PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berkembangnya zaman terutama memasuki era teknologi 4.0 dan society
5.0 menuntut berbagai pergerakan dan kemajuan di semua bidang. Bidang
pendidikan pun tidak boleh luput untuk ikut berbenah. Kelompok kecil bagian
pendidikan yang harus berbenah adalah kelas. Kelas merupakan entitas kecil
dalam bidang pendidikan yang justru menjadi ujung tombak terhadap perubahan
pendidikan. Di dalam kelaslah terjadi proses transfer pengetahuan dari pendidik
kepada peserta didik.
Namun, proses transfer pengetahuan tersebut dapat terganggu jika model
penyampaian yang digunakan tidak pas, bahkan monoton. Model yang tidak pas
dan monoton akan menyebabkan ilmu yang disampaikan tidak dapat dipahami
dengan baik. Kenyataannya selama ini kegiatan belajar yang dilaksanakan oleh
sebahagian besar pendidik hanya berpusat pada guru (teacher centered). Dalam
pembelajaran ini guru banyak memberi informasi, siswa kurang diberi waktu
untuk mengemukakan ide-ide, memberi pengalaman - pengalaman abstrak,
kurang memberi waktu untuk memecahkan masalah, serta pembelajaran
homogen. Akibatnya penelitian yang dilakukan Oleh PISA terhadap kemampuan
literasi membaca, matematika dan sains siswa yang berusia 15 tahun di
SMP/MTs/SMA/MA/SMK tahun 2003. Indonesia berada di urutan ke 40 dari 40
negara. Penelitian yang sama dilakukan oleh TIMSS kemampuan matematika dan
sains siswa kelas VIII SMP/MTs tahun 2003 Indonesia berada di urutan 34 dari
45 negara. untuk IPA, skor rata-rata siswa Indonesia hanya 395, sementara
Thailand 429, Singapura 473, Malaysia 510. (Sukma, Komariyah, and Syam
2016)
Keadaan ini tentu bukan hal yang diharapkan oleh pendidik maupun para
peserta didik. Oleh karena itu, upaya perbaikan dalam pembelajaran bukan lagi
sebuah keharusan, melainkan sebuah kebutuhan. Penerapan model dalam
pembelajaran diyakini dapat menjadi jalan dalam melakukan perubahan
pelaksanaan PBM di dalam kelas, agar peserta didik dapat mebangun kreatifitas
dan menbangun cara berpikir kritis, berkolaborasi dan berkomunikasi.
B. Rumusan Masalah
1 Bagaimana hakekat Inqury learning?
1. Apa yang menjadi ciri-ciri dari model Inqury learning?
2. Apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan dari model Inqury
learning?
3. Bagaimana mengaplikasikan langkah-langkah (sintaks) model Inqury
learning?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana hakekat Inqury learning?
2. Untuk mengetahui apa yang menjadi ciri-ciri dari model Inqury
learning?
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari model Inqury
learning?
4. Untuk mengetahui cara mengaplikasikan langkah-langkah (sintaks)
model Inqury learning?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakekat Model Inquiry Learning
Era pembelajaran abad 21 menuntut guru untuk mengajarkan kepada siswa
mengenai bagaimana belajar dan bagaimana memproses informasi sehingga
peserta didik memiliki kemampuan dan keterampilan untuk berpikir kritis,
berkolaborasi, berkomunikasi dan kreatif yang lebih dikenal dengan keterampilan
4C. Lebih lanjut, hal ini dapat dirinci menjadi apa yang akan diajarkan, bagaimana
hal tersebut diajarkan, bagaimana kondisi siswa dan pandangan baru apa yang
dapat diberikan. Salah satu model pembelajaran yang dapat dilaksanakan untuk
memenuhi kebutuhan tersebut adalah model pembelajaran inkuiri.
Inquiry berasal dari bahasa inggris yang berarti : pertanyaan, pemeriksaan,
penyelidikan. Menurut Kuslan & Stone bahwa inkuiri adalah : Pengajaran dimana
guru dan siswa mempelajari peristiwa-peristiwa ilmiah dengan pendekatan dan
jiwa para ilmuwan. Sund & Trow Gridge (1973) mengatakan bahwa inkuiri
adalah proses menemukan dan menyelidiki masalah, menyusun hipotesa,
merencanakan eksperimen, mengumpulkan data, dan menarik kesimpulan hasil
pemecahan masalah. W. Gelly (1984) berpendapat bahwa inkuiri merupakan
suatu kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan
siswa untuk mencari dan meyelidiki secara sistematik, kritis, logis, dan analisis
sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya
diri. Sedangkan Oemar Hamalik (1999) menyampaikan bahwa inkuiri adalah
suatu strategi yang berpusat pada siswa dimana kelompok-kelompok siswa ke
dalam suatu persoalan atau mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan di
dalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang digariskan secara jelas..
(Dwiyanti and Si n.d.)
Model inkuiri tersebut saat diaplikasikan dalam proses pembelajaran tidak jauh
berbeda dengan langkah-langkah kerja ilmiah yang ditempuh oleh para ilmuwan
dalam menemukan sesuatu atau melakukan penelitian sebagaimana pendapat
Joyce & Weil tersebut di atas.
(Strategi Belajar Mengajar di Sekolah Dasar, Nanik Kusumawati, Endang Sri Maruti, CV
AE Media Grafika, Magetan jawa timur Maret 2019
SISTEM SOSIAL
PRINSIP REAKSI
SISTEM PENDUKUNG
Sarana pembelajaran yang diperlukan adalah berupa materi konfrontatif yang
mampu membangkitkan proses intelektual, strategi penelitian, dan masalah yang
menantang siswa untuk melakukan penelitian.
Reaksi yang paling penting dari guru terjadi selama fase kedua dan ketiga. Selama
fase kedua tugas guru adalah membantu siswa untuk bertanya tetapi tidak
melakukan penyelidikan untuk mereka. Jika guru ditanya pertanyaan yang tidak
dapat dijawab oleh ya atau tidak, dia harus meminta siswa untuk ulang kata-kata
pertanyaan sehingga untuk lebih lanjut upaya mereka sendiri untuk
mengumpulkan data dan menghubungkannya dengan situasi masalah. Guru dapat,
jika perlu, menjaga penyelidikan bergerak dengan membuat informasi baru
tersedia untuk kelompok dan dengan berfokus pada peristiwa masalah tertentu
atau dengan mengajukan pertanyaan. Selama fase terakhir, tugas guru adalah
untuk menjaga penyelidikan yang diarahkan pada proses penyelidikan itu sendiri.
DAMPAK PENGIRING
Sebagai dampak pembelajaran dalam model ini adalah strategi penelitian dan
semangat kreatif. Sedangkan dampak pengiringnya adalah hakikat tentatif
krilmuan, keterampilan proses keilmuan, otonomi siswa, toleransi terhadap
ketidakpastian dan masalah-masalah non rutin.
DAFTAR PUSTAKA
Dwiyanti, Dra Gebi, and M Si. “NKUIRI Dra. Gebi Dwiyanti, M.Si. Jurusan
Pendidikan Kimia Universitas Pendidikan Kimia.”
Simbolon, Dedi Holden, and Sahyar --. 2015. “Pengaruh Model Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing Berbasis Eksperimen Riil Dan Laboratorium Virtual
Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa.” Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan
21(3): 299.
Ulandari, Nelpita, Rahmi Putri, Febria Ningsih, and Aan Putra. 2019. “Sukma1.”
Jurnal Cendekia : Jurnal Pendidikan Matematika 3(2): 227–37.