Anda di halaman 1dari 146

UPAYA MENINGKATKAN MENULIS KARANGAN

DESKRIPSI MENGGUNAKAN METODE THINK PAIRE


SHARE (TPS) BERBANTUKAN MEDIA GAMBAR SERI
PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI CIOMAS
KECAMATAN BANTARKAWUNG, KABUPATEN BREBES

SKRIPSI

Oleh:
WINDRIA TRUNISWORO
NIM. 1501100077

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam

meningkatkan kemajuan suatu bangsa, karena melalui pendidikan dapat

menciptakan sumber daya manusia yang lebih baik serta jauh dari kebodohan,

seperti yang tertulis dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Semua

elemen bangsa wajib ikut serta dalam meningkatkan kecerdasan bangsa, yang

salah satunya melalui pendidikan formal. Pokok-pokok mengenai pendidikan

formal di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2003 yang berisi tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam undang-undang

tersebut dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara (Depdiknas, 2010:1).

Berdasarkan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang standar

proses, proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan

menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan

memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang

yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Oleh karena itu,

proses pembelajaran untuk setiap mata pelajaran harus fleksibel, bervariasi,

dan memenuhi standar sesuai dengan tuntutan Standar Nasional Pendidikan

(BSNP, 2007:1).

Sedangkan dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang

standar isi, bahwa standar kompetensi bahasa Indonesia merupakan

kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan

penguasaan, pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap

bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi

peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional

dan global (BSNP, 2006:317).

Tujuan mata pelajaran bahasa Indonesia, sebagaimana yang tercantum

dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar (BSNP,

2006:317) antara lain: (1) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai

dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis; (2) menghargai

dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan

bahasa negara; (3) memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan

tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan; (4) menggunakan bahasa Indonesia

untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional

dan sosial; (5) menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas

wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkat-kan pengetahuan dan

kemampuan berbahasa; 6) menghargai dan membanggakan sastra Indonesia

sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. Ruang lingkup


mata pelajaran bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa

dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek mendengarkan,

berbicara, membaca, dan menulis.

Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan

untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Menurut Tarigan (2008:3),

menulis merupakan salah satu dari aspek berbahasa dapat diartikan sebagai

kegiatan menuangkan ide dengan menggunakan bahasa tulis sebagai media

penyampai. Pembelajaran menulis di sekolah dasar memberikan keterampilan

siswa dalam menulis, dengan kata lain pembelajaran menulis mutlak

diajarkan di sekolah dasar. Pembelajaran menulis di sekolah dasar dibagi

menjadi dua tahap, yaitu menulis permulaan dan menulis lanjutan.

Untuk pembelajaran menulis pada siswa kelas I dan II SD, termasuk

dalam pembelajaran menulis permulaan. Sedangkan pada siswa kelas III-VI

termasuk dalam pembelajaran menulis lanjutan. Pembelajaran menulis

permulaan sangat penting diajarkan di sekolah dasar agar anak-anak dapat

terlibat kegiatan baca tulis. Pembelajaran tersebut merupakan dasar menulis

yang dapat menentukan keberhasilan siswa dalam menulis lanjut pada kelas

berikutnya. Tanpa memiliki kemampuan menulis yang memadai sejak dini,

anak akan mengalami kesulitan belajar pada masa selanjutnya (Suyatinah,

2005:406).

Keterampilan menulis diajarkan dengan tujuan agar siswa mempunyai

kemampuan dalam menuangkan ide, pikiran, pengalaman, dan pendapatnya

dengan benar. Salah satu keterampilan menulis yang harus dimiliki siswa
sekolah dasar adalah menulis deskripsi, yaitu menulis dengan

menggambarkan suatu objek berdasarkan ciri-cirinya. Namun kenyataannya

pembelajaran menulis deskripsi di sekolah dasar masih belum optimal. Siswa

masih mengalami kesulitan dalam pembelajaran menulis deskripsi. Oleh

karena itu, pembelajaran menulis di sekolah dasar perlu mendapatkan

perhatian khusus karena di sekolah dasar merupakan landasan untuk

memperoleh bekal keterampilan menulis untuk jenjang berikutnya.

Siswa diharapkan mampu membuat deskripsi dari berbagai topik

secara rinci dengan pilihan kata dan kalimat yang runtut. Untuk itu

penguasaan siswa dalam keterampilan menulis deskripsi sangat diperlukan.

Berdasarkan kajian kebijakan kurikulum pelaksanaan mata pelajaran bahasa

yang dilakukan oleh Depdiknas (2007:9), masih banyak permasalahan

pelaksanaan standar isi mata pelajaran bahasa Indonesia. Pembelajaran yang

dilakukan guru lebih menekankan pada metode yang mengaktifkan guru,

pembelajaran yang dilakukan guru kurang kreatif, lebih banyak menggunakan

metode ceramah dan kurang mengoptimalkan media pembelajaran sehingga

siswa kurang kreatif dalam pembelajaran.

Selain itu berdasarkan obsevasi di SD Negeri Ciomas, Kecamatan

Bantarkawung, Kabupaten Brebes, diketahui bahwa kemampuan siswa dalam

menulis karangan deskripsi masih rendah. Dalam pembelajaran menulis

deskripsi, sebagian besar siswa mengalami kesulitan. Keterbatasan media

yang digunakan guru dalam pembelajaran mengakibatkan keterbatasan ide-

ide yang muncul pada diri siswa. Selain itu, guru juga belum maksimal dalam
menerapkan model-model pembelajaran inovatif, sehingga hasil belajar siswa

berupa keterampilan menulis deskripsi rendah. Hal ini diketahui dari

ketuntasan KKM tugas kompetensi dasar menulis karangan deskripsi siswa

dari tahun ajaran 2018/2019 sampai dengan 2021/2022 yang masih rendah.

Persentase jumlah siswa yang memenuhi KKM dan tidak memenuhi KKM

adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Jumlah Siswa Berdasarkan KKM nilai kompetensi dasar menulis


karangan deskripsi
Jumlah Siswa Persentase
Tahun Ajaran Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas
KKM KKM KKM KKM
2018/2019 14 15 48 % 52 %
2019/2020 13 14 48 % 52 %
2020/2021 10 9 53 % 47 %
2021/2022 5 6 45 % 55 %
Sumber: Arsip guru kelas diolah

Sekolah menentukan KKM untuk kompetensi dasar menulis karangan

deskripsi adalah sebesar 68. Dari tabel di atas dapat diketahui pada tahun

ajaran 2018/2019 dari 29 siswa hanya 14 siswa (48%) yang memenuhi KKM.

Tahun ajaran 2019/2020 dari 27 siswa hanya 13 siswa (48%) yang memenuhi

KKM. Tahun ajaran 2020/2021 dari 19 siswa hanya 10 siswa (53%) yang

memenuhi KKM. Tahun ajaran 2021/2022 dari 11 siswa hanya 5 siswa (45%)

yang memenuhi KKM.

Dengan melihat data nilai ulangan harian dan pelaksanakan

pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia, maka kualitas pembelajaran

bahasa Indonesia harus ditingkatkan agar siswa terampil dalam menulis,

terutama menulis deskripsi. Berdasarkan uraian permasalahan di atas, peneliti

bersama guru kolaborator menetapkan alternatif tindakan untuk


meningkatkan keterampilan menulis pada siswa kelas IV dengan menerapkan

model pembelajaran Think Pair Share (TPS) berbantukan gambar seri.

Model pembelajaran TPS merupakan salah satu model pembelajaran

yang efektif dalam meningkatkan keterampilan menulis dan suatu cara yang

efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Prosedur yang

digunakan dalam TPS dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir,

untuk merespon dan saling membantu (Trianto, 2007:61). Siswa berdiskusi

secara berpasangan, sehingga dapat bertukar pikiran dengan pasangannya

untuk mendiskusikan masalah yang diberikan oleh guru. Selanjutnya, setiap

kelompok membagi hasil diskusi di depan kelas agar gagasan atau ide yang

ada menyebar ke dalam kelas.

Selain dengan menerapkan model pembelajaran TPS, pembelajaran

juga didukung dengan penggunaan media pembelajaran yang kreatif yaitu

dengan media gambar seri. Gambar seri merupakan salah satu jenis dari

beberapa jenis media gambar atau foto. Menurut Ismawati (2011:145), media

gambar seri disebut juga flow chart atau gambar susun. Gambar-gambar

tersebut berhubungan satu dengan yang lain sehingga merupakan rangkaian

cerita. Dengan menggunakan media gambar, siswa akan lebih tertarik dengan

pembelajaran dan kegiatan menulis deskripsi akan terasa lebih mudah karena

objek yang di deskripsikan terdapat dalam media langsung yang berupa

gambar yang bersifat diam, sehingga akan mengembangkan imajinasi siswa.

Melalui penerapam model pembelajaran TPS berbantukan gambar seri

dalam pembelajaran menulis deskripsi, diharapkan siswa dapat memahami


materi dan dapat terampil dalam menulis deskripsi. Media gambar seri yang

disajikan guru, dapat membangkitkan imajinasi siswa mengenai hal yang

akan di deskripsikan, untuk kemudian didiskusikan secara berpasangan,

sehingga pembelajaran menjadi lebih kondusif dan tujuan pembelajaran dapat

tercapai dengan maksimal.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas mendorong penulis untuk

melakukan penelitian tindakan kelas, yang berjudul “Peningkatan

Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Menggunakan Metode TPS

Berbantuan Media Gambar Seri Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Ciomas,

Kecamatan Bantarkawung, Kabupaten Brebes Tahun Pelajaran 2021/2022”.

Peneliti bersama kolaborator menetapkan alternatif tindakan untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia melalui model

pembelajaran TPS berbantukan gambar seri.

B. Identifikasi masalah

Masalah yang dapat diidentifikasi pada penelitian ini adalah masih

rendahnya kemampuan menulis karangan deskripsi pada siswa kelas IV SD

Negeri Ciomas, Kecamatan Bantarkawung, Kabupaten Brebes. Rendahnya

kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi tersebut disebab karena

metode yang digunakan masih konvesional, yaitu guru hanya memberikan

dan menerangkan tugas menulis karangan tanpa dibantu dengan media

gambar, sehingga siswa kesulitan mengembangkan pemikiran dalam menulis

karangan dekripsi.
C. Pembatasan Masalah

Masalah yang akan diteliti pada penelitian ini dibatasi hanya pada

penggunaan media gambar seri sebagai alat bantu berpikir siswa dalam

menulis karangan deskripsi untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam

menulis karangan deskripsi pada siswa kelas IV SD Negeri Ciomas,

kecamatan Bantarkawung, Kabupaten Brebes.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut:

1. Apakah dengan menggunakan metode TPS berbantukan gambar seri

dapat meningkatkan kemampuan menulis karangan deskripsi pada siswa

kelas IV SD Negeri Ciomas, Kecamatan Bantarkawung, Kabupaten

Brebes Tahun Ajaran 2022/2023?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah tersebut di atas, tujuan dari Penelitian

Tindakan Kelas ini adalah untuk

1. Mengetahui peningkatkan kemampuan menulis karangan deskripsi

menggunakan metode TPS berbantukan gambar seri pada siswa kelas IV

SD Negeri Ciomas, Kecamatan Bantarkawung, Kabupaten Brebes Tahun

Ajaran 2022/2023.
F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik bersifat

teoretis maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

Penelitian tindakan kelas ini adalah dapat meningkatkan khasanah

dan variasi metode mengajar bagi para guru. Metode menggunakan media

gambar seri dalam penyampaian materi menulis karangan deskripsi, dapat

menjadi alternatif pilihan metode yang dapat digunakan.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah:

a. Bagi Siswa

1) Dengan diterapkan media gambar seri, pembelajaran menulis

siswa SD akan lebih bermakna dan lebih optimal, untuk

meningkatkan kemampuan proses dalam pembelajaran menulis

karangan deskripsi.

2) Dengan diterapkan media gambar seri pada pembelajaran menulis

karangan deskripsi, siswa SD akan dilatih dan dibiasakan berpikir

kreatif.

b. Bagi Guru

1) Meningkatnya kinerja guru karena dengan media gambar seri

dapat mengefektifkan waktu pembelajaran.

2) Media gambar seri sebagai sarana bagi guru untuk memotivasi

siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran menulis.


3) Menciptakan pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan

sehingga dapat menarik perhatian siswa.

c. Bagi Sekolah

1) Adanya peningkatan sekolah dalam hal kualitas, baik dari segi

guru maupun siswanya.

2) Adanya peningkatan mutu proses pembelajaran dan hasil belajar.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hakikat Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi

1. Pengertian Kemampuan Menulis

Menulis bukan hanya menyalin tetapi juga mengekspresikan

pikiran dan perasaan ke dalam lambang-lambang tulisan. Kegunaan

kemampuan menulis bagi siswa adalah untuk menyalin, mencatat, dan

mengerjakan sebagian tugas sekolah. Tanpa kemampuan menulis, siswa

akan mengalami banyak kesulitan dalam melaksanakan ketiga jenis tugas

tersebut. Oleh karena itu menulis perlu diajarkan dengan baik sejak anak

usia dini.

Secara harfiah kegiatan menulis dapat diartikan sebagai kegiatan

yang menggambarkan bahasa dengan lambang-lambang yang dapat

dipahami. Tarigan (2008:22) menyatakan bahwa “Menulis ialah

menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang

menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga

orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau

mereka memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut”.

Menulis merupakan suatu proses merangkai huruf atau angka

dengan suatu tanda kebahasaan sehingga menjadi sebuah tulisan yang

dapat dipahami oleh pembaca. Semi (2007:14) mengungkapkan bahwa

“Menulis merupakan suatu proses kreatif memindahkan gagasan ke dalam


lambang-lambang tulisan”. Pendapat lain mengungkapkan bahwa

“Menulis merupakan kegiatan yang memerlukan kemampuan yang paling

kompleks” (Slamet, 2008:72). Kemampuan yang diperlukan antara lain

kemampuan berpikir secara teratur dan logis, kemampuan mengungkapkan

pikiran atau gagasan secara jelas, dengan menggunakan bahasa yang

efektif.

Menulis juga dapat di definisikan sebagai “suatu kegiatan

penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis

sebagai alat atau medianya”. (Suparno dan Yunus, 2006:13). Menulis pada

dasarnya bukan hanya menggali pikiran dan perasaan saja, tetapi juga

memilih hal-hal yang akan ditulis dan menentukan cara menuliskannya.

Tujuannya yaitu agar tulisan mudah dipahami dan mudah dimengerti

isinya. McCrimmon dalam Slamet (2008:141) menyatakan bahwa menulis

“merupakan kegiatan menggali pikiran dan perasaan mengenai suatu

subjek, memilih hal-hal yang akan ditulis, menentukan cara

menuliskannya sehingga pembaca dapat memahaminya dengan mudah dan

jelas”.

Apabila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah sebagai

berikut: Menulis adalah suatu tindakan terpelajar yang sekaligus

merupakan upaya kognitif individu dan tertanam negosiasi. Ketika belajar

ilmu baru, kita tidak dapat memisahkan bentuk dari konten, menulis dari

pengetahuan, tindakan dari konteks.


Menulis dapat diartikan menempatkan simbol-simbol grafis yang

menggambarkan suatu bahasa yang dimengerti oleh seseorang, kemudian

dapat dibaca oleh orang lain yang memahami bahasa tersebut beserta

simbol-simbol grafisnya. Suriamiharja dkk (1996:2) mengemukakan

bahwa: “Keterampilan menulis adalah kemampuan seseorang dalam

melukiskan lambang grafis yang dimengerti oleh penulis bahasa itu sendiri

maupun orang lain yang mempunyai kesamaan pengertian terhadap

simbolsimbol bahasa tersebut”

Sedangkan keterampilan menulis menurut Bryne dalam Slamet

(2008:141) adalah: Pada hakikatnya bukan sekedar kemampuan menulis

simbol-simbol grafis sehingga berbentuk kata, dan kata-kata disusun

menjadi kalimat menurut peraturan tertentu, melainkan keterampilan

menulis adalah kemampuan menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa

tulis melalui kalimat-kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap, dan

jelas sehingga buah pikiran tersebut dapat dikomunikasikan kepada

pembaca dengan berhasil.

Kemampuan menulis yang bagus sangat berhubungan dengan

derajat perulangan dan pengaturan praktik, dengan menulis yang relevan

secara profesional pada keinginan terbesar dari murid. Dari beberapa

pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis

adalah kemampuan seseorang untuk menggambarkan bahasa dengan

lambang-lambang grafik yang dapat dipahami oleh seseorang dengan

mudah dan jelas.


2. Tahapan Menulis

Menulis merupakan kegiatan yang agak rumit, hal ini disebabkan

dalam kegiatan menulis pada umumnya penulis memiliki gagasan yang

sangat luas. Dalam menulis seringkali penulis memiliki berbagai macam

gagasan, tetapi sulit untuk menuangkan dalam sebuah tulisan. Agar

kegiatan menulis dapat mudah, maka perlu diperhatikan beberapa tahapan

menulis. Menurut Semi (2007:46) ada tiga tahap dalam menulis, yaitu (a)

tahap pratulis, (b) tahap penulisan, dan (c) tahap penyuntingan. Berikut

penjelasannya:

1) Tahap Pratulis, terdiri dari empat langkah, yaitu:

a) menentukan topik;

b) menetapkan tujuan;

c) mengumpulkan informasi pendukung, dan;

d) merancang tulisan.

2) Tahap penulisan, merupakan tahap yang paling penting karena pada

tahap ini semua persiapan yang telah dilakukan pada tahap pratulis

dituangkan ke dalam kertas.

3) Tahap pascatulis, terdiri dari kegiatan utama, yaitu:

a) Kegiatan penyuntingan, yaitu kegiatan membaca kembali dengan

teliti draf tulisan dengan melihat ketepatannya dengan gagasan

utama, tujuan tulisan, calon pembaca, dan kriteria penerbitan.


b) Penulisan naskah jadi, yaitu kegiatan paling akhir yang dilakukan.

Setelah penyuntingan dilakukan, barulah naskah jadi ditulis ulang

dengan rapi dan memperhatikan secara serius masalah perwajahan.

3. Manfaat menulis

Banyak keuntungan yang didapat dan diperoleh dari kegiatan

menulis. Menurut Sabarti Akhadiah (2008:169) manfaat menulis yaitu

sebagai berikut.

a. Dapat mengenali kemampuan dan potensi pribadi yang berkaitan

dengan permasalahan yang sedang ditulis.

b. Dapat mengembangkan dan menghubung-hubungkan beberapa

gagasan atau pemikiran.

c. Dapat memperluas wawasan dan kemampuan berpikir, baik dalam

bentuk teoritis maupun dalam bentuk berpikir terapan.

d. Dapat menjelaskan dan mempertegas permasalahan yang kabur.

e. Dapat menilai gagasan sendiri secara objektif.

f. Dapat memotivasi diri untuk belajar dan membaca lebih giat.

g. Dapat membiasakan diri untuk berpikir dan berbahasa secara tertib.

4. Pembelajaran Menulis Di Sekolah Dasar (SD)


Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia

dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta

menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia

Indonesia. Pembelajaran menulis merupakan salah satu aspek

pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. “Aktivitas menulis merupakan

suatu bentuk manifestasi kemampuan (dan keterampilan) berbahasa paling

akhir dikuasai siswa yaitu bahasa setelah kemampuan mendengarkan,

berbicara, dan membaca”. (Nurgiyantoro, 2001:296).

Pembelajaran menulis bersifat sangat kompleks, memerlukan

waktu, urutan tertentu, dan prinsip-prinsip tertentu pula. Kemampuan

menulis pun sangat diperlukan oleh semua orang, baik dalam kehidupan di

masyarakat ataupun di sekolah. Para siswa memerlukan kemampuan

menulis untuk menyampaikan ide dan gagasan dalam berbagai bentuk dan

ragam tulisan serta tujuan yang berlainan. Keberhasilan siswa dalam

mengikuti kegiatan belajar-mengajar di sekolah banyak ditentukan

kemampuannya dalam menulis. Oleh karena itu, pembelajaran menulis

mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam pendidikan dan

pengajaran. “Keterampilan menulis harus dikuasai oleh anak sedini

mungkin dalam kehidupannya di sekolah”. (Syafi’e dalam Slamet,

2008:169).

Bentuk pembelajaran kemampuan menulis di SD dijabarkan dalam

bentuk standar kompetensi dan kompetensi dasar yang tercantum dalam


Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Standar kompetensi

tersebut merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang

menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan

sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia khususnya pada

kemampuan menulis.

Standar kompetensi ini bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika

yang berlaku, baik secara lisan maupun tertulis. Dalam kegiatan menulis

guru harus dapat membuat siswa untuk mengungkapkan gagasan melalui

media tulis dengan menggunakan tanda baca, struktur, ejaan yang benar,

kalimat yang runtut sehingga dapat membuat paragraf yang baik.

5. Pengertian Karangan Deskripsi

Apabila seseorang menuangkan buah pikiran, gagasan, perasaan,

pengalaman atau lainya kedalam bahasa tulis, kegiatan tersebut adalah

kegiatan mengarang. Untuk dapat menyampaikan suatu pikiran, gagasan,

perasaan, pengalaman atau lainnya, seseorang perlu memiliki

perbendaharaan kata yang memadai, terampil menyusun kata-kata menjadi

kalimat yang jelas, dan mahir memakai bahasa secara efektif.

Sebagaimana dikemukakan oleh Gie (1992:18), bahwa “Untuk

dapat menyampaikan gagasan dan fakta secara lincah dan kuat, seseorang

perlu memiliki perbendaharaan kata yang memadai, terampil menyusun

katakata menjadi beraneka kalimat yang jelas, dan mahir memakai bahasa
secara efektif”. Karangan adalah suatu bentuk sistem komunikasi lambang

visual (Nurgiyantoro, 2001:296). Sedangkan menurut Gie (1992:17)

karangan adalah hasil perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis

yang dapat dibaca dan dimengerti oleh pembaca.

Jadi karangan itu merupakan hasil dari mengarang, seseorang yang

ingin menghasilkan karangan harus melalui kegiatan mengarang.

Pengertian “deskripsi” dalam Kamus Bahasa Indonesia (Tim Penyusun

Kamus Pusat Bahasa, 2008:347) yaitu “pemaparan dengan kata-kata

secara jelas dan terperinci”. Jadi deskripsi memaparkan (menunjukkan

atau menggambarkan) sesuatu dengan kata-kata secara jelas dan terperinci

sesuai dengan apa adanya.

Semi (2007:16) mengemukakan bahwa “Deskripsi ialah tulisan

yang tujuannya untuk memberikan rincian atau detil tentang objek

sehingga dapat memberi pengaruh pada emosi dan menciptakan imajinasi

pembaca bagaikan melihat, mendengar, atau merasakan langsung apa yang

disampaikan penulis”. Senada dengan pendapat tersebut, Marahimin

(2004:45) mengatakan bahwa “Deskripsi adalah pemaparan atau

penggambaran dengan kata-kata suatu benda, tempat, suasana atau

keadaan”. Deskripsi menurut Gie (1992:18) adalah “Bentuk pengungkapan

yang menggambarkan berbagai cerapan pengarang dengan segenap

inderanya yang bermaksud menimbulkan citra yang sama dalam diri

pembaca”.
Melalui penggambaran tersebut diharapkan pembaca dapat seolah-

olah melihat, mendengar, atau merasakan sesuai yang ditulis pengarang.

Suparno dan Yunus (2006:111) mengungkapkan bahwa “Deskripsi adalah

ragam wacana yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan

kesan-kesan dari pengamatan, pengalaman, dan perasaan penulisnya”.

Sasaran dari deskripsi adalah menciptakan atau memungkinkan terciptanya

imajinasi (daya khayal) pembaca sehingga dia seolah-olah melihat,

mengalami, dan merasakan sendiri apa yang di dialami oleh penulis.

Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa karangan

deskripsi adalah karangan yang memaparkan dan menggambarkan suatu

hal/keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, mengalami, dan

merasakan sendiri apa yang dialami oleh penulis.

6. Ciri-ciri Karangan Deskripsi

Karangan deskripsi memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Semi, 2007:66):

a. Berupaya memperlihatkan detil atau rincian tentang objek.

b. Lebih bersifat mempengaruhi emosi dan membentuk imajinasi

pembaca.

c. Umumnya menyangkut objek yang dapat diindera oleh pancaindera

sehinggga objeknya pada umumnya, benda, alam, warna dan manusia.

d. Disampaikan dengan gaya memikat dan dengan pilihan kata yang

menggugah.

e. Organisasi penyajiannya lebih umum menggunakan susunan ruang.


Sedangkan dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Karangan diakses 11

Desember 2021, karangan deskripsi memiliki ciri-ciri seperti:

a. Menggambarkan atau melukiskan sesuatu,

b. penggambaran tersebut dilakukan sejelas-jelasnya dengan melibatkan

kesan indera,

c. membuat pembaca atau pendengar merasakan sendiri atau mengalami

sendiri.

Dengan demikian dapat disimpulkan ciri-ciri karangan deskripsi adalah

sebagai berikut:

a. Berupaya menggambarkan memperlihatkan detil atau rincian tentang

objek.

b. Lebih bersifat mempengaruhi emosi dan membentuk imajinasi

pembaca.

c. Umumnya menyangkut objek yang dapat diindera oleh pancaindera.

d. Membuat pembaca atau pendengar merasakan sendiri atau mengalami

sendiri.

e. Disampaikan dengan gaya memikat dan dengan pilihan kata yang

menggugah.

f. Organisasi penyajiannya lebih umum menggunakan susunan ruang.

7. Jenis-jenis karangan Deskripsi

Menurut Semi (2007:67) karya tulis deskripsi dapat dibagi atas dua

jenis, yaitu (1) deskripsi artistik, dan (2) deskripsi ekspositorik. Berbeda
dengan pendapat tersebut, Marahimin (2004:46) membedakan karangan

deskripsi secara garis besar yaitu (1) deskripsi ekspositori, dan (2)

deskripsi impresionistis. Dari pendapat para ahli tersebut dapat diambil

suatu kesimpulan karangan deskripsi meliputi, (1) deskripsi artistik, (2)

deskripsi ekspositorik, dan (3) deskripsi impresionistis. Berikut

penjelasannya.

a. Deskripsi artistik Deskripsi artistik merupakan deskripsi yang

memiliki nilai artistik atau nilai keindahan karena cara penyajiannya

dengan menggunakan gaya bahasa sastra.

b. Deskripsi ekspositorik Deskripsi ekspositorik merupakan deskripsi

yang hampir mendekati bentuk eksposisi, baik mengenai isi, yang

cenderung fakta, maupun gaya penyajiannya yang cenderung lugas.

c. Deskripsi impresionistis Deskripsi impresionistis, kadang-kadang

dinamakan juga deskripsi stimulatif, adalah untuk menggambarkan

impresi penulisnya, atau untuk menstimulir pembacanya.

8. Langkah-langkah menyusun Karangan Deskripsi

Langkah menyusun karangan deskripsi:

a. Tentukan objek atau tema yang akan dideskripsikan.

b. Tentukan tujuan.

c. Mengumpulkan data dengan mengamati objek yang akan

dideskripsikan.
d. Menyusun data tersebut ke dalam urutan yang baik (menyusun

kerangka karangan).

e. Menguraikan kerangka karangan menjadi deskripsi yang sesuai

dengan tema yang ditentukan.

9. Menulis Karangan Deskripsi

Siswa SD harus dilatih dan dibiasakan agar mampu

menggambarkan atau mendeskripsikan suatu hal, kejadian, atau objek. Hal

ini penting untuk melatih anak agar mampu menyampaikan pesan yang

ingin disampaikan dengan jelas, detail, dan terperinci, sehingga pendengar

atau pembaca dapat benar-benar memahami pesan yang ingin

disampaikan.salah satu cara untuk melatih kemampuan anak dalam

mendeskripsikan pesan yang ingin disampaikan diantaranya dengan

kegiatan menulis karangan deskripsi.

Menulis karangan deskripsi dapat diartikan sebagai kegiatan

merangkai huruf dengan suatu tanda kebahasaan untuk menuangkan suatu

gagasan atau pandangan terhadap sesuatu dengan pemaparan

penggambaran yang detail dan terperinci terhadap suatu objek. Melalui

pemaparan dan penggambaran yang detail dan terperinci tersebut

diharapkan pembaca dapat seolah-olah melihat, mendengar, atau

merasakan sesuai dengan yang ditulis pengarang.


B. Metode Think Paire Share (TPS)

1. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran merupakan cara melakukan atau menyajikan,

menguraikan, memberikan contoh, dan memberi latihan isi pembeljaran

kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Metode dilakukan guru

untuk mengkreasikan lingkungan belajar dan mengkhususkan aktifitas

dimana guru dan siswa terlibat dalam proses pembelajaran berlangsung.

Dalam pembelajaran guru harus menggunakan metode yang

bervariasi sesuai dengan materi yang akan disampaikan, fungsi metode

adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Penggunaaan

metode yang tepat sangat membantu guru dalam meningkatkan hasil

belajar siswa di sekolah. Tidak setiap metode dapat digunakan dalam

setiap kompetensi dasar. Metode yang digunakan guru hendaknya inovatif,

menarik, tidak monoton serta disesuaikan dengan kompetensi dasar yang

ingin dicapai.

Untuk membangkitkan atau motivasi belajar siswa yaitu

mengguanakan cara atau metode dan media yang bervariasi, karena

dengan metode dan media yang bervariasi kebosanan dapat dihalangi.

Metode tipe think pair share (TPS) Merupakan metode pembelajaran yang

dilakukan dengan cara sharing pendapat antar siswa.


2. Pengertian Metode Think Paire Share (TPS)

Metode think pair share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi

merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang di rancang untuk

mempengaruhi pola interaksi peserta didik dalam belajar dikelas. Metode

think pair share (TPS) ini di kembangkan oleh Frang Lymsan dan

Koleganya di universitas Maryland sesuai yang menyatakan bahwa

metode think pair share (TPS) merupakan cara yang efektif untuk

membuat variasi suasana pola diskusi kelas yang aktif, inovatif, kreatif,

menyenangkan, (Badar 2015:129).

Metode think pair share (TPS) dapat membuat pendidik mengatur

dan mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang

digunakan dalam metode think pair share (TPS) dapat memberi peserta

didik lebih banyak waktu berpikir dalam memecahkan masalah, untuk

merespon dan saling membantu. Metode think pair share (TPS) kepada

siswa untuk berpikir terlebih dahulu sebelum didiskusikan dengan

pasangannya dan dipersentasikan di depan kelas, belajar sendiri dan

bekerja sama dengan orang lain.

Siswa termotivasi dalam menyelesaikan tugas karena belajar

dengan cara berpasangan. Siswa dapat menyatukan pendapat mereka

sebelum dibagikan sehingga dapat bekerjasama untuk menyelesaikan

materi-materi pelajaran sekolah yang sulit. Dengan cara ini siswa dapat

meningkatkan hasil belajar siswa.


Metode think pair share (TPS) merupakan suatu teknik sederhana.

Metode think pair share (TPS) dapat meningkatkan kemampuan siswa

dalam mengingat suatu informasi serta seseorang siswa dapat belajar dari

siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum

disampaikan didepan kelas. Metode think pair share (TPS) juga

memperbaiki rasa percaya diri dan semua peserta didik diberi kesempatan

untuk berpartisipasi dalam kelas.

Hamdayama (2014:201) mengemukakan bahwa metode think pair

share (TPS) sebagai salah satu metode pembelajaran kooperatif yang

terdiri dari tiga tahapan, yaitu thinking, pairing, sharing. Guru tidak lagi

sebagai satu-satunya sumber pembelajaran (Teacher oriented), tetapi justru

siswa dituntut untuk dapat menemukan dan memahami konsep-konsep

baru (student oriented).

Sehingga bukan hanya guru sebagai sumber pembelajaran tetapi

juga peserta didik dapat menjadi patner belajar mengajar. Metode think

pair share (TPS) ini diawali dengan guru mengajukan pertanyaan atau isu

terkait dengan pembelajaran untuk diikirkan oleh peserta didik. Guru

memberi kesempatan kepada mereka memikirkan jawabannya.

Selanjutnya guru meminta peserta didik untuk berpasang-pasangan.

Memberi kesempatan kepada pasangan-pasangan itu untuk berdiskusi.

Diharapkan dengan berdiskusi ini dapat memperdalam makna dari

jawaban yang telah dipikirkannya melalui intersubjektif dengan

pasangannya.hasil diskusi intersubjektif ditiap-tiap pasangan hasilnya akan


dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas. Dalam hal ini diharapkan

terjadi tannya jawab yang mendorong pada pengonstruksian pengetahuan

yang dipelajarinya.

Berdasarkan teori diatas, dapat disimpulkan metode think pair

share (TPS) adalah metode yang menitik tumpukan proses belajar

mengajar bukan hanya kepada guru, tetapi juga membuat peserta didik

ikut andil dalam proses belajar mengajar, peserta didik juga dapat menjadi

patner belajar peserta didik lainya, dengan demikian metode think pair

share (TPS) mampu menumbuhkan minat belajar siswa dengan tujuan

membuat siswa berperan aktif didalam proses belajar mengajar.

3. Tahap-Tahap Metode Think Paire Share (TPS)

Metode think pair share (TPS) memiliki prosedur yang ditetapkan

seara eksplisit yang dilakukan dengan cara bertukar pendapat antar peserta

didik, dan saling membantu satu sama lain. Metode think pair share (TPS)

sebagai ganti dari tanya jawab seluruh kelas, sebagai salah satu

pembelajaran kooperatif, metode think pair share (TPS) memiliki langkah-

langkah tertentu, (Mulyatiningsih 2013:248).

Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas sendiri. Siswa

berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi

dengan pasangannya. Kedua pasangan kembali bertemu dengan kelompok

berempat. Siswa berkesempatan untuk membagi hasi kerjanya kepada

kelompok berempat.
Menurut Huda (2014:202), metode think pair share (TPS) terdiri

dari lima langkah, yaitu tahap pendahuluan, Think, pair, dan Share,

penghargaan.

a. Tahap Pendahuluan Awal. Pembelajaran dimulai dengan penggalian

persepsi sekaligus memotivasi siswa agar terlibat pada tahap ini, guru

juga menjelaskan aturan permainan serta menginformasikan batasan

waktu untuk setiap tahap kegiatan.

b. Tahap Think (berfikir secara individual). Proses Metode think pair

share (TPS) dimulai pada saat guru melakukan demonstrasi untuk

menggali konsep dasar siswa. Pada tahap ini siswa diberi tahap waktu

(think time) oleh guru untuk memikirkan jawabannya seara individual

terhadap pertannyaan yang diberikan. Dalam penentuannya, guru

harus mempertimbangkan pengetahuan dasar siswa dalam menjawab

pertannyaan yang diberikan.

c. Tahap Pair (berpasangan dengan teman sebangku). Pada tahap ini

guru mengelompokan peserta didik secara berpasangan. Guru

menentukan siswa bahwa pasangan setiap siswa adalah teman

sebangkunya. Hal ini dimaksud agar siswa tidak pindah mendekati

siswa lain yang pintar dan meninggalkan teman sebangkunya.

Kemudian siswa lain mulai bekerja dengan pasangannya untuk

mendiskusikan jawaban atas permasalahan yang diberikan oleh guru.

Setiap siswa memiliki kesempatan untuk mendiskusikan berbagai

kemungkinan secara bersama.


d. Tahap Share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh

kelas). Pada tahap ini siswa mempersentasikan jawaban secara

koopratif kepada kelas sebagai keseluruhan kelompok. Setiap

kelompok memperoleh nilai dari hasil pemikiran mereka.

e. Tahap Penghargaan. Siswa mendapat penghargaan berupa nilai baik

secara individu maupun kelompok. Nilai individu berdasarkan hasil

jawaban pada tahap think, sedangkan nilai kelompok berdasarkan

jawaban pada tahap pair dan share, terutama pada saat presentasi

memberikan penjelasan dikelas.

4. Kelebihan Metode Think Paire Share (TPS)

Suatu pambelajaran mempunyai keunggulan dan kekurangan.

Demikian pula dengan metode think pair share (TPS) mempunyai

beberapa keunggulan diantaranya sebagai berikut, (Hamdayana 2014:203):

a. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. Penggunaan metode

think pair share (TPS) menuntut siswa menggunakan waktunya untuk

mengerjakan tugas-tugas atau permasalahan yang diberikan oleh guru

pada awal pertemuan sehingga diharapkan siswa mampu memahami

materi dengan baik sebelum guru menyampaikannya pada pertemuan

sebelanjutnya.

b. Memperbaiki kehadiran. Tugas yang diberikan oleh guru pada setiap

pertemuan selain untuk melibatkan siswa seara aktif dalam proses

pembelajaran juga dimaksudkan agar siswa dapat selalu berusaha


hadir pada setiap pertemuan. Sebab bagi siswa yang sekali tidak hadir

maka siswa tersebut tidak mengerjakan tugas dan hal ini akan

mempengauhi hasil belajar mereka.

c. Memotivasi siswa dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa

dapat lebih baik dari pada pembelajaran dengan konvensional.

d. Sikap apatis berkurang. Sebelum pembelajaran dimulai,

kecenderungan siswa merasa malas karena proses belajar dikelas

hanya mendengarkan apa yang sampaikan guru dan semua yang

ditanyakan oleh guru. Dengan melibatkan siswa secara aktif dalam

proses belajar mengajarkan, metode think pair share (TPS) akan lebih

menarik dan tidak mononton dibandingkan metode konvensional.

e. Penerimaan individu lebih besar. Dalam metode pembelajaran

konvensional, siswa yang aktif dalam kelas hanya berpusat pada siswa

tertentu yang benar-benar rajin dan cepat dalam menerima materi

yang disampaikan oleh guru. Dengan metode think pair share (TPS),

hal ini dapat diminimalisir sebab semua siswa akan terlibat dengan

permasalahan yang diberikan oleh guru.

f. Hasil belajar lebih mendalam. Parameter dalam proses belajar

mengajar adalah hasil belajar yang diraih oleh siswa. Dengan

pembelajaran metode think pair share (TPS), perkembangan hasil

belajar siswa dapat diidentifikasi secara bertahap, sehingga pada akhir

pembelajaran, hasil yang diperoleh siswa dapat lebih optimal.


g. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Sistem kerja

sama yang diterapkan dalam metode think pair share (TPS) menuntut

siswa untuk dapat bekerjasama oleh tim, sehingga siswa dituntut

untuk dapat bekerja sama dalam tim, sehingga siswa dituntut untuk

dapat belajar berempati, menerima pendapat orang lain atau mengakui

seara sportif jika pendapatnya tidak diterima.

5. Kekurangan Metode Think Paire Share (TPS)

Selain keunggulan tersebut metode think pair share (TPS) juga

memiliki kekurangan-kekurangan, diantaranya sebagai berikut

(Hamdayana 2014:205):

a. Suatu diskusi dapat di rencanakan sebelumnya mengenai bagaimana

hasilnya sebab tergantung kepada kepemimpinan dan partisipasi

anggotaangotanya.

b. Suatu diskusi memerlukan keterampilan-keterampilan tertentu yang

belum pernah di pelajari sebelumya

c. Jalan diskusi dapat di kuasai (didominasi) oleh beberapa siswa yang

menonjol.

d. Tidak semua topik dapat di jadikan pokok diskusi, tetapi hanya hal-hal

yang bersifat promblematis saja yang dapat di diskusikan.

e. Diskusi yang mendalam memerlukan waktu yang banyak


f. Apabila suasana diskusi hangat dan siswa sudah berani

mengemukakan buah pemikiran mereka, maka biasanya sulit untuk

membatasi pokok masalah.

g. Jumlah siswa yang terlalu banyak di dalam kelas akan mempengaruhi

kesempatan setiap siswa untuk mengemukakan pendapatnya.

C. Hakikat Media Gambar Seri

1. Pengertian Media pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah

berarti “tengah”. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau

pengirim pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Arsyad, 2009:3).

Secara lebih khusus pengertian media dalam proses belajar mengajar

cenderung diartikan sebagai alat-alat grafik photografis atau elektronik

untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual

atau verbal.

Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke

penerima pesan. Sadiman dkk (2006:7) menjelaskan bahwa “Media adalah

segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari

pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,

perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses

belajar terjadi”. Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa media itu

sangat penting digunakan dalam proses pembelajaran, karena dengan

media pembelajaran akan berjalan lebih efektif dan menarik.


Menurut Gagne dalam Sadiman dkk, (2006:6) “Media adalah

berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang

siswa untuk belajar. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu

diucapkan guru dalam kata-kata dan dapat mewakili keabstrakan ke dalam

kekongkritan”. Penggunaan media dalam proses belajar mengajar sangat

penting. Ketidakjelasan guru dalam menyampaikan bahan pengajaran

dapat terwakili dengan kehadiran media. Sedangkan Gerlach & Ely (dalam

oleh Arsyad, 2009:3) “mengatakan bahwa media apabila dipahami secara

garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun

kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,

keterampilan, atau sikap”. Dalam hal ini manusia, materi, atau kejadian

adalah media.

Lain halnya dengan Briggs (dalam Sadiman dkk, 2006:6) yang

menyatakan bahwa “Media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan

pesan serta merangsang siswa untuk belajar”. Contohnya adalah buku,

film, kaset, dan CD. Apabila tingkatan SD yang siswanya belum mampu

berfikir abstrak, masih berfikir kongkrit. Keabstrakan bahan pelajaran

dapat dikongkritkan dengan kehadiran media, sehingga anak didik lebih

mudah mencerna bahan pelajaran daripada tanpa media.

Dalam penggunaan media, perlu diperhatikan bahwa pemilihan

media pengajaran haruslah jelas sesuai dengan tujuan pengajaran yang

telah dirumuskan, apabila diabadikan media pengajaran bukannya

membantu proses belajar mengajar, tapi sebagai penghambat. Dari uraian


tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah

segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, membantu

mempertegas bahan pelajaran, sehingga dapat merangsang pikiran,

perasaan, perhatian dan minat siswa dalam proses belajar.

2. Ciri-ciri Media pembelajaran

Ciri-ciri media pembelajaran menurut Gerlach & Ely dalam

Arsyad, (2009:12) ada 3 yaitu:

a. Ciri Fiksatif (Fixative Property) Ciri ini menggambarkan kemampuan

media merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu

peristiwa atau objek.

b. Ciri Manipulatif (Manipulative Property) Transformasi suatu kejadian

atau objek dimungkinkan karena media memiliki ciri manipulatif.

Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan dalam

waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time-

lapse recording.

c. Ciri Distributif (Distributive Property) Ciri disributif dari media

memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransportasikan melalui

ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada

sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama

terhadap kejadian tersebut


3. Jenis-jenis media

Arief S. Sadiman dkk (2006:28) membagi media secara umum

menjadi 3 yaitu:

a. Media Grafis Media yang termasuk media visual, yakni pesan yang

akan disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi

visual (yang menyangkut indera penglihatan). Media grafis meliputi:

gambar/foto, sketsa, diagram, bagan, grafik, kartun, poster, peta/globe,

papan flannel, papan bulletin.

b. Media Audio Media audio berkaitan dengan indera pendengaran pesan

yang disampaikan dituangkan dalam lambang-lambang audity baik

verbal (ke dalam kata-kata atau bahasa lisan) maupun non verbal.

Media audio meliputi: radio, alat perekam, pita magnetic, piringan

hitam dan laboratorium bahasa.

c. Media Proyeksi Diam Media proyeksi diam mempunyai persamaan

dengan media grafis, dalam arti menyajikan rangsangan-rangsangan

visual. Perbedaannya adalah bila pada media grafis dapat secara

langsung berinteraksi dengan pesan media yang bersangkutan pada

media proyeksi, pesan tersebut harus diproyeksikan dengan proyektor

agar dapat dilihat oleh sasaran. Media proyeksi diam meliputi : film

bingkai (slide), film rangkai (film strip), overhead proyektor,

proyektor apaque, tachitoscope, microprojection dengan microfilm.


4. Kriteria pemilihan media

Media pada hakekatnya merupakan salah satu komponen sistem

pembelajaran. Sebagai komponen, media hendaknya merupakan bagian

integral dan harus sesuai dengan proses pembelajaran secara menyeluruh.

Ujung akhir dari pemilihan media adalah penggunaaan media tersebut

dalam kegiatan pembelajaran, sehingga memungkinkan siswa dapat

berinteraksi dengan media yang kita pilih.

Sadiman dkk (2006:84) mengatakan dalam pemilihan media untuk

pembelajaran harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

a. Tujuan instruksional yang ingin dicapai

b. Karakteristik siswa atau sasaran

c. Jenis rangsangan belajar yang diinginkan

d. Keadaan latar atau lingkungan

e. Kondisi setempat

f. Luasnya jangkauan yang ingin dilayani

Dari pendapat Arief S. Sadiman dkk (2006:84) tersebut diatas

terdapat enam kriteria pemilihan media. Berikut penjelasannya:

a. Tujuan instruksional yang ingin dicapai Media dipilih berdasarkan

tujuan instruksional yang telah ditetapkan yang secara umum mengacu

kepada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif,

afektif, dan psikomotorik. Tujuan ini dapat digambarkan dalam bentuk

tugas yang harus dikerjakan/dipertunjukkan oleh siswa, seperti

menghafal, melakukan kegiatan yang melibatkan kegiatan fisik,


melakukan tugas yang melibatkan pemahaman konsep-konsep atau

hubunganhubungan perubahan, dan mengerjakan tugas-tugas yang

melibatkan pemikiran pada tingkatan lebih tinggi.

b. Karakteristik siswa atau sasaran Media akan efektif digunakan apabila

tidak tergantung dari beda interindividual antara siswa. Misalnya kalau

siswa tergolong tipe auditif/visual maka siswa yang tergolong auditif

dapat belajar dengan media visual dari siswa yang tergolong visual dan

dapat juga belajar dengan menggunakan media auditif.

c. Jenis rangsangan belajar yang diinginkan Media yang digunakan untuk

rangsangan pendengaran belum tentu sama dengan media yanng

digunakan untuk rangsangan penglihatan. Untuk itu pemilihan media

harus disesuaikan dengan rangsangan belajar yang diinginkan.

d. Keadaan latar dan lingkungan Dalam pemiihan media harus disesuaikan

dengan lingkungan. Tanpa disesuaikan dengan lingkungan, maka media

akan tidak bermanfaat sebagaimana mestinya, misalnya sekolah di

sebuah desa terpencil membeli perangkat komputer untuk mata

pelajaran TIK, namun hal itu menjadi tidak berfungsi dengan baik,

karena di sekolah tersebut belum terpasang aliran listrik.

e. Kondisi setempat Kondisi berarti keadaan. Dalam pemlihan media

harus disesuaikan dengan kondisi sekolah tersebut. Misalnya kondisi

ekonomi, jika sekolah tidak memiliki biaya untuk membeli suatu media

yang bagus, maka dapat memanfaatkan media seadanya.


f. Luasnya jangkauan yang ingin dilayani Luasnya jangkauan yang ingin

dilayani meliputi tiga jenis, yaitu perseorangan, kelompok kecil, dan

kelompok besar. Media yang efektif untuk kelompok besar belum tentu

sama efektifnya jika digunakan pada perseorangan atau kelompok kecil,

dan sebaliknya.

5. Manfaat Media

Menurut Arsyad (2009:26) beberapa manfaat praktis penggunaan

media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar sebagai berikut:

a. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan

informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan

hasil belajar.

b. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian

anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang

lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan

siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan

minatnya.

c. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan

waktu.

d. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada

siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta

memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru,

masyarakat, dan lingkungannya.


Sedangkan manfaat media menurut Kemp & Dayton dalam Hidayat

(2017:183), yaitu sebagai berikut:

a. Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku. Setiap pelajar yang

melihat atau mendengar penyajian melalui media menerima pesan

yang sama.

b. 2) Pengajaran bisa lebih menarik. Media dapat diasosiasikan sebagai

penarik perhatian dan membuat siswa tetap terjaga dan

memperhatikan.

c. Pembelajaran menjadi lebih interaktif.

d. Lama waktu pengajaran yang diperlukan dapat dipersingkat.

e. Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan.

f. Pengajaran dapat diberikan kapan dan dimana diinginkan atau

diperlukan.

g. Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap

proses belajar dapat ditingkatkan.

h. Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif. Beban guru untuk

penjelasan yang berulang-ulang mengenai isi pelajaran dapat

dikurangi bahkan dihilangkan.

Dari beberapa pendapat para ahli diatas, penulis dapat

menyimpulkan manfaat media antara lain:

a. Media bermanfaat untuk memperjelas pesan agar tidak terlalu

verbalistis sehingga dapat memperlancar proses pembelajaran.

b. Media dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan indera.


c. Media dapat menimbulkan dan meningkatkan motivasi belajar,

interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya.

d. Media dapat memberikan rangsangan yang sama, kesamaan

pengalaman, dan menimbulkan persepsi yang sama, serta

memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru,

masyarakat, dan lingkungannya.

e. Media memungkinkan anak untuk belajar mandiri sesuai dengan bakat

dan kemampuannya

6. Pengertian Gambar Seri

Media gambar seri termasuk ke dalam media yang berbentuk

visual. Hal itu sesuai dengan pengklasifikasian media menurut Sadiman

dkk (1996:82) yaitu media yang termasuk media visual yakni pesan yang

akan disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual

(yang menyangkut indera penglihatan). Media grafis meliputi:

gambar/foto, sketsa, diagram, bagan, grafik, kartun, poster, peta/globe,

papan flannel, papan bulletin. Media ini juga disebut dengan flow chart

atau gambar susun. Media gambar seri dapat dibuat dari kertas manila

lebar yang berisi beberapa buah gambar atau dibuat dari kertas biasa yang

berisi beberapa buah gambar kemudian dibagikan kepada siswa.

Gambar tersebut berhubungan satu sama lain sehingga merupakan

rangkaian cerita. Setiap gambar diberi nomor urut sesuai dengan jalan

cerita. Media ini sangat sesuai untuk melatih keterampilan menulis


terutama menulis karangan. Dalam Kamus Bahasa Indonesia (Tim

Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2008:435), gambar adalah tiruan barang

(orang, binatang, tumbuhan, dsb) yg dibuat dengan coretan pensil dsb pada

kertas dsb. Sedangkan seri adalah rangkaian yang berturut-turut. Jadi

gambar seri adalah rangkaian tiruan barang (orang, binatang, tumbuhan,

dsb) yg dibuat dengan coretan pensil dsb pada kertas dsb yang berturut-

turut. Arsyad (2009:119) mengungkapkan gambar seri adalah gambar

yang merupakan rangkaian kegiatan atau cerita yang disajikan secara

berurutan.

Siswa berlatih mendiskripsikan setiap gambar, yang nanti hasil

deskripsi setiap gambar apabila dirangkaikan akan menjadi suatu karangan

yang utuh. Noor, dalam Rahmawati (2007:35) menyatakan bahwa gambar

berseri adalah sejumlah gambar di mana antara gambar yang satu dengan

gambar yang lain saling berkaitan antara satu dengan yang lain. Artinya,

ketika menceritakan kejadian dalam gambar seri seseorang harus

memperhatikan urutan kejadian dalam gambar tersebut, dan cara

menceritakannya harus runtut sesuai dengan gambar. Jadi yang dimaksud

dengan gambar seri adalah kumpulan gambar yang berbeda antara yang

satu dengan yang lain tetapi saling berurutan dan berkaitan satu sama lain

7. Fungsi media Gambar Seri

Gambar seri menurut Nawangwulan dalam Rahmawati (2007:36)

memiliki fungsi sebagai berikut :


a. menambahkan motivasi siswa dalam pembelajaran menulis;

b. menumbuhkan daya cipta dengan merangkaikan kata-kata menjadi

suatu karangan;

c. menginformasikan kepada siswa tentang objek, kejadian dan

hubungan antar kejadian;

d. melatih siswa mengatur alur cerita;

e. memudahkan siswa mengembangkan cerita;

f. melatih penguasaan kosakata;

g. melatih penguasaan kalimat.

8. Kelebihan dan kekurangan media Gambar Seri

Media gambar seri menurut Nursini dalam Rahmawati (2007:36)

memiliki kelebihan sebagai berikut:

a. umumnya harganya murah;

b. mudah didapat;

c. mudah dipergunakan;

d. dapat memperjelas suatu masalah;

e. lebih realistis;

f. dapat mengatasi keterbatasan pengamatan;

g. dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu.

Disamping memiliki kelebihan, media gambar seri juga memiliki

kekurangan, antara lain:


a. untuk memperbesar gambar memerlukan proses dan biaya yang cukup

besar;

b. pada umunya hanya 2 dimensi yang nampak pada gambar;

c. tanggapan bisa berbeda dari gambar yang sama.

9. Langkah-langkah Membuat Gambar Seri

Ada beberapa langkah untuk membuat gambar seri yang baik. Langkah-

langkah tersebut diantaranya:

a. Menyiapkan tema yang akan digunakan, dan harus sesuai dengan

materi pembelajarannya.

b. Mencari referensi gambar yang berasal dari media cetak, contohnya

seperti majalah, koran, brosur, dan juga artikel yang sesuai dengan

tema.

c. Guntinglah gambar yang sesuai dengan tema.

d. Tampilkan gambar yang telah siap, dan jangan lupa untuk

memberikan nomor urut sehingga gambar seri tersebut telah siap

untuk digunakan.

10. Contoh Gambar Seri

Beberapa contoh gambar seri, adalah sebagai berikut :

a. Bermain Di Akhir Pekan


Gambar 1. Gambar Seri Bermain Di Akhir Pekan

Gambar diatas memperlihatkan seorang anak yang keluar rumah

membawa bola, kemudian bermain boola bersama kawan-kawannya

sampai pakaiannya kotor, dan kemudian pulang kerumah dan mencuci

sendiri pakaian kotornya.

b. Aktivitas Rutin Setiap Hari

Gambar 2. Gambar Seri Aktivitas Rutin Sehari-hari


Gambar diatas memperlihatkan kegiatan seorang anak dari mulai

bangun tidur, kemudian mandi, sarapan, berangkat sekolah, dan

mengikuti pelajaran di ruang kelas.

D. Penelitian Terdahulu

Ada beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan dan dianggap

relevan dengan penelitian ini. Penelitian-penelitian terdahulu tersebut antara

lain:

1. Penelitian yang dilakukan Darnis pada Desember 2015 mengambil judul

peningkatan kemampuan menulis karangan deskripsi dengan pendekatan

lingkungan bagi siswa. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas IV SD

Negeri 11 Pudung Kecamatan Ampek Nagari dengan jumlah siswa 32

siswa. Hasil dari penelitian ini adalah pendekatan lingkungan terbukti

telah mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan

deskripsi.

2. Selasdini, dkk, pada tahun 2016 melakukan penelitian dengan judul

peningkatan kemampuan menulis karangan deskripsi dengan

menggunakan media gambar seri kelas IV Sekolah Dasar. Sampel yang

digunakan adalah 30 siswa kelas IV SD Negeri Sungai Raya Kabupaten

Kubu Raya. Hasil penelitian ini adalah hasil belajar siswa dala menulis

karangan deskripsi dengan bantuan media gambar seri meningkat di setiap

siklus penelitian yang dilakukan.


3. Abdan Syakur dan Kaharuddin pada tahun 2016 melakukan penelitian

tentang peningkatan menulis karangan argumentasi kelas VIII SMP 3

Pajjukukang Kabupaten Bantaeng Melalui media gambar seri. Jumlah

sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 32 siswa. Hasil yang

diperoleh dari penelitian ini adalah keaktifan dan kemampuan siswa dalam

menulis karangan arguentasi melalui media gambar seri dari siklus I

meningkat pada siklus II penelitian yang dilakukan.

4. Idarliati melakukan penelitian tentang peningkatan keterampilan menulis

karangan deskripsi dengan menggunakan media gambar. Penelitian

tersebut dilakukan pada tahun 2018 dengan sampel 24 siswa kelas VSD

Negeri 09 Matteko Kecamatan Blora Kota Palopo. Hasil penelitian

menemukan bahwa media gambar terbukti dapat meningkatkan antusisme

dan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa.

5. Ermaneli melakukan penelitian dengan judul peningkatan kemampuan

menulis karangan deskripsi dengan menggunakan peta konsep bagi siswa

kelas VI SD Negeri Lubuk Anau Kecamatan Bayang pada tahun 2018.

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 7 siswa kelas VI. Hasil

penelitian menemukan bukti bahwa dengan menggunakan peta konsep

dapat meningkatkan hasil pembelajaran menulis karangan deskripsi siswa.

E. Kerangka Berpikir

Kemampuan menulis merupakan salah satu bagian dalam kesatuan

pembelajaran bahasa Indonesia yang tersusun pada kompetensi dasar


kurikulum tingkat satuan pendidikan. Kurangnya kemampuan siswa dalam

kegiatan menulis menjadikan suatu permasalahan yang perlu dipecahkan. Hal

tersebut dapat dipengaruhi oleh kualitas proses dan hasil yang dilakukan

dalam pembelajaran.

Rendahnya kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas IV

SD negeri Ciomas disebabkan antara lain (1) guru kurang memberi

kesempatan siswa dalam kegiatan menulis karangan deskripsi, (2) media

dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi belum tersedia, dan (3)

metode yang digunakan guru dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi

masih menggunakan metode konvensional. Oleh karena itu, peneliti mencari

media yang sesuai dengan pembelajaran menulis karangan dan dapat menarik

minat siswa, serta bekerja sama dengan guru untuk mencari metode yang

tepat untuk membantu meningkatkan kemampuan menulis karangan deskripsi

siswa, karena keberhasilan suatu proses pembelajaran selain berkaitan dengan

minat adalah dengan penggunaan metode dan media yang tepat.

Salah satu media yang dipilih untuk menunjang prestasi belajar

menulis karangan deskripsi adalah dengan menggunakan media gambar seri.

Pemilihan media ini dengan pertimbangan bahwa media ini harganya murah,

mudah didapat, mudah dipergunakan, dapat memperjelas suatu masalah, lebih

realistis, dapat mengatasi keterbatasan pengamatan, dan dapat mengatasi

keterbatasan ruang dan waktu. Maka diharapkan dengan penggunaan media

gambar seri dapat meningkatkan kemampuan menulis karangan deskripsi

siswa kelas IV SD Negeri Ciomas.


Alur kerangka berpikir pada penelitian ini yang bertujuan untuk

mengarahkan jalannya penelitian agar tidak menyimpang dari pokok-pokok

penelitian dapat digambarkan dengan gambar sebagai berikut:

Kemampuan menulis
Pembelajaran yang
Kondisi awal karangan deskripsi siswa
dilaksanakan guru
rendah
bersifat konvensional,
yaitu hanya
menggunakan metode
ceramah dan penugasan
Menggunakan media Siklus I
gambar seri dalam
Diadakan tindakan
pembelajaran menulis
karangan Siklus II

Siswa menjadi lebih aktif


dalam pembelajaran
Kondisi akhir sehingga kemampuan
menulis karangan
deskripsi siswa
meningkat

Gambar 3. Alur kerangka Berpikir Penelitian

F. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir, maka dapat

dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut: “Penggunaan

metode TPS dengan berbantukan gambar seri dapat meningkatkan

kemampuan menulis karangan deskripsi pada siswa kelas IV SD Negeri


Ciomas, Kecamatan Bantarkawung, Kabupaten Brebes tahun pelajaran

2022/2023”.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Seting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di SD Negeri Ciomas, Kecamatan

Bantarkawung, Kabupaten Brebes. Penelitian dilakukan selama 2 siklus

pada bulan Juni 2022.

2. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang dilaksanakan yaitu penelitian tindakan

kelas yang dilaksanakan dengan dua siklus tindakan, apabila dalam dua

siklus belum dapat mencapai hasil yang diharapakan maka, akan

dilakukan siklus berikutnya. Pada setiap siklus dilaksanakan dalam dua

kali pertemuan, dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Penelitian ini

dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan

deskripsi menggunakan metode TPS berbantukan gambar seri pada siswa

kelas IV SD Negeri Ciomas.


B. Subyek Penelitian

Subyek yang akan diteliti dalam penelitian tindakan kelas ini adalah

siswa kelas IV SD Negeri Ciomas, Kecamatan Bantarkawung, Kabupaten

Brebes. Dengan jumlah siswa pada tahun ajaran 2022/2023 sebanyak 19

siswa, yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan.

C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dilakukan melalui

beberapa teknik. Teknik pengumpulan data disesuaikan dengan situasi

dan kondisi sekolah yang menjadi tempat penelitian. Pada umumnya

teknik yang digunakan adalah teknik tes dan non tes.

a. Teknik Tes

Teknik tes digunakan untuk mengetahui nilai siswa setelah

proses pembelajaran. Tes dilakukan untuk mengukur kemampuan

pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan guru saat

proses pembelajaran berlangsung sehingga peneliti mendapatkan data

nilai yang akan digunakan untuk mengetahui prestasi belajar siswa

dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif. Teknik tes ini

berupa tes tertulis yang dibuat oleh peneliti dengan arahan dari guru

kelas. Selain tes tertulis, peneliti juga menggunakan LKS untuk

mengetahui kinerja siswa dalam kelompok.

b. Teknik Non Tes


Teknik non tes merupakan teknik penilaian yang digunakan

untuk mendapatkan informasi mengenai keadaan siswa tanpa

menggunakan alat tes. Teknik non tes dilakukan untuk mendapatkan

data secara tidak langsung mengenai tingkah laku kognitif siswa.

Penilaian yang dilakukan dengan teknik non tes dapat digunakan jika

diperoleh data berupa tingkah laku afektif, psikomotor, serta yang lain

secara tidak langsung. Teknik non tes yang digunakan berupa

observasi, wawancara, dan dokumentasi.

2. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang dipakai pada penelitian data ini adalah

sebagai berikut:

a. Lembar Evaluasi

Lembar evaluasi digunakan untuk mengukur peningkatan

prestasi belajar siswa. Lembar evaluasi merupakan lembar soal untuk

melakukan penilaian terhadap tingkat kemampuan pemahaman siswa

terhadap materi pembelajaran. Evaluasi dilakukan pada setiap akhir

pertemuan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada setiap siklus.

Model soal tes yang digunakan berupa tes menulis karangan

deskripsi dengan berbantuan media gambar seri.

b. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data yang

berkaitan dengan kegiatan selama proses pembelajaran. Lembar

observasi terdiri dari:

1) Lembar observasi aktivitas guru

Lembar observasi aktivitas guru digunakan untuk

mengumpulkan data yang berkaitan dengan aktivitas guru dalam

proses pembelajaran.

2) Lembar observasi aktivitas siswa

Lembar observasi siswa digunakan untuk mengumpulkan data

yang berkaitan dengan aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran.

c. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan sebagai bukti otentik proses tindakan

pembelajaran yang dilakukan selama penelitian.

D. Analisis Data

1. Kuantitatif

Data kuantitatif berupa hasil belajar kognitif siswa yang diperoleh

melalui tes tertulis untuk setiap pertemuan pada siklus I dan siklus II

yang diberikan pada akhir pertemuan. Hasil tes tertulis dianalisis

deskriptif dengan menentukan mean atau rata-rata terhadap nilai yang


diperoleh siswa. Analisis tingkat keberhasilan atau persentase ketuntasan

belajar siswa dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menentukan skor berdasarkan skor teoritis, (Aqib 2014:41)

B
N= x 100 %
St

Keterangan:

N = Nilai

B = Skor perseorangan yang diperoleh

St = Skor teoritis (skor maksimal)

b. Menghitung Presentasi Ketuntasan Belajar Klasikal, (Aqib 2014:41)

∑ siswa yang tuntas belajar


P= x 100 %
∑ seluruh siswa

Keterangan:

P = Persentase siswa yang tuntas

c. Menghitung mean (rata-rata) Kelas

Nilai rata-rata diambil dengan menjumlahkan nilai yang diperoleh

siswa yang dibagi dengan jumlah siswa di dalam kelas dengan

rumus, (Aqib 2014:41):

∑X
x=
∑N

Keterangan:
x = Nilai rata-rata

∑X = Jumlah semua nilai siswa

∑N = Jumlah siswa

Hasil penghitungan tersebut dikonsultasikan dengan kriteria ketuntasan

minimal (KKM) SD Negeri Ciomas dengan KKM klasikal dan individual

dikelompokkan ke dalam dua kategori tuntas dan tidak tuntas, dengan

kriteria sebagai berikut:

Table 1. Kriteria Ketuntasan Minimal

Kriteria Ketuntasan Kategori Kualifikasi


Klasikal
65≥ 65≥ Tuntas
<65 <65 Tidak Tuntas

2. Kualitatif

Dalam penelitian ini data kualitatif diperoleh melalui hasil

observasi terhadap aktifitas siswa dan keterampilan guru dalam

melaksanakan pembelajaran melalui model TPS berbantukan gambar

seri. Data ini disajikan dalam bentuk kalimat yang terpisah-pisah

menurut kategorinya. Menurut Poerwanti, dkk (2008:69) dalam

mengelola data skor dapat dilakukan langkah sebagai berikut:

a. Menentukan skor terendah

b. Menentukan skor tertinggi

c. Mencari median
d. Mencari rentang nilai menjadi 4 kategori yaitu sangat baik, baik,

cukup dan kurang. Kemudian setelah langkah kita tentukan, kita

dapat menghitung data skor dengan cara sebagai berikut:

R = skor terendah

T = skor tertinggi

n = banyak skor = (R – T) + 1

Q2 = median Letak Q2 = ( n+1 ) untuk data ganjil atau genap

Q1 = kuartil pertama Letak Q1 = ( n +2 ) untuk data genap atau Q1 =

( n +1 ) untuk data ganjil.

Q3 = kuartil ketiga Letak Q3 = (3n +2 ) untuk data genap atau Q3 = (

n +1 ) untuk data ganjil.

Q4= kuartil keempat = T (skor tertinggi) (Herryanto dan Akib, 2007)

Maka akan di dapat:

Table 2. Kriteria Ketuntasan Observasi

Kriteria ketuntasan Skala Penilaian Kualifikasi


Q3 ≤ skor ≤ T Sangat Baik Tuntas
Q2 ≤ skor < Q3 Baik Tuntas
Q1 ≤ skor < Q2 Cukup Tidak Tuntas
R ≤ skor < Q1 Kurang Tidak Tuntas

Dari perhitungan di atas, maka dapat dibuat tabel klasifikasi

tingkatan nilai untuk menentukan tingkatan nilai pada keterampilan

guru dan aktivitas siswa sebagai berikut:

Tabel 3. Kalsifikasi Tingkatan Nilai Observasi Guru

Skala Kriteria
28 ≤ skor ≤ 36 Sangat Baik (A)
18 ≤ skor < 28 Baik (B)
9 ≤ skor < 18 Cukup (C)
0 ≤ skor < 9 Kurang (D)

Tabel di atas diperoleh dari skor tiap indikator keterampilan guru

dalam mengelola pembelajaran dengan materi keterampilan menulis

deskripsi menggunakan model pembelajaran TPS berbantukan

gambar seri dengan rincian perhitungan terlampir

Tabel 4. Klasifikasi Tingkatan Nilai Observasi Siswa

Skala Kriteria
25 ≤ skor ≤ 32 Sangat Baik (A)
16 ≤ skor < 25 Baik (B)
8 ≤ skor < 16 Cukup (C)
0 ≤ skor < 8 Kurang (D)

Tabel di atas diperoleh dari skor tiap indikator aktivitas siswa dalam

keterampilan menulis menggunakan model pembelajaran TPS

berbantukan gambar seri dengan rincian perhitungan terlampir.

E. Indikator keberhasilan

Untuk mengetahui adanya peningkatan kemampuan menulis karangan

deskripsi siswa digunakan indikator keberhasilan pada table berikut:

Tabel 4. Indikator Ketercapaian Tujuan Penelitian

Pencapaian
Indikator Cara Mengukur
Siklus I Siklus II
Kemampuan Nilai rata-rata Nilai rata-rata Diukur dari nilai
siswa dalam untuk kemampuan untuk kemampuan rata-rata
menulis karangan menulis karangan menulis karangan kemampuan
deskripsi deskripsi deskripsi menulis karangan
mencapai 60% mencapai 80% deskripsi
Ketuntasan hasil Minimal 60% Minimal 80% Dihitung dari
belajar menulis siswa telah siswa telah jumlah siswa yang
karangan mencapai batas mencapai batas telah mencapai nilai
deskripsi siswa kriteria ketuntasan kriteria ketuntasan batas kriteria
minimal (KKM) minimal (KKM) ketuntasan minimal
(KKM) menulis,
yaitu 68.

F. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk siklus. Peneliti menggunakan

siklus yang dikembangkan oleh David Hopkins. Pada model siklus ini,

penelitian dilakukan dengan membentuk spiral yang dimulai dari merasakan

adanya masalah, menyusun perencanaan, melaksanakan tindakan, melakukan

observasi dan melakukan refleksi serta melakukan rencana ulang dan

seterusnya.

Prosedur penelitian Hopkins dilaksanakan dengan menggunakan siklus-

siklus tindakan (daur ulang). Daur ulang dalam penelitian ini yaitu :

1. Perencanaan (planning),

2. Tindakan (action),

3. Mengobservasi (observation), dan

4. Refleksi (reflecting).

Siklus tersebut akan diulang terus menerus sampai adanya peningkatan

yang diharapkan. Misalkan setelah dilaksanakan siklus I diketahui hasil

belum mencapai yang diharapkan, maka dilanjutkan ke siklus II. Demikian

pula setelah dilakukan siklus II jika diketahui hasil belum mencapai yang

diharapkan, maka siklus akan kembali diulang atau dilanjutkan ke siklus III.
Pengulangan siklus tersebut akan terus dilakukan sampai tercapai hasil sesuai

yang diharapkan.

Prosedur penelitian tindakan seperti itu dapat digambarkan sebagai

berikut:

Refleksi Awal Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

Gambar 4. Siklus penelitian Tindakan Kelas Model Hopkins (Asrori dan


Rusman, 2020:38)
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Apabila dalam dua

siklus indikator keberhasilan belum tercapai maka dilanjutkan siklus

selanjutnya. Adapun siklus penelitian tindakan kelas secara rinci diuraikan

sebagai berikut:

1. Rancangan Siklus I

a. Siklus I Pertemuan I

a) Tahap Perencanaan

Dalam siklus I pertemuan 1 perencanaan terdiri atas:

1) Menelaah materi pembelajaran bahasa Indonesia kelas IV

yang akan dilakukan tindakan penelitian serta menelaah

indikator.

2) Menyusun RPP sesuai indikator yang telah ditetapkan dan

skenario pembelajaran model pembelajaran TPS berbantukan

gambar seri.

3) Menyiapkan alat peraga yang digunakan dalam penelitian

yaitu berupa gambar seri.

4) Menyiapkan lembar observasi yang akan digunakan untuk

mengamati keterampilan guru dan aktivitas siswa dalam

pembelajaran.

5) Menyiapkan LKS dan alat evaluasi yang berupa tes tertulis

untuk mengetahui hasil belajar siswa


b) Pelaksanaan/Tindakan

Pelaksanaan tindakan disesuakan dengan perencanaan yang

telah dirumuskan. Dalam kegiatan pelaksanaan ini ada beberapa

rencana yang harus dilaksanakan atau termuat dalam RPP, yaitu:

1) Siswa memperhatikan penjelasan guru mengenai menulis

deskripsi.

2) Siswa memperhatikan gambar seri yang disajikan guru.

3) Siswa menjawab pertanyaan dari guru mengenai gambar.

4) Siswa mengamati (think) gambar-gambar yang ditampilkan,

yaitu mengurutkan gambar-gambar tersebut.

5) Siswa berpasangan (pair) (kelompok 2 orang) mengutarakan

hasil pemikiran masing-masing dan berdiskusi tentang

gambar-gambar tersebut kemudian menuliskannya dalam

lembar kerja siswa (LKS).

6) Perwakilan beberapa kelompok maju ke depan kelas untuk

menunjukkan hasil diskusinya (share).

7) Siswa mendengarkan penegasan guru mengenai hasil diskusi.

8) Siswa mengerjakan evaluasi yaitu mendeskripsikan gambar-

gambar tersebut menjadi sebuah karangan sederhana.

c) Tahap Observasi

Peneliti melakukan observasi atau pengamatan keterampilan

guru dan aktifitas siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia


“menulis deskripsi” dengan menggunakan model pembelajaran

TPS berbantukan gambar seri. Pengamatan keterampilan guru dan

aktivitas siswa dilakukan oleh peneliti, dan dilaksanakan selama

kegiatan pembelajaran berlangsung.

d) Tahap Analisis dan Refleksi

Hasil refleksi pada tahap ini akan digunakan sebagai acuan untuk

pelaksanaan siklus I pertemuan II. Pada tahap ini terdiri dari:

1) Mengkaji pelaksanaan pembelajaran siklus I pertemuan 1.

2) Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran menulis

deskripsi pada siklus I pertemuan 1.

3) Membuat daftar permasalahan yang terjadi pada siklus I

pertemuan 1.

4) Merencanakan perencanaan tindak lanjut untuk siklus I

pertemuan.

b. Siklus I Pertemuan II

a) Tahap Perencanaan

Dari kegiatan refleksi siklus I pertemuan 1 dengan

berbagai evaluasi yang ada, maka perencanaan pada siklus I

pertemuan II ini disesuaikan pada refleksi siklus I pertemuan 1.

Adapun perincian kegiatan perencanaan siklus I pertemuan II

adalah sebagai berikut :


1) Menelaah materi pembelajaran bahasa Indonesia kelas IV

yang akan dilakukan tindakan penelitian serta menelaah

indikator.

2) Menyusun RPP sesuai indikator yang telah ditetapkan dan

skenario pembelajaran model pembelajaran TPS berbantukan

gambar seri.

3) Menyiapkan alat peraga yang digunakan dalam penelitian

yaitu berupa gambar seri.

4) Menyiapkan lembar observasi yang akan digunakan untuk

mengamati keterampilan guru dan aktivitas siswa dalam

pembelajaran.

5) Menyiapkan LKS dan alat evaluasi yang berupa tes tertulis

untuk mengetahui hasil belajar siswa

b) Tahap Pelaksanaan/Tindakan

Pelaksanaan tindakan disesuakan dengan perencanaan

yang telah dirumuskan. Dalam kegiatan pelaksanaan ini ada

beberapa rencana yang harus dilaksanakan atau termuat dalam

RPP, yaitu:

1) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai

menulis deskripsi.

2) Siswa memperhatikan gambar seri yang disajikan guru.

3) Siswa menjawab pertanyaan dari guru mengenai gambar.


4) Siswa mengamati (think) gambar-gambar yang ditampilkan,

yaitu mengurutkan gambar-gambar seri.

5) Siswa berpasangan (pair) (kelompok 2 orang) mengutarakan

hasil pemikiran masing-masing dan berdiskusi tentang

gambar-gambar tersebut kemudian menuliskannya dalam

lembar kerja siswa (LKS).

6) Perwakilan beberapa kelompok maju ke depan kelas untuk

menunjukkan hasil diskusinya (share).

7) Siswa mendengarkan penegasan dari guru mengenai hasil

diskusi.

8) Siswa mengerjakan evaluasi yaitu mendeskripsikan gambar-

gambar tersebut dalam karangan sederhana.

c) Tahap Observasi

Peneliti melakukan observasi atau pengamatan

keterampilan guru dan aktifitas siswa dalam pembelajaran bahasa

Indonesia “menulis deskripsi” dengan menggunakan model

pembelajaran TPS berbantukan gambar seri. Pengamatan

keterampilan guru dan aktivitas siswa dilakukan oleh peneliti, dan

dilaksanakan selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

d) Tahap Analisis dan Refleksi


Hasil refleksi pada tahap ini akan digunakan sebagai acuan untuk

pelaksanaan siklus II pertemuan I. Pada tahap ini terdiri dari:

1) Mengkaji pelaksanaan pembelajaran siklus I pertemuan II.

2) Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran menulis deskripsi

pada siklus I pertemuan II.

3) Membuat daftar permasalahan yang terjadi pada siklus I

pertemuan II.

4) Merencanakan perencanaan tindak lanjut untuk siklus II

pertemuan 1.

2. Rancangan Siklus II

a. Siklus II Pertemuan I

a) Tahap Perencanaan

Dari kegiatan refleksi siklus I pertemuan II dengan berbagai

evaluasi yang ada, maka perencanaan pada siklus II pertemuan 1

ini disesuaikan pada refleksi siklus I pertemuan II. Adapun

perincian kegiatan perencanaan siklus II pertemuan 1 adalah

sebagai berikut:

1) Menelaah materi pembelajaran bahasa Indonesia kelas IV

yang akan dilakukan tindakan penelitian serta menelaah

indikator.
2) Menyusun RPP sesuai indikator yang telah ditetapkan dan

skenario pembelajaran model pembelajaran TPS berbantukan

gambar seri.

3) Menyiapkan alat peraga yang digunakan dalam penelitian

yaitu berupa gambar seri.

4) Menyiapkan lembar observasi yang akan digunakan untuk

mengamati ketrampilan guru dan aktivitas siswa dalam

pembelajaran.

5) Menyiapkan LKS dan alat evaluasi yang berupa tes tertulis

untuk mengetahui hasil belajar siswa

b) Tahap Pelaksanaan/Tindakan

Dalam kegiatan pelaksanaan ini ada beberapa rencana yang

harus dilaksanakan atau termuat dalam RPP, yaitu:

1) Siswa menjawab pertanyaan guru tentang materi pertemuan

sebelumnya.

2) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai

menulis deskripsi.

3) Siswa memperhatikan gambar seri yang disajikan guru.

4) Siswa menjawab pertanyaan dari guru mengenai gambar.

5) Siswa mengamati (think) gambar-gambar yang ditampilkan,

yaitu mengurutkan gambar seri.


6) Siswa berpasangan (pair) (kelompok 2 orang) mengutarakan

hasil pemikiran masing-masing dan berdiskusi tentang

gambar-gambar tersebut kemudian menuliskannya dalam

lembar kerja siswa (LKS).

7) Perwakilan beberapa kelompok maju ke depan kelas untuk

menunjukkan hasil diskusinya (share).

8) Siswa mendengarkan penegasan dari guru mengenai hasil

diskusi.

9) Siswa mengerjakan evaluasi yaitu mendeskripsikan gambar

seri menjadi karangan sederhana.

c) Tahap Observasi

Peneliti melakukan observasi atau pengamatan keterampilan

guru dan aktifitas siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia

“menulis deskripsi” dengan menggunakan model pembelajaran

TPS berbantukan gambar seri. Pengamatan keterampilan guru dan

aktivitas siswa dilakukan oleh peneliti, dan dilaksanakan selama

kegiatan pembelajaran berlangsung.

d) Tahap Analisis dan Refleksi

Hasil refleksi pada tahap ini akan digunakan sebagai acuan

untuk pelaksanaan siklus II pertemuan II. Pada tahap ini terdiri

dari;
1) Mengkaji pelaksanaan pembelajaran siklus II pertemuan 1.

2) Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran menulis

deskripsi pada siklus II pertemuan 1.

3) Membuat daftar permasalahan yang terjadi pada siklus II

pertemuan 1.

4) Merencanakan perencanaan tindak lanjut untuk siklus II

pertemuan 2

b. Siklus II Pertemuan II

a) Tahap Perencanaan

Dari kegiatan refleksi siklus II pertemuan 1 dengan

berbagai evaluasi yang ada, maka perencanaan pada siklus II

pertemuan II ini disesuaikan pada refleksi siklus II pertemuan I.

Adapun perincian kegiatan perencanaan siklus II pertemuan II

adalah sebagai berikut:

1) Menelaah materi pembelajaran bahasa Indonesia kelas IV yang

akan dilakukan tindakan penelitian serta menelaah indikator.

2) Menyusun RPP sesuai indikator yang telah ditetapkan dan

skenario pembelajaran model pembelajaran TPS berbantukan

gambar seri.

3) Menyiapkan alat peraga yang digunakan dalam penelitian yaitu

berupa gambar seri.


4) Menyiapkan lembar observasi yang akan digunakan untuk

mengamati ketrampilan guru dan aktivitas siswa dalam

pembelajaran.

5) Menyiapkan LKS dan alat evaluasi yang berupa tes tertulis

untuk mengetahui hasil belajar siswa.

b) Tahap Pelaksanaan/Tindakan

Dalam kegiatan pelaksanaan ini ada beberapa rencana yang

harus dilaksanakan atau termuat dalam RPP, yaitu:

1) Siswa menjawab pertanyaan dari guru tentang materi

pertemuan sebelumnya.

2) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai menulis

deskripsi.

3) Siswa memperhatikan gambar seri yang disajikan guru.

4) Siswa menjawab pertanyaan dari guru mengenai gambar.

5) Siswa mengamati (think) gambar-gambar yang ditampilkan,

yaitu mengurutkan gambar seri.

6) Siswa berpasangan (pair) (kelompok 2 orang) mengutarakan

hasil pemikiran masing-masing dan berdiskusi tentang gambar-

gambar tersebut kemudian menuliskannya dalam lembar kerja

siswa (LKS).

7) Masing-masing kelompok maju ke depan kelas untuk

menunjukkan hasil diskusinya (share).


8) Siswa mendengarkan penegasan dari guru mengenai hasil

diskusi.

9) Siswa mengerjakan evaluasi yaitu mendeskripsikan gambar

seri menjadi karangan sederhana dengan kata dan kalimat yang

runtut.

c) Tahap Observasi

Peneliti melakukan observasi atau pengamatan keterampilan

guru dan aktifitas siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia

“menulis deskripsi” dengan menggunakan model pembelajaran

TPS berbantukan gambar seri. Pengamatan keterampilan guru dan

aktivitas siswa dilakukan oleh peneliti, dan dilaksanakan selama

kegiatan pembelajaran berlangsung.

d) Tahap Analisis

Hasil refleksi pada tahap II pertemuan II jika indikator ketuntasan

belum tercapai maka akan dilanjutkan ke siklus selanjutnya. Pada

tahap ini terdiri dari:

1) Mengkaji pelaksanaan pembelajaran siklus II pertemuan 2.

2) Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran siklus II

pertemuan 2.

3) Membuat kesimpulan.
4) Merencanakan tindak lanjut siklus berikutnya apabila

diperlukan.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian tindakan kelas di kelas IV SD Negeri Ciomas, Kecamatan

Bantarkawung, Kabupaten Brebes bertujuan untuk meningkatkan kualitas

dari pembelajaran Bahasa Indonesia melalui penerapan pembelajaran

kooperatif tipe TPS berbantukan gambar seri. Pada penelitian ini

dilaksanakan dalam dua siklus, dimana setiap siklus terdiri dari masing-

masing dua pertemuan. Setiap pertemuan terdiri dari empat tahap, yaitu:

perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Dan setiap

pertemuan diadakan evaluasi dilaksanakan di akhir kegiatan pembelajaran.

Berikut akan dijabarkan hasil penelitian yang terdiri atas keterampilan guru,

aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa berupa keterampilan menulis deskripsi

dalam pembelajaran bahasa Indonesia melalui penerapan model pembelajaran

TPS berbantukan gambar seri.


1. Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus I

a. Siklus I Pertemuan I

1. Perencanaan

Kegiatan perencanaan yang dilakukan untuk pelaksanaan

tindakan siklus I pertemuan 1adalah sebagai berikut:

1. Waktu pelaksanaan tindakan dan observasi siklus I pertemuan 1

hari Selasa pada tanggal 7 Juni 2022 pada jam 07.00 WIB sampai

jam 08.10 WIB.

2. Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran tematik dengan

tema hewan dan tumbuhan yang disesuaikan dengan SK, KD dan

indikator dalam silabus dengan model pembelajaran TPS.

3. Mempersiapkan media pembelajaran berupa buku paket bahasa

Indonesia, alat tulis, serta media gambar seri yang relevan

4. Mempersiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis atau lembar soal

dan lembar kerja siswa (LKS)

5. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati keterampilan

guru, aktivitas siswa, hasil belajar berupa keterampilan menulis

deskripsi pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menerapakan

model pembelajaran TPS berbantukan gambar seri.

2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada pertemuan ini terdiri atas pra

kegiatan, kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Adapun

uraian dari masing-masing kegiatan akan dijabarkan sebagai berikut:

a) Pra Kegiatan (5 menit)

Sebelum kegiatan dimulai, guru mempersiapkan media

gambar seri dan kertas manila. Kegiatan dimulai dengan guru

mengucapkan salam dan berdo’a. Guru melakukan presensi,

dilanjutkan dengan memeriksa kesiapan siswa dalam mengikuti

pembelajaran.

b) Kegiatan awal (5 menit)

Pada kegiatan awal guru memulai dengan melakukan

apersepsi, “Anak-anak, siapa diantara kalian mempunyai hewan

peliharaan dirumah? Dan bagaimanakah cirinya?” Siswa

menjawab beragam, “kucing, ayam, kambing bu”. Kemudian

guru memberi penegasan, “iya pintar sekali, jadi hewan

peliharaan yang sering kita jumpai ada kambing, ayam, kucing,

kelinci, dan lain sebagainya. Dan yang kita bahas hari ini adalah

ayam”. Selanjutnya guru menginformasi materi yang akan

dipelajari pada hari ini.

c) Kegiatan inti (30 menit)

1. Eksplorasi
Pada kegiatan ini diawali dengan guru memberikan

beberapa pertanyaan pada siswa materi menulis deskripsi.

Selanjutnya guru memberi penegasan tentang pengertian

menulis deskripsi. Kemudian guru menampilkan empat

gambar ayam secara acak. Guru melakukan tanya jawab

dengan siswa mengenai gambar yang ditampilkan, yaitu

gambar pertumbuhan ayam secara acak. Guru mengaitkan

gambar yang ditampilkan dengan materi penjumlahan serta

mengajukan beberapa pertanyaan terkait dengan pejumlahan

kepada siswa secara acak.

2. Elaborasi

Melalui gambar seri guru memberikan suatu

permasalahan pada siswa yang harus dipikirkan secara

individu. Permasalahannya yaitu berdasarkan gambar

pertumbuhan ayam yang ditampilkan secara acak, siswa

diminta untuk memikirkan bagaimana urutan pertumbuhan

ayam secara benar dan mengamati bagaimana ciri-ciri ayam.

Guru memberikan waktu 5 menit kepada siswa untuk

menemukan jawaban dari permasalahan yang diajukan. Setelah

waktu untuk berfikir habis, siswa dibentuk kelompok secara

berpasangan. Setelah semua siswa memperoleh pasangan,

siswa diminta untuk saling berdiskusi atau bertukar pikiran


mengenai jawaban atas permasalahan yang diberikan guru

sebelumnya. Kemudian dituliskan dalam lembar kerja. Guru

memberi waktu sekitar 15 menit untuk kegiatan diskusi

tersebut. Ketika siswa bekerja kelompok, guru berkeliling dan

memberikan bimbingan kepada kelompok secara bergantian

untuk memastikan bahwa siswa dapat berdiskusi dengan baik

dan juga untuk mengontrol siswa agar tidak gaduh dalam

berdiskusi.

3. Konfirmasi

Setelah kegiatan diskusi selesai, dilanjutkan dengan

presentasi hasil diskusi kelompok. Guru menunjuk beberapa

perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi di

depan kelas. Siswa yang lain memperhatikan. Guru

memberikan penguatan berupa tanda smile pada kelompok

yang berani maju ke depan kelas untuk mempresentasikan

hasil diskusinya dan hasil diskusinya sudah benar Setelah

kegiatan presentasi selesai, guru memberikan penegasan

jawaban yang benar (konfirmasi) dari hasil diskusi agar

seluruh siswa mengetahui jawaban yang benar. Guru memberi

kesempatan kepada seluruh siswa untuk menanyakan materi

yang belum dimengerti.

d) Kegiatan akhir (30 menit)


Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan

pembelajaran yang telah dilaksanakan pada hari ini. Kemudian

guru membagikan lembar evaluasi untuk dikerjakan secara

individu selama 20 menit. Soal evaluasi terdiri dari dua point

yaitu siswa diminta untuk menggambarkan imajinasinya berupa

gambar ayam, kemudian menuliskan bentuk deskripsi.

Dikarenakan ada dua keterampilan yang dilakukan, yaitu

keterampilan menulis dan keterampilan menggambar. Maka ada

dua penilaian pula yang diperoleh. Akan tetapi penilaian yang

dijelaskan hanya keterampilan menulis, karena merupakan

rumusan masalah. Sedangkan keterampilan menggambar hanya

sebatas media saja. Siswa mengerjakan soal evaluasi dengan

tenang. Soal evaluasi yang selesai dikerjakan dikumpulkan ke

depan kelas. Lalu guru menutup pembelajaran.

3. Hasil Observasi Siklus I Pertemuan 1

Berdasarkan lembar observasi, peneliti bersama tim kolaborasi

melakukan observasi terhadap proses pembelajaran menulis

deskripsi di kelas IV dengan lembar observasi yang telah disediakan.

Dalam melakukan observasi, hal pokok yang diamati adalah

keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa yang

diapaparkan berikut

1. Hasil Observasi Ketrampilan Guru


Tabel 4.1 Data Observasi Keterampilan Guru Siklus I Pertemuan 1

No Indikator Hasil yang dicapai Skor


1 2 3 4
1 Melaksanakan √ 3
prapembelajaran
2 Kemampuan guru membuka √ 2
pembelajaran
3 Menjelaskan materi pelajaran √ 2
4 Melakukan kegiatan tanya √ 2
jawab
5 Memberikan motivasi dan √ 2
penguatan
6 Menggunakan media gambar √ 4
seri
7 Menciptakan suasana belajar √ 2
yang menyenangkan
8 Membimbing diskusi √ 3
kelompok
9 Menutup pembelajaran √ 2
Jumlah 22
Kriteria Baik

Kriteria total perolehan skor keterampilan guru:

28≤ skor ≤ 36 = Sangat baik


18 ≤ skor < 28 = Baik
9≤ skor < 18 = Cukup
0 ≤ skor < 9 = Kurang

Berdasarkan tabel 4.1 di atas jumlah skor keterampilan

mengajar yang dicapai guru dalam penelitian melalui model

pembelajaran TPS berbantukan gambar seri adalah sebesar 22

dengan kriteria baik. Hasil tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Melaksanakan prapembelajaran

Indikator kemampuan melaksanakan prapembelajaran

mendapat skor 3 dengan 3 deskriptor yang tampak. Dalam

menyiapkan pembelajaran, guru telah mengkondisikan ruang

kelas yang akan digunakan untuk menunjang proses pembelajaran


dengan baik. Guru juga membimbing siswa untuk berdo’a dengan

meminta ketua kelas untuk memimpin berdo’a, serta mengecek

kehadiran siswa. Namun guru belum maksimal dalam

menyiapkan sumber-sumber belajar yang akan digunakan dalam

pembelajaran.

2. Membuka pembelajaran

Indikator kemampuan guru dalam membuka pembelajaran

hanya memperoleh skor 2 dengan 2 deskriptor yang tampak. Guru

sudah melakukan apersepsi sesuai dengan materi pembelajaran

yang akan dipelajari dan mengaitkannya dengan kehidupan

sehari-hari. Akan tetapi guru belum menyampaikan tujuan

pembelajaran. Kegiatan mengawali pembelajaran yang dilakukan

guru belum mampu menarik perhatian siswa dan menimbulkan

motivasi sehingga siswa belum terlibat aktif dalam pembelajaran.

3. Menjelaskan materi pelajaran

Indikator kemampuan guru menjelaskan materi

mendapatkan skor 2 dengan 2 deskriptor yang tampak yaitu

menjelaskan materi dengan jelas dan bahasa yang mudah

dipahami oleh siswa. Guru juga tidak lupa memberikan

penekanan pada materi yang dianggap penting sehingga siswa

lebih paham dan mudah ingat pada materi-materi yang dianggap

penting tersebut. Namun dalam menjelaskan materi, guru belum

menggunakan contoh yang realistik yang dapat memudahkan


siswa dalam memahami materi serta penyampaian materi yang

dilakukan oleh guru tidak runtut.

4. Melakukan kegiatan tanya-jawab

Indikator kemampuan guru menjelaskan materi

mendapatkan skor 2 dengan 2 deskriptor yang tampak. Dalam

pembelajaran guru sudah mengungkapkan pertanyaan kepada

siswa secara jelas dan sesuai dengan materi pembelajaran. Namun

guru kurang maksimal dalam memberikan waktu kepada siswa

untuk berfikir serta belum maksimal dalam memberikan

kesempatan siswa berpartisipasi.

5. Memberikan motivasi dan penguatan

Indikator kemampuan guru memberikan motivasi dan

penguatan mendapatkan skor 2 dengan 2 deskriptor yang tampak.

Guru hanya memberi 2 penguatan yaitu penguatan verbal berupa

kata “pintar”, dan juga memberikan penguatan dengan hadiah

yaitu tanda smile yang ditempel dibaju siswa. Namun guru belum

menggunakan variasi dalam memberikan penguatan sehingga

menimbulkan kurangnya motivasi pada diri siswa.

6. Menggunakan media gambar seri

Indikator kemampuan guru memakai media gambar seri

mendapat skor 4 dengan 4 deskriptor yang tampak. Dalam

pembelajaran menulis deksripsi melalui model pembelajaran TPS

berbantukan gambar seri guru telah menggunakan media gambar


seri berupa gambar pertumbuhan ayam secara logis, jelas, saling

berkaitan dan sesuai dengan apa yang kita temui dalam kehidupan

sehari-hari.

7. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan

Indikator kemampuan guru menciptakan suasana belajar

yang menyenangkan mendapat skor 2 dengan 2 deskriptor yang

tampak. Dalam pembelajaran yang dilaksanakan melalui model

dan media yan dipilih menjadikan siswa lebih antusias serta

memiliki semangat belajar tinggi. Namun guru kurang mampu

menciptakan suasana belajar yang menyenangkan di dalam kelas.

Selain itu komunikasi yang terjalin antara guru dan siswa juga

terlalu santai sehingga ada beberapa siswa yang menggunakan

bahasa yang kurang tepat ketika berkomunikasi dengan guru.

8. Membimbing diskusi kelompok

Pembelajaran menulis deksripsi melalui model

pembelajaran TPS berbantukan gambar seri, guru telah

memberikan waktu kepada kelompok untuk berfikir dan bertukar

pikiran. Setelah berdiskusi usai, guru meminta perwakilan

kelompok untuk maju membacakan hasil diskusinya kemudian

guru menanggapi hasil pekerjaan siswa. Setelah kegiatan

presentasi selesai, guru memberi penegasan hasil diskusi agar

seluruh siswa mengetahui jawaban yang benar. Namun sebelum

kegiatan diskusi dimulai guru belum memperjelas masalah yang


didiskusikan. Sehingga skor yang diperoleh adalah 3 dengan 3

deskriptor yang tampak

9. Menutup pembelajaran

Indikator keterampilan menutup pembelajaran memperoleh

skor 2 dari skor maksimal 4. Guru membimbing siswa untuk

menarik kesimpulan dari materi yang dipelajari. Guru juga

melakukan evaluasi pada akhir kegiatan pembelajaran. Namun

guru belum melaksanakan refleksi kegiatan pembelajaran yang

dilaksanakan. Guru juga belum memberi tindak lanjut berupa

menginformasikan pembelajaran yang akan datang maupun

bentuk motivasi

2. Hasil Observasi Aktivitas Siswa

Tabel 4.2 Data Observasi Aktivitas Siswa Siklus 1 Pertemuan 1

No Indikator Hasil yang dicapai Skor Rata


1 2 3 4
1 Mempersiapkan diri dalam 5 11 3 0 36 1,89
menerima pembelajaran
2 Mengeksplorasi informasi 12 5 2 0 28 1,47
dan pengetahuan sesuai
materi pembelajaran
3 Mengajukan pertanyaan dan 7 7 5 0 36 1,89
menjawab pertanyaan dari
guru
4 Memperhatikan 7 9 2 1 35 1,84
penyampaian materi
pembelajaran dari guru
5 Mendiskusikan gambar yang 7 8 4 0 35 1,84
telah ditampilkan dengan
teman sekelompok
6 Menulis deskripsi 6 8 5 0 37 1,95
berdasarkan gambar secara
individu
7 Menyusun simpulan dan 8 8 3 0 33 1,74
melakukan refleksi
8 Mengerjakan soal tes atau 7 8 3 1 36 1,89
evaluasi
Junlah 276
Rata-Rata 14,52
Kategori Cukup

Kriteria total perolehan skor aktivitas siswa:

25≤ skor ≤ 32 = Sangat baik


16 ≤ skor < 25 = Baik
8≤ skor < 16 = Cukup
0 ≤ skor < 8 = Kurang

Pada tabel 4.2 siklus I pertemuan 1 rata-rata perolehan skor

aktivitas siswa adalah 14,52 dengan cukup. Hasil tersebut dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1. Mempersiapkan diri dalam menerima pembelajaran

Setelah bel masuk berbunyi siswa siap untuk memulai

kegiatan pembelajaran menulis deskripsi. Pertemuan pertama

sebanyak 5 siswa memperoleh skor 1, sebanyak 11 siswa

memperoleh skor 2, dan sebanyak 3 siswa memperoleh skor 3.

Rata-rata skor siswa mempersiapkan diri dalam menerima

pembelajaran adalah 1,89

2. Mengeksplorasi pengetahuan sesuai materi pembelajaran

Siswa memakai berbagai sumber untuk memperoleh

informasi mengenai menulis deskripsi. Pertemuan pertama

sebanyak 12 siswa mendapat skor 1, sebanyak 5 siswa mendapat

skor 2, dan sebanyak 2 siswa mendapat skor 3. Rata-rata skor

mengeksplorasi pengetahuan sesuai materi pembelajaran adalah

1,47.
3. Mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dari guru

Selama pembelajaran menulis deskripsi siswa melakukan

tanya jawab dengan guru terkait menulis deskripsi. Pertemuan

pertama sebanyak 7 siswa mendapat skor 1, sebanyak 7 siswa

mendapat skor 2, dan sebanyak 5 siswa memperoleh skor 3.

Rata-rata skor mengajukan dan menjawab pertanyaan dari guru

adalah 1,89.

4. Memperhatikan penyampaian materi pembelajaran dari guru

Siswa memperhatikan penjelasan dari guru mengenai

menulis deskripsi. Pertemuan pertama sebanyak 7 siswa

memperoleh skor 1, sebanyak 9 siswa memperoleh skor 2,

sebanyak 2 siswa meperoleh skor 3, dan sebanyak 1 siswa

memperoleh skor 4. Rata-rata skor memperhatikan penyampaian

materi pembelajaran dari guru adalah 1,84.

5. Mendiskusikan gambar dengan teman sekelompok.

Siswa bersama teman satu kelompok berdiskusi mengenai

suatu masalah yang telah diberikan oleh guru yang berkaitan

dengan gambar seri. Pertemuan pertama sebanyak 7 siswa

memperoleh skor 1, sebanyak 8 siswa memperoleh skor 2, dan

sebanyak 4 siswa memperoleh skor 3. Ratarata skor

mendiskusikan gambar yang telah ditampilkan dengan teman

sekelompok adalah 1,84.

6. Menulis deskripsi berdasarkan gambar secara individu.


Setelah mendengarkan penjelasan guru tentang menulis

deskripsi dan berdiskusi dengan teman sebangku mengenai

gambar yang telah ditampilkan, siswa menulis deskripsi secara

individu. Pada pertemuan pertama sebanyak 6 orang

memperoleh skor 1, sebanyak 8 orang memperoleh skor 2, dan

sebanyak 5 orang memperoleh skor 3. Rata-rata skor menulis

deskripsi berdasarkan gambar secar individu adalah 1,95.

7. Menyusun simpulan dan melakukan refleksi.

Siswa dengan dipandu guru menyimpulkan materi

pembelajaran mengenai menulis deskripsi. Pada pertemuan

pertama sebanyak 8 siswa memperoleh skor 1, sebanyak 8 siswa

memperoleh skor 2, dan sebanyak 3 siswa memperoleh skor 3.

Rata-rata skor menyusun simpulan dan melakukan refleksi

adalah 1,74.

8. Mengerjakan soal tes atau evaluasi.

Siswa mengerjakan tugas individu di akhir pembelajaran

yaitu evaluasi berupa mendeskripsikan ayam dengan

menggunakan bahasa sederhana. Pada pertemuan pertama

sebanyak 7 siswa mendapat skor 1, sebanyak 8 siswa mendapat

skor 2, sebanyak 3 siswa memperoleh 3, dan sebanyak 1 siswa

memperoleh skor 4. Rata-rata skor mengerjakan soal tes siswa

adalah 1,89.
3. Paparan Hasil Menulis Deskripsi Siswa Siklus I Pertemuan 1

Pada siklus I Pertemuan 1 setelah dirata-rata tampak

adanya kenaikan dibandingkan dengan data pra siklus. Namun

demikian, belum mencapai persentase yang telah ditentukan pada

indikator keberhasilan. Dari data hasil penelitian pada siklus I

pertemuan 1 mengenai hasil evaluasi akhir siswa menulis

deskripsi melalui model TPS berbantukan gambar seri diperoleh

data berikut:

Tabel 4.3 Data Keterampilan Menulis Siswa Siklus I Pertemuan 1

No Pencapaian Data Awal Data Siklus I


Pertemuan 1
1 Rata-Rata Nilai 57,3 60
2 Nilai terendah 15 25
3 Nilai tertinggi 85 90
4 Belum tuntas 57,89% 47,37%
5 Tuntas 42,11% 52,63%

Tabel 4.3 Rata-rata awal sebelum pelaksanaan siklus

adalah 57,3 dengan nilai terendah 15 dan nilai tertinggi 85,

ketuntasan 42,11% (8 siswa) dan 57,89% (11 siswa) belum

memenuhi ketuntasan ditetapkan. Setelah dilaksanakan siklus I

pertemuan 1 rata-rata meningkat menjadi 60, dengan nilai

terendah 25, nilai tertinggi 90, ketuntasan 52,63% (10 siswa) dan

47,37% (9 siswa) belum mengalami ketuntasan (KKM 65).

Sesuai dengan data di atas, nilai rata-rata hasil

keterampilan menulis deskripsi siswa siklus I pertemuan 1 sebesar

60 dengan 52,63% (10 siswa) mengalami ketuntasaan belajar dan


47,37% (9 siswa) belum tuntas. Ketuntasan belajar tersebut belum

mencapai target yang diinginkan, seperti tercantum indikator

keberhasilan yaitu minimal 80% dari ketuntasan belajar klasikal

siswa. Oleh karena itu, dalam penelitian dilanjutkan ke pertemuan

berikutnya.

4. Refleksi

Hasil refleksi pada siklus I pertemuan 1 adalah sebagai berikut:

1. Secara garis besar, hasil observasi keterampilan guru sudah baik.

Akan tetapi perlu dilakukan perbaikan untuk siklus I pertemuan 2.

Guru harus mengambil tindakan yang tegas terhadap murid yang

gaduh di dalam kelas terutama saat pembentukan kelompok.

Selain itu untuk manajemen waktu agar lebih diperhatikan lagi.

Guru memperoleh skor 22 dengan kategori baik.

2. Secara garis besar, aktivitas siswa belum memenuhi indikator

keberhasilan yang ditetapkan. Siswa kurang siap saat

pembelajaran akan dimulai. Keaktifan siswa saat mengeksplorasi

informasi dan pengetahuan sesuai materi pembelajaran masih

kurang. Siswa juga kurang aktif dalam mengajukan dan

menjawab pertanyaan yang diajukan guru terkait materi pelajaran.

Terdapat beberapa siswa yang tidak memperhatikan ketika guru

menyampaikan materi dan ketika berdiskusipun terdapat siswa

yang ramai sendiri. Siswa juga kurang aktif ketika guru mengajak

meyimpulkan pembelajaran sehingga siswa kurang maksimal


ketika mengerjakan evaluasi. Aktivitas siswa memperoleh skor

14,52 dengan kategori cukup.

3. Hasil belajar keterampilan menulis deskripsi yang diperoleh

belum sesuai dengan indikator keberhasilan yang ditetapkan.

Hasil belajar siklus I pertemuan 1 adalah 47,37% (9 siswa) belum

mengalami ketuntasan dan 52,63% (10 siswa) mengalami

ketuntasan. Nilai rata-rata kelas adalah 60

5. Revisi

Berdasarkan refleksi pada pembelajaran siklus I pertemuan 1,

ada beberapa hal yang harus lebih ditingkatkan yaitu:

1. Keterampilan guru harus ditingkatkan terutama keterampilan

dalam memanajemen waktu, membuka pembelajaran,

memberikan motivasi, menciptakan suasana belajar yang

menyenangkan dan menutup pembelajaran sehingga siswa

menjadi lebih tertarik dan termotivasi dalam mengikuti

pembelajaran yang dilakukan guru.

2. Guru harus lebih menekankan penggunaan kata baku yang tepat.

3. Hasil evaluasi penilaian tes tertulis belum mengalami ketuntasan,

sehingga guru ditingkatkan dalam pertemuan berikutnya.

b. Siklus I Pertemuan 2

1. Perencanaan
Kegiatan perencanaan yang dilakukan pelaksanaan tindakan

siklus I pertemuan 2 adalah sebagai berikut:

1. Waktu pelaksanaan tindakan dan observasi siklus I pertemuan 2

hari Kamis tanggal 9 Juni 2022 pada jam 07.00 WIB sampai jam

08.10 WIB.

2. Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran tematik dengan

tema hewan dan tumbuhan telah disesuaikan dengan SK, KD, dan

indikator dalam silabus dengan menerapkan model pembelajaran

TPS berbantukan gambar seri

3. Mempersiapkan sumber dan media pembelajaran berupa buku

paket bahasa Indonesia, alat tulis, serta media gambar seri yang

relevan dengan materi.

4. Mempersiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis atau lembar soal

dan lembar kerja siswa (LKS).

5. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati keterampilan

guru, aktivitas siswa, hasil belajar berupa keterampilan menulis

deskripsi pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menerapakan

model pembelajaran TPS berbantukan gambar seri.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pertemuan ini terdiri atas pra kegiatan,

kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Adapun uraian dari

masing-masing kegiatan akan dijabarkan sebagai berikut:


a) Pra Kegiatan (5 menit)

Sebelum kegiatan dimulai, guru mempersiapkan media

gambar seri dan kertas manila. Kegiatan dimulai dengan

mengucapkan salam dan berdo’a. Selanjutnya guru melakukan

presensi, lalu memeriksa kesiapan siswa dalam mengikuti

pembelajaran untuk merapikan tempat duduk dan menyiapkan

alat tulis.

b) Kegiatan awal (5 menit)

Pada kegiatan awal guru memulai dengan melakukan

apersepsi dengan memberi pertanyaan, “anak-anak, siapa

diantara kalian yang mempunyai tanaman dirumah? Tanaman

dan bagaimanakah ciri-cirinya?” Siswa menjawab beragam,

“pohon mangga, pohon pisang, pohon rambutan dan bunga

mawar bu”. Guru memberi penegasan, “iya pintar sekali, jadi

tanaman yang kalian miliki dirumah ada banyak sekali jenisnya?

Ada yang punya pohon mangga, pohon pisang, pohon rambutan,

bunga mawar, bunga melati dan lain sebagainya. Dan yang ibu

bahas kali ini adalah tanaman mangga”. Kemudian guru

menginformasikan materi yang akan dipelajari pada hari ini.

c) Kegiatan inti (30 menit)

1. Eksplorasi

Guru memberikan beberapa pertanyaan pada siswa

terkait dengan materi sebelumnya. Siswa dan guru saling


melakukan tanya jawab. Kemudian guru menampilkan empat

gambar pertumbuhan tanaman mangga secara acak. Guru

melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai gambar

ditampilkan. Guru mengaitkan gambar yang ditampilkan

dengan materi penjumlahan serta mengajukan beberapa

pertanyaan terkait dengan pejumlahan kepada seluruh siswa

secara acak.

2. Elaborasi

Melalui gambar seri, guru memberikan suatu

permasalahan pada siswa yang dipikirkan secara individu.

Permasalahannya yaitu berdasarkan gambar pertumbuhan

tanaman mangga yang ditampilkan secara acak, siswa

diminta untuk memikirkan bagaimana urutan pertumbuhan

tanaman mangga secara benar dan kemudian mengamati ciri-

ciri tanaman mangga. Guru memberikan waktu 5 menit

kepada siswa untuk menemukan jawaban dari permasalahan

yang diajukan. Setelah waktu untuk berfikir habis, siswa

dibentuk kelompok berpasangan. Setelah semua siswa

memperoleh pasangan, guru meminta siswa untuk saling

berdiskusi atau bertukar pikiran mengenai jawaban atas

permasalahan yang telah diberikan oleh guru sebelumnya.

Untuk kemudian dituliskan dalam lembar kerja. Guru

memberikan waktu sekitar 15 menit untuk kegiatan diskusi


tersebut. Ketika siswa bekerja di kelompok, guru berkeliling

dan memberikan bimbingan kepada masing-masing

kelompok secara bergantian untuk memastikan bahwa siswa

dapat berdiskusi dengan baik dan juga untuk mengontrol

siswa agar tidak gaduh ketika berdiskusi.

3. Konfirmasi

Setelah kegiatan diskusi selesai, dilanjutkan dengan

presentasi hasil diskusi kelompok. Guru menunjuk beberapa

perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi

di kelas. Siswa yang lain memperhatikan. Guru memberikan

penguatan berupa tanda smile dan tepuk tangan pada

kelompok yang berani maju ke depan kelas untuk

mempresentasikan hasil diskusinya. Setelah kegiatan

presentasi selesai, guru memberi penegasan jawaban yang

benar (konfirmasi) dari hasil diskusi agar seluruh siswa

mengetahui jawaban yang benar. Guru memberi kesempatan

kepada siswa untuk menanyakan materi yang belum

dimengerti.

d) Kegiatan akhir (30 menit)

Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan

pembelajaran yang telah dilaksanakan pada hari ini. Selanjutnya

siswa mengerjakan evaluasi secara individu selama 20 menit.

Bentuk dari soal evaluasi sama seperti pertemuan sebelumnya,


namun pertemuan ini siswa di minta menggambarkan mangga

dan mendeskripsikan dalam bentuk tulisan. Siswa mengerjakan

soal evaluasi dengan tenang. Siswa mengumpulkan soal evaluasi

yang dikerjakan ke depan kelas. Kemudian guru mengakhiri

pembelajaran dengan memberikan refleksi atas pembelajaran

yang telah dilakukan.

3. Hasil Observasi Siklus I Pertemuan 2

Berdasarkan lembar observasi, peneliti bersama tim kolaborasi

melakukan observasi terhadap proses pembelajaran menulis

deskripsi di kelas IV dengan lembar observasi yang telah disediakan.

Dalam melakukan observasi, hal pokok yang diamati adalah

keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa yang

diapaparkan berikut:

1) Hasil Observasi Keterampilan Guru

Tabel 4.4 Data Observasi Keterampilan Guru Siklus I Pertemuan 2

No Indikator Hasil yang dicapai Skor


1 2 3 4
1 Melaksanakan √ 3
prapembelajaran
2 Kemampuan guru √ 2
membuka pembelajaran
3 Menjelaskan materi √ 3
pelajaran
4 Melakukan kegiatan tanya √ 2
jawab
5 Memberikan motivasi dan √ 2
penguatan
6 Menggunakan media √ 4
gambar seri
7 Menciptakan suasana √ 2
belajar yang
menyenangkan
8 Membimbing diskusi √ 3
kelompok
9 Menutup pembelajaran √ 3
Junlah 24
Kriteria Baik
Kriteria total perolehan skor keterampilan guru:

28≤ skor ≤ 36 = Sangat baik


18 ≤ skor < 28 = Baik
9≤ skor < 18 = Cukup
0 ≤ skor < 9 = Kurang

Berdasarkan tabel 4.4 di atas jumlah skor keterampilan

mengajar yang dicapai guru dalam penelitian melalui model

pembelajaran TPS berbantukan gambar seri adalah sebesar 24

dengan kriteria baik. Hasil tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Melaksanakan prapembelajaran

Indikator kemampuan guru melaksanakan

prapembelajaran memperoleh skor 3 dengan 3 deskriptor yang

tampak. Dalam menyiapkan pembelajaran, guru telah

mengkondisikan ruang kelas yang digunakan untuk kegiatan

pembelajaran. Sebelum pembelajaran dimulai guru juga telah

membimbing siswa untuk berdo’a dengan meminta ketua kelas

untuk memimpin berdo’a, serta mengecek kehadiran siswa.

Namun guru kurang bervariasi dalam menyiapkan sumber

belajar.

2. Membuka pembelajaran
Indikator kemampuan guru dalam membuka pembelajaran

hanya memperoleh skor 2 dengan 2 deskriptor yang tampak. Di

awal pembelajaran guru telah melakukan apersepsi sesuai materi

pembelajaran yang akan dipelajari dan mengaitkannya dengan

kehidupan sehari-hari. Namun guru belum menyampaikan

tujuan pembelajaran. Selain itu guru juga belum memberikan

motivasi kepada siswa agar siswa lebih semangat dalam belajar.

3. Menjelaskan materi pelajaran

Indikator kemampuan guru menjelaskan materi

mendapatkan skor 3 dengan 3 deskriptor yang tampak. Pada saat

menjelaskan materi guru menggunakan bahasa yang mudah

dipahami oleh siswa dan dengan suara yang jelas. Selain itu

penyampaian materi yang dilakukan oleh guru sudah sistematis

sesuai dengan urutannya. Guru juga tidak lupa memberikan

penekanan pada materi yang dianggap penting sehingga siswa

lebih paham dan mudah ingat pada materi yang dianggap

penting. Namun dalam menjelaskan materi, guru belum

menggunakan contoh yang realistik yang dapat memudahkan

siswa dalam memahami materi.

4. Melakukan kegiatan tanya-jawab

Indikator kemampuan guru menjelaskan materi

mendapatkan skor 2 dengan 2 deskriptor yang tampak. Dalam

pembelajaran guru melakukan tanya jawab dengan siswa terkait


materi menulis deskripsi dan gambar seri yang ditampilkan yaitu

gambar tentang tanaman mangga. Guru juga memberikan waktu

kepada siswa untuk memikirkan jawaban atas pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan oleh guru. Namun guru belum

memberikan kesempatan secara maksimal kepada seluruh siswa

untuk berpartisipasi, selain itu pertanyaanpertanyaan yang

diajukan guru juga kurang jelas sehingga siswa yang duduk

dibelakang tidak mendengarkan apa yang ditanyakan oleh guru.

5. Memberikan motivasi dan penguatan

Indikator kemampuan guru memberikan motivasi dan

penguatan mendapatkan skor 2 dengan 2 deskriptor yang

tampak. Guru hanya memberikan 2 penguatan yaitu penguatan

verbal berupa kata “pintar dan pandai” Selain itu guru

memberikan penguatan dengan hadiah yaitu tanda smile yang

ditempel dibaju siswa. Namun guru belum menggunakan variasi

memberikan penguatan sehingga menimbulkan kurangnya

motivasi pada siswa.

6. Menggunakan media gambar seri

Indikator kemampuan guru menggunakan media gambar

seri mendapatkan skor 4 dengan 4 deskriptor yang tampak.

Dalam pembelajaran menulis deksripsi melalui model

pembelajaranTPS berbantukan gambar seri guru telah

menggunakan media gambar seri berupa gambar pertumbuhan


tanaman mangga secara logis, jelas, saling berkaitan dan sesuai

dengan apa yang kita temui

7. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan

Indikator kemampuan guru menciptakan suasana belajar

yang menyenangkan mendapatkan skor 2 dengan 2 deskriptor

yang tampak. Dalam pembelajaran yang dilakukan, guru sudah

mampu mencipatakan suasana belajar yang menyenangkan

sehingga siswa menjadi lebih antusias dalam belajar. Namun

karena kurang motivasi yang diberikan guru kepada siswa

menjadikan siswa kurang memiliki semangat belajar yang

tinggi. Komunikasi yang terjalin antara guru dan siswa juga

terlalu santai sehingga masih ada beberapa siswa yang

menggunakan bahasa yang kurang tepat ketika berkomunikasi

dengan guru.

8. Membimbing diskusi kelompok

Indikator kemampuan guru membimbing kelompok

mendapatkan skor 3 dengan 3 deskriptor yang tampak. Dalam

berdiskusi guru telah memberikan waktu kepada masing-masing

kelompok untuk berfikir dan bertukar pikiran. Setelah kegiatan

berdiskusi usai, guru meminta perwakilan kelompok untuk maju

ke depan kelas membacakan hasil diskusinya kemudian guru

menanggapi hasil pekerjaan siswa. Setelah hasil diskusi selesai

ditunjukkan, siswa bersama dengan guru menyimpulkan hasil


diskusi secara bersama sehingga seluruh siswa mengetahui

jawaban yang benar. Namun di awal kegiatan berdiskusi guru

belum memperjelas masalah yang akan didiskusikan oleh siswa.

9. Menutup pembelajaran

Indikator keterampilan menutup pembelajaran

memperoleh skor 3 dari skor maksimal 4. Deskriptor yang

tampak dari indikator menutup pelajaran adalah guru telah

membimbing siswa untuk menarik kesimpulan dari materi yang

dipelajari. Guru juga melakukan evaluasi pada akhir kegiatan

pembelajaran dengan memberikan evaluasi kepada setiap siswa

untuk dikerjakan secara individu. Diakhir pembelajaran guru

telah melaksanakan refleksi atau meninjau kembali kegiatan

pembelajaran yang dilaksanakan. Deskriptor yang tidak tampak

yaitu guru belum memberikan tindak lanjut berupa

menginformasikan pembelajaran yang akan datang maupun

bentuk motivasi pada siswa.

2) Hasil Observasi Aktivitas Siswa

Tabel 4.5 Data Observasi Aktivitas Siswa Siklus 1 Pertemuan 2

No Indikator Hasil yang dicapai Skor Rata


1 2 3 4
1 Mempersiapkan diri dalam 3 11 4 1 41 2,16
menerima pembelajaran
2 Mengeksplorasi informasi 5 10 4 0 37 1,95
dan pengetahuan sesuai
materi pembelajaran
3 Mengajukan pertanyaan 3 8 6 2 45 2,37
dan menjawab pertanyaan
dari guru
4 Memperhatikan 2 10 3 4 47 2,47
penyampaian materi
pembelajaran dari guru
5 Mendiskusikan gambar 2 9 5 3 47 2,47
yang telah ditampilkan
dengan teman sekelompok
6 Menulis deskripsi 4 9 6 0 40 2,11
berdasarkan gambar secara
individu
7 Menyusun simpulan dan 4 9 4 2 42 2,21
melakukan refleksi
8 Mengerjakan soal tes atau 3 9 4 3 45 2,37
evaluasi
Junlah 344
Rata-Rata 18,11
Kategori Baik

Kriteria total perolehan skor aktivitas siswa:

25≤ skor ≤ 32 = Sangat baik


16 ≤ skor < 25 = Baik
8≤ skor < 16 = Cukup
0 ≤ skor < 8 = Kurang

Pada tabel 4.5 siklus I pertemuan 2 rata-rata perolehan skor

aktivitas siswa adalah sebesar 18,11 dengan kriteria baik. Hasil

tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Mempersiapkan diri dalam menerima pembelajaran

Setelah bel masuk berbunyi siswa siap untuk memulai

kegiatan pembelajaran menulis deskripsi. Pada pertemuan kedua

sebanyak 3 siswa memperoleh skor 1, sebanyak 11 siswa

memperoleh skor 2, sebanyak 4 siswa memperoleh skor 3, dan


sebanyak 1 siswa memperoleh skor 4. Ratarata skor siswa

mempersiapkan diri dalam menerima pembelajaran adalah 2,16.

2. Mengeksplorasi pengetahuan sesuai materi pembelajaran.

Siswa menggunakan berbagai sumber memperoleh

informasi menulis deskripsi. Pertemuan kedua sebanyak 5 siswa

memperoleh skor 1, sebanyak 10 siswa mendapat skor 2, dan

sebanyak 4 siswa mendapat skor 3. Rata-rata skor mengeksplorasi

informasi dan pengetahuan sesuai materi pembelajaran adalah

1,95.

3. Mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dari guru

Selama pembelajaran menulis deskripsi siswa melakukan

kegiatan tanya jawab dengan guru terkait materi menulis

deskripsi. Pada pertemuan kedua sebanyak 3 siswa mendapat skor

1, sebanyak 8 siswa mendapat skor 2, sebanyak 6 siswa mendapat

skor 3, dan sebanyak 2 siswa mendapat skor 4. Rata-rata skor

menjawab pertanyaan dari guru adalah 2,37.

4. Memperhatikan penyampaian materi pembelajaran dari guru

Siswa memperhatikan penjelasan dari guru mengenai

menulis deskripsi. Pada pertemuan kedua sebanyak 2 siswa

memperoleh skor 1, sebanyak 10 siswa mendapat skor 2,


sebanyak 3 siswa mendapat skor 3 dan sebanyak 4 siswa

memperoleh skor 4. Rata-rata skor memperhatikan penyampaian

materi pembelajaran adalah 2,47

5. Mendiskusikan gambar dengan teman sekelompok.

Siswa bersama teman satu kelompok berdiskusi mengenai

suatu masalah yang telah diberikan oleh guru yang berkaitan

dengan gambar seri. Pada pertemuan kedua sebanyak 2 siswa

memperoleh skor 1, sebanyak 9 siswa memperoleh skor 2,

sebanyak 5 siswa memperoleh skor 3, dan sebanyak 3 siswa

memperoleh skor 4. Rata-rata skor mendiskusikan gambar yang

telah ditampilkan dengan teman sekelompok adalah 2,47.

6. Menulis deskripsi berdasarkan gambar secara individu.

Setelah mendengar penjelasan guru mengenai menulis

deskripsi dan berdiskusi dengan teman mengenai gambar yang

ditampilkan, siswa menulis deskripsi secara individu. Pada

pertemuan kedua sebanyak 4 orang mendapat skor 1, sebanyak 9

orang memperoleh skor 2, dan sebanyak 6 orang mendapat skor 3.

Rata-rata skor menulis deskripsi berdasarkan gambar secar

individu adalah 2,11.

7. Menyusun simpulan dan melakukan refleksi.


Siswa dengan dipandu guru menyimpulkan materi

pembelajaran yang telah dipelajari. Pada pertemuan kedua

sebanyak 4 siswa memperoleh skor 1, sebanyak 9 siswa

memperoleh skor 2, sebanyak 4 siswa mendapat skor 3, dan

sebanyak 2 siswa memperoleh skor 4. Rata-rata skor menyusun

simpulan dan melakukan refleksi adalah 2,21

8. Mengerjakan soal tes atau evaluasi.

Siswa mengerjakan tugas individu di akhir pembelajaran

yaitu evaluasi berupa mendeskripsikn pohon mangga dengan

memakai bahasa sederhana. Pertemuan kedua sebanyak 3 siswa

memperoleh skor 1, sebanyak 9 siswa memperoleh skor 2,

sebanyak 4 siswa memperoleh 3, dan sebanyak 3 siswa

memperoleh skor 4. Rata-rata skor mengerjakan soal tes atau

evaluasi siswa adalah 2,37.

3) Paparan Hasil Deskripsi Siswa pada Siklus I Pertemuan 2.

Siklus I Pertemuan 2, setelah dirata-rata ketuntasan belajar

siswa tampak adanya kenaikan dibandingkan data siklus I pertemuan

1. Namun demikian belum mencapai persentase yang telah

ditentukan pada indikator keberhasilan. Berdasarkan data hasil

penelitian pada siklus I pertemuan 2 mengenai hasil evaluasi akhir

siswa menulis deskripsi melalui model pembelajaran TPS

berbantukan gambar seri diperoleh data data sebagai berikut:


Tabel 4.6 Data Keterampilan Menulis Siswa Siklus I Pertemuan 2

No Pencapaian Data Siklus 1 Data Siklus 1


Pertemuan 1 Pertemuan 2
1 Rata-Rata 60 64,47
2 Nilai terendah 25 35
3 Nilai tertinggi 90 95
4 Belum tuntas 47,37% 36,84%
5 Tuntas 52,63% 63,16%

Dari tabel 4.6 rata-rata hasil keterampilan menulis siklus I

pertemuan 1 adalah 60, dengan nilai terendah 25, nilai tertinggi 90,

ketuntasan 52,63% (10 siswa) dan 47,37% (9 siswa) belum

mengalami ketuntasan (KKM 65). Setelah dilaksanakan siklus I

pertemuan 2 rata-rata meningkat menjadi 64,47 dengan nilai

terendah 35, nilai tertinggi 95, ketuntasan 63,16% (12 siswa) dan

36,84% (7 siswa) belum mengalami ketuntasn (KKM 65). Sesuai

dengan data di atas, nilai rata-rata hasil keterampilan deskripsi siswa

pada siklus I pertemuan 2 sebesar 64,48 dengan 63,16% (12 siswa)

mengalami ketuntasaan belajar dan 36,84% (7 siswa) belum tuntas.

Ketuntasan belajar tersebut belum mencapai target yang diinginkan,

seperti tercantum dalam indikator keberhasilan yaitu sekurang-

kurangnya 80% dari ketuntasan belajar klasikal siswa. Oleh karena

itu, dalam penelitian dilanjutkan ke siklus berikutnya.

4. Refleksi

Hasil refleksi pada siklus I pertemuan 2 adalah sebagai berikut:


1. Keterampilan guru dalam mengajar mengalami peningkatan

dibandingkan pertemuan sebelumnya. Hal ini tampak pada hasil

observasi yang dilakukan kolaborator. Skor yang diperoleh adalah

24 yang tergolong dalam kategori baik. Hal ini memenuhi

indikator keberhasilan yang ditetapkan, akan tetapi masih perlu

ditingkatkan.

2. Aktivitas siswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan.

Dari hasil observasi, jumlah skor yang diperoleh rata-rata adalah

18,10 yang tergolong dalam kategori baik. Hasil ini sudah

memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan, tapi perlu

ditingkatkan.

3. Hasil belajar keterampilan menulis deskripsi yang diperoleh

belum sesuai dengan indikator keberhasilan yang ditetapkan.

Hasil belajar siklus I pertemuan 2 adalah 36,84% (7 siswa) belum

mengalami ketuntasan dan 63,16% (12 siswa) mengalami

ketuntasan. Nilai rata-rata siswa adalah 64,48. Hasil ini belum

memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan.

5. Revisi

Berdasarkan refleksi pada pembelajaran siklus I pertemuan 2,

ada beberapa hal yang harus lebih ditingkatkan yaitu:

1. Keterampilan mengajar harus ditingkatkan terutama keterampilan

dalam manajemen waktu.


2. Guru harus berani menegur siswa yang mengganggu temannya

dan ramai sendiri ketika pembelajaran berlangsung.

3. Motivasi kepada siswa juga agar lebih ditingkatkan agar siswa

lebih semangat belajar

4. Hasil evaluasi penilaian tes tertulis belum mengalami ketuntasan

yang diinginkan, sehingga guru perlu ditingkatkan.

2. Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus II

a. Siklus II Pertemuan I

1. Perencanaan

Kegiatan perencanaan yang telah dilakukan untuk pelaksanaan

tindakan siklus I adalah sebagai berikut:

1. Waktu pelaksanaan tindakan dan observasi siklus II pertemuan 1

pada hari Selasa tanggal 14 Juni 2022 pada jam 07.00 WIB

sampai jam 08.10 WIB.

2. Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran tematik dengan

tema hewan dan tumbuhan telah disesuaikan dengan SK, KD,

dan indikator dalam silabus dengan menerapkan model

pembelajaran TPS berbantukan gambar seri.

3. Mempersiapkan sumber dan media pembelajaran berupa buku

paket bahasa Indonesia, alat tulis, serta media gambar seri yang

relevan dengan materi.


4. Mempersiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis atau lembar soal

dan lembar kerja siswa (LKS)

5. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati keterampilan

guru, aktivitas siswa, hasil belajar berupa keterampilan menulis

deskripsi pem-belajaran Bahasa Indonesia dengan penerapan

model pembelajaran TPS berbantukan gambar seri.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada pertemuan ini terdiri atas pra

kegiatan, kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Adapun

uraian dari masing-masing kegiatan akan dijabarkan sebagai berikut:

a) Pra Kegiatan (5 menit)

Sebelum kegiatan awal dimulai, guru mempersiapkan

ruangan yang akan digunakan untuk belajar dan berbagai

sumber belajar yang menunjang dalam proses pembelajaran.

Termasuk buku-buku yang berkaitan dengan materi serta media

gambar seri dan kertas. Kegiatan dimulai dengan guru

mengucapkan salam dan berdo’a. Selanjutnya guru mengecek

kehadiran siswa, dilanjutkan dengan memeriksa kesiapan siswa

mengikuti pembelajaran. Siswa untuk merapikan tempat duduk

dan menyiapkan alat tulis.


b) Kegiatan awal (5 menit)

Pada kegiatan awal guru memulai dengan melakukan

apersepsi dengan memberikan pertanyaan, “anak-anak, kemarin

ibu sudah pernah bertanya hewan peliharan apa yang pelihara

dirumah. Selain ayam, hewan apalagi yang dipelihara dirumah

kalian?” Siswa menjawab, “kelinci, kambing, kucing bu”. Guru

memberi penegasan, “iya pintar sekali. Selain ayam, banyak

sekali hewan peliharaan yang sering kita pelihara dirumah, ada

kelinci, kambing dan kucing. Dan hari ini yang akan kita bahas

adalah kucing”. Lalu guru menginformasikan materi yang

dipelajari.

c) Kegiatan inti (30 menit)

1. Eksplorasi

Guru memberi beberapa pertanyaan pada siswa terkait

dengan materi sebelumnya. Selanjutnya guru menampilkan

enam gambar hewan secara acak. Guru tanya jawab dengan

siswa mengenai gambar yang ditampilkan apakah termasuk

kucing atau binatang lain. Lalu guru mengaitkan gambar

ditampilkan dengan materi penjumlahan, mengajukan

beberapa pertanyaan terkait dengan pejumlahan kepada

seluruh siswa secara acak.

2. Elaborasi
Melalui gambar seri, guru memberikan suatu

permasalahan pada siswa yang dipikirkan secara individu.

Permasalahannya yaitu dari gambar pertumbuhan kucing

yang telah ditampilkan secara acak, siswa diminta untuk

memikirkan bagaimana urutan pertumbuhan kucing secara

benar kemudian mengamati bagaimana ciri-ciri kucing. Guru

memberikan waktu 5 menit kepada siswa untuk menemukan

jawaban dari permasalahan yang diajukan. Setelah waktu

untuk berfikir habis, siswa dibentuk kelompok secara

berpasangan. Setelah semua siswa memperoleh pasangan,

guru meminta siswa saling berdiskusi dan bertukar pikiran

mengenai jawaban atas permasalahan yang telah diberikan

oleh guru sebelumnya. Untuk kemudian dituliskan dalam

lembar kerja. Guru memberi waktu sekitar 15 menit untuk

kegiatan diskusi tersebut. Ketika siswa bekerja di kelompok,

guru berkeliling dan memberikan bimbingan kepada masing-

masing kelompok secara bergantian untuk memastikan

bahwa siswa dapat berdiskusi dengan baik.

3. Konfirmasi

Setelah kegiatan diskusi selesai, dilanjutkan dengan

presentasi hasil diskusi kelompok. Guru menunjuk beberapa

perwakilan kelompok secara acak untuk mempresentasikan

hasil diskusi di kelas. Siswa yang lain memperhatikan. Guru


memberikan penguatan berupa smile dan tepuk tangan pada

kelompok yang berani maju ke depan kelas untuk

mempresentasikan hasil diskusinya dan hasil diskusinya

sudah benar. Setelah kegiatan presentasi selesai, guru

memberikan penegasan jawaban yang benar (konfirmasi) dari

hasil diskusi agar siswa mengetahui jawaban yang benar.

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

menanyakan materi yang belum dimengerti.

d) Kegiatan akhir (30 menit)

Akhir pembelajaran siswa dan bimbingan guru

menyimpulkan pembelajaran yang telah dilaksanakan pada hari

ini. Selanjutnya siswa mengerjakan evaluasi secara individu

selama 20 menit. Bentuk dari soal evaluasi sama seperti

pertemuan sebelumnya, namun pada pertemuan kali ini siswa di

minta menggambarkan kucing dan mendeskripsikan pada

tulisan. Siswa mengumpulkan soal evaluasi yang sudah

dikerjakan ke depan kelas. Kemudian guru mengakhiri

pembelajaran dengan memberikan refleksi atas pembelajaran

yang telah dilakukan hari ini.

3. Hasil Observasi Siklus I Pertemuan 1


Berdasarkan lembar observasi, peneliti bersama tim kolaborasi

melakukan observasi terhadap proses pembelajaran menulis

deskripsi di kelas IV dengan lembar observasi yang telah disediakan.

Dalam melakukan observasi, hal pokok yang diamati adalah

keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa yang

diapaparkan berikut:

1.Hasil Observasi Keterampilan Guru

Tabel 4.7 Data Observasi Keterampilan Guru Siklus II Pertemuan 1

No Indikator Hasil yang dicapai Skor


1 2 3 4
1 Melaksanakan √ 4
prapembelajaran
2 Kemampuan guru √ 3
membuka pembelajaran
3 Menjelaskan materi √ 3
pelajaran
4 Melakukan kegiatan tanya √ 2
jawab
5 Memberikan motivasi dan √ 2
penguatan
6 Menggunakan media √ 4
gambar seri
7 Menciptakan suasana √ 2
belajar yang
menyenangkan
8 Membimbing diskusi √ 4
kelompok
9 Menutup pembelajaran √ 3
Junlah 27
Kriteria Baik
Kriteria total perolehan skor keterampilan guru:

28≤ skor ≤ 36 = Sangat baik


18 ≤ skor < 28 = Baik
9≤ skor < 18 = Cukup
0 ≤ skor < 9 = Kurang

Dari tabel 4.7 di atas jumlah skor keterampilan mengajar yang

dicapai guru dalam penelitian adalah sebesar 27 dengan kriteria baik.

Hasil tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Melaksanakan prapembelajaran

Indikator kemampuan guru prapembelajaran memperoleh

skor 4 dengan 4 deskriptor yang tampak. Menyiapkan

pembelajaran, guru telah mengkondisikan ruang kelas dan

menyiapkan berbagai sumber belajar yang berguna menunjang

kegiatan pembelajaran termasuk buku-buku terkait materi

pelajaran, media gambar seri dan kertas manila. Guru telah

membimbing siswa untuk berdo’a serta mengecek kehadiran

siswa.

2. Membuka pembelajaran

Indikator kemampuan guru dalam membuka pembelajaran

hanya memperoleh skor 3 dengan 3 deskriptor yang tampak. Guru

telah melakukan apersepsi sesuai dengan materi pembelajaran

yang akan dipelajari dan mengaitkannya dengan kehidupan

sehari-hari. Guru juga menyampaikan tujuan pembelajaran pada

hari itu. Namun guru masih belum memberikan motivasi kepada

siswa agar siswa lebih semangat dalam belajar.


3. Menjelaskan materi pelajaran

Indikator kemampuan guru menjelaskan materi

mendapatkan skor 3 dengan 3 deskriptor yang tampak. Pada saat

menjelaskan materi guru menggunakan bahasa yang mudah

dipahami oleh siswa dan dengan suara jelas. Selain itu

penyampaian materi yang dilakukan oleh guru sudah sistematis.

Guru juga memberikan penekanan pada materi yang dianggap

112 penting. Namun dalam menjelaskan materi, guru belum

menggunakan contoh yang realistik yang dapat memudahkan

siswa dalam memahami materi.

4. Melakukan kegiatan tanya-jawab

Indikator kemampuan guru menjelaskan materi

mendapatkan skor 2 dengan 2 deskriptor yang tampak. Dalam

pembelajaran guru melakukan tanya jawab siswa terkait materi

menulis deskripsi dan gambar seri yang ditampilkan yaitu gambar

hewan. Guru memberi waktu kepada siswa untuk memikirkan

jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru.

Namun guru kurang jelas mengajukan pertanyaan pada siswa dan

guru belum memberikan kesempatan maksimal kepada seluruh

siswa untuk berpartisipasi.

5. Memberikan motivasi dan penguatan

Indikator kemampuan guru memberikan motivasi dan

penguatan mendapatkan skor 2 dengan 2 deskriptor yang tampak.


Guru hanya memberi 2 penguatan yaitu penguatan verbal berupa

kata “pintar”. Selain itu guru juga memberikan penguatan dengan

hadiah yaitu tanda smile. Namun guru belum memakai variasi

dalam memberi penguatan sehingga menimbulkan kurangnya

motivasi pada siswa.

6. Menggunakan media gambar seri

Indikator kemampuan guru menggunakan gambar seri

mendapat skor 4 dengan 4 deskriptor yang tampak. Dalam

pembelajaran guru telah menggunakan media gambar seri berupa

gambar kucing secara 113 logis, jelas, saling berkaitan dan sesuai

dengan apa yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari.

7. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan

Indikator kemampuan guru menciptakan suasana belajar

yang menyenangkan mendapat skor 2 dengan 2 deskriptor yang

tampak. Dalam pembelajaran yang dilakukan, guru mampu

mencipatakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga

siswa menjadi lebih antusias dalam belajar. Namun karena

kurangnya motivasi yang diberikan guru kepada siswa

menjadikan siswa kurang memiliki semangat belajar yang tinggi.

Selain itu komunikasi yang terjalin antara guru dan siswa juga

masih terlalu santai.

8. Membimbing diskusi kelompok


Indikator kemampuan guru membimbing kelompok

mendapatkan skor 4 dengan deskriptor yang tampak. Dalam

kegiatan diskusi guru telah memperjelas masalah yang akan

didiskusikan oleh siswa secara berpasangan. Guru juga

memberikan waktu kepada masing-masing kelompok berfikir dan

bertukar pikiran. Setelah kegiatan berdiskusi usai, guru meminta

perwakilan kelompok untuk maju ke depan kelas membacakan

hasil diskusinya. Diakhir diskusi guru juga mengajak siswa secara

bersama meyimpulkan hasil diskusi.

9. Menutup pembelajaran

Indikator keterampilan menutup pembelajaran memperoleh

skor 3 dari skor maksimal 4. Deskriptor yang tampak indikator

menutup pelajaran adalah guru telah membimbing siswa untuk

menarik kesimpulan dari materi 114 yang dipelajari. Guru juga

melakukan evaluasi pada akhir kegiatan pembelajaran dengan

memberikan evaluasi kepada setiap siswa untuk dikerjakan secara

individu. Setelah siswa selesai mengerjakan evaluasi guru

memberikan refleksi pada siswa terkait kegiatan pembelajaran.

Deskriptor yang tidak tampak yaitu guru tidak memberikan tindak

lanjut berupa menginformasikan pembelajaran yang akan datang

2.Hasil Observasi Aktivitas Siswa

Tabel 4.8 Data Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1

No Indikator Hasil yang dicapai Skor Rata


1 2 3 4
1 Mempersiapkan diri dalam 11 4 4 50 2,63
menerima pembelajaran
2 Mengeksplorasi informasi 10 4 5 52 2,74
dan pengetahuan sesuai
materi pembelajaran
3 Mengajukan pertanyaan 8 6 5 54 2,84
dan menjawab pertanyaan
dari guru
4 Memperhatikan 10 3 6 53 2,79
penyampaian materi
pembelajaran dari guru
5 Mendiskusikan gambar 9 5 5 53 2,79
yang telah ditampilkan
dengan teman sekelompok
6 Menulis deskripsi 9 6 4 52 2,74
berdasarkan gambar secara
individu
7 Menyusun simpulan dan 9 4 6 54 2,84
melakukan refleksi
8 Mengerjakan soal tes atau 0 9 4 6 54 2,84
evaluasi
Junlah 422
Rata-Rata 22,21
Kategori Baik

Kriteria total perolehan skor aktivitas siswa:

25≤ skor ≤ 32 = Sangat baik


16 ≤ skor < 25 = Baik
8≤ skor < 16 = Cukup
0 ≤ skor < 8 = Kurang

Pada tabel 4.8 siklus II pertemuan 1 rata-rata perolehan skor

aktivitas siswa adalah sebesar 22,21 dengan kriteria baik. Hasil

tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Mempersiapkan diri dalam menerima pembelajaran.

Setelah bel masuk berbunyi siswa siap untuk memulai

kegiatan pembelajaran menulis deskripsi. Pertemuan pertama

sebanyak 11 siswa memperoleh skor 2, sebanyak 4 siswa


memperoleh skor 3, dan sebanyak 4 siswa memperoleh skor 4.

Rata-rata skor siswa mempersiapkan diri dalam menerima

pembelajaran adalah 2,63.

2. Mengeksplorasi pengetahuan sesuai materi pembelajaran

Siswa melakukan tanya jawab dengan guru. Pertemuan

pertama sebanyak 10 siswa mendapat skor 2, sebanyak 4 siswa

mendapat skor 3, dan sebanyak 5 siswa mendapat skor 4. Rata-

rata skor mengeksplorasi pengetahuan sesuai materi adalah 2,74.

3. Mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dari guru

Pada pertemuan pertama sebanyak 8 siswa memperoleh

skor 2, sebanyak 6 siswa memperoleh skor 3, dan sebanyak 5

siswa memperoleh skor 4. Rata-rata skor mengajukan dan

menjawab pertanyaan dari guru adalah 2,84.

4. Memperhatikan penyampaian materi pembelajaran dari guru

Siswa memperhatikan penjelasan guru terkait menulis

deskripsi. Pada pertemuan pertama sebanyak 10 siswa mendapat

skor 2, sebanyak 3 siswa mendapat skor 3, dan sebanyak 6 siswa

mendapat skor 4. Rata-rata skor memperhatikan penyampaian

pembelajaran dari guru adalah 2,79.

5. Mendiskusikan gambar dengan teman sekelompok

Siswa bersama teman satu kelompok berdiskusi mengenai

suatu masalah yang diberikan oleh guru. Pertemuan pertama


sebanyak 9 siswa mendapat skor 2, sebanyak 5 siswa mendapat

skor 3, dan sebanyak 5 siswa mendapat skor 4. Rata-rata skor

mendiskusikan gambar yang ditampilkan dengan teman

sekelompok adalah 2,79.

6. Menulis deskripsi berdasarkan gambar secara individu.

Setelah mendengarkan penjelasan mengenai menulis

deskripsi dan berdiskusi dengan teman sebangku mengenai

gambar yang telah ditampilkan, siswa menulis deskripsi individu.

Pada pertemuan pertama sebanyak 9 orang mendapat skor 2,

sebanyak 6 orang mendapat skor 3, dan sebanyak 4 orang

mendapat skor 4. Rata-rata skor menulis deskripsi dari gambar

secar individu adalah 2,74.

7. Menyusun simpulan dan melakukan refleksi

Siswa dengan dipandu guru menyimpulkan materi

pembelajaran yang telah dipelajari. Pertemuan ketiga sebanyak 9

siswa mendapat skor 2, sebanyak 4 siswa mendapat skor 3, dan

sebanyak 6 siswa memperoleh skor 4. Rata-rata skor menyusun

simpulan dan melakukan refleksi adalah 2,84.

8. Mengerjakan soal tes atau evaluasi

Siswa mengerjakan tugas individu di akhir pembelajaran

yaitu evaluasi berupa mendeskripsikan binatang (kucing) secara

rinci (nama, ciri khasnya, suaranya, tubuhnya tempat hidupnya)

dengan pilihan kata dan kalimat yang runtut . Pertemuan pertama


sebanyak 9 siswa memperoleh skor 2, sebanyak 4 siswa

memperoleh skor 3, dan sebanyak 6 siswa mendapat 4. Rata-rata

skor mengerjakan soal tes atau evaluasi siswa adalah 2,84.

3.Paparan Hasil Menulis Deskripsi Siswa pada Siklus II

Pertemuan 1 Pada siklus II Pertemuan 1 yakni tindakan

lanjutan setelah melihat data-data yang diperoleh dari siklus I

pertemuan 1 dan 2. Keterampilan menulis deskripsi siswa kelas IV

pada siklus II pertemuan 1, tampak adaya kenaikan dibandingkan

dengan data siklus I. Dari data hasil penelitian pada siklus II

pertemuan 1 mengenai hasil evaluasi siswa menulis deskripsi

melalui model TPS berbantukan gambar seri diperoleh data data

sebagai berikut:

Tabel 4.9 Data Keterampilan Menulis Siswa Siklus II Pertemuan 1

No Pencapaian Data Siklus I Data Siklus II


Pertemuan 2 Pertemuan 1
1 Rata-Rata 64,47 73,16
2 Nilai terendah 35 40
3 Nilai tertinggi 95 100
4 Belum tuntas 36,84% 26,32%
5 Tuntas 63,16% 73,68%

Dari tabel 4.9 rata-rata hasil keterampilan menulis siklus I

pertemuan 2 adalah 64,47, dengan nilai terendah 35, nilai tertinggi

95, ketuntasan 63,16% (12 siswa) dan juga 36,84% (7 siswa) belum

mengalami ketuntasan (KKM 65). Setelah dilaksanakan siklus II

pertemuan 1 rata-rata meningkat menjadi 73,16 dengan nilai


terendah 40, nilai tertinggi 100, ketuntasan 73,68% (14 siswa) dan

26,32% (5 siswa) belum mengalami ketuntasn (KKM 65).

Sesuai dengan data di atas, nilai rata-rata hasil keterampilan

menulis deskripsi siswa pada siklus II pertemuan 1 sebesar 73,07

dengan 73,68% (14 siswa) yakni ketuntasaan belajar dan 26,32% (5

siswa) belum tuntas. Ketuntasan belajar tersebut belum mencapai

target yang diinginkan, seperti tercantum di indikator keberhasilan

yaitu sekurang-kurangnya 80% dari ketuntasan belajar klasikal

siswa. Oleh karena itu, dalam penelitian dilanjutkan ke pertemuan

berikutnya.

4. Refleksi

Hasil refleksi pada siklus II pertemuan 1 adalah sebagai berikut:

1. Keterampilan guru mengajar mengalami peningkatan dibanding

dengan siklus I pertemuan 2. Hal ini tampak pada hasil observasi

yang dilakukan kolaborator. Skor yang diperoleh adalah 27 yang

tergolong dalam kategori baik. Hal ini sudah memenuhi indikator

keberhasilan yang ditetapkan, akan tetapi masih perlu

ditingkatkan.

2. Aktivitas siswa pada siklus II pertemuan 1 mengalami

peningkatan dibandingkan dengan siklus I pertemuan 2.

Berdasarkan hasil observasi, jumlah skor yang diperoleh rata-rata

adalah 22,21 yang tergolong dalam kategori baik. Hasil ini sudah
memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan, akan tetapi

masih perlu ditingkatkan.

3. Hasil belajar keterampilan menulis deskripsi yang diperoleh

belum sesuai dengan indikator keberhasilan yang ditetapkan.

Hasil belajar siklus II pertemuan 1 adalah 26,32% (5 siswa)

belum mengalami ketuntasan dan 73,68% (14 siswa) mengalami

ketuntasan. Nilai rata-rata siswa adalah 73,07.

5. Revisi

Berdasarkan refleksi pada pembelajaran siklus II pertemuan 1,

ada beberapa hal yang harus lebih ditingkatkan untuk melaksanakan

siklus ke II pertemuan 2 yaitu:

1. Guru harus memberikan perhatian lebih pada siswa yang masih

suka ramai dan mengganggu temannya yaitu dengan meningatkan

2. Motivasi kepada siswa juga agar lebih ditingkatkan agar siswa

lebih semangat dalam belajar.

3. Hasil evaluasi penilaian tes tertulis belum mengalami ketuntasan,

sehingga guru perlu ditingkatkan dalam siklus berikutnya.

b. Siklus II Pertemuan 2

1. Perencanaan
Kegiatan perencanaan yang dilakukan untuk pelaksanaan

tindakan siklus II adalah sebagai berikut:

1. Waktu pelaksanaan tindakan dan observasi siklus II pertemuan 2

pada hari Kamis tanggal 16 Juni 2022 jam 07.00 WIB sampai jam

08.10 WIB.

2. Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran tematik dengan

tema hewan dan tumbuhan telah disesuaikan dengan SK, KD, dan

indikator dalam silabus dengan menerapkan model pembelajaran

TPS berbantukan gambar seri.

3. Mempersiapkan media pembelajaran berupa buku paket bahasa

Indonesia, alat tulis, serta media gambar seri yang relevan

4. Mempersiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis atau lembar soal

dan lembar kerja siswa (LKS).

5. Menyiapkan lembar observasi mengamati keterampilan guru,

aktivitas siswa, hasil belajar berupa keterampilan menulis

deskripsi dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan

menerapakan model pembelajaran TPS berbantukan gambar seri.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada pertemuan ini terdiri atas pra

kegiatan, kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Adapun

uraian dari masing-masing kegiatan akan dijabarkan sebagai berikut:

a) Pra Kegiatan (5 menit)


Sebelum kegiatan awal dimulai lebih dahulu guru

mempersiapkan ruangan yang akan digunakan untuk belajar dan

menyiapkan berbagai sumber belajar yang berfungsi untuk

menunjang proses pembelajaran. Termasuk buku-buku yang

berkaitan dengan materi serta media gambar seri dan kertas

manila. Kegiatan dimulai dengan guru mengucapkan salam dan

berdo’a. Selanjutnya guru mengecek kehadiran siswa, memeriksa

kondisi kelas dan kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran.

Guru meminta siswa untuk merapikan tempat duduk dan

menyiapkan alat tulis.

b) Kegiatan awal (5 menit)

Pada kegiatan awal guru memulai dengan melakukan

apersepsi dengan memberikan pertanyaan, “anak-anak, kemarin

ibu sudah pernah bertanya tanaman apa saja yang kalian miliki

dirumah. Selain pohon mangga, tanaman apa lagi yang kalian

miliki dirumah?” Siswa menjawab, “pohon durian, pohon pisang,

pohon rambutan bu”. Guru melanjutkan, “iya pintar sekali. Selain

pohon mangga, ada bermacam-macam tanaman yang kalian

miliki dirumah. Ada pohon durian, pohon pisang, pohon

rambutan, pohon nangka dan lain sebagainya. Dan hari ini yang

akan kita bahas adalah pohon pisang”. Kemudian guru

menginformasikan materi yang akan dipelajari pada hari ini.


Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran untuk

mengetahui hal-hal apa saja yang akan dicapai pada pembelajaran

hari itu.

c) Kegiatan inti (30 menit)

1. Eksplorasi

Guru memberi beberapa pertanyaan pada siswa terkait

dengan materi sebelumnya. Siswa dan guru saling melakukan

tanya jawab. Guru memberikan motivasi kepada siswa agar

lebih bersemangat lagi dalam belajar agar naik kelas dengan

nilai yang tinggi. Kegiatan selanjutnya guru menampilkan

enam gambar tanaman secara acak. Guru melakukan tanya

jawab dengan siswa mengenai gambar yang ditampilkan

apakah termasuk tanaman pisang atau tanaman lain. Guru

mengaitkan gambar yang ditampilkan dengan materi

penjumlahan serta mengajukan beberapa pertanyaan terkait

dengan pejumlahan kepada seluruh siswa secara acak.

2. Elaborasi

Melalui gambar seri, guru memberikan suatu

permasalahan pada siswa yang dipikirkan secara individu.

Permasalahannya yaitu berdasarkan gambar pertumbuhan

pohon pisang yang telah ditampilkan secara acak, siswa

diminta untuk memikirkan bagaimana urutan pertumbuhan

pohon pisang secara benar dan kemudian mengamati


bagaimana ciri-ciri pohon pisang. Guru memberikan waktu 5

menit kepada siswa untuk menemukan jawaban dari

permasalahan yang diajukan. Setelah waktu untuk berfikir

habis, siswa diminta berkelompok secara berpasangan. Setelah

siswa memperoleh pasangan, guru meminta siswa untuk saling

berdiskusi atau bertukar pikiran mengenai jawaban atas

permasalahan yang diberikan oleh guru sebelumnya. Untuk

kemudian dituliskan dalam lembar kerja. Guru memberikan

waktu sekitar 15 menit untuk kegiatan diskusi tersebut. Ketika

siswa bekerja di kelompok, guru berkeliling dan memberikan

bimbingan kepada masing-masing kelompok secara bergantian

untuk memastikan bahwa siswa dapat berdiskusi dengan baik.

3. Konfirmasi

Setelah kegiatan diskusi selesai, dilanjutkan dengan

presentasi hasil diskusi kelompok. Guru menunjuk beberapa

perwakilan kelompok secara acak untuk mempresentasikan

hasil diskusi di depan kelas. Siswa yang lain memperhatikan.

Guru memberikan penguatan berupa tanda smile dan tepuk

tangan pada kelompok yang berani maju ke depan kelas untuk

mempresentasikan hasil diskusinya dan hasil diskusinya sudah

benar. Setelah kegiatan presentasi selesai, guru memberikan

penegasan jawaban yang benar (konfirmasi) dari hasil diskusi

agar siswa mengetahui jawaban yang benar. Guru memberikan


kesempatan kepada seluruh siswa untuk menanyakan materi

yang belum dimengerti.

d) Kegiatan akhir (30 menit)

Siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran yang

telah dilaksanakan pada hari ini. Lalu siswa mengerjakan

evaluasi secara individu selama 20 menit. Bentuk dari soal

evaluasi sama seperti pertemuan sebelumnya. Siswa

mengerjakan soal evaluasi dengan tenang. Siswa

mengumpulkan soal evaluasi yang sudah dikerjakan ke depan

kelas. Lalu guru mengakhiri pembelajaran dengan memberi

refleksi atas pembelajaran yang telah dilakukan hari ini. Dan

pemberian tindak lanjut untuk pertemuan berikutnya.

3. Hasil Observasi Siklus I Pertemuan 2

Berdasarkan lembar observasi, peneliti bersama tim kolaborasi

melakukan observasi terhadap proses pembelajaran menulis

deskripsi di kelas IV dengan lembar observasi yang telah disediakan.

Dalam observasi, hal pokok yang diamati adalah keterampilan guru,

aktivitas siswa dan hasil belajar siswa yang diapaparkan sebagai

berikut:

1.Hasil Observasi Keterampilan Guru

Tabel 4.10 Data Observasi Keterampilan Guru Siklus II Pertemuan 2

No Indikator Hasil yang dicapai Skor


1 2 3 4
1 Melaksanakan √ 4
prapembelajaran
2 Kemampuan guru √ 4
membuka pembelajaran
3 Menjelaskan materi √ 4
pelajaran
4 Melakukan kegiatan tanya √ 3
jawab
5 Memberikan motivasi dan √ 3
penguatan
6 Menggunakan media √ 4
gambar seri
7 Menciptakan suasana √ 3
belajar yang
menyenangkan
8 Membimbing diskusi √ 4
kelompok
9 Menutup pembelajaran √ 4
Junlah 33
Kriteria Sangat
Baik

Kriteria total perolehan skor keterampilan guru:

28≤ skor ≤ 36 = Sangat baik


18 ≤ skor < 28 = Baik
9≤ skor < 18 = Cukup
0 ≤ skor < 9 = Kurang

Dari tabel 4.10 di atas jumlah skor keterampilan mengajar

yang dicapai guru dalam penelitian adalah sebesar 33 dengan kriteria

sangat baik. Hasil tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Melaksanakan prapembelajaran

Indikator kemampuan melaksanakan prapembelajaran

mendapat skor 4 dengan 4 deskriptor yang tampak. Dalam

menyiapkan pembelajaran, guru telah mengkondisikan kelas dan

menyiapkan berbagai sumber belajar yang berguna untuk

menunjang kegiatan pembelajaran termasuk buku terkait materi


pelajaran dan media gambar seri. Sebelum pembelajaran dimulai

guru membimbing siswa untuk berdo’a serta mengecek kehadiran

siswa.

2. Membuka pembelajaran

Indikator kemampuan guru membuka pembelajaran

memperoleh skor 4 dengan 4 deskriptor yang tampak. Di awal

pembelajaran guru telah melakukan apersepsi sesuai dengan

materi pembelajaran yang akan dipelajari dan mengaitkannya

dengan kehidupan sehari-hari. Guru juga telah menyampaikan

tujuan pembelajaran pada hari itu. Apersepsi yang digunakan

guru sudah mampu membangkitkan motivasi siswa untuk belajar.

3. Menjelaskan materi pelajaran

Indikator kemampuan guru menjelaskan materi

mendapatkan skor 4 dengan 4 deskriptor yang tampak. Pada saat

menjelaskan materi guru 128 menggunakan bahasa yang mudah

dipahami oleh siswa dan dengan suara yang jelas. Selain itu

penyampaian materi yang dilakukan guru sudah sistematis. Guru

memberikan penekanan pada materi yang dianggap penting

sehingga siswa lebih paham dan mudah ingat pada materi-materi

yang dianggap penting. Dalam menjelaskan materi, guru

menggunakan contoh yang realistik yang dapat memudahkan

siswa dalam memahami materi.

4. Melakukan kegiatan tanya-jawab


Indikator kemampuan guru menjelaskan materi

mendapatkan skor 3 dengan 3 deskriptor yang tampak. Dalam

pembelajaran guru melakukan tanya jawab dengan siswa terkait

materi menulis deskripsi dan gambar seri yang ditampilkan yaitu

gambar tanaman pisang. Pertanyaan yang diajukan oleh guru

kepada siswa sudah menjangkau ke ruangan sehingga seluruh

siswa mendengar. Guru memberikan waktu kepada siswa untuk

memikirkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

oleh guru. Namun guru belum memberikan kesempatan secara

maksimal kepada seluruh siswa untuk berpartisipasi.

5. Memberikan motivasi dan penguatan

Indikator kemampuan guru memberikan motivasi dan

penguatan mendapatkan skor 3 dengan 3 deskriptor yang tampak.

Dalam kegiatan pembelajaran guru telah memberikan motivasi

pada siswa untuk lebih semangat belajar. Namun guru kurang

bervariasi dalam memberikan penguatan, sehingga siswa menjadi

mudah bosan.

6. Menggunakan media gambar seri

Indikator kemampuan guru memakai gambar seri

mendapatkan skor 4 dengan 4 deskriptor yang tampak. Dalam

pembelajaran menulis deksripsi guru menggunakan media gambar

seri berupa gambar tanaman pisang secara logis, jelas, saling


berkaitan dan sesuai dengan apa yang kita temui dalam kehidupan

sehari-hari.

7. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan

Indikator kemampuan guru menciptakan suasana belajar

yang menyenangkan mendapat skor 3 dengan 3 deskriptor yang

tampak. Dalam pembelajaran yang dilakukan, guru mampu

mencipatakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga

siswa menjadi lebih antusias dalam belajar serta memiliki

semangat belajar yang tinggi. Ada satu deskriptor yang tidak

tampak, yaitu guru belum menjaga agar komunikasi antara siswa

dengan guru serius tapi santai.

8. Membimbing diskusi kelompok

Indikator kemampuan guru membimbing kelompok

mendapatkan skor 4 dengan 4 deskriptor yang tampak. Sebelum

kegiatan diskusi dimulai guru memperjelas masalah yang akan

didiskusikan oleh siswa berpasangan. Guru memberikan waktu

kepada masing-masing kelompok bertukar pikiran. Setelah

kegiatan berdiskusi usai, perwakilan kelompok maju ke depan

kelas membacakan hasil diskusinya kemudian guru menanggapi

hasil pekerjaan siswa. Siswa dengan dibimbing guru

meyimpulkan hasil diskusi.

9. Menutup pembelajaran
Indikator keterampilan menutup pembelajaran memperoleh

skor 4 skor maksimal 4. Guru membimbing siswa menarik

kesimpulan dari materi yang dipelajari. Guru melakukan evaluasi

pada akhir kegiatan pembelajaran dengan memberikan evaluasi

kepada setiap siswa untuk dikerjakan secara individu. Di akhir

pembelajaran guru memberikan refleksi kepada siswa terkait

kegiatan pembelajaran hari ini. Kemudian memberikan tindak

lanjut berdasarkan hasil refleksi pembelajaran hari ini.

2.Hasil Observasi Aktivitas Siswa

Tabel 4.11 Data Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2

No Indikator Hasil yang dicapai Skor Rata


1 2 3 4
1 Mempersiapkan diri dalam 0 2 6 11 66 3,47
menerima pembelajaran
2 Mengeksplorasi informasi 0 2 7 10 65 3,42
dan pengetahuan sesuai
materi pembelajaran
3 Mengajukan pertanyaan 0 3 9 7 61 3,21
dan menjawab pertanyaan
dari guru
4 Memperhatikan 0 3 6 10 64 3,37
penyampaian materi
pembelajaran dari guru
5 Mendiskusikan gambar 0 1 9 9 65 3,42
yang telah ditampilkan
dengan teman sekelompok
6 Menulis deskripsi 0 1 8 10 66 3,47
berdasarkan gambar secara
individu
7 Menyusun simpulan dan 0 2 5 12 67 3,53
melakukan refleksi
8 Mengerjakan soal tes atau 0 1 4 14 70 3,68
evaluasi
Junlah 524
Rata-Rata 27,58
Kategori Sangan Baik

Kriteria total perolehan skor aktivitas siswa:

25≤ skor ≤ 32 = Sangat baik


16 ≤ skor < 25 = Baik
8≤ skor < 16 = Cukup
0 ≤ skor < 8 = Kurang

Pada tabel 4.11 siklus II pertemuan 2 rata-rata perolehan skor

aktivitas siswa sebesar 27,58 dengan kriteria sangat baik. Hasil

tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Mempersiapkan diri dalam menerima pembelajaran.

Setelah bel masuk berbunyi siswa siap untuk memulai

kegiatan pembelajaran menulis deskripsi. Pada pertemuan kedua

sebanyak 2 siswa memperoleh skor 2, sebanyak 6 siswa

memperoleh skor 3, dan sebanyak 11 siswa memperoleh skor 4.

Rata-rata skor siswa mempersiapkan diri dalam menerima

pembelajaran adalah 3,47.

2. Mengeksplorasi pengetahuan sesuai materi pembelajaran

Siswa menggunakan berbagai sumber belajar untuk

memperoleh informasi menulis deskripsi. Pada pertemuan kedua

sebanyak 2 siswa memperoleh skor 2, sebanyak 7 siswa


memperoleh skor 3, dan sebanyak 10 siswa memperoleh skor 4.

Ratarata skor mengeksplorasi informasi dan pengetahuan sesuai

materi pembelajaran adalah 3,42.

3. Mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dari guru

Selama pembelajaran menulis deskripsi siswa melakukan

kegiatan tanya jawab dengan guru terkait materi menulis

deskripsi. Pada pertemuan kedua sebanyak 3 siswa memperoleh

skor 2, sebanyak 9 anak memperoleh skor 3, dan sebanyak 7

siswa 133 memperoleh skor 4. Rata-rata skor mengajukan dan

menjawab pertanyaan dari guru adalah 3,21.

4. Memperhatikan penyampaian materi pembelajaran guru.

Siswa memperhatikan penjelasan dari guru mengenai

menulis deskripsi. Pada pertemuan kedua sebanyak 3 siswa

memperoleh skor 2, sebanyak 6 siswa memperoleh skor 3, dan

sebanyak 10 siswa mendapat skor 4. rata-rata skor

memperhatikan penyampaian materi pembelajaran dari guru

adalah 3,37.

5. Mendiskusikan gambar dengan teman sekelompok

Siswa secara pasangan berdiskusi mengenai suatu masalah

yang telah diberikan oleh guru yang berkaitan dengan gambar

seri. Pada pertemuan kedua sebanyak 1 siswa memperoleh skor 2,


sebanyak 9 siswa memperoleh skor 3, dan sebanyak 9 siswa

memperoleh skor 4. Rata-rata skor mendiskusikan gambar yang

telah ditampilkan dengan teman sekelompok adalah 3,42.

6. Menulis deskripsi berdasarkan gambar secara individu

Siswa menulis deskripsi scara individu. Pertemuan kedua

sebanyak 1 orang memperoleh skor 2, sebanyak 8 orang

memperoleh skor 3, dan sebanyak 10 orang memperoleh skor 4.

Rata-rata skor menulis deskripsi berdasarkan gambar secar

individu adalah 3,47.

7. Menyusun simpulan dan melakukan refleksi

Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi

belajar. Pada pertemuan kedua sebanyak 2 siswa memperoleh

skor 2, sebanyak 5 siswa memperoleh skor 3, dan sebanyak 12

siswa memperoleh skor 4. Rata-rata skor menyusun simpulan dan

melakukan refleksi adalah 3,53.

8. Mengerjakan soal tes atau evaluasi.

Siswa mengerjakan tugas individu yaitu evaluasi

mendeskripsikan mendeskripsikan tanaman (pohon pisang) secara

rinci dengan pilihan kata dan kalimat yang runtut. Pada

pertemuan kedua sebanyak 1 siswa mendapat skor 2, sebanyak 4

siswa memperoleh skor 3, dan sebanyak 14 siswa memperoleh 4.

Rata-rata skor mengerjakan soal tes atau evaluasi siswa adalah

3,68.
3. Hasil Menulis Deskripsi Siswa pada Siklus II Pertemuan 2

Pada siklus II Pertemuan 2, setelah dirata-rata secara umum

ketuntasan belajar siswa tampak kenaikan dibandingkan dengan data

siklus II pertemuan 1. Dari data hasil penelitian siklus II pertemuan 2

mengenai hasil evaluasi akhir siswa menulis deskripsi melalui model

TPS berbantukan gambar seri diperoleh data data sebagai berikut:

Tabel 4.12 Data Keterampilan Menulis Siswa Siklus II Pertemuan 2

No Pencapaian Data Siklus II Data Siklus II


Pertemuan 1 Pertemuan 2
1 Rata-Rata 73,16 81,32
2 Nilai terendah 40 50
3 Nilai tertinggi 100 100
4 Belum tuntas 26,32% 15,79%
5 Tuntas 73,68% 84,21%

Dari tabel 4.12 rata-rata hasil keterampilan menulis siklus II

pertemuan 1 adalah 73,16, dengan nilai terendah 40, nilai tertinggi

100, ketuntasan 73,68% (14 siswa) dan 26,32% (5 siswa) belum

mengalami ketuntasan (KKM 65). Setelah dilaksanakan siklus II

pertemuan 2 rata-rata meningkat menjadi 81,32 dengan nilai

terendah 50, nilai tertinggi 100, ketuntasan 84,21% (16 siswa) dan

15,79% (3 siswa) belum mengalami ketuntasn (KKM 65). Sesuai

dengan data di atas, nilai rata-rata hasil keterampilan menulis

deskripsi siswa pada siklus II pertemuan 2 sebesar 81,32 dengan

84,21% (16 siswa) mengalami ketuntasaan belajar dan 15,79% (3

siswa) belum tuntas. Ketuntasan belajar tersebut sudah mencapai

target yang diinginkan, seperti tercantum dalam indikator


keberhasilan yaitu sekurang-kurangnya 80% dari ketuntasan belajar

klasikal siswa.

4. Refleksi

Hasil refleksi pada siklus II pertemuan 2 adalah sebagai berikut:

1. Secara garis besar, pelaksanaan proses pembelajaran siklus II

pertemuan 2 berlangsung lebih baik. Dalam proses pembelajaran

para siswa sudah siap menerima materi sehingga keadaan kelas

menjadi lebih kondusif, meningkatnya kreativitas siswa dalam

pembelajaran, siswa aktif dalam bertanya maupun menjawab

pertanyaan dari guru dan adanya kerja sama yang lebih baik antar

siswa dalam kelompok.

2. Jumlah rata-rata skor keterampilan guru pada siklus II pertemuan

2 adalah 33 dengan kategori sangat baik. Sehingga memenuhi

indikator yang telah ditetapkan yaitu keterampilan guru sekurang-

kurangnya baik.

3. Jumlah skor rata-rata aktivitas siswa pada siklus II pertemuan 2

ini adalah 27,58 dengan kategori sangat baik sehingga memenuhi

indikator yang telah ditetapkan yaitu aktivitas siswa sekurang-

kurangnya baik.

4. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai akhir pada siklus

II pertemuan 2 ini hanya 3 siswa (15,79%) yang belum tuntas.

Sedangkan 16 siswa (84,21%) nilainya sudah mencapai KKM


yang ditetapkan yaitu 65. Sehingga indikator keberhasilan

tercapai pada siklus II ini.

5. Berdasarkan deskripsi data pelaksanaan pembelajaran menulis

deskripsi melalui model pembelajaran TPS berbantukan gambar

seri, dapat ditarik kesimpulan bahwa keterampilan guru, aktivitas

siswa, dan keterampilan menulis deskripsi siswa meningkat pada

siklus II pertemuan 2 dan mencapai indikator yang diharapkan.

Berikut ini hasil keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil

keterampilan menulis deskripsi melalui model pembelajaran TPS

berbantukan gambar seri pada siklus I pertemuan 1 sampai siklus

II pertemuan 2.

Tabel 4.13 Data Keterampilan guru dan Aktivitas Siswa Siklus I


Pertemuan 1 sampai Siklus II Pertemuan 2
No Pencapaian Siklus
1/1 1/2 11/1 11/2
1 Jumlah rata-rata skor 22 24 27 33
keterampilan guru
2 Jumlah rata-rata skor 14,52 18,11 22,21 27,58
aktivitas siswa

Berdasarkan tabel 4.13 Jumlah skor keterampilan guru pada

siklus I pertemuan 1 sebesar 22, siklus I pertemuan 2 sebesar 24,

siklus II pertemuan 1 sebesar 27 dan pada siklus II pertemuan 2

sebesar 33. Sedangkan jumlah rata-rata skor aktivitas siswa pada

siklus I pertemuan 1 sebesar 14,52, siklus I pertemuan 2 sebesar

18,11, siklus II pertemuan 1 sebesar 22,21 dan pada siklus II


pertemuan 2 sebesar 27,58. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan

pada keterampilan guru dan aktivitas belajar siswa. Berdasarkan data

ini pembelajaran yang diteliti oleh peneliti bersama observer dalam

pembelajaran menulis deskripsi melalui model pembelajaran TPS

berbantukan gambar seri berhenti sampai siklus II pertemuan 2

karena indikator keberhasilan sudah tercapai dengan baik.

2. Uji Hipotesis

Berdasarkan data yang telah dipaparkan dalam pembahasan, maka

peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran TPS berbantukan

media gambar seri dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa,

dan hasil belajar berupa keterampilan menulis deskripsi dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas IV. Dengan demikian

hipotesis yang telah diajukan terbukti kebenarannya. Oleh karena itu,

penelitian dihentikan sampai pada siklus II karena sudah mencapai hasil

yang optimal.

3. Implikasi Hasil Penelitian

a. Implikasi Teoritis

Hasil penelitian ini memperkuat hasil penelitian yang telah

dilakukan peneliti-peneliti sebelumnya mengenai penerapan model

pembelajaran TPS berbantukan media gambar seri. Selain itu hasil

penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pengembangan untuk

memperbaiki kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia menggunakan


model pembelajaran inovatif. Hasil penelitian pada pembelajaran

menulis deskripsi melalui model pembelajaran TPS berbantukan media

gambar seri pada siswa menunjukkan adanya peningkatan pada

keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa dalam setiap

siklus pembelajarannya

b. Implikasi Praktis

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilaksanakan pembelajaran

siklus I pertemuan 1 sampai siklus II pertemuan 2 ada peningkatan.

Hasil observasi keterampilan guru pembelajaran menunjukkan

terjadinya peningkatan perolehan skor pada tiap siklus yang telah

dilaksanakan. Skor yang diperoleh pada siklus I pertemuan 1 adalah 22

dengan kriteria baik. Kemudian meningkat pada siklus I pertemuan 2

menjadi 24 dengan kriteria baik. Selanjutnya meningkat lagi pada siklus

II pertemuan 1 menjadi 27 dengan kriteria baik. Dan pada siklus II

pertemuan 2 perolehan skor menjadi 33 yang termasuk dalam kriteria

sangat baik. Hasil observasi aktivitas siswa juga menunjukkan

peningkatan dalam pada tiap siklusnya. Jumlah skor aktivitas siswa

pada siklus I pertemuan 1 adalah 14,52 yang termasuk dalam kriteria

cukup. Kemudian jumlah skor meningkat pada siklus I pertemuan 2

menjadi 18,11 yang termasuk dalam kriteria baik. Selanjutnya pada

siklus II pertemuan 1 memperoleh jumlah skor 22,21 termasuk dalam

kriteria baik. Dan pada siklus II pertemuan 2 memperoleh skor 27,58

termasuk dalam kriteria sangat baik.


Berdasarkan hasil tes evaluasi yang telah dilaksanakan pada

setiap siklus, terjadi peningkatan di setiap siklusnya. Pada siklus I

pertemuan 1 diperoleh nilai rata-rata siswa 60 dengan ketuntasan

klasikal sebesar 52,63% atau 10 dari 19 orang siswa mengalami

ketuntasan belajar sedangkan 9 orang siswa atau 47,37% belum tuntas.

Kemudian pada pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan 2 perolehan

rata-rata hasil belajar siswa meningkat menjadi 64,47 dengan

ketuntasan klasikal sebesar 63,16% yang berarti 12 dari 19 orang siswa

mengalami ketuntasan belajar dan 7 siswa atau 36,84% belum tuntas.

Selanjutnya siklus II pertemuan 1 mendapat rata-rata nilai hasil belajar

sebesar 73,16 dengan ketuntasan klasikal meningkat menjadi 73,68%

yang berarti 14 dari 19 orang siswa mengalami ketuntasan belajar dan 5

siswa atau 26,32% belum mengalami ketuntasan. Dan pada siklus II

pertemuan 2 memperoleh rata-rata nilai hasil belajar sebesar 81,32

dengan ketuntasan klasikal meningkat menjadi 84,21% yang berarti 16

dari 19 orang siswa mengalami ketuntasan belajar dan 3 siswa atau

15,79% belum tuntas.

c. Implikasi Pedagogis

TPS merupakan salah satu bentuk pembelajaran kooperatif

dimana siswa secara langsung dapat memecahkan masalah, memahami

suatu materi secara berkelompok dan saling membantu antara satu

dengan yang lainnya, membuat kesimpulan dari kegiatan diskusi serta

mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. Model pembelajaran


kooperatif tipe TPS dapat diterapkan di Sekolah Dasar. Tahapan-

tahapan dalam pembelajaran TPS memungkinkan siswa untuk

berpartisipasi lebih aktif baik dalam kegiatan secara klasikal maupun

kegiatan diskusi kelompok. Siswa dapat mengikuti setiap tahapan

dengan mudah mulai dari mengemukakan ide, bekerjasama dengan

berdiskusi, dan kemudian mempresentasikan hasil diskusinya. Selain

itu, penggunaan gambar seri dalam menyampaikan materi pembelajaran

mampu menarik perhatian siswa dan dapat memotivasi siswa untuk

aktif dalam pembelajaran sehingga tercipta pembelajaran

menyenangkan. Sehingga penelitian ini dapat menambah referensi guru

menerapkan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan model

pembelajaran TPS dengan media gambar seri.

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa

model pembelajaran TPS berbantukan gambar seri dapat meningkatkan

kualitas pembelajaran. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:

1. Keterampilan guru meningkat, ditunjukkan dari peningkatan keterampilan

dasar mengajar. Pada siklus I pertemuan 1 keterampilan guru mendapatkan

skor 22 yang termasuk dalam kategori baik dan pada siklus I pertemuan 2

keterampilan guru meningkat menjadi 24 yang termasuk dalam kategori


baik. Selanjutnya pada siklus II pertemuan 1 meningkat menjadi 27 yang

termasuk dalam kategori baik dan pada siklus II pertemuan 2 menjadi 33

yang termasuk dalam kategori sangat baik.

2. Aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran meningkat. Pada siklus I

pertemuan 1 aktivitas siswa memperoleh skor 14,52 yang termasuk dalam

kategori cukup, siklus I pertemuan 2 aktivitas siswa memperoleh skor

18,11 yang termasuk dalam kategori baik. Selanjutnya pada siklus II

pertemuan I aktivitas siswa meningkat menjadi 22,21 yang termasuk

dalam kategori baik dan pada siklus II pertemuan 2 memperoleh skor

27,58 yang termasuk dalam kategori sangat baik. Keterampilan menulis

deskripsi siswa kelas IV meningkat. Keterampilan menulis deskripsi

meliputi kesesuaian isi deskripsi dengan gambar yang disajikan secara

rinci, koherensi kalimat, pemilihan kata, penggunaan ejaan dan tanda baca

yang tepat, dan kerapian bentuk tulisan. Hal ini dapat terlihat dari

presentase ketuntasan klasikal siswa meningkat dari siklus I pertemuan 1

sebesar 52,63%, siklus I pertemuan 2 sebesar 63,16%, siklus II pertemuan

1 sebesar 73,68%, dan siklus II pertemuan 2 sebesar 84,21%.

B. Saran

Setelah dilakukan penelitian di kelas IV melalui model pembelajaran

TPS berbantukan gambar seri, untuk meningkatkan ketrampilan menulis

deskripsi dan berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti

memberikan saran sebagai berikut:


1. Pada saat kegiatan pembelajaran diperlukan persiapan dan perencanaan

yang matang. Perencanaan tersebut meliputi: 1) pemilihan materi yang

akan disampaikan; 2) lembar kerja apa saja yang akan diberikan; 3)

pendekatan dan metode apa yang digunakan; 4) media apa saja yang akan

digunakan; 5) instrumen pengamatan dan pembelajaran yang akan

digunakan.

2. Untuk menerapkan model pembelajaran TPS berbantukan gambar seri

perlu diadakan suatu pelatihan yang berulang-ulang bagi guru untuk dapat

mengajar dengan menerapkan prinsip-prinsip model pembelajaran.

Demikian halnya bagi siswa, perlu dilatihkan terlebih dahulu bagaimana

kegiatan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran TPS

berbantukan gambar seri, agar dapat diciptakan kondisi pembelajaran

sesuai dengan yang diharapkan.

3. Pada penelitian selanjutnya dapat diterapkan dengan menggunakan model

pembelajaran TPS berbantukan gambar seri dalam pembelajaran menulis

deskripsi karena dapat membantu siswa dapat memahami materi dan dapat

terampil dalam menulis deskripsi. Dengan cara membangkitkan imajinasi

siswa melalui gambar seri yang disajikan kemudian mendiskusikannya

secara berpasangan sehingga pembelajaran menjadi lebih kondusif dan

tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal.


DAFTAR PUSTAKA

Agus Suriamiharja, dkk. (1996). Petunjuk Praktis Menulis. Jakarta: Depdikbud.

Akhadiah, Sabarti. (1991). Membaca Sebagai Keterampilan Dasar. Jakarta:


Depdikbud.

Arief S. Sadiman dkk. (2006). Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan


dan Pemanfaatan. Jakarta: Pustekom Dikbud.

Arikunto, S. (2007). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT


Rineka Cipta

Azhar, Arsyad. (2009). Media Pembelajaran . Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Burhan Nurgiyantoro. (2001). Penilaian dalan Pengajaran Bahasa dan Sastra.


Yoggyakarta: BPFE.

Darnis. (2015). Peningkatan Kemampuan menulis karangan Deskripsi Dengan


pendekatan lingkungan Bagi Siswa. Jurnal pelangi, 8(1): 127-142.
Ermaneli. (2018). Peningkatan kemampuan menulis karangan Deskripsi Dengan
Menggunakan Peta Konsep Bagi Siswa Kelas VI SDN Lubuk Anau
Kecamatan Bayang. Jurnal penelitian Guru Indonesia, 3(1): 70-77.

Liang Gie, (1992), Administrasi Perkantoran Modern, Cetakan ke-4, Penerbit Nur
Cahya, Yogyakarta.

M. Atar Semi. (2007). Dasar-dasar keterampilan menulis. Bandung: Angkasa.

Marahimin, Ismail. (2004). Menulis secara Populer. Jakarta: PT.


Dunia Pustaka Jaya.

Muchlisoh. (1992). Keterampilan Berbahasa. Jakarta : Bumi Aksara

Sri Utami, dkk. (2016). Peningkatan kemampuan Menulis Karangan Deskripsi


Dengan Menggunakan media gambar Seri Kelas IV Sekolah Dasar. Jurnal
pendidikan dan pembelajaran khatulistiwa, 5(10): 1-12.

St.Y. Slamet. (2008). Dasar-Dasar Keterampilan Berbahasa Indonesia.


Surakarta: UNS Press.

Suparno dan Muhammad Yunus. (2008). Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta:


Universitas Terbuka.

Tarigan, Henry Guntur. (2008). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan


Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tim Penyusun Kamus Pusat (2008). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Dinas
Pendidikan Nasional.
Dokumentasi Penelitian

Anda mungkin juga menyukai