Anda di halaman 1dari 19

NASKAH PRAKTIK BAIK

EFEKTIFITAS MODEL PROJECT-BASED LEARNING DALAM


PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI PRODUK PELAJARAN
MATEMATIKA MATERI PENGUKURAN NILAI RATA-RATA
DENGAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR

Muhammad Hana Wijayanto, M.Pd

SDN 1 Srobyong

Mlonggo Jepara

Balai Besar Guru Penggerak Provinsi Jawa Tengah

2023
ABSTRAK

Pengelolaan sampah yang terjadi sekolah SDN 1 Srobyong Mlonggo Jepara masih
memprihatinkan dan cara pengelolaan sampah belum maksimal. Pembelajaran
tentang sampah secara teori sudah dilakukan dari kelas rendah sampai kelas tinggi,
tetapi kebiasaan membuang sampah masih saja terjadi. Proses pembelajaran
Matematika materi pengukuran nilai rata-rata belum banyak melibatkan murid
dalam menemukan penerapan di kehidupan sehari-hari. Pembelajaran masih
berpusat pada guru. Guru hanya membawa pada kegiatan-kegiatan yang dapat
meningkatkan kemampuan menghitung saja tanpa mengajak tahu angka-angka itu
berasal dari mana. Proses pembelajaran juga kurang memperhatikan kebutuhan
setiap murid yang tentunya berbeda antara satu murid dengan murid lain. Bisa
berbeda kesiapan cara belajar, minat dan profil gaya belajar (visual, auditori,
kinestetik). Proses pembelajaran juga jarang merencanakan lingkungan sekolah
sebagai bahan pembelajaran. Dalam menjawab tantangan tersebut, maka penulis
membuat aksi dengan menerapkan model pembelajaran yang berpusat pada murid.
Salah satu model pembelajaran yang berpusat pada murid adalah Model Project-
Based Learning. Model pembelajaran yang melibatkan keaktifan murid dalam
memecahkan masalah. Untuk memenuhi kebutuhan setiap individu dalam kelas,
digunakan Pembelajaran Diferensiasi Produk. Proses pelaksanaan pembelajaran
berpusat pada murid sesuai roh filosofi KHD yaitu menghamba pada murid. Murid
merasakan mengalami sendiri proses belajarnya. Menyelaraskan pelajaran di kelas
dengan masalah kehidupan sehari-hari. Pembelajaran Berdiferensiasi Produk yang
dihasilkan juga beragam sesuai dengan minat dan bakat setiap murid. Guru telah
berhasil melatih nilai-nilai dan peran guru, membimbing dengan kompetensi
Coaching, Sebagai pemimpin pembelajaran, guru berhasil memberi contoh
menumbuhkan karakter murid yang membiasakan Profil Pelajar Pancasila. Praktik
pembelajaran ini sangat efektif meningkat kualitas pembelajaran jika dilihat dari
sisi guru dan sisi murid yaitu keaktifan murid, hasil produk murid dan evaluasi
murid dengan kategori memuaskan.
Kata Kunci: Project Based Learning, Coaching, Berdiferensiasi.
BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan oleh pendidik secara sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa
secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Hal ini mengisyaratkan bahwa
pendidik dalam melakukan pembelajaran perlu melakukan perencanaan yang
matang, melihat karakteristik siswa sehingga diharapkan akan dapat terlaksana
pembelajaran yang efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajarannya.
Sehingga pendidikan berkualitas dapat tercapai dengan empat ranah kompetensi inti
yaitu kemampuan spritual, sosial, pengetahuan dan keterampilan
Di era pasar bebas, setiap orang dituntut agar dapat menghadapi persaingan
bebas. Untuk itu keterampilan berpikir tingkat tinggi, kemampuan membuat
keputusan, dan kemampun untuk berkomunikasi menjadi kunci agar mampu
bertahan dan bergerak menyikapi berkembangnya globalisasi. Konsekuensi
logisnya adalah bahwa keberadaan sumber daya manusia yang unggul di masa
mendatang menempati posisi yang sangat penting dan strategis. Pendidik
hendaknya menyiapkan peserta didik agar memiliki kemampuan berkolaborasi,
memecahkan masalah, berpikir kritis dan berpikir kreatif (Mukminan, 2014;
Afandi, 2016).
Dalam proses pembelajaran roh filosofi Ki Hajar Dewantara (KHD): Ing
Ngarso Sung Tulodho¸ Ing Madyo Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani tetap
menjadi inspiratif bagi kita sebagai pendidik agar murid-murid berkarakter sesuai
Profil Pelajar Pancasila: beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
mandiri, bergotong-royong, berkebinekaan global, bernalar kritis dan kreatif. Untuk
itu guru perlu menguatkan nilai-nilainya: berpihak pada murid, reflektif, mandiri,
kolaboratif dan inovatif. Begitu juga peran sebagai guru harus ditingkatkan: sebagai
pemimpin pembelajaran, coach bagi guru lain, pendorong kolaborasi, mewujudkan
kepemimpinan murid dan penggerak komunitas praktisi.
Proses pembelajaran praktik baik ini berawal dari keprihatinan adanya
budaya pengelolaan sampah yang belum maksimal. Pelajaran Matematika materi
pengukuran nilai rata-rata belum banyak melibatkan murid dalam menemukan
konsep dan terapan di kehidupan sehari-hari. Pembelajaran masih berpusat pada
guru. Guru hanya membawa pada kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan
kemampuan menghitung rata-rata saja. Murid menerima bahan pelajaran melalui
informasi yang disampaikan guru. Materi disampaikan hingga bentuk akhir
merupakan belajar menerima (reception learning) dan dipandang kurang bermakna.
Berbeda ketika dilakukan dengan proses penemuan lebih mengarah pada
pembelajaran berpusat pada siswa (Maaß dan Artique, 2013:779). Proses
pembelajaran ini mendorong siswa benar-benar aktif menemukan sendiri atau
melalui proses pembimbingan sehingga seakan-akan siswa menemukan konsep,
dan aturan selaras dalam kehidupan sehari-hari.
Materi pengukuran rata-rata sangat erat kaitannya dengan lingkungan sekitar,
karena data-data yang digunakan untuk materi ini dapat dilakukan melalui
pengumpulan oleh murid di lingkungan sekitar. Lingkungan sekitar sekolah dapat
menjadi sumber data yang dapat digunakan untuk mempelajari Matematika.
Menurut Juariyah, dkk (2014), pembelajaran berbasis lingkungan merupakan suatu
pembelajaran yang menggunakan objek belajar sebagai pengalaman nyata,
mengamati secara langsung, memperoleh data-data secara akurat dan dapat belajar
secara mandiri ataupun berkelompok.
Menurut A. Yoki, dkk. (2019), salah satu model pembelajaran yang berpusat
pada murid adalah Model Project Based Learning. Model pembelajaran yang
melibatkan keaktifan murid dalam memecahkan masalah, dilakukan secara
berkelompok/mandiri melalui tahapan ilmiah dengan batasan waktu tertentu yang
dituangkan dalam produk untuk selanjutnya dipresentasikan kepada orang lain.
Pembelajaran yang berlangsung selama ini, juga kurang memperhatikan
kebutuhan setiap murid. Tentunya berbeda murid satu dengan murid yang lain. Bisa
berbeda kesiapan cara belajarnya, minat belajarnya dan profil gaya belajar murid
(visual, auditori, kinestetik). Semua itu perlu diperhatikan dalam merencanakan
suatu proses pembelajaran yang disebut pembelajaran Berdiferensiasi.
Tujuan
Tujuan yang diharapkan dalam praktik baik ini adalah pembelajaran yang
berpusat pada murid, sehingga murid merasakan mengalami sendiri proses
belajarnya. Murid merasa memiliki ilmu yang didapat karena guru hanya
memberikan arahan dan bimbingan. Menyelaraskan pelajaran di kelas (Matematika
materi pengukuran nilai rata-rata) dengan problem yang ada di kehiduapan sehari-
hari. Dan murid mampu mengerjakan evaluasi yang diberikan oleh guru. Tujuan
bagi guru adalah melatih nilai-nilai dan peran guru dalam proses pembelajaran yang
mempunyai roh filosofi KHD dan membimbing murid dengan kompetensi
Coaching yaitu murid dapat menemukan solusi sendiri dari permasalahan yang ada.
Dan sebagai pemimpin pembelajaran maka tindakan guru diharapkan dapat
membentuk karakter murid yang membiasakan Profil Pelajar Pancasila.
Hasil yang Diharapkan
Dari praktik baik ini, maka diharapkan akan muncul murid yang mempunyai
karakter Profil Pelajar Pancasila: beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
mandiri, bergotong-royong, berkebinekaan global, bernalar kritis dan kreatif.
Dalam hal ini mempunyai rasa peduli kepada lingkungan sekolah dengan cara dapat
memanfaatkan sampah sebagai bahan pelajaran dan mengerti mengelola sampah
secara benar. Dengan melakukan dengan senang hati maka empat ranah kompetensi
dapat tercapai yaitu kemampuan spritual, sosial, pengetahuan dan keterampilan.
Menjaga lingkungan tetap bersih, berarti sesuai anjuran agama yaitu menjaga
kebersihan sebagian dari iman (kemampuan spiritual). Bekerja bergotong-royong
maka kompetensi sosialnya meningkat. Mengintegrasikan materi pelajaran dengan
problem kehidupan sehari-hari maka akan meningkatkan pengetahuan tentang ilmu
bermakna. Dan melakukan kegiatan untuk memecahkan masalah akan
meningkatkan keterampilannya.
Bagi guru, hasil yang diharapkan adalah bisa dijadikan evaluasi pada diri
sendiri apakah nilai-nilai dan peran guru sudah berjalan sesuai harapan atau
mempunyai catatan-catatan yang perlu diperbaiki dalam proses pembelajaran
berikutnya. Dengan demikian guru dapat memberikan pelajaran yang berkualitas
terhadap murid.
BAB II
ISI
Situasi
Proses pembelajaran praktik baik ini berawal dari keprihatinan akan adanya
budaya pengelolaan sampah yang belum maksimal. Pembelajaran tentang sampah
secara teori sudah dilakukan sejak dini, kelas rendah sampai kelas tinggi. Tetapi
kebiasaan membuang sampah masih saja terjadi. Kegiatan mengingatkan harus
terus dilakukan, sehingga menjadi kebiasaan dan akhirnya menjadi budaya tentang
kebersihan.
Dalam proses pembelajaran Matematika materi pengukuran nilai rata-rata
juga belum banyak melibatkan murid dalam menemukan konsep dan terapan di
kehidupan sehari-hari. Pembelajaran masih berpusat pada guru. Guru hanya
membawa pada kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan
menghitung dan memberikan angka-angka tanpa mengajak tahu angka-angka itu
berasal dari mana, termasuk menghitung nilai rata-rata suatu kegiatan. Murid
menerima bahan pelajaran melalui informasi yang disampaikan guru. Materi
disampaikan hingga bentuk akhir, sedangkan cara belajar siswa merupakan belajar
menerima (reception learning) yang pastinya kurang bermakna.
Proses pembelajaran yang berlangsung selama ini, juga kurang
memperhatikan kebutuhan setiap murid yang tentunya berbeda antara satu murid
dengan murid yang lain. Bisa berbeda kesiapan cara belajarnya, minat belajarnya
dan profil gaya belajar murid (visual, auditori, kinestetik). Semua itu perlu
diperhatikan dalam merencanakan suatu proses pembelajaran yang disebut
pembelajaran Berdiferensiasi. Sehingga perlu direncanakan juga dalam kegiatan
proses mengajar apakah menggunakan Pembelajaran Berdiferensiasi: konten,
proses, produk. Dalam proses pembelajaran yang berlangsung hanya mengejar
materi yang ada untuk secepatnya segera diselesaikan, tanpa melibatkan karakter
murid yang akan diharapkan tumbuh dalam proses pembelajaran tersebut.
Proses pembelajaran juga sangat jarang merencanakan lingkungan sekolah
sebagai bahan media pembelajaran. Semua media diambil dari buku bacaan media
social dan internet. Untuk itu alangkah baiknya jika bisa mengoptimalkan
lingkungan sebagai sumber belajar bagi murid-murid. Dan dalam melaksanakan
proses pembelajaran hanya berpedoman pada buku dengan cara ceramah sesuai
buku pegangan yang ada, jarang sekali merencanakan menggunakan metode yang
tepat agar murid-murid mendapat kualitas proses pembelajaran menjadi baik.
Tantangan
Tantangan yang timbul adalah tantangan dari diri sendiri, yaitu merasa tidak
akan berhasil melakukan apapun untuk mengatasi masalah sampah di lingkungan
sekolah. Karena himbauan dan peringatan untuk membuang sampah maupun
mengantisipasi cara penanganan sampah sudah dilakukan terus menerus dengan
hasil yang kurang memuaskan. Hari ini berhasil, tetapi dikemudian hari berikutnya
murid-murid kembali kepada kebiasaan membuang sampah sembarangan.
Tantangan berikutnya adalah pemetaan kebutuhan setiap murid tentunya
berbeda antara satu murid dengan murid yang lain. Bisa berbeda kesiapan cara
belajarnya, minat belajarnya dan profil gaya belajar murid (visual, auditori,
kinestetik). Semua itu perlu diperhatikan dalam merencanakan suatu proses
pembelajaran. Dalam proses ini disebut pembelajaran Berdiferensiasi. Sehingga
perlu direncanakan juga dalam kegiatan proses mengajar apakah menggunakan
Pembelajaran Berdiferensiasi: konten, proses, produk. Ketepatan penentuan model
pembelajaran akan menentukan tujuan pembelajaran yang akan kita laksanakan
sehingga menentukan kualitas proses pembelajaran yang kita lakukan.
Aksi
Aksi praktik proses pembelajaran ini dilakukan pada murid kelas Vb SDN 1
Srobyong Mlonggo Kabupaten Jepara semester 1 tahun ajaran 2023/2024. Dalam
menjawab tantangan dalam merencanakan proses pembelajaran, maka penulis
membuat aksi dengan merencanakan menerapkan model pembelajaran yang
berpusat pada murid (menghamba murid/roh filososfi KHD). Menurut A. Yoki,
dkk. (2019: 41), salah satu model pembelajaran yang berpusat pada murid adalah
Model Project Based Learning. Model pembelajaran yang melibatkan keaktifan
murid dalam memecahkan masalah, dilakukan secara berkelompok/mandiri melalui
tahapan ilmiah dengan batasan waktu dan dituangkan dalam sebuah produk untuk
selanjutnya dipresentasikan kepada orang lain.
Adapun langkah kerja (sintak) Project Based Learning adalah:
Langkah Aktivitas Guru Aktivitas Murid
Kerja
Pertanyaan Guru menyampaikan topik, Mencari solusi pemecahan
Mendasar mengajukan pertanyaan masalah
bagaimana cara memecahkan
masalah.
Mendesain Guru memastikan murid Murid berdiskusi menyusun
Perencanaan memilih dan mengetahui rencana pemecahan masalah:
Produk prosedur pembuatan produk pembagian tugas, alat/bahan,
media, sumber yang
dibutuhkan
Menyusun Guru dan murid membuat Murid menyusun jadwal
Jadwal kesepakatan jadwal pembuatan pembuatan proyek dengan
Pembuatan proyek batas waktu yang ditentukan
Memonitor Memantau perkembangan dan Melaksanakan sesuai jadwal,
Keaktifan dan membimbing jika mengalami mencatat tahapan, diskusi
Perkembangan kesulitan dengan guru jika kesulitan
Proyek
Menguji Hasil Memantau keterlibatan murid, Membahas kelayakan
mengukur ketercapaian standar proyek, membuat laporan
untuk presentasi
Evaluasi Membimbing proses presentasi, Presentasi laporan, memberi,
Pengalaman merefleksi, membuat tanggapan, menyimpulkan
Belajar kesimpulan hasil proyek

Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan setiap individu dalam kelas, maka


digunakan Pembelajaran Berdiferensiasi. Guru merespon bagaimana memenuhi
kebutuhan setiap murid dalam komunitas kelas. Pembelajaran berdiferensiasi
adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru
yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Sebagai guru, kita semua tentu tahu
bahwa murid akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika tugas-tugas yang
diberikan sesuai dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki
sebelumnya (kesiapan belajar). Lalu jika tugas-tugas tersebut memicu
keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang murid (minat), dan jika tugas itu
memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja dengan cara yang mereka
sukai (profil belajar). Padahal kita tahu setiap anak memiliki profil belajar sendiri
(visual, auditori, kinestetik). Memiliki kesadaran tentang ini sangat penting agar
guru dapat memvariasikan metode dan pendekatan mengajar mereka.
https://lms25-gp.simpkb.id/mod/icontent/view.php?id=3842

Setelah berdiskusi dengan rekan sejawat lainnya tentang pemetaan


kebutuhan murid, maka kita putuskan menggunakan Pembelajaran
Berdiferensiasi Produk. Proses pembelajaran di mulai sesuai sintak pembelajaran
yang telah direncanakan yaitu: Model Project Based Learning. Guru dan murid
melaksanakan kegiatan-kegiatan sesuai langkah kerja. Setelah produk selesai
dilakukan, maka murid-murid diajak menghitung produk setiap hari yang akan
dihasilkan dalam seminggu. Produk dalam setiap hari, pastinya berbeda hasil yang
didapat dengan hari berikutnya. Dari hasil yang didapat maka murid-murid dilatih
menghitung nilai rata-rata produk yang dihasilkan. Tentunya dengan bimbingan
guru dan data yang diperoleh nyata setiap harinya. Demikian dapat menjadi
pengalaman menarik bagi murid-murid karena melakukan kegiatan secara langsung
dalam mengambil data-data untuk proses pembelajaran.

Setelah semua dilakukan, maka kita diskusi dengan rekan guru lainnya
tentang semua hal yang kita lakukan dalam praktik ini. Dimulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pemilihan metode, bahan ajar, dan sumber belajar. Dari respon rekan
sejawat menunjukkan komentar yang positif dan mendukung kegiatan yang kita
rencanakan.

Refleksi

Setelah melakukan semua langkah kerja dan memberikan penghargaan


kepada murid-murid atas hasil karya produknya, maka guru meminta teman sejawat
lainnya untuk berdiskusi dan evaluasi tentang kegiatan praktik proses pembelajaran
yang telah dilakukan. Dari diskusi dengan rekan sejawat didapat beberapa catatan,
yaitu: penanganan sampah harus dilakukan oleh semua warga sekolah, pemetaan
kebutuhan setiap murid dalam satu kelas perlu mendiskusikan dengan rekan guru
lainnya dan kalau perlu dengan Kepala Sekolah, perlu dicoba proses pembelajaran
berdiferensiasi konten dan proses, dan yang lebih penting lagi adalah hasil praktik
baik ini didiskusikan dengan warga sekolah lainnya dan dengan komunitas praktisi
lainnya.

Dampak yang terjadi setelah melakukan praktik proses pembelajaran ini


adalah kita sebagai rekan sejawat membuka diri untuk berkolaborasi tentang semua
hal masalah yang kita hadapi, murid-murid menjadi lebih bahagia dan merdeka
dalam mempelajari suatu ilmu di sekolah. Murid-murid juga lebih memperhatikan
kebersihan kelas dan sekolah tanpa harus mendapat pengawasan.

Faktor yang menjadi keberhasilan dalam praktik ini adalah kita mau
mendiskusikan permasalahan dengan rekan sejawat lainnya. Disisi lain murid juga
antusias melakukan kegiatan-kegiatan sesuai langkah-langkah. Sedangkan faktor
yang mempengaruhi ketidakberhasilan adalah faktor kebiasaan murid-murid yang
menganggap sampah sebagai barang menjijikkan. Dan kebiasaan murid selalu
menggunakan sampah an-organik dalam beraktivitas karena ringan dan murah .

Dari berbagai kegiatan-kegiatan praktik yang sudah dilakukan mengandung


beberapa makna yaitu pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan dapat
menumbuhkan karakter yang mencerminkan perilaku Profil Pelajar Pancasila.
Sehingga setiap kegiatan dalam lingkup sekolah diusahakan agar bisa
menumbuhkan karakter budaya positif. Dengan pembiasaan secara terus menerus,
diharapkan akan tumbuh budaya positif dalam diri setiap murid. Makna lain adalah
dalam proses pembelajaran sebaiknya melakukan perencanaan perangkat
pembelajaran secara keseluruhan baik: pemetaan kebutuhan murid, media, bahan
ajar, evaluasi dan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Dan tentunya kita harus
selalu berkolaborasi dengan rekan sejawat dalam perencanaan maupun evaluasi
kegiatan setiap pelaksanaan.
BAB III

PENUTUP

Simpulan

Dari kegiatan yang sudah dilakukan maka penulis mempunyai kesimpulan


yaitu: pembelajaran sudah berpusat pada murid (filosofi KHD, menghamba pada
murid), murid merasakan mengalami sendiri proses belajarnya. Murid merasa
menemukan ilmu yang didapat karena guru hanya memberikan arahan dan
bimbingan. Menyelaraskan pelajaran di kelas dengan masalah kehidupan sehari-
hari, sehingga murid sangat antusias melakukan setiap tahap kegiatan dalam
praktik. Termasuk Pembelajaran Berdiferensiasi Produk yang dihasilkan juga
beragam sesuai dengan minat dan bakat setiap murid.
Dalam pelajaran Matematika materi pengukuran nilai rata-rata yang
berkaitan dengan problem yang ada di kehiduapan sehari-hari, murid mengerti dan
memahami tentang soal-soal cerita dengan bukti murid-murid dalam evaluasi
sebagian besar mampu menyelesaikan soal dan mendapat nilai diatas KKM.
Bagi guru, telah berhasil melatih nilai-nilai dan peran guru dalam proses
pembelajaran yang mempunyai roh filosofi KHD dan membimbing murid dengan
kompetensi Coaching, karena murid dapat menemukan solusi sendiri dari
permasalahan yang ada. Dengan bukti berhasil menentukan pilihan produk sendiri
sesuai dengan kemampuannya. Dan sebagai pemimpin pembelajaran, guru berhasil
memberi contoh dalam menumbuhkan karakter murid yang membiasakan Profil
Pelajar Pancasila.
Pembelajaran menggunakan Model Projuct-Based Learning dalam
Pembelajaran Berdiferensiasi Produk pelajaran Matematika materi pengukuran
nilai rata-rata dengan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar sangat efektif
meningkat kualitas pembelajaran, jika dilihat dari keaktifan murid, hasil produk
murid dan evaluasi murid dengan kategori memuaskan
Rekomendasi dan Tindak Lanjut
Rekomendasi dari kegiatan praktik ini adalah semua kegiatan sebaiknya
direncanakan terlebih dahulu. Diskusikan dengan rekan sejawat atau warga sekolah
lainnya. Jika berhubungan dengan kebijakan maka sebaiknya dikonsultasikan
dengan pimpinan sekolah (Kepala Sekolah). Pengelolaan sampah di lingkungan
sekolah tidak bisa dilakukan setiap individu dari warga sekolah, melainkan harus
dilakukan secara bersama-sama seluruh warga sekolah dan secara terus menerus
dilakukan penyuluhan dan pergerakan tentang peduli sampah. Pemilihan metode
dan pendekatan pembelajaran diusahakan agar dikaitkan dengan masalah yang ada
di kehidupan sehari-hari murid (kontekstual). Sehingga murid bisa menerapkan
ilmu yang sedang dipelajari secara langsung.
Tindak lanjut dari kegiatan ini adalah menyebarluaskan praktik baik ini baik
dengan warga sekolah maupun dengan praktisi Pendidikan lainnya, sehingga
praktik baik ini bisa ditiru atau dievaluasi. Membuka diskusi dan menerima saran
atau kritik tentang pelaksanaan praktik ini. Mau membuka diri untuk melakukan
evaluasi demi perbaikan proses pembelaran berikutnya agar menjadi lebih baik
Referensi
A. Yoki, dkk. (2019). “Buku Pegangan Pembelajaran Berorientasi pada
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi”. Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

https://lms25-gp.simpkb.id/mod/icontent/view.php?id=3842

Juairiyah, Yunus, Y. and Djufri. (2014). “Pembelajaran Berbasis Lingkungan


Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Keanekaragaman
Spermatophyta”. Jurnal Biologi Edukasi Edisi 13, Volume 6 Nomor 2: hal 83-88.

Maaß, K.& Artique, M.(2013). “Implementation of inquiry-based learning in day-


to-day teaching:a synthesis”. ZDM Mathematics Education. Vol: 45:779–795

Mukminan. 2014. ”Tantangan Pendidikan di Abad 21”. Seminar Nasional Teknologi


Pendidikan 2014. Diselenggarakan oleh Program Studi Teknologi Pendidikan
Program Pascasarjana - Universitas Negeri Surabaya, 29 November 2014

Tim Gakko Tosho. 2023. “Belajar Bersama Temanmu Matematika untuk Sekolah
Dasar Kelas V Volume 1”. PT. Yudhistira Ghalia Indonesia.
Lampiran

Kondisi sampah yang belum terkelola dengan baik

Diskusi dengan rekan sejawat dalam merencanakan proses pembelajaran


Guru melaksanakan proses dengan menerangkan tujuan pembelajaran

Murid diskusi menyusun rencana pembuatan proyek


Guru memonitor diskusi

Murid membuat proyek


Murid presentasi hasil proyek

Murid bertanya dan menanggapi presentasi


Hasil produk murid

Guru diskusi dengan rekan sejawat tentang evaluasi pelaksanaan praktik

Anda mungkin juga menyukai