Anda di halaman 1dari 60

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menghadapi zaman globalisasi saat ini dengan persaingan yang semakin ketat,

penguasaan sains dan teknologi adalah sesuatu yang mutlak diperlukan, untuk

maksud ini berbagai kebijakan telah dilakukan pemerintah indonesia dalam upaya

meningkatkan mutu pendidikan dan sumber daya manusia, misalnya

penyempurnaan kurikulum, perbaikan sarana dan prasarana, penataran, dan

pelatihan serta inovasi pembaruan metode pembelajaran. Namun demikian, dari

hasil pengamatan peneliti, hasil belajar siswa ditingkat Sekolah Dasar (SD) masih

sangat diprihatinkan khususnya mata pelajaran IPA.

Dalam program pendidikan dasar di Indonesia, mata pelajaran IPA

mempunyai beban jam yang hampir sama dengan bidang studi IPS atau

Matematika. Walaupun memiliki beban jam pelajaran yang hampir sama dengan

kedua bidang studi tersebut, IPA dianggap oleh sebagian besar siswa SD sebagai

mata pelajaran yang membosankan, misalnya siswa tidak dilibatkan dalam proses

pembelajaran serta buku paket sebagai satu-satunya sumber belajar.

Rendahnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA yang diterapkan oleh

guru kelas IV SD Negeri No.076 Panyabungan bahwa nilai rata-rata siswa

mencapai 57 dari 49 siswa terdiri dari 28 perempuan dan 21 laki-laki. Sementara

standar nilai ketuntasan minimal 65, siswa yang mendapat nilai di atas 65

berjumlah 18 dan 31 siswa mendapat nilai dibawah 65.

1
Kelemahan pembelajaran IPA selama ini adalah kurang mengikut sertakan

peserta didik dalam proses pembelajaran. Guru tidak mengembangkan berbagai

pendekatan maupun metode dalam pembelajaran. Kebanyakan para pendidik

menempuh cara yang mudah saja dengan menggunakan metode ceramah dan

mengandalkan penghafalan fakta-fakta belaka. Menurut Somantri (2003:304)

salah satu kelemahan dalam pembelajaran IPA adalah menekankan pada

strategi ceramah dan ekspositori atau transfer of knowledge yang menjadikan

guru sebagai pusat kegiatan belajar mengajar.

Keberhasilan mengajar Pengetahuan Alam ditentukan oleh berbagai hal antara

lain kemampuan siswa dan kemampuan guru itu sendiri dalam melaksanakan

proses belajar mengajar yang bermakna sesuai dengan tujuan pembelajaran. Salah

satu kemampuan guru yang harus dikuasai adalah pemilihan dan penerapan

metode secara tepat agar proses belajar berhasil dengan baik. Pemilihan dan

penerapan yang kurang tepat akan berdampak pada hasil belajar siswa.

IPA merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan kejadian-

kejadian kebendaan dan didasarkan pada hasil pengamatan dan percobaan. Guru

dalam proses pembelajaran cenderung menggunakan metode ceramah, tanya

jawab dan penugasan kegiatannya hanya berpusat pada guru saja, aktivitas siswa

dapat dikatakan hanya mendengar penjelasan guru, menjawab pertanyaan dan

mencatat hal-hal yang penting. Dimana siswa kurang dilibatkan dalam

pembelajaran sehingga siswa kurang aktif.

2
Banyak upaya yang dapat dilakukan oleh guru agar hasil belajar siswa dapat

lebih meningkat. Salah satunya adalah dengan menggunakan alat peraga dalam

pembelajaran. Alat peraga dijadikan guru sebagai alat bantu dalam penyampaian

materi pelajaran, sehingga pembelajaran tidak monoton. Alat peraga yang

digunakan guru tidak harus berteknologi tinggi dan mahal tetapi dapat berupa alat

sederhana dan dapat pula diperoleh oleh siswa disekitar tempat tinggal mereka

dalam hal ini guru enggan menggunakan alat peraga dalam pembelajaran karena

guru beranggapan bahwa membuat alat peraga sangat menyita waktu, tenaga, dan

juga biaya yang cukup besar. Sehingga guru cenderung mengajar tanpa

menggunakan alat peraga.

Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini diberi judul “Upaya

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Mengenal Rangka

Manusia Dengan Menggunakan Metode Demonstrasi Di Kelas IV SD Negeri

No.076 Panyabungan Tahun Pelajaran 2017/2018”.

1. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Siswa merasa kurang berkenan, bosan dan kurang puas dalam upaya

menerima mata pelajaran IPA.

2. Kurangnya interaksi antara guru dengan siswa.

3. Selama ini siswa tidak berinteraksi dengan benda-benda konkrit.

4. Kurangnya motivasi siswa dalam belajar IPA.

3
2. Analisis masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah

dikemukakan analisis masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kurang mengikut sertakan peserta didik dalam proses pembelajaran.

2. Penggunaan metode dan model pembelajaran yang kurang tepat.

3. Guru hanya memberikan contoh yang abstrak.

4. Kurangnya minat belajar siswa dalam pelajaran IPA.

3. Alternatif dan prioritas pemecahan masalah.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka alternative dan prioritas

untuk pemecahan masalah diatas adalah :

Guru hendaknya mampu menciptakan suasana belajar yang dapat

membangkitkan minat siswa dalam belajar dan menciptakan suasana menjadi

menyenangkan agar siswa tidak merasa jenuh dalam mengikutii

pembelajaran.Guru harus menggunakan alat peraga yang bervariasi dan sesuai

dengan materi yang diajarkan dan sesuai dengan sarat berfikir anak.

Guru meningkatkan minat belajar siswa,maka guru dituntut untuk lebih

kreatif.maka salah satu alternative yang dapat dilakukan adalah dengan

menggunakan metode demonstrasi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka

rumusan masalah dalam penelitian ini dirumuskan yaitu Apakah dengan

4
menggunakan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa

kelas IV SD Negeri No. 076 Panyabungan ?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan penelitian, tujuan penelitian adalah : Mengetahui

peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas IV dengan menggunakan metode

demonstrasi di SD Negeri No. 076 Panyabungan

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi siswa,

guru, sekolah maupun rekan-rekan guru yang lain :

1. Bagi siswa, penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang bersifat praktis

dalam upaya meningkatkan kualitas hasil belajar siswa dan memberikan

pengalaman kepada siswa bahwa belajar IPA itu menyenangkan.

2. Bagi peneliti, penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan guru terutama

dalam menggunakan metode demonstrasi sebagai alat bantu pembelajaran

sehingga guru berusaha mengembangkan diri untuk meningkatkan profesi

yang akhirnya pembelajaran dapat maksimal.

3. Bagi rekan-rekan guru lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai model

bagi guru yang mempunyai masalah atau mirip dengan permasalahan dalam

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini.

4. Bagi sekolah, penelitian ini dapat memberikan sumbangan dalam upaya

meningkatkan mutu pembelajaran.

5
E. Defenisi Operasional

1. IPA merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan kejadian-

kejadian kebendaan dan di dasarkan pada hasil pengamatan dan percobaan.

2. Hasil belajar menurut Syaiful Bahri Djamarah (2002:69), hasil belajar atau

prestasi belajar adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, atau

diciptakan secara individu atau kelompok. Dari ungkapan tersebut dapat

ditarik kesimpulan bahwa tidak akan ada hasil apabila tidak ada kegiatan.

Menurut Sujana (1989:75), hasil belajar adalah kemampuan- kemampuan

yang dimiliki oleh siswa setelah siswa tersebut menerima pengalaman

belajarnya.

3. Metode Demonstrasi, Cardille (1986:45) mengemukakan bahwa demonstrasi

adalah suatu penyajian yang dipersiapkan secara teliti untuk mempertontonkan

sebuah tindakan atau prosedur yang digunakan metode ini disertai dengan

penjelasan, ilustrasi dan pernyataan lisan (oral) atau peragaan (visual) secara

tepat.

6
BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Hakikat PTK

Penelitian Tindakan Kelas berasal dari bahasa Inggris, yaitu Classrom


Action Research, diartikan penelitian dengan tindakan yang dilakukan dikelas.
Untuk lebih jelasnya, mari kita perhatikan beberapa pengertian PTK berikut ini :

Menurut Lewin (Tahir 2012:77), PTK merupakan siasat guru dalam


mengaplikasikan pembelajaran dengan berkaca pada pengalamnya sendiri atau
dengan perbandingan dari guru lain.

Menurut Bahri (2012:8), Penelitian Tindakan Kelas merupakan sebuah


kegiatan yang dilaksanakan untuk mengamati kejadian-kejadian dalam kelas
untuk memperbaiki praktek dalam pembelajaran agar lebih berkualitas dalam
proses sehingga hasil belajarpun menjadi lebih baik.

Menurut Suyadi,2012:18, PTK secara lebih sistematis dibagi menjadi tiga


kata yaitu penelitian, tindakan, dan kelas. Penelitian yaitu kegiatan mengamati
suatu objek tertentu dengan menggunakan prosedur tertentu untuk menemukan
data dengan tujuan meningkatkan mutu. Kemudian tindakan yaitu perlakuan yang
dilakukan dengan sengaja dan terencana dengan tujuan tertentu. Dan kelas adalah
tempat di mana sekelompok peserta didik menerima pelajaran dari guru yang
sama.

Berdasarkan beberapa pemahaman mengenai PTK diatas dapat


disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) adalah suatu pengamatan
yang menerapkan tindakan didalam kelas dengan menggunakan aturan sesuai
dengan metodologi penelitian yang dilakukan dalam beberapa periode atau siklus.
Berdasarkan jumlah dan sifat perilaku para anggotanya, PTK dapat berbentuk
individual dan kaloboratif, yang dapat disebut PTK individual dan PTK
kaloboratif. Dalam PTK individual seorang guru melaksanakan PTK di kelasnya

7
sendiri atau kelas orang lain, sedang dalam PTK kaloboratif beberapa orang guru
secara sinergis melaksanakan PTK di kelas masing-masing dan diantara anggota
melakukan kunjungan antar kelas.

B. Landasan Teori

1. Belajar dan Hasil Belajar

Hamalik (2008:154) mendefinisikan belajar sebagai perubahan tingkah laku

yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman. Menurut pengertian secara

psikologis dalam Slameto (2003:2) belajar merupakan suatu proses perubahan

yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya

dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Slameto (2003:2) juga berpendapat bahwa

belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Selanjutnya,

Sardiman (2003:21) mendefinisikan belajar sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga,

psiko-fisik untuk menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti

menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

Belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor. Diantaranya adalah sebagai

berikut :

1. Faktor-faktor Intern

- Faktor jasmaniah, meliputi : faktor kesehatan dan cacat tubuh.

- Faktor psikologis, meliputi : intelegensi, perhatian, minat, bakat,

kematangan dan kesiapan.

8
 Faktor kelelahan, meliputi : kelelahan jasmani (lemah lunglainya tubuh)

dan kelelahan rohani (adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat

dan dorongan menghasilkan sesuatu hilang).

2. Faktor-faktor Ekstern

- Faktor keluarga, meliputi : cara orangtua mendidik, relasi antar anggota

keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, perhatian orang tua

terhadap anak dan latar belakang kebudayaan.

- Faktor sekolah, meliputi : metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan

siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu

sekolah, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.

- Faktor masyarakat, meliputi : kegiatan siswa dalam masyarakat, mass

media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat (Slameto,

2003:55).

Tujuan belajar adalah ingin mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan

penanaman sikap mental/nilai-nilai. Bila terjadi proses belajar, maka terjadi pula

proses mengajar dan tentu ada yang dihasilkan berupa hasil belajar siswa. Belajar

dan mengajar sebagai suatu proses mengandung tiga unsur yang dapat dibedakan,

yakni tujuan pengajaran, pengalaman (proses) belajar mengajar, dan hasil belajar.

Tujuan pengajaran pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang

diinginkan pada diri siswa. Hasil belajar ini diperoleh melalui suatu penilaian.

Ditinjau dari sudut bahasa penilaian diartikan sebagai proses menentukan nilai

suatu objek. Untuk dapat menentukan suatu nilai atau harga suatu objek

diperlukan adanya ukuran atau kriteria.

9
Dengan demikian, penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai

terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini

mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa. Hasil

belajar siswa pada hakikatnya perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil

belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif dan

psikomotoris (Sudjana, 2009:2).

Hamalik (2008:155) juga menyatakan hal yang sama, dimana hasil belajar

tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat

diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan.

Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan

yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu

menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan, dan sebagainya. Terjadinya

perubahan tingkah laku belajar tersebut dapat diamati setelah dilakukan penilaian.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar itu adalah adanya

perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotoris

yang diperoleh melalui suatu penilaian.

C. Hakikat Hasil Belajar

Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi

dicapai melalui tiga ranah antara lain kognitif, afektif dan psikomotor.

Perinciannya adalah sebagai berikut :

10
1. Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu

pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.

2. Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang

kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan

karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

3. Ranah Psikomotor

Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi

neuromuscular (menghubungkan, mengamati). Tipe hasil belajar kognitif lebih

dominan daripada afektif dan psikomotorik, namun hasil belajar psikomotor dan

afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran

(Sagala, 2009:12).

D. IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)

IPA merupakan pengetahuan hasil kegiatan manusia yang aktif dan dinamis

tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yaitu teratur,

sistematis, berobjek, bermetode dan berlaku secara universal (Suyoso, 1998:23)

Sedangkan pendidikan IPA di SD Negeri ditujukan agar siswa dapat

mempelajari tentang diri sendiri dan alam sekitar. Dalam hal ini, pendidikan IPA

menekankan pada pemberian pengalaman langsung dan kegiatan praktis untuk

mengembangkan kompetensi, agar siswa mampu menjelajahi dan mengalami

alam sekitar secara ilmiah. Dalam IPA terdapat tiga komponen utama yaitu

11
proses, produk dan sikap. Produk IPA dapat berbentuk konsep generalisasi,

prinsip, teori dan hukum. Proses IPA digambarkan sebagai langkah-langkah

penyelidikan yang meliputi masalah, observasi, hipotesis dan kesimpulan. Sikap

IPA berkaitan dengan ketelitian kejujuran, dan membuat keputusan.

E. Sumber Belajar

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sumber diartinya “Segala sesuatu baik

yabng berwujud benda maupun berwujud sarana yang menunjang lainnya yang

tidak berwujud. Misalnya peralatan, waktu dan tenaga yang digunakan untuk

mencapai hasil.”

Sedangkan belajar artinya :

1. Berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu

2. Berlatih

3. Berubah tingkah laku atau anggapan yang disebabkan oleh pengetahuan

Sumber belajar menurut Sudono (2000:56) adalah bahan, termasuk juga alat

permainan untuk memberikan informasi maupun juga alat permainan untuk

memberikan informasi maupun berbagai keterampilan kepada murid maupun guru

antara lain buku referensi, buku cerita, gambar-gambar, narasumber, benda-benda

atau hasil budaya.

Dari definisi-definisi di atas tentang pengertian belajar menurut para ahli,

maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan

tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan dan

sebagainya, menuju ke arah yang lebih baik yang diperoleh melalui pengalaman

12
yang berlangsung secara berkesinambungan dan perubahan yang terjadi itu

bersifat menetap atau permanen.

F. Metode Demonstrasi

Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan

untukmengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan

nyata dan praktisuntuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode

pembelajaran yang dapatdigunakan untuk mengimplementasikan strategi

pembelajaran.

Sanjaya (2006:71) mengemukakan bahasa demonstrasi adalah cara penyajian

pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang

suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam

bentuksebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru

atau sumber belajarlain ahli dalam topik bahasan yang harus didemonstrasikan.

Metode ini biasanya berkenaan dengan tindakan-tindakan atau prosedur

yangdilakukan, misalnya: proses mengerjakan sesuatu, membandingkan suatu

cara dengan cara lain, untuk mengetahui melihat kebenaran sesuatu. Contohnya

bekerjanya suatu alat pencuci otomatis, cara membuat kue, dan sebagainya.

Dengan metode demonstrasi peserta didik berkesempatan mengembangkan

kemampuan mengamati segala benda yang sedang terlibat dalam proses, serta

dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan yang diharapkan.

13
Metode demonstrasi menurut Bahri & Zain (2006: 91) memiliki kelebihan

dalam proses pembelajaran yaitu, dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas

dan lebih kongkret, sehingga menghindari verbalisme (pemahaman secara kata-

kata atau kalimat), Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari, Proses

pengajaran lebih menarik, Siswa dirangsang untuk aktif mengamati,

menyesuaikan antara teori dan kenyataan, dan coba untuk melakukannya sendiri.

Dalam demonstrasi diharapkan setiap langkah pembelajaran dari hal-hal yang

didemonstrasikan itu dapat dilihat dengan mudah oleh murid dan melalui prosedur

yang benar dapat pula dimengerti materi yang disajikan. Demonstrasi akan

menjadi aktif jika dilakukan dengan baik oleh guru dan selanjutnya dilakukan oleh

siswa. Metoda ini dapat dilakukan untuk kegiatan yang alatnya terbatas tetapi

akan dilakukan terus-menerus dan berulang-ulang oleh siswa. Contoh metode

demonstrasi dalam materi Rangka Manusia. Siswa lebih mudah memahami

rangka manusia jika proses diperlihatkan secara langsung.

Kelebihan metode demonstrasi:

1. Pelajaran menjadi lebih jelas dan konkrit sehingga tidak terjadi verbalisme.

2. Siswa akan lebih mudah memahami materi pelajaran yang didemonstrasikan.

3. Proses pembelajaran menjadi lebih baik, sebab siswa tidak hanya mendengar,

tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.

4. Siswa akan aktif mengamati dan tertarik untuk mencoba.

5. Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan.

6. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang dipelajari.

14
7. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri

siswa.

Kelemahan metode demonstrasi:

1. Tidak semua guru dapat melakukan demontrasi dengan baik.

2. Terbatasnya sumber belajar, alat pelajaran, media pembelajaran, situasi yang

sering tidak mudah diatur dan terbatasnya waktu.

3. Demonstrasi memerlukan waktu yang lebih banyak dibandingkan ceramah

dan Tanya jawab.

4. Metode demonstrasi memerlukan persiapan dan perencanaan yang matang.

5. Siswa kadang kala sukar melihat dengan jelas benda yang diperagakan.

6. Tidak semua benda dapat didemonstrasikan.

Langkah-langkah metode pembelajaran demonstrasi :

1. Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan.

2. Siapkan bahan atau alat yang diperlukan.

3. Menunjukkan salah seorang siswa untuk mendemonstrasikan sesuai skenario

yang telah disiapkan.

4. Seluruh siswa memperhatikan demonstrasi dan menganalisa.

5. Tiap siswa atau kelompok mengemukakan hasil analisanya dan juga

pengalaman siswa didemonstrasikan.

6. Guru membuat kesimpulan.

15
G. Materi

Mengenal Rangka Manusia

Tulang tulang yang tersusun secara teratur membentuk rangka. Agar

tulang yang satu bersambungan dengan tulang yang lain dan dapat digerakkan

diperlukan suatu penghubung. Penghubung antar tulang disebut sendi. Bagian

tubuh yang dapat menggerakkan rangka adalah otot.

1. Bagian-Bagian Rangka

Bayi yang baru lahir mempunyai lebih 300 bagian tulang, tetapi

kebanyakan adalah tulang rawan. Seiring pertumbuhannya menjadi dewasa,

jumlah tulang menjadi berkurang dan tulang menjadi keras. Hal ini antara lain

disebabkan terjadinya penyatuan tulang, misalnya penyatuan tulang ubun-

ubun bayi. Jumlah tulang pada manusia dewasa menjadi tinggal 206 tulang

keras.

Tulang manusia terbentuk dari sel hidup yang dikelilingi oleh mineral

(kebanyakan kalsium dan fosfat) dan zat lentur yang disebut kolagen. Sel

adalah bagian terkecil yang menyusun makhluk hidup. Rangka manusia

dikelompokkan dalam tiga kelompok,yaitu rangka kepala (tengkorak), rangka

badan dan Rangka anggota gerak.

a. Rangka Kepala (Tengkorak)

Nama-nama tulang yang membentuk rangka kepala antara lain tulang

dahi, tulang hidung, rahang atas, rahang bawah dan tulang pipi. Rangka

kepala bagian depan membentuk dasar wajah manusia. Tulang tulang yang

membentuk wajah adalah tulang dahi, tulang hidung, tulang pipi, tulang

16
rahang atas dan tulang rahang bawah. Selain itu bentuk wajah manusia

dipengaruhi oleh otot wajah. Otot biasa disebut juga dengan daging. Oleh

karena itu, wajah manusia ada yang terlihat lonjong, bulat atau persegi.

Rangka kepala bagian belakang membentuk batok kepala. Batok atau

tempurung kepala berbentuk mirip dengan batok kepala.

b. Rangka badan

Rangka badan tersusun mulai dari tulang leher sampai tulang ekor. Tulang

leher dibentuk oleh 7 ruas tulang. Tulang leher bersambung dengan tulang

hingga tulang ekor. Tulang punggung hingga tulang ekor dibentuk oleh 6

ruas tulang. Jadi, jumlah ruas tulang leher sampai tulang ekor adalah 33

ruas tulang. 33 tulang ini disebut juga tulang belakang.

Pada bagian depan, tulang tulang rusuk melekat ke tulang dada. Tulang

rusuk dan tulang dada membentuk rongga dada. Diatas rongga dada

terdapat rangka bahu (pundak). Bahu dibentuk oleh tulang selangka dan

tulang belikat. Dibadan bagian bawah terdapat rangka panggul (gelang

panggul). Gelang panggul (pinggul) dibentuk oleh tulang pinggul dan

tulang kemaluan.

c. Rangka Anggota Gerak

Rangka anggota gerak terdiri dari anggota gerak atas dan anggota gerak

bawah. Anggota gerak atas disebut juga lengan (tangan) anggota gerak

bawah disebut juga kaki. Rangka lengan dibentuk oleh tulang lengan atas,

hasta, pengumpil, pergelangan tangan, telapak tangan, dan jari tangan.

Rangka kaki dibentuk oleh tulang paha, tempurung lutut, betis, tulang

17
kering, pergelangan kaki, telapak kaki dan jari kaki manusia, yang terbesar

adalah tulang paha.

Rangka tubuh dapat kita gerakkan karena adanya kerjasama antara tulang,

sendi dan otot. Sendi adalah tempat pertemuan antara dua tulang sehingga

tulang dapat digerakkan. Berbagai jenis sendi diuraikan berikut ini :

1. Sendi Engsel

Sendi engsel berfungsi seperti engsel pintu yang hanya dapat

digerakkan ke satu arah. Sendi engsel di kaki terdapat di bagian lutut.

Sendi engsel ini menghubungkan tulang paha (kaki atas) dan tulang

kaki bawah. Sendi engsel di lengan terdapat di bagian siku. Sendi

engsel ini menghubungkan tulang lengan atas dan tulang lengan

bawah. Sendi engsel juga terdapat diantara ruas kaki.

2. Sendi Pelana

Sendi pelana dapat digerakan ke dua arah (kesamping dan kedepan).

Sendi pelana terdapat diantara tulang pangkal ibu jari tangan (tulang

pertama telapak tangan) dan tulang pertama pergelangan tangan.

3. Sendi Peluru

Pada sendi peluru terjadi pertemuan antara ujung tulang berbentuk bola

dan tulang berbentuk mangkuk. Sendi peluru memungkinkan gerakan

kesemua arah. Sendi peluru terdapat diantara tulang lengan atas gelang

bahu (lempeng bahu). Sendi peluru juga menghubungkan tulang paha

dan tulang panggul.

18
4. Sendi Putar

Pada sendi ini, tulang yang satu berputar mengelilingi tulang lain yang

bertindak sebagai poros. Sendi putar terdapat pada pertemuan antara

tulang leher pertama (disebut tulang atlas) dan tulang leher kedua.

Sendi putar juga ada pada pertemuan ujung tulang hasta dan tulang

pengumpil di dekat pergelangan tangan.

5. Sendi Geser (Rata)

Sendi ini hanya memungkinkan sedikit gerakan. Sendi geser terdapat

diantara delapan tulang pergelangan tangan. Ada kurang lebih 20 sendi

geser di tulang pergelangan tangan

2. Fungsi Rangka

Tubuh manusia di rancang oleh sang pencipta dengan sempurna. Satu

bagian tubuh berhubungan dengan bagian tubuh lainnya. Tidak ada satu

bagian tubuh pun dapat berdiri sendiri. Bagian tubuh yang satu mendukung

kerja bagian tubuh yang lain. Puji syukur selalu kita panjatkan atas anugerah-

Nya ini.

Pada bagian ini, anda akan mengetahui bahwa fungsi rangka manusia

berkaitan erat dengan bagian tubuh yang lain. Rangka bagian tubuh yang lain

dapat berfungsi dengan baik. Beberapa fungsi di uaraikan sebagai berikut :

a. Rangka menentukan bentuk tubuh

Bentuk rangka kaki manusia begitu kokoh sehingga kita dapat berdiri

tegak, dan berlari. Berbeda bukan, dengan kera yang tidak dapat berjalan

19
tegak. Dengan bentuk telapak kaki yang cukup panjang kita dapat berdiri

tegak.

b. Rangka menentukan bentuk tubuh

Tubuh tanpa rangka hanya menjadi tumpukan daging tanpa bentuk.

Dengan adanya rangka, tubuh kita mempunyai bentuk. Bahkan dengan

bentuk tubuh itu, kita dapat membedakan setiap orang. Misalnya, ada

orang yang tinggi dan ada orang yang pendek. Demikian pula, ada orang

yang memiliki jari-jari panjang dan ada yang memiliki jari-jari pendek.

c. Rangka merupakan tempat melekatnya otot

Tanpa rangka, otot-otot kita tidak mempunyai tempat melekat. Jika otot

tidak mempunyai tempat melekat, maka anggota badan tidak dapat di

gerakkan. Rangka memang bekerja sama dengan otot untuk melakukan

suatu gerakan. Misalnya, gerakan lengan dipengaruhi otot yang ada

ditulang lengan atas, yaitu otot bisep dan trisep.

d. Rangka melindungi bagian tubuh.

Anda telah mengetahui bahwa tulang adalah bagian tubuh yang paling

keras. Bentuknya yang keras ternyata berfungsi untuk melindungi bagian

tubuh yang cukup rapuh. Rapuh disini berarti mudah terluka dan rusak jika

terkena benda keras.

Beberapa fungsi itu diuraikan sebagai berikut :

1. Rangka kepala (tengkorak) melindungi otak, mata, telinga, hidung dan

seluruh pernapasan bagian atas.

2. Ruas tulang leher melindungi tenggorokan dan kerongkongan.

20
3. Rangka rongga dada melindungi alat pernapasan (paru-paru), alat

pemompa darah (jantung), dan sebagian alat pencernaan makanan.

4. Tulang pinggul melindungi alat pencernaan dan alat reproduksi

(kelamin) bagian dalam.

5. Tulang menegakkan badan dan melindungi sumsum tulang belakang.

Saraf-saraf pada sumsum tulang belakang menghubungkan semua

bagian tubuh dengan otak.

6. Kerusakan pada sumsum tulang belakang dapat mengakibatkan tubuh

menjadi lumpuh.

3. Memelihara kesehatan Rangka

Orang menjadi bungkuk karena tulang belakangnya terlalu melengkung

kebelakang. Kelainan ini dapat terjadi akibat cacat sejak lahir, terserang

suatu penyakit, ataupun akibat kebiasaan sikap tubuh yang salah. Dapat

memelihara kesehatan rangka dengan benar, Anda perlu mempelajari

beberapa jenis penyakit tulang dan melakukan sikap tubuh yang benar.

Selain itu, Anda perlu makan makanan yang bergizi dan berolah raga secara

teratur.

a. Penyakit yang menyerang tulang

1. Osteoporosis (tulang kropos)

Penyakit ini menyebabkan tulang mudah retak atau patah. Biasanya

menyerang orang lanjut usia, terutama perempuan. Penyakit ini

disebabkan tubuh kekurangan zat kapur (kalsium). Untuk mecegah

osteoporosis, orang perlu makan makanan yang banyak mengandung

21
vitamin D dan kalsium. Oleh karena itu, dianjurkan untuk meminum

susu dan memakan ikan.

2. TBC Tulang

Kuman tuberkolosis (TBC) dapat pula menyerang tulang. Tulang

dapat menjadi lemah hingga bernanah. Hal ini menimbulkan rasa sakit

yang luar biasa. Penderita harus dirawat dirumah sakit secara intensif.

Pengobatan harus disertai dengan pemberian makan bergizi. Agar

terhindar dari penyakit ini, kita harus tinggal di tempat yang bersih,

tidak lembab, dan cukup mendapatkan sinar matahari. Ventilasi udara

harus sebaik mungkin.

3. Rematik

Penyakit ini menyebabkan rasa nyeri pada persendian, terutama di

pergelangan tangan, kaki dan siku. Rasa nyeri diserta juga dengan

pembengkakan sendi. Pada keadaan yang parah juga dapat menyerang

jantung. Penderita rematik harus segera mendapat perawatan dokter.

Jika tidak diobati, penyakit ini dapat mengakibatkan komplikasi yang

berbahaya. Komplikasi adalah penyakit yang baru timbul kemudian

sebagai tambahan pada penyakit yang sudah ada.

b. Bersikap tubuh yang benar

Sikap tubuh yang salah berdampak beruk terhadap bentuk rangka anda.

Bagian rangka yang paling sering terkena gangguan ini adalah tulang

belakang (tulang punggung).

Beberapa gangguan pada tulang belakang diuraikan sebagai berikut :

22
1. Lordosis, yaitu tulang punggung terlalu bengkok ke depan. Hal ini

biasanya disebabkan sikap duduk yang terlalu membusungkan dada

kedepan.

2. Kifosis, yaitu tulang punggung terlalu bengkok ke belakang. Hal ini

biasanya disebabkan sikap duduk dan berdiri yang sering

membungkuk.

3. Skoliosis, yaitu tulang punggung terlalu bengkok ke kiri atau ke kanan.

Hal ini biasanya disebabkan sikap duduk yang sering pada posisi

miring. Selain itu, sering mengangkat beban yang terlalu berat pada

salah satu lengan atau bahu.

Agar terbebas dari berbagai gangguan, hal-hal berikut perlu anda

lakukakn dengan benar :

1. Usahakan agar punggung dalam posisi tegak ketika mengangkat

badan dari lantai. Jadi, tekuklah lutut, bukan menekuk punggung.

2. Usahakan agar tangan kanan dan kiri membawa beban yang

beratnya seimbang. Beban yang terlalu berat di salah satu lengan

dapat membuat tulang punggung menderita scoliosis.

3. Usahakan duduk dan berdiri selalu dalam posisi tegak. Lagipula

jika tubuh anda tegak, anda akan terlihat lebih tinggi.

c. Memakan makanan bergizi dan berolahraga secara teratur

Kesehatan tulang berkaitan erat dengan mutu makanan. Makanan yang

dibutuhkan untuk menjaga kesehatan tulang adalah makanan yang

mengandung vitamin D, kalsium, dan fosfor. Vitamin D banyak terdapat

23
di ikan, susu dan kuning telur. Kalsium banyak terdapat pada susu,

kacang-kacangan, ikan dan buah-buahan. Fosfor banyak terdapat pada

ikan, jagung, dan kacang-kacangan.

Olahraga yang teratur juga dapat memperkuat struktur tulang. Alangkah

baik jika anda berolahraga di bawah sinar matahari pagi, yaitu sekitar

pukul 7 pagi. Sinar matahari membantu mengubah provitamin D menjadi

vitamin D.

24
BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian, Pihak yang Membaca

1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SDN No. 076

Panyabungan, Kec. Penyabungan, Kab. Mandailing Natal Tahun Ajaran

2017/2018 yang berjumlah 49 orang terdiri dari 28 perempuan dan 21 laki-laki.

Penelitian kelas ini diambil berdasarkan hasil observasi terhadap kelas IV yang

akan diteliti pada mata pelajaran IPA .

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN No. 076 Panyabungan, Kec.

Penyabungan, Kab. Mandailing Natal Tahun Ajaran 2017/2018. Waktu

November Tahun 2017

Tabel 3.1

Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Mata Pelajaran Siklus Tempat


No Kelas
/ Materi Pra Siklus Siklus I Siklus II Pelaksanaan

Senin
Senin 16 Kamis 19
13
SDN NO.076
Panyabungan

IPA Oktober Oktober


November
1 Rangka IV 2017 2017
2017
manusia (08.00- (08.00-
(08.00-
09.15) 09.15)
09.15)

25
3. Pihak yang Membantu.

Adapun pihak yang membantu pelaksanaan penelitian tindakan

kelas ini adalah; 1.Supervisor I dan Supervisor II; 2.Kepala Sekolah;

3.Guru – guru dan seluruh siswa SD Negeri 076 panyabungan 4. Rekan –

rekan yang belajar di UT Pokjar mandailing natal.

B. Desain Prosedur perbaikan Pembelajaran

Untuk merencanakan perbaikan pembelajaran pada penelitian tindakan kelas

perlu desain prosedur perbaikan pembelajaran, untuk itu penelitian tindakan kelas

ini diambil pada model Arikunto dan digambarkan secara skematis dengan 2

tahap secara berulang ( dalam 2 siklus ) dimulai dari; Tahap perencanaan; Tahap

pelaksanaan; Tahap observasi dan Tahap refleksi.

Adapun gambaran Skematis dengan 2 tahap perbaikan pembelajaran dengan

model Arikunto adalah :

Perencanaa
n
Perencanaa SIKLUS I Perencanaa
n n

Pengamatan

Pengamatan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaa


n
Pengamatan

Gambar. Skema Pelaksanaan Tindakan Kelas Model Arikunto.

26
Siklus I

1. Tahap Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu:

1. Menyusun skenario pembelajaran (RPP)

2. Mempersiapkan sumber belajar berupa contoh-contoh rangka manusia

3. Mempersiapkan indikator penilaian rangka manusia

4. Mempersiapkan aktivitas mengajar guru selama menggunakan metode

demonstrasi.

5. Mempersiapkan lembar observasi terhadap aktivitas belajar siswa selama

proses belajar mengajar berlangsung.

6. Mempersiapkan soal postest

2. Pelaksanaan Tindakan

Setelah perencanaan disusun dengan seefektif mungkin maka langkah selajutnya

adalah tahap pelaksanaan tindakan yang meliputi kegiatan:

1. Sebelum memulai pelajaran guru melakan apersepsi dan memotivasi

siswa agar bersunggung-sungguh mengikuti pelajaran.

2. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran

3. Guru menjelaskan bentuk pembelajaran yang digunakan.

4. Guru membagi siswa kedalam 8 kelompok yang masing-masing terdiri 6

orang dalam kelompok.

5. Guru memberikan lembar kerja pada masing-masing kelompok.

6. Guru mengunjuk perwakilan pada masing-masing kelompok.

27
7. Guru meminta tiap-tiap kelompok untuk mendiskusikan permasalahan

yang dihadapi.

8. Guru meminta tiap-tiap siswa dalam kelompok untuk bekerja sama dan

mengerjakan tugasnya masing-masing.

9. Setiap kelompok diminta untuk mempersentasikan hasil pekerjaan di

depan kelas

10. Siswa lain yang ada dibangku diminta untuk mendengarkan dan

memberikan komentar terhadap hasil kerja kelompok yang ada didepan.

11. Bagi kelompok yang mampu menjelaskan materi pelajaran dengan baik

maka diberikan penghargaan berupa pujian.

12. Diakhir pertemuan guru bersama dengan siswa memberikan ringkasan

terhadap hasil diskusi masing-masing kelompok.

13. Pada akhir tindakan, siswa diberikan tes untuk melihat hasil belajar yang

dikerjakan secara individual, untuk melihat ketutasan hasil belajar yang

telah dicapai dan untuk mengetahui bagian-bagian dari materi yang

belum dikuasai secara tuntas.

3. Tahap Pengamatan

Observasi dilakukan secara bersamaan dengan tahap pelaksanaan I yaitu,

ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan menggunakan demonstrasi.

Observasi dilakukan guru kelas IV SDN No.076 Panyabungan, Kec.

Penyabungan, Kab. Mandailing Natal Tahun Ajaran 2017/2018. Hasil observasi

akan memberikan gambaran tentang pelaksanaan pembelajaran dengan

menggunakan metodedemonstrasi.

28
4. Tahap Refleksi

Tahap repleksi dilakukan untuk meninjau kembali apakah pembelajaran

dengan menggunakan metode demonstrasi sudah berlangsung efektif, dan untuk

mengetahui kemampuan mengenal rangka manusia. Sehingga melalui kegiatan

refleksi ditemukan akar permasalahan yang dihadapi oleh siswa dan guru. Hasil

refleksi ini dapat pula digunakan sebagai dasar untuk melakukan tahap

perencanaan pada siklus II.

Siklus II

Dalam siklus ini permasalah belum dapat diidentifikasi secara jelas karena

data hasil pelaksanaan siklus I belum diperoleh. Jika ditemukan masih ada

masalah atau masih terdapat banyak siswa yang belum mampu dilaksanakan

pembelajaran Siklus II seperti yang dimuat pada siklus I.

1. Tahap Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu:

1. Menyusun skenario pembelajaran (RPP)

2. Mempersiapkan sumber belajar berupa contoh-contoh rangka manusia

3. Mempersiapkan indikator penilaian terhadap rangka manusia.

4. Mempersiapkan aktivitas mengajar guru selama menggunakan metode

demonstrasi.

5. Mempersiapkan lembar observasi terhadap aktivitas belajar siswa selama

proses belajar mengajar berlangsung.

6. Mempersiapkan soal postest

29
2. Tahap Pelaksanaan

Setelah perencanaan disusun dengan seefektif mungkin maka langkah

selajutnya adalah tahap pelaksanaan tindakan yang meliputi kegiatan:

1. Melaksanakan apersepsi, untuk mengetahui kondisi kesiapan siswa.

2. Melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi

seperti yang dimuat dalam rencana pembelajaran seperti yang telah disusun

peneliti.

3. Sebelum memulai pelajaran guru melakukan apersepsi dan memotivasi siswa

agar bersunggung sungguh mengikuti pelajaran.

4. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran

5. Guru menjelaskan bentuk pembelajaran yang digunakan.

6. Guru membagi siswa kedalam kelompok 8 yang masing-masing terdiri 6

orang dalam kelompok.

7. Guru memberikan lembar kerja pada masing-masing siswa.

8. Guru mengujuk perwakilan pada masing-masing kelompok.

9. Guru meminta tiap-tiap kelompok untuk mendiskusikan permasalahan yang

dihadapi.

10. Guru meminta tiap-tiap siswa dalam kelompok untuk bekerja sama dan

mengerjakan tugasnya masing-masing.

11. Setiap kelompok diminta untuk mempersentasikan hasil pekerjaan di depan

kelas

12. Siswa lain yang ada dibangku diminta untuk mendengarkan dan memberikan

komentar terhadap hasil kerja kelompok yang ada didepan.

30
13. Bagi kelompok yang mampu menjelaskan materi pelajaran dengan baik maka

diberikan penghargaan berupa pujian.

14. Diakhir pertemuan guru bersama dengan siswa memberikan ringkasan

terhadap hasil diskusi masing-masing kelompok.

15. Pada akhir tindakan, siswa diberikan tes untuk melihat hasil belajar yang

dikerjakan secara individual, untuk melihat ketutasan hasil belajar yang telah

dicapai dan untuk mengetahui bagian-bagian dari materi yang belum dikuasai

secara tuntas.

3. Tahap Pengamatan

Observasi dilakukan secara bersamaan dengan tahap pelaksanaan I yaitu,

ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan menggunakan demonstrasi.

Observasi dilakukan guru kelas IV SDN No.076 Panyabungan, Kec.

Penyabungan, Kab. Mandailing Natal Tahun Ajaran 2017/2018. Hasil observasi

akan memberikan gambaran tentang pelaksanaan pembelajaran dengan

menggunakan metode demonstrasi, aktivitas siswa selama mengikuti pelajaran,

dan kemampuan belajar siswa selama mengikuti proses belajar mengajar pada

siklus II.

4. Tahap Refleksi

Tahap repleksi dilakukan untuk meninjau kembali apakah pembelajaran

berlangsung efektif, dan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mengenal

rangka manusia, dan hasil belajar siswa selama proses belajar mengajar

berlangsung. Sehingga dapat disimpulkan dari keseluruhan tindakan yang

31
dilakukan. Hasil refleksi ini dapat pula digunakan sebagai dasar untuk melakukan

tahap perencanaan pada siklus II.

C. Teknik Analisis Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Alat yang digunakan dalam mengumpulkan data pada penelitian menggunakan

observasi dan angket.

1. Observasi

Observasi yang dilakukan merupakan pengamatan terhadap seluruh

kegiatan pengajaran yang dilakukan dari awal tindakan sampai berakhirnya

pelaksanaan tindakan. Observasi dimaksudkan untuk mengetahui kesesuaian

tindakan dengan rencana yang telah disusun dan untuk mengetahui sejauh mana

pelaksanaan tindakan dapat menghasilkan perubahan yang sesuai dengan yang

dikehendaki.

2. Tes

Tes adalah alat untuk memperoleh sejauh mana kemampuan siswa dan

melihat tingkat keberhasilan siswa dari suatu materi ajar yang disampaikan. dalam

penelitian ini terbagi atas tes awal (pre-tes) dan tes akhir (post tes) yang berupa

objek tes (pilihan ganda).

2. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data ialah suatu cara dalam pengolahan data yang

masuk, untuk mencapai hasil yang diharapkan maka dilakukan pengolahan data

pada kegiatan pembelajaran yang berupa :

32
a. Lembar pengamatan (observasi)

Lembaran ini digunakan untuk mengobservasi aktivitas guru dan siswa selama

pembelajaran.

b. Ulangan harian (formatif)

Ulangan harian dilakukan pada setiap akhir siklus digunakan untuk

mengetahui apakah perubahan hasil belajar siswa.

3. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui nilai ketuntasan belajar siswa dengan soal yang

berbentuk pilihan bergandayang terdiri dari 4 (empat) option pilihan yang dimana

jawaban benar diberi skor 1 (satu) dan untuk jawaban salah diberi skor 0 (nol).

(Sudijono, 2009:318) dengan rumus :

Nilai = x 100

Kriterianilai ketuntasan belajar

N > 60 tuntas

N < 59 belum tuntas

Untuk mengetahui persen siswa yang sudah tuntas belajar secara klasikal

digunakan rumus :

PKK = QUOTE x 100%

Aqib, Zainal (2008:41-42) analisis data dilakukan dengan mengetahui

berhasil atau tidaknya tindakan yang dilakukan dengan menggunakan persentase

sebagai berikut :

P = QUOTE x 100%

P = angka persentase

33
F = jumlah siswa yang mengalami perubahan

n = jumlah seluruh siswa

Kategori penilaian :

90% - 100% = Baik sekali

80% - 89% = Baik

65% - 79% = Cukup

55% - 64% = Kurang

0% - 54% = Sangat kurang

34
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

1. Kemampuan awal siswa

Sebelum perencanaan tindakan siklus I dilakukan terlebih dahulu diberikan

pre test yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa juga untuk

mengetahui gambaran-gambaran kesulitan yang dialani siswa dalam

menyelesaikan soal-soal pada maateri mengenal rangka manusia. dari tes awal

yang dilakukan tingkat ketuntasan yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1. Hasil perolehan Nilai Pada Saat Tes awal


No. Ket
No Skor Nilai
Responden Belum tuntas Tuntas
1 01 9 45 Belum tuntas
2 02 12 60 Belum tuntas
3 03 9 45 Belum tuntas
4 03 12 60 Belum tuntas
5 05 11 55 Belum tuntas
6 06 14 70 Tuntas
7 07 14 70 Tuntas
8 08 9 45 Belum tuntas
9 09 10 50 Belum tuntas
10 10 8 40 Belum tuntas
11 11 9 45 Belum tuntas
12 12 13 65 Belum tuntas
13 13 9 45 Belum tuntas
14 14 8 40 Belum tuntas
15 15 12 60 Belum tuntas
16 16 14 70 Tuntas
17 17 8 40 Belum tuntas
18 18 10 50 Belum tuntas
19 19 12 60 Belum tuntas
20 20 8 40 Belum tuntas
21 21 10 50 Belum tuntas
22 22 15 75 Tuntas

35
23 23 12 60 Belum tuntas
24 24 9 45 Belum tuntas
25 25 10 50 Belum tuntas
26 26 13 65 Belum tuntas
27 27 13 65 Belum tuntas
28 28 15 75 Tuntas
29 29 10 50 Belum tuntas
30 30 11 55 Belum tuntas
31 31 10 50 Belum tuntas
32 32 15 75 Tuntas
33 33 10 50 Belum tuntas
34 34 13 65 Belum tuntas
35 35 8 40 Belum tuntas
36 36 10 50 Belum tuntas
37 37 14 70 Tuntas
38 38 12 60 Belum tuntas
39 39 11 55 Belum tuntas
40 40 10 50 Belum tuntas
41 41 15 75 Tuntas
42 42 12 60 Belum tuntas
43 43 11 55 Belum tuntas
44 44 12 60 Belum tuntas
45 45 14 70 Tuntas
46 46 10 50 Belum tuntas
47 47 12 60 Belum tuntas
48 48 14 70 Tuntas
49 49 10 50 Belum tuntas
Jumlah 2624
Rata-rata 53,55
Tuntas (%) 10 (20%)
Belum tuntas (%) 39(80%)

Dari tabel di atas pada tes awal diperoleh peningkatan nilai rata-rata hasil

belajar siswa 53,55. dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 10 siswa (20%).

36
Tabel 2. Rekap Frekuensi Perolehan Nilai Tes Awal
Nilai F % Belum tuntas Tuntas
0 0 0%
5 0 0%
10 0 0%
15 0 0%
20 0 0%
25 0 0%
30 0 0%
35 0 0%
40 5 10% Belum Tuntas
45 6 12% Belum Tuntas
50 11 23% Belum Tuntas
55 4 8% Belum Tuntas
60 9 19% Belum Tuntas
65 4 8% Belum Tuntas
70 6 12 Tuntas
75 4 8% Tuntas
80 0 0%
85 0 0%
90 0 0%
95 0 0%
100 0 0%
Jumlah 49 100% 39 10
Persen 80% 20%

60

53
50
,5 53,55
53
5
40
,5
53
5
30
,5
5
53
20
,5
53
5
10
,5
5
53
,5 37
5
Dari diagram di atas dapat diketahui persen klasikal siswa yang tuntas dan

yang belum tuntas. siswa adalah sebanyak 10 siswa. Dengan ini dapat diketahui
10
persentase ketuntasan klasikal yaitu PKK = x 100 = 20% dan persentase yang
49

39
belum tuntas yaitu x 100% = 80%. Ini menunjukkan tingkat ketuntasan belajar
49

secara klasikal masih rendah, maka selanjutnya dilakukan perbaikan dengan

penerapan metode demonstrasi untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada

materi mengenal rangka manusia.

Siklus I

1. Tahap Perencanaan

Penelitain ini dilakukan di SD Negeri No.076 Panyabungan Kec.

Panyabungan Kab. Mandailing Natal. Tahun ajaran 2012 / 2013 sebelum

melakukan tindakan-tindakan siklus I, peneliti telah menyusun perencanaan

pembelajaran yang akan dilakukan di dalam kelas, antara lain :

Menentukan materi yang akan diajarkan sesuai silabus dan kurikulum

dengan materi pokok mengenal rangka manusia. Menyusun RPP menyusun

instrumen penelitian / lembar observsasi, menyusun LKS, menyusun alat tes

bentuk essay.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Penelitian membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. Kemudian

mengkondisikan siswa agar siap mengikuti pelajaran, memberikan informasi

prosedur metode demonstrasi dalam kegiatan pembelajaran siswa dibagi dalam 8

kelompok terdiri dari 6 siswa dalam satu kelompok.

38
Selanjutnya diberikan LKS yang telah di susun peneliti kepada setiap

kelompok untuk didiskusikan secara bersama-sama penelitian berkeliling

membimbing siswa selama proses kerja kelompok. Mengerjakan LKS dan

memastikan semua anggota kelompok saling bekerja sama. Setelah itu peneliti

memanggil salah kelompok untuk mengajikan hasil didiskusinya di depan kelas.

Pada akhir pembelajaran peneliti dan siswa sama-sama menyimpulkan pelajaran.

Diakhir pertemuan siklus I peneliti memberi tes hasil belajar sebagai evaluasi

terhadap siswa.

Tabel 3. Hasil perolehan Nilai Pada Saat Siklus 1


No. Ket
No Skor Nilai
Responden Belum tuntas Tuntas
1 01 15 75 Tuntas
2 02 12 60 Belum tuntas
3 03 9 45 Belum tuntas
4 03 14 70 Tuntas
5 05 11 55 Belum tuntas
6 06 14 70 Tuntas
7 07 14 70 Tuntas
8 08 9 45 Belum tuntas
9 09 15 75 Tuntas
10 10 8 40 Belum tuntas
11 11 9 45 Belum tuntas
12 12 14 70 Tuntas
13 13 9 45 Belum tuntas
14 14 8 40 Belum tuntas
15 15 12 60 Belum tuntas
16 16 14 70 Tuntas
17 17 8 40 Belum tuntas
18 18 14 70 Tuntas
19 19 12 60 Belum tuntas
20 20 8 40 Belum tuntas
21 21 10 50 Belum tuntas
22 22 15 75 Tuntas
23 23 12 60 Belum tuntas
24 24 9 45 Belum tuntas
25 25 13 75 Tuntas
26 26 13 65 Belum tuntas

39
27 27 13 65 Belum tuntas
28 28 15 75 Tuntas
29 29 10 50 Belum tuntas
30 30 14 70 Tuntas
31 31 10 50 Belum tuntas
32 32 15 75 Tuntas
33 33 15 75 Tuntas
34 34 13 65 Belum tuntas
35 35 14 70 Tuntas
36 36 10 50 Belum tuntas
37 37 14 70 Tuntas
38 38 12 60 Belum tuntas
39 39 14 70 Tuntas
40 40 10 50 Belum tuntas
41 41 15 75 Tuntas
42 42 12 60 Belum tuntas
43 43 14 70 Tuntas
44 44 12 60 Belum tuntas
45 45 14 70 Tuntas
46 46 10 50 Belum tuntas
47 47 12 60 Belum tuntas
48 48 14 70 Tuntas
49 49 10 50 Belum tuntas
Jumlah 2.975
Rata-rata 60,71
Tuntas (%) 21 (42,85%)
Belum tuntas (%) 28 (57,15%)

Dari tabel di atas diperoleh peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa

meningkat 7,16 dari nilai awal 53,55 pada siklus I. Dengan jumlah siswa tuntas

sebanyak 21 siswa (42,85%).

40
Tabel 4. Rekap Frekuensi Perolehan Nilai Siklus I
Nilai F % Belum tuntas Tuntas
0 0 0%
5 0 0%
10 0 0%
15 0 0%
20 0 0%
25 0 0%
30 0 0%
35 0 0%
40 4 8% Belum tuntas
45 5 10% Belum tuntas
50 7 14% Belum tuntas
55 1 2% Belum tuntas
60 8 17% Belum tuntas
65 3 6% Tuntas
70 13 27% Tuntas
75 8 16% Tuntas
80 0 0%
85 0 0%
90 0 0%
95 0 0%
100 0 0%
Jumlah 49 100% 10 39
Persen 57,15% 42,85%

Dari tabel diagram siklus 1 di atas menunjukkan peningkatan nilai secara

klasikal, diketahui bahwa nilai rata-rata belajar adalah 60,71.Siswa yang tuntas

adalah sebanyak 21 dengan demikian dapat diketahui persentase


21
ketuntasanklasikal yaitu PPK yaitu = x 100% = 42,85% dan persentase yang
49

28
belum tuntas yaitu49 x 100 % = 57,15 % . Ini menunjukkan adanya selisih

persentase ketuntasan klasikal antara tes awal dengan siklus I sebesar 22,85%.

Namun demikian tingkat ketuntasan belajar secara klasikal belum mencapai

indicator yang di harapkan, maka pembelajaran dilakukan kembali dengan

memperbaiki langkah-langkah pembelajaran yang dianggap belum efektif.

41
c. Pengamatan

Pada tahapan pengamatan ini, peneliti meminta bantuan kepada ibu

Nursakinah,S.Pd (guru kelas) untuk mengamati penelitian selama melangsungkan

PBM dengan menerapkan metode demonstrasi, berikut disajikan hasil pengamatan

pada siklus I.

Table 5. hasil observasi pengajaran pada siklus I.


Peskriptor
Aspek Indicator
1 2 3 4
Membuka 1. Menarik perhatian siswa √
a. Pelayanan 2. Menjelasakan tujuan √
Pembelajaran
3. Membagi dan meyusun √
kelompok

Penggunaan waktu 1. Menyediakan sumber √


b. Dan stra tegi belajar dan alat-alat bantu
c. pembelajaran pelajaran yang di peroleh
2. Melaksanakan kegiatan √
Pembelajaran sesuai dengan
tujuan pembellajaran
terurut.
3. Mendemonstrasikan alat √
peraga di depan kelas

Melibatkan dalam 1. Upaya guru melibatkan siswa √


d. proses pembelajaran dalam proses pembelajaran.
2. Mengamati kegiatan siswa
dalam menyelesaikan tugas √
yang di berikan kepada
siswa.

Komunikasi dengan siwa 1. Pengungkapan pertanyaan √


yang jelas dan tepat.
2. Memberikan respon atas √
pertanyaan siswa.
3. Mengembangkan kebranian
siswa dalam menggunakan
pendapat. √

Menutup pelajaran 1. Merangakum isi pelajaran √


Jumlah 3 8 1

42
Dari tabel di atas dapat diketahui perseentase hasil pengamatan sebagai
34
berikut : P = x 100% =69,38% dan kategori penilaian adalah cukup.Dengan
49

demikian peneliti sudah melakukan 69,38% dari seluruh indikator yang harus

dilaksanakan dengan baik.

Tabel 6. Hasil Observsi Aktivitas Siswa pada saar kegiatan belajar siklus I.
Peskriptor
Aspek Indicator
1 2 3 4
1. Tekun menghadapi a. Melakukan kegiatan belajar √
tugas terus menerus
b. Memberikan perhatian dan √
konsentrasi
c. Niat yang tinggi untuk √
mengerjakan tugas
d. Memahami materi yang √
dijelaskan dngan baik.

2. Ulet menghadapi a. Melakukan kegiatan belajar √


kesulitan tanpa pelaksanaan
b. Tidak cepat merasa puas √
dengan prestasi yang
dicapainya.
c. Mendapatkan nilai yang baik √
d. Berusaha menyelesaikan
tugas-tugas √
e. Bekerja sendiri dalam
mengerjakan tugas. √

3. Senang mencari dan a. Memiliki sifat yang aktif √


memecahkan masalah dalam pembelajaran
soal-soal b. Aktif bertanya dan menjawab √
soal.
c. Kerjasama dalam √
berkelompok
Jumlah 2 6 4

43
Sesuai dengan tabel diatas data observasi maka persentase hasil pengamatan
38
aktivitas siswa pada saat kegiatan belajar mengajar adalah x 100%=77,55 dan
49

kategori penilaian adalah cukup dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

selama proses belajar berlangsung 77,55 % aktivitas siswa sudah belajar dengan

baik sesuai dengan yang diharapkan. Namun demikian perlu dilakukan beberapa

perbaikan pada bagian. Bagian yang dianggap masih kurang baik.

d. Refleksi

Berdasarkan hasil pelaksanaan dan observasi yang dilakukan pada siklus I

maka peneliti melakukan refleksi terhadap seluruh kegiatan pada siklus I yang

hasilnya :

1. Pada siklus peneliti belum mencapai indikator yang di inginkan dalam PBB.

2. Pada siklus I siswa yang aktif mengutarakan pendapatnya masih tergolong

sedikit.

Siklus II

a. Perencanaan

Alternatif perencanaan masalah yang dirancang pada siklus II ini adalah

sebagai berikut :

1. Menyusun RPP

2. Menyiapkan alat dan bahan pembelajaran

3. Menyusun LKS

4. Peneliti kembali membagi kelompok belajar 8 kelompok terdiri dari 6 siswa.

44
b. Pelaksanaan

Peneliti kembali melaksanakan pembelajaran dengan metode di kelas dengan

harapan adanya peningkatan hasil belajar siswa mengenai materi mengenal

rangka manusia Tindakan dilaksanakan sesuai dengan pembagian yang telah

dibuat, pelaksanaan tindakan pada siklus II hampir sama dengan siklus I, hanya

saja siswa di bagi dalam beberapa kelompok terdiri dari 6 siswa dalam satu

kelompok. Untuk memaksimalkan hasil belajar siswa, peneliti mengajak satu

kelompok untuk menyajikan hasil diskusinya didepan kelas. Bagaimana

hubungan mahkluk hidup dengan lingkungan peneliti juga meminta dari

perwakilan kelompok untuk mengomentari kelompok yang didepan.

Diakhir pertemuan siklus II peneliti memberikan tes hasil belajar sebagai

evaluasi terhadap siswa. Hasil perolehan nilai siklus II dapat dilihat pada tabel

di bawah ini :

Tabel 7. Hasil perolehan Nilai Pada Saat Siklus 1I


No. Ket
No Skor Nilai
Responden Belum tuntas Tuntas
1 01 15 75 Tuntas
2 02 12 60 Belum tuntas
3 03 15 75 Tuntas
4 03 17 85 Tuntas
5 05 11 55 Belum tuntas
6 06 15 75 Tuntas
7 07 18 90 Tuntas
8 08 9 45 Belum tuntas
9 09 15 75 Tuntas
10 10 16 80 Tuntas
11 11 9 45 Belum tuntas
12 12 16 80 Tuntas
13 13 18 90 Tuntas
14 14 17 85 Tuntas
15 15 18 90 Tuntas
16 16 19 95 Tuntas

45
17 17 8 40 Belum tuntas
18 18 14 70 Tuntas
19 19 15 75 Tuntas
20 20 16 80 Tuntas
21 21 17 85 Tuntas
22 22 19 95 Tuntas
23 23 12 60 Belum tuntas
24 24 14 70 Tuntas
25 25 17 85 Tuntas
26 26 16 80 Tuntas
27 27 18 90 Tuntas
28 28 19 95 Tuntas
29 29 18 90 Tuntas
30 30 14 70 Tuntas
31 31 10 50 Belum tuntas
32 32 15 75 Tuntas
33 33 15 75 Tuntas
34 34 13 65 Tuntas
35 35 18 90 Tuntas
36 36 10 50 Belum tuntas
37 37 14 70 Tuntas
38 38 12 60 Belum tuntas
39 39 14 70 Tuntas
40 40 15 75 Tuntas
41 41 18 90 Tuntas
42 42 15 75 Tuntas
43 43 14 70 Tuntas
44 44 12 60 Belum tuntas
45 45 14 70 Tuntas
46 46 20 100 Tuntas
47 47 13 75 Tuntas
48 48 20 100 Tuntas
49 49 14 70 Tuntas
Jumlah 3.675
Rata-rata 75.00
Tuntas (%) 39(80)
Belum tuntas (%) 10(20%)

46
Dari data siklus II diatas menunjukkan peningkatan nilai secara klasikal,

di ketahui bahwa nilai rata-rata belajar siswa adalah 65. Siswa yang tuntas adalah

39 siswa. Dengan demikian diketahui persentase ketuntasan klasikal yaitu = PPK


39 10
= 49 x 100 % = 80 % dan persentase yang belum tuntas yaitu 49x 100 % = 20%.

Tabel 8. Rekap Frekuensi Perolehan Nilai Siklus II


Nilai F % Belum tuntas Tuntas
0 0 0%
5 0 0%
10 0 0%
15 0 0%
20 0 0%
25 0 0%
30 0 0%
35 0 0%
40 1 2% Belum tuntas
45 2 4% Belum tuntas
50 1 2% Belum tuntas
55 1 2% Belum tuntas
60 4 8% Belum tuntas
65 1 2% Tuntas
70 8 16% Tuntas
75 11 23% Tuntas
80 4 8% Tuntas
85 4 8% Tuntas
90 7 15% Tuntas
95 3 6% Tuntas
100 2 4% Tuntas
Jumlah 49 100% 10 39
Persen 20% 80%

100
80

53,55
53
60
,5
53
5
40
,5 75
5 39
53
20
,5 75
53
5
,5
5
47
Dari data siklus II di atas menunjukkan peningkatan nilai secara klasikal,

diketahui secara nilai rata-rata belajar siswa adalah 75,00. Siswa yang tuntas

adalah 39 siswa. Dengan demikian diketahui persentase ketuntasan klasikal


39
x 100% = 80%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa
49

pada materi mengenal rangka manusia dengan penerapan metode demomstrasi.

c. Pengamatan

Pada tahap pengamatan siklus II ini masih tetap dengan bantuan guru untuk

mengamati peneliti dan siswa dalm proses belajar mengajar. Hasil pengamatan

pada siklus II di paparkan pada tabel bawah ini

Table 9. hasil observasi pengajaran pada siklus II.


Peskriptor
Aspek Indicator
1 2 3 4
Membuka 1. Menarik perhatian siswa √
e. Pelayanan 2. Menjelasakan tujuan √
Pembelajaran
3. Membagi dan meyusun √
kelompok
Penggunaan waktu 1. Menyediakan sumber √
f. Dan stra tegi belajar dan alat-alat bantu
g. pembelajaran pelajaran yang di peroleh
2. Melaksanakan kegiatan √
Pembelajaran sesuai dengan
tujuan pembellajaran
terurut.
3. Mendemonstrasikan alat √
peraga di depan kelas

Melibatkan dalam 1. Upaya guru melibatkan siswa √


h. proses pembelajaran dalam proses pembelajaran.
2. Mengamati kegiatan siswa √
dalam menyelesaikan tugas
yang di berikan kepada
siswa.

Komunikasi dengan siwa 1. Pengungkapan pertanyaan √


yang jelas dan tepat.
2. Memberikan respon atas √

48
pertanyaan siswa.
3. Mengembangkan kebranian √
siswa dalam menggunakan
pendapat.

Menutup pelajaran 1. Merangakum isi pelajaran √


Jumlah 5 7

Dari tabel di atas dapat diketahui persentase hasil pengamatan sebagai


43
berikut x 100%= 87,75% dan kategori penilaian adalah baik. Dengan demikian
49

peneliti sudah melakukan 87,75% dari seluruh indikator.

Tabel 10. Hasil Observsi Aktivitas Siswa pada saar kegiatan belajar siklus II.
Peskriptor
Aspek Indicator
1 2 3 4
Tekun menghadapi tugas 1. Melakukan kegiatan belajar √
terus menerus
2. Memberikan perhatian dan √
konsentrasi
3. Niat yang tinggi untuk √
mengerjakan tugas
4. Memahami materi yang √
dijelaskan dngan baik.
Ulet menghadapi 1. Melakukan kegiatan belajar √
kesulitan tanpa pelaksanaan
2. Tidak cepat merasa puas √
dengan prestasi yang
dicapainya.
3. Mendapatkan nilai yang baik √
4. Berusaha menyelesaikan √
tugas-tugas
5. Bekerja sendiri dalam √
mengerjakan tugas.

Senang mencari dan 1. Memiliki sifat yang aktif √


memecahkan masalah dalam pembelajaran
soal-soal 2. Aktif bertanya dan √
menjawab soal.
3. Kerjasama dalam √
berkelompok
Jumlah 4 8

49
Sesuai dengan tabel diatas data observasi maka persentase hasil
44
pengamatan aktivitas siswa pada saat kegiatan belajar mengajar adalah x 100%
49

=91,66% dan kategori penilaian adalah cukup dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa selama proses belajar berlangsung 87,75 % aktivitas siswa sudah belajar

dengan baik sesuai dengan yang diharapkan

d. Refleksi

Berdasarkan haseil plaksanaan dan observasi siklus II, maka di peroleh hasil

bahwa :

1. Persentase ketuntasan klasikal semakin meningkat hingga mencapai 80 %

2. Peneliti sudah menerapkan metode kerja kelompok baik sesuai dengan

tahap-tahapnya

3. Aktivitas siswa semakin meningkat, hal ini terlihat dan aktifitasnya siswa

dalam keja sama siswa dalam kelompok.

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Pembelajaran denngan menerapkan metode demonstrasi dapat meningkatkan

hasil belajar ipa siswa dalam menyelesaikan soal-soal pada pokok pembahasan

mengenal rangka manusia : setelah pemberian tindakan materi pembelajaran

dengan menerapkan metode demonstrasi pada siklus I nilai rata-rata kelas

mencapai 60,71 dengan jumlah siswa yang tuntas belajar 21siswa. Pada siklus

II nilai rata-rata adalah semakin meningkat lagi mencapai 75 dengan jumlah

siswa yang tuntas belajar 39 siswa dan yang belum tuntas 10 siswa. Hal ini

berarti pembelajaran dengan menerapkan metode demonstrasi dapat

50
meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok pembahasan mengenal rangka

manusia.

Berdasarkan hasil refleksi siklus I dan siklus II yang telah dilakukan oleh

peneliti, maka terjadi pembahasan peningkatan.

Tabel 11.hasil observasi pengajaran


Diskeriptor Siklus I diskriptor
Aspek Indikator siklus II
1 2 3 4 1 2 3 4
A. Membuka 1. Menarik √ √
pelajaran perhatian siswa
2. Menjelaskan √ √
tujuan
pembelajaran
3. Membagi dan √ √
menyusun
kelompok

B. Penggunaanw 1. Menyediakan √ √
aktu dan sumber belajar
stralegi dan alat-alat
pembelajaran bantu pelajaran
yang di peroleh.
2. Melaksanakan √ √
kegiatan
pembelajaran
sesuai dengan
tujuan
pembelajaran
terurut.
3. Mendemonstras √ √
ikan alat peraga
di depan kelas

C. Melibatkan 1. Upaya guru √ √


dalam proses melibatkan
pembelajaran siswa dalam
proses
pembelajaran.
2. Mengamati √ √
kegiatan siswa
dalam
menyelesaikan

51
tugas yang di
berikan kepada
siswa

D. Komunikasi 1. Pengungakapan √ √
dengan siswa pertanyaan yang
jelas dan tepat .
2. Memberi respon √
atas pertanyaan √
siswa
3. Mengembangka √
keberanian √
siswa dalam
mengemukakan
pendapat.

E. Menutup 1. Merangkum isi √ √


pelajaran pelajaran

Jumlah 3 8 1 5 7
Total 34=69,38% 43=87,75%

100, 00 %

90, 00 %

80, 00 % 87,75%

70, 00 %
69,38%
60, 00 %

50, 00 %

40, 00 %

30, 00 %

20, 00 %
Gambar diagram hasil observasi pengajaran

Berdasarkan pada gambar diatas di peroleh hasil perbandingan observasi

guru dalam mengajar pada siklus I dan siklus II dimana siklus I mendapat

69,38 % dengan kategori penilaian cukup, siklus II mendapat 87,75% dengan

52
kategori penilaian baik. Maka dapat kita lihat selisih peningkatan hasil observasi guru

dalam mengajar pada siklus I dan siklus II sebesar 18,37% .

Tabel 12.hasil observasi aktivtas siswa pada kegiatan belajar


Nilai siklus I Nilai Sikus II
Aspek Indikator
1 2 3 4 1 2 3 4
1. Tekan a. Melakukan √ √
menghadapi kegiatan belajar
tugas terus menerus
b. Memberikan √ √
perhatian dan
konsentrasi
c. Niat yang tinggi √ √
untuk
mengerjakan
tugas.
d. Mamahami materi √ √
yang di jelaskan
dengan baik.
a. Melakukan
2. Ulet kegiatan belajar √ √
menghadapi tanpa paksaan
kesulitan b. Tidak cepat √
merasa puas √ √ √
dengan perestasi
yang di capainya.
c. Mendapatkan nilai
yang baik. √ √
d. Berusaha
menyelesaikan √ √
tuga-tugas.
e. Belajar sendiri
dalam √
mengerjakan
tugas.

a. Memiliki sifat
3. Senang yang aktif dalam √ √
mencari dan pembelajaran.
memecahkan b. Aktif bertanya dan
masalah soal- menjawab soal. √ √
soal c. Kerja sama siswa
dalam kelompok
√ √
Jumlah 2 6 4 4 8
Total 38 = 77,55 % 44 = 89,79 %

53
100, 00 %

90, 00 %
89,79%
80, 00 %
77,55%
70, 00 %

60, 00 %

50, 00 %

40, 00 %

30, 00 %

20, 00 % 10 , 00 %

Gambar diagram hasil obsevasi aktivitas siswa pada kegiatan belajar

Dari tabel dan diagram diatas dapat di simpulkan bahwa peneliti sudah
menerapkan metode demonstrasi dengan baik, dimana pada siklus I aktivitas siswa
77,55 % dengan kategori penilaian cukup, meningkat 12,24 % pada siklus II
menjadadi 89,79 % dengan kategori pnilaian baik.

Tabel 13. peningkatan nilai siswa siklus I dan siklus II

Nilai
No Nama Siswa
Tes Awal Siklus I Siklus II
1 01 45 75 75
2 02 60 60 60
3 03 45 45 75
4 04 60 70 85
5 05 55 55 55
6 06 70 70 75
7 07 70 70 90
8 08 45 45 45
9 09 50 75 75
10 10 40 40 80
11 11 45 45 45
12 12 65 70 80
13 13 45 45 90
14 14 40 40 85
15 15 60 60 90
16 16 70 70 95

54
17 17 40 40 40
18 18 50 70 70
19 19 60 60 75
20 20 40 40 80
21 21 50 50 85
22 22 75 75 95
23 23 60 60 60
24 24 45 45 70
25 25 50 75 85
26 26 65 65 80
27 27 65 65 90
28 28 75 75 95
29 29 50 50 90
30 30 55 70 70
31 31 50 50 50
32 32 75 75 75
33 33 50 75 75
34 34 65 65 65
35 35 40 70 90
36 36 50 50 50
37 37 70 70 70
38 38 60 60 60
39 39 55 70 70
40 40 50 50 75
41 41 75 75 90
42 42 60 60 75
43 43 55 70 70
44 44 60 60 60
45 45 70 70 70
46 46 50 50 100
47 47 60 60 75
48 48 70 70 100
49 49 50 50 70
Jumlah 2.624 2.975 3.675
Rata-rata 53,55 60,71 75.00
Jumlah siswa yang tuntas 10 21 39
Jumlah siswa yang b elum tuntas 39 28 10
Persen siswa yang tuntas 20% 42,85% 80%
Persen siswa yang belum tuntas 80% 57,15% 20%

55
100

90
80% 80%
80 75.00

70 60.71
53.55 57,15%
60,

50,
42,85%
40,
39 39
28
30
20% 21 20%
20
10 10
10

Gambar Diagram Peningkatan Nilai rata-rata, Ketuntasan, Belum tuntas,


persen tuntas, persen belum tuntas hasil belajar siswa tes awal, siklus I dan
sikllus II

Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata, jumlah siswa tuntas

dan belum tuntas, persen klasikal yang mengalami tuntas dan belum tuntas dari tes

awal, siklus I hingga siklus II. Adapun peningkatannya adalah pada saat tes awal nilai

rata-rata 53,55 dengan 10 siswa yang mengalami ketuntasan (20%) dan 39 siswa yang

belum tuntas (80%) dari keseluruhan siswa. setelah dilakukan tindakan menggunakan

metode demonstsrasi nilai rata-rata meningkat 7,16 dari nilai awal menjadi 60,71

pada siklus I dengan 21 siswa yang mengalani ketuntasan (42,85%) dan 28 siswa

yang belum tuntas (57,15%). Setelah dilakukan perbaikan pada siklus II nilai rata-rata

kelas meningkat 14,29 dari siklus I menjadi 75,00 pada siklus II dengan 39 siswa

yang mengalami ketuntasan (80%) dan 10 siswa yang belum tuntas (20%).

56
Berdasarkan hasil diatas terbukti bahwa metode demonstrasi dapat

meningkatkan hasil belajar siswa.Dengan demikian, pembelajaran IPA dengan

menggunakan metode demonstrasi di kelas dapat meningkatkan hasil belajar

siswa kelas IV SD Negeri No. 076 Panyabungan Tahun Pelajaran 2017 / 2018.

57
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari pembahasan hasil penelitian maka dapat ditarik beberapa

kesimpulan :

1. Pada tes awal sebelum diberikan tindakan terlihat bahwa nilai rata-rata kelas

53,55 dan jumlah persentase ketuntasan klasikal hanya mencapai 20%.

2. Pada tindakan siklus I dengan penerapan metode demonstrasi diperoleh nilai

rata-rata 60,71, persentase ketuntasan klasikal 42,85 dan nilai observasi

aktivitas siswa 77,55%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan dari tes

awal baik dan dari segi rata-rata kelas maupun ketuntasan belajar.

3. Pada tindakan siklus II dengan penerapan metode demonstrasi diperoleh nilai

rata-rata semakin meningkat 75,00, jumlah persentase ketuntasan klasikal juga

semakin meningkat hingga mencapai 80% dan nilai observasi aktivitas siswa

meningkat sehingga mencapai 89,79%.

4. Dengan penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar

siswa pada pokok bahasan mengenal rangka manusia di kelas IV SD Negeri

No. 076 Panyabungan tahun Pelajaran 2017/2018.

58
B. Saran Tindak Lanjut

Sebagai tindak lanjut hasil penelitian dan kesimpulan yang di peroleh,

maka peneliti memberikan saran sebagai berikut :

1. Kepada guru di himbau agar dapat mengajarkan pada materi IPA hendakya

menggunakan metode demonstrasi dalam PMB langkah yang perlu ditempuh

menanamkan rasa kerja sama pada siswa.

2. Pada peneliti selanjutnya yang ingin melakukan jenis penelitian yang sama

sebaiknya dilaksanakan dengan memperbaiki tahapan-tahapan metode ini atau

mengkombinasikannya dengan metode pembelajaran lain sehingga

mendapatkan hasil yang lebih baik.

59
DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Saiful bahri, Zain Aswan. 1995. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta;
Rineka Cipta.
Slameto. 2003: Belajar dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sudjana, N. 2008. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Rineka Cipta.
Sanjaya,W., (2006), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, Kencana Prenada Media, Jakarta
Jihat, Adan Haris, A., (2008 6), Evaluasi Pembelajaran, Multi Pressindo,
Yogyakarta
Sardiman., (2003), Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, Bumi Aksara,
Jakarta
Suyoso,1998. Hasil Belajar IP Sains, Jakarta: http/juhji-science-sd.com diakses
tanggal 7 November 2012.
Sagala.2009. Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung; Alfa Beta.

60

Anda mungkin juga menyukai