Anda di halaman 1dari 24

Jurnal Junjungan Pendidikan (Intelektual dan Edukatif)

Volume 1, Nomor 1, Jul-Des 2020, Hal. 38-61

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERORIENTASI


AKTIVITAS SISWA (PBAS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR BAHASA INDONESIA PADA ASPEK BERBICARA
SISWA KELAS IX SMPN 12 MANDAU

NOFRINI SUSANTI, S.Pd., M.Pd.


Nofrinisusanti7@gmail.com
GURU SMPN 4 BATHIN SOLAPAN

ABSTRAK
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini bertujuan untuk : 1). meningkatkan
kemahiran berbicara siswa kelas IX/2 SMP Negeri 12 Mandau tahun pelajaran
2017/2018 khususnya kemahiran melaporkan berbagai peristiwa secara lisan, 2).
mengidentifikasi peningkatan daya serap siswa kelas IX SMP Negeri 12 Mandau
tahun pelajaran 2017/2018 pada aspek keterampilan berbicara khususnya
melaporkan berbagai peristiwa secara lisan, dan 3). mengidentifikasi bagaimana
langkah - langkah yang efektif dilakukan oleh peneliti/guru dalam menerapkan
strategi PBAS dengan menggunakan media gambar agar hasil belajar bahasa
Indonesia siswa kelas IX/2 SMP Negeri 12 Mandau pada aspek berbicara
khususnya melaporkan berbagai peristiwa secara lisan dapat ditingkatkan.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus, pada siswa kelas IX
SMP Negeri 12 Mandau semester ganjil tahun pelajaran 2017/2018 yang
berjumlah 30 orang sebagai subjek penelitian. Pengumpulan datanya
menggunakan teknik tes unjuk kerja yang telah dilengkapi dengan rubrik
penilaian untuk pengumpulan data utama, dan teknik observasi untuk
pengumpulan data pelengkap. Data yang terkumpul dianalisis dengan teknik
analisis deskriptif komparatif untuk data utama yaitu dengan cara membandingkan
nilai tes hasil belajar siswa dengan KKM mata pelajaran Bahasa Indonesia di
kelas IX/A SMP Negeri 12 Mandau tahun pelajaran 2017/2018 yaitu angka 75
sebagai indikator kinerja, kemudian membandingkan nilai tes hasil belajar
antarsiklus. Dari penganalisisan data diperoleh hasil bahwa penerapan strategi
PBAS dengan penggunaan media gambar dapat meningkatkan kemahiran siswa
berbicara khususnya kemahiran melaporkan berbagai peristiwa secara lisan. Daya
serap siswa meningkat sebesar 22,08 % setelah diberikan perlakuan/tindakan.

Kata Kunci : Strategi PBAS, hasil belajar, kemahiran berbicara

PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan faktor utama dalam menciptakan sumber daya
manusia (SDM) yang berkualitas. Pendidikan dapat membentuk sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan manusia dalam mewujudkan
kehidupan sehari-hari. Pendidikan adalah lembaga yang dengan sengaja
diselenggarakan untuk mewariskan dan mengembangkan pengetahuan,

38| http://jurnaljunjunganpendidikan.com/index.php/jp | Volume 1, Nomor 1, Jul-Des 2020


pengalaman, keterampilan, dan keahlian dari generasi yang lebih tua kepada
generasi berikutnya. Melalui pendidikan, suatu bangsa akan maju dan berkualitas.
Generasi yang berkualitas diharapkan mampu menjalankan berbagai kegiatan
bangsa, baik sektor ekonomi, politik, pendidikan maupun sains yang merupakan
jantung kemajuan suatu bangsa.
Menurut Undang-Undang RI tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003),
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena
itu, pembelajaran bahasa Indonesia hendaknya diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan dan keterampilan peserta didik dalam berkomunikasi dengan bahasa
Indonesia yang baik dan benar, secara lisan maupun tertulis. Hal ini, sejalan
dengan salah satu tujuan umum mata pelajaran bahasa Indonesia yaitu agar
peserta didik memiliki kemampuan menggunakan bahasa Indonesia untuk
meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional, dan kematangan
sosial (BSNP, 2006:3).
Ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia meliputi empat aspek
keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
Keempat aspek tersebut merupakan aspek yang terintegrasi dalam pembelajaran
walaupun pada penyajiannya dalam silabus keempatnya masih dapat dipisahkan.
Dari keempat aspek keterampilan berbahasa tersebut di atas, keterampilan
berbicara merupakan keterampilan "aktif produktif', yaitu berkenaan dengan
kegiatan menggunakan bahasa. Artinya, pada keterampilan ini diupayakan agar
siswa mampu memproduksi unsur-unsur bahasa yang digunakan sebagai sarana
dalam tutur agar dapat menyampaikan gagasannya secara runtut dan dapat
dipahami orang lain.
Latihan berbicara dengan frekuensi tinggi akan menggiring siswa agar
memiliki keberanian dan lebih mudah serta lebih lancar da lam mengemukakan

|39
gagasannya secara lisan di depan orang banyak. Lebih-lebih disadari bahwa
kemahiran berbicara ini bukan hanya diperlukan selama mereka masih menuntut
ilmu yaitu sebagai bagian dari unjuk kerja dalam mata pelajaran bahasa Indonesia
dan juga dalam meningkatkan penguasaannya pada mata pelajaran yang lain,
tetapi berkontribusi juga bagi siswa nantinya dalam menjalani kehidupannya di
masyarakat sebagai manusia dewasa.
Walaupun keterampilan berbicara sudah diajarkan sejak lama, hasil
pembelajaran yang diharapkan rupanya belum dapat dicapai. Fakta di lapangan
memperlihatkan bahwa unjuk kerja siswa dalam berbicara belum begitu
menggembirakan. Pada standar kompetensi berbicara khususnya Kompetensi
Dasar melaporkan secara lisan berbagai peristiwa, nilai siswa masih tergolong
rendah. Siswa kurang berani berbicara secara formal di depan umum.
Kondisi tersebut di atas didukung pula oleh hasil tes awal yang dilakukan
peneliti/guru terhadap kemampuan siswa berbicara, khususnya melaporkan
peristiwa secara lisan di kelas IX/2 SMP Negeri 12 Mandau tahun pelajaran
2017/2018, yaitu dari 30 orang (100%) siswa yang dites, hanya 6 orang (20%)
yang tuntas, 24 orang (80%) belum tuntas.
Diprediksi kondisi tersebut disebabkan oleh proses pembelajaran yang
kurang tepat. Proses pembelajaran yang dilakukan guru masih konvensional. Yang
dimaksud dengan pembelajaran konvensional adalah pembelajaran masih terpusat
pada guru dan belum terpusat pada siswa. Guru lebih mendominasi proses
pembelajaran melalui pemanfaatan teknik ceramah dan penugasan.
Melihat kenyataan itu , diduga ada hubungan antara cara yang ditempuh
guru dalam membelajarkan siswanya dengan perolehan hasil belajar siswa.
Sehubungan dengan itu, dirumuskan langkah untuk menyiasati pembelajaran
berbicara ini dengan cara-cara yang lebih variatif, inovatif, dan diyakini dapat
meningkatkan kemahiran siswa dalam berbicara, khususnya melaporkan peristiwa
secara lisan.
Berdasarkan fenomena di atas, penulis melakukan penelitian tindakan
kelas untuk melihat pengaruh penerapan strategi pembelajaran berorientasi
aktivitas siswa (PBAS) untuk meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia pada

40|
KD Melaporkan Secara Lisan Berbagai Peristiwa Secara Lisan dengan kalimat
yang efektif.

B. KAJIAN TEORI
1. PBAS
a. Konsep dan Tujuan PBAS
Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus
dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif
dan efisien (Wina Sanjaya, 2013:126). PBAS adalah sebagai suatu pendekatan
dalam pembelajaran yang menekankan kepada aktivitas siswa secara optimal
untuk memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif,
dan psikomotorik secara seimbang, Wina Sanjaya, 2013:137. PBAS bertujuan
membentuk siswa yang cerdas sekaligus siswa yang memiliki sikap positif dan
secara motorik terampil. Secara khusus PBAS bertujuan:
1. Meningkatkan kualitas pembelajaran agar lebih bermakna.
2. Mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki siswa.
b. Peran Guru dalam Implementasi PBAS
Dalam implementasi PBAS, guru tidak berperan sebagai satu-satunya
sumber belajar yang bertugas menuangkan materi pelajaran kepada siswanya.
Akan tetapi yang lebih penting adalah bagaimana memfasilitasi agar siswa belajar.
Oleh sebab itu, ada beberapa kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru, di
antaranya adalah sebagai berikut.
1. Mengemukakan berbagai alternatif tujuan pembelajaran yang harus dicapai
sebelum kegiatan pembelajaran dimulai.
2. Menyusun tugas-tugas belajar bersama siswa.
3. Memberikan informasi tentang kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan.
4. Memberikan bantuan dan pelayanan kepada siswa yang memerlukannya.
5. Memberikan motivasi, mendorong siswa untuk belajar, membimbing melalui
pengajuan pertanyaan-pertanyaan.
6. Membantu siswa dalam menarik suatu kesimpulan.

|41
c. Tenaga Pendidik ( Guru) Faktor yang Memengaruhi Keberhasilan
Suparlan (2006:82) mengemukakan sepuluh standar kompetensi guru,
yaitu:(1) memiliki kebribadian sebagai guru, (2) menguasai landasan pendidikan,
(3) menguasai bahan pelajaran, (4) menyusun program pengajaran, (5)
melaksanakan proses belajar-mengajar, (6) melaksanakan penilaian pendidikan,
(7) melaksanakan bimbingan, (8) melaksanakan administrasi sekolah, (9) menjali
kerja sama dan interaksi dengan guru sewajat dan masyarakat, dan (10)
melaksanakan penelitian sederhana.
Profesionalisme merupakan proses peningkatan kualifikasi atau
kemampuan para anggota penyandang suatu profesi untuk mencapai kriteria
standar ideal dari penampilan atau perbuatan yang diinginkan oleh profesinya itu
Sudarwan Danim, (2011:105). Ada beberapa ciri-ciri guru profesional, yaitu (1)
kemampuan intelektual yang diperoleh melalui pendidikan, (2) memiliki
pengetahuan spesialisasi, (3) menjadi anggota organisasi profesi, (4) memiliki
pengetahuan praktis yang dapat digunakan langsung oleh orang lain atau klien, (5)
memiliki teknik kerja yang dapat dikomunikasikan, 6) memiliki kapasitas
mengorganisasikan kerja secara mandiri atau self-organization, (7) mementingkan
kepentingan orang lain, (8) memiliki kode etik, (9) memiliki sanksi dan tanggung
jawab komunitas, (10) mempunyai sistem upah, (11) budaya professional, dan
(12) melaksanakan pertemuan profesional tahunan.
2. Berbicara sebagai Aspek Kemahiran Berbahasa
Purwo Bambang Kaswanti (1997:20-21) berpendapat bahwa berbicara
sebagai kemahiran berbahasa tidak dapat diperoleh melalui kegiatan
menghafalkan. Siswa tidak dapat memperoleh kemahiran berbahasa hanya dengan
duduk mendengarkan keterangan guru dan mencatat apa yang didengarnya itu
dalam buku tulisnya.
Menurut pendapat Romli (2003: 65) kemahiran berbicara di depan umum
harus dibina dan dikembangkan. Ada dua cara untuk mendapatkan kemahiran
yaitu (1) dengan pemahaman teknik public speaking (kemahiran berbicara di
depan umum, dan (2) dengan latihan.

42|
Berpedoman pada kedua pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan
bahwa agar siswa berani dan mahir berbicara di depan umum, mahir dalam arti -
efisien menggunakan kata, cermat memilih kata, pandai menyusun serta
merangkaikan kalimat satu dengan kalimat yang lainnya, teratur menyampaikan
gagasan dan komunikatif, siswa perlu dilatih atau dibawa ke pengalaman langsung
melakukan kegiatan berbicara di depan orang banyak. Dalam latihan ini durasi
pembicaraan perlu dibatasi hanya dua menit.
3. Faktor-Faktor Penunjang Keefektifan Berbicara
Arsjad dan Mukti dalam Wisudariani (2008:20) menyatakan bahwa aspek
kebahasaan sebagai penunjang keefektifan berbicara meliputi (1) ketepatan
ucapan, (2) penempatan tekanan, nada, durasi yang sesuai, (3) pilihan kata atau
diksi, dan (4) ketepatan sasaran pembicaraan. Untuk aspek nonkebahasaan
meliputi (1) sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku, (2) pandangan diarahkan
kepada lawan bicara, (3) kesediaan menghargai lawan bicara, (4) gerak-gerik,
mimik yang tepat, (5) penyaring suara, (6) kelancaran, (7) relevansi dan
penalaran, dan (8) penguasaan topik.
Dengan memperhatikan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk
mengukur tingkat kemahiran siswa dalam berbicara pedoman penilaian
hendaknya dititikberatkan pada dua aspek yaitu, aspek kebahasaan dan aspek
nonkebahasaan.
4. Melaporkan secara Lisan Berbagai Peristiwa
Wibowo (2008:20) mengemukakan bahwa sebuah laporan bertujuan
untuk memberikan informasi yang jelas tentang peristiwa yang dimaksud.
Laporan akan lebih hidup bila disertai dengan deskripsi peristiwa secara
terperinci. Lebih lanjut dikemukakan pula bahwa deskripsi yang baik dapat
membuat kita seolah-olah melihat, mendengar, dan merasakan/mengalami sendiri
suatu peristiwa. Cara membuat deskripsi yang baik adalah (1). tentukanlah
objek/peristiwa yang akan diamati, (2) lakukaniah pengamatan terhadap
objek/peristiwa tersebut dengan menggunakan seluruh pancaindra, (3) tulislah
sesuatu yang dapat dilihat, didengar, dibaui, dan dirasakan dari peristiwa tersebut,
dan (4) rangkaikanlah dengan menggunakan kalimat yang lengkap dan jelas.

|43
Menurut Wahono dan Rusmiyanto (2007:52) sebuah berita dapat
dilaporkan secara lisan dan tertulis. Media elektronika (televisi dan radio)
cenderung melaporkan secara lisan, dan media cetak melaporkan secara tertulis.
Laporan peristiwa secara lisan dan tertulis pada hakikatnya sama, yakni memuat
unsur-unsur (1) peristiwa apa yang terjadi, (2) kapan peristiwa itu terjadi, (3) di
mana kejadiannya, (4) siapa yang mengalami peristiwa itu, (5) mengapa peristiwa
itu terjadi, dan (6) bagaimana kejadiannya. Keenam unsur itu sering disebut 5 W
+ 1 H yang kepanjangannya: what, when, where, who, why, dan how.
Berpedoman pada pendapat para ahli tersebut di atas, dapat ditarik sebuah
simpulan bahwa dalam menyampaikan laporan peristiwa secara lisan dan tertulis
kita dapat menggunakan ragam bahasa deskriptif (yang bersifat
melukiskan/menggambarkan). Khusus untuk deskripsi peristiwa identifikasi yang
dilakukan mengacu kepada unsur 5 W + 1 H yang umum digunakan dalam dunia
jurnalistik.
5. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah taraf kemampuan anak-anak untuk menguasai
sejumlah pengetahuan dan keterampilan. Menurut Suryadibrata (dalam
Sudiatmika, (2004:23), hasil merupakan perwujudan atau rumusan terakhir dari
upaya yang dilakukan guru dalam memberikan penilaian kepada siswa. Menurut
pengertian ini, hasil berarti nilai yang berupa angka. Karena angka tersebut
merupakan hasil dari kemajuan belajar siswa, disebut prestasi belajar.
Belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan
atau pembaharuan dalam tingkah laku atau kecakapan Ngalim Purwanto,
2013:102. Pendapat yang hampir sama juga dikemukakan oleh Muhibbin Syah
(2008:132) secara global faktor-faktor yang memengaruhi belajar siswa dapat
dibedakan menjadi tiga macam yaitu sebagai berikut.
1. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan jasmani dan rohani.
2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar
siswa.

44|
3. Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi
strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan
pembelajaran materi-materi pelajaran.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor yang


memengaruhi belajar dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu faktor yang berasal
dari dalam diri siswa dan faktor yang berasal dari luar diri siswa. Pendapat lain
menambahkan faktor pendekatan.

C. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan di SMP Negeri 12
Mandau yang berlokasi di Jalan Lintas Duri-Dumai Duri XIII. Jadwal
pelaksanaannya adalah pada semester ganjil tahun pelajaran 2017/2018.
Kelompok sasaran yang menjadi subjek penelitian adalah semua siswa kelas IX/2
SMP Negeri 12 Mandau semester ganjil tahun pelajaran 2017/2018 berjumlah 30
orang.
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data hasil belajar
siswa selama melakukan unjuk kerja melaporkan secara lisan berbagai peristiwa.
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas empat
tahapan, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) pemantauan dan
evaluasi, dan (4) Analisis, Refleksi dan Revisi. Gambaran prosedur siklus
penelitian sebagai berikut ini.
Refleksi Awal Rencana Tindakan I Pelaksanaan Tindakan 1 + Pemantauan
(Observasi) Evaluasi Analisis, Refleksi dan Revisi Rencana Tindakan
II
Pelaksanaan Tindakan II + Pemantauan (Observasi) Evaluasi
Analisis dan Refleksi Menentukan Tindakan Terbaik.
Instrumen penelitian dan rubrik penilaiannya diuji melalui validasi teman
sejawat dengan tetap berpedoman pada buku-buku sumber yang memuat teori
tentang penyusunan instrumen.
Sesuai dengan data yang terkumpul teknik analisis data yang digunakan
adalah teknik deskriptif komparatif. Teknik ini digunakan untuk menganalisis data

|45
hasil belajar siswa. Caranya, nilai yang diperoleh siswa pada saat melaporkan
secara lisan berbagai peristiwa (pada siklus I dan II) dibandingkan dengan nilai
KKM yang diberlakukan di kelas IX/2 SMP Negeri 12 Mandau tahun pelajaran
2014/2015 sebagai acuan patokan (angka 75).

D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


1. Kondisi Awal
Separti yang telah diuraikan pada latar belakang, siswa kelas IX/2 SMP
Negeri 12 Mandau dalam berbicara, khususnya melaporkan berbagai peristiwa
secara lisan masih tergolong rendah. Kemahiran melaporkan peristiwa secara lisan
bagi siswa sangat sulit dilakukan serta memerlukan keberanian.
Untuk mendapat data akurat tentang kondisi awal siswa, peneliti
mengadakan tes awal. Sebelum pelaksanaan tes awal, dilaksanakan proses
pembelajaran berbicara secara konvensional dengan menggunakan metode
ceramah dan penugasan (tanpa memanfaatkan penggunaan media) terhadap
subjek penelitian.
Dari pelaksanaan tes awal yang dilakukan pada Kamis , 29 September
2017 dengan menggunakan rubrik penilaian yang telah disusun dan disepakati,
dari 30 orang siswa kelas IX/A yang hadir pada pelaksanaan tes awal hanya 6
orang (20%) yang tuntas, dan 24 orang (80%) belum tuntas. Nilai terendah 50,
tertinggi 80, dan daya serap siswa 48,47%.
Untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa secara individual, data di atas
dianalisis, dibandingkan dengan nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang
diberlakukan di kelas IX/A SMP Negeri 12 Mandau tahun pelajaran 2017/2018
sebagai patokan yaitu angka 75.
Selanjutnya, ketuntasan belajar klasikal dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut ini.
Banyak siswa yang mendapat nilai > 75 (nilai KKM)
KB = --------------------------------------------------------------- x 100
Banyak siswa yang ikut tes
= 6/ 30 X 100%
= 0,20 x 100%
= 20

46|
2. Hasil Penelitian
Deskripsi Siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan 2 kali pertemuan. Pertemuan I berlangsung
pada Rabu, 2 Oktober 2017 jam pelajaran 1-2 (07.50- 09.10), dan pertemuan II
pada kamis, 8 Oktober 2017 jam pelajaran 1-2 (07.50- 09.10). Pelaksanaan
tindakan siklus I secara terperinci berikut ini.
Deskripsi Kegiatan Pembelajaran Siklus I
Pada siklus I ini, kegiatan pembelajaran berlangsung sesuai dengan
rencana, tetapi terjadi pergeseran waktu pada beberapa kegiatan. Tahapan-tahapan
tindakan pada skenario pembelajaran Tabel 1 dilaksanakan secara kronologis
sebagai berikut.
Pertemuan I
Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, mengabsen siswa,
mengisi jurnal kelas, dan menciptakan suasana kondusif dalam kelas. Tindakan ini
menggunakan waktu 3 menit.
Pada menit ke- 9 guru mendistribusikan siswa ke dalam 6 kelompok yang
setiap kelompok anggotanya 5 orang. Selanjutnya siswa diminta menempati
tempat duduk sesuai dengan kelompoknya. Tindakan ini berlangsung selama 5
menit (lebih 2 menit dari perencanaan).
Sampai pada menit ke- 14 guru mulai membagikan lembaran bahan ajar
kepada siswa pada tiap kelompok. Keaktifan siswa pada kegiatan inti mulai
tampak, selanjutnya mereka membaca dan berdiskusi. Waktu yang digunakan
pada kegiatan ini tepat 10 menit sesuai dengan rencana.
Setelah diskusi daiam kelompok selesai, pada menit ke- 24 guru
melanjutkan kegiatan dengan mengadakan tanya jawab antara guru-siswa atau
siswa-guru seputar bagaimana melaporkan peristiwa secara lisan. Guru
memberikan kata-kata pujian sebagai penguatan kepada siswa yang jawabannya
benar untuk lebih memotivasi semangat belajar mereka. Pada akhir tindakan ini
guru memberikan penekanan seputar materi pokok agar pemahaman siswa lebih
jelas dan detil tentang bagaimana langkah-langkah yang harus dilakukan apabila

|47
akan melaporkan peristiwa secara lisan. Kegiatan ini berlangsung selama 10 menit
(waktu yang direncanakan tersisa 5 menit).
Pada menit ke- 34, ketika guru menayangkan media gambar dan setiap
siswa ditugasi mencermati gambar, suasana kelas menjadi sepi dan tenang. Semua
siswa tampak kembali berkonsentrasi mengamati gambar. Lebih lanjut ketika
diberikan tugas secara berkelompok mendiskusikan pokok-pokok peristiwa pada
gambar, siswa terlihat semakin serius. Tanpa terasa waktu 15 menit yang
dialokasikan guru telah dimanfaatkan secara tepat.
Selanjutnya, mencapai menit ke-49 guru memberikan kesempatan kepada
siswa/kelompok untuk menanyakan bagian-bagian gambar yang belum dipahami.
Namun, hanya 5 orang siswa yang bertanya selebihnya hanya mendengarkan.
Pada menit ke- 54 ketika guru melanjutkan kegiatan di mana gurulah yang
bertanya kepada siswa tentang bagian-bagian gambar, tampaknya siswa tidak
banyak menemui kesulitan untuk menjawab pertanyaan. Banyak siswa
mengangkat tangan dan yang ditunjuk menjawab dengan benar. Aktivitas siswa
pada kegiatan ini meningkat sangat tajam. Namun, pada saat kegiatan dilanjutkan
dengan membahas pokok-pokok peristiwa pada gambar, dalam beberapa menit
siswa terdiam dan tampak berpikir. Rupanya diskusi kelompok tidak
membuahkan hasil. Mengatasi situasi kelas yang vakum seperti itu agar tidak
berlarut-Iarut guru segera mengambil tindakan dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan pemandu untuk menggiring siswa menemukan pokok-pokok peristiwa
pada gambar. Dengan pancingan ini akhirnya pokok-pokok peristiwa pada gambar
dapat ditentukan bersama-sama siswa dalam waktu kurang lagi 5 menit dari
rencana.
Pada kegiatan akhir guru bersama siswa membuat simpulan isi pelajaran
(menyimpulkan bagaimana melaporkan peristiwa secara lisan serta menyimpulkan
pokok-pokok peristiwa pada gambar dan menyusunnya secara sistematis) sebagai
kerangka laporan. Kegiatan ini menggunakan waktu 10 menit ( lebih 5 menit dari
rencana).

48|
Pertemuan II
Pertemuan II siklus I dilaksanakan pada Kamis, Oktober 2017 jam
pelajaran 1-2 (pk. 07.50 - pk. 09.10). Semua siswa kelas IX hadir pada pertemuan
ini.
Mengawali pertemuan guru mengabsen siswa, mempersiapkan mereka
mengikuti pembelajaran, selanjutnya bertanya tentang tugas pada pertemuan
sebelumnya. Tindakan ini menggunakan waktu tepat 5 menit sesuai dengan
rencana.
Pada menit ke- 6, setelah bertanya tentang kesiapan siswa untuk mengikuti
tes akhir, guru pun melanjutkan kegiatan dengan menilai unjuk kerja siswa di
depan kelas (menilai kemampuannya melaporkan peristiwa secara lisan). Satu per
satu siswa yang dipanggil mendemonstrasikan kemampuan mereka.
Sebagian besar siswa sudah berani dan lancar berbicara. Substansi laporan
mereka kebanyakan sudah lengkap dan detil dengan susunan yang sudah
sistematis pula. kemudian siswa tersebut dapat melanjutkan laporannya.
Mengakhiri kegiatan penilaian (5 menit sebelum jam pelajaran berakhir)
guru mengomentari penampilan siswa secara umum, baik sisi positif maupun
negatifhya. Selanjutnya guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap proses
pembelajaran yang telah terlaksana, kemudian menutup pelajaran.
Hasil Tindakan Siklus I
Dari implementasi tindakan siklus I tersebut diperoleh hasil seperti di
bawah ini.
Hasil Tes Akhir (Kemahiran Siswa Melaporkan peristiwa secara Lisan).
Hasil tes akhir siklus I menunjukkan bahwa kemahiran siswa melaporkan
peristiwa secara lisan sudah mengalami perubahan menjadi lebih baik. Secara
umum siswa sudah berani berbicara di depan kelas secara formal. Mereka tidak
lagi kesulitan dan berpikir lama-lama untuk mengawali pembicaraan.
Penyampaian laporannya sudah cukup lancar, sudah cukup sistematis, isi laporan
semakin lengkap dan detil. Hanya pada beberapa siswa penyampaian laporannya
masih seperti menghapal, kurang menguasai topik sehingga belum terjalin kontak
mata dengan audience.

|49
Kelemahan yang terjadi pada hampir sebagian besar siswa adalah intonasi
kalimatnya monoton, kurang ekspresi dan gerak tubuh (gesture) yang mendukung
keberhasilan penyampaian sebuah laporan.
Hasil tes akhir menunjukkan bahwa siswa yang belum tuntas dalam
Kompetensi Dasar tersebut berkurang yaitu dari.... orang pada tes awal menjadi ...
orang. Walaupun sudah ada peningkatan, nilai yang diperoleh siswa masih
tergolong rendah.
Secara rinci dapat diuraikan, dari 30 orang siswa yang dites, baru 16 orang
yang tuntas. Ketuntasan belajar klasikal dihitung dengan menggunakan rumus
berikut.
Jumlah siswa yang mendapat nilai > 75 (nilai KKM)
Ketutansa Belajar = --------------------------------------------------------------- x 100%
Banyak siswa yang ikut tes
16
= ------ x 100%
30

= 0,5333 x 100%

= 53.

Tabel 4.
Data Kemampuan Siswa Melaporkan Peristiwa secara Lisan pada Siklus I
No Nama Siswa Nilai
1 Adnan Fadrul 60
2 Agis Apriendi Pasaribu 50
3 Agustina 75
4 Aldi 80
5 Ardila 80
6 DesiChintya Tresia Appu 75
7 Doni Setia Budi 60
8 Irwandana Mahendra 50
9 Masito Simamora 60
10 Neli Novita 80

50|
11 Panggu May 75
12 Putriani 80
13 Raja Toga 70
14 Riko Prasena 65
15 Riswanda Parlindungan 65
16 Rita Handayani 80
17 Shafina 75
18 Sinta Devi 85
19 Sri Widya Astuti 85
20 Thomas Clinton 60
21 Wifelva Aryanora 75
22 Windi Falencia 80
23 Yani Sugianti 85
24 Yeni Paramitha 85
25 Alwinda Permata Uli 80
26 Alexander Purba 60
27 Andika Riko 65
28 Hendri syahputra 60
29 Iwan Gunawan 70
30 Joni Manurung 70
Jumlah 2140
Rata-rata 71.33
Nilai tertinggi 85
Nilai terendah 50
KKM 75
% ketuntasan 53.33

Berdasarkan uraian hasil tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa implementasi


tindakan siklus I ini menimbulkan dampak positif. Adapun dampak positif yang
timbul adalah sebagai berikut.

|51
1. Siswa senang dan tumbuh minatnya untuk belajar. Pelajaran tidak
membosankan.
2. Strategi PBAS dengan memanfaatkan media gambar berseri yang digunakan
guru membuat suasana kelas menjadi semakin kondusif karena siswa tertarik
dan terfokus perhatiannya pada gambar, memberikan pengetahuan topik serta
sistematika pembicaraan yang menjadikan penyampaian laporan siswa semakin
lancar, runtut/sistematis, tidak lagi meloncat-loncat dengan isi laporan yang
semakin lengkap.
Refleksi
Berpedoman pada hasil analisis data seperti yang diuraikan di atas,
selanjutnya diadakan refleksi. Pada tahap refleksi dilibatkan teman guru yang
bertindak sebagai pengamat. Karena hasil masih tergolong rendah (Ketuntasan
Belajar klasikal baru 53.33 %) - jadi belum mencapai target keberhasilan (yaitu
Ketuntasan Belajar klasikal minimal 65 %) - , walaupun sudah memperlihatkan
peningkatan, maka dari refleksi diputuskan untuk melakukan tindakan siklus II
dengan mengadakan pengubahan/pengembangan/modifikasi/penambahan
beberapa langkah dari tindakan siklus I agar lebih efektif. Berpedoman pada hasil
refleksi maka tindakan siklus I yang diubah/dimodifikasi/ditambah pada siklus II
adalah sebagai berikut.
1. Sebagian dari langkah 2.3 yaitu menugasi siswa untuk berdiskusi kelompok
(mendiskusikan pokok-pokok peristiwa pada gambar) ditiadakan/diganti.
2. Kegiatan dimana siswa diberikan kesempatan untuk menanyakan bagian-
bagian gambar dimodifikasi menjadi melakukan tanya jawab multiarah untuk
membahas bagian-bagian gambar.
3. Menambah satu poin tindakan yaitu pemodelan. Model diambil dari siswa
kelas lain (pada kesempatan ini diambil dari kelas IX/b) dengan unjuk kerja
terbaik. Tindakan ini dilakukan guru sebelum mengakhiri kegiatan inti pada
pertemuan I.
4. Mengubah gambar sebagai objek laporan. Pada siklus I gambar yang
digunakan bertopik "bencana banjir" sedangkan pada siklus II bertopik "
bencana tanah longsor".

52|
Deskripsi Siklus II
Tindakan Siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan yaitu hari Rabu
6 November 2017 dan Kamis 7 November 2017. Pada siklus II ini semua tindakan
guru sudah sesuai dengan rencana, hanya saja terjadi pergeseran waktu. Gambaran
tindakan secara rinci sebagai berikut.
Deskripsi Kegiatan Pembelajaran Siklus II
Pertemuan I
Dilaksanakan pada Rabu, 6 November 2017 jam pelajaran (2). Semua
siswa kelas IX hadir. Pada pertemuan I siklus II ini guru mengawali proses
pembelajaran dengan mengucapkan salam, mengabsen siswa, mengisi jurnal
kelas, dan menciptakan suasana kelas yang kondusif. Waktu yang digunakan
hanya 2 menit (waktu yang direncanakan tersisa lagi 1 menit).
Setelah guru membagikan ringkasan bahan ajar pada menit ke- 14, siswa
terlihat lebih konsentrasi membaca bahan ajar, berdiskusi, menggali isi pokok
bahan ajar yang dibacanya dengan berpedoman pada rambu-rambu pertanyaan
yang diberikan guru. Pada kegiatan ini waktu yang digunakan hanya 8 menit
(waktu yang direncanakan tersisa 2 menit).
Sampai pada menit ke- 22 kegiatan dilanjutkan dengan melakukan tanya
jawab dengan siswa seputar isi pokok bahan ajar serta memberikan penekanan
seputar materi pokok sehingga pemahaman siswa lebih jelas dan detil tentang
bagaimana melaporkan peristiwa secara lisan. Selanjutnya pada menit ke- 32 guru
menayangkan gambar, menugasi setiap siswa/kelompok untuk mencermati
gambar, kemudian melakukan tanya jawab multi arah untuk membahas bagian-
bagian gambar. Kegiatan ini betul-betul memancing tumbuhnya aktivitas siswa.
Semua siswa aktif mengangkat tangan dan menjawab pertanyaan. Jawaban
mereka kebanyakan benar. Tidak ada satu pun siswa yang lain-lain. Mereka
tampak senang dan antusias belajar. Alokasi waktu yang digunakan pada kegiatan
ini tepat lima belas menit (sesuai dengan rencana).
Pada menit ke- 47 ketika guru melanjutkan kegiatan dengan menentukan
pokok-pokok peristiwa pada gambar bersama-sama siswa, aktivitas siswa tampak
semakin menonjol. Semua siswa berlomba mengangkat tangan dan ingin ditunjuk

|53
untuk menjawab. Tampaknya pertanyaan-pertanyaan/pernyataan penggiring yang
diajukan guru sangat efektif memancing munculnya respons siswa. Bahkan,
jawaban siswa pun sebagian besar sudah tepat. Tanpa hambatan pokok-pokok
peristiwa pada gambar dapat ditentukan. Guru juga menyempatkan untuk
memberikan pujtan sehingga siswa semakin senang belajar. Waktu yang
digunakan untuk kegiatan ini 15 menit ( 5 menit lebih dari rencana).
Tiba pada kegiatan akhir kegiatan dilanjutkan dengan membuat simpulan
isi pelajaran bersama-sama siswa (menyimpulkan pokok-pokok peristiwa pada
gambar, menyusunnya secara sistematis, kemudian memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mencatatnya sebagai kerangka laporan). Waktu yang
digunakan 8 menit (3 menit lebih dari rencana).
Akhirnya pada menit ke- 79 guru melakukan refleksi bersama-sama siswa
sehubungan dengan proses pembelajaran yang telah mereka lalui. Semua siswa
tetap mengatakan senang belajar dengan cara seperti itu dan menginginkan
pembelajaran seperti itu dipertahankan. Guru menutup pelajaran dengan
mengucapkan salam.
Pertemuan II
Pertemuan II siklus II dilaksanakan pada Kamis 7 November 2017 jam
pelajaran 1-2 ( pkl. 07.50- 09.10 Wib ). Siswa yang hadir 30 orang. Mengawali
pertemuan , setelah mengabsen siswa dan menenangkan kelas guru bertanya
kepada siswa tentang kesiapan mereka untuk dinilai pada hari itu. Ketika
memasuki kegiatan inti, guru menekankan kembali rubrik penilaian yang telah
disepakati kemudian menayangkan gambar.
Berikutnya guru melakukan tes akhir secara individual sampai semua
siswa yang hadir dapat di tes. Waktu yang digunakan untuk melakukan tes akhir
ini 62 menit (3 menit lebih dari rencana). Selama penilaian guru seringkali
mengucapkan kata-kata "ya bagus", "ya betul", "ya sudah bagus, teruskan", untuk
memotivasi dan menumbuhkan rasa percaya diri siswa. Setelah penilaian berakhir
guru mengomentari penampilan siswa secara umum, menyampaikan kelebihan
maupun kekurangannya.

54|
Hasil Tindakan Siklus II
Dari implementasi tindakan siklus II itu diperoleh hasil sebagai berikut.
Hasil Tes Akhir (Kemahiran Melaporkan Peristiwa secara Lisan)
Dari tes akhir siklus II, diperoleh hasil bahwa siswa yang dikategorikan
bermasalah (belum tuntas) dalam melaporkan berbagai peristiwa secara lisan
jumlahnya berkurang yaitu dari 14 orang pada siklus I (dengan peserta tes 30
orang) menjadi 7 orang pada siklus II (dengan peserta tes 30 orang). Dengan kata
lain, siswa yang tuntas pada siklus II berjumlah 23 orang, belum tuntas 7 orang
Dengan demikian, ketuntasan belajar secara klasikal dapat dihitung dengan
menggunakan rumus berikut.
Banyaknya siswa yang mendapat nilai > 75 (KKM)
Ketuntasan Belajar = ---------------------------------------------------- x 10
Banyak siswa yang ikut tes

23
=
------ x 100%
30
= 0.76.66 x 100%
= 76.66%
Jumlah nilai seluruh siswa 2315. Rata-rata kelas dapat dihitung dengan
menggunakan rumus berikut.
X
X = N
= 2315/30
= 77.16
Keterangan :
X = rata-rata kelas
X = jumlah nilai seluruh siswa
N = banyaknya siswa yang memiliki nilai itu

Selanjutnya daya scrap siswa dapat dihitung dengan rumus berikut.


X
DS = 100 x 100%
= 77.16/100 x 100%

|55
= 77.16%
Keterangan :
DS = daya serap
X = rata-rata kelas

Rekapitulasi perolehan nilai siswa disajikan pada tabel berikut ini.


Tabel 5.
Data Kemampuan Siswa Melaporkan Peristiwa secara Lisan pada
Siklus II

No Nama Siswa Nilai


1 Adnan Fadrul 80
2 Agis Apriendi Pasaribu 70
3 Agustina 85
4 Aldi 85
5 Ardila 85
6 DesiChintya Tresia Appu 85
7 Doni Setia Budi 80
8 Irwandana Mahendra 70
9 Masito Simamora 80
10 Neli Novita 85
11 Panggu May 85
12 Putriani 85
13 Raja Toga 80
14 Riko Prasena 70
15 Riswanda Parlindungan 70
16 Rita Handayani 85
17 Shafina 80
18 Sinta Devi 90
19 Sri Widya Astuti 90
20 Thomas Clinton 80
21 Wifelva Aryanora 85

56|
22 Windi Falencia 85
23 Yani Sugianti 90
24 Yeni Paramitha 90
25 Alwinda Permata Uli 85
26 Alexander Purba 75
27 Andika Riko 80
28 Hendri syahputra 80
29 Iwan Gunawan 80
30 Joni Manurung 80
Jumlah 2450
Rata-Rata 81.66
Nilai Tertinggi 90
Nilai Terendah 70
KKM 75
% Ketuntasan 86.66

Refleksi I
Berdasarkan hasil analisis data diadakan refleksi. Oleh karena hasil yang
diperoleh dari pelaksanaan tindakan siklus II ini sudah menunjukkan peningkatan
dibandingkan dengan siklus I baik dari segi proses maupun hasil tes akhir, serta
siswa yang tuntas secara kiasikai sudah 26 orang (sudah 86.66 %), artinya sudah
melebihi kriteria keberhasilan (65 %), di samping itu semua permasalahan yang
dikemukakan pada awal penelitian ini sudah terjawab, maka pada saat refleksi
diputuskan penelitian ini diakhiri.
3. Pembahasan

Pada pembahasan ini sejumlah temuan yang dianggap menonjol dari kedua
siklus dibahas. Berdasarkan uraian yang dikemukakan dalam Bab IV, sejumlah
temuan yang menonjol adalah yang berikut ini.
1. Penerapan strategi PBAS dengan penggunaan media gambar - dalam hal ini
media gambar berseri - pada pembelajaran berbicara membuat siswa lebih

|57
termotivasi dan tertarik minatnya untuk belajar, sekaligus memberikan
pengetahuan topik serta struktur wacana yang membuat isi laporan siswa
menjadi Iebih lengkap/detil dengan penyampaian yang lebih lancar, lebih
runtut/sistematis.
2. Tanya jawab tentang bagian-bagian gambar dan pokok-pokok peristiwa pada
gambar dengan pertanyaan-pertanyaan/pernyataan pemandu dari guru selain
memicu tumbuhnya aktivitas siswa selama proses pembelajaran (baik aktivitas
fisik maupun intelektual), juga membuat tingkat penguasaan siswa terhadap
gambar sebagai topik laporan menjadi seraakin memadai. Kondisi itu
mengantarkan mereka menuju pada kemampuan yang lebih baik da lam
mengkomunikasikan gambar.
3. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membawa catatan pokok-pokok
peristiwa pada gambar ketika unjuk kerja di depan kelas membuat laporan
siswa lebih berkualitas dari segi kelancaran penyampaian, keruntutan gagasan,
dan kelengkapan ide yang dilaporkan.

Digunakannya media gambar sebagai acuan siswa dalam menyampaikan


laporan peristiwa telah membuat kualitas laporan siswa lebih bagus terutama dari
segi kelengkapan, kelancaran, dan keruntutan gagasan. Tahapan-tahapan gambar
atau rangkaian gambar membuat siswa lebih mudah dalam memulai dan
mengakhiri pembicaraan serta membuat pembicaraan siswa menjadi lebih
sistematis, ada kaitan antara aiinea satu dengan alinea yang lain sebab siswa
melihat hubungan antara gambar yang satu dengan gambar berikutnya. Selain
itu, tanya jawab tentang bagian-bagian gambar dan pokok-pokok peristiwa pada
gambar di mana topik gambar dipilih guru yang dekat dengan kehidupan nyata
siswa telah meningkatkan penguasaan siswa terhadap gambar sebagai topik
laporan yang akhirnya berefek pada peningkatan hasii belajarnya.
Di samping itu, pertanyaan-pertanyaan/pernyataan yang diajukan guru
merupakan suatu stimulus yang membangun respons siswa. Dengan pertanyaan-
pertanyaan itu guru berhasil memancing munculnya interaksi antara guru dengan
siswa atau antarsiswa secara maksitnal, sehingga kelas menjadi hidup, siswa dapat

58|
diberdayakan secara aktif baik fisik maupun intelektualnya sehingga proses
pembelajaran menjadi lebih berkualitas sekaligus bermakna bagi siswa, dan siswa
mencapai kepuasan diri. Menurut Nana Sudjana (2005:40-41), kualitas proses
pembelajaran merupakan faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan hasil
belajar selain faktor kemampuan siswa.
Jadi, melalui strategi bertanya ini guru membelajarkan siswanya. Dengan
bertanya guru mengemas pembelajaran sehingga lebih bermakna bagi siswa.
Dengan bertanya baik pertanyaan bersumber dari guru atau dari siswa telah
membuat siswa aktif dan bergairah belajar. Ini berartt, pembelajaran yang dikelola
guru telah mencerminkan pembelajaran berbasis CTL (Contextual Teaching and
Learning). Sebagaimana dikatakan bahwa banyak faktor yang menjadi penentu
mutu lulusan, salah satunya adalah bagaimana guru membelajarkan siswanya.
Pemodelan dalam sebuah pembelajaran keterampilan artinya ada model
yang dapat diamati dan ditiru siswa. Dalam pemodelan ini siswa yang menjadi
"contoh/model" mendemonstrasikan kemampuannya melaporkan peristiwa secara
lisan di depan kelas dan siswa lain mengamati. Dari pengamatan ini akan
diperoleh contoh konkret sebagai perbandingan atau bahkan dapat ditiru siswa
lain bagaimana caranya berujar, bagaimana ekspresi dan gerak tubuh yang sesuai
dan mendukung penyampaian laporan dari aspek nonkebahasaan.
Namun, hasil belajar yang secara umum sudah meningkat ini bahkan
peningkatannya di luar dugaan peneliti ternyata pada beberapa siswa masih
menyisakan persoalan yang memerlukan perhatian khusus. Yang dimaksud adalah
terdapat siswa yang nilainya dari siklus I sampai siklus II tetap di bawah
ketuntasan minimal. Selain itu, faktor kemampuan akademik, situasi dan kondisi
fisik saat belajar turut berpengaruh terhadap hasil belajar siswa (Sudjana, Nana :
2005: 39). Ini artinya secara umum penggunaan media gambar yang diikuti
dengan strategi tertentu (strategi PBAS) sudah efektif untuk meningkatkan
kemampuan berbicara siswa kelas IX/A SMP Negeri 12 Mandau, tetapi bagi
siswa dengan kondisi tertentu pengaruh penggunaan media ini belum begitu
maksimal. Siswa yang seperti itu ditangani dengan pendekatan dan bimbingan
khusus lewat remedi.

|59
E. PENUTUP
1. Simpulan
Berdasarkan sajian hasil yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan siklus I
dan II beserta analisis dan pembahasannya dapat ditarik simpulan berikut ini.
Penerapan strategi PBAS dengan penggunaan media gambar dengan topik yang
diminati siswa dapat meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia khususnya pada
aspek keterampilan berbicara di kelas IX/A SMP Negeri 12 Mandau. Hal itu
terbukti dari 30 orang siswa yang hadir pada pelaksanaan tes akhir siklus II, siswa
yang tuntas jumlahnya meningkat yaitu 26 siswa atau 86.66%
Penggunaan media gambar dalam proses pembelajaran berbicara dapat
meningkatkan daya serap siswa sebesar 81.66%.
2. Saran
Berpedoman pada simpulan di atas, dapat disampaikan saran dalam
penelitian ini sebagai berikut.
1. Guru bahasa Indonesia dianjurkan mencoba hasil penelitian ini sebagai salah
satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan siswa berbicara khususnya
melaporkan peristiwa secara lisan.
2. Pemilihan dan penetapan gambar harus dilakukan secara berhati-hati
dengan mempertimbangkan kompetensi dasar, tingkat pendidikan,
kematangan siswa, minat siswa, dan tujuan pembelajaran.

60|
DAFTAR PUSTAKA
BSNP. 2006. SK dan KD Bahasa dan Sastra Indonesia SMP/MTs. Jakarta: BSNP.

Danim, Sudarwan. 2011. Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Kencana Prenada


Media Group.

Purwanto, Ngalim.2013. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.


Purwo, Bambang Kaswanti. 1997. Pokok-pokok Pengajaran Bahasa dan
Kurikulum 1994 : Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembukuan
Depdikbud.

Romli, Asep Syamsul M. 2003. Lincah Menulis Pandai Berbicara: Panduan


Ringkas Menulis Artikel dan Teknik Berpidato di Depan Umum.
Bandung: Nuansa Cendekia.

Sudiatmika, I Wayan. 2004. “Penerapan Pendekatan Kontekstual dengan Model


Pembelajaran Langsung dalam Pembelajaran Kalor sebagai Upaya
Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa Kelas IIA SMP Negeri
3 Singaraja. Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Pendidikan MIPA
IKIP Negeri Singaraja”. (Tidak diterbitkan).

Sudjana, Nana. 2005. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.

Suharsimi Arikunto dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi


Aksara.
Suharsimi Arikunto. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi).
Jakarta: PT Bumi Aksara.

Suparlan. 2006. Guru Sebagai Profesi. Yogyakarta: Hikayat Puslishing.


Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Undang-Undang No 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. pasal
45

Wahono, dan Rusmiyanto. 2007. Kreatif Berbahasa dan Bersastra Indonesia untuk
SMP Kelas IX. Jakarta: Ganeca Exact.

Wibowo, Teguh dkk. 2008. Bahasa dan Sastra Indonesia 3 untuk SMP kelas IX.
Bandung: Acarya Media Utama.

Wina Sanjaya.2013. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

|61

Anda mungkin juga menyukai