Anda di halaman 1dari 8

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA DENGAN

MENGGUNAKAN METODE SHOW AND TELL


Riris Widjayanti1, Khaerun Nisa2
1Mahasiswa Progam PGSD, FKIP Universitas Terbuka
2Dosen Tadris Ilmu Pengetahuan Alam, FATIK IAIN Kendari
E-Mail : ririesutpgsd@gmail.com 1 , Khaerunnisa764@gmail.com 2

ABSTRAK
Tercapainya tujuan pendidikan merupakan harapan dari setiap penyelenggara pendidikan, tidak
terkecuali guru. Dengan segala kemampuan profesionalnya senantiasa mengupayakan
penyelenggaran pembelajaran yang berkualitas diantaranya mengembangkan strategi
pembelajaran melalui metode (Classroom Action Research/AUTO). Pengembangan strategi
pembelajaran dengan metode (Classroom Action Research/AUTO) diterapkan dalam rangka
penelitian tindakan kelas yang menggunakan Desain dan meningkatkan kemampuan membaca
pemula dalam bahasa Indonesia yang berdasarkan siklus-siklusnya yang terdiri dari
Perencanaan, Tindakan, Observasi dan Refleksi dalam satu paket siklus. Subyek penelitian
adalah siswa kelas I SDN NGAGEL REJO I / 396 pada Semester II Tahun Pelajaran 2022/2023
dengan jumlah siswa 12 anak. Hasil yang diperoleh dari penelitian pada siklus I (25%) siswa
mendapat prestasi diatas Standart Ketuntasan Minimal, pada siklus II meningkat menjadi
(100%). Dari hasil perbaikan pembelajaran yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa
strategi pembelajaran dengan metode(Classroom Action Research/AUTO) terbukti dapat
Meningkatkan Hasil belajar siswa kelas I SDN NGAGEL REJO I / 396 Tahun Pelajaran
2022/2023.
Kata kunci : Permainan kartu, literasi, Indonesia
ABSTRAC
The achievement of educational goals is the hope of every education provider, including
teachers. With all his professional abilities, he always strives to organize quality learning,
including developing learning strategies through the method (Classroom Action Research /
AUTO). The development of learning strategies using the method (Classroom Action
Research/AUTO) is applied in the context of classroom action research that uses Design and
improves beginner reading skills in Indonesian based on cycles consisting of Planning, Action,
Observation and Reflection in one cycle package. The research subjects were class I students
at SDN NGAGEL REJO I / 396 in Semester II of the 2022/2023 academic year with 12 students.
The results obtained from research in the first cycle (25%) students got achievementsabove the
Minimum Completeness Standards, in the second cycle it increased to (100%). Fromthe results
of the improvement in learning carried out by the researchers, it was shown that thelearning
strategy using the Classroom Action Research / AUTO method was proven to be ableto improve
the learning outcomes of class I students at SDN NGAGEL REJO I / 396 in the 2022/2023
academic year.
Keywords: Card game, literacy, Indonesia
PENDAHULUAN
Pendidikan ialah perjuangan fundamental dan berkala untuk mewujudkan suasana serta proses
pembelajaran agar peserta didik bisa mewujudkan potensi dirinya berupa kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang
bisa digunakan untuk dirinya sendiri dan buat masyarakat. . .secara aktif menyadari.
mengembangkan serta berbangsa. dan orang-orang diperlukan. 20 Tahun 2004 wacana sistem
pendidikan nasional memberikan akibat positif terhadap pembelajaran di Indonesia. Hal ini
mencerminkan perkembangan membaca, menulis, dan berhitung sebagai keterampilan dasar
berbahasa yang terus dipantau dan diajarkan pada SD atau Madrasah Ibtidaiyah semenjak kelas
satu. Bahasa memainkan peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional
siswa dan mendukung pembelajaran pada semua bidang. Tujuan pembelajaran bahasa ialah buat
membantu siswa belajar ihwal diri mereka sendiri, budaya mereka sendiri serta budaya orang
lain, mengatakan pikiran serta perasaan mereka, berpartisipasi dalam komunitas bahasa dan
menemukan serta memakai keterampilan analitis serta imajinatif mereka. pada dasarnya belajar
bahasa ialah belajar berkomunikasi. Bahasa memainkan peran sentral pada perkembangan
intelektual, sosial serta emosional peserta didik serta mendukung pembelajaran di seluruh
bidang. Tujuan pembelajaran bahasa ialah buat membantu siswa belajar wacana diri mereka
sendiri, budaya mereka sendiri dan budaya orang lain, berkata pikiran serta perasaan mereka,
berpartisipasi dalam komunitas bahasa dan menemukan dan memakai keterampilan analitis serta
imajinatif mereka. intinya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Bentuk komunikasi ini
bertujuan buat memperlihatkan siswa kesempatan buat berkomunikasi baik secara verbal juga
tulisan. agar peserta didik bisa berkomunikasi menggunakan baik dan benar pada bahasa
Indonesia, maka siswa harus dilatih sekomprehensif mungkin serta dibekali dengan pilihan
komunikasi sebesar-banyaknya. Mengingat karakteristik anak yang lebih memperhatikan
sesuatu yang menarik perhatiannya, membangkitkan minat dan motivasi belajar, serta melatih
daya imajinasi anak, maka penggunaan media visual dalam pembelajaran bahasa Indonesia
khususnya untuk meningkatkan kemampuan bercerita anak dapat lebih optimal. Tujuan
pembelajaran bahasa adalah untuk membantu siswa belajar tentang diri mereka sendiri, budaya
mereka sendiri dan budaya orang lain, mengungkapkan pikiran dan perasaan mereka,
berpartisipasi dalam komunitas bahasa dan menemukan serta menggunakan keterampilan
analitis dan imajinatif mereka. Pada dasarnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.
Bentuk komunikasi ini bertujuan untuk menawarkan siswa kesempatan untuk berkomunikasi
baik secara lisan maupun tulisan. Agar siswa dapat berkomunikasi dengan baik dan benar dalam
bahasa Indonesia, maka siswa harus dilatih sekomprehensif mungkin dan dibekali dengan
pilihan komunikasi sebanyak-banyaknya.
Mengingat karakteristik anak yang lebih memperhatikan sesuatu yang menarik
perhatiannya, membangkitkan minat serta motivasi belajar, serta melatih khayalan anak, maka
pemanfaatan media visual pada pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pada mempertinggi
keterampilan bercerita anak bisa dilakukan secara optimal.Belajar tidak dapat dipisahkan asal
kehidupan setiap orang. Belajar adalah proses kompleks yang berlangsung seumur hidup. Proses
belajar ada dari hubungan antara seorang dengan lingkungannya. sang sebab itu, belajar dapat
terjadi kapan saja serta di mana saja. tanda bahwa seorang sudah belajar artinya adanya perubahan
tingkah laku yang dapat diakibatkan sang perubahan pengetahuan, keterampilan atau sikap.
Saat ini, banyak guru yang tidak memenuhi tugasnya sebagai guru profesional. Masih banyak
tugas mengajar yang terbengkalai. Tugas guru hanya menyelesaikan mata pelajaran yang dituju
pada setiap akhir semester atau tahun. Namun jangan khawatir, masih ada ketidaksesuaian
antara tujuan mata kuliah dan prestasi siswa. Guru tidak mengenal siswa secara utuh dan karena
itu tidak tahu bagaimana membedakan antara siswa yang lemah dan yang baik. Saat mengajar,
pembagian tugas di dalam kelas harus benar-benar didasarkan pada kemampuan guru, dan
siswa pertama haruslah seorang guru yang mengenal siswa secara utuh. Saat pembelajaran
bahasa Indonesia di sekolah, tidak ada lingkungan belajar yang digunakan untuk mendukung
kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, penggunaan lingkungan belajar sangat penting agar
siswa dapat dengan mudah memahami dan mencapai tujuan belajarnya. Salah satu media
pembelajaran yang dapat digunakan adalah media visual. Lingkungan visual ini menarik
perhatian siswa karena banyak topik yang dapat dipilih untuk mengembangkan sumber daya
tersebut dan semua siswa mendapatkan kesempatan yang sama, mendapatkan pengalaman
berharga dan secara tidak langsung meningkatkan minat baca mereka. Penggunaan metode
permainan akan lebih efektif bila media mendukungnya sebagai sarana pembelajaran.
Penggunaan alat bantu sebagai lingkungan belajar bertujuan untuk menunjang pembelajaran,
karena Hamalik (Arsyad, 2006) menunjukkan bahwa penggunaan media dalam proses
pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat, membangkitkan motivasi dan
merangsang belajar. Kegiatan belajar dan bahkan efek psikologis pada siswa. Media bisa
menarik Minat anak dalam belajar dan fokus dalam memahami pelajaran.Berdasarkan uraian
di atas, penulis tertarik dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul ini. Upaya
peningkatan kemampuan literasi melalui permainan flash card bagi siswa kelas I SD Negeri
Ngagel Rejo I/396 Surabaya.

METODE
Menurut David Hopkins (Kunandar, 2008:44-45) menunjukkan bahwa PTK merupakan
kegiatan mawas diri yang dilakukan penyelenggara pelatihan di lingkungan pendidikan untuk
meningkatkan rasionalitas dan keadilan mengenai:(a) praktik mengajar, (b) pentingnya praktik
mengajar, (c) situasi di mana praktik itu dilakukan. Suharsimi Arikunto (2006:57) menyatakan
bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan guru di dalam kelas bekerja
sama dengan peneliti yang berfokus pada peningkatan atau perbaikan pembelajaran. Salah satu
alasan penulis menggunakan PTK adalah untuk meningkatkan pembelajaran. Shumsky
menyebutkan manfaat PTK dalam bukunya (Kunandar, 2008:69), yaitu:
Kolaborasi PTK menimbulkan rasa kebersamaan, kolaborasi PTK menumbuhkan
kreativitas dan berpikir kritis, dalam hal ini guru dan peneliti, kolaborasi PTK membawa
perubahan positif, dan kolaborasi PTK meningkatkan konsensus untuk memecahkan masalah
yang muncul. Menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi dan tes. Prosedur
perencanaan pendekatan meliputi penentuan topik yang akan digunakan dalam pembelajaran
penelitian, pembuatan RPP, pembuatan media pembelajaran, yaitu. H. Flashcards (gambar,
teks) disesuaikan dengan topik pembelajaran dan simulasi penggunaan metode cerita
menggunakan flashcards. Media dalam Kegiatan Pembelajaran Melakukan Kegiatan
Melakukan Kegiatan Pembelajaran Membaca awal dilakukan melalui prosedur sebagai
berikut:
Pelaksanaan pembelajaran membaca sejak dini diawali dengan perencanaan dan pelaksanaan
prakarsa pembelajaran sesuai standar kemampuan berbahasa yang didukung dengan metode
bercerita menggunakan flash card standar.Refleksi terhadap tindakan yang dilakukan
berdasarkan observasi yang dilakukan selama pembelajaran (hasil refleksi ini akan dijadikan
acuan untuk perbaikan pelaksanaan tindakan selanjutnya). Proses ini diulangi sampai
perubahan kemampuan membaca awal seperti yang diharapkan. ObservasiPengamatan dapat
dilakukan dengan menggunakan panduan observasi (formulir, daftar periksa), catatan
lapangan, jurnal harian, observasi kegiatan kelas, deskripsi interaksi kelas, perekam elektronik
atau kartu kelas pabrik (Kunandar, 2008; 143). Pengamatan dilakukan dalam proses penelitian
tindakan yang diawali dengan Siklus I dan Siklus II. Pengamatan ini diharapkan dapat
mengungkap kekurangan dalam pelaksanaan tindakan, karena draf dapat diubah secepat
mungkin. Dengan kata lain: Observasi dilakukan untuk menghimpun pengetahuan tentang hasil
perbuatan sehingga dapat dievaluasi dan dijadikan dasar refleksi. Pengamatan dilakukan terus
menerus dari siklus I sampai siklus yang diharapkan. Pengamatanyang dilakukan dalam satu
siklus berpengaruh terhadap persiapan tindakan untuk siklus selanjutnya. Refleksi Refleksi
adalah suatu kegiatan dimana semua informasi yang diperoleh dari penyelidikan ditinjau
kembali untuk mengetahui apa yang tampaknya telah berjalan dengan baik dan bagian mana
yang tidak dievakuasi atau seharusnya dievakuasi sendiri. Kegiatan reflektor dilakukan atas
kerjasama antara peneliti dan guru, dengan hasil kegiatan yang dilakukan didiskusikan.
Beberapa tindakan yang dilakukan selama diskusi, yaitu:
Kegiatan yang telah diselesaikan selama proses pembelajaran diidentifikasi kembali pada
setiap siklus. Analisis pengolahan data penilaian dan perincian langkah-langkah pembelajaran
yang diterapkan. Berdasarkan hasil analisis aktif, putuskan bagaimana melanjutkannya. Jika
pelaksanaan tindakan tercapai maka penelitian dianggap selesai, tetapi jika tidak tercapai maka
kita kembali ke siklus rencana pembelajaran berikutnya. Pelaksanaan pembelajaran membaca
sejak dini diawali dengan perencanaan. Melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai ukuran
kompetensi berbahasa yang didukung dengan pemilihan metode cerita dengan sumber
flashcard sesuai indikator. Observasi penggunaan metode cerita dengan media flashcard untuk
meningkatkan literasi awal. Refleksi terhadap tindakan yang dilakukan berdasarkan observasi
yang dilakukan selama pembelajaran (hasil refleksi ini akan dijadikan acuan untuk perbaikan
pelaksanaan tindakan selanjutnya). Proses ini diulang sampai perubahan kemampuan membaca
awal memenuhi harapan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Informasi persiapan siswa sebelum batas waktu diperoleh dari ujian pendahuluan yang
berlangsung pada 15 November 2021. Informasi ini digunakan sebagai informasi dasar untuk
menentukan keberhasilan. sebanyak 7 (23%) selesai atau mencapai KKM. Sebanyak 24
(77%) tidak menyelesaikan atau mencapai KKM. Skor rata-rata adalah 60,41. Berdasarkan
hasil pengujian tersebut, maka perlu diambil langkah-langkah untuk mengatasi permasalahan
di atas. Informasi pertama sebelum operasi adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pra Semester
Presentase Nilai rata-rata
Tuntas KKM Belum tuntas KKM
7% 23% 24% 77% 60,41%
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model penelitian Kemmis dan McTaggart
(Suharsimi Arikunto, 2010:
17) dikenal sebagai model spiral. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap. Siklus 1
terdiri dari dua pertemuan dimana setiap siklus dievaluasi untuk mengetahui tingkat
kemampuan siswa setelah pembelajaran. Siklus 2, seperti halnya Siklus 1, terdiri dari dua kali
pertemuan. Proses penelitian adalah sebagai berikut:
Tindakan Siklus I Tindakan Siklus I berlangsung selama seminggu dari pukul 11.00
hingga 15.00. Januari 2023. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian
tindakan kelas yang terdiri dari siklus yang masing-masing terdiri dari 4 langkah. Langkah-
langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Guru perencanaan, sebagai pemimpin pembelajaran di kelas, menyusun program tahun,
program semester dan RPP dengan menggunakan media visual, formulir observasi dan
penugasan. Berdasarkan hasil observasi terhadap proses pembelajaran dan keberhasilan
pembelajaran sebelum intervensi, dapat diperoleh informasi dasar sebagai berikut.
:Tabel 4.2
Presentase Ketuntasan
Siklus I Siklus II
Tuntas Belum tuntas Tuntas Belum Tuntas
17 55% 14 45% 24 77% 7 23%

Hasil pencatatan menunjukkan bahwa 14 dari 31 siswa kelas 1 atau 45% masih belum mampu
membaca permulaan dan mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Setelah meninjau
lembar kerja siswa, ditemukan bahwa sebagian besar siswa masih belum bisa membedakan
bentuk huruf dan pemahaman siswa tentang membedakan huruf satu dengan yang lain banyak
yang terbalik. Berdasarkan observasi dan pencatatan proses pembelajaran dan hasil belajar
ditetapkan sebagai baseline bahwa siswa kelas I SD Negeri Ngagel Rejo I/396 berjumlah 31
siswa, dengan sebagian besar siswa belum memahami atau menguasai bentuk huruf. . . Karena
itu, mereka terus mengalami kesulitan membedakan dan menggunakannya secara terbalik.
Berawal dari kenyataan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia dilakukan melalui media
gambar untuk mengatasi kesulitan belajar membaca pada awal kelas I SD Negeri Ngagel Rejo
I/396.
Berpedoman pada standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia, guru kelas
memandu langkah-langkah pembelajaran melalui bahasa Indonesia dengan menggunakan
media gambar. Berikut langkah-langkah yang dilakukan dalam proses persiapan pembelajaran,
sebagai berikut:
Pilih topik atau indikator yang cocok untuk membaca permulaan. Indikator yang benar
untuk Siklus I adalah siswa mengetahui cara pengucapan vokal dan konsonan. Membuat RPP
berdasarkan indikator yang teridentifikasi. RPP yang dibuat oleh peneliti adalah 1 sesi dan 2
jam dalam seminggu pelajaran. Siapkan media gambar yang akan digunakan dalam
pembelajaran. Pada musim gugur I, guru menggunakan penyangga gambar dengan nama
gambar di bawah, tetapi hurufnya tidak sempurna (masih ada spasi). Oleh karena itu, siswa
diminta untuk mengisi bagian yang kosong dengan huruf yang benar. Pada pelajaran pertama
ini, guru menggunakan gambar dengan huruf kosong pada namanya, baik di depan, tengah,
maupun belakang, dan siswa diminta untuk mengisinya.
Hasil analisis data yang dilakukan peneliti selaku guru kelas I terhadap pelaksanaan
pembelajaran dengan bantuan media gambar pada Siklus 2 menunjukkan perubahan yang
cukup besar secara keseluruhan. Guru lebih mantap dalam memimpin kelas dan luwes dalam
memahami kekurangan-kekurangan kecil seperti: B. kurangnya manajemen waktu dan tidak
melakukan tindak lanjut.
Hasil belajar dan partisipasi siswa dalam pembelajaran meningkat drastis. Siswa lebih
memperhatikan dan menjawab pertanyaan guru, lebih antusias dan kreatif.Kemampuan menulis
huruf dalam sebuah kata meningkat, yang tentunya juga mempengaruhi membaca di awal.
Ketika siswa menjadi lebih terlibat dalam pembelajaran, suasana di kelas menjadi lebih hidup
dan menyenangkan. Analisis hasil tes Siklus 2 menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa adalah
80,70 dan 7 siswa berada di bawah batas KKM yaitu. H.23% Berdasarkan penelitian ini
diyakini bahwa pembelajaran berhasil ketika keterlibatan siswa dalam pembelajaran
meningkat. Selain itu, hasil ujian akhir studi siswa mencapai nilai rata- rata 74,73, dan
persentase yang lulus KKM sebesar 55%. Berdasarkan kondisi tersebut dan melihat hasil yang
diperoleh di setiap episodenya, mulai membaca menggunakan media gambar berhasil di
Episode 2, sehingga tidak ada alasan untuk melanjutkan ke episodeberikutnya.
Hasil penelitian yang telah diuraikan di atas menunjukkan bahwa literasi membaca
meningkat khususnya dalam mengenal huruf dengan menggunakan media flashcard. Media
flashcard ini memberikan efek positif dengan mencoba meningkatkan aktivitas siswa, terlibat
dalam pembelajaran yang sebelumnya kurang menyenangkan. Dengan menggunakan kartu
flash, siswa menemukan jawaban dengan mudah dan cepat karena cocok dengan kartu flash
yang disediakan oleh guru saat mereka membaca. Penggunaan media flash dapat meningkatkan
prestasi siswa di kelas dan memotivasi siswa yang sebelumnya pendiam dan pemalu karena
dapat mendemonstrasikan cara menggunakan media flash untuk menyelesaikan masalah
dengan cepat dan mudah. Hal ini sependapat dengan Sri Subarinah (2006:49), yang
menyatakan bahwa kartu bergambar adalah alat yang berfungsi sebagai penyampai informasi,
dan dari kertas berukuran 4 cm x 6 cm (atau benda lain yang penting untuk kecocokan) kepada
penerima pesan berbentuk persegi panjang. ) dan dibagi menjadi beberapa bagian sesuai
dengan gambar pada masing-masing kartu.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2015), media adalah alat atau sarana
penyampaian informasi dari pengirim pesan kepada penerima pesan. Informasi disini berkaitan
dengan mata pelajaran, pengirim pesan adalah guru dan penerima pesan adalah siswa.
Penggunaan media flashcard selama dua siklus menunjukkan hasil belajar siswa SDN-12 Kelas
I dalam kaitannya dengan peningkatan keterampilan membaca Pontianak Timur. Hal ini
dibuktikan dengan peningkatan literasi pada PembelajaranBagian I dan II. Hal di atas dapat
dilihat dari peningkatan kemampuan membaca siswa yang mencapai KKM ≥65. Semua siswa
kelas satu yang berjumlah 31 orang hadir dalam penelitian tersebut. Persentase akhir siklus
sebelumnya 23%, siklus I 55%, siklus II 77% lulusan KKM. Berdasarkan hasil temuan, masih
terdapat kekurangan aktivitas siswa karena sebagian besar pembelajaran masih dipimpin oleh
guru dan guru belum memanfaatkan secara maksimal lingkungan belajar yang tersedia. Setelah
prosedur, hasilnya mulai meningkat. Pada periode pertama keaktifan siswa mulai terlihat,
meskipun mayoritas siswa yang aktif berani, namun pada periode kedua guru berencana untuk
mengaktifkan siswa yang belum berani dan memberikan kesempatan untuk menyampaikan
pendapatnya. Hasilnya, siswa lebih aktif dan dapat meningkatkan rasa percaya diri mereka
selama proses pembelajaran. Jemaat I -
Berdasarkan hasil Jemaat II dapat disimpulkan bahwa penggunaan media flashcard dapat
meningkatkan kemampuan membaca siswa.

SIMPULAN
sesuai yang akan terjadi penelitian ini, penggunaan media gambar pada pembelajaran bisa
mengatasi kesulitan belajar membaca pada siswa kelas I Sekolah Dasar Negeri Ngagel Rejo
I/396 dibandingkan dengan pembelajaran sebelum penggunaan media gambar. Hal ini
tercermin berasal rata-rata kinerja peserta didik yang relatif lebih tinggi dibandingkan
menggunakan homogen-homogen peserta didik yg memakai media gambar pada
pembelajarannya, dibandingkan menggunakan rata-homogen peserta didik yang
pembelajarannya dilakukan sebelum menggunakan media gambar. rata-homogen siswa yang
memakai media gambar artinya 80,70, dan homogen-homogen siswa yg belajar sebelum
memakai media gambar ialah 74,73. oleh sebab itu, berdasarkan penelitian tindakan kelas
menggunakan memakai 2 daur di atas, tampaknya hipotesis yg dirumuskan telah terbukti
kebenarannya, adalah penerapan pembelajaran melalui media gambar dapat mengatasi
kesulitan membaca Dari tahun ajaran pertama dimulai. Negeri Ngagel Rejo I/396. asal sini
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia menggunakan bantuan media visual
bisa mengatasi kesulitan belajar membaca di siswa kelas I SD Negeri Ngagel Rejo I/396. karena
penggunaan media gambar bisa mengatasi kesulitan belajar membaca di peserta didik kelas I
Sekolah Dasar awal, maka pihak sekolah harus berperan sebagai Produsen kebijakan buat
mendorong guru kelas bawah khususnya guru kelas I memakai media gambar. pada prosedur
pembelajaran. belajar buat mulai membaca. Tujuannya artinya buat memaksimalkan
pencapaian membaca awal siswa serta mengurangi jumlah siswa yang mengalami kesulitan
belajar membaca buat pembelajar awal. sebab kelas yg lebih rendah, khususnya kelas I, adalah
dasar keberhasilan belajar pada kelas yg lebih tinggi, maka belajar harus matang dan lancar
pada membaca, menulis, dan berhitung. oleh karena itu, pengajar SD khususnya pengajar kelas
I wajib lebih kreatif pada menentukan metode dan lingkungan pembelajaran membaca pada
awalnya. galat satunya adalah penggunaan media gambar. Penggunaan media gambar dalam
pembelajaran memang relatif memakan ketika, padat karya serta mahal. akan tetapi, Bila
diterapkan dengan sahih, pembelajaran membaca di awalnya berhasil serta dapat mengurangi
jumlah peserta didik yang mengalami kesulitan belajar membaca pada awalnya.

DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman. (1999). Kesulitan Siswa Membaca Permulaan. Jakarta: Rineka Cipta.
Djauzak,A 1995. Metodik Khusus Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar.
Jakarta: Depdikbud.
Asep Herry Hernawan. 2008. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Abdurrahman, Mulyono. (2012). Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Rineka
Cipta
Abu Ahmadi Dan Widodo Supriyono. (2013). Psikologi Belajar Dan Mengajar. Bandung :
Sinar Baru
AH. Sanaky, H. 2013. Media Pembelajaran Interaktif-Inovatif. Yogyakarta: Kaukaban
Dipantara
Alice, Crow. Dan Lester D, Crow. (1992). Educational Psychology. New Jersey: Littlefeld
Adams and Co.
Arikunto, S. (2016). Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik. Jurnal Pendidikan Jakarta:
Rineka Cipta
Arikunto, S. 2013.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi. Jakarta: PT.
Rineka Cipta Cipta.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi 2). Jakarta: PT Bumi
Aksara. Depdiknas. 2000. Permainan Membaca dan Menulis di Taman Kanak-Kanak. Jakarta:
Depdiknas.
Djago Tarigan. 2006. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Di Kelas Rendah Jakarta:
Universitas Terbuka.
Djamarah, Bahri Syaiful. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Hasan Wallinomo.
1991. Pengajaran Membaca dan Menulis Kelas I, II di SD. Jakarta: Dekdikbud.
Lerner. 2014. Meningkatkan Efektivitas Mengajar. Jakarta: Pustaka Jaya
Poerwadarminta W.J.S. 1986. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Sardiman . 2012 . Interksi Motivasi & Belajar Mengajar . Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Suryabrata Sumadi. 1993. Psikologi Pendidikan. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada
Suyanto, Wardan., dan dkk. (2014). Penerapan Model Problem-Based Learning untuk
Meningkatkan Keterampilan Berfikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan
Vokasi,4(1),125143.https://journal.uny.ac.id/index.php/jpv/article/viewFile/2540/2098
.(Diaksestanggal 28 November 2021).
Suyono dan Hariyanto. (2012). Belajar dan Pembelajaran (Teori dan Konsep Dasar). Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Winarno, Budi. 2014. Kebijakan Publik(Teori, Proses dan Studi Kasus). Jakarta: Centre Of
Academic Publishing Service (CAPS) WS.
Winkel. (1983) Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia, 1983 Wardani,
dkk.2016. Pengaruh Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika Mahasiswa
Universitas Trunojoyo. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Vol 2 No 1 Maret 2016

Anda mungkin juga menyukai