dalam upaya unttuk menghasilkan

perbaikan pada siklus II

Siklus II

Kegiatan pada siklus dua pada dasarnya sama dengan pada

siklus I, yaitu melalui empat tahap: perencanaan, pelaksanaan, observasi,

dan refleksi. Hanya saja perencanaan kegiatan mendasarkan pada hasil

refleksi pada siklus I sehingga lebih mengarah pada perbaikan pada

pelaksanaan siklus I.

18
E. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan teknik sebagai berikut :

1. Observasi

Observasi dilaksanakan untuk memperoleh data kemampuan berpikir

siswa yang terdiri dari beberapa deskriptor yang ada selama pembelajaran

berlangsung. Observasi ini dilakukan dengan menggunakan lembar

observasi yang telah disusun. Obsevasi dilakukan oleh 2 orang observer.

2. Test

Tes yang digunakan adalah tes tulis dan tes praktek. Test dilaksanakan

setiap akhir siklus, hal ini dimaksudkan untuk mengukur hasil yang

diperoleh siswa setelah pemberian tindakan. Tes praktek dilaksanakan

pada saat pembelajaran berlangsung. Dalam hal ini tes praktek yang

digunakan adalah penilaian terhadap aktivitas siswa dalam melakukan

demonstrasi

F. Indikator Keberhasilan

Kriteria yang digunakan untuk mengungkapkan peningkatan

pemahaman siswa kelas VI SDN Mori II Kecamatan Trucuk Kabupaten

Bojonegoro adalah sebagai berikut:

19
Tabel 3.2. Acuan Kriteria Penilaian

Interval Skor / Nilai Kategori

8,1 – 10,0 Sangat tinggi

6,6 – 8,0 Tinggi

5,6 – 6,5 Sedang

4,1 – 5,5 Rendah

0 – 4,0 Sangat Rendah

Berdasarkan kriteria standar tersebut, maka peneliti menentukan

tingkat kriteria keberhasilan tindakan pada penelitian ini dilihat dari

peningkatan pemahaman siswa yang diukur berdasarkan hasil tes formatif

siswa secara keseluruhan pada setiap siklus telah meningkat dan menunjukkan

tingkat pencapaian keberhasilan siswa secara keseluruhan mencapai

penguasaan ≥75 % dengan nilai masing-masing setiap subjek penelitian

memperoleh nilai paling rendah 6,50.

G. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah observasi dan tes

a. Observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang keaktivan dan

partisipasi siswa dalam pembelajaran

b. Tes digunakan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan siswa

memahami materi tentang energi listrik

2. Adapun langkah–langkah pengumpulan data sebagai berikut :

20
a. Menyediakan lembar observasi dan lembar soal dengan pedoman

penilaian yang berisi indikator yang ingin dicapai.

b. Menghitung skor setiap siswa dengan rumus :

Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa,

yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas

tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan

X
X
N
Dengan : X = Nilai rata-rata

Σ X = Jumlah semua nilai siswa

Σ N = Jumlah siswa

c. Mencatat skor siswa dalam tabel

d. Menentukan tingkat ketuntasan atau keberhasilan

Untuk menghitung persentase ketuntasan siswa digunakan rumus:

P
 Siswa. yang.tuntas.belajar x100%
 Siswa

21
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Data Awal Siswa

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti bersama observer

mengidentifikasi masalah yang muncul pada saat pembelajaran. Hasil

identifikasi masalah yang dilakukan menunjukkan bahwa pada pelajaran

IPA tentang energi listrik, hasil belajar siswa masih rendah. Hal ini

ditunjukkan dari hasil tes formatif yang dilakukan, dari 20 siswa hanya 8

anak yang tuntas dalam belajar.

Dalam pelaksanaan pembelajaran pada tahap awal, siswa

cenderung duduk dan mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru.

Siswa tidak terlibat aktif dalam pembelajaran. Hal tersebut yang menjadi

faktor utama rendahnya prestasi belajar siswa.

Pada tahap awal, belum diterapkan metode demonstrasi. Untuk

meningkatkan prestasi belajar siswa, peneliti bersama dengan observer

memutuskan untuk melakukan perbaikkan pembelajaran dengan

menerapkan metode demonstrasi.

Dengan menerapkan metode demonstrasi, siswa akan terlibat aktif

dalam pembelajaran, karena siswa sendiri yang melakukan demonstrasi

dan guru hanya membimbing pelaksanaan eksperimen, sehingga tercipta

suasanya pembelajaran yang menyenangkan. Dengan demikian siswa akan

terlibat aktif, sehingga prestasi belajar siswa dapat meningkat.

Data pada tahap awal ini disajikan dalam tabel di bawah ini.

22
Tabel 4.1. Karakteristik Siswa tahap Awal
No NAMA SISWA NILAI Ketuntasan

Tuntas Tidak Tuntas


1 Abdul Rokhim 50 √

2 Achmad Abi Pratama 60 √

3 Ahmad Bahaudin 70 √

4 Ahmad Jalaludin 70 √

5 Diana Anjelita 70 √

6 Intan Purnamasari 60 √

7 Marcel Ardian 50 √

8 Moh. Lutfi Aliyudin 60 √

9
Muhammad Akbar 70 √

10
Nahya Fauzia 70 √

11 Nur Rohmah 50 √

12 Radit Rahmadani 50 √

13
Rafa Eziano 80 √

14 Rayvan Ilham 60 √

15
Silvi Setya Alifia 70 √

16 Sunia Siti Isyaroh 60 √

17 Wahyu Utomo 60 √

18 Yoga Bagus Prasetyo 50 √

19 Yopie Susilo 80 √

20 Zakaria Romandhon 40 √

JUMLAH 1230 8 12

RATA-RATA 62 - -

PERSENTASE KETUNTASAN 40% 60%

23
2. Data siswa pada siklus I

a. Perencanaan

Pada tahap ini peneliti merancang metode pembelajaran demonstrasi,

mendiskusikan penerapan metode demonstrasi, dan menyiapkan perangkat

pembelajaran (RPP, Media, Kriteria Penilaian, dan Alat Evaluasi).

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran siklus I dilaksanakan pada tanggal 31

Januari 2018 Skenario pelaksanaan pembelajaran pada siklus I mengacu

pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah dibuat dengan

mengetahui dengan persetujuan observer dan mengetahui kepala sekolah.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat, secara

garis besar berisi tentang Kegiatan awal, Kegiatan inti, dan kegiatan Akhir.

Untuk lebih jelasnya, RPP dapat dilihat dalam lampiran.

Secara garis besar pelaksanaan kegiatan awal adalah dengan

mengucap salam dan apersepsi. Kegiatan inti: menjelaskan materi dengan

menggunakan media yang sudah disiapkan, menjelaskan petunjuk

pelaksanaan demonstrasi, melakukan demonstrasi (membuat rangkaian

listrik), memberikan evaluasi. Pada kegiatan penutup: guru bersama siswa

menyimpulkan materi, dan memberikan tindak lanjut berupa pekerjaan

rumah.

Data yang diperoleh pada siklus I antara lain berupa: aktivitas siswa,

aktivitas guru, dan ketuntasan belajar siswa yang digunakan sebagai acuan

24
penilaian prestasi belajar siswa. Data pada siklus I disajikan dalam tabel

berikut:

Tabel 4.2. Data Siswa Siklus I


No NAMA SISWA NILAI Ketuntasan
Tuntas Tidak Tuntas
1 Abdul Rokhim 60 √

2 Achmad Abi Pratama 70 √

3 Ahmad Bahaudin 80 √

4 Ahmad Jalaludin 80 √

5 Diana Anjelita 80 √

6 Intan Purnamasari 70 √

7 Marcel Ardian 60 √

8 Moh. Lutfi Aliyudin 70 √

9 Muhammad Akbar 80 √

10 Nahya Fauzia 80 √

11 Nur Rohmah 60 √

12 Radit Rahmadani 50 √

13 Rafa Eziano 90 √

14 Rayvan Ilham 70 √

15 Silvi Setya Alifia 80 √

16 Sunia Siti Isyaroh 70 √

17 Wahyu Utomo 70 √

18 Yoga Bagus Prasetyo 60 √

19 Yopie Susilo 90 √

20 Zakaria Romandhon 50 √

25
JUMLAH 1420 14 6

RATA-RATA 71 - -

PERSENTASE KETUNTASAN 70% 30%

Rata-rata tes formatif dapat dirumuskan

X
X
N
Dengan : X = Nilai rata-rata

Σ X = Jumlah semua nilai siswa

Σ N = Jumlah siswa

X = 1120
16
=70
Untuk menghitung persentase ketuntasan siswa digunakan rumus:

P
 Siswa. yang.tuntas.belajar x100%
 Siswa
10
P x100%
16

= 63 %

26
Tabel 4.3. Penilaian Aktivitas Siswa dalam melakukan Demonstrasi
NO Nama Siswa Aspek/Skor Skor
Memahami Ketepatan Penyimpulan
Petunjuk Merangkai
1 Abdul Rokhim 2 2 2 6
2 Achmad Abi Pratama 2 3 2 7
3 Ahmad Bahaudin 3 2 2 7
4 Ahmad Jalaludin 2 3 2 7
5 Diana Anjelita 2 2 2 6
6 Intan Purnamasari 2 3 2 7
7 Marcel Ardian 2 3 3 8
8 Moh. Lutfi Aliyudin 3 2 2 7
9 Muhammad Akbar 2 2 2 6
10 Nahya Fauzia 3 2 3 8
11 Nur Rohmah 3 2 2 7
12 Radit Rahmadani 2 2 2 6
13 Rafa Eziano 3 3 3 9
14 Rayvan Ilham 2 2 2 6
15 Silvi Setya Alifia 2 3 2 7
16 Sunia Siti Isyaroh 3 2 2 7
17 Wahyu Utomo 2 2 2 6
18 Yoga Bagus Prasetyo 2 2 2 6
19 Yopie Susilo 2 3 2 7
20 Zakaria Romandhon 2 2 2 6
Jumlah 46 47 43 136
Persentase (%) 77 78 72

27
Tabel 4.4. Penilaian Aktivitas Guru
No Instrumen Kriteria
Baik Cukup Kurang
1. Memotivasi Siswa √
2. Melibatkan Siswa Aktif dalam √
Pembelajaran
3 Menciptakan suasana kelas yang kondusif √
4 Merespon kesulitan siswa √
5. Membimbing siswa √
6 Menyimpulkan √

Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siklus I


No Uraian Siklus I
1 Jumlah Nilai Tes Formatif 1420
2 Rata-rata Nilai Formatif 71
3 Jumlah Siswa Tuntas 14
4 Jumlah Siswa Tidak Tuntas 6
5 Persentase Siswa yang Tuntas 70%
6 Persentase Siswa yang Tidak Tuntas 30%

c. Pengamatan

Hasil pengamatan yang dilakua selama pelaksanaan pembelajaran siklus I

telah disajikan dalam tabel penilaian di atas. Data yang diperoleh berdasarkan

hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran siklus I

mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan data yang diperoleh pada

tahap awal, tetapi peningkatan prestasi belajar pada siklus I belum maksimal.

Hal ini disebabkan karena, aktivitas siswa dan guru juga belum maksimal.

Guru kurang memberikan bimbingan dan respon terhadap siswa, sehingga

siswa dalam melakukan demonstrasi mengalami kesulitan. Khususnya

kesulitan memahami petunjuk pelaksanaan demonstrasi dan menyimpulkan

hasil demonstrasi.

d. Refleksi

28
Dalam kegiatan refleksi, dihasilkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Prestasi Belajar siswa masih perlu ditingkatkan, karena masih terdapat 3

anak atau 30 % siswa yang belum tuntas dalam belajar.

2. Peneliti bersama observer memutuskan untuk melanjutkan pada siklus

berikutnya, karena persentase ketuntasan yang diperoleh masih di bawah

75%.

3. Mengumpulkan data terntang kelemahan-kelamahan yang terjadi pada

siklus I untuk diperbaikki pada sikus berikutnya

4. Membahas pemecahan hambatan yang terjadi pada siklus I

3. Data Siswa Pada Siklus II

a. Perencanaan

Penelitian dilanjutkan pada siklus II, karena hasil yang diperoleh pada

siklus I belum sesuai dengan target yang ditentukan oleh pengamat bersama

dengan peneliti.

Dalam siklus II, langkah-langkah yang ditempuh masih sama dengan

siklus I, yaitu menerapkan penggunaan metode demonstrasi pada pelajaran

IPA dalam materi energi listrik. Hanya memperbaiki kendala-kendala yang

meuncul pada saat pelaksanaan pembelajaran.

b. Pelaksanaan

Siklus II dilaksanakan pada tanggal 7 Pebruari 2018. Langkah-langkah

pelaksanaan pembelajaran dalam siklus II secara terperinci disajikan dalam

RPP (terlampir). Dalam pelaksanaan pembelajaran siklus II masih

menerapkan metode demonstrasi pada pelajaran IPA materi energi listrik.

29
Data yang diperoleh menunjukkan, dari 20 siswa, 100 % atau 20 anak

dinyatakan tuntas dalam belajar, karena semua siswa memperoleh nilai yang

sudah sesuai dengan KKM, yaitu 65.

Tabel 4.6. Data Siswa Siklus II


No NAMA SISWA NILAI Ketuntasan
Tuntas Tidak Tuntas
1 Abdul Rokhim 70 √

2 Achmad Abi Pratama 80 √

3 Ahmad Bahaudin 90 √

4 Ahmad Jalaludin 90 √

5 Diana Anjelita 90 √

6 Intan Purnamasari 80 √

7 Marcel Ardian 70 √

8 Moh. Lutfi Aliyudin 80 √

9 Muhammad Akbar 90 √

10 Nahya Fauzia 90 √

11 Nur Rohmah 70 √

12 Radit Rahmadani 70 √

13 Rafa Eziano 90 √

14 Rayvan Ilham 80 √

15 Silvi Setya Alifia 90 √

16 Sunia Siti Isyaroh 80 √

17 Wahyu Utomo 80 √

18 Yoga Bagus Prasetyo 70 √

19 Yopie Susilo 100 √

20 Zakaria Romandhon 70 √

JUMLAH 1630 20 -

RATA-RATA 82 - -

PERSENTASE KETUNTASAN 100% 0%

30
Rata-rata tes formatif dapat dirumuskan

X
X
N
Dengan : X = Nilai rata-rata

Σ X = Jumlah semua nilai siswa

Σ N = Jumlah siswa

X = 1300
16
= 81

Untuk menghitung persentase ketuntasan siswa digunakan rumus:

P
 Siswa. yang.tuntas.belajar x100%
 Siswa
16
P x100%
16

= 100 %

Tabel 4.7. Penilaian Aktivitas Siswa dalam melakukan Demonstrasi


N Nama Siswa Aspek/Skor Skor
O Memahami Ketepatan Penyimpulan
Petunjuk Merangkai
1 Abdul Rokhim 2 2 2 6

2 Achmad Abi Pratama 2 3 2 7

3 Ahmad Bahaudin 3 2 3 8

4 Ahmad Jalaludin 2 3 3 8

5 Diana Anjelita 3 2 2 7

6 Intan Purnamasari 3 3 3 9

7 Marcel Ardian 2 3 3 8

8 Moh. Lutfi Aliyudin 3 2 3 8

9 Muhammad Akbar 3 2 3 8

31
10 Nahya Fauzia 3 3 3 9

11 Nur Rohmah 3 2 3 7

12 Radit Rahmadani 2 2 3 7

13 Rafa Eziano 3 3 3 9

14 Rayvan Ilham 2 3 3 8

15 Silvi Setya Alifia 3 3 3 9

16 Sunia Siti Isyaroh 3 3 3 8

17 Wahyu Utomo 3 2 3 8

18 Yoga Bagus Prasetyo 2 3 2 6

19 Yopie Susilo 3 3 3 9

20 Zakaria Romandhon 2 2 3 6

Jumlah 52 51 56 159

Persentase (%) 87 85 93

Tabel 4.8. Penilaian Aktivitas Guru


No Instrumen Kriteria

Baik Cukup Kurang

1. Memotivasi Siswa √

2. Melibatkan Siswa Aktif dalam √

Pembelajaran

3 Menciptakan suasana kelas yang kondusif √

4 Merespon kesulitan siswa √

5. Membimbing siswa √

6 Menyimpulkan √

32
Tabel 4.9 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siklus II

No Uraian Siklus II

1 Jumlah Nilai Tes Formatif 1630

2 Rata-rata Nilai Formatif 82

3 Jumlah Siswa Tuntas 20

4 Jumlah Siswa Tidak Tuntas 0

5 Persentase Siswa yang Tuntas 100 %

6 Persentase Siswa yang Tidak Tuntas 0%

c. Pengamatan

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengamatan selama

pelaksanaan pembelajaran dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa

meningkat jika dibandingkan dengan data yang diperoleh pada tahap awal

dan siklus I, karena pelaksanaan pembelajaran pada siklus II mengacu

pada perbaikan kelemahan-kelemahan yang terjadi pada siklus I.

d. Refleksi

Berdsarkan hasil pengamatan yang dilakukan kemudian di

refleksikan. Hasil refleksi antara pengamat bersama dengan peneliti, maka

diputuskan untuk tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya, karena hasilnya

sudah sesuai dengan target awal. Hasil refleksi tersebut didasarkan pada

pencapaian ketuntasan siswa yang menunjukkan bahwa siswa yang tuntas

≥ 75%, yaitu 100%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan prestasi

belajar siswa yang signifikan.

33
B. Pembahasan

Penerapan metode demonstrasi dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan

Alam pada materi energi listrik terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar

siswa. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa pada tahap awal, siswa yang

tuntas hanya 8 anak atau 40 %, sedangkan setelah menerapkan metode

eksperimen, pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar

siswa, yaitu 70 % atau 14 anak dinyatakan tuntas. Walaupun prestasi belajar

siswa sudah mengalami peningkatan, tetapi belum sesuai dengan target, yaitu

75 %. Kemudian dilanjutkan pada siklus II. Pada siklus II, 100% atau 20 siswa

dinyatakan tuntas dalam belajar. Data-data rekapitulasi hasil pelaksanaan

pembelajaran pada tahap awal, siklus I, dan siklus II dapat ditampilakan dalam

tabel berikut.

4.10. Data Hasil Belajar Siswa


KETUNTASAN BELAJAR SISWA
NO NAMA SISWA TAHAP AWAL SIKLUS I SIKLUS II

N T BT N T BT N T BT

1 Abdul Rokhim 50 √ 60 √ 70 √

2 Achmad Abi √ 80 √
Pratama 60 √ 70

3 Ahmad Bahaudin 70 √ 80 √ 90 √

4 Ahmad Jalaludin 70 √ 80 √ 90 √

5 Diana Anjelita 70 √ 80 √ 90 √

34
6 Intan Purnamasari 60 √ 70 √ 80 √

7 Marcel Ardian 50 √ 60 √ 70 √

8 Moh. Lutfi √ 80 √
Aliyudin 60 √ 70

9 Muhammad Akbar 70 √ √ 90 √
80

10 Nahya Fauzia 70 √ 80 √ 90 √

11 Nur Rohmah 50 √ 60 √ 70 √

12 Radit Rahmadani 50 √ 50 √ 70 √

13 Rafa Eziano 80 √ 90 √ 90 √

14 Rayvan Ilham 60 √ √ 80 √
70

15 Silvi Setya Alifia 70 √ 80 √ 90 √

16 Sunia Siti Isyaroh 60 √ √ 80 √


70

17 Wahyu Utomo 60 √ 70 √ 80 √

18 Yoga Bagus 70 √
Prasetyo 50 √ 60 √

19 Yopie Susilo 80 √ 90 √ 100 √

20 Zakaria 70 √
Romandhon 40 √ 50 √

JUMLAH 1230 8 12 1420 14 6 1630 20 0

RATA-RATA / 62 40 60 71 70 30 82 100 0%
PERSENTASE % % % % %

35
Grafik 1. Ketuntasan Belajar Siswa

Tahap Awal Siklus I Siklus II

100%

70%
60%

40%
30%

0%

Tuntas
Tidak Tuntas

Grafik 2. Nilai Rata-rata

100
82
80
60 71
40 62 Siklus II
20
Tahap Awal
0

Tahap Awal
Siklus I
Siklus II

36
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan permasalahan yang dikaji dari studi pendahuluan pada

penelitian ini maka dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan metode

demonstrasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VI SDN Mori II

Kecamatan Trucuk Kabupaten Bojonegoro tahun pelajaran 2018/2019.

Peningkatan prestasi siswa ditandai dengan peningkatan nilai formatif dan

jumlah siswa yang memiliki nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Pada tahap awal jumlah siswa yang tuntas hanya 40 %, sedangkan

pada siklus I siswa yang tuntas adalah 70 % atau mengalami peningkatan

30%. Sedangkan pada siklus II siswa yang tuntas adalah 100 %. Jadi dengan

menggunakan metode demonstrasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa

kelas VI SDN Mori II Kecamatan Trucuk Kabupaten Bojonegoro tahun

pelajaran 2018/2019.

B. Saran

1. Bagi Guru

a. Guru diharapkan dapat menerapkan metode demonstrasi agar siswa

lebih aktif dalam pembelajaran sehingga prestasi belajar siswa dapat

meningkat

b. Guru mampu menentukan metode yang tepat, yang disesuaikan dengan

materi pembelajaran.

37
2. Sekolah

Hendaknya pihak sekolah dapat memotivasi guru untuk selalu

kreatif dan inovatif. Sehingga peningkatan mutu pendidikan di masing-

masing lembaga dapat tercapai.

38
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta: Rineksa Cipta

Depdiknas. 2001. Standart Kompetansi IPA. Jakarta: Depdiknas.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia.


Jakarta : Balai Pustaka

Poerwodarminto, WJS. 1978. Kamus Ilmu Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai


Pustaka.

Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.

Sudjana, N dan Ibrahim. 2002. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung:


Sinar Baru.

Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2112256-keunggulan-
keunggulan-metode-eksperimen/#ixzz1f9JnwHOW

Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Winata, Udin S. (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas


Terbuka.

39
40

Anda mungkin juga menyukai