Anda di halaman 1dari 11

Accelerat ing t he world's research.

PENERAPAN MODEL DISCOVERY


LEARNING UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISWA PADA MATERI PERUBAHAN
WUJUD BENDA
iin budiman

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Buku Wisudawan 1 UPI DESEMBER 2012


andrea we

Penelit ian T indakan Kelas PT K


Marcel Bhoka

MODUL PLPG IPA KSG


Yulfi Plano
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN


HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN WUJUD BENDA

Gina Rosarina1, Ali Sudin, Atep Sujana3

123 Program Studi PGSD Kelas UPI Kampus Sumedang


Jl. Mayor Abdurachman No. 211 Sumedang
1Email: ginarosarina@gmail.com
2Email: alisudin03@gmail.com
3Email: atepsujana261272@gmail.com

Abstrak
Berdasarkan pengamatan awal di SDN Gudangkopi I pada umumnya siswa mengalami
kesulitan dalam menguasai materi perubahan wujud benda. Penguasaan konsep, kegiatan
pembuktian dan aplikasi yang menjadi keharusan dalam belajar IPA tidak nampak dalam
pembelajaran. Kondisi ini diakibatkan dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru
belum maksimal sehingga berdampak kurang baik pada hasil belajar siswa. Secara spesifik
PTK ini betujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menerapkan model discovery
learning. Dalam pelaksanaannya PTK terdiri dari tiga siklus, tiap siklus terdiri dari empat
tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, analisis dan refleksi. Berdasarkan hasil
temuan dan pembahasan, dapat direkomendasikan bahwa dengan menerapkan model
discovery learning merupakan suatu alternatif untuk meningkatan hasil belajar siswa,
khususnya pada materi perubahan wujud benda. Peningkatan ini dilihat dari persentase
ketuntasan tiap siklus. Siswa yang dinyatakan tuntas pada siklus I berdasarkan hasil tes ada 7
siswa (26,92%), siklus II menjadi 17 siswa (65,38%) dan siklus III 23 siswa (88,46%).
Kata kunci : discovery learning, hasil belajar, perubahan wujud bendabuatan.

PENDAHULUAN kesejahteraan. Kemajuan sebuah negara


Pendidikan merupakan usaha sadar yang dapat dilihat dari sistem pendidikannya,
dilakukan seseorang untuk menjadi pribadi kualitas pendidikannya, baik dari kualitas
yang lebih baik dan mengembangkan potensi tenaga pengajarnya maupun kualitas peserta
yang dimilikinya agar dapat bermanfaat bagi didiknya. Oleh sebab itu, pendidikan sangat
dirinya sendiri maupun orang lain dalam dibutuhkan bagi manusia sebagai proses
kehidupannya. Pendidikan bertujuan untuk pengajaran dan pelatihan agar mencapai
membantu para siswa dalam tujuan tersebut. Proses pengajaran yang baik
mengembangkan potensi yang dimilikinya. harus mengacu pada kurikulum yang
Dengan menempuh pendidikan, seseorang berlaku. Kurikulum adalah rangkaian rencana
dapat terhindar dari rendahnya kemampuan isi yang akan menjadi sejumlah tahapan
kognitif dan kemiskinan. Pendidikan menjadi belajar yang didesain untuk siswa dengan
pembeda antara seseorang dengan orang petunjuk institusi pendidikan yang isinya
yang lainnya, dilihat dari pengetahuan, berupa proses. Kurikulum yang berlaku di
kemampuan dan keterampilan yang Indonesia saat ini adalah Kurikulum Tingkat
dimilikinya sehingga dapat meningkatkan Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP merupakan

371
Gina Rosarina, Ali Sudin, Atep Sujana

salah satu bentuk perkembangan pendidikan mampu menjaga maupun menggunakan apa
yang memberikan kesempatan kepada yang ada di alam semesta ini secara baik dan
sekolah dan satuan pendidikan untuk bijaksa a, sehi gga tidak erusak ya .
mengembangkan kurikulum sesuai dengan Selain itu, IPA bertujuan membantu siswa
potensi, tuntutan, dan kebutuhan masing- untuk memperkirakan apa yang akan terjadi
masing. KTSP diterapkan pada satuan di masa depan, disertai dengan cara
pendidikan, dalam praktiknya pendidikan mengatasinya sehingga siswa kemampuan
dapat berlangsung dalam lingkungan formal, intelektual yang dimiliki siswa tidak hanya
informal, dan nonformal. Khusus pada untuk sesaat tetapi untuk jangka panjang
pendidikan formal terdapat beberapa (Trefil dalam Sujana, 2014). Tujuan lain dari
jenjang pendidikan di negeri ini yang terdiri Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah untuk
dari sekolah dasar (SD), sekolah menengah memperoleh keyakinan terhadap Tuhan
pertama (SMP), sekolah menengah atas Yang Maha Esa berdasarkan alam semesta
(SMA) dan perguruan tinggi (PT). Proses ini, menerapkan perkembangan konsep Ilmu
pembelajaran dari setiap jenjang tersebut Pengetahuan Alam (IPA), mengembangkan
tentunya memperhatikan fase rasa ingin tahun siswa, mengembangkan
perkembangan dan tingkat kemampuan keterampilan proses pengetahuan siswa,
setiap peserta didik seperti kognitif, memberikan pemahaman kepada siswa
psikomotor dan afektif. Khususnya pada bahwa dirinya terlibat dalam menjaga alam
jenjang sekolah dasar (SD) kemampuan semesta dan menghargai apa yang ada di
kognitifnya akan berbeda dengan jenjang alam ini, dan memperoleh pengetahuan
pendidikan yang lebih tinggi lainnya. Proses tentang Ilmu Pengetahuan (IPA) agar dapat
pembelajaran materi IPA pada sekolah dasar lebih dikembangkan pada jenjang pendidikan
akan lebih sederhana dan berkaitan dengan selanjutnya. Yang menjadi keharusan dalam
kehidupan sehari-hari. Hal itu dimaksudkan pembelajaran IPA adalah adanya penguasaan
agar pembelajaran lebih bermakna dan siswa konsep, kegiatan pembuktian dan aplikasi.
lebih memahami dengan baik. Pada prosesnya pembelajaran IPA
dilaksanakan dengan melakukan observasi,
Salah satu materi yang diajarkan di SD adalah eksperimen atau praktikum, serta penarikan
mata pelajaran IPA. Hal itu dikarenakan kesimpulan yang melibatkan peran siswa di
pendidikan IPA merupakan salah satu dalamnya. Jika siswa dilibatkan dalam proses
wahana yang dianggap paling tepat untuk pembelajaran, diharapkan mampu
menanamkan pengetahuan, sikap, dan meningkatkan motivasi belajar siswa, dan
keterampilan pada peserta didik melalui membiasakan siswa agar mampu
proses pembelajaran. Ilmu Pengetahuan memecahkan masalah yang ada di
Alam (IPA) atau sains merupakan ilmu kehidupannya sehari-hari.
pengetahuan yang mempelajari tentang
seluruh alam semesta beserta isinya dan Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
termasuk semua peristiwa-peristiwa yang adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
terjadi di dalamnya, baik itu berupa fakta- seluruh bagian dari alam semesta yang
fakta, konsep-konsep maupun prinsip-prinsip bertujuan untuk memperoleh pemahaman
yang semuanya terorganisir dan sistematis serta mengolah pemahaman tersebut untuk
sehingga menjadi suatu proses untuk mengetahui suatu penyebab, dampak yang
memproduksi pengetahuan. Menurut Sujana ditimbulkan, serta penjelasan dari sebuah
4 Ma faat IPA bagi peserta didik kejadian atau gejala yang muncul di alam.
adalah untuk memberikan pemahaman Hakikatnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
mengenai bagaimana kita sebagai manusia adalah sebagai produk, artinya melalui IPA

372
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)

siswa dapat menghasilkan sesuatu, baik itu seperti banyak yang tidak memperhatikan
ilmu yang baru ataupun sebuah karya. Hal itu proses pembelajaran dengan mengobrol,
diperoleh melalui proses kegiatan analisis. mengganggu teman lainnya. Selain itu guru
Selain sebagai produk, IPA juga dapat terlihat tidak mempedulikan reaksi siswa
dikatakan sebagai proses, kemampuan ketika proses pembelajaran berlangsung,
keterampilan siswa dalam memperoleh karena guru terlalu fokus pada buku sumber
pengetahuan itulah yang disebut IPA sebagai yang digunakan. Dengan permasalahan-
proses. Sedangkan IPA sebagai sikap ilmiah permasalahan tersebut pada akhirnya
adalah bagaimana para ahli bersikap dalam mengakibatkan siswa tidak memahami
mencari ilmu pengetahunan sains dan materi dan pembelajaran menjadi tidak
mengembangkannya. bermakna. Permasalahan-permasalahan
tersebut mempengaruhi hasil belajar siswa.
Namun pada pelaksanaannya, pembelajaran Siswa kelas IV SDN Gudang Kopi I berjumlah
IPA belum sesuai dengan apa yang telah 27 siswa. Dari 27 siswa tersebut hanya ada 4
dikemukakan diatas. Seperti di beberapa orang yang mampu mencapai KKM pada
sekolah ditemukan beberapa permasalahan materi perubahan wujud benda. Dengan
yang berkaitan dengan pembelajaran IPA. KKM yang ditentukan adalah 72. Apabila
Misalnya yang berkaitan dengan fasilitas, dihitung dalam bentuk persentase, siswa
media, sumber bahan ajar, bahkan tenaga yang tuntas yaitu hanya 4 orang atau 14,81%
pengajar pun masih mengalami sedangkan yang tidak tuntas mencapai 23
permasalahan. Hal-hal tersebut orang atau 85,18%.
mengakibatkan proses pembelajaran IPA di
sekolah menjadi kurang bermakna dan pada Berdasarkan permasalahan yang terdapat
akhirnya mempengaruhi hasil belajar siswa. pada data awal tersebut, telah jelas bahwa
Untuk membuktikan kondisi pembelajaran perlu adanya tindakan untuk mengatasinya,
IPA tersebut peneliti melakukan yaitu guru harus mampu melakukan proses
pengambilan data awal pada kelas IV di SDN pembelajaran dengan baik, bermakna
Gudangkopi I. Pengambilan data awal di bahkan melakukan i ovasi. Me urut “a’ud
sekolah tersebut dilakukan pada (2011) Inovasi adalah sesuatu perubahan
pembelajaran IPA dengan materi yang yang baru, berbeda dari hal yang
disampaikan adalah tentang perubahan sebelumnya, jauh lebih baik dan dilakukan
wujud benda. Setelah melakukan observasi, dengan sengaja yang bertujuan untuk
ditemukan masalah-masalah pada kinerja meningkatkan kemampuan serta mencapai
guru dan aktivitas siswa yang tidak tujuan tertentu. Ada berbagai cara untuk
mendukung berhasilnya proses melakukan inovasi dalam pendidikan,
pembelajaran. Berbagai permasalahan yang misalnya saja dengan menerapkan model,
muncul diantaranya adalah ketika guru media, metode, strategi, bahkan pendekatan
menjelaskan materi tersebut guru hanya pembelajaran yang bertujuan agar
menggunakan satu buku sumber tanpa pembelajaran lebih menarik dan tidak terasa
menggunakan media maupun multimetode membosankan bagi peserta didik. Dalam
sebagai penunjang agar siswa memahami dunia pendidikan, baik model, media,
materi. Kemudian guru terlihat kurang metode, strategi dan pendekatan banyak
menguasai materi sehingga dengan kinerja sekali macamnya. Namun dalam
guru yang seperti itu membuat siswa menentukannya kita harus mengetahui
menjadi pasif, tidak tertarik pada proses terlebih dahulu karakteristik dan kecocokan
pembelajaran yang sedang berlangsung, antara inovasi yang akan kita lakukan dengan
serta kondisi kelas yang tidak kondusif permasalahan yang kita hadapi.

373
Gina Rosarina, Ali Sudin, Atep Sujana

Dari berbagai jenis model pembelajaran yang memahami dan mampu mengembangkan
ada, peneliti memilih menerapkan model aspek kognitif yang dimilikinya
discovery learning. Discovery learning (Suryosubroto, 2009). Melalui model
merupakan suatu model pemecahan discovery learning siswa menjadi lebih dekat
masalah yang akan bermanfaat bagi anak dengan apa yang menjadi sumber
didik dalam menghadapi kehidupannya di belajarnya, rasa percaya diri siswa akan
kemudian hari. Penerapan model discovery meningkat karena dia merasa apa yang telah
learning ini bertujuan agar siswa mampu dipahaminya ditemukan oleh dirinya sendiri,
memahami materi perubahan wujud benda kerjasama dengan temannya pun akan
dengan sebaik mungkin dan pembelajaran meningkat, serta tentunya menambah
lebih terasa bermakna, sehingga hasil belajar pengalaman siswa (Putrayasa, 2014).
siswa pun akan meningkat. Karena model
discovery learning ini dalam prosesnya Maka dari itu, secara umum permasalahan
menggunakan kegiatan dan pengalaman dalam penelitian ini adalah bagaimana
langsung sehingga akan lebih menarik perencanaan pembelajaran dengan
perhatian anak didik dan memungkinkan menerapkan model discovery learning pada
pembentukan konsep-konsep abstrak yang materi perubahan wujud benda kelas IV SDN
mempunyai makna, serta kegiatannya pun Gudang Kopi I Kecamatan Sumedang Selatan
lebih realistis (Ilahi, 2012). Kegiatan Kabupaten Sumedang, bagaimana
penemuan yang dilakukan oleh manusia itu pelaksanaan penerapan model discovery
sendiri dan dilakukan secara aktif akan learning pada materi perubahan wujud
memberikan hasil yang paling baik, serta benda kelas IV SDN Gudang Kopi I
akan lebih bermakna bagi dirinya sendiri Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten
(Bruner dalam Sujana, 2014). Model Sumedang, dan bagaimana peningkatan hasil
discovery learning pun banyak memberikan belajar siswa setelah penerapan model
kesempatan bagi para anak didik untuk discovery leraning pada materi perubahan
terlibat langsung dalam kegiatan belajar, wujud benda kelas IV SDN Gudang Kopi I
kegiatan seperti itu akan lebih Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten
membangkitkan motivasi belajar, karena Sumedang.
disesuaikan dengan minat dan kebutuhan
mereka sendiri. Model discovery learning ini METODE PENELITIAN
menitikberatkan pada kemampuan mental Metode
dan fisik para anak didik yang akan Penelitian ini dilaksanakan dengan
memperkuat semangat dan konsentrasi menggunakan metode penelitian kelas (PTK).
mereka dalam melakukan kegiatan PTK adalah cara guru memperbaiki proses
pembelajaran. Adapun tahapan model pembelajaran yang mereka lakukan dengan
discovery learning, terdiri dari observasi mengevaluasi pengalaman guru itu sendiri
untuk menemukan masalah, merumuskan (Wiriaatmadja, 2006). Sedangkan menurut
masalah, mengajukan hipotesis, (Sanjaya, 2009) PTK adalah proses
merencanakan pemecahan masalah melalui menyelesaikan masalah-masalah yang
percobaan atau cara lain, melaksanakan muncul di dalam pembelajaran dengan
pengamatan dan pengumpulan data, analisis melakukan tindakan yang nyata dan
data, dan menarik kesimpulan atas terencana, kemudian menganalisis hasil dari
percobaan yang telah dilakukan atau tindakan tersebut. Meningkatkan kualitas
penemuan. Jika siswa dilibatkan secara pembelajaran adalah salah satu kemampuan
terus-menerus dalam pembelajaran yang harus dimiliki oleh seorang guru
penemuan, maka siswa akan lebih profesional. Dalam melaksanakan PTK harus

374
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)

didukung oleh kondisi guru atau pemimpin sebenarnya terjadi sebagaimana adanya,
sekolah yang kondusif, artinya perlu bukan data yang sekedar terlihat, terucap,
dukungan dari berbagai pihak agar PTK ini tetapi data yang mengandung makna di balik
dapat berhasil. yang terlihat dan terucap tersebut. Dalam
penelitian kualitatif, pengumpulan data tidak
PTK berkembang dari penelitian tindakan dipandu oleh teori, tetapi dipandu oleh fakta
yang dapat diartikan sebagai suatu bentuk yang ditemukan pada saat penelitian di
penelitian reflektif dan kolektif yang lapangan. Oleh karena itu analisis data yang
dilakukan oleh peneliti dalam situasi sosial dilakukan bersifat induktif berdasarkan fakta-
untuk meningkatkan penalaran praktik sosial fakta yang ditemukan dan kemudian dapat
mereka. Tujuan umum dari penelitian dikonstruksikan menjadi hipotesis atau teori.
tindakan kelas ini adalah untuk Pengertian metode penelitian kualitatif
meningkatkan proses pembelajaran serta adalah metode yang dilakukan pada saat
hasil belajarnya. Selain itu, penelitian kondisi terjadi secara alamiah (tanpa
tindakan kelas (PTK) bermanfaat bagi guru, rekayasa), peneliti memiliki peran utama,
siswa, lembaga sekolah dan perkembangan teknik pengumpulan data dilakukan secara
teori pendidikan (Sanjaya, 2009). Manfaat gabungan, analisis data bersifat indukti, hasil
PTK untuk guru yaitu mampu meningkatkan penelitiannya pun lebih menekankan pada
kualitas pembelajaran yang menjadi makna daripada secara keseluruhan
tanggung jawabnya, melalui perbaikan dan (Sugiyono, 2005).
peningkatan kinerja, maka akan tumbuh
kepuasan dan rasa percaya diri yang dapat Lokasi Penelitian
dijadikan sebagai modal untuk terus- Lokasi penelitian tindakan kelas untuk
menerus meningkatkan kemampuan dan menerapkan model discovery learning ini
kinerjanya, keberhasilan PTK dapat dilaksanakan di SDN Gudang Kopi I pada
berpengaruh terhadap guru lain, PTK juga siswa kelas IV Kecamatan Sumedang
dapat mendorong guru untuk memiliki sikap Kabupaten Sumedang.
professional, dan guru akan selalu mengikuti
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Subjek Penelitian
Selain untuk guru, PTK juga bermanfaat Subjek penelitian ini adalah siswa dan siswi
untuk siswa, diantaranya melalui PTK dapat kelas IV yang berjumlah 27 orang.
mengurangi bahkan menghilangkan rasa
jenuh dalam mengikuti proses pembelajaran, Instrumen Penelitian
PTK dapat berpengaruh positif terhadap Instrumen penelitian yang digunakan adalah
pencapaian hasil belajar siswa. Guru-guru lembar observasi, pedoman wawancara,
yang kreatif dan inovatif dengan selalu catatan lapangan dan format penilaian tes
berupaya meningkatkan hasil belajar siswa, hasil belajar. Observasi dilakukan untuk
secara langsung akan membantu sekolah mengumpulkan data dengan melakukan
yang bertanggung jawab dalam pengamatan terhadap kegiatan yang
penyelenggaraan pendidikan untuk mendidik berlangsung, segala sesuatu yang terjadi
siswanya. PTK pun dapat menjembatani pada proses pembelajaran tersebut.
antara teori dan praktik. Wawancara dilakukan terhadap guru yang
bersangkutan. Pedoman wawancara ini
Pengolahan data yang digunakan dalam berupa pertanyaan-pertanyaan kepada guru
penelitian ini adalah metode penelitian mengenai kegiatan belajar mengajar,
kualitatif. Kriteria dalam penelitian kualitatif mengenai kesulitan-kesulitan mengajar yang
adalah data yang pasti, yaitu data yang dialami oleh guru tersebut. Catatan lapangan

375
Gina Rosarina, Ali Sudin, Atep Sujana

digunakan selama proses pembelajaran, dan tindakan selama tiga siklus akhirnya target
berfungsi untuk mencatat apa saja yang penelitian dapat tercapai. Target penelitian
terjadi ketika model discovery learning ini ini meliputi target proses dan target hasil.
diterapkan. Dan bentuk tes tertulis ini yaitu Pemaparan hasil proses terdiri dari 2
berupa tes essay atau uraian. Tes ini terdiri kegiatan, yaitu kinerja guru dan aktivitas
dari sejumlah pertanyaan dalam bentuk siswa. Adapun paparan data yang diperoleh
uraian yang harus dijawab dalam bentuk selama proses belajar-mengajar adalah hasil
uraian tertulis atau berupa kalimat-kalimat observasi kinerja guru, hasil observasi
bebas yang disusun sendiri. Tes tertulis aktivitas siswa dan ketuntasan hasil belajar
berfungsi untuk mengukur kemampuan siswa. Setiap yang diobservasi beserta hasil
tentang suatu konsep atau kinerja. belajar siswa harus mencapai target yang
telah ditentukan setelah dilakukannya
Teknik Pengolahan dan Analisis Data tindakan. Target tersebut adalah 85%.
Teknik pengolahan data yang digunakan oleh
peneliti, sesuai dengan instrumen yang telah Kinerja guru dibagi kedalam 2 bagian, yaitu
ditentukan, yaitu observasi, wawancara, kinerja guru pada saat menyusun rencana
catatan lapangan dan tes. Data yang diolah pembelajaran dan pada saat pelaksanaan
dalam penelitian ini merupakan data pembelajaran. Adapun persentase yang
pelaksanaan tindakan dan data hasil belajar diperoleh pada hasil observasi kinerja guru
siswa. Data pelaksanaan tindakan yang dalam merencanakan pembelajaran adalah
dimaksud pada penelitian ini mengenai 74%. Sedangkan pada siklus II aspek-aspek
proses berlangsungnya penerapan model yang belum dilaksanakan menjadi berkurang.
discovery learning pada materi perubahan Hal tersebut membuat peningkatan pada
wujud benda yang diperoleh dari hasil hasil observasi kinerja guru saat
observasi, wawancara, dan catatan lapangan. merencanakan pembelajaran, yakni
Sedangkan hasil belajar siswa diperoleh dari mencapai persentase 89%. Selanjutnya
penilaian setelah kegiatan pembelajaran mengalami peningkatan kembali setelah
yang diperoleh dari format observasi dan tes dilakukannya tindakan hingga ketiga kalinya,
tertulis. Sedangkan analisis data adalah yakni mencapai persentase 96%. Sedangkan
proses mencari, menyusun secara sistematis untuk kinerja guru dalam melaksanakan
data yang diperoleh berdasarkan teknik pembelajaran pada siklus I adalah 60%, siklus
pengolahan data sehingga temuannya dapat II 82%, dan siklus III 98%. Pada tahap
dipahami dan diinformasikan kepada orang perencanaan guru menyusun RPP dengan
lain (Bogdan dalam Sugiyono, 2005). memperhatikan standar kompetensi dan
Langkah-langkah menganalisis data terdiri kompetensi dasar untuk merumuskan tujuan
dari reduksi data, penyajian data dan pembelajaran. Kemudian guru melakukan
kesimpulan (Sugiyono, 2007). pemilihan materi ajar yang akan digunakan
pada pembelajaran. Selanjutnya menyusun
HASIL DAN PEMBAHASAN langkah kegiatan pembelajaran dengan
Penelitian mengenai penerapan model menerapkan tahapan dalam menggunakan
discovery leraning pada materi perubahan model discovery learning, disertai dengan
wujud benda secara keseluruhan berdampak LKS dan soal serta kunci jawaban untuk
positif terhadap peningkatan hasil belajar mengevaluasi siswa sehingga dapat
siswa kelas IV SDN Gudangkopi I. Hal ini mengukur dan mengetahui hasil belajar
diketahui berdasarkan data-data yang siswa. Setelah dilakukan perencanaan
diperoleh dari pelaksanaan semua siklus dari pembelajaran, kinerja guru dalam
siklus I sampai siklus III. Setelah dilakukan melaksanakan pembelajaran pemaparannya

376
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)

adalah sebagai berikut. Pertama guru mengikuti pembelajaran dengan sungguh-


mengkondisikan siswa untuk siap belajar dan sungguh, menyelesaikan setiap tugas yang
memberikan apersepsi kepada siswa serta diberikan tepat waktu. Aspek sikap sosial
menyampaikan tujuan pembelajaran. terdiri dari, Ikut terlibat aktif pada setiap
Kemudian guru menghubungkan apersepsi kegiatan, menghargai setiap pendapat yang
yang diberikan kepada masalah yang akan dikemukakan. Aspek mengemukakan
diberikan kepada siswa untuk dicari solusi pendapat terdiri dari memiliki keberanian
penyelesaiaan masalah tersebut serta berbicara di depan siswa lain, menyampaikan
menginformasikan tugas-tugas kepada siswa. pendapat dengan suara yang lantang. Dan
Untuk mencari solusi pemecahan masalah aspek bekerjasama dengan orang lain terdiri
yang telah diberikan sebelumnya dan dari, menyelesaikan tugas dengan baik,
menyelesaikan tugas-tugas tersebut, guru disiplin selama kegiatan diskusi dan proses
membagi siswa kedalam 4 kelompok dengan pembelajaran. Pada siklus I, pada umumnya
masing-masing anggota kelompok berjumlah indikator dari keempat aspek tersebut yang
6-7 orang, kelompok ini berbeda anggotanya belum dilaksanakan adalah ikut terlibat aktif
dari kelompok yang dibentuk pada siklus I. pada setiap kegiatan, memiliki keberanian
Selanjutnya setiap kelompok diberi LKS oleh berbicara di depan siswa lain, dan belum
guru untuk diselesaikan dengan teman satu disiplin selama kegiatan diskusi dan proses
kelompoknya dan guru berkeliling untuk pembelajaran berlangsung. Namun, pada
memantau proses penyelesaian LKS siklus II siswa sudah mulai ikut terlibat aktif
tersebut. Selain itu guru juga membantu pada setiap kegiatan. Hanya saja untuk
siswa memberi penguatan terhadap konsep keberanian berbicara di depan siswa lain
yang telah dipahami oleh siswa. Kemudian belum terlalu nampak, ada beberapa siswa
pada akhir pelaksanaan guru melakukan yang sudah berani berbicara di depan.
evaluasi terhadap pembelajaran yang telah Selama proses pembelajaran siklus II
dilakukan dan membantu siswa untuk berlangsung pun sudah ada peningkatan
merefleksi semua proses pembelajaran yang terhadap kedisiplinan siswa, hal tersebut
telah dilaluinya. terlihat pada nilai persentase aktivitas siswa.
Sedangkan pada siklus III, hampir seluruh
Selain itu, untuk aktivitas siswa berdasarkan siswa sudah mulai berani berbicara di depan
data yang telah diperoleh, selama tiga siklus siswa lain, bahkan kedisiplinan siswa jauh
ini telah mengalami peningkatan dari setiap lebih meningkat dibandingkan dengan siklus-
siklusnya. Rangkuman hasil observasi siklus sebelumnya. Namun, meskipun secara
aktivitas siswa selama tiga siklus adalah keseluruhan aktivitas sudah jauh lebih baik
sebagai berikut. Siklus I mencapai persentase dibandingkan ketika siklus I dilaksanakan
yang cukup baik yakni 73%. Pada siklus II masih saja ada siswa yang belum memiliki
mengalami peningkatan hingga mencapai keberanian yang penuh untuk berbicara di
persentase, yaitu 81%. Setelah dilakukan depan siswa lain, dan kedisiplinannya pun
tindakan pada siklus III, aktivitas siswa masih belum begitu baik. Hal tersebut
mengalami peningkatan kembali, yaitu dikarenakan karakter siswa yang tentunya
mencapai 96%. Aspek yang dijadikan berbeda-beda, tidak semua siswa akan
penilaian pada observasi aktivitas siswa dengan mudah mengikuti pembelajaran
dalam pembelajaran tentang perubahan dengan sebaik mungkin. Walaupun begitu
wujud benda ini adalah aspek tanggung penilaian terhadap aktivitas siswa yang
jawab, sikap sosial, mengemukakan dilaksanakan selama tiga siklus tetap
pendapat, dan bekerjasama dengan orang mengalami peningkatan hingga mencapai
lain. Aspek tanggung jawab terdiri dari target yang telah ditentukan. Selain itu, siswa

377
Gina Rosarina, Ali Sudin, Atep Sujana

juga lebih cepat dalam menyelesaikan tugas Selanjutnya berdasarkan temuan essensial
yang ada dalam LKS. pada siklus III, pelaksanaan pembelajaran
dengan model discovery learning meningkat
Hasil belajar pada penelitian ini terus dan dapat dikatakan sangat memuaskan.
mengalami peningkatan yang cukup baik Hal ini dapat dilihat dari aktivitas siswa dan
pada setiap siklusnya, karena penelitian ini penilaian hasil belaja. Pada aktivitas siswa,
dilakukan berlandaskan teori perkembangan seperti mengutarakan dan menyanggah
kognitif yang dikembangkan oleh Jean Piaget pendapat sudah terjadi dengan sangat baik,
bahwa siswa SD pada usia 7-11 tahun berada siswa mau menerima pendapat orang lain,
pada periode operasional konkrit. Artinya, mau bekerja sama dalam kelompok,
pembelajaran yang diberikan pada siswa SD dominasi kelompok siswa tertentu tidak
dengan usia tersebut harus bersifat konkrit nampak lagi, serta berbagai kegiatan yang
(nyata). Keberhasilan ini dapat dibuktikan dari dilakukan oleh setiap siswa dilakukan dengan
berbagai data pelaksanaan tindakan dari siklus I penuh tanggungjawab. Dan pada saat
sampai siklus III. Adapun penilaian hasil belajar presentasi siswa sudah dapat melakukan
siswa dalam siklus I adalah sebanyak 7 siswa atau dengan baik, mau mendengarkan, juga
26,92% yang telah mencapai nilai kriteria menerima pendapat temannya, serta
ketuntasan minimal, sedangkan 19 siswa atau
mampu memberikaan alasan terhadap hasil
73,07% yang belum mencapai nilai kriteria
presentasinya. Selain itu keberhasilan
ketuntasan minimal, yang tentunya masih jauh
pembelajaran pada siklus III ini dibuktikan
dari yang diharapkan. Berdasarkan temuan
dengan meningkatnya setiap aspek penilaian
pada siklus II, pelaksanaan pembelajaran
yang dilaksanakan, baik aspek proses
dengan model discovery learning dikatakan
maupun hasil belajar. Hasil belajar pada
cukup memuaskan. Guru melakukan
siklus III ini sangat memuaskan, karena
perbaikan pembelajaran berdasarkan hasil
terdapat 23 siswa atau 88,46% yang nilainya
analisis dan refleksi pada siklus sebelummya.
mencapai kriteria ketuntasan minimal, dan
Dimana guru dapat memotivasi siswa dengan
ada 3 orang atau 11,53% yang nilainya belum
memberikan penguatan, menjelaskan materi
mencapai kriteria ketuntasan minimal. Dari
maupun pembentukan kelompok dilakukan
persentase tersebut, maka penilaian
dengan dipahami oleh siswa. Hal ini
terhadap hasil belajar siswa sudah mencapai
ditunjukkan saat siswa bekerja dalam
target 85%. Karena menurut (Suryosubroto,
kelompoknya, aktivitas siswa sudah
2009) Siswa dapat melanjutkan
meningkat dibandingkan pada pembelajaran
pembelajaran ke materi selanjutnya jika hasil
sebelumnya. Dalam mengerjakan LKS pun
dari pembelajaran sebelumnya sudah
sebagaian besar kelompok sudah dapat
mencapai 85% dari KKM. Dengan demikian
mengerjakan permasalahan yang harus
pembelajaran dengan menggunakan model
diselesaikan. Namun dalam
discovery leraning pada materi perubahan
mempresentasikan hasil diskusi masih
wujud benda pada siklus III ini sudah sesuai
didominasi oleh siswa yang pintar. Adapun
dengan harapan.
penilaian hasil belajar pada siklus II ini
mengalami peningkatan dibanding dengan
Berdasarkan data diatas, seluruh poin yang
hasil belajar pada siklus I, siswa yang nilainya
menjadi penilaian penelitian sudah mencapai
mencapai kriteria ketuntasan minimal
target, bahkan melebih target yang telah
bertambah menjadi 17 siswa atau 65,38%
ditentukan. Kinerja guru, aktivitas siswa dan
dan yang belum mencapai nilai kriteria
hasil belajar mencapai target pada siklus III.
ketuntasan minimal ada 9 orang atau
Selama proses penelitian, peneliti
34,61%. Sehingga siklus II mengalami
menemukan beberapa temuan pada
peningkatan dari siklus I, yakni 38,46%.

378
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)

penelitian ini. Temuan-temuan yang pengalaman langsung, melakukan


diperoleh selama melakukan penelitian di pengamatan, memahami hasil pengamatan,
antaranya bahwa dalam pembelajaran IPA, hingga menerapkan konsep. Dengan
tidak semua materi dapat disampaikan demikian alternatif pemecahan masalah
dengan metode ceramah saja, tetapi ada yang diambil dengan menerapkan model
beberapa materi yang memerlukan metode, discovery leraning untuk mengatasi masalah
strategi, pendekatan ataupun model yang ditemukan ternyata dapat menjawab
pembelajaran yang bervariasi sehingga hipotesis yang sudah peneliti buat.
membuat siswa untuk lebih aktif dan
termotivasi untuk belajar. Guru hendaknya SIMPULAN
banyak memberikan rangsangan kepada Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
siswa agar mau berinteraksi dengan pada siswa kelas IV SDN Gudangkopi I
lingkungan secara aktif, mencari dan Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten
menemukan berbagai hal dari lingkungan. Sumedang pada materi perubahan wujud
Dari temuan itulah peneliti memilih model benda dengan penerapan model discovery
discovery learning, karena melalui model learning diperoleh kesimpulan pada
tersebut siswa melakukan percobaan, bagi perencanaan, pelaksanaan, dan peningkatan
anak usia Sekolah Dasar (SD) pembelajaran hasil belajar siswa. Perencanaan
akan lebih menarik dengan percobaan, pembelajaran dengan model discovery
karena dengan percobaan siswa melakukan learning untuk meningkatkan hasil belajar
penemuan sendiri, tidak hanya teori yang
siswa tentang materi perubahan wujud
diterima siswa namun ada kesinambungan
benda di kelas IV SDN Gudangkopi I,
dan pembuktian antara teori dengan fakta.
perencanaan pembelajaran dapat dibuat
Pemaparan diatas sesuai dengan kelebihan-
secara optimal sesuai dengan tahapan model
kelebihan model discovery learning yang
discovery learning. Adapun tahapannya
diungkapkan oleh (Ilahi, 2012) yaitu model
adalah sebagai berikut: a) Observasi untuk
ini kegiatan dan pengalaman dilakukan
menemukan masalah, b) Merumuskan
secara langsung sehingga lebih menarik
masalah, c) Mengajukan hipotesis, d)
perhatian anak didik untuk belajar dan
Merencanakan pemecahan masalah melalui
memungkinkan pembentukan konsep-
percobaan atau cara lain, e) Melaksanakan
konsep abstrak yang mempunyai makna,
percobaan, f) Melaksanakan pengamatan
serta memberi banyak kesempatan bagi
dan pengumpulan data, g) Analisis data, dan
siswa untuk terlibat langsung dalam kegiatan
h) Menarik kesimpulan atas percobaan yang
belajar. Penerapan model discovery learning
telah dilakukan atau penemuan. Setelah
disesuaikan dengan teori konstruktivisme
dilaksanakan tindakan hingga tiga siklus,
Bruner yang mencakup gagasan belajar
kinerja guru terhadap perencanaan
sebagai proses aktif dimana pembelajaran
pembelajaran mencapai target yang telah
tersebut mampu membentuk ide-ide baru
ditentukan dengan persentase 97%.
berdasarkan apa pengetahuan mereka saat
ini serta pengetahuan masa lalu mereka. Pelaksanaan pembelajaran dengan
Dengan model ini pun dapat merubah apa menerapkan model discovery learning untuk
yang awalnya siswa pahami secara abstrak meningkatkan hasil belajar siswa tentang
menjadi konkrit. Pembelajaran dengan sumber daya alam di kelas IV SDN
menerapkan model discovery learning pun Gudangkopi I, pada setiap siklusnya
secara tidak langsung sudah melaksanakan dilakukan delapan tahap dalam model
apa yang sebenarnya harus ada dalam discovery learning. Pada bagian pelaksanaan
pembelajaran IPA, yaitu memberikan dibagi menjadi dua, yaitu kinerja guru dan

379
Gina Rosarina, Ali Sudin, Atep Sujana

aktivitas siswa. Kinerja guru pada Sugiyono. (2005). Memahami penelitian


pelaksanaan ini setelah melaksanakan tiga kualitatif. Bandung: ALFABETA.
siklus mencapai target yang telah ditentukan
dengan persentase yang dicapai yaitu 97%. Sujana, A. (2014). Pendidikan IPA, Bandung:
Adapun aktivitas siswa selama pelaksanaan Rizqi Press.
yang diamati dan dinilai adalah
mengemukakan pendapat, tanggung jawab, Suryosubroto. (2009). Proses belajar
sikap sosial, dan bekerjasama dengan orang mengajar di sekolah. Jakarta: PT. RINEKA
lain. Setelah menjalani tindakan hingga tiga CIPTA.
siklus aktivitas siswa juga telah mencapai
target yang telah ditentukan yakni dengan Wiriaatmadja, Rochiati. (2005). Metode
persentase mencapai 96%. penelitian tindakan kelas. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Hasil belajar siswa pada materi perubahan
wujud benda setelah diterapkannya model
discovery learning pada pembelajaran
tersebut, untuk menilai hasil belajarnya,
yakni sesuai dengan tujuan pembelajaran
yang telah dirumuskan. Adapun tujuan
pembelajaran tersebut adalah siswa dapat
menjelaskan pengertian perubahan wujud
benda dengan benar, membedakan jenis
perubahan wujud benda yang terjadi dengan
benar, menjelaskan empat cara
mempercepat proses perubahan wujud
benda dengan benar, menyebutkan lima
macam perubahan wujud benda dengan
benar, dan menjelaskan faktor yang
mempengaruhi perubahan wujud benda
dengan benar. Berdasarkan hasil tes akhir
pembelajaran didapat data bahwa pada
siklus I siswa yang tuntas mencapai 26,92%,
sedangkan siklus II mencapai 65,38%, dan
siklus III mencapai 88,46%.

DAFTAR PUSTAKA
Putrayasa, I., Syahruddin, H. & Margunayasa,
I. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran
Discovery Learning Dan Minat Belajar
Terhadap Hasil Belajar Ipa Siswa, II(1),
hlm 1-11.

Sanjaya, Wina. (2009). Penelitian tindakan


kelas. Jakarta: Kencana.

“a’ud, Udi . . Inovasi pendidikan.


Bandung: ALFABETA.

380

Anda mungkin juga menyukai