PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Undang-undang No. 2 Pasal 13 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa
Pendidikan dasar diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta
memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam
masyarakat serta mempersiapkan untuk mengikuti pendidikan dalam masyarakat dan
mempersiapkan untuk mengikuti pendidikan menengah dalam masyarakat. Upaya
mengembangkan sikap, kemampuan, pengetahuan dari tugas dan tanggung jawab guna untuk
melaksanakan proses belajar mengajar.
Dalam metode khusus pengajaran IPA menyatakan bahwa Kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi membuat pengembangan Siswa SD dalam bidang IPA yang amat diperlukan untuk
melanjutkan belajar ke sekolah yang lebih tinggi maupun untuk mengembankan bakat, minat
dan menyesuaikan dengan lingkungannya.Melatih keterampilan anak untuk berfikir secara
kreatif dan inovatif. IPA merupakan latihan bagi anak untuk berfikir kritis dalam
mengembangkan daya cipta dan minat Siswa secara dini tentang alam sekitarnya
(Depdikbud. 1996).
Ilmu pengetahuan alam sebagai salah satu mata pelajaran di SD, merupakan program untuk
menanamkan, mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai ilmiah pada
Siswa. Tujuan pembelajaran IPA di SD antara lain: Pertama, agar Siswa memahami konsepkonsep IPA dan keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Kedua, agar Siswa mampu
memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan tentang alam
sekitar. Ketiga, agar Siswa mampu menggunakan konsep Pengetahuan Alam untuk mencegah
suatu masalah yang akan ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. (Hidayat, 1994: 5).
Pembelajaran IPA hendaknya dapat melibatkan aktivitas Siswa secara langsung pada bendabenda yang nyata. Bukan melalui ceramah pada pemberian tugas dari Guru kepada Siswa.
Oleh karena itu , dalam penelitian tindakan kelas di SD .........................ini menggunakan
model Inquiry Discovery, yaitu anak diupayakan kepada proses mencari dan menemukan
Halaman | 1
jawaban sendiri, sedangkan Guru hanya berperan sebagai fasilitator, motivator dan
pembimbing Siswa untuk belajar.(Wina Sanjaya, 2006: 193).
Dari hasil pengamatan pada Siswa kelas V SD ............. diperoleh gambaran tentang
pembelajaran IPA, yaitu masih banyak Guru yang merasa kesulitan dalam merencanakan dan
melaksanakan pembelajaran dengen model yang tepat, proses pembelajaran IPA masih
dominan menggunakan metode ceramah dan pada pembelajaran IPA belum banyak
melibatkan fisik serta mental dalam memperoleh pengetahuan (Siswa tidak melakukan
percobaan). kondisi pembelajaran tidak terpusat pada Siswa, karena semua kegiatan
didominasi oleh Guru-guru yang kurang menggunakan alat peraga karena merasa akan
menyita waktu lebih lama dalam kegiatan belajar mengajar sehingga dalam pembelajaran IPA
Hal 1
untuk pokok bahasan Gaya Magnet diperoleh hasil bahwa hampir seluruh siswa(_+93,33%)
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan hasil pengalaman dan praktek mengajar ternyata pelajaran IPA di SD dirasakan
sulit oleh Siswa, sehingga tingkat keberhasilan proses pembelajaran mengalami kesulitan dan
belum tuntas. Hal itu terjadi karena beberapa faktor antara lain:
1.
2.
sehari-hari.
Siswa tidak memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan
3.
4.
C. BATASAN MASALAH
Halaman | 2
Secara khusus, penelitian ini dibatasi untuk meyelesaikan masalah dalam proses
pembelajaran diantaranya:
D. RUMUSAN MASALAH
Masalah yang ditemui oleh penulis pada mata pelajaran IPA dengan pokok materi konsep
Gaya Maget pada Siswa kelas V SD ............ adalah:
Apakah metode Inquiry Discovery dapat meningkatkan motivasi Siswa dalam pembelajaran
IPA?
Apakah metode pembelajaran Inquiry Discovery dapat meningkatkan hasil belajar
Siswa tentang Gaya Magnet?
E. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas dii kelas V SD dengan kurangnya
motivasi belajar dan adanya kesulitan Siswa dalam pembelajaran IPA adalah:
1.
2.
F. MANFAAT PENELITIAN
Halaman | 3
Melalui penelitian tindakan kelas ini diharapkan adanya manfaat yang dapat dirasakan
langsung oleh Siswa maupun Guru dalam proses belajar mengajar serta berbagai pihak yang
terkait di dalamnya, yaitu:
1. Manfaat Bagi Guru
a. Dapat meningkatkan wawasan tentang pembelajaran Inquiry Discovery dalam
pembelajaran IPA.
b. Dapat menerapkan wawasan dalam pengetahuan serta keterampilan Guru dalam
pembelajaran IPA dengan bepusat pada Siswa.
2. Manfaat Bagi Siswa
a. Meningkatkan motivasi belajar Siswa dalam penbelajaran IPA.
b. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang materi Gaya Magnet.
c. Dapat melakukan berbagai percobaan dan dapat menemukan sendiri jawabannya
dalam menyelesaikan berbagai masalah pada pembelajaran IPA.
d. Dapat menerapkan konsep Gaya Magnet dalam kehidupan sehari-hari.
3.
4.
Manfaat bagilembaga
a. Dapat meningkatkan mutu proses pendidikan keilmuan dalam
pembelajaran IPA
di SD.
b. Sebagai dasar dalam meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sehingga dapat
meningkatkan kemampuan profesionalisme Guru.
BAB II
Halaman | 4
pelajaran itu dilaksanakan secara terpadu dalam bidang studi IPA. Hal ini dapat kita lihat dari
struktur kurikulum untuk SD dan SMP pada kurikulum KTSP yang mengacu pada
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi.
Mengenai IPA, Parsaoran Siahaan (2006: 21) mengemukakan bahwa:
Hakikat IPA adalah: IPA diperoleh dari pertanyaan-pertanyaan mendasar manusia terhadap
alam. Hukum-hukum dalam IPA merupakan produk dari penyelidikan ilmiah (Scientific
Inquiry) dengan menggunakan metode ilmiah (Scincetific Method) dan hukum-hukum atau
teori-teori dalam IPA bukan merupakan suatu kebenaran mutlak, tapi bersifat nisab.
Kemudian J. W Kimball (1993: 14 15) mengutarakan lebih lanjut bahwa:
IPA diperoleh dari pertanyaan-pertanyaan mendasar manusia terhadap alam.Pertanyaan
mendasar itu menurut perangkat dari Missouri (kepenasaran terhadap suatu objek). Objek IPA
berkaitan dengan benda-benda dan fenomenanya, baik benda hidup (Living), maupun benda
tak hidup (Non living). Keterampilan membuat pertanyaan yang jelas akan berpengaruh
terhadap kegiatan penyelidik selanjutnya. Hukum dan teori IPA merupakan produk dari
penyelidikan ilmiah melalui metode ilmiah.Metode ilmiah merupakan langkah ilmiah yang
ditempuh dalam memperoleh suatu kesimpulan. Langkah metode ilmiah antara lain:
menemukan masalah, menentukan pemikiran (Hipotesis), mengumpulkan fakta, menguji
Hipotesis dan membuat kesimpulan.
Hukum-hukum dan teori-teori dalam IPA bekan merupakan kebenaran mutlak.Teori-teori atau
hukum-hukum yang telah ditemukan dan diakui kebenrannya saat ini bisa saja gugur oleh
teori atau hukum dari penemuan berikutnya.Demikian seterusnnya sesuai perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknolgi yang digunakan dalam pengamatan penyelidikan dalam rangka
pengumpulan fakta dan teknologi percobaan yang digunakan. Selanjutnya, Lily Barlia (2003 :
4), menjelaskan bahwa, Terdapat dua komponen dalam IPA yakni: Pertama, IPA sebagai
salah satu proses dan IPA sebagai produk. Kedua, komponen itu merupakan satu kesatuan
yang tidak boleh diabaikan satu sama lain. Selanjutnya proses pembelajaran IPA harus
mampu mencakup kedua komponen tersebut.
Halaman | 6
Dengan memahami konsep IPA dan tujuan IPA maka kita akan mengembangkan proses
pembelajaran IPA sesuai dengan karakteristik materi, karakteristik lingkungan dan
perkembangan Siswa.
Mengembangkan pembelajaran IPA, harus mempertimbangkan dua komponen IPA yakni
sebagai proses dan produk. Pendekatan yang dipilih hendaknya berorientasi pada proses
belajar yang berpusat pada siswa (Learning- Centered). Strategi yang digunakan jelas
hendaknya sesuai dengan pendekatan diatas.Strategi pembelajaran mengacu pada
pembelajaran tidak langsung (Indirect Strategy).Maksudnya adalah bahwa pembelajaran
tidak menyajikan materi yang sudah jadi. Proses pembelajaran harus mengarah pada
penyelidikan untuk mencari dan menemukan (Inquiry Discovery). Dengan demikian maka
metode pembelajaran yang dipilih harus relevan dengan pendekatan dan strategi
Hal 5
pembelajaran IPA.Inilah karakteristik pembelajaran IPA.
Namun tentunya proses Inquiry Discovery Siswa SD berbeda dengan para ahli. Proses
Inquiry Discovery Siswa SD adalah proses terbimbing (Guidance Inquiry Guidance
Discovery). Maksudnya tidak sepenuhnya menyelidiki sesuatu yang belum diketahui, tapi
Siswa SD akan menyelidiki suatu konsep yang sebenarnya sudah ditemukan atau diketahui
oleh para ahli atau diketahui Guru dari para ahli.
Yang berkenaan dengan metode ilmiah pun dalam pembelajaran IPA untuk Siswa SD
dilaksanakan secara sederhana sesuai dengan pola pembelajaran yang direkomendasikan
SEQIP (Advokasi PBS SEQIP, 2006 : 36) antara lain :
1.
Memunculkan masalah, berupa pertanyaan singkat dan jelas berkaitan dengan meteri
yang akan dipelajari yang diperoleh dari fenomena nyata yang dimunculkan.
Memuat asumsi sementara, guru memancing asumsi Siswa tentang jawaban
2.
3.
4.
5.
Halaman | 7
Yang tidak kalah pentingnya untuk diperhatikan bahwa dalam merancang pembelajaran IPA
baik berkaitan dengan penyajian materi maupun siasat pembelajaran (pengkondisian proses
pembelajaran) di SD harus mempertimbangkan tingkat perkembangan kongnitiif dan
perkembangan mental sosial anak usia SD. Menurut Piaget (Nana Syahodin, 2004 : 153)
menjelaskan Perkembangan kongnitif Siswa usia SD berada pada tahap oprasional
kongkrit. Tahap ini memiliki karakteristik utama bahwa dalam anak belum memahami suatu
konsep abstrak secara langsung, tapi pemahaman akan dapat dengan mudah dicapai anak
melalui kongkritisasi. Pengunaan media pembelajaran yang kongkrit akan mudah
mengantarkan anak untuk memahami konsep-konsep formal yang abstrak. Oleh karena itu,
Agus Sujanto (1981 : 141) menyebut Masa usia usia sekolah dasar adalah masa realisme.
Kemudian dari sisi psikologi anak usia SD berada dalam masa bermain. Seperti dinyatakan
dalam teori kohnstamm, Agus Sujanto (1981 : 38).
Anak-anak dalam masa bermain ini akan melewati beberapa katagori bermain dari yang
paling sederhana hingga kompleks. Berturut-turut tahap permainan itu adalah tahap
permainan gerak dan fungsi, permainan, destruktif, permainan konstruktif, permainan
peranan (illusi), permainan reseptif dan permainan prestatif.
Guru harus dapat mengejawantahkan bentuk-bentuk permainan tersebut dalam pembelajaran.
Secara sederhana perwujudan yang dimaksud dapat terlihat dari pelaksanaan pembelajaran
Hal 6
C. PEMBELAJARAN IPA DI SD
Tujuan Mata Pembelajaran IPA SD/MI jelas tercantum dalam Lampiran Permendiknas
Nomor 22 tahun 2006, tentang Standar Isi bagian Kerangka Dasar Kurikulum, antara lain :
1.
2.
3.
4.
masyarakat (salingtemas).
Mengembangkan keterampilan
5.
proses
untuk
peenyelidikan
alam
sekitar,
melestarikan.
PAKEM
singkatan
dari
Pembelajaran
Aktif,
Kreatif,
Efektif
dan
Menyenangkan.
a. Pembelajaran Aktif
Halaman | 9
Halaman | 10
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
pembelajaran IPA materi Alat Pernapasan Manusia dan ternyata motivasi belajarnyapun
kurang.
Berdasarkan daya yang diperoleh melalui percobaan secara kuantitas kurang lebih ()%
Siswa kelas V SD.............. masih di bawah nilai ketuntasan belajar yang sudah ditetapkan
yaitu ()%.
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
Membahas atau berbicara tentang prosedur penenelitian tindakan kelas (PTK) berarti
membahas setting penelitian, persiapan penelitian, silabus penelitian, teknik pengumpulan
data dan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini.
A.
SETTING PENELITIAN
: SD .......................
2.
: Kelas V (Lima)
Sampel Penelitian
Halaman | 12
3.
Materi Pelajaran
4.
: Gaya Magnet
5.
6.
7.
8.
Nama peneliti
9.
Mitra peneliti
B.
PERSIAPAN PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, oleh karenanya penelitian ini tidak
direncanakan sejak awal, tetapi baru direncanakan setelah hasil dari proses belajar mengajar
di rasakan adanya masalah (kurang memuaskan).
Langkah-langkah persiapan setelah dirasakan adanya masalah yang perlu dipecahkan melalui
PTK ini adalah :
1.
Melakukan study awal dengan melakukan refleksi, yakni kegiatan diskusi dengan
beberapa orang Guru terkait dengan mitra peneliti membahas permasalahan yang
2.
C.
ditemakan.
Membuat rencana tindakan, meliputi :
a. Membuat rencana pembelajaran
b. Membuat kesepakatan dengan mitra
SIKLUS PENELITIAN
Halaman | 13
Jumlah siklus dalam PTK ini tidak ditentukan sejak awal tetapi sangat dipengaruhi oleh data
yang diperoleh dan hasil analisisnya.Apabila data yang diperoleh sudah memuaskan untuk
menjawab permasalahan penelitian, maka silabus penelitian dianggap selesai.
Halaman | 14
hasil tes yang dimaksud adalah hasil berupa nilai yang diperoleh melalui ujian post tes. Hasil
ini dapat dijadikan bahan perbandingan antara hasil post tes terdahulu dengan hasil post tes
berikutnya.
d) Catatan hasil refleksi
Adapun yang dimaksud catatan hasil refleksi adalah catatan yang diperoleh dari hasil refleksi
yang dilakukan dengan melaluai kegiatan diskusi antara peneliti dan mitra peneliti. Hasil
refleksi iniselain dijadikan bahan dalam penyusunan rencana tindakan selanjutnya juga dapat
digunakan sebagai sarana untuk mengetahui telah tercapai tujuan kegiatan ini.
Halaman | 15
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standar Nasional Pendidikan (2006), Panduan KTSP. Depdiknas-Jakarta
Departmen Pendidikan Nasional (2003). Undang Undang Nomor 23 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional, -Jakarta
Hidayat, Sholeh (2003). Media dan Sumber Pembelajaran. Makalah pada Diklat Guru
dan Kepala Sekolah Dindik Propinsi Banten
Mulyasa E. 2005. Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung:
Rosdakarya.
NN. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Dinas Pendidikan Nasional, Proses, Kencana
Pradana Media Jakarta.
Siaahan, Parsaoran (2004). Hakikat Pembelajaran IPA. Diklat Advolasi PBS IPA,
Depdiknas.
Tim Bina Karya Guru, 2005, Sain untuk Kelas V. Jakarta: Erlangga.
Wiraatmaja, Rochiati, Prof. Dr. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. UPI dan
Remaja Rosdakarya: Bandung.
Halaman | 16