Penelitian TindakanKelas
Oleh:
1. Buatlah pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah serta tujuan dan
manfaat penelitian
1.
BAB I
PENDAHULUAN
sekolah dasar. Pelajaran IPA juga termasuk salah satu pelajaran yang sering
yang sangat luas terkait kehidupan manusia yang memiliki tujuan untuk
memahami berbagai gejala alam, dan prinsipnya yang bermamfaat dan dapat
berfikir ilmiah secara kritis, kreatif, dan mandiri. Kompetensi mata pelajaran IPA
pada kelas I – III diintegrasikan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dan
(Trihastuti, 2008, dalam Neka, 2015). Kemampuan seperti itulah yang diharapkan
dapat tumbuh dalam diri siswa dalam pelajaran IPA Modern (Iskandar, 1997,
Namun ketika dilakukan observasi di kelas III SD Negeri Tanjung Ulu, saat
guru, tanpa diberi kesem]patan untuk mencari dan menemukan suatu yang dapat
dijadikan sebagai sumber pembelajaran. Hal ini dikarenakan tidak adanya media
yang digunakan, guru masi terpengaruh dengan metode pembelajaran KTSP 2006,
solusi yang dapat meningkatkan minat dan keaktifan siswa dalam pembelajaran
untuk mengalami langsung, sehingga hasil belajar siswa juga diharapkan dapat
meningkat. Ada berbagai cara yang dapat dilakukan dalam memperbaiki proses
dan keaktifan siswa dalam pelajaran IPA adalah model Discovery Learning,
penalaran, dan menemukan sesuatu untuk dirinya dalam memahami struktur dan
ide ide sehingga siswa akan belajar menemukan sendiri, mengordinasikan dan
tersebut tersimpan lama dalam ingatan siswa (Fitri, 2015, dalam Bahri, 2018).
Model discovery learning merupakan suatu model pembelajaran yang
bertujuan melatih siswa untuk menentukan konsep secara mandiri. Peran aktif
Budiastuti 2018, Prayitno dan Dian 2017, Amyani, Kusumatuty 2017) setelah
menemukan sendiri pengetahuan tersebut sehingga siswa aktif dan kreatif dalam
proses pembelajaran.
penulis merasa tertarik untuk melakuka penelitian dengan judul “Penerapan model
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka yang
dan perkembangan makhluk hidup di kelas III SD Negeri Tanjung Ulu”, adalah:
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah (1) untuk mengetahui
perkembangan makhluk hidup di kelas III SD Negeri Tanjung Ulu dan (2) untuk
D. Manfaat Penelitian
di sekolah, (2) Bagi instansi terkait dapat memberikan masukan dalam mengambil
yang sesuai dengan materi pelajaran, (2) Siswa, dapat lebih aktif dalam proses
baru yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran sebagai tenaga pendidik, (4)
2. Kajian Pustaka
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah tentang garis besar dari
siswa kelas III SD Negeri Tanjung Ulu masih memiliki semangat yang relativ
Dalam hal ini mereka kurang tertarik untuk mencari informasi pelajaran yang
mereka butuhkan, karena ketergantungan mereka pada penjelasan guru saat proses
keaktifan siswa dalam pembelajaran, dan model yang tepat untuk mengatasi
teman kelompok lain (2) terjadinya komunikasi tatap muka baik sesama
kelompok, maupun kelompok lain (3) akan menimbulkan rasa kepuasan batin
yang dapat mendorong ingin malakukan penemuan lagi sehingga minat belajarpun
meningkat dan akan terjadinya komunikasi dan interaksi yang positif sesama
siswa.
learning merupakan sebuah model yang berpusat pada siswa, guru memberikan
siswa akan lebih dapat memahami dan mengingat konsep dan pengetahuan yang
dipelajari sendiri, sehingga ssiswa katif mencari informasi yang di perluakn dan
Implementasi model
pembelajaran discovery
Diskusi Pemecahan
learning. Hosnan (2014)
Masalah
Gambar 2.1:
(Kerangka Pemikiran)
B. Model Discovery Learning
model pembelajaran yang dipandang dapat membantu guru dalam proses belajar
mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi metode atau prosedur.
pembelajaran. Model pengajaran merupakan hasil dari perjuangan guru yang telah
Menurut Joyce dan Weil dalam Sagala (2019) “model mengajar adalah
Selanjutnya Joyce, Weil, dan Calhoun dalam sagala (2009) juga telah
model pengajaran personal (the personal family) (4) Kelompok model pengajaran
menitik beratkan pada aktifitas siswa dalam belajar. Menurut Herdi (2010: 78)
Tiga ciri utama belajar penemuan (discovery learning) adalah: (1) siswa terlibatan
dalam proses belajar (2) guru hanya berperan sebagai petunjuk (guide) dan
pengarah bagi siswa untuk mencari informasi (3) proses belajar mengajar
ada dengan pengetahuan yang baru. (3) Pembelajaran berpusat pada siswa.
Menurut kristin ciri utama dari model discovery learning adalah (1)
menurut Sagala (2009) adalah materi atau bahan pelajaran yang akan disampaikan
tidak disampaikan dalam bentuk final akan tetapi siswa sebagai peserta didik
apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir.
sebuah bahan ajar pada suatu bidang studi tertentu maka tidak semua materi
dengan penemuan, siswa belajar menemukan pola dalam situasi konkret maupun
abstrak, juga siswa banyak meramalkan informasi tambahan yang diberikan. (3)
Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan
kerja bersama yang lebih efektif, saling membagi informasi, serta mendegar dan
menggunakan ide-ide orang lain. (5) Terdapat beberapa fakta yang menunjukkan
dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam beberapa kasus, lebih mudah
ditransfer untuk aktivitas baru dan diaplikasikan dalam situasi belajar yang baru.
belajar menemukan pola dalam situasi konkrit maupun abstrak, juga siswa banyak
belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan menggunakan
siswa yang mandiri dan aktif dalam pembelajaran, dimana dalam model
pembelajaran tersebut siswa dituntut untuk menemukan prinsip dan konsep secara
sebagai berikut:
makna. (3) Discovery learning merupakan suatu model pemecahan masalah. (4)
Dengan sejumlah transfer langsung, maka kegiatan discovery learning akan lebih
mudah diserap oleh anak didik dalam memahami kondisi tertentu yang berkenaan
kesempatan bagi anak didik untuk terlibat langsung dalam kegiatan belajar.
minat dan keaktifan siswa serta memiliki daya ingat karena siswa mengalami
langsung proses penemuan yang dapat menciptakan kepuasan dalam diri siswa
penemuan berikutnya.
Guru merasa gagal mendeteksi masalah dan adanya kesala pahaman antara guru
dengan siswa. (2) Menyita pekerjaan guru. (3) Tidak semua siswa mampu
melakukan penemuan. (4) Tidak berlaku untuk semua topik. (5) Berkenaan
dengan waktu, strategi discovery learning membutuhkan waktu yang lebih lama
daripada ekspositori. (6) Kemampuan berfikir rasional siswa ada yang masih
pada suatu kesimpulan. (8) Faktor kebudayaan atau kebiasaan yang masih
menggunakan pola pembelajaran lama. (10) Tidak semua siswa dapat mengikuti
C. Keaktifan Siswa
proses belajar mengajar maka diperlukan keaktifan yang baik dari semua pihak
khususnya siswa itu sendiri karena salah satu pengajaran yang berhasil dilihat dari
kadar kegiatan belajar. Semakin tinggi kegiatan yang dilakukan siswa maka
fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang
seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar peserta didik terlibat secara aktif,
baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran (Mulyasa, 2002).
belajar merupakan segala kegiatan yang bersifat fisik maupun non fisik siswa
dalam proses kegiatan belajar mengajar yang optimal sehingga dapat menciptakan
keterlibatan secara mental (intelektual dan emosional) siswa yang dalam beberapa
hal atau kegiatan disertai dengan keaktifan fisik dan psikis (kejiwaan). Suasana
siswa merasa dirinya berharga dan setiap pendapat atau perbuatannya layak
mmendapat apresiasi dari guru dan teman-temannya. Hal yang paling utama
menjadi pemicu keaktifan siswa didalam kelas adalah munculnya rasa ingin tahu,
Nana Sujana (2004: 61) berpendapat keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal
beriku:
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa indikator keaktifa siswa dapat
dinilai dari melaksanakan tugas dari guru, bertanya, mencari informasi yang
diperlukan, ikut berdiskusi dalam kelompok, mencoba secara terus menerus, dan
Acuan pengamatan keaktifan ini antara lain kegiatan siswa dalam proses
berjalan dengan baik dan keaktifan di dalam kelas juga semakin meningkat.
materi yang terintegrasi dan dipadukan pada suatu tema. Menurut Depdiknas
dalam Trianto (2011, dalam Hidayah, 2015) yang dimaksud dengan pembelajaran
pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan
tema-tema tertentu. Dalam pembahasannya tema itu ditinjau dari berbagai mata
pelajaran.
tematik menurut Hernawan (2011, dalam Yuningsih, 2014) yaitu: (1) Berpusat
pada siswa (student centered), peran guru lebih banyak sebagai fasilitator yaitu
experiences), siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar
untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak. (3) Pemisahan antar mata pelajaran
menjadi tidak begitu jelas, fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan
tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa. (4) Menyajikan
siswa dapat memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. (5) Bersifat luwes
(fleksibel), sebab guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran
dengan mata pelajaran yang lainnya. (6) Hasil pembelajaran dapat berkembang
sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, siswa diberi kesempatan untuk
Daur hidup adalah seluruh tahap perubahan yang dialami mahluk hidup
metamorfosis dan ada yang tidak. Metamorfosis adalah tahap perubahan bentuk
yang sangat berbeda yang dialami hewan sejak menetas sampai dewasa. Berikut
dibandingkan pada saat lahir. Hewan yang mengalami daur hidup metamorfosis
dengan makan dedaunan. Ulat makan selama berhari-hari, tetapi lama kelamaan
makin sedikit. Gerakan ulat makin lama makin lambat. Akhirnya, ulat berhenti
Walaupun tidak makan dan tampak tidak bergerak, ulat itu tidak mati. Ulat
segera membuang sarang dari air liurnya. Air liurnya mengeras membentuk bahan
semacam benang sutra. Benang-benang itu melekat pada daun atau batang dan
menutup seluruh tubuh ulat. Keadaan ulat yang terbungkus disebut kepompong
Gambar 2.2
Katak berkembang biak dengan bertelur. Daur hidup katak dimulai dari telur
yang berada di air. Telur menetas menjadi kecebong (berudu). Pada kecebong
akan tumbuh sepasang kaki belakang, lalu tumbuh kaki depan. Katak berekor lalu
tumbuh menjadi katak mudah dan menjadi katak dewasa yang tidak berekor.
Gambar 2.3
kosakata yang sudah kamu ketahui artinya untuk menceritakan daur hidup hewan .
F. Penelitian Relevan
bukanlah suatu kajian yang baru dalam penelitian ilmiah, sudah ada penelitian
sejenis yang mengacu pada hal ini. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh:
digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dan dilaksanakan sebanyak dua
hanya 22, 73%, kemudian setelah di lakukan tindakan pada siklus I mengalami
peningkatan dengan rata-rata sebesar 54, 55%, dan pada siklus II nilai rata-rata
keaktifan siswa sebesar 81, 82%. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa dengan
menggunakan model discovery learning, yaitu lebih tinggi dari kelompok lain
yang tidak menggunakan model discovery learning. Data hasil ketuntasan belajar
kelas X pada meteri kalor, menemuka hasil analisis data yang diperoleh dari hasil
tes yang diberikan pada siswa, rata-rata hasil keterampilan berfikir kritis setelah
sebesar 0,33. Hasil dari keterampilan berfikir siswa diperoleh peningkatan dengan
kategori sedang pada rentang 0,3≤< g > <0,7. Diharapkan hasil penelitian ini
agar terlaksana secara efektif dan afesien. Proses pembelajaran pada setiap satuan
perkembangan minat dan bakat serta perkembangan fisik dan psikologi peserta
berpengaruh terhadap proses belajar yang efektif. Setiap satuan pendidikan harus
proses belajar yang efektif. Sesuai salinan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu
direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan
efisien.
Penelitian ini penting untuk dilaksanakan mengingat selama ini belum ada
secara kualitatif pada lokasi penelitian tersebut. Hasil penelitian ini dapat
dijadikan sebagai rujukan bagi guru terutama penelit sebagai wali kelas dalam
BAB III
METODE PENELITIAN
perkembangan makhluk hidup di kelas III SD Negeri Tanjung Ulu dan untuk
peningkatan kualitas belajar tema di kelas III SD Negeri Tanjung Ulu. Dalam
Dalam konteks proses belajar mengajar, penelitian tindakan kelas menurut Burns
(2010) adalah:
dalam kelas melalui pendekatan refleksi diri yang kritis dan sistimatik dalam
Gambar 3.1
Dari 4 tahapan penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan McTaggart (1988),
1. Perencanaan (planning)
sebelum melakukan sesuatu. Dengan perencanaan yang baik peneliti akan lebih
muda untuk mengatasi kesulitan dan mendorong untuk bertindak dengan lebih
2. Tindakan (acting)
memberikan respon terhadap semua perilaku peserta didik sesuai dengan tujuan
penelitian ini. Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk siklus. Dalam satu siklus
untuk mengetahui hasil dari tindakan. Jika tindakan yang diberikan belum
terlihat keaktifan siswa dalam pembelajaran, maka akan dilakuka perbaikan pada
tema menjadi lebih efektif dan bermutu sehingga siswa aktifan dalam
pembelajaran.
3. Pengamatan (Observation)
lembar observasi yang telah disiapkan dan mencatat kejadian-kejadian yang tidak
terdapat dalam lembar observasi dengan membuat lembar catatan lapangan dan
4. Refleksi (reflecting)
Pada tahap ini peneliti melakukan evaluasi diri mengunakan “catatan guru”
dari pelaksanaan tindakan pada siklus I yang telah dilaksanakan, yang digunakan