SDN 1 Srobyong
Mlonggo Jepara
2023
ABSTRAK
Pengelolaan sampah yang terjadi sekolah SDN 1 Srobyong Mlonggo Jepara masih
memprihatinkan dan cara pengelolaan sampah belum maksimal. Pembelajaran
tentang sampah secara teori sudah dilakukan dari kelas rendah sampai kelas tinggi,
tetapi kebiasaan membuang sampah masih saja terjadi. Proses pembelajaran
Matematika materi pengukuran nilai rata-rata belum banyak melibatkan murid
dalam menemukan penerapan di kehidupan sehari-hari. Pembelajaran masih
berpusat pada guru. Guru hanya membawa pada kegiatan-kegiatan yang dapat
meningkatkan kemampuan menghitung saja tanpa mengajak tahu angka-angka itu
berasal dari mana. Proses pembelajaran juga kurang memperhatikan kebutuhan
setiap murid yang tentunya berbeda antara satu murid dengan murid lain. Bisa
berbeda kesiapan cara belajar, minat dan profil gaya belajar (visual, auditori,
kinestetik). Proses pembelajaran juga jarang merencanakan lingkungan sekolah
sebagai bahan pembelajaran. Dalam menjawab tantangan tersebut, maka penulis
membuat aksi dengan menerapkan model pembelajaran yang berpusat pada murid.
Salah satu model pembelajaran yang berpusat pada murid adalah Model Project-
Based Learning. Model pembelajaran yang melibatkan keaktifan murid dalam
memecahkan masalah. Untuk memenuhi kebutuhan setiap individu dalam kelas,
digunakan Pembelajaran Diferensiasi Produk. Proses pelaksanaan pembelajaran
berpusat pada murid sesuai roh filosofi KHD yaitu menghamba pada murid. Murid
merasakan mengalami sendiri proses belajarnya. Menyelaraskan pelajaran di kelas
dengan masalah kehidupan sehari-hari. Pembelajaran Berdiferensiasi Produk yang
dihasilkan juga beragam sesuai dengan minat dan bakat setiap murid. Guru telah
berhasil melatih nilai-nilai dan peran guru, membimbing dengan kompetensi
Coaching, Sebagai pemimpin pembelajaran, guru berhasil memberi contoh
menumbuhkan karakter murid yang membiasakan Profil Pelajar Pancasila. Praktik
pembelajaran ini sangat efektif meningkat kualitas pembelajaran jika dilihat dari
sisi guru dan sisi murid yaitu keaktifan murid, hasil produk murid dan evaluasi
murid dengan kategori memuaskan.
Kata Kunci: Project Based Learning, Coaching, Berdiferensiasi.
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan oleh pendidik secara sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa
secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Hal ini mengisyaratkan bahwa
pendidik dalam melakukan pembelajaran perlu melakukan perencanaan yang
matang, melihat karakteristik siswa sehingga diharapkan akan dapat terlaksana
pembelajaran yang efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajarannya.
Sehingga pendidikan berkualitas dapat tercapai dengan empat ranah kompetensi inti
yaitu kemampuan spritual, sosial, pengetahuan dan keterampilan
Di era pasar bebas, setiap orang dituntut agar dapat menghadapi persaingan
bebas. Untuk itu keterampilan berpikir tingkat tinggi, kemampuan membuat
keputusan, dan kemampun untuk berkomunikasi menjadi kunci agar mampu
bertahan dan bergerak menyikapi berkembangnya globalisasi. Konsekuensi
logisnya adalah bahwa keberadaan sumber daya manusia yang unggul di masa
mendatang menempati posisi yang sangat penting dan strategis. Pendidik
hendaknya menyiapkan peserta didik agar memiliki kemampuan berkolaborasi,
memecahkan masalah, berpikir kritis dan berpikir kreatif (Mukminan, 2014;
Afandi, 2016).
Dalam proses pembelajaran roh filosofi Ki Hajar Dewantara (KHD): Ing
Ngarso Sung Tulodho¸ Ing Madyo Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani tetap
menjadi inspiratif bagi kita sebagai pendidik agar murid-murid berkarakter sesuai
Profil Pelajar Pancasila: beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
mandiri, bergotong-royong, berkebinekaan global, bernalar kritis dan kreatif. Untuk
itu guru perlu menguatkan nilai-nilainya: berpihak pada murid, reflektif, mandiri,
kolaboratif dan inovatif. Begitu juga peran sebagai guru harus ditingkatkan: sebagai
pemimpin pembelajaran, coach bagi guru lain, pendorong kolaborasi, mewujudkan
kepemimpinan murid dan penggerak komunitas praktisi.
Proses pembelajaran praktik baik ini berawal dari keprihatinan adanya
budaya pengelolaan sampah yang belum maksimal. Pelajaran Matematika materi
pengukuran nilai rata-rata belum banyak melibatkan murid dalam menemukan
konsep dan terapan di kehidupan sehari-hari. Pembelajaran masih berpusat pada
guru. Guru hanya membawa pada kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan
kemampuan menghitung rata-rata saja. Murid menerima bahan pelajaran melalui
informasi yang disampaikan guru. Materi disampaikan hingga bentuk akhir
merupakan belajar menerima (reception learning) dan dipandang kurang bermakna.
Berbeda ketika dilakukan dengan proses penemuan lebih mengarah pada
pembelajaran berpusat pada siswa (Maaß dan Artique, 2013:779). Proses
pembelajaran ini mendorong siswa benar-benar aktif menemukan sendiri atau
melalui proses pembimbingan sehingga seakan-akan siswa menemukan konsep,
dan aturan selaras dalam kehidupan sehari-hari.
Materi pengukuran rata-rata sangat erat kaitannya dengan lingkungan sekitar,
karena data-data yang digunakan untuk materi ini dapat dilakukan melalui
pengumpulan oleh murid di lingkungan sekitar. Lingkungan sekitar sekolah dapat
menjadi sumber data yang dapat digunakan untuk mempelajari Matematika.
Menurut Juariyah, dkk (2014), pembelajaran berbasis lingkungan merupakan suatu
pembelajaran yang menggunakan objek belajar sebagai pengalaman nyata,
mengamati secara langsung, memperoleh data-data secara akurat dan dapat belajar
secara mandiri ataupun berkelompok.
Menurut A. Yoki, dkk. (2019), salah satu model pembelajaran yang berpusat
pada murid adalah Model Project Based Learning. Model pembelajaran yang
melibatkan keaktifan murid dalam memecahkan masalah, dilakukan secara
berkelompok/mandiri melalui tahapan ilmiah dengan batasan waktu tertentu yang
dituangkan dalam produk untuk selanjutnya dipresentasikan kepada orang lain.
Pembelajaran yang berlangsung selama ini, juga kurang memperhatikan
kebutuhan setiap murid. Tentunya berbeda murid satu dengan murid yang lain. Bisa
berbeda kesiapan cara belajarnya, minat belajarnya dan profil gaya belajar murid
(visual, auditori, kinestetik). Semua itu perlu diperhatikan dalam merencanakan
suatu proses pembelajaran yang disebut pembelajaran Berdiferensiasi.
Tujuan
Tujuan yang diharapkan dalam praktik baik ini adalah pembelajaran yang
berpusat pada murid, sehingga murid merasakan mengalami sendiri proses
belajarnya. Murid merasa memiliki ilmu yang didapat karena guru hanya
memberikan arahan dan bimbingan. Menyelaraskan pelajaran di kelas (Matematika
materi pengukuran nilai rata-rata) dengan problem yang ada di kehiduapan sehari-
hari. Dan murid mampu mengerjakan evaluasi yang diberikan oleh guru. Tujuan
bagi guru adalah melatih nilai-nilai dan peran guru dalam proses pembelajaran yang
mempunyai roh filosofi KHD dan membimbing murid dengan kompetensi
Coaching yaitu murid dapat menemukan solusi sendiri dari permasalahan yang ada.
Dan sebagai pemimpin pembelajaran maka tindakan guru diharapkan dapat
membentuk karakter murid yang membiasakan Profil Pelajar Pancasila.
Hasil yang Diharapkan
Dari praktik baik ini, maka diharapkan akan muncul murid yang mempunyai
karakter Profil Pelajar Pancasila: beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
mandiri, bergotong-royong, berkebinekaan global, bernalar kritis dan kreatif.
Dalam hal ini mempunyai rasa peduli kepada lingkungan sekolah dengan cara dapat
memanfaatkan sampah sebagai bahan pelajaran dan mengerti mengelola sampah
secara benar. Dengan melakukan dengan senang hati maka empat ranah kompetensi
dapat tercapai yaitu kemampuan spritual, sosial, pengetahuan dan keterampilan.
Menjaga lingkungan tetap bersih, berarti sesuai anjuran agama yaitu menjaga
kebersihan sebagian dari iman (kemampuan spiritual). Bekerja bergotong-royong
maka kompetensi sosialnya meningkat. Mengintegrasikan materi pelajaran dengan
problem kehidupan sehari-hari maka akan meningkatkan pengetahuan tentang ilmu
bermakna. Dan melakukan kegiatan untuk memecahkan masalah akan
meningkatkan keterampilannya.
Bagi guru, hasil yang diharapkan adalah bisa dijadikan evaluasi pada diri
sendiri apakah nilai-nilai dan peran guru sudah berjalan sesuai harapan atau
mempunyai catatan-catatan yang perlu diperbaiki dalam proses pembelajaran
berikutnya. Dengan demikian guru dapat memberikan pelajaran yang berkualitas
terhadap murid.
BAB II
ISI
Situasi
Proses pembelajaran praktik baik ini berawal dari keprihatinan akan adanya
budaya pengelolaan sampah yang belum maksimal. Pembelajaran tentang sampah
secara teori sudah dilakukan sejak dini, kelas rendah sampai kelas tinggi. Tetapi
kebiasaan membuang sampah masih saja terjadi. Kegiatan mengingatkan harus
terus dilakukan, sehingga menjadi kebiasaan dan akhirnya menjadi budaya tentang
kebersihan.
Dalam proses pembelajaran Matematika materi pengukuran nilai rata-rata
juga belum banyak melibatkan murid dalam menemukan konsep dan terapan di
kehidupan sehari-hari. Pembelajaran masih berpusat pada guru. Guru hanya
membawa pada kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan
menghitung dan memberikan angka-angka tanpa mengajak tahu angka-angka itu
berasal dari mana, termasuk menghitung nilai rata-rata suatu kegiatan. Murid
menerima bahan pelajaran melalui informasi yang disampaikan guru. Materi
disampaikan hingga bentuk akhir, sedangkan cara belajar siswa merupakan belajar
menerima (reception learning) yang pastinya kurang bermakna.
Proses pembelajaran yang berlangsung selama ini, juga kurang
memperhatikan kebutuhan setiap murid yang tentunya berbeda antara satu murid
dengan murid yang lain. Bisa berbeda kesiapan cara belajarnya, minat belajarnya
dan profil gaya belajar murid (visual, auditori, kinestetik). Semua itu perlu
diperhatikan dalam merencanakan suatu proses pembelajaran yang disebut
pembelajaran Berdiferensiasi. Sehingga perlu direncanakan juga dalam kegiatan
proses mengajar apakah menggunakan Pembelajaran Berdiferensiasi: konten,
proses, produk. Dalam proses pembelajaran yang berlangsung hanya mengejar
materi yang ada untuk secepatnya segera diselesaikan, tanpa melibatkan karakter
murid yang akan diharapkan tumbuh dalam proses pembelajaran tersebut.
Proses pembelajaran juga sangat jarang merencanakan lingkungan sekolah
sebagai bahan media pembelajaran. Semua media diambil dari buku bacaan media
social dan internet. Untuk itu alangkah baiknya jika bisa mengoptimalkan
lingkungan sebagai sumber belajar bagi murid-murid. Dan dalam melaksanakan
proses pembelajaran hanya berpedoman pada buku dengan cara ceramah sesuai
buku pegangan yang ada, jarang sekali merencanakan menggunakan metode yang
tepat agar murid-murid mendapat kualitas proses pembelajaran menjadi baik.
Tantangan
Tantangan yang timbul adalah tantangan dari diri sendiri, yaitu merasa tidak
akan berhasil melakukan apapun untuk mengatasi masalah sampah di lingkungan
sekolah. Karena himbauan dan peringatan untuk membuang sampah maupun
mengantisipasi cara penanganan sampah sudah dilakukan terus menerus dengan
hasil yang kurang memuaskan. Hari ini berhasil, tetapi dikemudian hari berikutnya
murid-murid kembali kepada kebiasaan membuang sampah sembarangan.
Tantangan berikutnya adalah pemetaan kebutuhan setiap murid tentunya
berbeda antara satu murid dengan murid yang lain. Bisa berbeda kesiapan cara
belajarnya, minat belajarnya dan profil gaya belajar murid (visual, auditori,
kinestetik). Semua itu perlu diperhatikan dalam merencanakan suatu proses
pembelajaran. Dalam proses ini disebut pembelajaran Berdiferensiasi. Sehingga
perlu direncanakan juga dalam kegiatan proses mengajar apakah menggunakan
Pembelajaran Berdiferensiasi: konten, proses, produk. Ketepatan penentuan model
pembelajaran akan menentukan tujuan pembelajaran yang akan kita laksanakan
sehingga menentukan kualitas proses pembelajaran yang kita lakukan.
Aksi
Aksi praktik proses pembelajaran ini dilakukan pada murid kelas Vb SDN 1
Srobyong Mlonggo Kabupaten Jepara semester 1 tahun ajaran 2023/2024. Dalam
menjawab tantangan dalam merencanakan proses pembelajaran, maka penulis
membuat aksi dengan merencanakan menerapkan model pembelajaran yang
berpusat pada murid (menghamba murid/roh filososfi KHD). Menurut A. Yoki,
dkk. (2019: 41), salah satu model pembelajaran yang berpusat pada murid adalah
Model Project Based Learning. Model pembelajaran yang melibatkan keaktifan
murid dalam memecahkan masalah, dilakukan secara berkelompok/mandiri melalui
tahapan ilmiah dengan batasan waktu dan dituangkan dalam sebuah produk untuk
selanjutnya dipresentasikan kepada orang lain.
Adapun langkah kerja (sintak) Project Based Learning adalah:
Langkah Aktivitas Guru Aktivitas Murid
Kerja
Pertanyaan Guru menyampaikan topik, Mencari solusi pemecahan
Mendasar mengajukan pertanyaan masalah
bagaimana cara memecahkan
masalah.
Mendesain Guru memastikan murid Murid berdiskusi menyusun
Perencanaan memilih dan mengetahui rencana pemecahan masalah:
Produk prosedur pembuatan produk pembagian tugas, alat/bahan,
media, sumber yang
dibutuhkan
Menyusun Guru dan murid membuat Murid menyusun jadwal
Jadwal kesepakatan jadwal pembuatan pembuatan proyek dengan
Pembuatan proyek batas waktu yang ditentukan
Memonitor Memantau perkembangan dan Melaksanakan sesuai jadwal,
Keaktifan dan membimbing jika mengalami mencatat tahapan, diskusi
Perkembangan kesulitan dengan guru jika kesulitan
Proyek
Menguji Hasil Memantau keterlibatan murid, Membahas kelayakan
mengukur ketercapaian standar proyek, membuat laporan
untuk presentasi
Evaluasi Membimbing proses presentasi, Presentasi laporan, memberi,
Pengalaman merefleksi, membuat tanggapan, menyimpulkan
Belajar kesimpulan hasil proyek
Setelah semua dilakukan, maka kita diskusi dengan rekan guru lainnya
tentang semua hal yang kita lakukan dalam praktik ini. Dimulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pemilihan metode, bahan ajar, dan sumber belajar. Dari respon rekan
sejawat menunjukkan komentar yang positif dan mendukung kegiatan yang kita
rencanakan.
Refleksi
Faktor yang menjadi keberhasilan dalam praktik ini adalah kita mau
mendiskusikan permasalahan dengan rekan sejawat lainnya. Disisi lain murid juga
antusias melakukan kegiatan-kegiatan sesuai langkah-langkah. Sedangkan faktor
yang mempengaruhi ketidakberhasilan adalah faktor kebiasaan murid-murid yang
menganggap sampah sebagai barang menjijikkan. Dan kebiasaan murid selalu
menggunakan sampah an-organik dalam beraktivitas karena ringan dan murah .
PENUTUP
Simpulan
https://lms25-gp.simpkb.id/mod/icontent/view.php?id=3842
Tim Gakko Tosho. 2023. “Belajar Bersama Temanmu Matematika untuk Sekolah
Dasar Kelas V Volume 1”. PT. Yudhistira Ghalia Indonesia.
Lampiran