Anda di halaman 1dari 24

CUKUP INI SAJA TULIS revisian dr saya jangan revisi sendiri

Meningkatkan Prestasi Belajar IPA melalui metode eksperimen siswa kelas III SD

judul karil tidak boleh terlalu banyak leih dr 10 karakter PAK

Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPA


pada Materi Pengelompokan dan Sifat Benda Padat, Cair pada Siswa
Kelas III SDN 02 Wonorejo
Giyarno1),C.Dyah Sulistyaningrum Indrawati2) Qorina Widadiyah2)
1)
Mahasiswa Program Studi PGSD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unitersitas Terbuka
2)
Dosen PKP Program Studi PGSD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unitersitas Terbuka
2)
Dosen Karil Program Studi PGSD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unitersitas Terbuka
Email : Sardijugagiyarno23@gmail.com
qorinawida@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini dilatar belakangi oleh kurangnya pengembangan kreativitas siswa dalam proses
pembelajaran di sekolah dasar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Apakah metode
eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian yang digunakan adalah penelitian
tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus. Pada siklus I dan II ada lima kali pertemuan dengan hasil
pada siklus I 76 meningkat menjadi 84 pada siklus II, meningkat sebesar 12,8 %. Dari data hasil
penelitian menunjukan sudah melebihi KKM yaitu 74. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran dengan metode eksperimen dapat meningkatkan Hasil belajar siswa kelas III SDN 02
Wonorejo Kec. Jatiyoso Tahun Ajaran 2023/2024.

Kata kuncinya : IPA, Prestasi Belajar dan Metode eksperimen. ini jagan pakae huruf kapital
metode eksperimen, prestasi belaajr

Pendahuluan
Keberhasilan dari suatu kegiatan sangat ditentukan oleh perencanaannya. Apabila
perencanaan suatu kegiatan dirancang dengan baik, maka kegiatan akan lebih mudah
dilaksanakan, terarah serta terkendali.
Kegiatan mengajar merupakan upaya kegiatan menciptakan suasana yang mendorong
inisiatif, motivasi dan tanggung jawab pada siswa untuk selalu menerapkan seluruh potensi diri
dalam membangun gagasan melalui kegiatan belajar sepanjang hayat. Gagasan dan
pengetahuan ini akan membentuk ketrampilan, sikap dan perilaku sehari-hari sehingga siswa
akan berkompeten dalam bidang yang dipelajarinya.
Pembelajaran konvensional ceramah yang hanya berpusat pada guru, akan memberikan
dampak yang kurang baik pada siswa. Selain itu, dalam metode ceramah, siswa cenderung
bosan dan mengantuk dalam mengikuti pembelajaran. Karena siswa hanya mendengarkan
penjelasan dari guru tanpa mengalami langsung pembelajaran yang sedang terjadi.
Pembelajaran dengan metode ceramah ini, tidak akan membuat siswa aktif dan kreatif dalam
mengikuti pembelajaran.
Pembelajaran IPA selama ini dianggap sulit, hal ini dibuktikan masih adanya nilai-nilai
anak yang masih di bawah rata-rata. Dalam pembelajaran IPA materi-materi yang disampaikan
hampir sama yang mana membuat anak bingung dan dengan berkembangnya teknologi yang
pesat saat ini mau tidak mau pembelajaran. IPA harus mengikuti perkembangan teknologi yang
berkembang saat ini. Dalam pembelajaran IPA, guru harus mencari cara-cara agar menjadikan
siswa aktif dan kreatif, sehingga akan meningkatkan pemahaman siswa akan materi yang
disampaiakan, selain itu, guru juga harus memancing siswa agar siswa menjadi aktif dan
kreatif.
Untuk meningkatkan belajar atau motivasi siswa dalam belajar IPA agar mendapatkan
hasil yang lebih baik, perlu diadakan peningkatan atau perubahan pendekatan atau metode
dalam pembelajaran IPA. Motivasi tidak hanya menjadikan siswa terlibat dalam kegiatan
akademik, motivasi juga penting dalam menentukan seberapa jauh siswa akan belajar dari suatu
kegiatan pembelajaran atau seberapa jauh menyerap informasi yang diberikan. Siswa yang
termotivasi untuk belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam
mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan memahami materi itu dengan
lebih baik. Berdasarkan uraian di atas, penulis mencoba meningkatkan pembelajaran IPA
dengan menggunakan metode eksperimen agar siswa dapat mempelajari IPA dengan cara
melakukan kegiatan secara langsung dan diharapkan agar lebih memahamkan siswa tentang
materi yang sedang dipelajari dan agar nilai yang didapatkan lebih baik lagi, (Tahrim, 2023).
Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui apakah prestasi belajar siswa meningkat
setelah menggunakan metode pembelejaran eksperimen pada siswa kelas III SDN 02
Wonorejo, Untuk mengetahui apakah siswa dapat belajar secara mandiri dengan penerapan
metode eksperimen ini dengan Materi Pengelompokan Benda Padat, Cair pada Siswa Kelas
III SDN 02 Wonorejo.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan,
gagasan dan konsep yang terorganisasi, tentang alam sekitar, yang dipeoleh dari pengalaman
melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan, dan pengujian
gagasan-gagasan. Mata Pelajaran IPA merupakan mata pelajaran untuk menanamkan dan
mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai ilmiah pada siswa serta rasa
mencintai dan menghargai kebersarna Tuhan Yang Maha Esa, (Setiyawan, 2018).
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pengetahuan atau Sains yang
semula berasal dari bahasa inggris “scientia” yang berarti saya tahu. “Science” terdiri dari
social sciences (ilmu pengetahuan sosial) dan natural science (ilmu pengetahuan alam).
Mendefinisikan IPA tidaklah mudah, karena sering kurang dapat menggambarkan secara
lengkap pengertian sains sendiri. Menurut H.W Fowler, “IPA adalah pengetahuan yang
sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan
terutama atas pengamatan dan deduksi, (Tahrim, 2023).
IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada dipermukaan bumi, di dalam perut
bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati indera maupun yang tidak dapat diamati
indera. Oleh karena itu, dalam menjelaskan hakikat fisika, pengertian IPA dipahami terlebih
dahulu. Kardi dan Nur mengemukakan IPA atau ilmu kealaman adalah ilmu tentang dunia zat,
baik makhluk hidup maupun benda mati yang diamati, (Tahrim, 2023).
Pembelajaran IPA, harus disesuaikan dengan kebijakan yang berlaku sebagai salah satu
mata pelajaran di sekolah. Berdasarkan Lampiran Permendiknas nomor 22 tahun 2006 mata
pelajaran IPA berkaitan dengan cara mencapai tahu tentang alam secara sistematis, sehingga
IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,
atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (inquiry).2
Pembelajaran IPA merupakan pembelajaran yang membuat siswa memperoleh pengalaman
langsung sehingga dapat menambah kekuatan siswa untuk menerima, menyimpan, dan
menerapkan konsep yang telah dipelajarinya. (Tahrim, 2023).
Pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah.
Selain itu, dipandang pula sebagai proses, sebagai produk, dan sebagai prosedur. Selain sebagai
proses dan produk, Daud Joesoef pernah menganjurkan agar IPA dijadikan sebagai suatu
“kebudayaan” atau suatu kelompok atau institusi sosial dengan tradisi nilai aspirasi, maupun
inspirasi. Sementara itu, menurut Laksmi Prihantoro, mengatakan bahwa IPA hakikatnya
merupakan suatu produk, proses, dan aplikasi. Sebagai produk,IPA merupakan sekumpulan
pengetahuan dan sekumpulan konsep dan bagan konsep. Sebagai suatu proses, IPA merupakan
proses yang dipergunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan
produk-produk sains, dan sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang
dapat memberi kemudahan bagi kehidupan. Secara umum IPA meliputi tiga bidang ilmu dasar,
yaitu biologi, fisika, dan kimia, (Setiyawan, 2018).
Hakikat IPA sebagaimana dijelaskan diatas maka nilai-nilai IPA yang dapat ditanamkan
dalam pembelajaran IPA antara lain sebagai, a) kecakapan bekerja dan berfikir secara teratur
dan sistematis bmenurut langkah-langkah metode ilmiah; b) keterampilan dan kecakapan
dalam mengadakan pengamatan, mempergunakan alat-alat eksperimen untuk memecahkan
masalah; c) memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah baik dalam
kaitannya dengan pelajaran sains maupun dalam kehidupan, (Setiyawan, 2018).
Pembelajaran IPA secara khusus sebagaimana tujuan pendidikan secara umum
sebagaimana termaktub dalam taksonomi bloom bahwa: diharapkan dapat memberikan
pengetahuan (kognitif), yang merupakan tujuan utama pembelajaran. Jenis pengetahuan yang
dimaksud adalah pengetahuan dasar dari prinsip dan konsep yang bermanfaat untuk kehidupan
sehari-hari. Berdasarkan uraian tersebut, maka hakikat dan tujuan pembelajaran IPA
diharapkan dapat memberikan antara lain sebagai berikut: 1) kesadaran akan keindahan dan
keteraturan alam untuk meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa; 2)
pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang dasar dari prinsip dan konsep, fakta yang ada di alam,
hubungan saling ketergantungan, dan hubungan antara sains dan teknologi; 3) keterampilan
dan kemampuan untuk menangani peralatan, memecahkan masalah dan melakukan observasi;
4) sikap ilmiah, atara lain skeptis, kritis, sensitive, obyektif, jujur terbuka, benar, dan dapat
bekerja sama; 5) kebiasaan mengembangkan kemampuan berfikir analitis induktif dan deduktif
dengan menggunakan konsep dan prinsip sains untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam; 6)
apresiatif terhadap sains dengan menikmati dan menyadari keindahan keteraturanperilaku alam
serta penerapannya dalam menyadari keindahan keteraturanperilaku alam serta penerapannya
dalam teknologi, (Eko Juliyanto, 2015).
Belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam
setiap jenjang pendidikan. Menurut Winkel, Belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis
yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-
perubahan dalam pengelolaan pemahaman, (Silvia, 2023).
Metode pak jangan hanya d tempel saja dr PKP gak bisa begini
Penelitian ini menggunakan alat Pengumpulan data berupa tes, observasi dan dokumentasi.
Tes adalah jenis kuesioner yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi tentang tingkat
pengetahuan dan/atau kemampuan seseorang dalam mengerjakan tugas-tugas tertentu..
Observasi adalah metode pengumpulan informasi dengan cara mengamati orang lain belajar.
Pedoman dengan indikasi yang dapat diamati memungkinkan penggunaan observasi.
Dokumentasi mengacu pada seperangkat prosedur untuk mengumpulkan informasi melalui
dokumen-dokumen yang berwujud seperti buku, lukisan, dan foto, (Setyaningrun, 2016).
Penelitian ini menggunakan alat Pengumpulan data berupa tes, observasi dan dokumentasi.
Tes adalah jenis kuesioner yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi tentang tingkat
pengetahuan dan/atau kemampuan seseorang dalam mengerjakan tugas-tugas tertentu..

pak bapak nurut sama saya mau kan, kalau tidak saya gk bsa naikin ke tugas 4 ini.
isi metode itu ini pak, metode peneltiian apa? jangan laporan kosong tapi hanya copas jangan. metodenya apa,
pendekatannya apa, tekniknya bagaimana cukup 4pragraf pak
Bagian ini dapat berupa Metode atau Kerangka Pikir. a. Metode 1) Digunakan jika artikel ilmiah bersumber dari
hasil penelitian yang telah dilakukan penulis. 2) Menjelaskan pendekatan, metode, teknik, dan prosedur berikut
instrumen yang digunakan dalam pengumpulan, pengolahan, dan penafsiran/analisis data, dan disertai dengan
penjelasan alasannya
Observasi adalah metode pengumpulan informasi dengan cara mengamati orang lain belajar.
Pedoman dengan indikasi yang dapat diamati memungkinkan penggunaan observasi.
Dokumentasi mengacu pada seperangkat prosedur untuk mengumpulkan informasi melalui
dokumen-dokumen yang berwujud seperti buku, lukisan, dan foto.Pada tahap pelaksanaan ini,
peneliti melakukan upaya untuk melaksanakan perbaikan kegiatan belajar mengajar serta
mengamati dan membandingkan hasil yang diperoleh sebelum dan sesudah melaksanakan
kegiatan ini. peneliti berusaha untuk mengumpulkan data untuk mendapatkan hasil yang
diperoleh dalam pelaksanaan pembelajaran ini. Pada tahap refleksi ini, peneliti dan teman
sejawat mengamati hasil yang telah diperoleh siswa serta membandingkan antara hasil yang
diperoleh sebelum tindakan dan hasil yang diperoleh setelah tindakan dilakukan. Jika masih
ada kekurangan atau hasil yang diperoleh siswa masih buruk, maka perlu dilakukan perbaikan
lagi, (Anif, 2022).
Pada tahap pertama ini peneliti membuat RPP (Rencana Perbaikan Pembelajaran) untuk
observasi proses belajar mengajar yang dilakukan guru. Kegiatan selanjutnya adalah
merumuskan tujuan pembelajaran, menyusun langkah-langkah pembelajaran, merencanakan
alat yang sesuai dengan pokok bahasan yang akan diajarkan. Tahap selanjutnya adalah
mempersiapkan daftar pengamatan sebagai acuan untuk mengumpulkan data tentang prestasi
belajar siswa dalam mengikuti pelajaran IPA, serta mempersiapkan bahan penelitian. Tindakan
pada perencanaan adalah Identifikasi masalah berdasarkan kondisi awal, Penetapan alternatif
masalah dengan menggunakan metode eksperimen, Menetapkan standar kompetensi dan
kompetensi dasar, Menyusun RPP yang menerapkan metode pembelajaran eksperimen,
Mengembangkan skenario pembelajaran yang mengaplikasikan pembelajaran dengan metode
eksperimen, Menyiapkan media dan sumber belajar yang sesuai, (Feri, 2019).
Pada pelaksanaan tindakan ini, peneliti bertindak sebagai pelaksana tindakan kelas ini
dibantu oleh teman sejawat sebagai pengamat yang mengamati jalannya pelaksanaan tindakan
kelas ini. Proses yang dilalui yaitu pada pembelajaran degan metode eksperimen ini dan
hasilnya berupa rekaman data pembelajaran. Siswa aktif mendengarkan penjelasan guru
tentang pembelajaran menggunakan metode eksperimen, Setiap kelompok menyiapkan alat
yang akan digunakana dalam pembelajaran, Setiap kelompok melakukan eksperimen sesuai
dengan petunjuk yang sudah ada dalam lembar kerja., Siswa diberi pertanyaan mengenai sifat-
sifat benda yang diketahui (eksplorasi), Siswa menyebutkan benda-benda yang ada di dalam
kelas yang termasuk benda padat dan cair, Siswa dibagi menjadi 2 kelompok dan tiap kelompok
terdiri dari Kelompok Putra Dan Putri ( elaborasi ), Siswa mendengarkan langkah-langkah
dalam melakukan kegiatan eksperimen satu per satu, Setiap kelompok yang terbentuk bekerja
bersama dalam menyelesaikan tugas yang diberikan ( elaborasi ), Setiap kelompok melakukan
eksperimen secara bersama sama dengan dibimbing oleh guru, Siswa dibagikan LKS (lembar
kerja siswa) dan dijelaskan cara penyelesaiannya oleh guru ( elaborasi ), Guru memantau
kegiatan atau aktifitas masing – masing kelompok dalam mengerjakan soal – soal LKS (
elaborasi ), Kelompok yang mengalami kesulitan dibimbing dalam menyelesaikan LKS (
elaborasi ), Siswa membuat laporan hasil diskusi ( elaborasi ), Guru melengkapi keterangan
siswa / kelompok agar menjadikan siswa lebih paham (elaborasi), Guru memberi penguatan
mengenai materi yang telah dipelajari, (Setiyawan, 2018).
Peneliti bersama teman sejawat melakukan pengamatan/observasi menggunkan format
lembar evaluasi yang telah direncanakan dan disiapkan guna mendapatkan data dan informasi
tentang hasil belajar IPA materi pengelompokan benda padat, cair. Dan menilai hasil kegiatan
menggunakan format lembar kegiatan yang sudah dikembangkan.
Prosedur penilaian siklus II (Eko Juliyanto, 2015).
Pada tahap perencanaan ini dilakukan beberapa tindakan pada siklus II ini, yaitu:1).
Identifikasi msalah yang muncul pada siklus I yang belum teratasi dan menetapkan alternatif
penetapan, 2). Penetapan alternatif masalah dengan melakukan pembelajaran menggunakan
metode eksperimen. 3). Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar. 4).
Merencanakan pembelajaran yang ditetapkan dalam proses pembelajaran. 5). Menyusun RPP
yang menerapkan pembelajaran menggunakan metode eksperimen. 6). Mengembangkan
skenario pembelajaran yang menggunakan metode eksperimen. 7). Menyiapkan media yang
diperukan. 8). Menyiapkan sumber belajar yang sesuai. 9). Menyusun dan mengembangkan
format lembar observasi pembelajaran. 10). Mengembangkan alat evaluasi.
Berdasarkan hasil yang diperoleh setelah melakukan tindakan, dapat diperoleh hasil dari
pembelajaran siswa sehingga data yang diperoleh dapat dianalisis agar dapat ditindaklanjuti
dan merencanakan dan menentukan tindakan yang selanjutnya, Teknik dokumentasi adalah
cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, skrip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, leger, agenda, dan sebagainya. Teknik dokumentasi dalam
penelitian ini digunakan untuk memperoleh data tentang nama identitas siswa, hasil belajar
IPA pada semester I Tahun Pelajaran 2023/2024, serta gambaran pelaksanaan tindakan pada
setiap siklus, (Eko Juliyanto, 2015).
Teknik tes dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar
IPA, setelah dilaksanakan tindakan. Instrumen tes disusun dan diujicobakan pada siswa di luar
objek penelitian, dan dianalisis untuk mengetahui validitas, derajat kesukaran, daya beda, dan
reliabilitas. Soal tes diujicobakan di luar sampel penelitian dengan maksud untuk tetap
menjaga agar hasil ujicoba benar-benar valid, sehingga ketika digunakan pada saat tes setelah
pelaksanaan tindakan dihasilkan data yang benar-benar sesuai dengan pelaksanaan
pembelajaran, karena apabila ujicoba dilaksanakan pada subjek penelitian, dikhawatirkan
mempengaruhi hasil penelitian. Untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki siswa dalam
penguasaan materi, peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa tes tertulis yang telah
dirancang oleh peneliti sesuai dengan tujuan yang telah tertuang dalam kisi-kisi soal.
(Setiyawan, 2018).
Dari hasil observasi dilakukan analisis pada tindakan I kemudian dilanjutkan dengan
refleksi yang dilakukan bersama teman sejawat, perlu dilakukan tindakan selanjutnya. Dengan
pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode eksperimen ini untuk meningkatkan prestasi
belajar siswa dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan media-media yang telah
dipersiapkan untuk mendukung suksesnya pelaksanaan tindakan kelas ini. Kemudian penliti
yang bertindak sebagai guru, memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa terkait dengan
materi yang sedang dipelajar. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik deskriptif
komparatif dan teknik analisis. Teknik deskriptif komparatif digunakan untuk membandingkan
antara tindakan tindakan yang telah dilakukan. Yaitu membandingkan antara prestasi anak dari
pra siklus, siklus I dan siklus II. Sedangkan teknik analisis digunakan untuk menganalisis hasil
observasi dengan teman sejawat selaku sebagai pengamat yang mengamati berlangsungnya
tindakan dari pra siklus, siklus I dan siklus II, (Setiyawan, 2018).
Hasil dan Pembahasan
Direncanakan siklus I berlangsung selama dua kali pertemuan pada tanggal 26 Oktober
2023. Materi yang disampaikan adalah materi pengelompokan benda (padat, cair dan gas).
Guru (yang dalam hal ini juga adalah peneliti) telah menyiapkan Tugas I yang diberikan
tanggal 26 Oktober 2023. Pada tes kemampuan awal tersebut ditemukan adanya kesulitan
peserta didik dalam menyelesaikan soal, masih banyak peserta didik yang kurang memahami
Pengetahuan tentang sifat benda padat, cair, dan gas . Secara umum hasil kemampuan peserta
didik prasiklus adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1 Persentase Kemampuan Peserta Didik Pra Siklus


Peserta Didik Persentase Peserta Didik Persentase Rata-Rata
yang Tuntas Peserta Didik yang Tidak Peserta Didik Kelas
Tuntas Tidak Tuntas
5 33 % 10 67 % 63,4
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan siklus 1, hanya 5
peserta didik yangmemperoleh nilai di atas batas kelulusan dengan persentase 33 %. Sementara
itu, sebanyak 10 peserta didik dengan persentase 67 % memperoleh nilai di bawah KKM yaitu
70. Dari hasil tes tersebut diperoleh nilai rata-rata kelas adalah 63,4. Sebagaimana yang
tercantum dalam gambar di bawah ini :

HASIL KEMAMPUAN AWAL

Tuntas
33%
Tidak Tuntas
67%

Gambar 4.1 Persentase Pra Siklus

Sementara dilihat dari hasil tes kemampuan awal, diketahui nilai matematika sebelum
siklus 1 yaitu peserta didik yang memperoleh nilai 70 – 75 ada 5 anak, peserta didik yang
memperoleh nilai 65 – 69 ada 3, 60 – 64 ada 3 anak, sedangkang 55 – 59 ada 4 peserta didik.
Dengan demikian nilai rata-rata kelas yang diperoleh adalah 63,4.

Berdasarkan hasil belajar dari tes kemampuan awal tersebut, dapat disimpulkan bahwa
peserta didik mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal karena kurang memahami soal
yang diberikan sehingga tida bias menjawab soal yang diberikan oleh guru. Berdasarkan hasil
pengematan awal yang dilakukan, peneliti berupaya mengatasi kesulitan yang ditemukan
dengan menyusun serangkaian tindakan.

Proses belajar diawali dengan pemberian motivasi oleh guru kepada siswa mengenai
pentingnya mempelajari IPA, khususnya pada kompetensi pengelompokan benda padat, cair

sesuaikan instrumen
dan gas. Diberitahukan kepada mereka bahwa mempelajari IPA bukanlah hal yang sulit,
mengikuti proses pembelajaran dengan tekun dan tidak malu bertanya
Untuk membangkitkan motivasi siswa, mereka juga diajak berdiskusi mengenai macam-
macam benda, misalnya benda yang terdapat di dalam kelas, membedakan mana yang termasuk
benda padat, cair dan gas, serta mengelompokkannya masing-masing ke dalam benda padat,
cair dan gas. Kemudian mereka menggunakan benda – benda yang telah mereka siapkan dari
rumah, yaitu pesil, penghapus, air, gelas dan balon. Dan mereka menggunakan benda tersebut
untuk melakukan eksperimen, untuk menhgetahui sifat benda, yaitu dengan memindahkan
benda yang telah mereka bawa dan mengamati yang terjadi. Pada siklus I ini, merencanakan
adanya 1 kali tugas selama pembelajaran, yaitu mengerjakan LKS (lembar kerja siswa yang
telah disiapkan) setelah melakukan eksperimen.
Dengan batas nilai tuntas 74, apabila siswa mendapatkan nilai akhir kurang dari 74
dikatakan tidak tuntas dan harus mengikuti remidi. Pada siklus I ini diberikan tugas I pada
tanggal 26 Oktober 2023. Berdasarkan observasi oleh pengamat, disimpulkan bahwa guru telah
berusaha memulai pembelajaran dengan masalah kontekstual. masalah-masalah tersebut juga
disisipkan di tengah-tengah pembelajaran. Namun, interaksi masih cenderung satu arah dan
hanya sedikit siswa (sekitar 2-3 saja) yang bertanya atau mengemukakan pendapatnya.
Pertanyaan yang diajukan tidak lebih dari 4 buah
Table 1 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan I
ini dibuat tabel hasilnya d akumulasikan pak d jumplahkan lalu d prosentase

Berdasarkan tabel pengamatan aktifitas guru pada pertemuan I siklus I dapat dilihat bahwa
guru dalam telah membuka kegiatan pembelajaran dengan doa, melakukan apersepsi materi
dan menyampaiakan tujuan pembelajaran dengan sesuai. Akan tetapi dalam pelaksaan kegiatan
pembelajaran saat penyampaian materi guru belum melibatkan peserta didik secara aktif, guru
masih terlihat lebih dominan belum terlihat kegiatan pembelajaran dua arah. Pada kegiatan inti
guru, telah membagi kelompok dan memberi nomor yang berbeda pada setiap kelompok
(Numbering), guru telah membagikan LKPD pada setiap kelompok , membimbing diskusi
dengan baik. Tetapi dalam kegiatan presentasi masih terdapat beberapa peserta didik yang
kurang fokus dalam mengikuti diskusi. Peserta didik yang belum dipanggil nomornya masih
terlihat kurang konsentrasi dan masih berbicara dengan teman yang lain.

Pada tahap ini observasi dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung di kelas
dengan menggunakan lembar observasi peserta didik. Observasi dilakukan mulai dari awal
hingga akhir penelitian. Dalam tahap ini guru kelas sebagai observer hanya melakukan
pengamatan atas dasar apa yang dilihat, dirasakan dan didengar sewaktu proses pembelajaran
berlangsung. Data observasi aktivitas peserta didik selama siklus I pertemuan I dapat dilihat
pada tabel berikut ini: ini d buat tabel pak atau grafik, tapi 1 spasi
aja d kecilin
Tabel 4.4 Hasil Observasi Aktivitas Peserta didik Siklus I

Peserta Didik Persentase


No Aspek Penilaian
Dengan Nilai Hasil

Kejelasan dan kedalaman informasi 30 20 10


a.Informasi disampaikan secara jelas, lengkap, dan relevan
dengan topik/tema yang didiskusikan. 6 - - 55%
1
b.Informasi disampaikan secara jelas, lengkap, tetapi kurang
relevan dengan topik/tema yang didiskusikan. - 5 - 40%
c.Informasi disampaikan secara jelas, tetapi kurang lengkap. - 3 5%
Keaktifan dalam berdiskusi 30 20 10
a.Sangat aktif dalam diskusi. 7 - - 40%
2
b.Cukup aktif dalam diskusi. - 3 - 25%
c.Kurang aktif dalam diskusi. - - 5 35%
Kejelasan dan kerapian dalam presentasi 40 30 20 10
a.Presentasi sangat jelas dan rapi. 4 - - - 27%
3 b.Presentasi cukup jelas dan rapi. - 10 - - 70%
c.Presentasi dengan jelas tetapi kurang rapi. - - 1 - 3%
d.Presentasi dengan kurang jelas dan kurang rapi. - - - - -
Berdasarkan data observasi dalam siklus I pada pertemuan I menunjukkan adanya
peningkatan diperoleh hasil observasi peserta didik, yaitu: sebanyak 55 % peserta didik sudah
mampu menyampaikan informasi secara jelas, lengkap, dan relevan dengan topik atau tema
yang didiskusikan, tetapi sebanyak 40 % peserta didik mampu menyampaikan secara jelas,
lengkap tetapi kurang relevan dengan topik diskusi. Hanya terdapat 5 % peserta didik yang
belum mampu menyampaikan informasi secara lengkap.

Kemampuan peserta didik yang kurang lengkap dalam menyajikan informasi tersebut
disebabkan karena kekurangpahaman peserta didik pada materi diskusi. Serta guru dalam
penyampaian materi masih satu arah tanpa melibatkan peserta didik untuk berperan aktif.
Peserta didik yang belum memahami materi malu untuk menyampaikan pada guru. Sehingga
mereka mengalami kesulitan dalam menyampaikan informasi dalam diskusi. Guru sebaiknya
melakukan pendampingan dalam kegiatan diskusi, dan memantau setiap kemampuan dari
anggota kelompok. Agar setiap anggota kelompok dapat menyampaikan materi secara jelas
dan lengkap sesuai dengan topik yang didiskusikan.

Dalam hal keaktifan diskusi, sebanyak 40 % peserta didik sangat aktif dalam diskusi, 25 %
peserta didik cukup aktif dalam diskusi serta 35 % peserta didik. Keaktifan peserta didik dalam
diskusi didominasi oleh peserta didik yang sudah memiliki pemahaman terhadap topik diskusi.
Sedangkan peserta didik yang cukup aktif bahkan kurang aktif didominasi oleh peserta didik
yang tingkat pemahaman pada materi diskusinya masih cukup rendah.
Dalam kegiatan presentasi hasil diskusi dilakukan dengan memanggil peserta didik dengan
nomor tertentu dari setiap kelompok. Sebanyak 27 % mampu menyampaikan presentasi dengan
sangat jelas. Sedangkan terdapat 70% peserta didik mampu menyampaikan presentasu dengan
cuku Jelas. Presentasi dengan jelas tetapi kurang rapi. 3%. Peserta didik yang dapat
menyampaikan hasil diskusi dengan sangat baik, adalah peserta didik yang mampu
menyampakan infomasi secara jelas, lengkap dan relefan dengan topik diskusi serta berperan
sangat aktif dalam kegiatan diskusi. Mereka sudah memiliki tingkat pemahaman yang sangat
baik terhadap materei operasi hitung pembagian.
Hasil pengumpulan data melalui lembar tes peserta didik pada siklus I menunjukkan
terdapat beberapa peserta didik yang belum memahami penjelasan dari guru. Peserta didik juga
masih belum aktif dalam bertanya dan diskusi sehingga hasil belajar peserta didik yang
diperoleh kurang maksimal. Terdapat beberapa peserta didik mendapatkan nilai di bawah
KKM yang ditetapkan mengakibatkan peserta didik tidak tuntas dalam sub materi siklus I yaitu
sifat benda padat, cair, dan gas.

Tabel 4.5 Hasil Kemampuan Peserta didik Pada Siklus I Pertemuan I


Peserta didik Persentase Peserta didik Persentase Rata-Rata
yang Tuntas Peserta didik Yang Tidak Peserta didik Kelas
Tuntas Tuntas Tidak Tuntas
10 67 % 5 33 % 74,33

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat nilai rata-rata kelas adalah 74,33 dengan jumlah
peserta didik yang telah tuntas pada siklus I pertemuan I sebanyak 10 peserta didik dengan
persentase tuntas 69 % dan peserta didik yang tidak tuntas sebanyak 5 peserta didik dengan
persentase 31 %. Keberhasilan peserta didik tersebut dapat dilihat dari pencarian nilai rata-rata
kelas dan persentase ketuntasan belajar peserta didikAdapun keberhasilan dan
ketidakberhasilan yang terjadi pada siklus I untuk pertemuan I ini adalah, Ketidakberhasilan,
masih terdapat beberapa aktivitas peserta didik yang berkategori cukup dan rendah, seperti
aktivitas menanggapi pertanyaan guru ataupun kelompok pada saat diskusi, membantu
temannya yang kesulitan dalam kelompok, memberikan pendapat mengenai solusi dari
masalah yang diberikan guru dalam LKPD. Hasil belajar peserta didik belum mencapai hasil
yang diharapkan pada penelitian ini. Masih terdapat 5 dari 15 peserta didik peserta didik yang
tidak mencapai KKM (80) dikarenakan ketidaktelitian peserta didik dalam menjawab soal.
Masih terdapat kekurangan yang dilakukan peneliti sebagai pelaksana tindakan, seperti kurang
baik dalam mengorganisasikan peserta didik dalam kelompok, mengorganisasikan waktu,
membimbing kelompok secara merata dan intensif, dan kurang baik pada saat pemanggilan
nomor peserta didik yang akan menyampaikan hasil diskusi kelompoknya.
Melihat beberapa masalah yang didapati dalam proses pembelajaran siklus I pertemuan I
peneliti perlu merencanakan perencanaan baru untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan
tersebut. Dimana lebih menerapkan model Eksperimen, serta membantu peserta didik yang
mengalami kesulitan saaat proses pembelajran berlangsung, dan peserta didik yang masih pasif
dalam proses pembelajaran agar lebih diperhatikan Berdasarkan data presensi dapat
disimpulkan bahwa belum semua siswa dapat hadir pada setiap tatap muka. Namun, dari segi
proses pembelajaran diperoleh masukan bahwa interaksi masih cenderung satu arah, yaitu guru
saja. Hanya yang duduk di tengah saja yang memperhatikan, sedangkan yang duduk di pinggir
sebelah kanan dan kiri tidak bisa mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Tidak banyak
siswa yang bertanya atau berbeda pendapat dengan guru. Untuk mengatasi hal ini, pada siklus
berikutnya. guru berusaha untuk lebih memotivasi siswa untuk mengikuti dengan lebih
sungguh-sungguh, lebih efektif bertanya. Peneliti mengatur tempat duduk siswa yang duduk di
pinggir dengan lebih merapatkannya ke tengah dan dirolling setiap harinya.

PERSENTASE HASIL BELAJAR


d tulis d sini
OPERASI PEMBAGIAN
SIKLUS 1
Pra Siklus Siklus 1
67%

67%
33%

33%
TUNTAS TIDAK TUNTAS

Grafik 1 Nilai siswa kelas III siklus I


Berdasarkan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar peserta didik sudah
cukuh baik,dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil belajar peserta didik dari prasiklus
peserta didik tidak tuntas sebanyak 10 dan pada siklus 1 peserta didik yang tidak tuntas
berkurang menjadi 5 peserta didik. Presentasi ketidaktuntasan pada pra siklus sebesar 67 %
turun menjadi 33 % pada siklus 1. ketuntasan dari pra siklus 33 % mengalami peningkatan
menjadi 67 % pada siklus 1.
Direncanakan siklus II berlangsung selama Satu kali pertemuan, yaitu pertemuan pada
tanggal 02 November 2023. Materi yang disampaikan adalah pengelompokan benda padat, cair
dan gas. Pada awal pembelajaran guru menyajikan jawaban yang benar dari tugas 1 dengan
menuliskannya di papan tulis. Kemudian dilanjutkan kembali dengan diskusi mengenai
jawaban tersebut dengan siswa. Pada awal siklus II kepada siswa juga ditekankan kembali
pentingnya menanyakan hal-hal yang tidak jelas di kelas, sehingga pemahaman siswa menjadi
lebih baik. Guru juga memancing siswa agar mau menanyakan hal-hal yang tidak diketahui
dalam pembelajaran. Guru mengajak siswa untuk melakukan eksperimen yang ke 2 untuk
menganalisa sifat- sifat benda. Guru juga berkeliling untuk memantau aktivitas siswa dalam
mengerjakan soal yang diberikan. Pada siklus ini diberikan tugas 2 yang dikerjakan.
Berdasarkan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar peserta didik sudah
cukuh baik,dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil belajar peserta didik dari prasiklus
peserta didik tidak tuntas sebanyak 10 dan pada siklus 1 peserta didik yang tidak tuntas
berkurang menjadi 5 peserta didik. Presentasi ketidaktuntasan pada pra siklus sebesar 67 %
turun menjadi 33 % pada siklus 1. ketuntasan dari pra siklus 33 % mengalami peningkatan
menjadi 67 % pada siklus 1.

Adapun perencanaan dilakukan pada siklus II pertemuan I pada Rabu, 2 November 2023
jam 07.30 WIB dengan alokasi waktu 3 JP (3 x 35 menit). Adapun materi yang disampaikan
adalah materi Materi Pengelompokan Benda Padat, Cair pada Siswa Kelas III SDN 02
Wonorejo dengan sedikit variasi tindakan yaitu, saat menyampaikan materi, guru memberikan
penjelasan dengan dua arah. Dimana peserta didik dilibatkan dalam pemecahan masalah yang
diberikan oleh guru. Guru menyampaikan materi secara garis besar, lalu dikembangkan dengan
pemberian masalah, peserta didik diminta kedepan untuk membantu menyelesiakan masalah
yang diberikan. Melibatkan peserta didik dengan sesi tanya jawab serta menunjuk peserta didik
masih pasif dalam kegiatan pembelajaran
siklus 1. Pembagian kelompok disesuaikan dengan kenyamanan setiap peserta didik,
karena pada siklus 1 pembagian kelompok terdiri dari peserta didik laki-laki dan perempuan
ternyata membuat peserta didik sedikit canggung untuk bebas dalam menyampaikan pendapat
ketika berdiskusi. Sehingga dalam siklus 2 ini, pembagian kelompok didasarkan pada hasil
belajar siklus 1, dimana peserta didik dengan hasil belajar yang sangat baik dibagi secara rata
dalam setiap kelompok, pembagian kelompok didasarkan pula dari jenis kelamin untuk
membuat peserta didik lebih nyaman dalam berdiskusi. Adanya pemanggilan nomor peserta
didik dilakukan dengan 1 nomor sama dari 2 kelompok yang berbeda, sehingga dapat
dilakukan analisan dan diskusi hasil secara lebih mendalam, serta dapat mengetahui
kemampuan setiap individu dalam kelompok tersebut. Pemberian penghargaan kepada
kelompok yang paling aktif dalam diskusi dan hasil kerja kelompoknya paling baik.
Hal ini bertujuan agar tingkat persaingan antar kelompok semakin tinggi sehingga semua
kelompok berusaha untuk berdiskusi dengan sungguh-sungguh. Menyiapkan LKPD, nomor-
nomor, dan instrumen penelitian yaitu lembar observasi aktivitas belajar peserta didik, lembar
observasi pelaksanaan metode eksperimen, dan kunci jawaban tes. Memberikan bimbingan
kepada semua kelompok dengan membatasi pertanyaan jika pada saat diskusi mengerjakan
LKPD kelompok mengalami kesulitan yaitu dengan memberikan kesempatan dibimbing guru
ini yang d ambil seperlunya jangan semuanya kelebihan halamannya hanya sampai 15 pak

sebanyak 2 kali bimbingan dan lebih menekankan untuk bertanya kepada temannya dalam
kelompoknya. Kemudian guru akan lebih menfokuskan bimbingan kepada peserta didik yang
masih kesulitan dalam menjawab soal mengenai operasi hitung pembagian.

Pada tahap awal pembelajaran guru bersama peserta didik mengawali dengan doa dan
membangkitkan semangat peserta didik dengan menyanyikan lagu nasional. Kemudian guru
menyiapkan semua peserta didik untuk menerima pelajaran, menyampaikan tujuan
pembelajaran dan menyampaikan pembelajaran dengan metode eksperimen dengan sedikit
variasi sesuai perencanaan yang telah disusun.

Tahap inti yaitu, Guru menyajikan masalah kepada peserta didik mengenai materi yang
sedang dipelajari yaitu operasi pembagian dengan cara susun dengan terlebih dahulu
mengingatkan materi sebelumnya yaitu tentang Materi Pengelompokan Benda Padat, Cair dan
gas. Kemudian guru mengajak peserta didik untuk Melakukan metode eksperimen, dengan
menggunakan air jika air dipindahkan dalam wadah akan bagaimana. Guru bertanya kepada
peserta didik bagaimana penjelasan yang berkaitan dengan metode tersebut. Selanjutnya, guru
membagikan nomor kepala kepada dan LKPD kepada setiap kelompok, menjelaskan tata cara
pengerjaan LKPD sesuai pada pertemuan sebelumnya, dan mengingatkan peserta didik bahwa
peserta didik harus saling bekerja sama dalam mengerjakan LKPD dan memastikan semua
temannya dalam kelompok bisa mengerjakan soal-soal yang terdapat dalam LKPD. Pada saat
diskusi berlangsung, guru memberikan bimbingan kepada kelompok yang mengalami kesulitan
akan tetapi bimbingan dibatasi sebanyak 2 kali untuk tiap kelompok. Setelah waktu diskusi
selesai, guru memanggil salah satu nomor peserta didik. Semua nomor kepala pada tiap
kelompok yang nomornya terundi mengacungkan tangan dan disuruh berdiri, kemudian guru
melakukan pemanggilan pada salah satu kelompok yang akan menjawab soal LKPD tersebut
sedangkan nomor kepala yang sama pada kelompok lainnya diberi kesempatan untuk
menanggapi. Pada saat pemberian jawaban ternyata hampir semua nomor kepala yang sama
memiliki jawaban yang tepat. Berdasarkan hasil presentasi, kelompok yang mampu
menyampaikan hasil diskusi secara tepat dan cepat memperoleh reward sebagai bentuk
apresiasi atas kerjas sama mereka.

Tahap penutup, Guru menyuruh peserta didik kembali ke posisi awal sebelum diskusi
dan guru memberikan tes individual kepada peserta didik selama 20 menit. Pada saat
mengerjakan tes, guru mengawasi peserta didik agar tidak bekerja sama. Kemudian guru
menutup pelajaran dengan menyimpulkan kegiatan pembelajaran pada hari tersebut serta
merefleksi kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung. Memotivasi peserta didik untuk
mengulang kembali pembelajaran pada materi operasi hitung pembagian agar semakin
meningkatkan pemahaman peserta didik. Guru menutup pembelajaran dengan doa.

Hasil pengamatan yang dilakukan oleh supervisor menunjukkan bahwa pada pelajaran
matematika materi operasi hitung pembagian sudah berjalan dengan baik dan mengalami
peningkatan dari pertemuan sebelumnya. Observasi aktivitas guru pada siklus II dilakukan 1
pertemuan. Hasil observasi pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.8 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II

Berdasarkan tabel pengamatan aktivitas guru pada pertemuan pertama siklus II dapat
dilihat bahwa guru kegiatan awal pembelajaran sudah sesuai dengan skenario pembelajaran
yang diawali dengan berdoa, melakukan apersepsi dan menyampaikan tujuan pembelajaran.
Pada kegiatan inti guru sudah menyampaikan materi dengan melibatkan peserta didik dalam
pemecahan masalah, guru juga sudah melakukan pembimbingan dalam kegiatan diskusi secara
lebih perhatian terutama pada anggota kelompok yang pasif atau belum mengalami kesulitan
dalam memahami materi yang disampaikan. Pada saat diskusi peserta didik lebih terlihat aktif
dan berani menyampaikan gagasannya secara individu. Guru sudah memberikan penguatan
terhadap hasil diskusi yang terlah disampaikan oleh setiap anggota kelompok

Data observasi peserta didik kelas III SDN 02 Wonorejo selama Menerapkan metode
eksperimen materi Pengelompokan Benda Padat, Cair dan gas dengan menggunakan lembar
observasi dengan memberi tanda checklist pada skala penilaian sesuai dengan aspek yang
diteliti. Data observasi peserta didik selama pembelajaran berlangsung pada siklus II
pertemuan 1 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.9 Hasil Observasi Peserta didik Siklus II

Peserta Didik Persentase


No Aspek Penilaian
Dengan Nilai Hasil

Kejelasan dan kedalaman informasi 30 20 10


a. Informasi disampaikan secara jelas, lengkap, dan
relevan dengan topik/tema yang didiskusikan. 10 - - 67%
1 b. Informasi disampaikan secara jelas, lengkap, tetapi
kurang relevan dengan topik/tema yang didiskusikan. - 4 - 27%
c. Informasi disampaikan secara jelas, tetapi kurang
lengkap. - 1 7%
Keaktifan dalam berdiskusi 30 20 10
a. Sangat aktif dalam diskusi. 6 - - 40%
2
b. Cukup aktif dalam diskusi. - 9 - 60%
a. Kurang aktif dalam diskusi. - - - -
Kejelasan dan kerapian dalam presentasi 40 30 20 10
a. Presentasi sangat jelas dan rapi. 7 - - - 47%
3 b. Presentasi cukup jelas dan rapi. - 8 - - 53%
c. Presentasi dengan jelas tetapi kurang rapi. - - - - -
d. Presentasi dengan kurang jelas dan kurang rapi. - - - - -

Pada siklus 2 ini, peserta didik sudah mulai mmapu menyampaikan informasi sesuai
topik diskusi. Terjadi peningkatan presentase, kemampuan dalam menyampaikan informasi
dengan jelas dan sesuai dengan topik diskusi yatu menjadi 77 % pada siklus 2, dan peserta
didik yang awalnya kurang aktif dalam diskusi menjadi lebih aktif setelah siklus 2 ini menjadi
60 %. Keberanian dan kemampuan peserta didik dalam menyampaikan hasil diskusi juga
meningkat menjadi 47 % pada siklus 2. Hal ini dipengaruhi oleh adanya kerja sama antar
kelompok serta tingkat pemahaman peserta didik pada materi operasi pembagian yang mulai
meningkat.

Hasil pengumpulan data melalui lembar tes peserta didik pada siklus II menunjukkan
peningkatan aktivitas peserta didik . Hasil belajar peserta didik yang sudah tuntas siklus II ini
mengalami peningkatan dari pertemuan sebelumnya. Semua peserta didik mengalami
peningkatan hasil belajar di atas nilai KKM.

Tabel 4.10 Hasil Kemampuan Berhitung Operasi Pembagian Peserta didik Pada
Siklus II Pertemuan I

Peserta didik Persentase Peserta didik Persentase Rata-Rata


yang Tuntas Peserta didik Yang Tidak Peserta didik Kelas
Tuntas Tuntas Tidak Tuntas
15 100 % - 0% 85,67

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat nilai rata-rata kelas adalah 85,67 dengan jumlah
peserta didik yang telah tuntas pada siklus II pertemuan I sebanyak 15 peserta didik dengan
persentase tuntas 100% dan peserta didik yang tidak tuntas adalah 0 %. Pada Siklus II ini
seluruh peserta didik mengalami peningkatan keaktifan dalam kegiatan diskusi. Mereka berani
bertanya jika mengalami kesulitan, serta ada kerjasama antar anggota kelompok dalam
penyelesaian masalah diskusi. Ada kegiatan akhir guru memberikan penguatan dan
pendampingan khusus pada peserta didik yang masih mengalami kesulitan dalam memahami
materi operasi hitung pembagian. Berikut Presentase ketuntasan hasil belajar peserta didik
pada siklus II.

Meskipun guru telah berusaha memperbaiki kekurangan pada siklus 1, Namun, guru masih
lebih bersifat memberikan informasi. Interaksi dua arah masih sudah mulai berjalan, siswa
banyak yang menanyakan sesuatu.
SIKLUS 2

100%

0%
TUNTAS TIDAK TUNTAS

Grafik 2 Nilai siswa kelas III siklus II

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus II pertemuan 1 ini, supervisor menilai peneliti
sebagai pelaksana tindakan telah melakukan kegiatan pembelajaran dengan baik. Akan tetapi
pada saat diadakan tes dan peneliti mengamati hasil kerja peserta didik, masih ditemukan
adanya beberapa peserta didik yang kesulitan dalam menyelesaikan soal operasi pembagian
dengan metode Eksperimen. Sehingga pada siklus 2 ini, peneliti memberikan pendampingan
ada peserta didik yang benar-benar mengalami kesulitan dalam memahami materi, peneliti
memberikan arahan cara mengerjakan soal tes dan peserta didik berusaha mencari penyelesaian
soal tersebut
keberhasilan yang terjadi pada siklus II untuk pertemuan 1 ini adalah Aktivitas peserta
didik mengalami peningkatan ke arah yang lebih baik lagi dibandingkan pada pertemuan
sebelumnya dan peserta didik sudah menunjukkan keaktifan selama pembelajaran berlangsung.
Selain itu, semua peserta didik sudah ikut serta dalam mengerjakan LKPD. Persentase
ketuntasan klasikal belajar peserta didik mengalami peningkatan ke arah yang lebih baik
dibandingkan pada pertemuan sebelumnya.

Dibandingkan dengan siklus I, motivasi siswa dan hasil yang diperoleh siswa sudah lebih
baik. Motivasi siswa pun sudah lebih baik dari siklus I. hal ini dapat dilihat dari hasil yang
diperoleh siswa, yaitu telah banyak yang mendapatkan nilai di atas nilai minimal (KKM).

Dari data-data yang ada dari siklus 1 sampai dengan siklus II dapat dilihat bahwa adanya
peningkatan prestasi siswa dalam pembelajaran IPA menggunakan metode eksperimen. Hal ini
dapat dilihat dari perbandingan nilai yang diperoleh siswa, dari pembelajaran dengan klasikal,
siklus I dan siklus II. Pada nilai siswa, terjadi peningkatan.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen. Dengan menggunakan
metode eksperimen dalam pembelajaran IPA, memudahkan siswa dalam mempelajari materi
yang sedang dipelajari. Karena siswa dapat mengaami langsung pembelajaran tersebut, dengan
kata lain, para siswa ikut terlibat langsung secara aktif dalam pembelajaran. Dengan mengalami
langsung dalam pembelajaran, maka siswa akan lebih faham dan memorinya lebih lama, karena
dalam hal ini, siswa tidak menghafal materi, tetapi melakukan sendiri.
Dalam pembelajaran IPA mnggunakan metode eksperimen yang telah dilakukan ini telah
berjalan dengan baik. Dan siswa dapat menikmati pembelajaran yang dilakukannya dengan
turut serta aktif dalam pembelajaran.
Dengan memperhatikan kenyataan bahwa proses pembelajaran telah berlangsung baik dan
sebagian besar siswa telah mendapatkan nilai di atas nilai minimal (KKM), maka terdapat
peningkatan prestasi belajar IPA menggunakan metode eksperimen pada materi
pengelompokan benda padat, cair dan gas pada siswa kelas III SDN 02 Wonorejo Kec.Jatiyoso.
Dari penelitian tindakan kelas ini diperoleh hasil bahwa nilai akhir kompetensi I ada 10
anak yang mendapatkan nilai di atas nilai minimal dan 5 orang siswa yang mendapatkan nilai
di bawah nilai minimal dan harus mengikuti remidi. Pada siklus I ini pembelajaran baru
mencapai 63%, karena dari 15 siswa, ada 5 siswa yang nilainya di bawah nilai minimal, yaitu
sebanyak 37%. Pada siklus I ini, peneliti tidak bisa langsung mengadakan remidi, karena
keterbatasan waktu dan akan melaksanakan remidi pada proses pembelajaran selanjutnya.
Proses pembelajaran sudah mulai terjadi lebih baik daripada menggunakan metode klasikal
namun belum maksimal. Prestasi belajar IPA juga mengalami peningkatan dibandingkan
dengan nilai siswa sebelumnya.

Tabel 4 REKAPITULASI NILAI ULANGAN SIKLUS I DAN SIKLUS II


Kategoti Tes Jumlah Siswa yang Rata-Rata kelas Persentase Siswa
Tuntas Yang Tuntas
Pra Siklus 5 63,4 33 %
Siklus I Pertemuan 1 10 71,47 67 %
Sikus II Pertemuan 1 15 85,67 100 %
Berdasarkan tabel di atas, diketahui kemampuan Dan pengetahhuan peserta didik sudah
terjadi peningkatan yang terlihat dari nilai rata-rata kelas dan persentase ketuntasan. Dimana
sebelum siklus atau pemberian tes kemampuan awal yang diberikan kepada peserta didik nilai
rata-rata yang diperoleh peserta didik yaitu 63,4 tetapi setelah dilaksanakan siklus I pertemuan
I dengan menggunakan model Eksperimen nilai rata-rata kelas peserta didik meningkat
menjadi 71,47.

Sedangkan untuk persentase ketuntasan kemampuan dan Pengetahuan belajar peserta


didik pada kemampuan awal atau sebelum tindakan jumlah peserta didik yang tuntas hanya 5
peserta didik dari 15 peserta didik dengan persentase ketuntasan 33 %. Akan tetapi pada siklus
I pertemuan I jumlah peserta didik yang tuntas bertambah dari 5 peserta didik menjadi 10
peserta didik dengan persentase 67 %. Selanjutnya, hasil tes kemampuan peserta didik yang
diperoleh pada siklus II pertemuan I terlihat peningkatan rata-rata kelas menjadi 85,67.
Persentase peserta didik yang tuntas dalam materi Pengelompokan dan sifat benda Padat, Cair
dan Gas.

pada siklus II adalah 100 % yang artinya seluruh siswa tuntas atau nilai seluruh siswa
diatas atau minimal KKM. Peningkatan kemampuan berhitung peserta didik melalui Merode
Eksperimen pada materi operasi hitung pembagian dari tes kemampuan awal atau pra siklus
sampai siklus II dapat dilihat pada diagram di bawah ini.

P E R S E N TA S E H A S I L B E LA J A R
M E T O D E E K S P E R I M E N K E LA S I I I
SDN 02 WONOREJO
Tuntas Tidak Tuntas

100%

50%

0%
Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2

Gambar 4.10 Peningkatan Kemampuan Peserta didik

Sebelum Tindakan, Siklus I dan Siklus II Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui
bahwa Penerapan model Eksperimen berdampak positif terhadap proses dan hasil kegiatan
belajar mengajar materi Pengelompokan dan sifat benda Padat, Cair dan Gas . Hal ini dapat
dilihat dari adanya peningkatan nilai rata-rata kelas dan jumlah peserta didik yang tuntas
belajar. Sebelum dilakukan tindakan atau pada tes awal nilai rata-rata kelas peserta didik adalah
63,4 dengan peserta didik tuntas 5 orang, sedangkan pada siklus I pertemuan 1 nilai rata-rata
kelas peserta didik adalah 71,47 dengan peserta didik tuntas 10 kemudian pada siklus II
pertemuan 1 nilai rata-rata kelas peserta didik yang diperoleh adalah 85,67 dengan peserta didik
tuntas sebanyak 15 orang.

Sebelum siklus persentase ketuntasan yang diperoleh sebesar 33%, akan tetapi terjadi
peningkatan pada siklus I menjadi 67% dimana peningkatan terjadi sebesar 100 % pada siklus
II. Perhitungan di atas membuktikan bahwa Kemapuan Mengejakan Dan pemahaman peserta
didik meningkat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan Metode Eksperimen
dapat meningkatkan hasil belajar pada peserta didik kelas. Adanya peningkatan pemahaman
konsep peserta didik peserta didik kelas III SDN 02 Wonorejo menunjukkan bahwa pentingnya
penerapan Metode Eksperimen yang dapat membuat peserta didik lebih aktif dalam proses
pembelajaran serta dapat menambah pengalaman belajar peserta didik. Kemampuan peserta
didik menyelesaikan soal memiliki peran penting dalam proses pembelajaran Ipa dengan materi
Pengelompokan dan sifat benda Padat, Cair dan Gas.

Dari penelitian tindakan kelas siklus II ini diperoleh hasil bahwa nilai akhir kompetensi
siklus II ada 12 siswa yang mendapatkan nilai di atas nilai minimal dan 3 siswa yang
mendapatkan nilai di bawah nilai minimal. Pada siklus II ini pembelajaran telah mencapai 80%,
yaitu dibuktikan dengan pemerolehan hasil belajar terdapat 12 siswa yang nilainya mencapai
di atas nilai minimal. Tetapi juga masih tersisa 20% yaitu diperoleh hasil pembelajaran siswa
sebanyak 3 siswa yang nilainya masih di bawah nilai minimal. Proses pembelajaran sudah
mulai terjadi lebih baik daripada menggunakan metode eksperimen siklus I. Prestasi belajar
IPA juga mengalami peningkatan dibandingkan dengan nilai siswa sebelumnya.
Simpulan dan Saran
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan prestasi belajar IPA
melalui pembelajaran menggunakan metode eksperimen pada siswa kelas III SDN 02
Wonorejo. Dengan menggunakan pendekatan pembelajaran eksperimen, proses pembelajaran
IPA pada kompetensi wujud benda dan sifatnya telah berjalan lebih baik bila dibandingkan
dengan proses pembelajaran sebelumnya. Motivasi belajar siswa dalam belajar pun cukup
tinggi dan siswa dapat lebih mandiri dalam mengikuti dan melaksanakan pembelajaran. Dari
makalah yang penulis buat saran yang dapat penulis berikan Dari hasil penelitian dan
kesimpulan yang didapatkan peneliti, maka peneliti bisa merekomendasikan bahwa
pembelajaran eksperimen pada mata pelajaran IPA kompetensi Wujud benda dan sifatnya
cukup efektif untuk diterapkan guna meningkatkan prestasi dan motivasi belajar siswa,
khususnya pada sekolah yang memiliki karakteristik yang sama dengan lokasi penelitian.
Kepada guru sekolah dasar disarankan untuk menggunakan berbagai model pembelajaran
untuk meningkatkan keaktifan peserta didik sehingga dapat meningkatkan pemahaman konsep
peserta didik. Salah satunya bisa menggunakan metode eksperimen. Karena dengan model ini
peserta didik yang kurang aktif dalam pembelajaran dapat aktif dan antusias saat pembelajaran
berlangsung. Guru hendaknya dapat memantau setiap peserta didik yang butuh bimbingan dan
mengarahkan peserta didik agar menjadi lebih aktif.
Kepala sekolah Peneliti menyarankan agar selalu membantu dan memberi dukungan
kepada guru untuk meningkatkan kualitas pendidikan disekolah yang dipimpin. Serta
memberikan motivasi pada guru untuk mengembangkan kemampuan profesionalnya dalam
menggunakan berbagai metode mengajar sesuai dengan perkembangan kurikulum dan
pengetahuan yang ada.
Bagi peserta didik sendiri diharapkan agar lebih meningkatkan motivasi dalam belajar
dan aktif dalam pembelajaran agar berhasil disuatu hari dan bisa mencapai cita-cita yang
diinginkan. Peserta didik hendaknya memiliki kemampuan untuk mengakses berbagai sumber
belajar tidak hanya berpedoman pada apa yang disampaikan oleh guru dikelas.
Bagi peneliti lebih lanjut, peneliti hendaknya terus mengembangkan penelitian tindakan
kelas sebagai model penelitian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Menerapkan
metode eksperimen pada pokok bahasan yang berbeda maupun tingkat satuan pendidikan yang
lain dapat dikembangkan sesuai dengan keahlian bidang peneliti. Perlu diadakan penelitian
lebih lanjut tentang pembelajaran dengan metode eksperimen ini, tidak hanya pada mata
pelajaran IPA saja.

Daftar Pustaka
Anif, R. F. (2022). EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) BERBANTUAN
MULTIMEDIA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS 4 SDN CIKONDANG 5 CISOMPET
KABUPATEN GARUT. Garut: Rivan syahrul Falah.

Aqib, Z. (2017). Jangan Biar kan Anak Kita Berkesulitan Belajar. Jakarta: Suryani.

Eko Juliyanto, J. R. (2015). Menentukan Tantangan Permukaan zat cair dari studi pendidikan Fisika
Universitas Sains Al Quran. Eko Juliyanto.

Feri, S. (2019). Analisis Literasi Sains pada Siswa Tunarungu Terhadap Konsep IPA.
unesa.ac.id:article/29814 , 29814.
Idayati, I. (2019). Pengembangan Tes Diagnostik Menggunakan Certainty Of Response Index (CRI)
Termodifikasi pada Materi Tekanan Zat untuk Siswa Kelas VIII SMP Jurusan Fisika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang, Vol 8 No 1.

Setiyawan, D. (2018). Meningkatkan Hasil Belajar IPA dengan Metode Pratikum Materi Pokok
Menunjukkan Perbedaan Sifat Benda (Padat, Cair, Dan Gas) Siswa Kelas V SDN 021 Kunto
Darussalam. Jakarta: Wignyo Wignyo.

Setyaningrun, N. S. (2016). hasil belajar;discovery learning;mind mapping ( Upaya Peningkatan Hasil


Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Discovery Learning dan Teknik
Mencatat Mind Mapping Siswa Kelas 4). . Natalia Suci.

Silvia, N. I. (2023). Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Pada Materi Wujud Benda Dan Sifatnya Di
Sekolah Dasar Kelas Tinggi. SEMINAR NASIONAL HASIL RISET DAN PENGABDIA, VOL. 5.

Skmeia. (2016). UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV MENGGUNAKAN
MODEL STAD DAN NHT. Banjarmasin: Radiatul Laila Agustina.

Tahrim, T. (2023). Pengertian dan Definisi Metode, Penelitian dan Metode Penelitian. Aceh: Yayasan
Penerbit Mohammad zaini.

TAKWA, I. G. (2022). PENERAPAN KONSEP RUTE AMAN SELAMAT SEKOLAH PADA KAWASAN
PENDIDIKAN KABUPATEN JEMBRANA. Bekasi: PTDI-STTD (POLITEKNIK TRANSPORTASI DARAT
INDONESIA).

Anda mungkin juga menyukai