Anda di halaman 1dari 29

PROPOSAL SKRIPSI

PENERAPAN METODE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN


KETERAMPILAN MENULIS NARASI DALAM PEMBELAJARAN
BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V SDN KEMAKMURAN I

Disusun oleh:

INTAN PURNAMASARI
NIM. 05011451013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA CIREBON
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peranan seorang guru dalam proses belajar-mengajar harus mampu


mengembangkan perubahan tingkah laku pada siswa. Perubahan tingkah laku
tersebut merupakan tujuan dari pembelajaran. Menurut Bloom dan Krathwohl
dalam Pribadi, (2009 : 15) mengemukakan bahwa tiga domain atau ranah
yang dapat digunakan sebagai dasar untuk merumuskan tujuan pembelajaran
yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Oleh karena itu,
dalam mengajar pada bidang studi apapun guru harus berupaya
mengembangkan pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap anak didik
sebab ketiga aspek tersebut merupakan pembentuk kepribadian individu.
Sekolah Dasar (SD) adalah tempat pengalaman pertama yang
memberikan dasar pembentuk kepribadian individu. Sehubungan dengan
hal itu, guru perlu membekali siswanya dengan kepribadian, kemampuan,
dan keterampilan dasar yang cukup sebagai landasan untuk
mempersiapkan pengalamannya pada jenjang yang lebih tinggi.
Pendidikan di Indonesia menempatkan bahasa Indonesia sebagai
salah satu bidang studi yang diajarkan di sekolah. Pengajaran Bahasa
Indonesia haruslah berisi usaha-usaha yang dapat membawa serangkaian
keterampilan. Keterampilan tersebut erat hubungannya dengan proses-
proses yang mendasari pikiran. Semakin terampil seseorang berbahasa
semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Menurut Tarigan (2008)
keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yaitu: (1)
keterampilan menyimak; (2) keterampilan berbicara; (3) keterampilan
membaca; dan (4) keterampilan menulis, dan keempat keterampilan
tersebut saling berhubungan satu sama lain.
Dalam standar isi, pembelajaran bahasa dan sastra diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa
Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tertulis.
Standar kompetensi bahasa dan sastra Indonesia juga dijadikan sebagai
pengukur kemampuan minimal peserta didik yang mengambarkan
penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif
terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa
dan sastra Indonesia diarahkan agar siswa terampil berkomunikasi, baik
lisan maupun tulisan.
Salah satu bidang aktivitas dan materi pengajaran Bahasa Indonesia
di sekolah dasar yang memegang peranan penting ialah pengajaran
menulis. Menulis merupakan salah satu kompetensi bahasa yang ada dalam
setiap jenjang pendidikan, mulai tingkat prasekolah hingga perguruan
tinggi. Menulis adalah salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang
harus dikuasai dengan baik oleh siswa. Menurut Mulyati, (2008) menulis
adalah suatu proses berfikir dan menuangkan pemikiran itu dalam bentuk
wacana (karangan).
Menurut Widyamartaya, mengarang adalah keseluruhan rangkaian
kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya
melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami seperti yang
dimaksudkan pengarang (1990 : 9). Sehubungan dengan hal itu, mengarang
dapat diartikan keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang untuk
mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis
kepada pembaca untuk dipahami secara tepat seperti yang dimaksudkan
oleh penulis atau pengarang. Karangan memiliki klasifikasi dan jenis yang
beragam. Wacana narasi merupakan salah satu jenis wacana yang berisi
cerita. Hal ini berarti menulis cerita adalah salah satu jenis karangan.
Menulis cerita merupakan kompetensi menulis yang sudah ada dan
dimulai di jenjang sekolah dasar. Siswa dapat mengungkapkan perasaan,
ide, dan gagasannya kepada orang lain melalui kegiatan menulis cerita.
Kemampuan menulis cerita tidak secara otomatis dapat dikuasai oleh
siswa, melainkan harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur
sehingga siswa akan lebih mudah berekspresi dalam kegiatan menulis.
Sehubungan dengan itu, kemampuan menulis harus ditingkatkan sejak
kecil atau mulai dari pendidikan sekolah dasar. Apabila kemampuan
menulis tidak ditingkatkan, maka kemampuan siswa untuk
mengungkapkan pikiran atau gagasan melalui bentuk tulisan akan semakin
berkurang atau tidak berkembang.
Berdasarkan pengalaman lapangan peneliti melihat bahwa
kemampuan menulis siswa kelas SDN 1 Kemakmuran 1 pada tahun
pelajaran 2018/2019 masih rendah. Dari hasil observasi yang dilakukan
menunjukkan bahwa dalam pembelajaran menulis cerita masih banyak
siswa yang mendapat nilai di bawah KKM. Hal ini dikarenakan siswa
tidak runtut atau melompat-lompat dalam menulis cerita, ide utamanya
masih belum terlihat dan urutan tidak logis. Kenyataan ini menunjukkan
bahwa guru kurang membimbing siswa dengan baik dalam hal menulis
cerita serta siswa mengalami kesulitan mengembangkan gagasannya untuk
menulis cerita sehingga guru perlu berupaya dalam mengembangkan
pembelajaran yang inovatif dengan maksud agar tujuan pembelajaran
dapat tercapai khususnya dalam pembelajaran menulis cerita.
Agar keterampilan menulis dapat dicapai guru harus menyiapkan
komponen pembelajaran yang meliputi tujuan, bahan, media, sarana metode,
strategi, evaluasi pembelajaran dll. Dari komponen – komponen pembelajaran
yang ada, metode pembelajaran merupakan komponen penting. Menurut T.
Raka Joni dalam Soli Abimanyu (2008: 2-5) metode adalah cara kerja yang
bersifat relatif umum yang sesuai untuk mencapai tujuan tertentu. Metode
merupakan cara pelaksanaan kegiatan dalam mencapai tujuan yaitu tujuan
pembelajaran.
Melihat fakta di lapangan, selain faktor-faktor internal yang
mempengaruhi kekurangan para siswa SDN Kemakmuran I dalam hal
menulis, penulis melihat bahwa metode yang digunakan terhadap
keterampilan menulis juga mempengaruhi. Melihat kurangnya penggunaan
metode secara tepat membuat para siswa sulit untuk menyusun sebuah
tulisan. Oleh karena itu, setelah menimbang-nimbang, penulis berpikiran
untuk melakukan tindakan dengan menggunakan metode Mind Mapping
sebagai upaya meningkatkan kemampuan menulis siswa.
Metode Mind map atau peta pikiran adalah sebuah diagram yang
digunakan untuk mempresentasikan kata-kata, ide-ide (pikiran), tugas-tugas
atau hal-hal lain yang dihubungkan dari ide pokok otak. Peta pikiran juga
digunakan untuk menggeneralisasikan, memvisualisasikan serta
mengklasifikasikan ide-ide dan sebagai bantuan dalam belajar, berorganisasi,
pemecahan masalah, pengambilan keputusan serta dalam menulis. Menurut
Edward (2009: 64) adalah cara paling efektif dan efisien untuk memasukkan,
menyimpan dan mengeluarkan data dari atau ke otak. Peta pikiran (Mind
mapping) merupakan salah satu cara mencatat materi pelajaran yang
memudahkan siswa untuk belajar.
Dari kedua metode tersebut penulis mencoba merangsang daya
imajinasi siswa melalui gambar gambar yang tersusun dari metode picture
and picture kemudian dilanjutkan dengan membuat sebuah mind map atau
peta pikiran untuk langkah membuat sebuah karangan.
Berdasar latar belakang tersebut di atas, peneliti merasa perlu
mengadakan penelitian tindakan kelas tentang Peningkatan Kemampuan
Menulis Narasi dengan Metode picture picture dan Mind Mapping pada
Siswa Kelas V SD Negeri 1 kemakmuran pada Tahun Pelajaran 2018/2019.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarakan uraian tersebut di atas, peneliti meminta bantuan teman


sejawat untuk membantu mengidentifikasi masalah dalam proses
pembelajaran. Dari hasil diskusi terungkap beberapa masalah sebagai berikut,
1. Kurangnya bimbingan guru terhadap siswa tentang keterampilan menulis.
2. Siswa kurang menguasai materi pembelajaran
3. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran
4. Hasil dari pembelajaran menulis yang diperoleh masih sangat rendah.
5. Kurangnya media yang mempermudah anak untuk menemukan gagasan
atau pokok pikiran tentang hal apa yang akan dituangkan dalam tulisan.
6. Kurangnya guru dalam meningkatkan metode pembelajaran untuk
merangsang anak didik.

C. Rumusan Masalah

Agar penelitian memiliki arah yang jelas, maka diperlukan suatu


rumusan masalah yang dijadikan penuntun terhadap pelaksanaan penelitia.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas rumusan masalahnya adalah :
a. Apakah metode Mind Mapping dapat meningkatkan keterampilan guru
dalam mengelola pembelajaran menulis narasi di SDN Kemakmuran 2
Cirebon?
b. Apakah metode Mind Mapping dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam
pembelajaran menulis karangan narasi pada siswa kelas V SDN
Kemakmuran 2 Cirebon?

c. Apakah metode Mind Mapping dapat meningkatkan keterampilan menulis


karangan narasi dari segi penggunaan tanda baca, kesesuaian cerita dengan
tema, dan ejaan siswa kelas V di SDN Kemakmuran 1 Cirebon?

D. Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini terdapat tujuan secara umum dan
juga tujuan secara khusus. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk
meningkatkan keterampilan menulis siswa kelas V SDN Kemakmuran 1
Cirebon.
Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah :

a. Meningkatkan keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran menulis


narasi dengan menggunakan metode Mind Mapping di SDN Kemakmuran
2 Cirebon
b. Meningkatkan aktivitas siswa kelas V SDN Kemakmuran 01 Cirebon
dalam pembelajaran bahasa Indonesia aspek menulis karangan narasi
dengan menggunakan metode Mind Mapping
c. Meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi dari segi penggunaan
tanda baca, kesesuaian isi dengan tema dan ejaan siswa kelas V SDN
Kemakmuran 01 Cirebon dengan menggunakan metide Mind Mapping.

E. Manfaat Penelitian
a. Teoritis
Manfaat secara teoritis yang dapat diambil dari hasil penelitian ini
adalah dapat memperkaya khasanah pengembangan keilmuan khususnya
dalam hal pembelajaran bahasa Indonesia, serta dapat dijadikan bahan
referensi dan rujukan bagi penulisan yang akan datang.
b. Praktis
a) Bagi Guru
Memberikan wawasan bagi guru tentang metode Mind Mapping
dalam pembelajaran sehingga diharapkan dapat meningkatkan
profesionalisme guru dalam mengajar khususnya dalam pembelajaran
menulis cerita mata pelajaran Bahasa Indonesia
b) Bagi Siswa
Meningkatkan kemampuan menulis cerita pada pelajaran
Bahasa Indonesia.
c) Bagi Sekolah
Memberikan tambahan referensi metode pembelajaran yang
dapat dilakukan dalam kegiatan pembelajaran di Sekolah Dasar yaitu
metode Mind Mapping.

F. Kerangka Teoritis
1. Bahasa

Bahasa adalah suatu sistem tanda arbitrer yang konvensional.


Berkaitan dengan ciri sistem, bahasa bersifat sistematik dan sistemik
dengan mengikuti ketentuan-ketentuan dan kaidah yang teratur (Suparno,
2002:1). Sedangkan menurut Keraf (2004 : 1) bahasa adalah alat
komunikasi antara anggota berupa symbol bunyi yang dihasilkan oleh alat
manusia . bahasa merupakan suatu sistem komunikai yang
mempergunakan simbol-simbol vocal yang bersifat arbitrer (tidak ada
suatu keharusan bahwa suatu rangkaian bunyyi tertentu harus mengandung
arti yang tertentu pula), yang dapat diperkuat dengan gerak-gerik tubuh
yang nyata. Bahasa mencakup dua bidang, yaitu bunyi vocal dan arti atau
makna. Bunyi merupakan getaran yang merangsang alat pendengaran,
sedangkan arti adalah isi yang terkandung di dalam arus bunyi yang
menyebabkan reaksi atau tanggapan orang lain. Sederhananya bahasa
merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk maksud tertentu dalam
hal komunikasi sesuai dengan apa yang di maksud oleh si pengguna
bahasa. Seperti dalam suatu kajian bahasa pada literature khazanah
keilmuan tata Bahasa Arab dikatakan innal-kalaama lafi fuaadi wa
innama ju’ila al-lisanuuu alaihi dalilu, bahwasanya suatu kalam sejatinya
terdapat pada fuad atau benak atau hati, hanya saja dijadikannya verbalitas
lisan sebatas dalil atau tanda.

Sebagai alat komunikasi, bahasa memiliki beberapa fungsi penting.


Menurut Santosa (2008:15-16) bahasa memiliki fungsi sebagai berikut :

a. Fungsi informasi, yaitu untuk menyampaikan informasi timbal-balik


anta anggota keluarga ataupun anggota-anggota masyarakat.
b. Fungsi ekspresi diri, yaitu menyalurkan perasaan, sikap, gagasan,
emosi atau tekanan-tekanan persaan pembicara.
c. Fungsi adaptasi dan integrasi, yaitu untuk menyesuaikan dan
membaurkan diri dengan anggota masyarakat.
d. Fungsi kontrol sosial, yaitu bahasa berfungsi untuk mempengaruhi
sikap dan pendapat orang lain.

Jika kita kaitkan ke dalam konsep pembelajaran, maka ada


beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan bahasa sebagai
alat tadi agar tidak terlepas dari tujuan dan hakikatnya. Dalam sebuah
bukunya ______ mengatakan ada beberapa keterampilan dalam berbahasa
vyakni, keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, dan keterampilan
menulis.

Proses menyimak merupakan proses interaktif yangmengubah


bahasa lisan menjadi makna dalam pikiran. Menyimak tidak sekedar
mendengarkan, tetapi juga memerlukan kegiatan berpikir atau menangkap
makna dari apa yang didengar (Mulyati, dkk. 2008 :110-113) menyimak
pada hakikatnya adalah mendengarkan dan memahami. Oleh karena itu,
dapat disimpulkan bahwa tujuan menyimak adalah menangkap,
memahami, atau menghayati pesan, ide, gagasan yang tersirat dalam
bahasa. (Tarigan, 1991:5) seperti yang diternagkan sebelumnya bahwa
bahada memiliki dua unsur yakni pertama unsur simbolik dan kedua unsuk
makna, menurut hemat penulis makna merupakan inti dari terciptanya
bahasa karenanya keterampilan menyimak ini sangat penting dipelajari.
(Soeherman Ahmad : 2019) :D

Kemudian keterampilan selanjutnya yakni keterampilan membaca,


keterampilan membaca adalah keterampilan reseptif bahasa tulis. Dengan
demikian pemahaman merupakan factor yang penting dalam membaca.
Proses membaca terdiri dari beberapa aspek, yaitu : (1) aspek sensori,
merupakan kemampuan untuk memahami simbol-simbol tertulis; (2) aspek
preseptual, merupakan kemampupan untuk menginterprtasikan apa yang
dilihat sebagai simbol; (3) aspek skemata, merupakan kemampuan
menghubungkan informasi tertulis dengan struktur pengetahuan yang telah
ada; (4) aspek berfikir, marupakan aspek yang berkenaan dengan minat
pembaca yang berpengaruh pada kegiatan membaca.

Menulis berarti menyampaikan pikiran, perasaan, atau


pertimbangan melalui tulisan. Alatnya adalah bahasa yang terdiri atas kata,
frasa, klausa, kalimat, paragraf, dan wacana. Pikiran yang disampaikan
kepada orang lain harus dinyatakan dengan kata yang mendukung makna
secara tepat dan sesuai dengan apa yang ingin dinyatakan. Kata-kata itu
harus disusun secara teratur dalam klausa dan kalimat agar orang dapat
menangkap apa yang inngin disampaikan itu. Makin teratur bahasa yang
digunakan, makin mudah orang mnangkap pikiran yang disalurkan melalui
bahasa itu.

2. Menulis

Kamus Lengkap Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa kata


menulis berasal dari kata tulis. Tulis adalah ada huruf (angka dan
sebagainya) yang dibuat (digurat dan sebagainya) dengan pena (pensil, cat,
dan sebagainya). Menulis adalah membuat huruf, angka , dan sebagainya
dengan pena, pensil, cat, dan sebagainya melahirkan pikiran atau perasaan
seperti mengarang, membuat surat, dan sebagainya dengan tu-lisan.
Selanjutnya menulis adalah menuangkan gagasan, pendapat, perasaan,
keingi-nan, dan kemauan, serta informasi ke dalam tulisan dan kemudian
“mengirimkannya” kepada orang lain (Syafi’ie,1998:45).

Menurut Akhadiah dkk (1998:1.3) menulis adalah suatu aktivitas


bahasa yang menggunakan tulisan sebagai mediumnya. Tulisan itu sendiri
atas rangkaian huruf yang bermakna dengan segala kelengkapan lambang
tulisan seperti ejaan dan pung-tuasi. Sebagai salah satu bentuk komunikasi
verbal (bahasa), menulis juga dapat dide-finisikan sebagai suatu kegiatan
penyampaian pesan dengan menggunakan tulisan sebagai mediumnya.
Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan.
Adapun tulisan merupakan sebuah sistem komunikasi antarmanusia yang
menggunakan simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan
disepakati pemakainya. Di dalam komunikasi tertulis terdapat empat unsur
yang terlibat. Keempat unsur itu adalah (1) penulis sebagai penyampai
pesan, (2) pesan atu isi tulisan, (3) saluran atau medium tulisan, dan (4)
pembaca sebagai penerima pesan.

Akip Effeny dalam kompasiana.com menuliskan tentang hakikat


menulis, menurut beliau Menulis pada hakikatnya adalah suatu proses
berpikir yang teratur, sehingga apa yang ditulis mudah dipahami pembaca.
Sebuah tulisan dikatakan baik apabila memiliki ciri-ciri, antara lain
bermakna, jelas, bulat dan utuh, ekonomis, dan meme-nuhi kaidah
gramatika. Kemampuan menulis adalah kemampuan seseorang untuk
menuangkan buah pikiran, ide, gagasan, dengan mempergunakan
rangkaian bahasa tulis yang baik dan benar. Kemampuan menulis
seseorang akan menjadi baik apabila dia juga memiliki: (a) kemampuan
untuk menemukan masalah yang akan ditulis, (b) kepekaan terhadap
kondisi pembaca, (c) kemampuan menyusun perencanaan penelitian, (d)
kemampuan menggunakan bahasa indonesia, (e) kemampuan memuali
menulis, dan (f) kemam-puan memeriksa karangan sendiri. Kemampuan
tersebut akan berkembang apabila ditunjang dengan kegaiatan membaca
dan kekayaan kosakata yang dimilikinya.
Menulis adalah suatu kegiatan penyampaian pesan dengan
menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya (Suparno dan
Yunus, 2010:13). Menurut Santosa (2005 : 611) menulis merupakan
kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan sebuah tulisan.
Sedangkan menurut Tarigan (2008:22) menulis ialah menurunkan atau
melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa
yang dipahami.
3. Jenis-Jenis Karangan
Suatu karangan mengandung dua hal, yaitu isi dan penyajian. Cara
penyajian dan jenis karangan dipengaruhi oleh tujuan penulisan, dan jenis
karangab akan mempengaruhi isi tulisan. Menurut Pratiwi (2008 : 640-
648) ada beberapa jenis-jenis karangan, yaitu deskripsi, narasi, eksposisi,
argumentasi, dan Persuasi.
Dari beberapa jenis karangan tersebut penulis menentukan kajian
yang akan penulis kaji dalam penelitian ini adalah tentang jenis karangan
narasi, melihat dengan jenisnya yang sederhana dan cocok apabila
diterapkan kepada siswa kelas 5 dibanding dengan jenis karangan lainnya.
4. Menulis Narasi
Menurut Semi (2007:53) narasi adalah tulisan yang tujuannya
menceritakan kronologis peristiwa kehidupa manusia. Berdasarkan
rumusan tersebut, ciri-ciri tulisan narasi adalah sebagai berikut.
a. Tulisan berisi cerita tentang kehidupan manusia
b. Peristiwa kehidupan manusia yang diceritakan boleh merupaan
nilai keindahan, baik isinya maupun penyajiannya
c. Cerita itu memiliki nilai keindahan, baik isinya maupun
penyajiannya
d. Terdapat konflik dalam peristiwa, yaitu pertentangan kepentingan,
kemelut, atau kesenjangan antara harapan dan kenyataan.

Karangan narasi adalah ragam wacana yang menceritakan proses


kejadian suatu peristiwa. Sasarannya adalah memberikan gambaran yang
sejelas-jelasnya kepada pembaca mengenai fase, langkah, urutan, atau
rangkaian terjadinya sesuatu hal. Bentuk karangan ini dapat kita temukan
misalnya pada karya prosa atau drama, biografi atau autobiografi, laporan
peristiwa, serta resep atau cara membuat dan melakukan suatu hal
(Suparno dan Yunus, 2010:111)

Menurut Kreaf (2010:136-138) karangan narasi dibedakan menjadi


dua, yaitu narasi eksposisi dan narasi sugestif

5. Definisi Mind Mapping

Barbara Prashing mengemukakan Mind Mapping dipopulerkan


oleh Tony Buzan pada tahun 1970-an, aslinya diciptakan oleh Gelb.
Michael Gelb dalam Buzan menjelaskan (2007:179-181):
“Mind Mapping dapat diartikan sistem revolusioner dalam perencanaan
dan pembuatan catatan yang telah mengubah hidup jutaan orang di seluruh
dunia. Pembuatan Mind Mapping didasarkan pada cara kerja alamiah otak dan
mampu menyalakan percikanpercikan kreatifitas dalam otak karena melibatkan
kedua belahan otak kita.”

Menurut Porter & Hernacki (2008:152-159) :


“Mind Mapping juga dapat disebut dengan peta pemikiran. Mind
Mapping juga merupakan metode mencatat secara menyeluruh dalam satu
halaman. Mind Mapping menggunakan pengingatpengingat visual dan
sensorik dalam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan. Peta pikiran atau
Mind Mapping pada dasarnya menggunakan citra visual dan prasarana
grafis lainnya untuk membentuk kesan pada otak.”

Metode Mind Mapping adalah metode baru untuk mencatat yang


bekerjanya disesuaikan dengan bekerjanya dua belah otak (otak kiri dan otak
kanan). Metode ini mengajarkan untuk mencatat tidak hanya menggunakan
gambar atau warna. Tony Buzan mengemukakan “your brain is like a sleeping
giant, hal itu disebabkan 99% kehebatan otak manusia belum dimanfaatkan
secara optimal.”
Mind Mapping adalah cara mencatat yang kreatif, efektif dan
secara harfiah akan memetakan pikiran-pikiran Mind Mapping juga
merupakan peta rute yang memudahkan ingatan dan memungkinkan untuk
menyusun fakta dan pikiran, dengan demikian cara kerja alami otak
dilibatkan sejak awal. Ini berarti mengingat informasi akan lebih mudah
dan lebih bisa diandalkan daripada menggunakan teknik mencatat
tradisional. Selain itu Mind Mapping adalah sistem penyimpanan,
penarikan data dan akses yang luar biasa untuk perpustakaan raksasa
dalam otak manusia yang menakjubkan.
Mind Mapping bertujuan membuat materi pelajaran terpola secara
visual dan grafis yang akhirnya dapat membantu merekam, memperkuat,
dan mengingat kembali informasi yang telah dipelajari. Mind Mapping
adalah satu teknik mencatat yang mengembangkan gaya belajar visual.
Mind Mapping memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang
terdapat di dalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua
belahan otak maka akan memudahkan seseorang untuk mengatur dan
mengingat segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun secara
verbal. Adanya kombinasi warna, simbol, bentuk dan
sebagainyamemudahkan otak dalam menyerap informasi yang diterima.
Mind Mapping yang dibuat oleh siswa dapat bervariasi pada setiap
materi. Hal ini disebabkan karena berbedanya emosi dan perasaan yang
terdapat dalam diri siswa setiap saat. Suasana menyenangkan
yangdiperoleh siswa ketika berada di ruang kelas pada saat proses belajar
akan mempengaruhi penciptaan peta pikiran. Dengan demikian, guru
diharapkan dapat menciptakan suasana yang dapat mendukung kondisi
belajar siswa terutama dalam proses pembuatan Mind Mapping. Proses
belajar yang dialami seseorang sangat bergantung kepada lingkungan
tempat belajar. Jika lingkungan belajar dapat memberikan sugesti
positif,maka akan baik dampaknya bagi proses dan hasil belajar,
sebaliknya jika lingkungan tersebut memberikan sugesti negatif maka akan
buruk dampaknya bagi proses dan hasil belajar.

6. Kegunaan Mind Mapping

Menurut Michael Michalko dalam Buzan (2009:6), metode Mind


Mapping dapat dimanfaatkan atau berguna untuk berbagai bidang
termasuk bidang pendidikan. Kegunaan metode Mind Mapping dalam
bidang pendidikan, khususnya pada Sekolah Menengah Pertama kelas VIII
antara lain:
a. Memberi pandangan menyeluruh pokok masalah.
b. Memungkinkan kita merencanakan rute atau kerangka pemikiran
suatu karangan.
c. Mengumpulkan sejumlah besar data disuatu tempat.
d. Mendorong pemecahan masalah dengan kreatif.

Selain itu menurut Buzan (2009:54-130) metode Mind Mapping dapat


bermanfaat untuk :
a. Merangsang bekerjanya otak kiri dan kanan secara sinergis.
b. Membebaskan diri dari seluruh jeratan aturan ketika mengawali
belajar.
c. Membantu seseorang mengalirkan diri tanpa hambatan.
d. Membuat rencana atau kerangka cerita.
e. Mengembangkan sebuah ide.
f. Membuat perencanaan sasaran pribadi.
g. Memulai usaha baru.
h. Meringkas isi sebuah buku.
i. Fleksibel.
j. Dapat memusatkan perhatian.
k. Meningkatkan pemahaman.
l. Menyenangkan dan mudah diingat.

7. Cara Membuat Mind Mapping

Buzan (2009:14), sarana dan prasarana untuk membuat Mind


Mapping adalah :
a. Kertas kosong tak bergaris.
b. Pena dan pensil warna.
c. Otak.
d. Imajinasi
Buzan (2009:15-16), membuat Mind Mapping membutuhkan
imajinasi atau pemikiran, adapun cara pembuatan Mind Mapping adalah:
a. Mulailah dari tengah kertas kosong.
b. Gunakan gambar (simbol) untuk ide utama.
c. Gunakan berbagai warna.
d. Hubungan cabang-cabang utama ke gambar pusat.
e. Buatlah garis hubung yang melengkung.
f. Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis.
g. Gunakan gambar.

Dalam membuat Mind Mapping juga diperlukan keberanian


dan kreativitas yang tinggi. Variasi dengan huruf capital, warna, garis
bawah atau simbol-simbol yang menggambarkan poin atau gagasan
utama. Menghidupkan Mind Mapping yang telah dibuat akan lebih
mengesankan.

Menurut Mahmudin (2009), proses pembuatan sebuah Mind

Mapping (MM) secara step by step dapat dibagi menjadi empat

langkah yang harus dilakukan secara berurutan yaitu :


a. Menentukan Central Topic yang akan dibuatkan mind mapping,

untuk buku pelajaran Central Topik biasanya adalah Judul buku

atau Judul bab yang akan dipelajari dan harus diletakkan ditengah

kertas serta usahakan berbentuk image/gambar.

b. Membuat Basic Ordering Ideas – BOIs untuk Central Topik yang

telah dipilih, BOIs biasanya adalah judul Bab atau Sub-Bab dari

buku yang akan dipelajari atau bisa juga dengan menggunakan

5WH (What, Why, Where, When, Who dan How).

c. Melengkapi setiap BOIs dengan cabang-cabang yang berisi data-

data pendukung yang terkait. Langkah ini merupakan langkah yang

sangat penting karena pada saat inilah seluruh data-data harus

ditempatkan dalam setiap cabang BOIs secara asosiatif dan

menggunakan struktur radian yang menjadi ciri yang paling khas

dari suatu mind mapping.

d. Melengkapi setiap cabang dengan Image baik berupa gambar,

simbol, kode, daftar, grafik dan garis penghubung bila ada BOIs

yang saling terkait satu dengan lainnya. Tujuan dari langkah ini

adalah untuk membuat sebuah Mind Mapping menjadi lebih

menarik sehingga lebih mudah untuk dimengerti dan diingat.

Tony Buzan telah menyusun sejumlah aturan yang harus diikuti


agar Mind Mapping yang dibuat dapat memberikan manfaat yang
optimal. Berikut adalah ringkasan dari Law of MM:

a. Kertas: polos dengan ukuran minimal A4 dan paling baik adalah


ukuran A3 dengan orientasi horizontal (Landscape). Central Topic
diletakkan ditengah-tengah kertas dan sedapat mungkin berupa
Image dengan minimal 3 warna.
b. Garis: lebih tebal selanjutnya semakin jauh dari pusat garis akan
semakin tipis. Garis harus melengkung (tidak boleh garis lurus)
dengan panjang yang sama dengan panjang kata atau image yang
ada di atasnya. Seluruh garis harus tersambung ke pusat.
c. Kata: menggunakan kata kunci saja dan hanya satu kata untuk satu
garis. Harus selalu menggunakan huruf cetak supaya lebi jelas
dengan besar huruf yang semakin mengecil untuk cabang yang
semakin jauh dari pusat.
d. Image: gunakan sebanyak mungkin gambar, kode, simbol, grafik,
table dan ritme karena lebih menarik serta mudah untuk diingat dan
dipahami. Kalau memungkinkan gunakan Image yang 3 Dimensi
agar lebih menarik lagi.
e. Warna: gunakan minimal 3 warna dan lebih baik 5 – 6 warna
Warna berbeda untuk setiap garis dan warna cabang harus
mengikuti warna garis.
f. Struktur: menggunakan struktur radian dengan sentral topic
terletak di tengah-tengah kertas dan selanjutnya cabangcabangnya
menyebar ke segala arah. garis umumnya terdiri dari – 7 buah
yang disusun sesuai dengan arah jarum jam dimulai dari arah jam
Gambar 1.1
Contoh Mind Mapping

8. Indikator Mind Mapping

G. Kajian Empiris

1. Dhida Dwi Kurniawati, Pengaruh Metode Mind Mapping Dan


Keaktifan Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan
Sosial Pada Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama
Muhammadiyah 5 Surakarta Tahun Pelajaran 2009 / 2010

Penelitian yang dilakukan oleh Dhida Dwi Kurniawati dengan


menggunakan metode Mind Mapping yang meneliti tentang pengaruh
penggunaan metode tersebut terhadap prestasi belajar dan keaktifan
belajar siwa diperoleh kesimpulan bahwa metode Mind Mapping
memiliki pengaruh terhadap keaktifan belajar, adapun rinciannya
sebagai berikut
Hasil penelitian pengaruh metode Mind Mapping dan
keaktifan belajar IPS terhadap prestasi belajar IPS pada siswa kelas
VIII SMP Muhammadiyah 5 Surakarta menghasilkan temuan sebagai
berikut : Hasil uji regresi membentuk suatu persamaan garis regresi
linier Y = 34,405 + 0,407X1 + 0,654X2. Nilai F-hitung dari hasil
analisis data sebesar 54,355 dan taraf signifikan 0,05 diperoleh F-
hitung sebesar 3,20 diketahui bahwa F-hitung lebih besar dari F-tabel
(54,355 > 3,20), maka dapat diketahui bahwa secara bersama-sama
metode Mind Mapping (X1) dan keaktifan belajar IPS (X2)
berpengaruh terhadap prestasi belajar IPS (Y) pada siswa kelas VIII
SMP Muhammadiyah 5 Surakarta. Secara individu metode Mind
Mapping (X1) berpengaruh terhadap prestasi belajar IPS (Y), karena
nilai thitung = 3,642 > ttabel = 2,01 (3,642 > 2,01) sedangkan
keaktifan belajar IPS menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap
prestasi belajar IPS, yaitu ditunjukkan bahwa nilai thitung = 7,544 >
ttabel = 2,01 (7,544 > 2,01). Pengujian koefisien determinasi
diperoleh nilai R2 sebesar 0,698, yang artinya bahwa metode Mind
Mapping (X1) dan keaktifan belajar IPS (X2) berpengaruh terhadap
prestasi belajar IPS pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 5
Surakarta (Y) sebesar 69,8% sedangkan sisanya sebesar 30,2% dapat
dijelaskan oleh variabel lain diluar model.
2. Ahliyah Anis Yoga Utama, dkk. Pengaruh Metode Mind Mapping
Terhadap Kemampuan Menulis Deskripsi Ditinjau Dari Motivasi
Belajar Pada Siswa Sekolah Dasar.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui perbedaan


kemampuan menulis deskripsi antara kelompok peserta didik yang
diajar dengan metode Mind Mapping dengan kelompok peserta didik
yang diajar dengan metode Langsung, (2) mengetahui perbedaan
kemampuan menulis deskripsi antara kelompok peserta didik yang
memiliki motivasi belajar tinggi dengan kelompok peserta didik yang
memiliki motivasi belajar rendah, (3) mengetahui interaksi metode
pembelajaran dan motivasi belajar terhadap kemampuan menulis
deskripsi peserta didik. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
Quasi Experimental dengan desain faktorial 2x2. Populasi penelitian
ini adalah seluruh peserta didik kelas IV SD Se-Kecamatan Colomadu
Karanganyar tahun ajaran 2016/2017. Pengambilan sampel dilakukan
dengan teknik cluster random sampling. Sampel yang terpilih adalah
SD Negeri 3 Malangjiwan dan SD Negeri 1 Tohudan. Teknik
pengumpulan data kemampuan menulis deskripsi dilakukan dengan
teknik tes dan motivasi belajar dilakukan dengan teknik nontes dalam
bentuk angket. Teknik analisis data yang digunakan yaitu Analisi
Varians Dua Jalur (Two Ways Anava) dengan taraf signifikasi 0,05.
Berdasarkan analisi 5 data dapat disimpulkan bahwa (1) terdapat
perbedaan kemampuan menulis deskripsi antara peserta didik yang
diajar dengan metode Mind Mapping dan peserta didik yang diajar
dengan metode Langsung dengan nilai FA = 26, 31 > 4,01 = F0,05;1;59,
(2) terdapat perbedaan kemampuan menulis deskripsi antara peserta
didik yang memiliki motivasi belajar tinggi dan peserta didik yang
memiliki motivasi belajar rendah dengan nilai FB = 17,16 > 4,01 =
F0,05;1;59, (3) tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan
motivasi belajar terhadap kemampuan menulis deskripsi dengan nilai
FAB = 2,28 < 4,01 = F0,05;1;59.

3. Eny Sulistiyaningsih, Peningkatan Kemampuan Menulis Narasi Dengan


Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) Pada Siswa Kelas V Sd Negeri
Karangasem III Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011

Tujuan penelitian ini adalah: Untuk meningkatkan kemampuan


menulis narasi pada siswa kelas V SD Negeri Karangasem III
Surakarta dengan metode peta pikiran (mind mapping).
Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian ini
adalah kemampuan menulis narasi, sedangkan variabel tindakan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode peta pikiran (mind
mapping). Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas
berlangsung 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subyek
penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri Karangasem III Surakarta
yang berjumlah 25 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah observasi, dokumentasi, dan tes. Validitas data yang digunakan
adalah triangulasi data dan triangulasi metode. Teknik analisis data
yang digunakan adalah model analisis interaktif yang mempunyai tiga
buah komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan
kesimpulan atau verifikasi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan yang pertama
bahwa ada peningkatan kualitas proses pembelajaran menulis narasi
setelah diadakan tindakan kelas dengan Metode Peta Pikiran (Mind
Mapping). Hal itu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-
rata kegiatan guru pada siklus I nilainya 2,56 dengan kriteria baik dan
meningkat pada siklus II nilainya menjadi 3,67 dengan kriteria sangat
baik. Nilai rata-rata kegiatan siswa pada siklus I nilainya 2,67 dengan
kriteria baik dan meningkat pada siklus II nilainya menjadi 3,75
dengan kriteria sangat baik. Kedua ada peningkatan kemampuan
menulis narasi setelah diadakan tindakan kelas dengan Metode Peta
Pikiran (Mind Mapping). Hal itu dapat ditunjukkan dengan
meningkatnya kemampuan menulis narasi siswa sebelum dan sesudah
tindakan. Pada siklus I ada peningkatan kemampuan menulis narasi
dari rata-rata 61,2 menjadi 65,8 dengan ketuntasan klasikal 68% dan
pada siklus II ada peningkatan kemampuan menulis narasi dari rata-
rata 65,8 menjadi 73,4 dengan ketuntasan kalsikal 84%. Dengan
demikian, dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dapat
digunakan untuk meningkatkan kemampuan menulis narasi siswa
kelas V SD Negeri Karangasem III Surakarta Tahun Pelajaran
2010/2011.
Dari penelitian yang dilakukan oleh ..... diperoleh hasil bahwa
metode Mind Mapping memiliki pengaruh positif terhadap
keterampilan siswa SMP .... kemudian dari kajian tersebut penulis
memiliki insiatif untuk menerapkan metode Mind Mapping untuk
meningkatkan keterampilan menulis namun pada penelitian ini penulis
menentukan objeknya adalah siswa SD kelas IV di SDN Kemakmuran
dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas dengan
mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh .... yang memiliki
kesamaan yakni objek kajiannya terhadap siswa sekolah dasar.
Adapun dalam penelitian ini penulis memilih objek pada siswa kelas 4
karena menurut penulis siswa kelas 4 memiliki dasar.... Dengan
demikian dapat menjadi dasar untuk menguatkan penelitian ini, yang
berjudul Penerapan Metode (Mind Mapping) untuk Meningkatkan
Keterampilan Menulis Karangan Narasi pada Siswa Kelas IVA SDN
Wonosari 2 Semarang.
H. Kerangka Berpikir
Berdasarkan hasil observasi, nilai mata pelajaran bahasa
indonesia pada siswa kelas IV SDN Kemakmuran 2 Cirebon materi
keterampilan menulis narasi masih di bawah KKM. Yang terjadi
adalah dari 37 siswa terdapat 25 siswa (67,6%) yang mengalami
kesulitan dalam pembelajaran kesulitan dalam pembelajaran bahasa
indonesia terutama materi menulis karangan narasi. Maka dengan
melihat data hasil belajar dan pelaksanaan mata pelajaran tersebut,
serta bahasa indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang diujikan
dalam ujian nasional perlu sekali proses pembelajaran untuk
ditingkatkan kualitasnya, agar siswa teampil dalam menulis karangan
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa indonesia.
Selain dari pada itu, penulis menyadari bahwa menulis
merupakan salah satu keterampilan bahasa yang sangat penting, sebab
literatur adalah satu-satunya cara untuk mengabadikan apa yang
menjadi buah pikiran. Dari kerangka berpikir tersebut, maka penulis
berpikir pentingnya penekanan atau pembiasaan menulis sejak dini,
mengapa demikian? Seperti yang telah dipaparkan sebbelumnya,
seberapapun berkualitasnya pemikiran, atau gagasan jika dituangkan
dalam tulisan yang dalam tanda kutip kurang terstruktur, maka akan
sia-sia. Oleh karena itu penulis mencoba membangun kebiasaan
tersebut dengan meningkatkan kualitas guru serta keaktifan siswa
dengan menggunakan metode mind mapping.
Dari hal tersebut alternatif yang dipilih adalah dengan
penerapan metode mind mapping. Minf mapping adalah termudah
menempatkan informasi kedalam otak dan mengambil informasi
keluar dari otak. Mind Mapping adalah cara mencatat yang kreatif,
efektif, dan secara harfiah akan memetakan pikiran kita. (Buzan,
2012:4)
Simbol dan gambar seringkali lebih berdaya untuk
mengungkapkan pikiran maupun menginagat suatu hal. Karena
menurutnya otak memiliki kemampuan alami untuk pengenalan
visual, bahkan sebenarnya pengenalan yang sempurna. Oleh karena
itu, simbol-simbol dan ilustrasi-ilustrasi dapat ditambahkan pada Mind
Mapping yang dibuat untuk menambatkan ingatan yang lebih baik
dibuat dengan mengkombinasikan beberapa warna sehingga terkesan
berwarna-warni dan tidak monoton.
I. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis tindakan dalam


penelitian ini adalah dengan menggunakan metode Mind Mapping,
keterampilan guru, aktivitas siswa, dan keterampilan menulis karangan
narasi siswa kelas IVA SDN Wonosari 02 Semarang meningkat.

J. Metode Penelitian
Rancangan yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan pencermatan dalam
bentuk tindakan terhadap kegiatan belajar yang sengaja dimunculkan dan
terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan (Suyadi, 2011:18).
Pelaksanaan PTK ini melalui 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi.

Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan secara kolaboratif antara guru


dengan kolaborator sebagai upaya bersama untuk mewujudkan perbaikan yang
diinginkan. Ada pun empat tahap dijelaskan sebagai berikut.

a. Perencanaan
Tahap menyusun rancangan ini peneliti menentukan titik atau fokus peristiwa
yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat
sebuah instrumen pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang
terjadi selama tindakan berlangsung (Arikunto, 2008:18).
Tahapan pertama dalam penelitian tindakan kelas adalah perencanaan. Hal-hal
yang perlu disiapkan dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas.
Tahap ini meliputi :
1. Memilih standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk pembelajaran
2. Menetapkan indikator bersama tim kolaborasi untuk pembelajaran
3. Menelaah materi menulis karangan narasi.
4. Menyusun RPP sesuai indikator dan skenario pembelajaran dengan
metode Mind Mapping
5. Menyiapkan sarana dan fasilitas yag digunakan dalam metode Mind
Mapping
6. Menyiapkan alat evaluasi utuk penilaian keterampilan menulis narasi
7. Menyiapkan lembar pengamatan dan catatan lapangan.

b. Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahap ini pelaksana harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah
dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak dibuatbuat
(Arikunto, 2008:18).
Dalam pelaksanaan PTK ini direncanakan dalam dua siklus. Dalam siklus pertama
yaitu memberikan pengajaran membuat karangan narasi dengan metode Mind
Mapping, dan siklus kedua dilaksanakan untuk memperbaiki semua yang belum
baik dan belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan.

c. Observasi
Observasi merupakan alat untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah
mencapai sasaran (Suyadi, 2011:63). Kegiatan observasi dilaksanakan secara
kolaboratif dengan guru pengamat untuk mengamati tingkah laku siswa dan
sikap siswa ketika mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia yang
menerapkan metode Mind Mapping. Selain itu, peneliti juga diobservasi
mengenai keterampilan peneliti dalam mengajar oleh tim kolaborasi (guru
kelas).

d. Refleksi
Refleksi adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang telah
dilakukan (Suyadi, 2011:64). Berdasarkan refleksi tersebut, peneliti bersama
tim kolaborasi menelaah proses pembelajaran yaitu tentang aktivitas siswa,
keterampilan guru, hasil pencapaian indikator dalam pelaksanaan
pembelajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan metode Mind
Mapping pada siklus pertama. Peneliti juga menelaah kekurangan yang ada
pada siklus pertama dan diperbaiki pada siklus kedua.

1. Perencanaan Tahap Penelitian


a. Siklus Pertama
1) Perencanaan
a) Menentuka pokok bahasan
b) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran
dengan metode peta konsep
c) Mengembangkan skenario pembelajaran
d) Menyiapkan sumber belajar
e) Menyiapkan fasilitas dan sarana pendukung
f) Mengembangkan format evaluasi pembelajaran
g) Menyiapkan alat observasi aktifitas siswa dan
keterampilan guru dalam pembelajaran
2) Pelaksanaan Tindakan
Pertemuan 1
a) Guru menjelaskan tentang pengertian nmetode Mind
Mapping dan implementasinya pada pelajaran
menulis cerita.
b) Guru menunjukan contoh gambar Mind Mapping
c) Siswa dengan seksama memperhatikan gambar
Mind Mapping yang dibawakan oleh guru
d) Guru membimbing siswa untuk membuat Mind
Mapping kerangka karangan.
e) Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang cara
membuat kerangka karangan dengan Mind Mapping
f) Siswa memperhatikan guru dalam mencontohkan
cara membuat Mind Mapping kerangka di papan
tulis
g) Siswa memperhatikan cara membuat karangan
narasi berdasarkan kerangka karangan Mind
Mapping
h) Siswa dan guru menentukan satu tema karangan
yang akan dibuat Mind Mapping bersama-sama.
i) Satu suswa diminta maju untuk menuliskan tema
tersebut dii tengah-tengah papan tulis.
j) Perwakilan siswa diminta maju untuk melengkapi
Mind Mapping kerangka karangan yang dibuat di
papan tulis.
k) Guru membagi kelas dalam 5 kelompok 6-8 siswa.
l) Guru memnagi pensil warna kepada masing-masing
siswa.
m) Guru membagikan kertas kosong kepada masing-
masing siswa.
n) Guru meminta setiap siswa untuk membuat Mind
Mapping kerangka karangan dari tema yang telah
ditentukan guru.
o) Siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya.

Pertemuan 2
a. Guru membagikan hasil Mind Mapping kerangka
karangan yang telah dibuat sebelumnya.
b. Guru menjelaskan lagi tentang cara membuat cerita
dari Mind Mapping kerangka karangan.
c. Guru menekankan tentang penggunaan ejaan yang
tepat dalam membuat cerita.
d. Siswa bertanya jawab tentang cara mengembangkan
Mind Mapping kerangka karangan menjadi sebuah
karangan narasi.
e. Masing-masing siswa ditugaska secara individu untuk
membuat narasi berdasarkan Mind Mapping kerangka
karangan yang telah dibuat.
f. Siswa mengembangkan Mind Mapping Kerangka
karangannya masing-masing yang telah dibuat
menjadi sebuah karangan narasi.
g. Siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya.
h. Guru menunjuk beberapa siswa maju ke depan kelas
untuk membacakan karangan yang telah dibuat.

3) Observasi
Observasi pada siklus pertama ini, dilakukan untuk
mengamati pembelajaran yang meliputi :
a. Guru mengamati aktivitas siswa dalam
pembelajaran keterampilan menulis karangan
narasi.
b. Guru kelas mengamati keterampilan guru dalam
melaksanakan pembelajaran.
4) Refleksi
Dalam tahap refleksi ini peneliti melakukan kegiaan
sebagai berikut :
a) Guru mengkaji pelaksanaan pembelajaran dan efek
tindakan pada siklus I
b) Guru mengkaji hasil pembelajaran siklus I
c) Guru membuat dafta permasalahan yang terjadi
pada siklus I
b. Siklus Kedua
1) Pertemuan 1
a. Guru menjelaskan cara membuat kerangka karangan
dengan Mind Mapping dengan sejelas mungkin.
b. Guru memasang media gambar contoh Mind Mapping
c. Siswa memperhatikan guru yang mencontohkan cara
mengembangkan Mind Mapping
d. Siswa dan guru bertanya jawab dengan siswa tentang
cara mengembangkan Mind Mapping.
e. Guru menunjuk beberapa siswa maju menembangkan
Mind Mapping yang sudah ada di depan kelas
f. Guru membagikan Mind Mapping yang sudah
dikerjakan siswa pada pertemuan yang lalu.
g. Siswa diminta untuk mengembangkan Mind Mapping
yang telah dibuat sesuai dengan kreasinya masing-
masing.
h. Guru menugaskan siswa untuk mengembangkan
sendiri Mind Mapping
i. Guru mengumpulkan hasil Mind Map siswa
j. Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untukbertanya tentang materi yang belum dipahami.

Pertemuan 2
a. Guru menayangkan media gambar Mind Mapping
b. Guru mempersilahkan siswa untuk bertanya tentang
hal yang belum jelas.
c. Guru memberikan contoh menerapkan Mind Mapping
yang telah dikembangkan bersama siswa menjadi
sebuah karangan narasi yang baik dengan ejaan yang
benar.
d. Siswa memperhatikan guru.
e. Guru membagikan Mind Mapping yang telah
dikembangkan pada pertemuan lalu.
f. Siswa diminta untuk menuliskan sebuah cerita
berdasarkan Mind Mapping yang telah
dikembangkan.
g. Guru menunjuk beberapa siswa maju ke depan kelas
untuk membacakan karangan narasi yang telah dibuat.
h. Guru mempersilahkan siswa lain yang ingin
membacakan cerita.
i. Guru memberikan penguatan berupa reward kepada
siswa yang telah maju membacakan karangan yang
telah dibuat.
j. Guru menarik kesimpulan dan refleksi
k. Guru menutup pelajaran dengan menyanyikan lagu
sayonara dan diakhiri dengan salam.

Observasi
Observasi pada siklus kedua ini dilakukan untuk
mengamati proses pembelajaran yang meliputi :
a. Guru mengamati aktivitas siswa saat menganalisis
dan menulis karangan narasi.
b. Guru kelas mengamati keterampilan guru dalam
melaksanakan pembelajaran.

Refleksi
Dalam Tahap refleksi ini peneliti melakukan kegiatan
sebagai berikut :
a. Guru mengkaji pelaksanaan pembelajaran dan efek
tindakan pada siklus II
b. Guru mengkaji hasil pembelajarn siklus II
c. Guru membuat daftar permasalahan yang terjadi pada
siklus II
d. Merencanakan perencanaan tindak lanjut untuk siklus
ketiga jika diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai