Anda di halaman 1dari 20

UJIAN AKHIR SEMESTER

MATA KULIAH METODOLOGI PENELITIAN


RENCANA PROPOSAL
Efektifitas Penggunaan Pop Up Book Dalam Pembelajaran PKN Kelas 1 Di SD
Dosen Pengampu : Dr. Suharno, M.Pd

Disusun Oleh :
Nama : Rizka Marliana
NIM : K7119232
Kelas : 6D

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR SURAKARTA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan sangat berperan besar untuk menyongsong era globalisasi. Melalui
pendidikan terjadi proses pengembangan potensi diri yang memupuk kepribadian dan
pemikiran. Pendidikan adalah lingkungan belajar dan memungkinkan peserta didik untuk
secara aktif mengembangkan potensi spiritual, keagamaan, kedisiplinan, kepribadian,
kecerdasan, kepribadian luhur dan kemampuan yang diakui dirinya, masyarakat, dan
negaranya. Hal ini sesuai dengan pendapat (Feni, 2014: 13) Pendidikan merupakan
bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak
untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan tugas
hidupnya sendiri tanpa bantuan orang lain.
Tujuan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan adalah siswa sebagai warga negara
yang membentuk sikap dan kepribadian yang berlandaskan nilai dan norma Pancasila. Dalam
hal ini pendidikan kewarganegaraan memiliki peran penting dalam membentuk identitas
siswa. Untuk menambah pemahaman siswa dalam materi dibutuhkan media pembelajaran
berupa alat yang digunakan secara langsung dalam penyampaian isi materi pengajaran. Media
pembelajaran dapat membuat siswa lebih tertarik untuk mengikuti proses belajar mengajar di
kelas dan tidak menimbulkan kebosanan saat guru menyampaikan materi ajar kepada siswa.
Media pembelajaran menurut (Surayya, 2012) yaitu alat yang mampu membantu
proses belajar mengajar serta berfungsi untuk memperjelas makna pesan atau informasi yang
disampaikan, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan.
Siswa kelas satu yang masih pada tahap operasional konkret atau nyata, kadang masih
banyak yang merasa sulit memahami bacaan di buku. Menurut Piaget (Sugiarti dan
Handayani, 2017: 111) mengenai perkembangan proses belajar siswa, bahwa siswa pada usia
7-11 tahun masih tergolong anak-anak yang telah memasuki tahap operasional konkret atau
nyata, Pada tahap operasional konkret anak dapat mengembangkan pikiran logis. Siswa
cenderung lebih tertarik dengan gambar dalam buku dibanding tulisannya. Oleh karena itu,
peneliti memberikan inovasi dalam pembelajaran dengan mengembangkan bahan ajar berupa
Pop-Up Book. Buku Pop-Up Book adalah buku yang menampilkan halaman buku berisi
informasi dalam bentuk tiga dimensi yang bisa digerakkan sehingga pembaca tidak mudah
bosan. Dengan mengembangkan buku Pop Up Book dapat membuat proses belajar siswa
menjadi menyenangkan sehingga memudahkan guru dalam menyampaikan konten
pembelajaran.
Subjek pembelajaran pendidikan kewarganegaraan adalah peserta didik sebagai warga
negara untuk membentuk sikap, watak dan keprinadian berdasarkan nilai-nilai atau norma-
norma pancasila. Dalam hal ini tentu saja pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
memiliki peranan penting dalam membentuk jati diri peserta didik. Buku pop-up yang
dikembangkan berisi materi tentang bunyi pancasila, gambar lambang dari sila pancasila, dan
contoh perilaku dalam kehidupan sehari-hari sesuai sila Pancasila. Menggunakan buku pop-
up sangat cocok untuk memberi variasi baru pembelajaran PKN. Buku pop-up jarang
digunakan di sekolah, Hal ini terjadi karena proses pembuatan media tersebut membutuhkan
biaya pencetakan relatif tinggi. Namun, peluang Pop-Up Book sangat besar untuk menjadi
media pembelajaran yang dapat dikembangkan di sekolah, mengingat kelebihan Pop-Up
Book itu sendiri.
Penggunaan media Pop Up Book dalam upaya peningkatan kemampuan berhitung
permulaan pada anak usia 5-6 tahun sebelumnya pernah diteliti oleh Yatini, dkk (2013)
Universitas Tanjungpura Pontianak. Dilihat dari kemampuan berhitung anak mengalami
perkembangan yang sangat baik. Artinya penggunaan media Pop-Up Book efektif digunakan
untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak usia 5-6 tahun.
Pendidik perlu mengembangkan media atau materi sesuai dengan kebutuhan
kurikulum, Kecakapan ini menentukan persentase minimal siswa yang harus menguasai
materi pembelajaran. Pop Up Book dinilai sangat cocok untuk kurikulum 2013 yang
mengutamakan pendekatan saintifik dalam proses pembelajarannya. Pada umumnya
kurikulum mempunyai aplikasi pendekatan dalam pembelajaran yang berbeda-beda,
demikian pula pada kurikulum 2013. Pendekatan ilmiah digunakan dalam semua jenjang dan
proses pembelajaran kurikulum 2013. Berdasarkan paparan diatas, maka peneliti akan
melakukan penelitian Penggunaan Pop Up Book dalam meningkatkan kualitas pembelajaran
PKN Kelas 1 di SD.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana langkah penggunaan media pembelajaran pop up book dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran PKN kelas 1 SD ?
2. Apakah penggunaan media Pop Up Book dapat meningkatkan kualitas pembelajaran
PKN kelas 1 SD ?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk meningkatkan pembelajaran PKN kelas 1 SD pada topik sila pancasila dengan
penggunaan media pembelajaran Pop Up Book.
2. Untuk mendiskripsikan media Pop Up Book dalam meningkatkan pembelajaran PKN
kelas 1 SD.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian dalam segi manfaat teoritis maupun manfaat praktis
adalah sebagai berikut.
a. Manfaat teoritis
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini untuk mempermudah mengajarkan
pelajaran PKN materi pancasila dalam proses kegiatan belajar mengajar. Penelitian ini
juga diharapkan dapat memberikan menambah antusias siswa dalam menerima
pembelajaran dan guru saat memilih media pembelajaran yang tepat dengan kebutuhan
mata pelajaran PKN.

b. Manfaat praktis
Adapun manfaat diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi peserta didik
Memberikan pengalaman belajar yang menarik dan dapat mendukung proses
pembelajaran, siswa menjadi tertarik dengan materi yang disajikan, memudahkan
siswa dalam memahami materi pembelajaran dan proses pembelajaran menjadi
menyenangkan.
2. Bagi pendidik
1. Sebagai referensi metode dalam memberikan materi pancasila yang dilakukan
oleh pendidik dengan menggunakan media pembelajaran Pop-Up Book dalam
pembelajaran PKN untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa.
2. Memberi wawasan serta pengalaman guru terhadap pengembangan media
pembelajaran buku berupa Pop Up Book dan memberi peluang guru agar dapat
menanamkan pembelajaran kearifan lokal budaya ke dalam pembelajaran.
3. Bagi sekolah
Dapat menjadi bahan masukan sebagai pertimbangan dalam memilih media
pembelajaran dalam proses pengajaran dan untuk menambah wawasan pengetahuan
yang lebih baik dapat menjadi masukan dan bahan rujukan dalam pelaksanaan
pembelajaran khususnya pada mata pelajaran PKN. Selain itu dapat digunakan
sebagai penilaian terhadap kondisi siswa di sekolah yang diterapkan pada
pembelajaran dan dapat menjadi upaya untuk meningkatkan kualitas sekolah atau
pembelajaran dan pendidikan masa depan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Kajian Pustaka
1. Media pembelajaran
a. Pengertian media pembelajaran
Media adalah suatu perantara yang mampu mengantarkan informasi dari
pengirim kepada penerima informasi. Dalam proses pembelajaran, media
cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk
menerima, memproses dan menyusun kembali suatu pesan atau informasi visual
maupun verbal (Arsyad, 2014: 3). Sedangkan menurut Briggs dalam Yusufhadi
Miarso (2007: 457) menyatakan bahwa media pembelajaran adalah sarana untuk
memberikan perangsang bagi siswa supaya proses belajar terjadi. Media
pembelajaran berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi.
Perkembangan dari media visual, audio visual, televisi, komputer hingga teknologi
modern lainnya. Sementara Sri Anitah (2008: 2) mendefinisikan media
pembelajaran adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat
menciptakan kondisi yang memungkinkan peserta didik menerima pengetahuan,
keterampilan dan sikap.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran adalah suatu mediator yang dapat memberi informasi kepada peserta
didik dalam proses pembelajaran yang mampu merangsang pikiran, memusatkan
perhatian, membangkitkan minat dan motivasi belajar peserta didik agar terjadi
efektifitas pada proses pembelajaran.

b. Manfaaat media pembelajaran


Secara umum, banyak manfaat yang didapat dari media pembelajaran
diantaranya untuk membuat proses belajar mengajar lebih menyenangkan,
informasi lebih mudah diakses, meningkatkan semangat belajar, mendukung guru
dalam mengkomunikasikan konten pembelajaran, dan membuat siswa lebih aktif.
Sudjana & Rivai dalam Arsyad (2014: 28) mengemukakan manfaat media
pembelajaran dalam proses pembelajaran sebagai berikut 1) Pembelajaran akan
lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. 2)
Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh
peserta didik dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan
pembelajaran. 3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak sematamata
komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga peserta didik
tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada
setiap jam pelajaran. 4) Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar
sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti
mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.

c. Jenis media pembelajaran


Menurut Sadiman, Rahardjo, Haryono & Rahardjito (1996: 28) untuk kenyamanan
pembelajaran ada beberapa jenis media yang umum terutama digunakan dalam
kegiatan pendidikan dan pembelajaran di Indonesia.
1) Media grafis seperti gambar/foto, sketsa, gambar, bagan, Grafik, kartun, poster,
peta, bola dunia, papan flanel, plakat Berita.
2) Radio, perekam pita magnetik, Laboratorium bahasa.
3) Media proyeksi gambar diam seperti film bingkai, film seri, dan media Cahaya
yang ditransmisikan / OHT, episkop, mikrofon, film, TV dan video
Selain itu, Trianto (2007: 75) juga mengelompokkan jenis-jenis media
pembelajaran yang bisa digunakan dalam proses belajar ke dalam lima kategori
yaitu:
a) Media grafis atau media dua dimensi (seperti gambar, foto, grafik atau
diagram);
b) Media model solid atau media dimensi tiga (seperti model-model benda ruang
dimensi tiga, diorama, dan sebagainya);
c) Media proyeksi (seperti film, filmstrip, dan ohp);
d) Media informasi, komputer, dan internet;
e) Media lingkungan.
Dari berbagai jenis media yang dikemukakan di atas, media yang digunakan
oleh peneliti merupakan jenis media 3 dimensi. Karena dalam pembelajaran guru
menggunakan Pop Up Book yang bisa ditegakkan dan bergerak ketika halamannya
dibuka serta menampilkan gambar yang menarik dan indah sehingga membuat
kesan menakjubkan.
2. Sumber Belajar
Untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar, guru harus
mengingat bahwa siswa perlu banyak berinteraksi dengan sumber belajar. AECT
(1977) mengartikan sumber belajar sebagai semua sumber (data, manusia, dan barang)
yang dapat dipakai oleh pelajar sebagai suatu sumber tersendiri atau dalam kombinasi
untuk memperlancar belajar. Dalam hal ini sumber belajar meliputi pesan, orang,
material, alat, teknik, dan lingkungan. Sumber belajar bahkan berubah menjadi
komponen sistem instruksional apabila sumber belajar itu diatur sebelumnya
(prestructured), didesain dan dipilih lalu dikombinasikan menjadi suatu sistem
instruksional yang lengkap sehingga berdampak pada pembelajaran yang bertujuan dan
terkontrol.
Unsur sumber belajar merupakan komponen usaha yang dapat menunjang proses
pembelajaran, maka sumber belajar tersebut harus berinteraksi dengan siswa bila
menginginkan kualitas dan hasil belajar yang optimal. Mengingat keterbatasan dana
dan sumber daya untuk mendukung sumber belajar, mungkin juga perlu untuk
mengembangkan strategi pengelolaan yang efektif dan efisien. Jika kita tinjau dari
pemanfaatannya sumber belajar terbagi menjadi dua yaitu sumber belajar yang
didesain (by design) dan sumber belajar yang tinggal pakai/dimanfaatkan (by
utilitation).
a) Sumber belajar yang didesain (by design)
Sumber belajar yang didesain adalah sumber belajar yang dirancang khusus
sebagai “komponen sistem instruksional” yang diharapkan dapat membantu
memfasilitasi kegiatan belajar formal atau informal untuk tujuan tertentu. Oleh
karena itu, sumber belajar jenis ini perlu untuk dianalisis, direncanakan, dan
kemudian diinovasikan sesuai tujuan dan kebutuhan materi, serta karakteristik
pembelajar / siswa agar hasilnya benar-benar dapat memfasilitasi pembelajaran.
b) Sumber belajar yang dimanfaatkan (by utilization)
Sumber belajar yang dimanfaatkan adalah tidak secara khusus dirancang untuk
pembelajaran, tetapi merupakan sumber yang dapat dicari, diterapkan, dan
digunakan untuk pembelajaran. Berbagai kesimpulan dapat ditarik dari berbagai
definisi dan penjelasan tentang teknologi pendidikan. Teknik pendidikan tersebut
menciptakan sumber belajar yang dapat digunakan untuk meningkatkan
pendidikan. Ini memiliki fitur khusus seperti pengembangan pendidikan, produksi
media, manajemen sumber belajar, evaluasi program, dll. Ini harus dilakukan oleh
personel yang ditunjuk di bidang teknologi pendidikan.
Media yang digunakan dalam penelitian ini termasuk sumber belajar yang
didesain. Media Pop Up Book ini dirancang khusus sebagai “komponen sistem
instruksional” yang diharapkan dapat membantu memfasilitasi kegiatan belajar
formal atau informal untuk tujuan tertentu.
3. Peran media dan sumber belajar
Media dan sumber belajar yang baik berperan dan bermanfaat bagi penggunaannya.
Berikut penjabarannya dalam uraian berikut
a. Peranan media pembelajaran
Menurut Ahmad Rouhani (1997), media pembelajaran memiliki beberapa peran :
1) Media pembelajaran mengatasi perbedaan pengalaman pribadi siswa.
2) Media pembelajaran mengatasi batas-batas ruang kelas.
3) Mengamati benda yang sangat kecil.
4) Mengamati benda yang bergerak sangat cepat atau sangat lambat.
5) Mengamati suara yang halus untuk didengar.
6) Pengamatan fenomena alam.
7) Media pembelajaran membantu membangkitkan minat baru dalam belajar.
Dari penjelasan di atas, kita dapat melihat bahwa media pembelajaran berperan
dalam mencapai tujuan pembelajaran. media pembelajaran dapat mengatasi
permasalahan pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pernyataan Nana Sudjana
(2005) bahwa media pendidikan berperan dalam mengatasi kesulitan proses
pembelajaran.Media Pop Up Book yang digunakan ini berperan untuk mengatasi
perbedaan pengalaman pribadi siswa dan membantu membangkitkan minat baru
dalam belajar.
b. Peranan Sumber Belajar
Seperti halnya media pembelajaran, sumber belajar berperan sebagai berikut:
1) Menjembatani anak atau siswa dalam perolehan pengetahuan (learning).
2) Stimulasi dan komunikasi informasi kepada anak dan siswa (Ungkapan
transmisi dalam konteks ini memiliki banyak aspek dan dapat dikaitkan dengan
pertanyaan “what, who, where, how”. Pertanyaan merupakan sumber yang
sangat berguna sebagai alat untuk memahami dimensi sumber pembelajaran.
4. Media Pop Up Book
Pop up book adalah buku yang menyajikan visualisasi dalam bentuk yang dibuat
seperti dengan melipat. Buku pop-up semiliki bagian isi yang dapat bergerak ketika
dibuka halamannya atau tiga dimensi. Menurut (Joko muktiono,2003:65) Buku Pop-up
adalah sebuah buku yang memiliki tampilan gambar yang bisa ditegakkan serta
membentuk obyek-obyek yang indah dan dapat bergerak atau memberi efek yang
menakjubkan. Buku pop-up memiliki keunggulan unik dibandingkan media lain seperti
tampilan bentuk yang dibuat dengan melipat dan adanya dimensi.
Stephan Louis Giraud, penemu buku pop-up pertama dari Inggris yang telah
memperoleh paten untuk struktur yang disebut variasi kertas yang disebut Sebagai
“stand-up life-like”, “living models”, dan “picture that spring to life”. Giraud
menerbitkan sebuah buku dengan struktur tiga dimensi yang dapat berdiri tegak di
halaman ketika dibuka. Ini adalah buku yang dianggap sebagai buku pop-up di seluruh
dunia.
Jadi dapat disimpulkan dari beberapa pendapat para ahli bahwa media pop-up book
adalah media yang berbentuk seperti buku tetapi didalamnya bisa muncul gambar tiga
dimensi yang menarik dibentuk sesuai materi yang akan dipelajari.
Pop up book memiliki banyak kelebihan diantaranya dapat melampaui batas ruang,
waktu dan pengamatan karena tidak semua benda, objek atau peristiwa dibawa ke
kelas; bersifat konkret sehingga lebih realistis daripada media verbal; dapat menjadi
sumber belajar bagi semua kelompok umur karena setiap halaman buku dapat diisi
dengan gambar dan informasi konseptual; memiliki betuk tiga dimensi yang
menjadikan pembaca lebih tertarik. Selain itu, pop up book juga memiliki kekurangan
yaitu waktu pembuatannya yang cukup lama karena menuntut ketelitian dan harganya
relatif mahal.

B. Kerangka Berpikir
Pelaksanaan pembelajaran muatan PKN di kelas 1 SD perlu didukung dengan adanya
media pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, karena beberapa faktor muncul dari
guru, siswa, dan mata pelajaran. Kerangka penelitian ini ditulis dalam bentuk bagan untuk
mengidentifikasi masalah yang terjadi. Hal ini terkait dengan pembelajaran untuk
memecahkan masalah yang diambil. Peneliti terlebih dahulu melakukan proses analisis
kebutuhan berdasarkan data observasi berupa wawancara dan dokumen untuk
mengidentifikasi masalah yang perlu dikembangkan dalam penggunaan media
pembelajaran. Pada penelitian ini, peneliti mengembangkan media Pop Up Book dalam
pembelajaran PKN.
Peneliti merancang desain dan divalidasi oleh tim ahli, kemudian dibuat media
pembelajaran pop-up book yang hasilnya telah diuji dengan sampel yang ditentukan
Peneliti Kelas I SD. Menurut hasil tes menganalisis media pembelajaran dan dianggap
layak digunakan dalam konten PKN materi sila pancasila,diharapkan media pembelajaran
pop up book meningkatkan hasil belajar siswa.
Keefektifan Penggunaan pop up book dalam pembelajaran PKN

1. Media disesuaikan dengan kebutuhan siswa, yaitu pemahaman konsep


yang abstrak menjadi pemahaman konsep yang konkret.
2. Materi PKN disampaikan secara benar agar tidak terjadi miskonsepsi

Kondisi Ideal Kondisi Lapangan


1. Siswa berpartisipasi secara aktif 1. Siswa kurang berpatisipasi secara
dalam kegiatan pembelajaran PKN. aktif dalam kegiatan pembelajaran
2. Guru menggunakan sumber belajar PKN.
dan media pembelajaran yang 2. Guru tidak menggunakan media.
inovatif sesuai dengan materi yang 3. Siswa dalam memahami konsep
disampaikan. PKN mengalami kesulitan seperti
3. Konsep PKN disampaikan secara sulit membedakan lambang sila
benar dan konkret agar siswa Pancasila dan contoh sikap
paham.

Solusi

Melakukan Membuat konsep


observasi pada siswa media Pop Up Book Mengembangkan Menerapakn media
dan guru pada saat terkait materi sila media pembelajaran
pembelajaran pancasila

Mengevaluasi hasil validasi dari ahli materi dan media serta hasil uji coba pada kelas I SD

Siswa tertarik dengan pembelajaran PKN pada Media pembelajaran Pop Up Book materi sila pancasila
materi sila Pancasila efektif diterapkan pada mata pelajaran PKN kelas I
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Kleco II kecamatan Laweyan kota Surakarta,
dengan alasan :
a. SD Negeri Kleco II termasuk dalam wilayah kecamatan Laweyan yang cocok
dijadikan tempat penelitian.
b. Pada tahun pelajaran sebelumnya dalam penyampaian materi pelajaran PKN jarang
menggunakan media Pop Up Book.
c. Peneliti pernah melaksanakan asistensi mengajar di SD tersebut, sehingga hasil
penelitian diharapkan dapat memberi masukan yang dapat digunakan untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa terutama dalam mata pelajaran PKN.

2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan secara bertahap. Adapun tahap-tahap dan waktu penelitian
yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Tahap persiapan
1) Observasi awal
Pada kegiatan observasi awal, peneliti melakukan observasi untuk
mengetahui permasalahan yang ada dalam kelas sebagai refleksi dalam membantu
guru untuk memperbaiki proses pembelajaran, serta melakukan wawancara dengan
guru terkait permasalahan yang terdapat di kelas selama proses pembelajaran.
Dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi di kelas 1 SD Negeri Kleco II
Surakarta. Kegiatan ini dilakukan pada bulan Maret 2022.
2) Penyusunan proposal
Penyusunan proposal dilakukan pada bulan Maret sampai dengan April 2022
dan dilanjutkan dengan pembuatan perangkat pembelajaran serta instrument
penelitian yaitu berupa lembar observasi, RPP, Lembar Kerja Siswa dan lainnya.
3) Observasi Lanjutan
Pada observasi lanjutan peneliti mengambil data sebagai data awal
menggunakan lembar observasi dan tes pra siklus yang telah divalidasi dan akan
digunakan sebagai refleksi dalam menentukan tindakan yang dilakukan. Tahap ini
dilaksanakan pada bulan April 2022.
b. Tahap pelaksanaan
Pada tahap ini peneliti melakukan pengambilan data pada kelas 1 SD Negeri
Kleco II selama bulan Mei dan Juni 2022.
c. Tahap Pengolahan Data dan Penyusunan Laporan
Pada tahap ini peneliti melakukan penyusunan laporan dan konsultasi dengan
pembimbing yang dilakukan pada Juni sampai Oktober 2022 . Adapun jadwal
pelaksanan penelitian tersebut secara terperinci disajikan dalam Tabel 1.1

Kegiatan Penelitian Bulan

Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt


1. Persiapan Penelitian
a. Koordinasi peneliti
dengan wakil kepala
sekolah dan guru kelas 1
b. Diskusi dengan guru
untuk mengidentifikasi
masalah pembelajaran
dan merancang tindakan
c. Menyusun proposal
penelitian
d. Menyiapkan perangkat
pembelajaran dan
instrument penelitian
e. Observasi Lanjutan (Pra
Siklus)
2. Pelaksanaan Tindakan
a. Siklus I
- Perencanaan
- Pelaksanaan Tindakan
- Observasi
- Refleksi
b. Siklus II
- Perencanaan
- Pelaksanaan tindakan
- Observasi
- Refleksi
3. Analisis Data dan
Pelaporan
a. Analisis data
b. Menyusun laporan /
skripsi
c. Ujian dan revisi
d. Penggandaan dan
pengumpulan laporan

Tabel 1.1 Jadwal Penelitian


B. Pendekatan Penelitian
Metode kualitatif adalah suatu pendekatan untuk meksplorasi dan memahami makna
individu atau kelompok yang terkait dengan masalah social yang dapat digunakan untuk
menginterpretasi, mengeksplorasi,atau memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang
aspek tertentu dari keyakinan, sikap, atau perilaku manusia. Penelitian ini fokus pada persepsi
dan pengalaman peserta. Sedangkan analisis data dibangun secara induktif dari tema khusus ke
tema umum, lalu penliti membuat interpretasi tentang makna data. Peneliti lebih
memperhatikan pendapat secara individu dan dintuntut untuk mampu menerjemahkan
kompleksitas situasi.
C. Data dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian penerapan Media Pop Up Book yaitu data
tentang pelaksanaan pembelajaran, data tentang keaktifan siswa, dan data tentang pemahaman
konsep dalam pembelajaran PPKN menggunakan media Pop Up Book.
Sumber data tentang pelaksanaan pembelajaran ini diperoleh dari lembar observasi
selama berlangsungnya proses pembelajaran, dokumentasi atau arsip berupa silabus dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Data tentang keaktifan siswa diperoleh dari hasil
observasi selama proses pembelajaran berlangsung dan data tentang pemahaman konsep
diperoleh dari hasil tes siklus.
D. Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian kualitatif lebih berfokus kepada representasi terhadap fenomena
sosial. Menurut Sugiyono, dalam penelitian kualitatif teknik sampling yang lebih sering
digunakan adalah purposive sampling dan snowball sampling. Purposive sampling adalah
teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu, misalnya orang
tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan. Snowball sampling adalah
teknik pengambilan sampel sumber data yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama
menjadi besar (Sugiyono, 2009:300).
Menurut Sugiyono, dalam penelitian kualitatif teknik sampling yang lebih sering
digunakan adalah purposive sampling dan snowball sampling. Penelitian ini mengunakan
teknik purposive sampling. Karena peneliti merasa sampel yang diambil paling mengetahui
tentang masalah yang akan diteliti oleh peneliti. Penggunaan purposive sampling dalam
penelitian ini yaitu bertujuan untuk dapat mengetahui bagaimana penggunaan Pop Up Book
dalam pembelajaran PPKN.

E. Teknik Pengumpulan Data


Data penelitian ini diperoleh dengan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai
berikut. Teknik pengumpulan data yang digunakan ialah observasi, wawancara dan
dokumentasi.

1. Metode Observasi

Menurut Budiyono (2003: 53-54), observasi (atau pengamatan) adalah cara


pengumpulan data dimana peneliti (atau orang yang ditugasi) melakukan pengamatan
terhadap subjek penelitian demikian hingga si subjek tidak tahu bahwa dia sedang diamati.
Agar metode observasi dapat menghasilkan data secara efektif dan terarah, perlu
diperhatikan beberapa saran berikut:
a. Observasi harus direncanakan secara sistematis dan mempunyai tuuan yang jelas.
b. Menggunakan alat yang cocok, misalnya lembar observasi yang berupa daftar cek
atau skala urutan (rating scale).
c. Sedapat mungkin pihak yang diobservasi tidak tahu kalau ia diobsevasi.
d. Hasil observasi diolah dan disimpulkan secara cepat.
Observasi ini dimaksudkan untuk mengamati proses pembelajaran PKN dengan
menggunakan Media Pop Up Book di kelas 1 SD N Kleco II serta mengamati keaktifan
siswa pada saat proses pembelajaran PKN berlangsung. Observasi dilakukan pada setiap
kegiatan pembelajaran pada setiap siklusnya dimana setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan.
Kegiatan observasi ini dilakukan oleh tiga observer yaitu tiga rekan peneliti mahasiswa
pendidikan guru sekolah dasar. Hal-hal yang diamati dalam kegiatan observasi adalah
aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung.

2. Metode wawancara
Menurut Budiyono (2003: 52) Metode wawancara adalah cara pengumpulan data
melalui percakapan antara peneliti atau orang yang ditugasi dengan subyek penelitian atau
responden atau sumber data. Dalam hal ini pewawancara menggunakan percakpan
sedemikian.
Wawancara yang dilakukan peneliti yaitu wawancara tak berstruktur, karena pada
penelitiannya peneliti menggunakan pedoman wawancara yang berupa garisgaris besar
permasalahan yang akan ditanyakan. Tujuan menggunakan wawancara tak berstruktur
adalah agar menemukan permasalahan secara lebih terbuka, sehingga lebih mendengarkan
apa yang diceritakan informan.

3. Metode dokumentasi

Metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data dengan melihatnya dalam dokumen-
dokumen yang telah ada. Dokumen-dokumen tersebut biasanya merupakan dokumen-dokumen
resmi yang telah terjamin keakuratannya (Budiyono, 2003: 54). Sedangkan metode dokumentasi
menurut Arikunto (2006:231) yaitu mencari data mengenai variabel yang berupa catatan, transkrip,
buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya. Metode dokumentasi
dalam penelitian ini untuk mencari data mengenai nilai siswa yang digunakan sebagai data
awal pra siklus. Dokumentasi juga digunakan untuk memberikan gambaran bagaimana
sebuah penelitian tindakan kelas dilakukan, dengan mengambil gambar aktivitas guru dan
siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

F. Teknik Uji Validitas Data


Menurut Budiyono (2003: 56) yang dimaksud dengan validitas adalah penilaian
evaluatif terintegrasi yang dilakukan oleh penilai mengenai seberapa jauh bukti-bukti empirik
dan rasional teoritis mendukung ketepatan inferensi dan tindakan berdasar skor tes atau
asesmen lain. Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa validitasnya
sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang
kuat dalam menarik kesimpulan.
Validitas data dilakukan untuk menguji keabsahan data. Validitas data dalam penelitian
ini dilakukan dengan triangulasi. Menurut Arikunto (2007:128) triangulasi adalah proses
memastikan sesuatu (getting a ‘fix’) dari berbagai sudut pandang untuk meningkatkan
ketajaman hasil pengamatan melalui berbagai cara dalam pengumpulan data. Moleong (1999:
178) menyatakan bahwa triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu.
Dalam penelitian ini, untuk menguji keabsahan data keaktifan siswa digunakan
triangulasi penyidik, yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu
informasi yang diperoleh dengan cara memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya
(Moleong, 1999 :178). Triangulasi penyidik dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
melihat dan membandingkan hasil observasi dari dua observer yang telah mengamati keaktifan
masing-masing siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Data hasil observasi keaktifan
siswa dikatakan valid apabila hasil pengamatan dua observer menunjukkan hasil yang sama.
Begitu pula untuk menguji keabsahan data keterlaksanaan pembelajaran digunakan
triangulasi penyidik, namun untuk keterlaksanaan pembelajaran membandingkan hasil
observasi dari tiga observer yang berbeda.
Data hasil tes siswa tidak divalidasi secara langsung seperti data keaktifan siswa.
Lather (dalam Arikunto dkk, 2008) menyatakan bahwa untuk meningkatkan validasi data
dalam penelitian tindakan dapat dilakukan dengan empat cara, salah satunya adalah dengan
critical reflection, yaitu apabila pada setiap tahap siklus mutu refleksi dipertahankan, maka
mutu pengambilan keputusan akan dapat dijamin. Dalam suatu penelitian tindakan kelas,
peneliti sengaja memberikan perlakuan kepada kelas dengan tujuan untuk memperbaiki
masalah yang ada, dalam hal ini adalah pemahaman konsep PKN siswa. Jika data hasil tes
siswa menunjukkan hasil yang cenderung naik di setiap siklusnya maka secara tidak langsung
peneliti telah melakukan validasi terhadap data hasil tes siswa.

G. Teknik Analisis Data


Analisis merupakan usaha untuk memilih, memilah, membuang, menggolongkan, serta
menyusun ke dalam kategorisasi, mengklasifikasikan data untuk menjawab pertanyaan
pokok: (1) Tema apa yang dapat ditemukan pada data, (2) Seberapa jauh data dapat
mendukung tema/arah/tujuan penelitian (Supardi dalam Suharsimi Arikunto dkk, 2007: 132).
Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data pengamatan dari lembar
observasi proses pembelajaran dan tes hasil belajar siswa. Berikut ini teknik analisis yang
digunakan:

1. Analisis Data Hasil Observasi


Data hasil observasi dianalisis dengan mengamati keaktifan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung. Analisis hasil observasi keaktifan siswa dilakukan dengan cara
pemberian skor, yaitu untuk jawaban “ya” akan diberi skor 1 dan jawaban “tidak” diberi
skor 0. Skor 1 diperoleh jika kedua observer menghasilkan data yang sama, yaitu
keduanya adalah jawaban “ya” dan skor 0 jika hasil amatan dari kedua observer berbeda
atau jawaban keduanya adalah “tidak”. Kemudian skor keaktifan pada pertemuan pertama
dan kedua dirata-rata untuk menghasilkan keaktifan siswa pada tiap siklus.Selanjutnya,
keaktifan siswa tersebut dikategorikan sesuai dengan kualifikasi hasil persentase observasi
seperti pada Tabel 3.2

Tabel 3.2. Pedoman Kualifikasi Hasil Observasi


Presentase Kategori
0% ≤ p ≤ 33,33% Rendah
33,33% ≤ p ≤ 66,67% Sedang
66,67% ≤ p ≤ 100% Tinggi

(Arikunto & Safruddin, 2004: 18-19)

Skor minimal untuk tiap jenis aktivitas siswa adalah 0 dan skor maksimal adalah 2.
Berdasarkan pedoman kualifikasi hasil observasi diatas, maka kategori untuk tiap jenis
aktivitas siswa dapat dijelaskan pada Tabel 3.3 berikut:

Tabel 3.3. Kategori Tiap Jenis Aktivitas Siswa


Skor Kategori
keaktifan
0-0.67 Rendah
0.67-1.33 Sedang
1.33-2 Tinggi

2. Analisis Data Hasil Tes


Hasil tes dari tiap siklus menggambarkan tingkat pemahaman konsep yang dimiliki
siswa. Indikator yang menunjukkan bahwa pemahaman konsep siswa meningkat dapat
diketahui dengan cara membandingkan analisis hasil tes pada tiap-tiap siklus. Dari analisis
tes akhir siklus, dapat diketahui tercapai tidaknya indikator keberhasilan tindakan yang
telah ditetapkan.
Analisis hasil tes dimulai dengan mengoreksi pekerjaan masing- masing siswa
dengan memperhatikan rubrik/pedoman penilaian terkait dengan pemahaman konsep yang
telah dibuat oleh peneliti. Hasil yang diperoleh merupakan skor total keseluruhan aspek
pemahaman konsep PKN siswa. Skor yang diperoleh dikategorikan sesuai dengan kriteria
yang telah ditentukan untuk membuat kesimpulan mengenai pemahaman konsep siswa
seperti pada Tabel 3.4.
Table 3.4 Kriteria Skor Tes Pemahaman Konsep
Persentase Rentang Klasifikasi
Nilai (%)
90 ≤ 𝐴 ≤ 100 Sangat Tinggi
75 ≤ 𝐵 < 90 Tinggi
55 ≤ 𝐶 < 75 Cukup
40 ≤ 𝐷 < 55 Rendah
00 ≤ 𝐸 < 40 Sangat Rendah
(Hirschfeld, 2008: 45)
H. Prosedur Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas ini diterapkan penelitian kolaboratif. Arikunto,
Suhardjono & Supardi (2007: 17) menyatakan bahwa dalam penelitian kolaborasi, pihak yang
melakukan tindakan adalah guru, sedangkan yang melakukan pengamatan terhadap
berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti. Sedangkan Sanjaya (2009: 59) menyatakan
bahwa dalam penelitian kolaboratif pelaksanaan penelitian bukan dari guru, tetapi dari pihak
luar untuk memecahkan masalah pembelajaran.
Dalam penelitian ini pihak yang melakukan tindakan adalah peneliti sedangkan pihak
yang melakukan pengamatan adalah guru dibantu tiga rekan peneliti. Menurut Burns (dalam
Suwarsih Madya, 2009: 52) terdapat prinsip- prinsip penelitian kolaboratif yang terdiri dari
tiga tahap, yaitu prakarsa, pelaksanaan dan diseminasiliti.
Suharsimi Arikunto (2007: 20) menjelaskan bahwa ada 4 tahapan penting yang
dilaksanakan dalam proses penelitian tindakan yaitu (1) perencanaan (planning), (2)
pelaksanaan (acting), (3) pengamatan (observing) dan (4) refleksi (reflecting). Pelaksanaan
penelitian tindakan adalah proses yang terjadi dalam suatu lingkaran yang terus-menerus yang
dapat digambarkan sebagai berikut.
Permasalahan Perencanaan Pelaksanaan Tindakan I
Tindakan I

Refleksi I Pengamatan/
Pengumpulan Data I

Permasalahan baru hasil refleksi Perencanaan Pelaksanaan Tindakan II


Tindakan II

Refleksi II Pengamatan/
Pengumpulan Data II

Apabila permasalahan belum terselesaikan

Dilanjutkan ke siklus
berikutnya

Gambar 3.1. Siklus Penelitian


Keempat komponen tersebut merupakan tahapan-tahapan yang harus ditempuh setiap
peneliti yang akan melaksanakan Penelitian. Dalam penelitian tindakan sekurang-kurangnya
terdapat 2 buah siklus, mulai dari perencanaan sampai dengan refleksi. Tahapan tersebut diulang
sampai sekurang-kurangnya dua kali, dengan menunjukkan apa saja kekurangan dan hambatan
pada siklus sebelumnya, kemudian penjelasan tentang bagaimana kekurangan dan hambatan
tersebut akan diperbaiki. Penelitian tindakan kelas ini direncanakan sebanyak dua siklus dan tiap
siklus terdiri dari tiga pertemuan melalui penggunaan media Pop Up Book. Berikut adalah
penjelasan masing-masing tahapan tiap siklus :

Rancangan Siklus I
1. Tahap Perencanaan Tindakan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan tindakan meliputi :
a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
b. Menyusun lembar observasi mengenai pelaksanaan pembelajaran PKN menggunakan
media Pop Up Book.
c. Menyusun lembar observasi mengenai keaktifan siswa selama proses pembelajaran
menggunakan media Pop Up Book.
d. Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) yang digunakan untuk membantu proses
pembelajaran yang dilengkapi soal-soal latihan untuk siswa.
e. Menyusun tes formatif, perbaikan, dan handout.
f. Menyusun tes akhir siklus yang dilaksanakan pada akhir setiap siklus.
g. Melakukan validasi butir soal tes akhir siklus. Validasi ini dilakukan oleh dosen
dan guru kelas 1.
2. Tahap Pelaksaan Tindakan
Tahap ini dilaksanakan sesuai skenario pembelajaran yang telah direncanakan yaitu
pembelajaran menggunakan media Pop Up Book, sebagai berikut :
a. Pendahuluan
b. Inti kegiatan
i. Penyampaian Informasi dan pertanyaan metakognitif
ii. Diskusi kelompok
iii. Presentasi kelompok dan tinjauan ulang
iv. Pelaksanaan tes dan verifikasi hasil
c. Penutup
i. Guru memberikan pekerjaan rumah untuk siswa.
ii. Guru menyampaikan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.
3. Tahap Observasi
Pada tahap ini peneliti melakukan obseravasi dengan mengamati secara langsung
bagaimana aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran. Tahap Analisis dan
Refleksi
Pada tahap ini peneliti menganalisis hasil observasi yang dilakukan selama proses
pembelajaran dengan menggunakan media Pop Up Book, sehingga diperoleh kesimpulan
yang nantinya bagian mana yang perlu diperbaiki atau disempurnakan dan bagian mana
yang telah memenuhi target.
Pada akhir siklus I, peneliti mengadakan tes siklus I. Hasil dari tes siklus I digunakan
sebagai data untuk mengetahui keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunakan
media Pop Up Book serta mengetahui tingkat pemahaman konsep siswa berdasarkan kriteria
yang telah ditentukan.
Rancangan Siklus II
Pada siklus II merupakan perencanaan tindakan dengan hasil yang telah dicapai pada
siklus I sebagai upaya perbaikan dari siklus tersebut dengan materi pembelajaran sesuai dengan
silabus mata pelajaran matematika. Pelaksanaan siklus II ini masih mengacu pada siklus I yang
terdiri dari 4 tahapan, yaitu (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3)
pengamatan (observing) dan (4) refleksi (reflekting). Dari keempat tahapan penelitian tindakan
kelas tersebut dapat dibuat contok skematik kegiatan inti penelitian sebagai berikut.
Identifikasi Masalah

1. Perencanaan
a. RPP 2. Pelaksanaan
b. Lembar Observasi
c. LKS
d. Tes Akhir Siklus I

4. Refleksi SIKLUS I
a. Tes unit siklus 1
b. Hasil observasi
Observasi
Kesesuaian dengan RPP
Kendala yang dihadapi
Aktifitas siswa

Perencanaan:
RPP
LKS
Tes akhir siklus II 2. Pelaksanaan

Refleksi SIKLUS II
Tes unit siklus 2
Hasil observasi
Pengamatan oleh guru
Kesesuaian dengan RPP
Kendala yang dihadapi
Aktifitas siswa
Berhasil ?
Ya, siklus berhenti
Belum, lanjut siklus berikutnya

Berhasil ?
Ya, siklus berhenti
Belum, lanjut siklus berikutnya

Gambar 3.2. Bagan Prosedur Penelitian


DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Rohani. 1997. Media intruksional Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Anitah, Sri. (2008). Media pembelajaran modul PLPG.Surakarta : Panitia Sertifikasi Guru Rayon
13 Surakarta.
Arief S. Sadiman, R. Rahardjo, Anung Haryono, Harjito. Media Pendidikan. Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2014.
Arikunto, S. 2013.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi.Jakarta: PT. Rineka
Cipta
Azhar Arsyad. 2014. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Budiono S, dkk, 2003. Bunga Rampai Hyperkes dan Keselamatan Kerja. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Feni. 2014. Pendidikan Sekolah Dasar. Bandung: PT Refika Aditama.
Muktiono, Joko D. 2003. Aku Cinta Buku (Menumbuhkan minat baca pada anak). Jakarta : Elex
Media Computindo
Sudjana (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sugiarti, L., Handayani, D.E. (2017). Pengembangan Media Pokari Pokabu (Pop-Up dan Kartu
Ajaib Pengelompokkan Tumbuhan) Untuk Siswa Kelas III SD/MI. Jurnal Pendidikan Guru
MI. Vol. 4, (1), h. 111.
Surayya, dkk. Pengaruh Model Pembelajaran Think Pair Share Terhadap Hasil Belajar IPA
ditinjau dari keterampilan Berfikir Kritis Siswa, Vol 4 (2014), h. 4
Trianto. 2007. Model-model pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme. Jakarta :
Prestasi Pustaka
Yusuf Hadi Miarso. (2004). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Prenoda Media.

Anda mungkin juga menyukai