OLEH
RAMLI
NIP. 196707271995031002
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN
aktif secara fisik dan mental. Secara fisik pembelajaran yang aktif ini dapat di
tandai secara kasat mata yang disebut dengan “ learning by doing”. Siswa juga di
tuntut untuk menggunakan pemikiran yang kreatif sehingga apa yang di pahami
dan di kuasainya menjadi lebih mantap dan dapat menjadi panduan yang
dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. 2
yang di dasarkan pada prinsip-prinsip ilmiah baik proses, produk, maupun sikap
yang diperoleh alam dengan cara yang terkontrol. 3 Melalui pembelajaran Akidah
1
. Rahmah Johan Pembelajaran Matematika SDI. (B. Aceh: Unsiyah dan IAIN AR-Raniry, 2007). h. 2.
2
.Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif (Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2009), h. 17.
3
. Asyari Muslichah. Penerapan Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional,
2006), h. 7
mengembangkan wawasan dan keterampilan dalam memahami teknologi, yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari. Sehingga Akidah Akhlak sangat penting dikuasai siswa di
sekolah dalam mengembangkan tata cara berfikir dan menggunakan logika dalam
Keberhasilan proses pembelajaran Akidah Akhlak juga tidak terlepas dari kesesuaian
model yang dipilih guru dalam proses belajar mengajar di kelas. Ketepatan dalam pemilihan
model merupakan kesesuaian antara karakteristik materi dan karakteristik siswa baik secara
psikologis maupun jasmani dan untuk itu diperlukan keahlian seorang guru dan keterampilan
dalam menentukan strategi serta model yang akan diterapkan. Karena kesalahan dalam
yang berimbas pada tidak maksimalnya pencapaian materi dan tujuan. 4 Oleh karena itu,
siswa, dimana siswa usia MI/SD masih senang bermain, sehingga pembelajaran itu harus
dapat membuat siswa aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Kegiatan pembelajaran yang
Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih
model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikan. 5 Model
pembelajaran juga dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar
tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar
dalam merencanakan aktifitas belajar mengajar. 6 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran adalah pedoman bagi guru dalam merencanakan aktifitas proses belajar
mengajar untuk mencapai tujuan belajar. Salah satu model pembelajaran yang dapat
digunakan untuk mencapai tujuan tersebut adalah model inkuiri.
4
Rudi Budiman, Konsep Dasar AKIDAH AKHLAK I. ( Jakarta : Departemen Agama RI, 1999). h. 1.
5
Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 133
6
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif (Konsep, Landasan, dan Implementasinya
pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),.....h.22
Penerapan model inkuiri sangat berkaitan dengan teori belajar konstruktivisme
yang berkembang atas dasar psikologi perkembangan kognitif dari Jean Piaget dan teori
scaffolding (penyediaan dukungan untuk belajar dan memecahkan masalah). Kedua ahli
tersebut menyatakan perubahan kognitif seseorang hanya akan terjadi jika konsep awalnya
mengalami proses ketidak-seimbangan dengan adanya informasi baru. Titik berat teori
Model inkuiri juga menuntut guru untuk sengaja memilih peristiwa yang
menimbulkan keheranan siswa sehingga siswa tertarik untuk memikirkannya, dan dapat
suatu pemahaman konsep berdasarkan penemuannya. 8 Hal ini akan berdampak pada
peningkatan prestasi siswa. Belajar melalui inkuiri akan melibatkan siswa dalam proses
dimiliki sebelumnya dengan ide-ide baru didapatkan. Dalam inkuiri, siswa dimotivasi
untuk terlibat langsung atau berperan aktif secara fisik dan mental dalam kegiatan
pembelajaran.
7
Dedi Holden Simbolon, Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Eksperimen Riil Dan
Laboratorium Virtual Terhadap Hasil Belajar Siswa.Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 21, Nomor 3,
Desember 2015, Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED), h. 303.
8
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif (Konsep, Landasan, dan Implementasinya
pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),.....h.166.
kritis, logis, dan analisis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuan dengan
penuh percaya diri.
Selama inkuiri, guru dapat mengajukan suatu pertanyaan atau mendorong siswa
mengajukan pertanyaan-pertanyaan mereka sendiri, yang dapat bersifat open-ended, memberi
peluang siswa untuk mengarahkan penyelidikan mereka sendiri dan menemukan jawaban-
jawaban yang mungkin dari mereka sendiri, dan mengantar pada lebih banyak pertanyaan
lain. Inkuiri adalah apa yang dilakukan para ilmuwan, yang berarti siswa memiliki ruang,
peluang, dan dorongan untuk bekerja (hands-on, minds-on, dan sosials-on) dalam cara formal
dan sistematik yang teruji dan terulangi dalam membangun body of information yang
bermakna.
Dalam pengamalan sains sebagai inkuiri, siswa belajar bagaimana menjadi ilmuwan,
tidak hanya sekedar belajar melalui penghafalan-pengulangan dan pedrillan-penerapan
berulang body of facts and concepts.
Inkuiri menyediakan siswa beraneka ragam pengalaman konkrit dan pembelajaran aktif yang
mendorong dan memberikan ruang dan peluang kepada siswa untuk mengambil inisiatif
dalam mengembang keterampilan pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan
penelitian sehingga memungkinkan mereka menjadi pebelajar sepanjang hayat.
Inkuiri melibatkan komunikasi yang tersedia suatu ruang, peluang, dan tenaga bagi siswa
untuk mengajukan pertanyaan dan pandangan yang logis, obyektif, dan bermakna, dan untuk
melaporkan hasil-hasil kerja mereka.
Inkuiri memungkinkan guru belajar tentang siapakah siswa mereka, apa yang siswa
ketahui, dan bagaimana pikiran siswa mereka bekerja, sehingga guru dapat menjadi fasilitator
yang lebih efektif berkat adanya pemahaman guru mengenai siswa mereka.
Selama inkuiri, guru belajar untuk selalu menggigit lidahnya, artinya mengekang diri agar
tidak memberikan terlalu banyak petunjuk, pertanyaan, dan jawaban, karena hal itu akan
merebut kesempatan siswa untuk belajar. Inkuiri menghendaki siswa untuk mengambil
tanggung jawab atas pendidikan mereka sendiri. Metode inkuiri ditempuh dengan
menerapkan lima langkah dalam kegiatan pembelajaran (Eggen & Kauchack, dalam Farcis,
2001)
Oleh sebab itu dalam pembelajaran inkuiri peran guru adalah menjadi fasilitator
dalam proses pembelajaran. Bukan memberikan informasi atau ceramah kepada siswa. Guru
juga harus memfokuskan pada tujuan pembelajaran, yaitu mengembangkan tingkat berpikir
yang lebih tinggi dan keterampilan berpikir kritis siswa.
Setiap pertanyaan yang diajukan siswa sebaiknya tidak langsung dijawab oleh guru, namun
siswa diarahkan untuk berpikir tentang jawaban dari pertanyaan tersebut, maka dari itu, guru
juga harus mengetahui berbagai keterampilan dalam mengajar.