“HAKIKAT PENDIDIKAN”
Disusun oleh:
RISA RACHMANIA
1. Pendidikan adalah hidup, yakni segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam
segala lingkungan dan sepanjang hidup dalam segala situasi hidup yang
mempengaruhi pertumbuhan individu.
2. Karakteristik khusus
a. Masa pendidikan : berlangsng seumur hidup dalam setiap saat selama ada
pengaruh lingkungan.
b. Lingkungan pendidikan : berlangsung dalam segala lingkungan hidup, baik yang
khusus diciptakan untuk kepentingan pendidikan maupun yang ada dengan
sendirinya.
c. Bentuk kegiatan : pendidikan dapat terjadi sembarang,kapan, dan dimanapun
dalam hidup.
d. Tujuan : pertumbuhan, yakni terkandung dalam setiap pengalaman belajar,tidak
ditentukan dari luar,dan tidak terbatas.
B. DEFINISI SEMPIT
2. Karakteristik khusus
a. Masa pendidikan : berlangsung dalam waktu terbatas, yaitu masa anak dan
remaja.
b. Lingkungan penidikan : berlangsung dalam lingkungan pendidikan yang
diciptakan khusus untuk menyelenggarakan pendidikan, secara teknis pendidikan
berlangsung secara dikelas.
c. Bentuk kegiatan : tersusun secara terprogram dalam bentuk kurikulum.
d. Tujuan : ditentukan oleh pihak luar, yakni terbatas pada pengembangan
kemempuan-kemampuan tertentu.
C. DEFINISI ALTERNATIF ATAU LUAS TERBATAS
1. Pendidikan adalah
a. usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui
kegiatan, bimbingan, pengajaran dan atau latihan, yang berlangsung di sekolah
atau di luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar
dapat mempermainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat
dimasa yang akan datang.
b. Pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal,non-
formal, dan informal di sekolah, dan luar sekolah yang berlangsung seumur hidup
yang bertujuan optimalisasi pertimbangan kemampuan-kemampuan individu, agar
dikemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat.
2. Karakteristik khusus
a. Masa pendidikan : berlangsung seumur hidup,yang kegiatan-kegiatannya tidak
berlangsung sembarang, tetapi pada saat-saat tertentu.
b. Lingkungan pendidikan :
Berlangsung dalam sebagian dari lingkungan hidup.
Tidak berlangsung dalam lingkungan hidup yang tergelar dengan
sendirinya.
c. Bentuk kegiatan : dapat berbentuk pendidikan formal, pendidikan informal, dan
pendidikan non-formal.
d. Tujuan : perpaduan tujuan-tujuan pendidikan(bimbingan,pengajaran, dan latihan)
yang bersifat pengembangan kemampuan-kemampuan pribadi secara optimal
dengan tujuan-tujuan sosial yang bersifat manusia seutuhnya yang dapat
memainkan peranannya sebagai warga dalamberbagai lingkungan persekutuan
hidup dan kelompok sosial.
1. Dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk mengantarkan anak didik ke arah kedewasaan
baik secara jasmani maupun rohani. Oleh karena itu “mendidik” dikatakan sebagai upaya
pembinaan pribadi, sikap mental dan akhlak anak didik. “mendidik” tidak
sekedar transfer of knowledge, tetapi juga transfer of values. “mendidik” diartikan secara
utuh, baik matra kognitif, psikomotorik maupun afektif, agar tumbuh sebagai manusia
yang berpribadi.
2. Mengajak (memotivasi, mendukung, membantu, menginspirasi, dst) orang lain untuk
melakukan tindakan positif yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain (lingkungan).
3. Proses membuat tunas berkembang baik dan menjadi besar. Karenanya mengawali
pendidikan anak dengan proses yang benar adalah awal perjalanan. Awal yang baik
pendidikan dini adalah setengah dari perjalanan hidup anak di masa depan.
4. Prof Dr. Naquib Alatas berpendapat bahwa pengertian mendidik adalah membentuk manusia
untuk menempati tempatnya yang tepat dalam susunan masyarakat serta berperilaku secara
proporsional sesuai dengan susunan ilmu dan teknologi yang dikuasainya.
5. Mendidik berkonotasi dengan pengertian bahwa pendidik harus mampu menyampaikan setiap
ilmu atau koneksi ilmu dengan ilmu yang lain dalam suatu susunan yang teratur dan sistematik
dan penyampaiannya sesuai dengan susunan kemampuan dasar (kompetensi) yang dimiliki
peserta didik
6. Mendidik atau ilmu mendidik (Pedagogik) adalah ilmu atau teori yang sistematis tentang
pendidikan yang sebenarnya bagi anak atau untuk anak sampai ia mencapai kedewasaan.
7. Definisi “mendidik” adalah menyediakan sekolah atau pendidikan; Melatih menggunakan
instruksi formal dan seseorang yang ahli dibidangnya ; Untuk mengembangkan mental, moral dan
estetika terutama oleh pendidik; Untuk menyediakan informasi; Melakukan pendekatan atau
mengkondisikan untuk merasa, mempercayai, atau bertindak dengan cara tertentu
8. “Mendidik” adalah usaha untuk mengantarkan anak didik kearah kedewasaan baik secara jasmani
dan rohani. Mendidik bisa diartikan sebagai upaya pembinaan secara personal, sikap mental
serta akhlak peserta didik. Mendidik tidak hanya untuk menghantar ilmu pengetahuan (transfer of
knowledge) pendidik akan tetapi menghantarkan nilai-nilai.
9. Menurut Karl Heinz Pickel, mendidik didefinisikan sebagai usaha untuk memberikan pengajaran
anak tentang materi serta pengetahuan yang akan dijumpai nanti setelah dia dewasa
10. Heageveld mengatakan mendidik adalah pekerjaan dalam membantu anak didik dalam mencapai
kedewasaan
11. Mendidik adalah mengajak, memotivasi , mendukung, membantu, menginspirasi orang lain
untuk melakukan tindakan positif yang bermanfaat bagi dirinya
12. Pengertian Mendidik: Dilihat dari segi isi, mendidik berkaitan erat dengan moral dan
kepribadian. Apabila ditinjau dari segi proses, maka mendidik berhubungan dengan memberikan
motivasi (to motivated) untuk belajar (to learn) dan mengikuti (to follow) ketentuan atau tata
tertib (norma dan aturan) yang telah menjadi kesepakatan bersama. Selanjutnya pengertian
mendidik dari segi strategi dan metode yang digunakan, mendidik lebih menggunakan
keteladan dan pembiasaan
LANDASAN PENDIDIKAN DAN PENERAPANNYA
LANDASAN PENDIDIKAN
Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis-sistemik selalu bertolak dari sejumlah
landasan serta pengindahan sejumlah asas-asas tertentu. Landasan dan asas tersebut sangat
penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia dan
masyarakat bangsa tertentu. Beberapa landasan pendidikan tersebut adalah landasan filosofis,
sosiologis, dan kultural, yang sangat memegang peranan penting dalam menentukan tujuan
pendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan untuk
menjemput masa depan.
A. LANDASAN FILOSOFIS
1. PENGERTIAN
Landasan filosofis bersumber dari pandangan-pandangan dalam filsafat
pendidikan, menyangkut keyakianan terhadap hakekat manusia, keyakinan tentang
sumber nilai, hakekat pengetahuan, dan tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan.
Aliran filsafat yang kita kenal sampai saat ini adalah :
a. Esensialisme : mashab pendidikan yang mengutamakan pelajaran teoretik (liberal
arts) atau bahan ajar esensial.
b. Perenialisme : aliran pendidikan yang megutamakan bahan ajaran konstan
(perenial) yakni kebenaran, keindahan, cinta kepada kebaikan universal.
c. Pragmatisme dan Progresifme : aliran filsafat yang memandang segala sesuatu
dari nilai kegunaan praktis, di bidang pendidikan, aliran ini melahirkan
progresivisme yang menentang pendidikan tradisional.
d. Rekonstruksionisme : mazhab filsafat pendidikan yang menempatkan
sekolah/lembaga pendidikan sebagai pelopor perubahan masyarakat.
Anak manusia mempunyai hakikatnya sendiri dan berada dengan hakikat orang
dewasa. Oleh sebab itu, proses pendewasaan anak bertitik-tolak dari anak sebagai
anak manusia yang mempunyai tingkat-tingkat perkembangan sendiri.
B. LANDASAN HISTORIS
1. PENGERTIAN
Bangsa Indonesia terbentuk melalui proses yang panjang mulai jaman kerajaan
Kutai, Sriwijaya, Majapahit sampai datangnya penjajah. Bangsa Indonesia berjuang
untuk menemukan jati dirinya sebagai bangsa yang merdeka dan memiliki suatu
prinsip yang tersimpul dalam pandangan hidup serta filsafat hidup, di dalamnya
tersimpul ciri khas, sifat karakter bangsa yang berbeda dengan bangsa lain. Oleh para
pendiri bangsa kita (the founding father) dirumuskan secara sederhana namun
mendalam yang meliputi lima prinsip (sila) dan diberi nama Pancasila.
Dalam era reformasi bangsa Indonesia harus memiliki visi dan pandangan hidup
yang kuat (nasionalisme) agar tidak terombang-ambing di tengah masyarakat
internasional. Hal ini dapat terlaksana dengan kesadaran berbangsa yang berakar pada
sejarah bangsa.
Secara historis nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila sebelum
dirumuskan dan disahkan menjadi dasar negara Indonesia secara obyektif historis
telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri. Sehingga asal nilainilai Pancasila
tersebut tidak lain adalah dari bangsa Indonesia sendiri, atau bangsa Indonesia sebagai
kausa materialis Pancasila.
2. PSIKOLOGIS PERKEMBANGAN
Ada tiga teori atau pendekatan tentang perkembangan. Pendekatan-pendekatan
yang dimaksud adalah (Nana Syaodih, 1989).
a. Pendekatan pentahapan. Perkembangan individu berjalan melalui tahapan-tahapan
tertentu. Pada setiap tahap memiliki ciri-ciri khusus yang berbeda dengan ciri-ciri
pada tahap-tahap yang lain.
b. Pendekatan diferensial. Pendekatan ini dipandang individu-individu itu memiliki
kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan. Atas dasar ini lalu orang-orang
membuat kelompok–kelompok. Anak-anak yang memiliki kesamaan dijadikan
satu kelompok. Maka terjadilah kelompok berdasarkan jenis kelamin, kemampuan
intelek, bakat, ras, status sosial ekonomi, dan sebagainya.
c. Pendekatan ipsatif. Pendekatan ini berusaha melihat karakteristik setiap individu,
dapat saja disebut sebagai pendekatan individual. Melihat perkembangan
seseorang secara individual.
Dari ketiga pendekatan ini, yang paling dilaksanakan adalah pendekatan
pentahapan. Pendekatan pentahapan ada 2 macam yaitu bersifat menyeluruh dan yang
bersifat khusus. Yang menyeluruh akan mencakup segala aspek perkembangan
sebagai faktor yang diperhitungkan dalam menyusun tahap-tahap perkembangan,
sedangkan yang bersifat khusus hanya mempertimbang faktor tertentu saja sebagai
dasar menyusun tahap-tahap perkembangan anak, misalnya pentahapan Piaget,
Koglberg, dan Erikson.
Psikologi perkembangan menurut Rouseau membagi masa perkembangan anak
atas empat tahap yaitu :
a. Masa bayi dari 0 – 2 tahun sebagian besar merupakan perkembangan fisik.
b. Masa anak dari 2 – 12 tahun yang dinyatakan perkembangannya baru seperti
hidup manusia primitif.
c. Masa pubertas dari 12 – 15 tahun, ditandai dengan perkembangan pikiran dan
kemauan untuk berpetualang.
d. Masa adolesen dari 15 – 25 tahun, pertumbuhan seksual menonjol, sosial, kata
hati, dan moral. Remaja ini sudah mulai belajar berbudaya.
3. PSIKOLOGI BELAJAR
a. Menurut Pidarta (2007:206) belajar adalah perubahan perilaku yang relatif
permanen sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat
atau kecelakaan) dan bisa melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu
mengomunikasikannya kepada orang lain.
b. Secara psikologis, belajar dapat didefinisikan sebagai “suatu usaha yang
dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara
sadar dari hasil interaksinya dengan lingkungan” (Slameto, 1991:2). Definisi ini
menyiratkan dua makna. Pertama, bahwa belajar merupakan suatu usaha untuk
mencapai tujuan tertentu yaitu untuk mendapatkan perubahan tingkah laku Kedua,
perubahan tingkah laku yang terjadi harus secara sadar.
c. Dari pengertian belajar di atas, maka kegiatan dan usaha untuk mencapai
perubahan tingkah laku itu dipandang sebagai Proses belajar, sedangkan
perubahan tingkah laku itu sendiri dipandang sebagai Hasil belajar. Hal ini
berarti, belajar pada hakikatnya menyangkut dua hal yaitu proses belajar dan
hasil belajar.
Para ahli psikologi cenderung untuk menggunakan pola-pola tingkah laku
manusia sebagai suatu model yang menjadi prinsip-prinsip belajar. Prinsip-prinsip
belajar ini selanjutnya lazim disebut dengan Teori Belajar.
1) Teori belajar klasik masih tetap dapat dimanfaatkan, antara lain untuk menghapal
perkalian dan melatih soal-soal (Disiplin Mental). Teori Naturalis bisa dipakai
dalam pendidikan luar sekolah terutama pendidikan seumur hidup.
2) Teori belajar behaviorisme bermanfaat dalam mengembangkan perilaku-perilaku
nyata, seperti rajin, mendapat skor tinggi, tidak berkelahi dan sebagainya.
3) Teori-teori belajar kognisi berguna dalam mempelajari materi-materi yang rumit
yang membutuhkan pemahaman, untuk memecahkan masalah dan untuk
mengembangkan ide (Pidarta, 2007:218).
4. PSIKOLOGI SOSIAL
Menurut Hollander (1981) psikologi sosial adalah psikologi yang mempelajari
psikologi seseorang di masyarakat, yang mengkombinasikan ciri-ciri psikologi
dengan ilmu sosial untuk mempelajari pengaruh masyarakat terhadap individu dan
antar individu (dikutip Pidarta, 2007:219).
Pembentukan kesan pertama terhadap orang lain memilki tiga kunci utama yaitu:
a. Kepribadian orang itu. Mungkin kita pernah mendengar tentang orang itu
sebelumnya atau cerita-cerita yang mirip dengan orang itu, terutama tentang
kepribadiannya.
b. Perilaku orang itu. Ketika melihat perilaku orang itu setelah berhadapan, maka
hubungkan dengan cerita-cerita yang pernah didengar.
c. Latar belakang situasi. Kedua data di atas kemudian dikaitkan dengan situasi
pada waktu itu, maka dari kombinasi ketiga data itu akan keluarlah kesan pertama
tentang orang itu.
Dalam dunia pendidikan, kesan pertama yang positif yang dibangkitkan
pendidik akan memberikan kemauan dan semangat belajar anak-anak. Motivasi juga
merupakan aspek psikologis sosial, sebab tanpa motivasi tertentu seseorang sulit
untuk bersosialisasi dalam masyarakat. Sehubungan dengan itu, pendidik punya
kewajiban untuk menggali motivasi anak-anak agar muncul, sehingga mereka dengan
senang hati belajar di sekolah.
Menurut Klinger (dikutip Pidarta, 2007:222) faktor-faktor yang menentukan
motivasi belajar adalah:
a. Minat dan kebutuhan individu.
b. Persepsi kesulitan akan tugas-tugas.
c. Harapan sukses.
DAFTAR PUSTAKA
Sardiman. 2005. Interaksi dan motivasi belajar “MENGAJAR”. Jakarta. Raja Grafindo.
Halaman 51.
hariannetral. com/2014/06/berbagai-pengertian-mendidik.html
insyirohati.blogspot.co.id/2014/10/pengertian-pendidiakan.html
http://www.syaarar.com/index.php?module=content&id=912
http://www.e-psikologi.com/epsi/pendidikan_detail.asp?id=462
http://www.infokomunitas.com/index.php?option=com_content&task=view&id=652&Itemid
=28
http://carapedia.com/pengertian_definisi_pendidiakan_menurut_para_ahli_info405.html
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/11/08/landasan-pendidikan-dan-penerapannya/
http://andira95.blogspot.co.id/2013/06/hakikat-pendidikan.html
http://hitamandbiru.blogspot.com/2012/07/landasan-historis-kultural-yuridis-dan.html?m=1
http://oktoferiana.blogspot.co.id/2013/10/landasan-historis-pendidikan_19.html
https://dykaandrian.blogspot.co.id/2015/01/makalah-landasan-psikologi-pendidikan.html