Anda di halaman 1dari 77

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah upaya sadar dan antisipasi untuk menyelenggarakan

kondisi belajar dan proses pembelajaran sedemikian rupa sehingga peserta didik

yang terbaik memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

individualitas, kebijaksanaan, akhlak mulia, dan menjadi diri sendiri dan

diperlukan untuk keterampilan masyarakat.

Konsep dan Makna Pembelajaran, 2013 : Pendidikan adalah proses belajar

seseorang yang memungkinkan mereka untuk berkembang dan mengembangkan

semua potensi dan sumber daya yang dimiliki seseorang. Peran pendidikan dalam

menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas sangat penting. Pendidikan

memungkinkan semua warga negara untuk meningkatkan kecerdasan,

keterampilan, dan kemampuan pribadinya untuk melindungi determinan dan

faktor tersebut yang tidak dapat dipisahkan dari peran guru atau pendidikan. Baik

itu pemerintah, masyarakat maupun penyelenggara pendidikan, fakta bahwa

pendidikan sangat penting harus selalu diperhatikan dalam proses pembangunan.

Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, pemerintah

telah berusaha menerapkan berbagai cara untuk meningkatkan sektor pendidikan,

khususnya kurikulum. Saat itu, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan

Teknologi Republik Indonesia meluncurkan kurikulum, yaitu kurikulum 2013.

Inti dari program 2013 adalah mempersiapkan peserta didik menjadi individu dan
warga negara yang produktif, efektif, inovatif, kreatif dan produktif dalam

masyarakat masa depan.

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 (dalam Muzamiroh 2013: 19) “Kurikulum

adalah seperangkat rencana dan lingkungan yang berkaitan dengan tujuan, isi dan

bahan pembelajaran serta metode yang digunakan sebagai pedoman

pengembangan kegiatan pembelajaran untuk mencapai pendidikan tertentu”.

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang baru diperkenalkan di sekolah

dasar. Kurikulum 2013 menggunakan pembelajaran terkait mata pelajaran di

seluruh proses pembelajaran. Majid (2014:80) menunjukkan bahwa pembelajaran

tematik adalah mata pelajaran yang komprehensif yang menggabungkan mata

pelajaran tertentu secara tematik untuk berbagi pengalaman berharga dengan

siswa. Agar berhasil, guru perlu menciptakan pengalaman belajar yang interaktif

dan menarik.

Keberhasilan pembelajaran dalam memenuhi standar kompetensi tergantung

pada pemahaman guru terhadap implementasi kurikulum. Berhasil tidaknya

pembelajaran topik terutama tercermin dari hasil belajar siswa yang menguasai

kurikulum guru. Hasil belajar, biarkan guru mengetahui berapa banyak siswa

setelah menerima pelajaran yang diajarkan oleh guru.

Pelaksanaan pembelajaran tematik di Sekolah Dasar gugus V Kecematan

Percut Sei Tuan telah terbukti menjadi banyak kendala, termasuk: dalam

penerapan pelatihan guru, semua sensorik dan terbatas instrumen tidak optimal

digunakan digunakan untuk mendukung proses belajar dengan cara belajar kurang

menarik dan memperhatikan cara berpikir, aktivitas dan kreativitas siswa selama
proses pembelajaran, untuk belajar kurang menarik dan perhatian mentalitas,

Kegiatan dan kreativitas siswa selama proses pembelajaran ini akan membuat

siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa cenderung bosan

ketika pembelajaran dilakukan. Bahkan, masih banyak siswa yang nilainya kurang

dari KKM. Kurangnya siswa hasil belajar dapat dilihat oleh hasil belajar sebagai

proses pembelajaran masih terfokus pada guru, dan kurang memperhatikan

penggunaan mengajar dan model pembelajaran sehingga siswa menjadi kurang

antusias untuk memperhatikan proses pembelajaran.

Menyikapi permasalahan di atas, diperlukan solusi untuk meningkatkan hasil

belajar siswa. Solusi untuk meningkatkan hasil belajar adalah guru harus mampu

memilih dan menerapkan model pembelajaran untuk memotivasi siswa

berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan mengintegrasikan aktivitas siswa ke

dalam pembelajaran. Konteks akan memungkinkan siswa untuk memahami materi

yang diberikan oleh guru dan mencapai tujuan pembelajaran mereka.

Model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja dan

hasil belajar siswa adalah Model Pembelajaran SAVI.

Menurut Shoimim (2018: 177-178), model pembelajaran SAVI merupakan

model pembelajaran yang menekankan bahwa pembelajaran harus menggunakan

seluruh indera siswa. SAVI adalah singkatan dari Somatic, yang berarti gerakan

fisik yang dipelajari melalui pengalaman dan tindakan; auditory, yang berarti

pembelajaran harus dilakukan melalui mendengarkan, mendengarkan, berbicara,

menunjukkan, berdebat, mengungkapkan pendapat dan menanggapi; visualisasi

mengacu pada mengamati dan menggambar, demonstrasi, membaca, penggunaan


media dan bahan ajar menggunakan panca indera mata, serta inteligensi, yang

berarti memusatkan perhatian pada pembelajaran keterampilan berpikir, dan

melalui penalaran, penyelidikan, identifikasi, penemuan, penciptaan, konstruksi,

dan solusi. Dan terapkan. Model pembelajaran SAVI ini tidak hanya berfokus

pada guru, tetapi juga siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.

Dari permasalahan yang diangkat di latar belakang, maka peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian yang berjudul “ Persepsi Guru Tentang Model

Pembelajaran SAVI dalam Proses Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar Dugus

V Kecematan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari permasalahan yang diangkat di latar belakang, maka dapat

diindentifikasi sebagai berikut:

1. Kurangnya intensif guru dalam menggunakan model pembelajaran.

2. Kurang beragamnya penggunaan model pembelajaran oleh guru.

3. Pembelajaran tidak mengembangkan pemikiran, aktivitas dan kreativitas

siswa dalam proses pembelajaran.

4. Terbatasnya media yang digunakan untuk mendukung proses

pembelajaran.

5. Beberapa guru belum menerapkan model pembelajaran inovatif, seperti

SAVI (Somatic, Auditory, Visualization Intelectualy ).

6. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru belum optimalnya memanfaatkan

semua alat indera.


7. Kurang ketersediaan sumber belajar dengan bahan dan evaluasi yang

mengembangkan keterampilan analisis masalah.

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan hasil identifikasi masalah di atas, maka permasalahan dalam

penelitian ini dibatasi pada persepsi guru tentang pelaksanaan model

pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visualization Intelectualy) dalam proses

pembelajaran tematik di Sekolah Dasar gugus V Kecematan Percut Sei Tuan

Kabupaten Deli Serdang Tahun Ajaran 2020/2021.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pengenalan pertanyaan di atas, maka rumusan

penelitian ini adalah “Bagaimana persepsi guru terhadap model pembelajaran

SAVI (Somatic, Auditory, Visualization Intelectualy)) dalam proses pembelajaran

tematik di SD Gugus V Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

Tahun Ajaran 2020/2021? “

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk mengetahui persepsi guru

tentang model pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visualization Intelectualy)

dalam proses pembelajaran tematik di Sekolah Dasar gugus V Kecematan Percut

Sei Tuan.
1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan agar bermanfaat bagi pihak antara lain :

1. Manfaat bagi siswa

Guru dengan persepsi yang baik menggunakan metode SAVI

(Somatic, Audory, Visualization, Intelectualy) untuk pembelajaran

tematik, dan melalui kombinasi latihan fisik dan aktivitas intelektual,

mereka dapat sepenuhnya meningkatkan kecerdasan sistem siswa,

sehingga menghasilkan yang lebih baik, lebih menarik, dan lebih efektif

belajar.

2. Manfaat bagi guru

Pendekatan SAVI (Stomatic, Auditory, Visualization, Intelectualy)

bisa menjadi solusi bagi guru dalam menemukan pendekatan yang tepat

bagi peserta didik untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal.

3. Manfaat bagi sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam

peningkatan kualitas pengetahuan dan pendidikan.

4. Manfaat bagi peneliti

Penelitian ini memberikan kontribusi pemahaman yang mendalam

tentang penerapan model pembelajaran SAVI dalam pembelajaran topik.


BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Persepsi Guru

2.1.1 Pengertian Persepsi Guru

Arti persepsi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sebagai

reaksi langsung (penerimaan) terhadap sesuatu. Istilah persepsi sering digunakan

untuk menyatakan pengalaman benda atau peristiwa hidup. Oleh karena itu,

secara umum, perlu memahami pandangan sendiri tentang hal-hal tertentu yang

akan bereaksi terhadap gaya perdagangan dan gaya perdagangan seseorang.

Menurut Slameto (2016:102) persepsi adalah proses memasukkan informasi

atau informasi ke dalam otak manusia, dan persepsi manusia secara terus menerus

mereplikasi hubungannya dengan lingkungan. Persepsi lingkungan adalah proses

di mana individu mengatur dan menafsirkan kesan indera mereka untuk

memberikan makna lingkungan (Robbins, 2003: 77). Sementara itu, menurut

Walgito (2003: 84), proses persepsi, proses aktual di mana orang mengalami

rangsangan melalui inderanya, disebut juga proses sensorik.

Dari sudut pandang di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah proses

memahami atau memberi makna terhadap informasi stimulus yang diperoleh

dengan mempersepsikan objek suatu peristiwa atau hubungan, dan stimulus

tersebut diteruskan dan diproses oleh otak.


Menafsirkan informasi sensorik untuk mendapatkan gambaran yang dapat

dimengerti. Oleh karena itu, persepsi guru dalam penelitian ini adalah respon guru

terhadap model pembelajaran SAVI dalam proses pembelajaran mata pelajaran.

2.1.2 Faktor Yang Berpengaruh Pada Persepsi

Ada banyak faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat, yaitu internal dan

eksternal.

1. Internal

Faktor Internal adalah sebuah faktor, memberikan dari apa yang

diciptakan dan ditemukan seseorang dan kemudian berguna bagi orang

lain. Pada halaman faktor internal yang mempengaruhi persepsi adalah

usia, pendidikan, dan pekerjaan.

a. Usia

Usia adalah umur seseorang dari lahir sampai dengan ulang tahun.

Semakin tua seseorang, semakin matang dan produktif seseorang

dalam berpikir dan bekerja. Semakin tua seseorang, semakin

konstruktif mereka untuk menggunakan pengetahuan yang mereka

peroleh (Nursalam, 2003). Usia sangat mempengaruhi tingkat

pengetahuan dan pengalaman seseorang.Semakin tua seseorang,

kedewasaan dan kekuatannya . Seseorang akan menjadi lebih matang

dalam berpikir dan bekerja (Nursalam & Pariani, 2001).


b. Pendidikan

Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa orang yang berpendidikan

tinggi memberikan pendapat yang lebih rasional daripada orang yang

berpendidikan rendah atau tidak berpendidikan.

c. Pekerjaan

Pekerjaan adalah apa yang Anda lakukan untuk hidup Anda. Orang

yang sibuk memiliki sedikit waktu untuk memperoleh informasi.

Selama bekerja, seseorang dapat melakukan sesuatu yang berharga,

bermanfaat, memperoleh pengetahuan yang baik tentang sesuatu

untuk lebih memahami dan akhirnya menerima sesuatu yang positif

(Notoatmodjo, 2003).

2. Faktor Ekstternal

Faktor eksternal adalah sebagai gantinya dari faktor internal adalah faktor dari

berasal dari di luar. Seseorang menciptakan di dalam dan menemukan sesuatu.

Dalam hal ini, faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah informasi

dan pengalaman.

a. Informasi

Informasi tambahan dapat mempengaruhi atau memperluas


pengetahuan, dan mengetahuinya menimbulkan kesadaran bahwa orang
tersebut pada akhirnya akan berperilaku sesuai dengan pengetahuannya
(Notoatmodjo, 2003).

b. Pangalaman

Menurut Azwar (2005), pengalaman ialah peristiwa yang pernah

dialami oleh seseorang. Tidak hanya pengalaman sama sekali dengan suatu
objek yang cenderung negatif terhadap objek tertentu, untuk menjadi dasar

pembentukan suatu sikap, pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan

yang kuat. Sikap akan lebih mudah terbentuk jika pengalaman pribadi

terjadi dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan lebih dalam

dan membekas. Menurut Notoatmodjo (2005), pengalaman seseorang

merupakan faktor yang sangat penting dalam menjelaskan rangsangan yang

kita terima. Pengalaman masa lalu atau apa yang telah kita pelajari dapat

menyebabkan perbedaan interpretasi. Pengalaman mempengaruhi

keakuratan persepsi. Pengalaman tidak selalu melalui proses belajar formal.

Beberapa peristiwa yang terjadi dapat meningkatkan pengalaman ini

(Rachmat, 2005).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi seperti yang

dikemukakan oleh Walgito (2003:89-90), adalah sebagai berikut:

(1). Objek yang dipersepsikan oleh objek tersebut menimbulkan stimulus


yang mengenai indera atau reseptor. Stimulus muncul dari luar setiap orang
yang mempersepsikan atau dari dalam setiap orang yang bersangkutan, (2).
Organ indera, saraf, dan sistem saraf pusat, organ sensorik atau reseptor
adalah alat untuk menerima rangsangan. Rangsangan tersebut
ditransmisikan oleh saraf sensoris ke sistem saraf pusat yaitu otak.

2.1.3 Indikator Persepsi

Beberapa indikator dapat digunakan untuk mengklasifikasikan persepsi

seseorang menjadi emosi positif atau emosi negatif. Walgito (2003:99)

menyampaikan tiga indikator persepsi, yaitu: (1). Memperoleh rangsangan atau

objek dari luar individu (2). Mengerti atau mengerti, (3). Peringkat atau peringkat.
Penyerapan suatu stimulus atau objek dari luar individu artinya objek atau

stimulus yang diterima individu melalui panca indera akan diserap oleh otak.

Hasil dari konsumsi otak adalah gambar, reaksi dan kesan di otak. Pengertian atau

pemahaman artinya gambar dan kesan yang terekam oleh otak kemudian

diorganisasikan, diklasifikasikan, dibandingkan, dan diinterpretasikan untuk

membentuk pemahaman atau pemahaman. Pemahaman setiap orang berbeda-

beda, tergantung pengetahuan dan pengalamannya. Setelah membentuk

pemahaman atau pemahaman, evaluasilah individu tersebut. Individu

membandingkan pemahaman atau pemahaman baru dengan standar atau norma

yang dimiliki individu secara subjektif. Evaluasi Orang-orang berbeda, meskipun

objeknya sama, jadi persepsi bersifat individual.

2.2 Model Pembelajaran

2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran

Dalam dunia pendidikan pencapaian tujuan pembelajaran sangat penting

bagi seorang pendidik dan usaha yang dilakukan dalam pencapaian tujuan

pembelajaran adalah melalui penggunaan model pembelajaran. Model

pembelajaran adalah cara atau langkah pembelajaran tertentu yang digunakan

untuk secara cepat dan efektif mencapai tujuan atau kemampuan hasil belajar

yang diharapkan.
Menurut Istarani (2015: 247), model pembelajaran adalah suatu rencana

atau model yang melaluinya kita dapat membentuk kemajuan di dalam kelas atau

pembelajaran tambahan di luar kelas, dan mengembangkan materi pembelajaran.

Oleh karena itu, model pembelajaran adalah penyajian seluruh rangkaian bahan

ajar, termasuk semua aspek guru pra sekolah dan pasca sekolah, dan semua

fasilitas terkait yang digunakan secara langsung maupun tidak langsung selama

proses pengajaran.

Menurut Fathurrohman (2015:29) model pembelajaran adalah kerangka

konseptual yang menggambarkan dan menggambarkan suatu prosedur yang

sistematis dalam menyelenggarakan pembelajaran dan pengalaman belajar untuk

mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan berfungsi sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran bagi pendidik dalam melaksanakan kegiatan

pembelajaran.

Sedangkan menurut Soekanto (dalam Shohimin, 2018:23), model

pembelajaran “adalah kerangka konseptual yang menggambarkan suatu metode

sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan

pembelajaran tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang

pembelajaran dan guru. dalam rencana pengajaran dan kegiatan belajar".

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, peneliti dapat menyimpulkan

bahwa model pembelajaran adalah rencana atau model yang dapat digunakan

untuk merancang model pengajaran di kelas secara teratur dan mengidentifikasi

bahan/perangkat pembelajaran seperti buku, media, dan komputer. dan kurikulum

sebagai mata untuk pembelajaran.


2.2.2 Macam-macam Model Pembelajaran

Model pembelajaran sangat beragam. Pemilihan model pengajaran hendaknya

disesuaikan dengan materi dan kebutuhan siswa, untuk itu guru hendaknya dapat

menggunakan berbagai jenis model pengajaran. Beberapa model pembelajaran

menurut Ngalimun (2016: 231234) tercantum di bawah ini.

(1). Model pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning)


merupakan model pembelajaran yang melatih dan mengembangkan
keterampilan siswa dalam memecahkan masalah nyata, (2). Model
pembelajaran Pemecahan Masalah Mencari atau mencari solusi (mencari
pola, aturan atau algoritma, (3). Model pembelajaran Langsung merupakan
informasi dan pengetahuan tentang prosedur yang mengarah pada
keterampilan dasar yang paling efektif jika diajarkan melalui pembelajaran
tatap muka, (4). Model pembelajaran Terbuka adalah pembelajaran yang
menciptakan masalah dengan memecahkan masalah dengan cara dan solusi
yang berbeda, (5). Model pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory,
Visualization, Intelectualy) merupakan model pembelajaran yang
menekankan bahwa pembelajaran harus menggunakan seluruh indera
peserta didik.

Menurut Huda (2013:271) terdapat 14 model pembelajaran, beberapa di

antaranya adalah sebagai berikut:

(1). Model pembelajaran Problem Based Learning merupakan strategi yang


melibatkan siswa dalam memecahkan masalah dengan mengintegrasikan
berbagai konsep dan keterampilan dari berbagai disiplin ilmu, (2). Model
pembelajaran Problem Solving Learning adalah kegiatan yang berkaitan
dengan memilih solusi atau metode yang tepat untuk tindakan dan
mengubah kondisi saat ini ke kondisi yang diharapkan, (3). Model
Pembelajaran Kooperatif adalah model pembelajaran yang terstruktur dan
sistematis, dimana kelompok-kelompok kecil bekerja sama untuk mencapai
tujuan bersama, (4). Model pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory,
Visualization, Intelectualy) merupakan model pembelajaran yang
melibatkan seluruh panca indera siswa.
Berdasarkan model pembelajaran yang dijelaskan oleh para ahli, peneliti

memilih model pembelajaran SAVI. Untuk itu peneliti ingin mengetahui

bagaimana guru mengalami pemahaman ketika menggunakan model

pembelajaran SAVI.

2.3 Model SAVI

2.3.1 Pengertian Model Pembelajaran SAVI

Menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan menggunakan

semua indera Anda dapat memiliki dampak besar pada pembelajaran. Menurut

Ngalimun (2016:234), pengajaran SAVI adalah pengajaran yang menekankan

bahwa pengajaran harus menggunakan semua indera yang dimiliki siswa.

Sedangkan menurut Meyer (Rusman, 2011:373) disajikan suatu sistem yang

holistik, yang meliputi lima perasaan dan emosi. dalam proses belajar alamiah

yang dikenal dengan model SAVI, yaitu Somatic, Auditory, Visualization,

Intelectualy. Dikenal sebagai model SAVI, artinya Somatic, Auditory,

Visualization, Intelectualy.

Berdasarkan uraian sebelumnya, peneliti menanggapi maka model

pembelajaran SAVI adalah model pembelajaran yang mencakup gerakan tubuh

dengan aktivitas intelektual dan penggunaan seluruh indera dalam proses

pembelajaran. Saat belajar, siswa tidak hanya duduk diam, mereka perlu melatih

seluruh indranya dan mampu memecahkan suatu masalah.

2.3.2 Karakteristik Model Pembelajaran SAVI

Setiap model memiliki ciri khas tersendiri yang membedakannya

dengan model pembelajaran lainnya. Zusnani (2013:11) menyatakan bahwa


menurut singkatan SAVI itu sendiri, yaitu Somatic, Auditory, Visualization,

Intelectualy. Jadi ada empat karakteristik. Pembelajaran dapat optimal jika

keempat karakteristik SAVI digunakan dalam proses pembelajaran.

Setiap model memiliki karakteristik tersendiri yang membuatnya berbeda

dengan model pembelajaran lainnya. Zusnani (2013:11) mengatakan bahwa

singkatan SAVI itu sendiri, yaitu Somatic, Auditory, Visualization, Intelectualy.

Jadi ada empat karakteristik. Pembelajaran dapat menjadi paling efektif jika

keempat karakteristik SAVI digunakan dalam proses pembelajaran.

Sebagaimana Shoimim (2018: 180181) menyatakan bahwa karakteristik

model SAVI adalah sebagai berikut:

(1). Pembelajaran Somatic dengan melakukan dan bergerak, yaitu belajar


dengan bereksperimen dan melakukan (2). Pembelajaran Auditory melalui
berbicara dan menyimak, artinya pembelajaran harus dilakukan dengan
menyimak, berbicara, mengemukakan pendapat dan menanggapi (3).
Visualization adalah pembelajaran dengan mengamati dan mendeskripsikan,
artinya pembelajaran harus menggunakan indera mata melalui observasi,
membaca, penggunaan media dan aksesoris (4). Belajar secara Intelectualy
dengan memecahkan masalah dan berpikir dengan konsentrasi pikiran dan
mempraktikkan penggunaannya melalui penalaran, penyelidikan dan
identifikasi.

Menurut Ngalimun (2016: 166), karakteristik model pembelajaran SAVI

adalah sebagai berikut:

(1). Pembelajaran somatik dengan perasaan, kinestetik, praktis, praktis dan


penggunaan dan penggunaan dan perpindahan tubuh selama pelatihan, (2).
Pembelajaran Auditory harus berlangsung melalui mendengarkan,
mendengarkan, berbicara, mempresentasikan, berargumentasi,
mengungkapkan pendapat dan tanggapan (3). Visualization adalah
pembelajaran visual terbaik ketika Anda dapat melihat contoh dunia nyata,
diagram, kartu ide, dan simbol bergambar (4). Suatu tindakan pembelajaran
Intelectualy yang menggunakan beberapa pengalaman dan menciptakan
hubungan, karenanya nilai pengalaman.
Sedangkan menurut Meier (2002:9196) dijelaskan bahwa kegiatan atau

kegiatan pembelajaran dapat dilakukan sesuai dengan karakteristik model SAVI

berikut ini adalah:

(1). Model Somatic dalam suatu proses atau prosedur, secara fisik
menggerakkan komponen-komponen yang berbeda dalam suatu proses,
sistem atau kumpulan konsep, (2). Siswa Auditory melatih keterampilan
atau mendemonstrasikan suatu fungsi dan menunjukkan apa yang siswa
lakukan, (3). Pendidik Visualization menggunakan bahasa yang penuh
dengan gambaran (metafora, analogi), (4). Siswa memecahkan masalah,
menganalisis pengalaman, dan terlibat dalam perencanaan strategis.

Menurut pendapat para ahli diatas, karakteristik model SAVI sudah

mencakup semua kegiatan yang diperlukan oleh siswa dalam kegiatan

pembelajaran. Siswa tidak hanya perlu mendengar atau melihat, tetapi guru harus

mengembangkan kreativitasnya melalui penggunaan alat peraga dan alat bantu

belajar selama kegiatan proses pembelajaran.

2.3.3 Langkah-langkah Penerapan Model Pembelajaran SAVI

Setiap pendekatan teknis atau setiap model pembelajaran memiliki proses

pelaksanaan yang terstruktur sesuai dengan karakteristiknya. Sama halnya dengan

pendekatan SAVI, berikut adalah langkah-langkah penerapan model SAVI saat

pembelajaran menurut Shoimin (2018: 178-180), yaitu:

1. Tahap Persiapan (Kegiatan Pendahuluan)

Pada tahap ini guru membangkitkan minat siswa, memberikan

perasaan positif tentang pengalaman belajar yang akan datang dan

menempatkan siswa pada situasi belajar yang optimal.


Secara khusus, itu meliputi: (1). Berikan sugesti positif, (2).

Memberikan pernyataan yang akan berguna bagi siswa (3). Tetapkan

tujuan yang jelas dan bermakna (4). Membangkitkan rasa ingin tahu,

dan (4). Merangsang rasa ingin tahu siswa.

2. Tahap Penyampaian (Kegiatan Inti)

Pada tahap ini, pendidik harus membantu siswa menemukan materi

pembelajaran baru dengan melibatkan panca indera dan cocok untuk

semua gaya belajar.

Apa yang dapat dilakukan guru: (1). Uji coba kolaboratif dan

berbagi pengetahuan, (2). Pengamatan fenomena dunia nyata, (3).

Keterlibatan seluruh otak dan seluruh tubuh, (4). Presentasi interaktif,

(5). Grafik warna-warni dan alat presentasi, (6). Berbagai cara untuk

menyesuaikan semua gaya belajar, (7). Latihan menemukan (sendiri,

berpasangan, berkelompok), (8). Pengalaman belajar dunia nyata dan

konseptual, (9). Pelatihan pemecahan masalah.

3. Tahap Pelatihan (Kegiatan Inti)

Pada tahap ini guru harus membantu siswa mengintegrasikan dan

menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara.

Secara khusus.

Hal ini dapat dilakukan oleh guru sebagai berikut: (1). Kegiatan

pengolahan siswa, (2). Upaya aktif, umpan balik, refleksi, atau upaya

ulang, (3). Simulasi dunia nyata, (4). Permainan dalam pembelajaran,

(5). Latihan tindakan dalam pembelajaran, (6). Kegiatan pemecahan


masalah, (7). Refleksi dan artikulasi individu, (8). Dialog berpasangan

dan kelompok, (9). Pengajaran dan ulasan kolaboratif.

4. Tahap Penampilan Hasil(Tahap Penutup)

Pada tahap ini hendaknya membantu siswa menerapkan dan

memperluas pengetahuan atau keterampilan baru siswa pada pekerjaan

sehingga hasil belajar akan melekat dan tampilan hasil akan terus

meningkat.0

dapat dilakukan guru adalah: (1). Aplikasi dunia nyata dalam

waktu segar, (2). Pembuatan dan implementasi rencana aksi, (3).

Kegiatan penguatan pelaksanaan, (4). Materi penguatan persepsi, (5).

Pelatihan berkelanjutan, (6). Umpan balik dan evaluasi kinerja, (7).

Teman mendukung kegiatan, (8). Perubahan organisasi dan lingkungan

yang mendukung.

2.3.4 Kelebihan dan Kekurangan Model SAVI

Model pembelajaran ini baik digunakan dalam rangka meningkatkan

kemampuan belajar siswa dimana model SAVI melibatkan gerakan fisik dan daya

pikir siswa dalam memecahkan suatu permasalahan. Sihingga siswa terlibat aktif

dalam proses pembelajaran.

Menurut Shoimin (2016:182-183) kelebihan model pembelajaran SAVI

diantaranya adalah :

(1). Mengembangkan kecerdasan siswa dengan memadukan gerak fisik


melalui aktivitas intelektual, (2). Tidak mudah bagi siswa untuk melupakan,
karena siswa membangun pengetahuannya sendiri, (3). Situasi dalam proses
pembelajaran menjadi menyenangkan karena siswa merasa diperhatikan
sehingga tidak bosan untuk belajar, (4). Membina kerjasama karena siswa
yang lebih pintar diharapkan dapat membantu mereka yang kurang cerdas,
(5). Menciptakan suasana belajar yang lebih baik, menarik, dan efektif, (6).
Mampu membangkitkan kreativitas dan meningkatkan kemampuan
psikomotorik siswa, (7). Memaksimalkan ketajaman konsentrasi siswa, (8).
Siswa akan lebih termotivasi untuk belajar dengan baik, (9). Mengajarkan
siswa untuk membiasakan berpikir dan mengemukakan pendapat, serta
berani menjelaskan jawaban dan, (10). Variasi untuk menyesuaikan semua
gaya belajar, (10). Pilihan untuk semua gaya belajar

Selain memiliki kelebihan, menurut Shoimin (2016: 182-183) model

pembelajaran SAVI juga memiliki kekurangan yaitu:

Selain memiliki kelebihan, model pembelajaran SAVI menurut Shoimin

(2016:182-183) juga memiliki kekurangan, yaitu:

(1). Pendekatan ini membutuhkan guru yang sempurna agar dapat


mengintegrasikan keempat komponen dalam SAVI secara utuh, (2).
Penerapan pendekatan ini membutuhkan kelengkapan sarana dan prasarana
pembelajaran yang lengkap dan disesuaikan dengan kebutuhannya sehingga
membutuhkan biaya pendidikan yang sangat besar. Khusus untuk
pengadaan media pembelajaran yang canggih dan menarik, hal ini dapat
dipenuhi di sekolah lanjutan, (3). Karena siswa terbiasa diberi informasi
terlebih dahulu sehingga sulit menemukan jawaban atau idenya sendiri, (4).
Dibutuhkan waktu yang lama, apalagi jika siswa memiliki kemampuan yang
lemah, (5). Memerlukan perubahan agar sesuai dengan situasi belajar saat
ini, (6). Tidak ada pedoman penilaian sehingga guru kesulitan untuk
mengevaluasi atau memberikan nilai, (7). Pendekatan SAVI cenderung
menuntut keaktifan siswa sehingga siswa yang berkemampuan lemah dapat
merasa minder, (8). Pendekatan ini tidak dapat diterapkan pada semua
pelajaran matematika.

2.4 Pembelajaran tematik

2.4.1 Pengertian Pembelajaran Tematik

Pembelajaran adalah perubahan tingkah laku atau keterampilan yang

dapat diterapkan yang dihasilkan dari pengalaman. Menurut Rusman (2011:1),

belajar adalah suatu sistem dari berbagai unsur yang saling berhubungan.

Komponen tersebut meliputi: metode, materi, tujuan dan evaluasi.


Salah satu pendekatan pembelajaran yang mengaktifkan siswa adalah

pembelajaran tematik. Menurut Priansa (2017: 93), pembelajaran tematik adalah

pembelajaran yang mencakup berbagai mata pelajaran tematik untuk memberikan

pengalaman yang bermakna kepada siswa.

Salah satu pendekatan pembelajaran yang mengaktifkan siswa yaitu

pembelajaran tematik. Menurut Priansa (2017: 93), pembelajaran tematik adalah

pembelajaran yang mencakup berbagai mata pelajaran tematik untuk memberikan

pengalaman yang bermakna kepada siswa.

Proses pembelajaran yang berorientasi pada konstruktivistik menekankan

peserta didik untuk membentuk pengetahuan sendiri berdasarkan pengalamannya.

Proses pembentukan pengetahuan akan terus menerus mengadakan organisasi

setiap mendapatkan pemahaman baru. Proses pembelajaran yang interaktif dengan

lingkungan maupun mengoptimalkan pemekaran kemampuan peserta didik secara

optimal.

Dalam Kurikulum 2013, Pembelajaran Tematik dikenal dengan

Pembelajaran Tematik atau Integratif (Kemendikbud, 2013a: 137) pembelajaran

Tematik atau Integratif yang menyatukan sikap, keterampilan, pengetahuan, dan

konsep inti dari berbagai mata pelajaran terkait menjadi satu tema. Menurut

Mulyas (2013: 170), pembelajaran tematik atau integratif adalah “proses belajar”

berdasarkan suatu topik yang digabungkan dengan mata pelajaran lain.

Dari beberapa pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan

pembelajaran tematik yaitu pembelajaran yang menyatukan sikap, keterampilan,


pengetahuan, dan konsep dasar dari mata pelajaran yang berbeda menjadi satu

tema dalam rangka memberikan pengalaman yang bermakna kepada peserta didik.

2.4.2 Karakteristik Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik memiliki ciri-ciri menurut pendapat Rusman (2019:

256-259) sebagai berikut:

(1). Berpusat pada siswa, (2). Memberikan pengalaman langsung, (3).


Pemisahan mata pelajaran tidak terlalu jelas, (4). Menyajikan konsep dari
berbagai mata pelajaran, (5) fleksibel, (6) hasil belajar sesuai dengan minat
dan kebutuhan siswa, (7). Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan
bersenang-senang.

sedangkan menurut pendapat Sukayati (dalam Prastowo, 2019:15),

mengatakan bahwa pemblajaran Tematik memiliki karakteristik diantaranya

adalah:

(1). Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, (2). Menekankan pada
pembentukan pengertian dan makna (3). Pembelajaran berdasarkan
pengalaman, (4). Lebih memperhatikan proses daripada hasilnya saja (5).
Dipenuhi dengan muatan keterkaitan.

Berdasarkan penjelasan menurut para ahli, dapat disimpulkan bahwa

karakteristik pembelajaran tematik sebagai berikut:

1.Berpusat pada siswa.

2.Menyampaikan pemahaman tentang pengalaman

3.Menyampaikan rancangan pada berbagai materi pelajaran.

4.Fleksibel

5.Menerapkan prinsip belajar, bermain dan bersenang-senang.

6.Menerapkan prinsip belajar sambil bermain dan bersenang-senang.


2.4.3 Tujuan Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik adalah pelajaran terpadu yang memiliki tema dan

menggabungkan beberapa mata pelajaran. Adapun tujuan pembelajaran tematik

menurut Sukaanti (dalam Prastowo, 2019: 5) adalah:

(1) Meningkatkan pengetahuan siswa terhadap teori yang dipelajari, (2).


Mengembangkan keterampilan untuk membuat, memproses, dan
menggunakan informasi (3). Menumbuhkan semangat belajar dan memilih
kegiatan yang disesuaikan dengan minat dan kebutuhan siswa.

Selain itu, menurut Rusman (2015: 145), Pembelajaran Terpadu Tematik

memiliki tujuan sebagai berikut:

(1). Sangat mudah untuk fokus pada topik atau tema tertentu, (2).
Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan mata pelajaran yang
berbeda dari konten kompetensi pada topik yang sama, (3). Dapatkan
pemahaman yang lebih dalam dan Anda dapat dengan mudah menghafal
topik (4). Mengembangkan keterampilan bahasa yang lebih baik dengan
menggabungkan konten yang berbeda dari mata pelajaran lain dengan
pengalaman pribadi siswa (5). Mereka lebih antusias dan bersemangat untuk
belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi kehidupan nyata
seperti berbicara, mengajukan pertanyaan, menulis sambil mempelajari mata
pelajaran lain, (6). Rasakan manfaat dan nilai pembelajaran lebih karena
materi disajikan dalam konteks topik/sub topik yang jelas (7). Guru dapat
menghemat waktu karena materi pelajaran yang disajikan secara
teerpadudapat disiapkan sekaligus dan disampaikan dalam 2 atau 3 kali
pertemuan atau bahkan lebih dan/atau pengayaan (8). Karakter dan
moralitas siswa dapat dikembangkan dengan mengembangkan berbagai nilai
karakter sesuai dengan situasi dan kondisi.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli sebelumnya, dapat disimpulkan

bahwa tujuan pembelajaran tematik adalah untuk memperlancar proses

pembelajaran bagi guru, meningkatkan semangat belajar siswa, dan menghemat

waktu guru dalam mengajar materi.


Menurut para ahli diatas maka dapat disimpulkan yaitu tujuan pembelajaran

tematik adalah untuk memperlancar proses pembelajaran bagi guru, meningkatkan

semangat belajar siswa, dan menghemat waktu guru dalam mengajar materi.

2.5 Penelitian Relevan

Penelitian yang dilaksanakan oleh Eka Ning Tyas dengan judul

“Peningkatan Keterampilan Proses dan Hasil Belajar Subtema Tugasku Sehari-

hari di rumah Menggunakan Model Pembelajaran SAVI Pada Siswa Kelas II SD

N 1 Bolo” bertujuan untuk meningkatkan keterampilan proses dan hasil belajar

siswa menggunakan model pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visualization,

Intelektualy. Dalam subtema tugasku sehari-hari di rumah.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Yang terdiri dari dua

siklus. Setiap siklus terdiri dari tahapan perencanaan tindakan, pelaksanaan

tindakan, observasi dan refleksi. Instrumen pengumpulan data menggunakan

penilaian keterampilan proses publik dalam mengamati proses peningkatan

pembelajaran, dan untuk mengukur hasil belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia

dan Matematika menggunakan soal tes. Teknik analisis data penelitian ini

menggunakan analisis deskriptif komparatif yaitu membandingkan kondisi awal,

hasil siklus 1 dan siklus 2.

Hasil penelitian menunjukkan temuan bahwa model pembelajaran SAVI :

(a). Meningkatkan keterampilan proses pembelajaran sub tema Tugasku sehari-

hari siswa kelas II SD Negeri I Bolo, Wonosegoro-Boyolali Persentase kenaikan

kerampilan proses pembelajaran sebesar 22,96% pada siklus 1 dan pada siklus 2
sebesar 21,22%. (b). Meningkatkan persentase jumlah hasil belajar siswa yang

mencapai KKM muatan Bahasa Indonesia pada kondisi awal 31,82% (7 siswa),

siklus 1 meningkat menjadi 50% (11 siswa), dan siklus 2 menjadi 86,36% (19

siswa). Hasi belajar muatan Matematika pada kondisi ssawal 27,27 % (6 siswa),

meningkat menjadi 45,45% (10 siswa) pada siklus 1 dan meningkat menjadi

81,82% (18 siswa) siklus 2.

2.6 Kerangka Berpikir

Gambar 2. 1 Bagan Kerangka Berpikir

Persepsi Guru

Model Pembelajaran SAVI Pembelajaran


Tematik

Secara persepsi, guru dapat memperdebatkan atau mengevaluasi

bagaimana penerapan model pembelajaran SAVI pada pembelajaran tematik di

SD Gugus V Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Proses

persepsi menuntut orang untuk merespon, membuat penilaian, pendapat,

memahami, mengorganisasikan objek, menginterpretasikan situasi dan peristiwa

yang dapat menimbulkan kesan perilaku positif atau negatif.

Persepsi setiap guru tentunya tidak sama sehingga dari perbedaan persepsi

tersebut akan didapatkan gambaran baik buruknya pelaksanaan pembelajaran

menggunakan model pembelajaran SAVI. Untuk mengetahui apakah model


pembelajaran SAVI yang digunakan guru baik atau buruk, peneliti akan

memberikan tanggapan pendapat berupa angket. Tanggapan bisa berbeda

tergantung pengalaman, proses pembelajaran dan pengetahuan masing-masing

guru tentang model pembelajaran SAVI.

Pada pembelajaran tematik telah berlangsung dengan baik akan tetapi

terdapat kekurangan. Hal ini terlihat dalam proses pembelajaran, ketika guru telah

menguasai materi yang disampaikan, namun di sisi lain model yang digunakan

malah kurang bervariasi. Sehingga siswa menjadi bosan dan sulit memahami

materi pembelajaran. Oleh karena itu, diperlukan inovasi pembelajaran dalam

memilih model pembelajaran. Untuk itu segala sesuatu yang mempengaruhi hasil

belajar perlu dioptimalkan untuk mencapai hasil belajar yang baik. Berkat SAVI,

model tersebut dapat diimplementasikan secara optimal.

Pembelajaran dengan Pendekatan Pembelajaran SAVI merupakan salah

satu model pembelajaran yang menuntut siswa aktif, dengan melibatkan tubuh,

fisik, dan mengembangkan cara berpikir siswa untuk dapat memecahkan masalah

pada pembelajaran tematik jadi pembelajaran cenderung berpusat pada siswa.

Dikarenakan persepsi, maka pada saat pembelajaran dengan model

pembelajaran SAVI perlu memperhatikan kesulitan-kesulitan yang dihadapi,

apakah model pembelajaran SAVI tersebut sesuai dengan karakteristik siswa atau

tidak, guna mengevaluasi reaksi siswa dalam pembelajaran tersebut. berdasarkan

persepsi guru untuk menentukan.


2.7 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori diatas, maka yang menjadi hipotesis penelitian ini

guru memiliki persepsi yang baik tentang model pembembelajran SAVI dalam

proses pembelajaran tematik di Sekolah Dasar gugus V Kecamatan Percut Sei

Tuan Kabupaten Deli Serdang.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Aricunto

(2017:112), penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk

mengumpulkan informasi tentang keadaan suatu gejala yang ada, yaitu keadaan

gejala pada saat penelitian. Metode penelitian ini penelitian kuantitatif.

Tujuan penelitian menggunakan jenis penelitian ini adalah untuk mengetahui

persepsi guru dalam mengenai model pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory,

Visualization, Intellectuly) dalam pembelajaran tematik di SD gugus V

kecematan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Gugus V Kecamatan Percut Sei Tuan

Kabupaten Deli Serdang yang terdiri dari 6 sekolah yaitu: SD Negeri 101774

Sampali, SD Negeri 101775 Sampali, SD Negeri 101776 Sampali, SD Negeri

106810 Sampali, SD PAB Swasta 10 Sampali, SD Swasta PAB 12 Sampali.

Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-Juli 2021.

3.3 Populasi Dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian

Sampel merupakan bagian dari total populasi yang dipilih sebagai sampel

sumber data dalam penelitian, yaitu keseluruhan guru kelas yang mengajar pada

pembelajaran tematik. Dimana setiap guru yang mengajar pada pembelajaran


tematik merupakan guru kelas untuk itu guru kelas dipilih menjadi sampel

penelitian. Teknik purposive sampling digunakan dalam pengambilan sampel

dengan pertimbangan tertentu (Sugiono, 2011: 124).

Hasil observasi pendahuluan memberikan gambaran bahwa ada 54 orang

guru kelas sebagai sampel penelitian yang mengajar di Sekolah Dasar gugus V

Kecematan Percut Sei Tuan.

Tabel 3. 1 Data Sekolah Dasar Gugus V Kecamatan Percut Sei Tuan

Jumlah Guru
NO Nama Sekolah
Kelas
1 SD Negeri 101774 Sampali 12
2 SD Negeri 101775 Sampali 12
3 SD Negeri 101776 Sampali 12
4 SD Negeri 106810 Sampali 6
5 SD Swasta PAB 10 Sampali 6
6 SD Swasta PAB 12 Sampali 6
Jumlah 54
(Sumber. Pemerintah Kabupaten Deli Serdang Dinas Pendidikan
Koordinator Wilayah Kecematan. Kecematan Percut Sei Tuan)

3.4 Operasional Variabel

Variabel dalam penelitian ini adalah persepsi guru terhadap model

pembelajaran SAVI, variabel yang digunakan adalah variabel tunggal. Persepsi

guru terhadap model pembelajaran SAVI merupakan respon atau tanggapan guru

terhadap tingkat keberhasilan guru menggunakan model SAVI dalam proses

pembelajaran tematik.

3.5 Presedur Penelitian

Adapun prosedur penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dalam

penelitian ini adalah:


1. Persiapan Penelitian

a. Melakukan observasi untuk mendapatkan jumlah populasi sebagai


subjek.

b. Membuat instrumen angket/ kuesioner tentang penggunaan model

pembelajaran SAVI dalam proses pembelajaran tematik.

c. Mengkonsultasikan instrumen penelitian terhadap uji ahli serta

melakukan revisi.

2. Pelaksanaan Penelitian

Pada tahap pelaksanaan, peneliti memberikan angket kepada

seluruh guru kelas di SD gugus V Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten

Deli Serdang.

3. Tahap Akhir Penelitian

a. Pengolahan data dengan menganalisis hasil penelitian yang diperoleh

dalam proses pengumpulan data penelitian.

b. Menyimpulkan hasil analisis data.

c. Menyusun laporan penelitian

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah penggunaan

angket/kuesioner. Arikunto (2017: 128), angket adalah sejumlah pertanyaan

tertulis yang digunakan untuk memperoleh data tentang persepsi guru terhadap

model pembelajaran SAVI dalam proses pembelajaran tematik. Teknik

pengumpulan data dilakukan dengan memberikan angket kepada responden. Jenis


angket yang digunakan peneliti adalah angket tertutup dimana jawabannya sudah

disediakan . Responden hanya perlu memilih jawaban untuk setiap pertanyaan.

Angket/kuesioner yang digunakan untuk persepsi guru terhadap model

pembelajaran SAVI dengan menggunakan skala likert. Adapun kisi-kisi angket

yang diberikan kepada guru berdasarkan indikator persepsi sebagai berikut:

Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket/Kuesioner

Variabel Indikator Nomor Item Jumlah


Item
Aktifitas Somatic (belajar 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 9
dengan berbuat dan
bergerak).
Persepsi guru Aktifitas Auditory (belajar 10, 11, 12, 13, 14, 15 6
tentang model dengan berbicara dan
pembelajaran mendengar)
dalam proses Aktifitas Visualization 16, 17, 18, 19 ,20, 9
pembelajaran (belajar dengan mengamati 21, 22,23,24
tematik dan menggambarkan)
Aktivitas Intellectualy 25, 26, 27, 28, 29,30, 16
(belajar dengan 31, 32, 33, 34, 35,
memecahkan masalah dan 36, 37, 38, 39,40
berpikir).

Jumlah Item 40

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis terhadap angket atau kuisioner dilakukan dengan sistem skala likert.

Sugiyono (2018:134) Skala Likert digunakan mengukur sikap, pendapat dan

persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Skala kriteria

tanggapan dalam angket penelitian ini adalah: sangat setuju, tidak setuju, setuju

dan sangat tidak setuju. Untuk memfasilitasi analisis data, tanggapan diberi skor.
Sangat Setuju =5

Setuju =4

Kurang Setuju =3

Tidak Setuju =2

Sangat Tidak Setuju = 1

Untuk mengukur persepsi guru secara klasikal dengan menggunakan

rumus menurut Dewi (2005:126).

P= × 100 %

Keterangan:

P = Persentase.

F = Frekuensi alternative jawaban responden.

N = Jumlah responden alternative angket.

100% = Bilangan tetap.

Untuk jumlah rata-rata persentase bisa dilihat tiap-tiap indikator, maka

rumus yang digunakan adalah:

Me = (sugiyono, 2018:49)

Dimana:me = Mean (Rata-rata)

= Jumlah frekuensi

= Jumlah responden

Untuk Persentase Tingkat Capaian Respoden bisa dilihat tiap-tiap

indikator, maka rumus yang digunakan adalah


(Arikonto,2010:196)

Keterangan:

TCR : Tingkat Capaian Responden

: Total skor Likert jawaban responden

: Skor Likert sesuai jumlah pilihan jawaban responden

Sedangkan melihat indek TCR maka memerlukan rumus yaitu:

Indek TCR =× 100%


Keterangan :

y= Skor Tertinggi TCR (Skor tertinggi Likert ×

n) n= Jumlah Responden

Selanjutnya dari hasil analiss deskriptif kemudian dibuat keputusan untuk

melihat persepsi guru tentang model pembelajaran SAVI dalam proses

pembelajaran tematik di SD gugus V Kecematan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli

Serdang.

Tabel 3.3 Presentase Perdikat Kategori

Persentase Predikat Kategori


≥ 80% Sangat Tinggi
60% - 79% Tinggi
40% - 59 % Sedang
20% - 39% Rendah
˂ 20% Sangat Rendah
Sumber Aqib (2014:41)

3.8 Jadwal Penelitian


Adapun jadwal penelitian yang akan dilakukan peneliti tercantum pada tabel
di bawah ini.
Tabel 3.4 Jadwal Penelitian 2020/2021

Uraian Oktober Januari Maret April Mei Juni Juli Agustus


Kegiatan 2020 2021 2021 2021 2021 2021 2021 2021
N 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 34 1 2 3 4
o
1. Penyusunan x x x
proposal

2. Seminar x
3. Observasi x
4. Validasi x
Instrumen
5. Pelaksanaan x x x x x x x
Penelitian
6. Mengolah x x x
dan
Menganalisis
Data
7. Menyusun x x x x x x x x
Laporan

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD yang terdapat pada gugus V Kecamatan

Percut Sai Tuan. Lokasi Sekolah mudah dijangkau karena sekolah terletak di

dekat penulis sebanyak 6 sekolah yang terdapat pada gugus V, diantaranya adalah

SD Negeri 101774 Sampali, SD Negeri 101775 Sampali, SD Negeri 101776

Sampali, SD Negeri 106810 Sampali, SD Swasta PAB 10 Sampali dan SD Swasta

PAB 12 Sampali.

1. Sekolah Dasar Negeri 101774 Sampali

SD Negeri 101774 terletak di Jalan Irian Barat No. 11 Desa

Sampali sebelah utara terdapat lapangan bola dimana lapangan tersebut

berdekatan dengan SMP Negeri 6 Sampali, SMA Negeri 1 Sampali dan

tidak jauh dari Kantor Desa Sampali. Serta berbatasan dengan kawasan

pergudangan cemara dan Kepala Sekolah di SD ini bernama Subagio,

S.Pd. Sekolah ini berdekatan dengan sekolah gugus V lainnya yaitu SD

Negeri 101775 Sampali dan SD Negeri 101776 Sampali. SD ini memiliki

Kelengkapan Sarana dan Prasarana maupun fasilitas yang memadai

dibandingkan Sekolah Dasar lain di gugus V. Guru kelas di SD Negeri

101774 Sampali ini berjumlah 12 orang guru.

2. Sekolah Dasar Negeri 101775 Sampali


SD Negeri 101775 Sampali terletak di Jalan. Irian Barat No. 11

Desa Sampali Kepala Sekolah di SD ini bernama Hj. Duma Sari Dly,

S.Pd. Sekolah ini berdampingan dengan SD Negeri 101776 Sampali. SD

Negeri 101775 juga berdekatan dengan SMP Negeri 6 Sampali,Sekolah

SMA Negeri 1 Sampali dan tidak Jauh Dari Kantor Desa Sampali,

Kelengkapan Sarana dan Prasarana Sudah cukup baik. Guru kelas di SD

Negeri 101775 ini berjumlah 12 orang guru.

3. Sekolah Dasar Negeri 101776 Sampali

SD Negeri 101776 Sampali terletak di Jalan. Irian Barat Kec.

Percut Sei Tuan Kab. Deli Serdang dan tidak jauh dari Kantor Kepala

Desa Sampali serta dekat dengan Komplek Pergudangan Cemara dan

Kepala Sekolah di SD ini bernama Ida Eriani, S.Pd. Sekolah ini berada

tepat berdampingan SD Negeri 101775 Sampali dan memiliki 1 gerbang

yang sama dengan SD Negeri 101774 Sampali dan SD Negeri 101775

Sampali namun memiliki halaman yang dipisahkan oleh bangunan dengan

SD tersebut. Kelengkapan Sarana dan Prasarana Sudah cukup baik. Guru

kelas di SD Negeri 101776 ini berjumlah 12 orang guru.

4. Sekolah Dasar Negeri 106810 Sampali

SD Negeri 106810 terletak di Jalan Damar Wulan Sampali.dekat

Mesjid Al Huda dan tidak jauh dari PT Simusurya Mesindolestari dan

Kepala Sekolah di SD ini bernama Lisniarty, S.Pdi. Sekolah ini tidak

jauh PT Roda Prima Perkasa Expres. Sekolah SD Negeri 106810


Sampali. Kelengkapan Sarana dan Prasarana Sudah cukup baik. Guru

kelas di SD Negeri 106810 Sampali ini berjumlah 6 orang guru.

5. Sekolah Dasar Swasta PAB 10 Sampali

SD swasta PAB 10 merupakan sekolah Swasta yang dikelola

dalam satu yayasan Persatuan Amal Bakti (PAB). SD Swasta PAB 10

terletak di Jalan Cemara No. 2, Sampali, Kec. Percut Sei Tuan,

Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara 20239 berdampingan dengan

kantor jasa pengiriman barang DHL expres tidak jau dari Mesjid Al-

Falaah dan bagian selatan SPBU Pertamina 14 202 132 dan berdekatan

dengan retail waralaba minimarket Indomaret SPBU Krakatau II. Kepala

Sekolah SD swasta PAB 10 Elly Rika Syahfitri Nasution, SE.

Kelengkapan Sarana dan Prasarana Sudah cukup baik. Guru kelas di SD

Swasta PAB 10 Sampali ini berjumlah 6 guru.

6. Sekolah Dasar Swasta PAB 12 Sampali

SD Swasta PAB 12 merupakan sekolah Swasta yang dikelola

dalam satu yayasan Persatuan Amal Bakti (PAB) sama dengan SD

swasta PAB 10 Sampali. SD Swasta PAB 12 Sampali terletak di Jalan

Pasar Hitam No. 69 Sampali dimana sekolah ini memiliki satu

lingkungan dengan MTS PAB 2, SMP PAB 8, SMA PAB 4, MAS PAB

I dan SMK PAB 8 Sampali. Kepala Sekolah di SD ini bernama Paridah,

S.Pd. SD ini juga memiliki sarana dan prasarana yang cukup baik. Guru

kelas di SD Swasta PAB 12 Sampali ini berjumlah 6 guru.


4.2 Persiapan Administrasi

4.2.1 Persiapan Administrasi

Peneliti mengajukan permohonan izin penelitian kepada bagian administrasi

di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan pada tanggal 3 Mei 2021,

sebagai perkenalan yang ditandatangani oleh Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan,

Unimed untuk pendataan untuk kepentingan peneliti ditujukan kepada Kepala

Dinas Pendidikan, Koordinator Jalan Kecamatan Medan. - BT Kuis No 39

kabupaten. Percut Sei Tuan Kab. Deli Serdang.

4.2.2 Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SD gugus V Dinas Pendidikan Kordinator

Wilayah Kecematan Percut Sai Tuan selama lebih kurang 1 bulan 15 hari sejak

tanggal 3 Mei 2021 sampai 16 Juni 2021. Pada tanggal 28 Maret 2021 diadakan

validitas instrumen penelitian kepada dosen ahli. Setelah melakukan validitas

angket, maka pada hari Senin 7 Juni 2021 diadakan pemberian angket kepada 54

guru kelas sebagai sampel peneitian yang terdapat pada SD gugus V Kecataman

Percut Sai Tuan. Selanjutnya data diolah untuk menentukan persepsi guru tentang

model pembelajaran SAVI dalam proses pembelajaran tematik berada pada

katagori sangat setuju, setuju, Kurang Setuju, Tidak Setuju, dan Sangat Tidak

Setuju.
4.3 Deskripsi Hasil Penelitian

4.3.1 Pemaparan Hasil Penelitian Tentang Persepsi Guru Tentang Model

Pembelajaran SAVI Dalam Proses Pembelajaran Tematik.

Penelitian ini dilakukan di bulan Juni di gugus V Kecamatan Percut Sai

Tuan. Penelitian ini dilakukan dengan memberikan angket kuesioner untuk disi

sesuai persepsi guru terhadap model pembelajaran SAVI. Hasil penelitian

dianalisis oleh peneliti dengan teknik deskriptif kuantitatif yang artinya peneliti

mendeskripsikan setiap data yang terkumpul sehingga mampu memperoleh

gambaran persepsi guru secara umum dan menyeluruh.

Pemaparan data nilai dimaksudkan untuk melihat gambaran penyebaran

hasil penelitian persepsi guru tentang model pembelajaran SAVI dalam proses

pembelajaran tematik dari masing-masing indikator dalam penelitian yaitu

summantic, auditory, visual dan Intelektual. Berdasarkan jawaban responden,

peneliti membuat daftar distribusi frekuensi untuk pemberian skor pada jawaban

responden dengan skala enilaian berikut ini:

= 0,8

Berdasarkan hasil penelitian perhitungan diatas diperoleh interval

sebesar 0,8 jawaban yang diperoleh responden dibaagi ke dalam 5 kategori yaitu

sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat baik. Sehingga skala penilaian

yang digunakan adalah sebagai berikut:


4.1 Skala Penilaian

PREDIKAT
PERSENTASE
KATEGORI
≥ 80% Sangat Tinggi
60% - 79% Tinggi
40% - 59 % Sedang
20% - 39% Rendah
Sangat
˂ 20%
Rendah
Sumber: Aqib (2014: 41)

Gambaran data nilai dari jawaban angket untuk setiap item persepsi guru

terhadap model pembelajaran SAVI pada proses pembelajaran tematik dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.

4.2 Tabulasi Nilai Item persepsi Guru tentang Model

pembelajaran SAVI dalam Proses Pembelajaran Tematik

PENDAPAT
NO PERTANYAAN
TOTA RATA-
TCR KATEGO
JML L RATA
RI
SKOR SKOR %
SS S KS TS STS
Aktifitas Somatic (belajar
dengan berbuat dan 5 4 3 2 1
bergerak).
guru selalu mengajak siswa
Sangat
1 terlibat penuh sejak awal 44 10 0 0 0 54 260 4,81 96,30
pembelajaran. Tinggi
Guru berharap dapat
melakukan model
Sangat
2 pembelajaran SAVI dalam 20 33 1 0 0 54 235 4,35 87,04
Tinggi
pembelajaran tematik
dengan baik.
Guru tidak perlu
melibatkan siswa aktif
3 1 2 12 31 8 54 119 2,20 44,07 Sedang
berpartisipasi dalam
kegiatan pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran
guru mengajak siswa untuk
melakukan pengamatan di Sangat
4 19 29 6 0 0 54 229 4,24 84,81
lapangan dan menyuruh Tinggi
siswa untuk
menulis,menggambar dan
membicarakan tentang apa
yang dipelajari.
Saat belajar pembelajaran
guru mengajak siswa untuk
Sangat
5 melakukan sebuah 20 32 2 0 0 54 234 4,33 86,67
Tinggi
permainan dalam
pembelajaran.
Guru perlu memperagakan
Sangat
6 suatu proses dan sistim atas 19 31 3 1 0 54 230 4,26 85,19
Tinggi
perangkap konsep
Guru tidak perlu
menggunakan piktogram
7 4 12 18 15 5 54 157 2,91 58,15 Sedang
dan periferalnya saat proses
pembelajaran.
Guru perlu melakukan
pembelajaran aktif Sangat
8 23 28 3 0 0 54 236 4,37 87,41
melakukan simulasi Tinggi
pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran
sangat
9 guru selalu menrefleksikan 19 30 5 0 0 54 230 4,26 85,19
Tinggi
pengalaman.
Aktifitas Auditory (belajar
dengan berbicara dan
mendengar).
Guru melakukan uji coba
kolaboratif dengan
Sangat
10 membuat kelompok dan 21 28 4 1 0 54 231 4,28 85,56
Tinggi
berbagi pengetahuan pada
siswa.
Guru mengajak siswa
membaca buku panduan
11 9 22 15 8 0 54 194 3,59 71,85 Tinggi
dan komputer dengan suara
yang keras.
Guru tidak perlu
menceritakan kisah-kisah
12 1 11 20 20 2 54 151 2,80 55,93 Sedang
yang mengandung materi
pembelajaran.
Guru memberikan peluang
siswa untuk melakukan Sangat
13 19 34 1 0 0 54 234 4,33 86,67
proses belajar berdasarkan Tinggi
kemitraan dan tim.
Guru meminta siswa
berkelompok untuk
14 menyusun pemecahan 11 30 11 1 1 54 211 3,91 78,15 Tinggi
masalah atau membuat
rencana jangka panjang.
Guru tidak perlu meminta
siswa mempraktikan suatu
keterampilan atau
memperagakan suatu fungsi
15 4 4 19 22 5 54 142 2,63 52,59 Sedang
sambil mengucapkan secara
singkat dan teperinci apa
yang sedang mereka
kerjakan.
Aktifitas Visualization
(belajar dengan mengamati
dan menggambarkan)
Guru memperjelas dalam
menerapkan materi dengan Sangat
16 25 22 7 0 0 54 234 4,33 86,67
menggunakan benda 3 Tinggi
dimensi
Guru tidak perlu
menampilkan grafik dan
17 sarana presentasi berwarna- 0 3 33 12 6 54 141 2,61 52,22 Sedang
warni sesuai dengan
berbagai gaya belajar
Guru perlu berusaha
melibatkan seluruh otak Sangat
18 20 21 8 5 0 54 218 4,04 80,74
dan seluruh tubuh siswa Tinggi
dalam pembelajaran
Guru perlu melakukan
peningkatan kreasi Sangat
19 8 45 1 0 0 54 223 4,13 82,59
piktogram pada proses Tinggi
pembelajaran.
Untuk melahirkan suatu
gagasan-gagasan baru guru
tidak perlu meminta siswa
mempraktekkan suatu
keterampilan atau
20 4 10 24 10 6 54 158 2,93 58,52 Sedang
memperagakan suatu fungsi
sambil mengucapkan secara
singkat dan teperinci
terhadap sedang apa yang
mereka kerjakan.
Guru tidak perlu meminta
siswa berkelompok dan
berbicara nonstop saat
21 0 6 26 20 2 54 144 2,67 53,33 Sedang
menyusun mecahankan
masalah atau membuat
rencana jangka panjang
Dalam penyampaian materi
pembelajaran guru perlu
Sangat
22 mengajak siswa untuk 12 41 1 0 0 54 227 4,20 84,07
Tinggi
melakukan pengamatan
lapangan.
Dalam menjelaskan materi
pembelajaran guru perlu
menggunakan bahasa yang
23 15 21 16 2 0 54 211 3,91 78,15 Tinggi
penuh gambar (metafora,
analogi ) sesuai dengan
materi diajarkan.
Dalam proses mengajar
pembelajran apakah guru
24 0 14 18 21 1 54 153 2,83 56,67 Sedang
tidak perlu menggunakan
media kreasi piktogram.
Aktivitas Intellectualy
(belajar dengan
memecahkan masalah dan
berpikir).
Guru meransang rasa ingin
tahu siswa dengan banyak
Sangat
25 melakukan bertanya dan 27 25 2 0 0 54 241 4,46 89,26
Tinggi
mengemukakan berbagai
masalah kepada siswa.
Guru perlu memberikan
kesempatan kepada siswa
Sangat
26 untuk melakukan aktivitas 28 26 0 0 0 54 244 4,52 90,37
Tinggi
pemecahan masalah secara
kelompok.
Guru tidak perlu
memberikan pernyataan
27 2 7 13 27 5 54 136 2,52 50,37 Sedang
yang memberikan manfaat
kepada siswa
pada proses pembelajaran
Sangat
28 guru perlu merefleksikan 17 24 12 1 0 54 219 4,06 81,11
Tinggi
pengalaman.
Guru tidak perlu
memberikan pengalaman
29 5 6 15 21 7 54 143 2,65 52,96 Sedang
belajar dunia nyata yang
kontekstual
Guru perlu melatih siswa
untuk menemukan baik
sendiri, berpasangan atau Sangat
30 18 27 2 6 1 54 217 4,02 80,37
kelompok dengan Tinggi
pemberian masalah untuk
dapat dipecahkan.
Saat belajar pembelajaran
guru mengajak siswa untuk
Sangat
31 mencari dan menyaring 25 25 3 1 0 54 236 4,37 87,41
Tinggi
informasi yang berkaitan
dengan pembelajaran.
Guru tidak perlu
melibatkan siswa dalam
32 0 5 16 25 8 54 126 2,33 46,67 Sedang
memecahkan masalah pada
proses pembelajaran
Guru perlu mengarahkan
Sangat
33 siswa untuk menganalisis 19 31 3 1 0 54 230 4,26 85,19
Tinggi
masalah
Guru tidak perlu melatih
34 siswa mengerjakan 2 6 18 24 4 54 140 2,59 51,85 Sedang
perencanaan strategi
Pada proses pembelajaran
guru selalu mengarahkan Sangat
35 23 27 4 0 0 54 235 4,35 87,04
siswa untuk memilih Tinggi
gagasan kreatif
Guru perlu mengarahkan
siswa untuk mencari dan Sangat
36 22 29 3 0 0 54 235 4,35 87,04
menyaring informasi pada Tinggi
proses pembelajaran
Pada proses pembelajaran
Sangat
37 guru perlu melatih 10 39 5 0 0 54 221 4,09 81,85
Tinggi
merumuskan pertanyaan.
Guru tidak perlu
mengarahkan penerapan
38 0 6 21 21 6 54 135 2,50 50,00 Sedang
gagasan baru pada
pekerjaan.
Guru tidak perlu
mengarahkan dan
39 0 4 22 23 5 54 133 2,46 49,26 Sedang
menciptakan makna pribadi
dalam proses pembelajaran.
Guru perlu melatih siswa
meramalkan implikasi suatu Sangat
40 7 39 7 1 0 54 214 3,96 79,26
gagasan pada proses Tinggi
pembelajaran.

Skor Total 3105

Rata-rata 3,66

Kategori 73,21 Tinggi

Keterangan:

TCR : Tingkat Capaian Responden

: Total skor Likert jawaban responden

: Skor Likert sesuai jumlah pilihan jawaban responden

Berdasarkan data tabel di atas bahwa persepsi guru tentang model

pembelajaran SAVI dalam proses pembelajaran tematik menunjukkan sebagai

berikut:

1. guru selalu mengajak siswa terlibat penuh sejak awal pembelajaran dengan

sangat tinggi (dengan nilai 4,81 )


2. Guru berharap dapat melakukan model pembelajaran SAVI dalam

pembelajaran tematik dengan sangat tinggi (dengan nilai 4,35)

3. Guru tidak perlu melibatkan siswa aktif berpartisipasi dalam kegiatan

pembelajaran dengan sedang (dengan nilai 2,20)

4. Dalam proses pembelajaran guru mengajak siswa untuk melakukan

pengamatan di lapangan dan menyuruh siswa untuk menulis,menggambar

dan membicarakan tentang apa yang dipelajari dengan sangat tinggi

(dengan nilai 4,24)

5. Saat belajar pembelajaran guru mengajak siswa untuk melakukan sebuah

permainan dalam pembelajaran dengan sangat tinggi (dengan nilai 4,33)

6. Guru perlu memperagakan suatu proses dan sistim atas perangkap konsep

dengan Sangat tinggi (dengan nilai 4,26)

7. Guru tidak perlu menggunakan piktogram dan periferalnya saat proses

pembelajaran dengan sedang ( dengan nilai 2,91)

8. Guru perlu melakukan pembelajaran aktif melakukan simulasi

pembelajaran dengan sangat tinggi (dengan nilai 4,37)

9. Dalam proses pembelajaran guru selalu menrefleksikan pengalaman

dengan sangat tinggi (dengan nilai 4,26)

10. Guru melakukan uji coba kolaboratif dengan membuat kelompok dan

berbagi pengetahuan pada siswa untuk aktivitas auditory sangat tinggi

(dengan nilai 4,28)

11. Guru mengajak siswa membaca buku panduan dan komputer dengan suara

yang keras dengan tinggi (dengan nilai 3,59)


12. Guru tidak perlu menceritakan kisah-kisah yang mengandung materi

pembelajaran dengan sedang (dengan nilai 2,80 )

13. Guru memberikan peluang siswa untuk melakukan proses belajar

berdasarkan kemitraan dan tim dengan sangat tinggi (dengan nilai 4,33)

14. Guru meminta siswa berkelompok untuk menyusun pemecahan masalah

atau membuat rencana jangka panjang dengan tinggi (dengan nilai 3,91)

15. Guru tidak perlu meminta siswa mempraktikan suatu keterampilan atau

memperagakan suatu fungsi sambil mengucapkan secara singkat dan

teperinci apa yang sedang mereka kerjakan dengan sedang (dengan nilai

2,63 )

16. Guru memperjelas dalam menerapkan materi dengan menggunakan benda

3 dimensi dengan sangat tinggi (dengan nilai 4,33)

17. Guru tidak perlu menampilkan grafik dan sarana presentasi berwarna-

warni sesuai dengan berbagai gaya belajar dngan sedang (dengan nilai

2,61 )

18. Guru perlu berusaha melibatkan seluruh otak dan seluruh tubuh siswa

dalam pembelajaran dengan sangat tinggi (dengan nilai 4,04 )

19. Guru perlu melakukan peningkatan kreasi piktogram pada proses

pembelajaran dengan sangat tinggi (dengan nilai 4,13)

20. Untuk melahirkan suatu gagasan-gagasan baru guru tidak perlu meminta

siswa mempraktekkan suatu keterampilan atau memperagakan suatu

fungsi sambil mengucapkan secara singkat dan teperinci terhadap sedang

apa yang mereka kerjakan dengan sedang (dengan nilai 2,93)


21. Guru tidak perlu meminta siswa berkelompok dan berbicara nonstop saat

menyusun mecahankan masalah atau membuat rencana jangka panjang

dengan sedang (dengan nilai 2,67)

22. Dalam penyampaian materi pembelajaran guru perlu mengajak siswa

untuk melakukan pengamatan lapangan dengan sangat tinggi (dengan nilai

4,20)

23. Dalam menjelaskan materi pembelajaran guru perlu menggunakan bahasa

yang penuh gambar (metafora, analogi ) sesuai dengan materi diajarkan

dengan tinggi (dengan nilai 3,91)

24. Dalam proses mengajar pembelajran apakah guru tidak perlu

menggunakan media kreasi piktogram dengan sedang (dengan nilai 2,83)

25. Guru meransang rasa ingin tahu siswa dengan banyak melakukan

bertanya dan mengemukakan berbagai masalah kepada siswa dengan

sangat tinggi (dengan nilai 4,46)

26. Guru perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan

aktivitas pemecahan masalah secara kelompok dengan sangat tinggi

(dengan nilai 4,52)

27. Guru tidak perlu memberikan pernyataan yang memberikan manfaat

kepada siswa dengan sedang (dengan nilai 2,52)

28. Pada proses pembelajaran guru perlu merefleksikan pengalaman dengan

sangat tinggi ( dengan nilai 4,06)

29. Guru tidak perlu memberikan pengalaman belajar dunia nyata yang

kontekstual dengan sedang (dengan nilai 2,65)


30. Guru perlu melatih siswa untuk menemukan baik sendiri, berpasangan

atau kelompok dengan pemberian masalah untuk dapat dipecahkan dengan

sangat tinggi (Dengan nilai 4,02)

31. Saat belajar pembelajaran guru mengajak siswa untuk mencari dan

menyaring informasi yang berkaitan dengan pembelajaran dengan sangat

tinggi (dengan nilai 4,37)

32. Guru tidak perlu melibatkan siswa dalam memecahkan masalah pada

proses pembelajaran dengan sedang (dengan nilai 2,33)

33. Guru perlu mengarahkan siswa untuk menganalisis masalah Dengan

sangat tinggi (dengan nilai 4,26)

34. Guru tidak perlu melatih siswa mengerjakan perencanaan strategi dengan

sedang (dengan nilai 2,59)

35. Pada proses pembelajaran guru selalu mengarahkan siswa untuk memilih

gagasan kreatif dengan sangat tinggi (dengan nilai 4,35)

36. Guru perlu mengarahkan siswa untuk mencari dan menyaring informasi

pada proses pembelajaran dengan sangat tinggi (dengan nilai 4,35)

37. Pada proses pembelajaran guru perlu melatih merumuskan pertanyaan

dengan sangat tinggi (dengan nilai 4,09)

38. Guru tidak perlu mengarahkan penerapan gagasan baru pada pekerjaan

dengan sedang (dengan nilai 2,50)

39. Guru tidak perlu mengarahkan dan menciptakan makna pribadi dalam

proses pembelajaran dengan sedang (dengan nilai 2,46)


40. Guru perlu melatih siswa meramalkan implikasi suatu gagasan pada proses

pembelajaran dengan sangat tinggi (dengan nilai 3,96)

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa persepsi guru terhadap

model pembelajaran SAVI dalam proses pembelajaran tematik di SD gugus V

Kecamatan Percut Sai Tuan tergolong “tinggi” dengan nilai rata-rata 3,66. Dapat

diketahui juga nilai rata rata tingkat capaian responden (TCR) adalah 73,21 persen

yang termasuk dalam kategori tinggi.

4.3 Rekapitulasi Skor Responden Tentang Persepsi Guru Pada


Model Pembelajaran SAVI dalam Proses Pembelajaran
Tematik

NOMOR JUMLAH JUMLAH


MODUS MEAN
ITEM SKOR RESPONDEN
1 5 4,81 260 54
2 4 4,35 235 54
3 2 2,20 119 54
4 4 4,24 229 54
5 4 4,33 234 54
6 4 4,26 230 54
7 3 2,91 157 54
8 4 4,37 231 54
9 4 4,26 194 54
10 4 4,28 231 54
11 4 3,59 194 54
12 2 2,80 151 54
13 4 4,33 234 54
14 4 3,91 211 54
15 2 2,63 142 54
16 5 4,33 234 54
17 3 2,61 141 54
18 4 4,04 218 54
19 4 4,13 223 54
20 3 2,93 158 54
21 3 2,67 144 54
22 4 4,20 227 54
23 4 3,91 211 54
24 2 2,83 153 54
25 5 4,46 241 54
26 5 4,52 244 54
27 2 2,52 136 54
28 4 4,06 219 54
29 2 2,65 143 54
30 4 4,02 217 54
31 4 4,37 236 54
32 2 2,33 126 54
33 4 4,26 230 54
34 2 2,59 140 54
35 4 4,35 235 54
36 4 4,35 235 54
37 4 4,09 221 54
38 2 2,50 135 54
39 2 2,46 133 54
40 4 3,96 214 54

Dapat dilihat bahwa jumlah skor tertinggi yakni pada item nomor 1 yang

memperoleh skor 260. Dari skor yang diperoleh bahwa kebanyakan guru

memberikan persepsi sangat setuju pada pernyataan “guru selalu mengajak siswa

terlibat penuh sejak awal pembelajaran dengan sangat tinggi”. Dimana untuk

option sangat setuju bahwa model SAVI baik diterapkan pada semua materi

pelajaran tematik. Maka dari itu dari jawaban angket guru yang memiliki skor

tertinggi tersebut menyatakan bahwa persepsi guru pada model pembelajaran

SAVI telah diterapkan pada pembelajaran tematik di Sekolah Dasar Gugus V

Kecamatan Percut Sai Tuan.


4.4 Persentase Persepsi Guru Tentang Pelaksanaan Model

Pembelajaran SAVI Dalam Proses Pembelajaran Tematik

SANGAT
NO SANGAT KURANG TIDAK
SETUJU TIDAK
ITEM SETUJU SETUJU SETUJU
SETUJU
f P f P F P F P f P
1 44 81,5 10 18,5 0 0 0 0 0 0
2 20 37,0 33 61,1 1 1,9 0 0 0 0
3 1 1,9 2 3,7 12 22,2 31 57,4 8 14,8
4 19 35,2 29 53,7 6 11,1 0 0,0 0 0,0
5 20 37,0 32 59,3 2 3,7 0 0,0 0 0,0
6 19 35,2 31 57,4 3 5,6 1 1,9 0 0,0
7 4 7,4 12 22,2 18 33,3 15 27,8 5 9,3
8 23 42,6 28 51,9 3 5,6 0 0,0 0 0,0
9 19 35,2 30 55,6 5 9,3 0 0,0 0 0,0
10 21 38,9 28 51,9 4 7,4 1 1,9 0 0,0
11 9 16,7 22 40,7 15 27,8 8 14,8 0 0,0
12 1 1,9 11 20,4 20 37,0 20 37,0 2 3,7
13 19 35,2 34 63,0 1 1,9 0 0,0 0 0,0
14 11 20,4 30 55,6 11 20,4 1 1,9 1 1,9
15 4 7,4 4 7,4 19 35,2 22 40,7 5 9,3
16 25 46,3 22 40,7 7 13,0 0 0,0 0 0,0
17 0 0,0 3 5,6 33 61,1 12 22,2 6 11,1
18 20 37,0 21 38,9 8 14,8 5 9,3 0 0,0
19 8 14,8 45 83,3 1 1,9 0 0,0 0 0,0
20 4 7,4 10 18,5 24 44,4 10 18,5 6 11,1
21 0 0,0 6 11,1 26 48,1 20 37,0 2 3,7
22 12 22,2 41 75,9 1 1,9 0 0,0 0 0,0
23 15 27,8 21 38,9 16 29,6 2 3,7 0 0,0
24 0 0,0 14 25,9 18 33,3 21 38,9 1 1,9
25 27 50,0 25 46,3 2 3,7 0 0,0 0 0,0
26 28 51,9 26 48,1 0 0,0 0 0,0 0 0,0
27 2 3,7 7 13,0 13 24,1 27 50,0 5 9,3
28 17 31,5 24 44,4 12 22,2 1 1,9 0 0,0
29 5 9,3 6 11,1 15 27,8 21 38,9 7 13,0
30 18 33,3 27 50,0 2 3,7 6 11,1 1 1,9
31 25 46,3 25 46,3 3 5,6 1 1,9 0 0,0
No Sangat Tidak
Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju
Item Setuju
F P F P F P F P F P
33 19 35,2 31 57,4 3 5,6 1 1,9 0 0,0
34 2 3,7 6 11,1 18 33,3 24 44,4 4 7,4
35 23 42,6 27 50,0 4 7,4 0 0,0 0 0,0
36 22 40,7 29 53,7 3 5,6 0 0,0 0 0,0
37 10 18,5 39 72,2 5 9,3 0 0,0 0 0,0
38 0 0,0 6 11,1 21 38,9 21 38,9 6 11,1
39 0 0,0 4 7,4 22 40,7 23 42,6 5 9,3
40 7 13,0 39 72,2 7 13,0 1 1,9 0 0,0
Jml 523 968,5 845 1565 400 740,7 320 592,6 72 133,3
Me
P% 24,21 39,12 18,52 14,81 3,333

Persentase persepsi ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran persepsi

guru tentang model pembelajaran SAVI dalam proses pembelajaran tematik di SD

gugus V Kecamatan Percut Sai Tuan Kabupaten Deli Serdang yang dilihat dari

seluruh indikator yakni indikator Somatic, Auditory, Visual dan Intelektual.

Berikut gambaran persentase persepsi guru jika dilihat dari keempat indikator

tersebut.

Jumlah rata-rata responden dari alternatif angket untuk option “Sangat

Setuju” persentase frekuensinya sekitar 24,21% dimana hasil perhitungan nilainya

jumlah keseluruhan dari persentase responden dibagi dengan jumlah item angket

dikalikan dengan 100% ( . Jumlah rata-rata responden dari alternatif

angket untuk option “Setuju” persentase frekuensinya sekitar 39,12% dimana

hasil perhitungan nilainya jumlah keseluruhan dari persentase responden dibagi

dengan jumlah item angket dikalikan dengan 100% ( . Jumlah rata-rata

responden dari alternatif angket untuk option “Kurang Setuju” persentase


frekuensinya sekitar 18,52 % dimana hasil perhitungan nilainya jumlah

keseluruhan dari persentase responden dibagi dengan jumlah item angket

dikalikan dengan 100% ( . Jumlah rata-rata responden dari alternatif

angket untuk option “Tidak Setuju” persentase frekuensinya sekitar 14,81 %

dimana hasil perhitungan nilainya jumlah keseluruhan dari persentase responden

dibagi dengan jumlah item angket dikalikan dengan 100% ( . Jumlah

rata-rata responden dari alternatif angket untuk option “Sangat Tidak Setuju”

persentase frekuensinya sekitar 3,33 % dimana hasil perhitungan nilainya jumlah

keseluruhan dari persentase responden dibagi dengan jumlah item angket

dikalikan dengan 100% ( . Dari pemaparan perolehan persentase setiap

option di atas dapat diartikan bahwa guru memiliki persepsi yang positif terhadap

model SAVI dalam proses pembelajaran tematik karena guru cenderung lebih

banyak memilih option “Setuju”.

Gambar 4. 1 Diagram Persepsi Guru Tentang Pelaksanaan Pada Model


SAVI Dalam Proses Pembelajaran Tematik
4.3.2 Presentase Persepsi Guru Tentang Pelaksanaan Model SAVI

Dalam Proses Pembelajaran Tematik Berdasarkan Indikator

Somatic

Persentase persepsi untuk indikator somatic ini dimaksudkan untuk

mengetahui gambaran persepsi guru dalam indikator pengetahuan guru tentang

model SAVI dalam proses pembelajaran tematik di SD gugus V Kecamatan Percut

Sai Tuan. Berikut gambaran persentase persepsi guru jika dilihat dari indikator

Somantic.

4.5 Persentase Persepsi Guru Tentang Pelaksanaan Model Pembelajaran


SAVI Dalam Proses Pembelajaran Tematik Berdasarkan Indikator
Somatic
No Sangat
Item Sangat Kurang Setuju Tidak Setuju Tidak
Setuju Setuju Setuju
F P f P F P F P f P
1 44 81,5 10 18,5 0 0 0 0 0 0
2 20 37,0 33 61,1 1 1,9 0 0 0 0
3 1 1,9 2 3,7 12 22,2 31 57,4 8 14,8
4 19 35,2 29 53,7 6 11,1 0 0,0 0 0,0
5 20 37,0 32 59,3 2 3,7 0 0,0 0 0,0
6 19 35,2 31 57,4 3 5,6 1 1,9 0 0,0
7 4 7,4 12 22,2 18 33,3 15 27,8 5 9,3
8 23 42,6 28 51,9 3 5,6 0 0,0 0 0,0
9 19 35,2 30 55,6 5 9,3 0 0,0 0 0,0
JML 169 312,96 207 383,33 50 92,593 47 87,037 13 24,074
Mean 34,77 42,59 10,29 9,67 2,67
P%

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan hasil rata-rata angket dan diperoleh

34,77 % untuk option Sangat Setuju, 42,59 % Setuju, 10,29% Kurang Setuju, 9,67

% Tidak Setuju dan 2,67 % Sangat Tidak Setuju. Dari analisis jawaban, bahwa

guru memiliki pengetahuan yang positif tentang model pembelajaran SAVI dalam
proses pembelajaran tematik karena guru cenderung lebih banyak memilih untuk

option setuju. Adapun interpretasi data untuk setiap item pernyataan angket pada

indikator Somantic adalah sebagai berikut:

1. guru selalu mengajak siswa terlibat penuh sejak awal pembelajaran

dengan sangat tinggi (dengan nilai 4,81 )

2. Guru berharap dapat melakukan model pembelajaran SAVI dalam

pembelajaran tematik dengan sangat tinggi (dengan nilai 4,35)

3. Guru tidak perlu melibatkan siswa aktif berpartisipasi dalam kegiatan

pembelajaran dengan sedang (dengan nilai 2,20)

4. Dalam proses pembelajaran guru mengajak siswa untuk melakukan

pengamatan di lapangan dan menyuruh siswa untuk

menulis,menggambar dan membicarakan tentang apa yang dipelajari

dengan sangat tinggi (dengan nilai 4,24)

5. Saat belajar pembelajaran guru mengajak siswa untuk melakukan

sebuah permainan dalam pembelajaran dengan sangat tinggi (dengan

nilai 4,33)

6. Guru perlu memperagakan suatu proses dan sistim atas perangkap

konsep dengan Sangat tinggi (dengan nilai 4,26)

7. Guru tidak perlu menggunakan piktogram dan periferalnya saat proses

pembelajaran dengan sedang ( dengan nilai 2,91)

8. Guru perlu melakukan pembelajaran aktif melakukan simulasi

pembelajaran dengan sangat tinggi (dengan nilai 4,37)


9. Dalam proses pembelajaran guru selalu menrefleksikan pengalaman

dengan sangat tinggi (dengan nilai 4,26).

Berdasarkan analisis data tentang presentase jawaban menunjukkan dari

alternative yang paling banyak mendapatkan pilihan setuju sebanyak 42,59%

diketogorikan sedang.

Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada gambar diagram di bawah ini.

Gambar 4. 2 Diagram Persepsi Guru Tentang Pelaksanaan Model


Pembelajaran SAVI Dalam Proses Pembelajaran Tematik Berdasarkan
Indikator Somatic

4.3.3 Persentase Persepsi Guru Tentang Pelaksanaan Model Dalam

Proses Pembelajaran Tematik Berdasarkan Indikator Auditory

Persentase persepsi untuk indikator afektif ini dimaksudkan untuk

mengetahui gambaran persepsi guru yang berhubungan dengan rasa senang atau

tidak senang, harapan dan keyakinan terhadap objek sikap guru tentang model

pembelajaran SAVI dalam proses pembelajaran tematik di SD gugus V Kecamatan


Percut Sai Tuan. Berikut gambaran persentase persepsi guru jika dilihat dari

indikator Auditory.

4.6 Jumlah dan Persentase Indikator Auditory

Sangat
No Sangat Kurang Tidak
Item Setuju Setuju Setuju Tidak Setuju Setuju
f P F P f P f P F P
10 21 38,9 28 51,9 4 7,4 1 1,9 0 0,0
11 9 16,7 22 40,7 15 27,8 8 14,8 0 0,0
12 1 1,9 11 20,4 20 37,0 20 37,0 2 3,7
13 19 35,2 34 63,0 1 1,9 0 0,0 0 0,0
14 11 20,4 30 55,6 11 20,4 1 1,9 1 1,9
15 4 7,4 4 7,4 19 35,2 22 40,7 5 9,3
Jml f 65 120,4 129,0 238,9 70,0 129,6 52,0 96,3 8,0 14,8
Mean
P% 20,06 39,81 21,60 16,05 2,47

Dari tabel di atas diperoleh hasil rata-rata angket responden untuk

indikator Auditory ini 20,06 % Sangat Setuju, 39,81 % Setuju, 21,60 % Kurang

setuju, 16,05 % Tidak Setuju, dan 2,47 % untuk option Sangat Tidak Setuju. Dari

pemaparan untuk indikator Auditory, perolehan persentase setiap option di atas

dapat diartikan bahwa persentase responden yang menjawab pada option “Setuju”

adalah persentase yang paling banyak. Banyaknya jawaban responden untuk

option “Setuju” menunjukkan bahwa guru memiliki sikap yang positif terhadap

model pembelajaran SAVI dalam proses pembelajaran tematik.

Adapun interpretasi data untuk setiap item pernyataan angket pada indikator

Auditory adalah sebagai berikut:


10. Guru melakukan uji coba kolaboratif dengan membuat kelompok dan

berbagi pengetahuan pada siswa untuk aktivitas auditory sangat tinggi

(dengan nilai 4,28)

11. Guru mengajak siswa membaca buku panduan dan komputer dengan

suara yang keras dengan tinggi (dengan nilai 3,59)

12. Guru tidak perlu menceritakan kisah-kisah yang mengandung materi

pembelajaran dengan sedang (dengan nilai 2,80 )

13. Guru memberikan peluang siswa untuk melakukan proses belajar

berdasarkan kemitraan dan tim dengan sangat tinggi (dengan nilai

4,33)

14. Guru meminta siswa berkelompok untuk menyusun pemecahan

masalah atau membuat rencana jangka panjang dengan tinggi (dengan

nilai 3,91)

15. Guru tidak perlu meminta siswa mempraktikan suatu keterampilan

atau memperagakan suatu fungsi sambil mengucapkan secara singkat

dan teperinci apa yang sedang mereka kerjakan dengan sedang

(dengan nilai 2,63 ).

Berdasarkan analisis data tentang presentase jawaban menunjukkan dari 5

alternative yang paling banyak mendapatkan pilihan setuju sebanyak 39,81%

diketogorikkan rendah.

Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada gambar diagram di bawah

ini: Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada gambar diagram di bawah ini:

Gambar 4. 3 Diagram Persepsi Guru Tentang Pelaksanaan Model SAVI


Dalam Proses Pembelajaran Tematik Berdasarkan Indikator Auditory
4.3.4 Persentase Persepsi Guru Tentang Pelaksanaan Model SAVI Dalam Proses
Pembelajaran Tematik Berdasarkan Indikator Visualization

Persentase persepsi untuk indikator Visualization ini dimaksudkan untuk

mengetahui gambaran persepsi guru dalam indikator yang berhubungan dengan

kecenderungan untuk bertindak atau berperilaku terhadap objek sikap tentang

model pembelajaran SAVI dalam proses pembelajaran tematik di SD gugus V

Kecamatan Percut Sai Tuan. Berikut gambaran persentase persepsi guru jika

dilihat dari indikator Visualization l.

4. 1 Jumlah dan Persentase Indikator Visual

Sangat
No Sangat Kurang Tidak
Item Setuju Setuju Setuju Tidak Setuju Setuju
f P F P f P f P f P
16 25 46,3 22 40,7 7 13,0 0 0,0 0 0,0
17 0 0,0 3 5,6 33 61,1 12 22,2 6 11,1
18 20 37,0 21 38,9 8 14,8 5 9,3 0 0,0
19 8 14,8 45 83,3 1 1,9 0 0,0 0 0,0
20 4 7,4 10 18,5 24 44,4 10 18,5 6 11,1
21 0 0,0 6 11,1 26 48,1 20 37,0 2 3,7
22 12 22,2 41 75,9 1 1,9 0 0,0 0 0,0
23 15 27,8 21 38,9 16 29,6 2 3,7 0 0,0
24 0 0,0 14 25,9 18 33,3 21 38,9 1 1,9
Jml f 84 155,6 183 338,9 134 248,1 70 129,6 15 27,8
Me P
% 17,28 37,65 27,57 14,40 3,09

Tabel di atas menunjukkan rata-rata hasil survei responden untuk indikator

konatif ini 17,28 % Sangat Setuju, 37,65 % Setuju, 27,57 % Kurang Setujul, 14,40

% Tidak Setuju, dan 3,09 % untuk option Sangat Tidak Setuju. Dari pemaparan

perolehan persentase setiap option di atas dapat diartikan bahwa persentase

responden yang menjawab pada option “Setuju” adalah persentase yang paling

banyak. Banyaknya jawaban responden untuk kategori “Setuju” menunjukkan

bahwa guru memiliki keinginan yang sedang untuk melaksanakan model

pembelajaran SAVI dalam pembelajaran tematik.

Adapun interpretasi data untuk setiap item pernyataan angket pada indikator

Visual adalah sebagai berikut:

16. Guru memperjelas dalam menerapkan materi dengan menggunakan

benda 3 dimensi memiliki persentase sangat setuju sebesar 46,3% dan

setuju 40,7 %..

17. Guru tidak perlu menampilkan grafik dan sarana presentasi berwarna-

warni sesuai dengan berbagai gaya belajar memiliki persentase sangat

setuju sebesar 0,0 % dan setuju 5,6 %.

18. Item “Guru perlu berusaha melibatkan seluruh otak dan seluruh tubuh

siswa dalam pembelajaran” memiliki persentase sangat setuju sebesar

37,0 % dan setuju 38,9 %.


19. Item “Guru perlu melakukan peningkatan kreasi piktogram pada

proses pembelajaran” memiliki persentase sangat setuju sebesar 14,8

% dan setuju 83,3 %.

20. Untuk melahirkan suatu gagasan-gagasan baru guru tidak perlu

meminta siswa mempraktekkan suatu keterampilan atau

memperagakan suatu fungsi sambil mengucapkan secara singkat dan

teperinci terhadap sedang apa yang mereka kerjakan memiliki

persentase sangat setuju sebesar 7,4 % dan setuju 18,5 %.

21. Guru tidak perlu meminta siswa berkelompok dan berbicara nonstop

saat menyusun mecahankan masalah atau membuat rencana jangka

panjang memiliki persentase sangat setuju sebesar 0,0 % dan setuju

11,1 %.

22. Dalam penyampaian materi pembelajaran guru perlu mengajak siswa

untuk melakukan pengamatan lapangan memiliki persentase sangat

setuju sebesar 22,2 % dan setuju 75,9 %.

23. Dalam menjelaskan materi pembelajaran guru perlu menggunakan

bahasa yang penuh gambar (metafora, analogi ) sesuai dengan materi

diajarkan memiliki persentase sangat setuju sebesar 27,8 % dan setuju

38,9 %.

24. Dalam proses pembelajaran apakah guru tidak perlu menggunakan

media kreasi piktogram memiliki persentase sangat setuju sebesar

0,0 % dan setuju 25,9 %.


Berdasarkan analisis data tentang presentase jawaban menunjukkan dari 5

alternative yang paling banyak mendapatkan pilihan setuju sebanyak 37,65%

diketgorikan rendah.

Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada gambar diagram di bawah ini:

Gambar 4. 4 Diagram Persepsi Guru Tentang Pelaksanaan Model


Pembelajaran SAVI Dalam Proses Pembelajaran Tematik Berdasarkan
Indikator Visualization

4.3.5 Persentase Persepsi Guru Tentang Pelaksanaan Model Pembelajaran

SAVI Dalam Proses Pembelajaran Tematik Berdasarkan Indikator

Intelektualy

Persentase persepsi untuk indikator Intelektualy ini dimaksudkan untuk

mengetahui gambaran persepsi guru terhadap belajar dengan memecahkan

masalah dan berpikir yang merupakan aktivitas Intellectualy pada Model

pembelajaran SAVI dalam proses pembelajaran tematik di SD gugus V Kecamatan

Percut Sai Tuan. Berikut gambaran persentase persepsi guru jika dilihat dari

indikator Intelektualy.
Jadi, dari total keseluruhan jawaban angket dapat disimpulkan persentase

jawaban pada tabel berikut.

4. 2 Persentase Persepsi Guru Tentang Pelaksanaan Model Pembelajaran


SAVI Dalam Proses Pembelajaran Tematik Berdasarkan Indikator
Intelectualy

Sangat Kurang Tidak Sangat Tidak


No
Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju
Item
F P F P f P f P f P
25 27 81,48 25 46,30 2 3,70 0 0,00 0 0,00
26 28 37,04 26 48,15 0 0,00 0 0,00 0 0,00
27 2 1,85 7 12,96 13 24,07 27 50,00 5 9,26
28 17 35,19 24 44,44 12 22,22 1 1,85 0 0,00
29 5 37,04 6 11,11 15 27,78 21 38,89 7 12,96
30 18 35,19 27 50,00 2 3,70 6 11,11 1 1,85
31 25 7,41 25 46,30 3 5,56 1 1,85 0 0,00
32 0 42,59 5 9,26 16 29,63 25 46,30 8 14,81
33 19 35,19 31 57,41 3 5,56 1 1,85 0 0,00
34 2 38,89 6 11,11 18 33,33 24 44,44 4 7,41
35 23 16,67 27 50,00 4 7,41 0 0,00 0 0,00
36 22 1,85 29 53,70 3 5,56 0 0,00 0 0,00
37 10 35,19 39 72,22 5 9,26 0 0,00 0 0,00
38 0 20,37 6 11,11 21 38,89 21 38,89 6 11,11
39 0 7,41 4 7,41 22 40,74 23 42,59 5 9,26
40 7 46,30 39 72,22 7 12,96 1 1,85 0 0,00
Jml f 205 379,6 326 603,7 146 270,4 151 279,6 36 66,67
Me P
% 23,73 37,73 16,90 17,48 4,17

Tabel di atas menunjukkan rata-rata hasil survei responden. untuk indikator

Intelectualy ini 23,73 % Sangat Setuju, 37,73 % Setuju, 16,90 % kurang Setuju,

17,48 % Tidak Setuju, dan 4,17 % untuk option Sangat Tidak Setuju. Dari

pemaparan perolehan persentase setiap option di atas dapat diartikan bahwa

persentase responden yang menjawab pada option “Setuju” adalah persentase

yang paling banyak. Banyaknya jawaban responden untuk kategori “Setuju”


menunjukkan bahwa guru memiliki keinginan yang tinggi untuk melaksanakan

model pembelajaran SAVI dalam pembelajaran tematik.

Adapun interpretasi data untuk setiap item pernyataan angket pada indikator

adalah sebagai berikut:

4.4 Item “Guru meransang rasa ingin tahu siswa dengan banyak

melakukan bertanya dan mengemukakan berbagai masalah kepada

siswa’ memiliki persentase sangat setuju sebesar 50,0 % dan setuju

46,3%.

5.4 Item “Guru perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk

melakukan aktivitas pemecahan masalah secara kelompok” memiliki

persentase sangat setuju sebesar 51,9% dan setuju 48,1%.

6.4 Guru tidak perlu memberikan pernyataan yang memberikan manfaat

kepada siswa memiliki persentase sangat setuju sebesar 3,7% dan

setuju 13,0%.

7.4 Pada proses pembelajaran guru perlu merefleksikan pengalaman

memiliki persentase sangat setuju sebesar 31,5 % dan setuju 44,4 %.

8.4 Guru tidak perlu memberikan pengalaman belajar dunia nyata yang

kontekstual memiliki persentase sangat setuju sebesar 9,3% dan setuju

11,1%.

9.4 Guru perlu melatih siswa untuk menemukan baik sendiri,

berpasangan atau kelompok dengan pemberian masalah untuk dapat

dipecahkan memiliki persentase sangat setuju sebesar 33,3 % dan

setuju 50,0 %.
10.4 Saat belajar pembelajaran guru mengajak siswa untuk mencari dan

menyaring informasi yang berkaitan dengan pembelajaran memiliki

persentase sangat setuju sebesar 46,3 % dan setuju 46,3 %.

11.4 Item “Guru tidak perlu melibatkan siswa dalam memecahkan masalah

pada proses pembelajaran” memiliki persentase sangat setuju sebesar

0,0 % dan setuju 9,3 %.

12.4 Guru perlu mengarahkan siswa untuk menganalisis masalah memiliki

persentase sangat setuju sebesar 35,2 % dan setuju 57,4 %.

13.4 Guru tidak perlu melatih siswa mengerjakan perencanaan strategi

memiliki persentase sangat setuju sebesar 3,7 % dan setuju 11,1 %.

14.4 Item “Pada proses pembelajaran guru selalu mengarahkan siswa

untuk memilih gagasan kreatif “ memiliki persentase sangat setuju

sebesar 42,6 % dan setuju 50,0 %.

15.4 Guru perlu mengarahkan siswa untuk mencari dan menyaring

informasi pada proses pembelajaran memiliki persentase sangat setuju

sebesar 40,7 % dan setuju 53,7 %.

16.4 Pada proses pembelajaran guru perlu melatih merumuskan pertanyaan

memiliki persentase sangat setuju sebesar 18,5 % dan setuju 72,2 %.

17.4 Guru tidak perlu mengarahkan penerapan gagasan baru pada

pekerjaan memiliki persentase sangat setuju sebesar 0,0 % dan setuju

11,1 %.
18.4 Guru tidak perlu mengarahkan dan menciptakan makna pribadi dalam

proses pembelajaran memiliki persentase sangat setuju sebesar 0,0 %

dan setuju 7,4 %.

19.4 Guru perlu melatih siswa meramalkan implikasi suatu gagasan pada

proses pembelajaran memiliki persentase sangat setuju sebesar 13,0

% dan setuju 72,2 %.

Berdasarkan analisis data tentang presentase jawaban menunjukkan dari 5

alternative yang paling banyak mendapatkan pilihan setuju sebanyak 37,73%

diketgorikan rendah. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada gambar diagram

di bawah ini:

Gambar 4. 5 Diagram Persepsi Guru Tentang Pelaksanaan Model


Pembelajaran SAVI Dalam Proses Pembelajaran Tematik
Berdasarkan Indikator Intelektual

Jadi, dari total keseluruhan jawaban angket dapat disimpulkan persentase

jawaban pada tabel berikut:


4. 3 Tabulasi Persentase Persepsi Guru Tentang Pelaksanaan Model
pembelajaran SAVI Dalam Pembelajaran Tematik

Rata-rata
Indikator Alternatif jawaban Kategori
Persentase
Sangat Setuju 34,77% Rendah
Setuju 42,59% Sedang
Aktifitas Somatic Kurang Setuju 10,29% Sangat Rendah
Tidak Setuju 9,67% Sangat Rendah
Sangat Tidak Setuju 2,67% Sangat Rendah
Sangat Setuju 20,06% Rendah
Setuju 39,81% Sedang
Aktifitas Auditory Kurang Setuju 21,60% Rendah
Tidak Setuju 16,05% Sangat Rendah
Sangat Tidak Setuju 2,47% Sangat Rendah
Sangat Setuju 17,28% Sangat Rendah
Setuju 37,65% Rendah
Aktivitas Visual Kurang Setuju 27,57% Rendah
Tidak Setuju 14,40% Sangat Rendah
Sangat Tidak Setuju 3,09% Sangat Rendah
Sangat Setuju 23,73% Rendah
Setuju 37,73% Rendah
Aktivitas
Kurang Setuju 16,90% Sangat Rendah
Intelektual
Tidak Setuju 17,48% Sangat Rendah
Sangat Tidak Setuju 4,17% Sangat Rendah

Kaitan dengan hipotesis penelitian ini adalah guru memiliki persepsi yang

tinggi tentang model pembelajaran SAVI dalam proses pembelajaran tematik di

SD gugus V Kecamatan Percut Sai Tuan diterima secara deskriptif, hal itu

dibuktikan berdasarkan hasil analisis data dari rata-rata skor jawaban yang

diperoleh berada di atas 3,5 yaitu sebesar 3,66 yang dapat dilihat pada tabel 4.2.

Sedangkan berdasarkan jumlah rata-rata persentase jawaban dapat diterima karena

perolehan jumlah persentase dari seluruh item paling banyak untuk option setuju
sebesar 39,12 % yang artinya berada diatas pada persentase 39 % yang dapat

dilihat pada tabel 4.4 di atas.

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil analisis data persepsi guru tentang model pembelajaran

SAVI dalam proses pembelajaran tematik di SD gugus V kecamatan Percut Sai

Tuan memiliki kategori “Tinggi” dengan hasil yang diperoleh berdasarkan rata-

rata jumlah skor jawaban angket yaitu 3,6.

Berikut hasil data nilai persepsi guru tentang model pembelajaran SAVI

dalam proses pembelajaran tematik berdasarkan data keseluruhan dan data setiap

indikator

Indikator Somatic yaitu indikator yang berkaitan dengan belajar dengan

berbuat dan bergerak,bermakna gerakan tubuh (hands-on, aktifias fisik), yakni

belajar dengan mengalami dan melakukan. Hasil analisis data yang diperoleh

bahwa kebanyakan guru memilih jawaban sangat setuju dengan persentase

sebesar 34,77% dan 42,59% setuju. Hal ini menunjukkan persepsi guru tentang

model pembelajaran SAVI masih kategori tinggi dalam proses pembelajaran

tematik di SD. Pengetahuan guru yang positif dilihat dari guru memiliki persepsi

bahwa siswa belajar dengan mengalami dan melakukan.

Indikator Auditory yaitu indikator yang berkaitan dengan belajar dengan

berbicara dan mendengar) bermakna bahwa belajar haruslah melalui mendengar,

menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat dan

menangggapi. Hasil analisis data yang diperoleh sebesar 20,06% sangat setuju dan

39,81% setuju. Hal ini menunjukkan guru memiliki persepsi yang masih kategori
sedang terhadap model pembelajaran SAVI dalam proses pembelajaran tematik di

SD gugus V kecamatan Percut Sai Tuan.

Indikator Visualization (belajar dengan mengamati dan menggambarkan)

bermakna belajar haruslah menggunakan indra mata melalui mengamati,

menggambar, mendemonstrasikan, membaca mennunakan media dan alat peraga.

Guru memiliki persepsi yang sangat rendah terhadap Model pembelajaran SAVI

terhapa pembelajaran tematik dilihat dari Indikator Visualization dapat dilihat dari

Hasil analisis data yang diperoleh sebesar 17,28% sangat setuju dan 37,73%

setuju. Hal ini menunjukkan guru memiliki persepsi masih rendah terhadap model

pembelajaran SAVI dalam proses pembelajaran tematik di SD gugus v kecamatan

Percut Sai Tuan. Sebab melalui model pembelajaran SAVI guru dapat melakukan

beberapa hal untuk meningkatkan pembelajaran visual.

Indikator Intelektualy (belajar dengan memecahkan masalah dan berpikir )

bermakna bahwa belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir (minds-on).

Belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya

melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta,

mengontruksi, memecahkan masalah, dan menerapkanya. Guru memiliki persepsi

yang rendah tentang Model pembelajaran SAVI terhadap pembelajaran tematik

dilihat dari Indikator Visualization dapat dilihat dari Hasil analisis data yang

diperoleh sebesar 23,73% sangat setuju dan 37,73% setuju. Hal ini menunjukkan

guru memiliki persepsi yang rendah terhadap model pembelajaran SAVI dalam

proses pembelajaran tematik di SD gugus V kecamatan Percut Sai Tuan. Dapa


dilihat guru mengajak siswa untuk mencari dan menyaring informasi yang

berkaitan dengan pembelajaran.

Jika dilihat dari keseluruhan menunjukkan bahwa item nomor 1

memperoleh skor tertnggi yang kebanyakan guru memberikan persepsi sangat

setuju untuk pernyataan “guru selalu mengajak siswa terlibat penuh sejak awal

pembelajaran.” Maka dari itu dari jawaban angket guru yang memiliki skor

tertinggi tersebut menyatakan bahwa model pembelajaran SAVI dapat diterapkan

untuk semua materi pelajaran pada pembelajaran tematik di SD gugus V

Kecamatan Percut Sai Tuan.

Kemudian dari data persentase keseluruhan sebesar 24,21% Sangat Setuju,

39,12% Setuju, 18,52% Kurang Setuju14,81%, Tidak Setuju, dan 3,33% Sangat

Tidak Setuju. Banyaknya jawaban responden untuk option “Setuju” menunjukkan

bahwa guru memiliki persepsi yang positif terhadap model pembelajaran SAVI

dalam proses pembelajaran tematik. Perolehan jumlah persentase dari pilihan

yang sangat setuju dan setuju adalah paling banyak dipilih yaitu sebesar 63,33 %

yang artinya berada pada persentase ≥ 60% yang termasuk pada kategori tinggi.

Dilihat dari tanggapan responden yang dikategorikan baik, maka dapat

dikatakan bahwa hasil penelitian ini sependapat dengan pendapat Shorimin (2014:

177) bahwa pembelajaran SAVI merupakan pembelajaran yang melibatkan

seluruh indera yang dimiliki siswa.

Menurut para ahli, pembelajaran SAVI merupakan pembelajaran yang

melibatkan seluruh indera siswa untuk mencapai pembelajaran yang maksimal.


Dengam diterapkanya model pembelajaran SAVI pada siswa akan memberikan

manfaat, yaitu meningkatkan kecerdasan siswa secara terintegrasi penuh melalui

penggabungan gerak fisik dengan aktivitas intelektual. Daya ingat siswa terhadap

materi yang dipelajari lebih kuat, karena siswa membangun pengetahuannya

sendiri. Suasana dalam belajar menjadi menyenangkan karena siswa merasa

diperhatikan sehingga tidak bosan dalam belajar, Menumbuhkan kerjasama, dan

diharapkan siswa yang lebih pintar dapat membantu siswa lain yang kurang

cerdas, Menciptakan suasana belajar yang lebih menarik dan efektif. Mampu

meningkatkan kreativitas dan kemampuan psikomotorik siswa. Memaksimalkan

konsentrasi siswa, Siswa akan termotivasi untuk belajar lebih giat, Melatih siswa

membiasakan berpikir dan mengemukakan pendapat serta berani menjelaskan

jawabannya.

Dengan dukungan teori yang sejalan dengan persentase total hasil penelitian

terhadap model pembelajaran SAVI secara keseluruhan, dapat diperoleh bahwa

model Pembelajaran SAVI memiliki manfaat yang dapat digunakan dalam

pembelajaran tematik.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Model pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang melibatkan seluruh

indera yang dimiliki siswa agar tercapai pembelajaran yang maksimal. Dengan

diterapkannya model pembelajaran SAVI pada siswa akan memberikan dampak

yaitu meningkatkan kecerdasan siswa secara terintegrasi penuh melalui

penggabungan gerak fisik dengan aktivitas intelektual. Daya ingat siswa terhadap

materi yang dipelajari lebih kuat, karena siswa membangun pengetahuannya

sendiri. Suasana dalam belajar menjadi menyenangkan karena siswa merasa

diperhatikan sehingga tidak bosan dalam belajar, Menumbuhkan kerjasama, dan

diharapkan siswa yang lebih pintar dapat membantu siswa lain yang kurang

cerdas, Menciptakan suasana belajar yang lebih menarik dan efektif. Mampu

meningkatkan kreativitas dan kemampuan psikomotorik siswa. Memaksimalkan

konsentrasi siswa, Siswa akan termotivasi untuk belajar lebih giat, Melatih siswa

membiasakan berpikir dan mengemukakan pendapat serta berani menjelaskan

jawabannya. Untuk dapat mengetahui sejauh mana model pembelajaran dapat

membantu guru dalam proses pembelajaran, maka perlu adanya persepsi guru

terhadap model pembelajaran SAVI.

Berdasarkan hasil survei dengan menggunakan angket/kuesioner sebagai

alat pengumpulan data, dapat disimpulkan bahwa:

Dari hasil penelitian dengan angket/kuesioner sebagai alat pengumpulan

data, dapat disimpulkan bahwa:


1. Dari skor angket diperoleh persepsi guru terhadap model pembelajaran

SAVI dalam proses pembelajaran tematik di SD Gugus V Kecamatan

Percut Sai Tuan Kabupaten Deli Serdang dikategorikan “baik” dengan

rata-rata skor jawaban angket sebesar 3,66. Terlihat pula bahwa nilai

rata-rata tingkat pencapaian (TCR) responden sebesar 73,21 persen yang

termasuk dalam kategori tinggi.

2. Persepsi guru secara keseluruhan diperoleh persentase sebesar 63,33 %

(24,21% Sangat Setuju dan 39,12% Setuju) yang artinya bahwa guru

memiliki persepsi yang positif terhadap model pembelajaran SAVI

dalam proses pembelajaran tematik dengan kategori tinggi.

3. Berdasarkan item angket yang memiliki jumlah skor tertinggi dari hasil

persepsi guru adalah item nomor 1 yang memperoleh skor 260 dimana

kebanyakan guru memberikan persepsi “sangat setuju”. Dari jawaban

angket guru yang memiliki skor tertinggi tersebut menyatakan bahwa

model pembelajaran SAVI dapat diterapkan untuk pada pembelajaran

tematik di Sekolah Dasar Gugus V Kecamatan Percut Sai Tuan

Kabupaten Deli Serdang.

4. Persepsi guru terhadap model pembelajaran SAVI dalam proses

pembelajaran tematik di SD Gugus V Kecamatan Percut Sai Tuan

Kabupaten Deli Serdang. Untuk masing-masing indikator adalah sebagai

berikut:

a. Indikator Somatic 77,36 % (34,77% Sangat Setuju + 42,59% Setuju)

artinya guru memiliki persepsi yang tinggi mengenai model


pembelajaran SAVI dalam proses pembelajaran tematik dengan

kecenderungan persepsi yang paling banyak untuk pilihan setuju.

b. Indikator Auditory 59,87 % (20,06% Sangat Setuju + 39,81% Setuju),

yang artinya guru memiliki sikap yang sedang tentang model

pembelajaran SAVI dalam proses pembelajaran tematik dalam proses

pembelajaran tematik dengan kecenderungan persepsi yang paling

banyak untuk pilihan setuju.

c. Indikator Visualization 55,01 % (17,28% Sangat Setuju + 37,73%

Setuju) artinya guru memiliki keinginan yang sedang tentang model

pembelajaran SAVI dalam proses pembelajaran tematik dengan

kecenderungan persepsi yang paling banyak untuk pilihan setuju.

d. Indikator Intelektual 61,46 (23,73 % Sangat Setuju + 37,73 % Setuju)

yang artinya guru memiliki persepsi yang tinggi tentang model

pembelajaran SAVI dalam proses pembelajaran tematik dengan

kecenderungan persepsi yang paling banyak untuk pilihan setuju.

5.2 Saran

Dari hasil penelitian, maka dapat dibuat saran sebagai berikut :

1. Sekolah

Dengan adanya penelitian ini, sekolah diharapkan mampu

memberikan dorongan kepada guru untuk menerapkan model

pembelajaran yang menunjang keberhasilan belajar siswa, seperti

menyediakan fasilitas belajar mengajar yang mendukung, memberikan


pelatihan dalam berbagai bentuk pembelajaran terbaru yang inovatif,

efisien, efektif dan kreatif.

2. Guru

Setelah mengetahui bahwa persepsi guru terhadap model

pembelajaran SAVI dalam proses pembelajaran tematik berada pada

kategori setuju, maka sebaiknya guru menerapkan model pembelajaran

SAVI dalam pembelajaran tematik untuk lebih meningkatkan

kemampuan Auditory dan Visualization serta menciptakan suasana

belajar siswa yang aktif dan memiliki berdampak pada hasil belajar

siswa nantinya.

3. Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini memberikan informasi bahwa persepsi guru terhadap

model pembelajaran SAVI dalam proses pembelajaran tematik termasuk

dalam kategori baik, sehingga diharapkan penelitian selanjutnya dapat

mengungkap lebih jauh tentang model pembelajaran SAVI dalam

pembelajaran di Sekolah Dasar.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. 2017. Pengembangan Instrumen penelitian dan penilaian program.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Aqib, Zainal dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas Untuk guru SD, SLB, TK.

Bandung: Yrama widya.

Dewi, Rosmala. 2005. Profesionalisasi Guru Melalui Penelitian Tindakan Kelas.

Medan: Unimed PresS.

Fathurrohman, Muhammad. 2015. Model-model Pembelajaran Inovatif.

Yogyakarta:Ar-Ruzz Media.

Huda, Miftahul. 2013. Cooperative Learning. Metode, Teknik, Struktur, dan

Model Pembelajaran. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Istarani. 2015. 58 Model Pembelajaran Inovatif . Medan : Media Persada.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (online). Tersedia di

shttp://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php.Diakses 20juni 2020

Kulsum. Jauhar.2014. pengantar psikologi sosial. Jakarta:Prestasi Pustaka.

Maier, Dave. 2002. The Accelerated Learning Handbook (diterjemahkan oleh:

Rahmani Astuti). Bandung: Kaifa.

Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung:

Rosda .

Muzamiroh, Mida Latifatul. 2013. Kupas Tuntas Kurukulum 2013 Kelebihan dan

Kekurangan Kurikulum 2013: Kata Pena

Ngalimun. 2016. Strategi dan Model Pembelajaran. yogyakarta: Aswaja

Pressindo.
Priansa, Donni Juni. 2017. Pengembangan Strategi & Model Pembelajaran

Inovatif, Kreatif, Prestatif dalam memahami peserta didik. Bandung: CV

Pustaka Setia.

Prastowo, Andi. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Yogyakarta: Diva

Press.

Rahmad, J. 2011. Psikologi Komunikasi Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Rusman,.2015. Pembelajaran tematik terpadu. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Rusman. 2019. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme

Guru Edisi Kedua. Jakata: PT Raja Grafindo Persada.

Rubbins, Stephen, P. 2003. Prinsip- prinsip Perilaku Organisasi. Erlangga:

Jajarta.

Sagala, Syaiful. 2017. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Bandung.

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sri Hermuningsih, Kristi Wardani.2016. ”Persepsi Mahasiswa Terhadap Metode

Simulasi Online Trading Di Bursa Efek Indonesia Di Fakultas Ekonomi

Yogyakarta” .Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta

Sukardi. 2013. Metologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Suharso dan Retnoningtyas, Ana. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Semarang: CV. Widya Karya.


Shohimin, Aris. 2018. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.

Yogyakarta:Ar-Ruzz Media.

Slameto. 2016. Belajar dan faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: PT Rineka

Cipta.

Walgito, Bimo. 2003. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset.

Anda mungkin juga menyukai