Anda di halaman 1dari 20

PENINGKATAN LITERASI MEMBACA BERBASIS BAHASA IBU DENGAN

MENGGUNAKAN METODE DRILL UNTUK SISWA KELAS II SDI WOGO


PROPOSAL

KRISTINA PETRA TENSA


202002027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
CITRA BAKTI
NGADA
2024
Lembar Persetujuan Pembimbing
Laporan Proposal Skripsi oleh Kristina Petra Tensa ini, telah diperiksa dan disetujui untuk
Mengikuti Ujian Proposal Skripsi.

Malanuza, ………………………

Pembimbing I

Pelipus Wungo Kaka, M. Pd


NIDN. 0811018401

Pembimbing II

Maria Desidaria Noge, M. Pd


NIDN. 0823058801
Isian Substansi
PROPOSAL SKRIPSI STKIP CITRA BAKTI
Petunjuk: Silahkan mengisi tempat yang sudah disediakan sesuai dengan
petunjuk pengisiandantidakdiperkenankan melakukan modifikasi template
atau menghapus disetiap bagian.
JUDUL
PENINGKATAN LITERASI MEMBACA BERBASIS BAHASA IBU DENGAN
MENGGUNAKAN METODE DRILL UNTUK SISWA KELAS II SDI WOGO.

RINGKASAN
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan literasi membaca berbasis bahasa ibu dengan
menggunakan metode Drill untuk siswa kelas II SDI Wogo. Literasi yang dikenal selama ini
adalah suatu kegiatan membaca menulis. Membaca dapat didefenisikan sebagai suatu proses
menuntun agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu
pandangan sekilas dan agar makna kata-kata secara individu akan dapat diketahui. Dalam
membantu siswa untuk dapat meningkatkan literasi membaca lebih baik dari sebelumnya.
apabila menggunakan media dan bahasa pengantar yang kontekstual seperti menggunakan
bahasa ibu sebagai bahasa transisi. Karena bahasa ibu lebih sederhana dan disesuaikan
kemampuan perolehan bahasa siswa di kelas rendah. Oleh karena itu, sangat penting bagi
guru untuk melakukan analisis awal dan menerapkan suatu strategi yang dipilih untuk
membantu siswa dalam memahami isi atau pesan yang akan disampaikan. Salah satu
metode yang yang cocok untuk melatih materi bersifat prosedur yaitu metode Drill untuk
membantu siswa dalam literasi. Tujuan dari kegiatan ini adalah menerapkan metode Drill di
SDI Wogo, Sasaran kegiatan adalah siswa kelas II SDI Wogo. Jenis penelitian ini adalah
penelitian tindakan kelas (classroom action research). Sesuai model penelitian tindakan
kelas yang dipilih, secara garis besar prosedur penelitian yang dilaksanakan adalah sebagai
berikut tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Objek penelitian ini adalah
peningkatan literasi membaca berbasis bahasa ibu dengan menggunakan metode Drill.
KATA KUNCI
1; Literasi Membaca 2; Bahasa Ibu 3; Metode Drill
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Perumusan Masalah Penelitian


Pendidikan merupakan salah satu puncak prestasi beradapan manusia. Melalui
pendidikan anak dibantu untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan perilaku
yang tepat (fit and proper) dalam rangka mengelola hidupnya sendiri, agar kehadiranya
didunia ini dapat bermakna dengan baik bagi dirinya sendiri maupun bagi masyarakat
dengan lingkungannya. Menifestasi dari suksesnya sebuah pendidikan terletak pada
kemauan anak untuk melaksanakan tugas yang seharusnya ia lakukan meskipun hal itu
bertentangan dengan keinginannya. Dengan cara demikian lulusan pendidikan tidak
lagi menjadi beban bagi orang lain dan dalam arti tertentu dapat memberikan
konstribusi terhadap dunia (Samba, 2007 : 28 ).
Pendidikan dasar adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan
keterampilan, menambahkan sikap dasar yang diperlukan dalam masyarakat, serta
merupakan tahap persiapan peserta didik memasuki jenjang pendidikan menengah.
Selain itu tingkatan pendidikan dasar juga merupakan jenjang pendidikan formal
pertama di Indonesia (Kanedi, 2019) proses pembelajaran di tingkat pendidikan tingkat
dasar meliputi dua bagian penting yaitu pembelajaran untuk siswa kelas rendah dan
juga pembelajaran untuk siswa kelas tinggi. Pembelajaran untuk siswa kelas rendah
yang artinya pembelajaran yang diperuntukan bagi siswa yang berada di kelas 1, 2 dan
3 sedangkan pembelajaran untuk kelas tinggi diperuntukkan bagi siswa yang kelas 4, 5
dan 6.
Salah satu aspek yang sangat penting perlu diperhatikan pada jenjang
pendidikan khususnya di kelas rendah adalah literasi membaca dan menulis. Secara
sederhana literasi adalah suatu kemampuan seorang dalam menggunakan keterampilan
dan potensi, dalam mengelola dan memahami informasi, saat melakukan aktifitas
membaca, menulis, berhitung, dan berbicara memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari hari. Literasi merupakan hal yang sangat penting karna akan mencerminkan
maju atau tidaknya sebuah peradaban baru dalam setiap negara, seperti Indonesia, yang
kemampuan literasinya berdasarkan hasil skor PISA tahun 2018 sangatlah
memprihatinkan. Indonesia berada di peringkat 70 dari 78 Negara yang masuk dalam
organisasi OECD dalam hal membaca (OECD, 2013).
Menurut national institute for literacy mendefenisikan literasi sebagai
kemampuan seorang untuk membaca, menulis, berhitung dan berbicara memecahkan
masalah pada tingkat keahlian dan nalar yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga,
dan masyarakat (Kemendikbud, 2017 ; 15). Untuk bisa membaca siswa terlebih dahulu
harus mampu mengenal huruf dan menlafalkan bunyi huruf tersebut terlebih dahulu
sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif. Baca tulis pada siswa kelas rendah
seharusnya diawali dengan memperkenalkan huruf dan bunyinya kepada siswa.
Darjowidjojo (2003) mengatakan bahwa kemampuan mengenal huruf adalah tahap
perkembang anak dari yang belum tau jadi tau tentang keterkaitan bentuk dan bunyi
huruf, sehingga anak mengetahui bentuk huruf dan memaknainya.
Menurut hasil pengamatan dalam melakukan kegiatan literasi di SDI Wogo,
menunjukan bahwa masih ditemukan peserta didik kelas rendah belum bisa, membaca
suku kata, dan membaca kata. Dalam hal ini diketahui bahwa ada siswa yang masih
mengeja tidak hanya mengeja tetapi ketika disuruh tulis siswa merasa kebingungan
karna tidak bisa menulis huruf - huruf yang akan membentuk kata tersebut. Misalnya
ketika dibacakan suatu kalimat akan ada siswa yang bertanya mengenai penulisan
huruf p, b, d, m, f, v. hal ini disebabkan karena kurangnya media pembelajaran, dan
juga penggunaan metode pembelajaran yang kurang tepat.
Berdasarkan pernyataan di atas, contoh nyata yang pernah dialami peneliti
waktu melaksanakan kegiatan magang yang berlatar belakang bahasa ibunya adalah
bahasa Bajawa, materi yang disajikan saat itu yaitu tentang kegiatan sehari hari
dirumah, awalnya peneliti menceritakan kegiatan sehari hari yang dilakukan peneliti,
siswa sangat berantusias untuk mendengar. Selanjutnya guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menyampaikan kegiatan sehari harinya di rumah tetapi hanya satu
orang siswa saja yang berani tampil sedangkan yang lain tidak berani. Peneliti
mengubah strategi dengan bertanya kepada siswa tentang kegiatan apa yang dilakukan
pada pagi hari, siswa serentak dengan semangat menjawab pertanyaan dengan jawaban
yang berbeda-beda.
Untuk membantu siswa agar lebih cepat mengenal huruf dan bunyinya, maka
guru diharapkan untuk lebih kreatif dan mmenyampaikan kompetensi yang harus
dikuasahi oleh siswa. Proses belajar mengajar akan lebih efektif bila guru
menggunakan perangkat pembelajaran yang tepat. Penggunaan metode pembelajaran
yang tepat akan lebih memudahkan seorang guru dalam menyampaikan materi kepada
siswa, guru juga harus kreatif dalam mengadakan alat peraga atau media yang dapat
membantu siswa untuk cepat mengetahui simbol-simbol huruf.
Pada tahap perkembangan bahasa, anak umur 5-6 tahun akan mengalami masa
transisi dimana anak akan memiliki 2 bahasa (bilingual) dalam berkomunikasi verbal.
Bahasa yang di pakai sehari hari (Bahasa ibu) dan bahasa yang digunakan dalam
kegiatan di sekolah (bahasa Indonesia). Sebagian besar anak pada usia awal masuk
sekolah akan sulit sekali memahami Bahasa Indonesia. Komunikasi verbal antara guru
dan peserta didik terkadang di jawab menggunakan bahasa ibu. Hal ini tidak hanya
terjadi dikelas rendah tapi juga menyeluruh sampai tingkatan kelas 6. Untuk itu
pentingnya pengantar komunikasi bahasa ibu guna membantu proses perkembangan
Bahasa Indonesia dalam kegiatan pembelajaran di sekolah dasar. Peran bahasa ibu
disini adalah sebagai penghubung antara guru dan Peserta Didik. Atau dengan kata
lain, bahasa ibu bisa digunakan guru sebagai jembatan atau bahasa untuk beradaptasi
dengan keadaan Peserta Didik yang masih awam dengan bahasa Indonesia. Selain itu
bahasa ibu juga sangat membantu Peserta Didik mempelajari bahasa Indonesia secara
bertahap. Konsepnya hampir sama ketika orang Indonesia ingin mempelajari bahasa
asing seperti bahasa Inggris, maka tentu akan menjadikan bahasa Indonesia yang telah
dikuasainya sebagai bahasa penghubung (Fitri Marditila).
Bahasa ibu pada jenjang pendidikan dasar di kelas rendah perlu digunakan
untuk membangun fundasi literasi dan penanaman konsep yang kemudian yang dapat
dijadikan sebagai perantara untuk memahami bahasa Indonesia secara lisan maupun
tulisan. Selain itu juga, dapat menumbuhkan kesadaran fonem yaitu menghubungkan
bunyi bahasa dengan simbol huruf. Dengan menggunakan bahasa ibu akan lebih efektif
karena siswa mengenal bunyi huruf dengan kosakata yang dipakai sehari hari, sehingga
guru akan lebih mudah menerjemahkan keterampilan tersebut kedalam bahasa
Indonesia.
Bahasa ibu hendak diajarkan sebagai alat berpikir, berimajinasi dan beraktifitas,
artinya bahwa pembelajaran bahasa ibu dikembangkan sebagai kegiatan alamiah yang
secara konstruktivis memanfaatkan kemampuan yang di bawa para siswa dari
rumahnya masing-masing (Suherdi 2012). Hal ini, sangat mempermudahkan bagi guru
dalam menyampaikan materi dan menggali materi kedalam bahasa keduannya. Karena
dasar penguasaan siswa digunakan sebagai penopang dalam mencapai pembelajaran
yang diharapkan.
Proses pembelajaran yang bermakna bersifat individual dan konsektual
(Keengwe, 2011). Artinya proses belajar yang dilakukan tersebut terjadi dari dalam diri
sendiri dan lingkungan tempat belajar. Pembelajaran dapat dinilai bermakna apabila
siswa mampu menghubungkan pengetahuan yang telah diperoleh dengan informasi
baru. Cara-cara yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kognitif siswa,
sehingga meningkatkan kualitas pendidikan. Pada pembelajaran untuk siswa kelas
rendah terlebih khususnya kelas II sekolah dasar, guru memerlukan keahlian dan
kemampuan yang cukup dalam menggunakan metode pembelajaran, karena metode
merupakan suatu cara atau jalan yang ditempuh yang sesuai dan serasi untuk
menyajikan suatu hal, sehingga akan tercapai suatu tujuan pembelajaran yang efektif
dan efisien.
Menurut (Muhibbin, 2010), bahwa pada prinsipnya tidak satupun metode yang
dipandang sempurna atau cocok dengan semua pokok bahasan yang ada dalam setiap
bidang studi, mengapa? Karena setiap karena setiap metode mengajar pasti memiliki
kelebihan dan kekurangan yang khas, namun namun kenyataan ini tidak bisa dijadikan
argumen, mengapa seorang guru gagal dalam menjalankan tugasnya sebagai pengajar.
Sebaiknya guru yang profesionl dan kreatif justru akan memilih metode yang tepat
setelah menetapkan metode yang tepat setelah menetapkan topik pembahasan materi
dan tujuan pembelajaran serta jenis kegiatan belajar siswa yang dibutuhkan.
Ada berbagai macam metode pembelajaran yaitu metode ceramah, metode
demonstrasi, metode diskusi, metode Drill dan lain – lain. Terdapat banyak metode
pembelajaran yang diterapakan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran
kepada siswanya sesuai kecakapanya, kreatifitasnya, kemampuanya dengan harapan
materi tersebut dapat dipahami siswanya. Penerapan metode pembelajaran Drill ini,
untuk mengurangi rasa kejenuhan belajar siswa dan meningkatnya motivasi belajar
siswa. Namun dalam mengaplikasikan metode ini, guru harus memperhatikan situasi
dan kondisi baik dari segi kemampuan mental serta kesesuaian antara materi dengan
metode Drill karna tidak semua metode dapat diterima oleh siswa.
Banyak metode pembelajaran yang bisa diterapkan untuk meningkatkan
kemampuan literasi membaca siswa. Adapun metode belajar yang sesuai dengan
masalah tersebut yang digunakan yaitu melatih kemampuan membaca dengan berulang
ulang setiap harinya, kebiasaan tersebut akan mengubah sedikit demi sedikit kemahiran
dalam kemampuan membaca. Latihan yang dilakukan tidak harus lama asalkan sering
dipraktikkan, dalam pendidikan metode tersebut dinamakan metode Drill. Metode drill
merupakan suatu ketangkasan atau keterampilan dari apa yang telah dipelajari
(Hardini, 2017). Pendapat lain mengemukakan bahwa metode Drill adalah metode
dalam pengajaran dengan melatih peserta didik terhadap bahan yang sudah diajarkan
diberikan agar memiliki ketangkasan atau keterampilan dari apa yang telah dipelajari
(Sutarmiyati, 2016). Literasi bahasa ibu dapat diterapkan dalam kegiatan membaca
pada siswa kelas rendah. Hal ini sebagai bahasa pengantar dalam menyampaikan
materi ajar dan bahasa ibu tersebut lebih sederhana dan sesuai kemampuan bahasa
siswa.
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka dilakukan penelitian dengan
judul “Peningkatan Literasi Membaca Berbasis Bahasa Ibu Dengan Menggunakan
Metode Drill” untuk siswa kelas II SDI Wogo yang bertujuan untuk mengetahui proses
serta hasil dari penerapan metode Drill.

B. Pendekatan Pemecahan Masalah


Berdasarkan masalah di atas, peneliti menemukan cara dalam menyelasaikan
kurangnya kemampuan siswa dalam membaca dan memahami materi, peneliti akan
menerapkan metode pemebelajaran Drill di kelas II SD. Alasan peneliti memilih
menerapkan metode drill berbasis bahasa ibu yaitu membantu siswa untuk dapat
meningkatkan literasi membaca lebih baik dari sebelumnya. apabila menggunakan
media dan bahasa pengantar yang kontekstual seperti menggunakan bahasa ibu sebagai
bahasa transisi. Mengenalkan anak bahasa ibu perlu dilakukan di SD. Karena bahasa
ibu lebih sederhana dan disesuaikan kemampuan perolehan bahasa siswa dikelas
rendah.
Peran pengunaan metode adalah suatu strategi yang dipilih untuk membantu
siswa dalam memahami isi atau pesan yang akan disampaikan. Salah satu metode yang
yang cocok untuk melatih materi bersifat prosedur yaitu metode Drill. Berdasarkan
penejelasan yang sudah dipaparkan sebelumnya maka, dibutuhkan fokus yang
menitikberatkan pada pemecahan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari
hari, dan metode Drill yang dilakukan secara berulang - ulang agar siswa dapat
memahami konsep dari materi yang dipelajari sehingga, nantinya diharapkan siswa
dapat memecahkan masalah dalam hal - hal yang sederhana dalam kehidupan sehari
hari.
Berdasarkan masalah yang dipaparkan di atas, maka peneliti tertarik melakukan
penelitian yang komprehesif dengan judul “Peningkatan Literasi Membaca Berbasis
Bahasa Ibu Dengan Menggunakan Metode Drill”.
C. State Of The Art dan Kebaruan
Ada beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh peneliti, antara lain sebagai
berikut :
Wulandari (2020:1) dengan judul “Pengaruh Penggunaan Metode Drill
Terhadap Kemampuan Menggali Informasi dari Dongeng Peserta Didik Kelas II
Sekolah Dasar”. Penelitian ini menggunakan metode kuantitaif. Hasil temuan
menunjukan bahwa terdapat pengaruh pada kemampuan menggali informasi dari
dongeng peserta didik di kelas II Sekolah Dasar setelah menggunakan metode drill,
karena rata-rata kelas eksperimen sebesar 88,2. Sementara nilai rata-rata kelas kontrol
sebesar 62,86. Berdasarkan hasil uji hipotesis nilai posttest didapatkan t hitung > t
tabel (0,1362<2,01290) dengan taraf signifikasi α = 0,05 dan dk = 46 yang berarti H0
ditolak dan Ha diterima. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang hendak
dilakukan adalah objek yang diteliti sama pada tingkat MI, serta metode yang
digunakan yaitu metode kuantitatif. Perbedaannya terletak pada variabel terikat (Y),
pada penelitian tersebut membahas kemampuan menggali informasi, sedangkan
penelitian yang akan dilakukan membahas terkait kemampuan membaca. Perbedaan
lainnya yaitu terletak pada lokasi penelitian, dan subjek, karena penelitian ini
menggunakan kelas II sebagai subjek, sedangkan penelitian yang hendak dilakukan
dikelas I.
Ufa (2021:1) dalam skripsi yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Membaca
Nyaring Menggunakan Metode Drill pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa
Kelas III SDN 96 Campurejo”. Metode penelitian ini menggunakan Penelitian Tindak
Kelas (PTK). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan nilai rata-
rata hasil tes kemampuan membaca nyaring menggunakan metode drill pada mata
pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas III SDN 96 Campurejo setelah pemberian
tindakan selama dua siklus. Persamaan dengan penelitian yang hendak dilakukan yaitu
samasama meneliti terkait peningkatan kemampuan membaca menggunakan metode
drill. Perbedaanya terletak pada lokasi, subjek, serta metode yang digunakan. Metode
penelitian terdahulu menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK),
sementara penelitian yang akan dilakukan menggunakan metode kuantitatif.
Artiasih (2022:396) dengan judul “Metode Drill Sebagai Upaya Meningkatkan
Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VI Sekolah Dasar”. Penelitian ini menggunkan
metode Penelitian Tindak Kelas (PTK). Hasil temuan menunjukan bahwa hasil belajar
matematika siswa kelas VI SD meningkat secara signifikan setelah diberikan perlakuan
metode drill. Hasil belajar mata pelajaran matematika, terjadi peningkatan hasil belajar
antara siklus I (jumlah 1555, daya serap sebesar 62%, rata-rata sebesar 62, ketuntasan
belajar sebesar 56%). Siklus II (jumlah 1765, daya serap 71%, rata-rata sebesar 71,
ketuntasan belajar sebesar 88%). Penelitian yang hendak dilakukan memiliki kesamaan
dengan penelitian ini yaitu pada variabel bebas (X) yaitu metode drill. Perbedaanya
terletak pada lokasi, subjek, serta metode yang digunakan. Penelitian terdahulu
menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK), sementara penelitian yang
hendak dilakukan menggunakan metode kuantitatif.
Berdasarkan kajian terdahulu diatas yang meneliti mengenai metode Drill dan
kemampuan membaca, belum ada yang melakukan penelitian dengan judul “
peningkatan kemampuan literasi berbasis bahasa ibu dengan menggunakan metode
Drill siswa kelas II. Kebaruan dari penelitian ini, peneliti temukan penggunaan Drill
berbasis Bahasa ibu yang digunakan sebagai bahasa pengantar dalam membantu untuk
meningkatkan literasi membaca di SDI Wogo.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Literasi Membaca
Literasi yang dikenal selama ini adalah suatu kegiatan membaca menulis.
Namun nyatanya literasi juga mecakup bagaimana seorang berkomunikasi dalam
masyarakat. Literasi yang dikenal selama ini adalah suatu kegiatan membaca dan
menulis. Namun nyatanya literasi juga mencangkup bagaimana seseorang
berkomunikasi dalam masyarakat. Dalam deklarasinya UNESCO juga
menyebutkan bahwa literasi juga merupakan sebuah informasi yang didapatkan
dengan kemampuan untuk mengidentifikasikan, menentukan, menemukan,
mengevaluasi, dan juga menciptakan secara efektif dan terorganisasi dalam
menggunakan dan mengkomunikasikan informasi untuk mengatasi berbagi
persoalan. Gerakan Literasi Sekolah merupakan salah satu program pemerintah
Indonesia guna meningkatkan minat baca peserta didik di seluruh Indonesia. Hal
ini dikarenakan kemampuan anak Indonesia pada usia jenjang Sekolah dasar
hingga sekolah menengah atas di bidang membaca dibandingkan dengan anak-
anak lain di dunia masih rendah. Rohman (2018).
Membaca merupakan suatu proses yang memerlukan suatu usaha dan
frekuensi belajar membaca secara terus menerus. Menurut Riana, dkk (2022),
seseorang mampu membaca bukan karena kebetulan saja, akan tetapi karena
seseorang tersebut belajar dan berlatih membaca teks yang terdiri atas kumpulan
huruf huruf yang bermakna. Menurut Putri, dkk (2023) membaca adalah suatu
proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh
pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau
bahasa tulis. Membaca juga dapat didefenisikan sebagai suatu proses menuntun
agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu
pandangan sekilas dan agar makna kata-kata secara individu akan dapat
diketahui.
Menurut Kaka, dkk (2023) Salah satu unsur penting pembelajaran literasi
untuk dipelajari adalah pemahaman ketika membaca dan kefasihan membaca.
Membaca ialah suatu hal yang utama dalam proses belajar mengajar, Karena
segala proses kegiatan belajar mengajar dilandaskan dalam kemampuan
membaca. Defenisi dari membaca adalah proses penerimaan Bahasa yang
menyertakan pengenalan, penafsiran, serta daya pemahaman dalam sebuah
bacaan (Ramadhianti, 2020).
2. Metode Drill
a. Pengertian metode Drill
Metode Drill berasal dari kata dua kata, yaitu metode Drill. Secara
etimologis atau Bahasa, metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu methodos
mencakup dua suku kata, yaitu metha berarti melalui atau melewati, dan hodos
berarti cara. Kata metode dalam Bahasa Inggris method yang memiliki arti
metode. Metode merupakan cara yang dilakukan untuk mecapai sutau tujuan.
Istilah Drill yaitu latihan, metode drill ialah cara mengajar dilakukan guru
kepada siswa dengan latihan untuk mengembangkan ketangkasan serta
keterampilan peserta didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan (Ubaidillah,
2021). Metode Drill juga dikenal dengan metode training yaitu cara untuk
membentuk kebiasaan tertentu serta menjaga kebiasaan yang baik. Jadi dapat
disimpulkan bahwa metode drill adalah latihan dimana seseorang memperoleh
keterampilan mengenai pengetahuan yang dipelajari melalui latihan
berulangulang. Siswa dibekali pengetahuan teori melalui metode Drill. Siswa
kemudian berlatih dengan arahan guru untuk memperoleh kemahirandan
keterampilan tersebut (Amin & Linda, 2022:181)
b. Kelebihan dan Kelemahan Metode Drill
Menurut Laily (2023:103) menjelaskan bahwa kelebihan metode Drill
sebagai berikut:
1) Mengembangkan kemampuan motorik misalnya menulis, mengucapkan
kata, kalimat dan huruf dengan benar.
2) Mengembangkan keterampilan mental misalnya dalam penjumlahan,
perkalian, pembagian, simbol-simbol, dan sebagainya.
3) Mengembangkan kemampuan melalui asosiasi, misalnya membaca peta,
penggunaan tanda, serta menghubungkan antar huruf dalam ejaan.
Selain kelebihan metode Drill, Laily (2023:103) juga menjelaskan
kelemahan dari metode Drill tersebut, sebagai berikut:
1) Membuat perubahan statis pada lingkungan.
2) Kegiatan latihan yang dilakukan lebih dari satu kali dapat membuat
siswa bosan.
3) Menetapkan rutinitas rutin
c. Bentuk Bentuk Metode Drill
Menurut Abduloh, dkk (2022:182) bentuk-bentuk metode Drill dapat dilakukan
dalam berbagai cara atau teknik antara lain:
1) Kerja berkelompok, cara mengajar pada bentuk ini yaitu siswa bersama
kelompoknya diminta untuk bekerja sama mengerjakan tugas yang telah
diberikan guru untuk menyelesaikan masalah.
2) Microteaching, teknik tersebut digunakan oleh persiapan siswa sebagai
calon guru dalam menghadapi pekerjaan mengajar di depan kelas dengan
mendapat kecakapan, pengetahuan, serta sikap sebagai guru.
3) Modul Belajar, pada teknik ini dilakukan dengan cara guru menggunakan
paket belajar pada saat mengajar.
4) Belajar secara individu, dilaksanakan mandiri, yaitu siswa diminta untuk
belajar secara individu, namun tetap dalam arahan guru, baik pada saat di
kelas maupun di luar kelas.
d. Langkah-Langkah Penerapan Metode Drill
Langkah-langkah dalam menerapkan metode Drill dalam proses pembelajaran
sangat diperlukan, hal tersebut bertujuan agar proses belajar mengajar dapat
berjalan dengan baik. Pelatihan individu tetap dilakukan dibawah arahan guru
untuk memastikan hasil pembelajaran sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai
Sedangkan langkah-langkah metode Drill menurut Suwarsi, 2015 adalah sebagai
berikut:
1) Asosiasi, guru memberikan gambaran antara materi yang akan dipelajari
dengan pengetahuan yang sudah dimiliki peserta didik.
2) Menyampaikan tujuan yang hendak dipakai.
3) Memotivasi siswa, hal ini menjadi bagian terpenting dalam proses
pembelajaran, karena dari sinilah awal pembelajaran dapat diikuti oleh
siswa yang kemudian nantinya akan berdampak pada penguasaan siswa
terhadap materi yang diajarkan.
4) Melakukan latihan dengan pengulangan secara bertahap. Latihan
hendaknya dilakukan secara bertahap, dimulai dari yang sederhana
kemudian ke taraf yang lebih kompleks atau sulit.
5) Aplikasi, setelah siswa mampu memahami pembelajaran dengan baik
melalui proses pengulangan dalam latihan tersebut, maka tahap
selanjutnya adalah mereka mampu mengaplikasinya sendiri.
6) Evaluasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan siswa
terhadap materi.
7) Tindak lanjut dalam penggunaan metode Drill sangat penting, karena
metode ini menekankan pada keterampilan.
3. Peran Bahasa ibu dalam proses pemebelajaran
Bahasa ibu merupakan Bahasa ibu atau mother-tongue language sering kali
dimaknai dengan bahasa daerah (native language). Bahasa ibu merupakan bahasa yang
pertama kali dipelajari, ketika seorang anak menjalin kontak verbal pertama dalam
jangka Panjang Bahasa yang menjadikan orang tersebut sebagai penutur aslinya, dan
bahasa yang paling dipahami dan dikuasai serta digunakan oleh penturnya (Desai,
2012).
Bahasa ibu adalah bahasa pertama yang dikuasai manusia sejak lahir melalui
interaksi dengan sesama anggota masyarakat bahasanya. Bahasa ibu juga dikenal
sebagai bahasa asli, bahasa pertama, mother tongue, mother language, native language,
atau first language dalam bahasa Inggris (Wilkipedia). Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), bahasa ibu adalah bahasa yang dikuasai manusia sejak lahir melalui
interaksi dengan sesama anggota masyarakat bahasanya, seperti keluarga dan
masyarakat lingkungannya. Saat ini bahasa ibu dipandang sebagai bahasa instrumental
dalam menentukan keberhasilan program pendidikan, terlebih hal tersebut menjadi
program Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
(Kemendikbudristek). Bahasa daerah tidak menunjukkan batas wilayah pemerintahan,
tetapi lebih mengacu pada keterkaitan dan kesatuan budaya para penuturnya. Sebagian
besar anak pada usia awal masuk sekolah akan sulit sekali memahami Bahasa
Indonesia. Komunikasi verbal antara guru dan peserta didik terkadang di jawab
menggunakan bahasa ibu. Hal ini tidak hanya terjadi dikelas rendah tapi juga
menyeluruh sampai tingkatan kelas 6. Untuk itu pentingnya pengantar komunikasi
bahasa ibu guna membantu proses perkembangan Bahasa Indonesia dalam kegiatan
pembelajaran di sekolah dasar. Peran bahasa ibu disini adalah sebagai penghubung
antara guru dan siswa. Atau dengan kata lain, bahasa ibu bisa digunakan guru sebagai
jembatan atau bahasa untuk beradaptasi dengan keadaan siswa yang masih awam
dengan bahasa Indonesia. Selain itu bahasa ibu juga sangat membantu siswa
mempelajari bahasa Indonesia secara bertahap. Konsepnya hampir sama ketika orang
Indonesia ingin mempelajari bahasa asing seperti bahasa Inggris, maka tentu akan
menjadikan bahasa Indonesia yang telah dikuasainya sebagai bahasa penghubung
(Budiwiyanto). Pentingnya peranan bahasa ibu pada masa awal sekolah bagi seorang
anak diantaranya adalah: 1) Bahasa ibu membantu dalam penguasaan Bahasa kedua, 2)
Bahasa ibu atau bahsa lokal mengandung norma norma (aturan atau ketentuan atau
masyarakat penuturnya yaitu norma agama, norma kesopanan, norma hukum dan
kesusilaan) yang membentuk tingkah laku seseorang (Faridy, 2017).
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian Tindakan kelas (classroom action
research). Parnawi (2020) mengatakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah sebuah
penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara merancang,
melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan
tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar siswa dapat
meningkat. Artinya penelitian yang dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran
agar siswa bisa mencapai hasil belajar yang maksimal. Penelitian ini dilaksanakan
dikelas II SDI Wogo. Objek penelitian ini adalah peningkatan literasi membaca
berbasis bahasa ibu dengan menggunakan metode Dril. Waktu pelaksanaan penelitian
disesuaikan dengan alokasi yang telah direncanakan untuk pembelajaran bahasa
Indonesia kelas 2 Sekolah Dasar. Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 4 langkah
yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Tahapan ini sesuai dengan
model PTK yang diperkenalkan oleh Kemmis & Mc Taggart dalam (Fitria, 2020) yang
digambarkan sebagai berikut:

(Kemmis & Mc Taggart)


Gambar 1. PTK Alur Penelitian
Sesuai model penelitian tindakan kelas yang dipilih, secara garis besar prosedur penelitian
yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:
1) Tahap Perencanaan.
Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan-kegiatan yang meliputi 1) penyusunan
RPP sesuai dengan capaian pembelajaran, 2) bersama guru mempersiapkan fasilitas
dan saran pendukung yang diperlukan dalam pembelajaran (3) mempersiapkan
instrumen penelitian yang akan digunakan, peneliti membangun kesepahaman
dengan guru mengenai aspek-aspek penelitian. Peneliti merencanakan mengadakan
penelitian ini dengan II siklus, siklus I dilakukan 4 kali pertemuan dan siklus II
dilakukan 4 pertemuan.
Siklus I : Perencanaan (menyiapkan RPP, menyiapkan media pembelajaran,
membuat lembar observasi siswa), Pelaksanaan (membuka pembelajaran, kegiatan
inti, kegiatan penutup), Observasi (mencatat partisipasi siswa), Refleksi (bagian
mana yang telah dicapai siswa, bagian mana yang belum dicapai siswa, apa yang
perlu diperbaiki pada siklus berikutnya).
Siklus II : Perencanaan (menyiapkan RPP, menyiapkan media pembelajaran,
membuat lembar observasi siswa), Pelaksanaan (membuka pembelajaran, kegiatan
inti, kegiatan penutup), Observasi (mencatat partisipasi siswa), Refleksi (bagian
mana yang telah dicapai siswa, bagian mana yang belum dicapai siswa, apa yang
perlu diperbaiki pada siklus berikutnya).
2) Tahap Pelaksanaan. Tahap pelaksanaan penelitian adalah pelaksanaan tindakan
penelitian sesuai skenario tindakan yang telah disusun dalam bentuk RPP. Secara
garis besar tindakan-tindakan yang dilaksanakan dalam setiap siklusnya adalah
pertemuan diawali dengan pengkondisian peserta didik melalui presensi, pemberian
motivasi dan pemberian apresisasi dilanjutkan dengan penyampaian tujuan, indikator
serta metode pembelajaran yang akan digunakan. Tes awal yang dilakukan untuk
mengetahui kemapuan awal peserta didik sebelum mengikuti pembelajaran yang
merupakan penelitian pembelajaran yang merupakan penelitian Tindakan. Inti
pembelajaran diawali penjelasan guru mengenai gambaran materi yang diajarkan,
dan menerapkan metode Drill yaitu menyampaikan tujuan yang hendak dipakai,
memotivasi siswa, hal ini menjadi bagain terpenting dalam proses pemebelajaran,
karena dari sinilah awal pemebelajaran dapat diikuti oleh siswa yang kemudian
nantinya akan berdampak pada penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan,
melakukan latihan dengan pengulangan secara bertahap. latihan hendaknya
dilakukan secara bertahap, dimulai dari yang sederhana kemudian ke taraf yang lebih
kompleks. Selanjutnya mengaplikasikan proses pengulangan dalam latihan tersebut,
dan yang terakhir melakukan evaluasi dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan
siswa terhadap materi.
3) Tahap Observasi. Pada tahap ini peneliti dan guru mengamati berbagai aspek
penelitian tindakan baik menyangkur prosedur penelitian maupun respon yang
diberikan peserta didik terhadap tindakan yang diberikan.
4) Refleksi.
Pada tahap ini dilakukan analisis hasil observasi dan merefleksikannya sebagai
bahan untuk penelitian tindakan siklus berikutnya atau pengambilan kesimpulan
penelitian. Metode pengumpulan data yang dilakukan untuk menilai kemampuan
literasi membaca adalah dengan menggunakan latihan dan tes untuk setiap siklus
sesuai dengan capaian pembelajaran yang telah ditetapkan dalam RPP. Tes atau
evaluasi diberikan untuk mengetahui kemampuan dan pemahaman siswa. Data
dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif yang
dipadukan dengan analisis kuantitatif. Adapun untuk mengetahui perolehan rata-rata
peningkatan literasi membaca berbasis bahasa ibu dengan menngunakan metode
Drill.
Membaca dapat dihitung menggunakan rumus berikut ini.
∑X
M=
N
Keterangan
M ═ rata- rata kemampuan literasi membaca
∑x ═ Jumlah skor kemampuan literasi membaca
∑n ═ Jumlah siswa
Sedangkan untuk menghitung ketuntasan klasikal dapat menggunakan rumus sebagai
berikut.
Banyak siswa yang tuntas
KK = x 100 %
banyaknya siswa yang tes
Untuk menentukan predikat atau kriteria penggolongan kemampuan literasi
membaca dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 1. Kriteria Umum Penggolongan Peningkatan Literasi Membaca.

Nilai Nilai Kriteria


Angka huruf
80 - 100 A Sangat Baik
66 - 79 B Baik
56 - 65 C Cukup
46 -55 D Tidak Baik
0 - 45 E Sangat Tidak
Baik

Kriteria keberhasilan tindakan adalah jika kemampuan literasi membaca anak pada
kriteria “baik”. Indikator keberhasilan tindakan dilihat dari aspek penilaian
kemampuan literasi dikatakan berhasil apabila rata-rata skor kemampuan literasi
membaca berada kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan di sekolah
yaitu 70%.
Daftar Pustaka
Abdulloh, R. (2022). 7 Materi Pemrograman Web Untuk Pemula. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Anriyani, L., Kusen, K., & Siswanto, S. (2023). Implementasi Metode Drill dalam
Meningkatkan Minat Membaca Siswa Kelas 3 SD Negeri Pulau Kidak (Doctoral
dissertation, Institut Agama Islam Negeri Curup).
Artiasih (2022:396) dengan judul “Metode Drill Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Siswa Kelas VI Sekolah Dasar
Desai, N. (2012). Challenges in development of nanoparticle-based therapeutics. The AAPS
journal, 14(2), 282-295.
Darwidjojo, Soenjono. (2003). Buku Ajar Pendidikan Prasekolah. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Faridi, M. A., Ramachandraiah, H., Banerjee, I., Ardabili, S., Zelenin, S., & Russom, A.
(2017). Elasto-inertial microfluidics for bacteria separation from whole
blood for sepsis diagnostics. Journal of nanobiotechnology, 15, 1-9.
Fitria, N. (2020). Analisis Faktor-Faktor Terhadap Pengambilan Keputusan Calon
Mahasiswa Untuk Memilih Jurusan Pendidikan Agama Islam. Jurnal Al-
Amar: Ekonomi Syariah, Perbankan Syariah, Agama Islam, Manajemen Dan
Pendidikan, 1(2), 120–127.
Fitria Mardatila, dkk. 2023. Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini 5-6 Tahun Pasca Covid-19. Di
akses pada tanggal 3 Januari 2024. https://doi.org/10.37985/murhum.v4i2.368
Hardini, I. Dewi puspitasari. 2017.Strategi pembelajaran terpadu (teori, konsep, &
implementasi). Yogyakarta: Familia (Group Relasi Inti Media).
Kaka, P.W., Meze, K.D., Sayangan, Y.V., Qondias, D., Bhoke, W., Dopo, F., Wangge,
M.C.T., Lawe, Y.U. (2023). Modul Pembelajaran Bahasa dan Literasi Dasar
Berbasis Bahasa Ibu di Kelas Awal dan Transisi Ke Bahasa Indonesia.
Pekalongan: NEM -Anggota IKAPI.
Keengwe, J., & Onchwari, G. (2011). Fostering meaningful student learning through
constructivist pedagogy and technology integration. International Journal of
Information and Communication Technology Education (IJICTE), 7(4), 1-10.
Kemendikbud. 2017. Panduan Gerakan Literasi Nasional. Jakarta Timur: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan. Lonigan, C. J, et.al (2009). The Nature Of Preschool
Phonological Processing Abilities and Their Relations To Vocabulary, General
Cognitive Abilities, and Print Knowledge. Journal of Educational Psychology. P.
345-358
Kemmis, S., McTaggart, R., Nixon, R., Kemmis, S., McTaggart, R., & Nixon, R. (2014).
Introducing critical participatory action research. The Action Research Planner:
Doing Critical Participatory Action Research, 1–31.
Kenedi, A. K., Helsa, Y., Ariani, Y., Zainil, M., & Hendri, S. (2019). Mathematical
Connection of Elementary School Students to Solve Mathematical Problems. Journal
on Mathematics Education, 10(1), 69-80.
Kenedi, A. K., Ahmad, S., Sofiyan, T. A. N., & Helsa, Y. (2019). The Mathematical
Connection Ability of Elementary School Students in the 4.0 Industrial Revolution
Era. International Journal of Innovation, Creativity and Change, 5(5), 458-472.
Lawe, Y. U., Laksana, D. N. L., Noge, M. D., Ngura, E. T., Nafsia, A., & Kaka, P. W.
(2024). Pelatihan dan Pendampingan Mendesain Pembelajaran Berbasis Bahasa Ibu
Sebagai Bahasa Transisi untuk Kemampuan Literasi Siswa Bagi Guru UPTD SDN
Sobo. Dedikasi: Jurnal Pengabdian Pendidikan dan Teknologi Masyarakat, 2(1),
62-68.
Menge, L. N., Kaka, P. W., Laksana, D. N. L., & Sayangan, Y. V. (2024). Peningkatan
Kemampuan Literasi Membaca Dengan Memanfaatkan Pojok Baca Pada Siswa
Kelas III SDK Buubei. Pendas: Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, 9(1), 4205-4221.
Muhibbin, S. (2010). Psikologi Pendidikan dengan pendekatan baru. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
OECD. 2013. PISA 2012 Assessment and Analytical Framework: Mathematics, Reading,
Science, Problem Solving and Financial Literacy, PISA. Paris: OECD Publishing.
Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar, Jurnal Pendidikan Dasar Susanto.
Parnawi, A. (2020). Penelitian tindakan kelas (classroom action research). Deepublish.
Parmadi, M., Rosadi, K. I., & Azim, F. (2018). Penerapan Metode Drill untuk
Meningkatkan Keterampilan Membaca pada Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia Siswa Kelas II di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota Jambi
(Doctoral dissertation, UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi).
Putri, D., & Elvina, S. P. (2019). Keterampilan Berbahasa Di Sekolah Dasar: Melalui
Metode Game’s. Penerbit Qiara Media
PUTRI, M. S., & Prasetyo, A. D. (2023). Pengaruh Penerapan Metode Drill Terhadap
Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas I Di Mi Muhammadiyah Sraten
Tahun Ajaran 2022/2023 (Doctoral dissertation, UIN Surakarta).
Ramadhianti, P. A., Judawisastra, H., Anggita, V., & Nugraha, F. R. (2020, September).
Pore size evaluation of direct-dissolution salt-leached 3D silk fibroin scaffold using
microcomputed tomography. In AIP Conference Proceedings (Vol. 2262, No. 1).
AIP Publishing. Rahayu Y. N. (2020). Program Linier (Teori Dan Aplikasi).
Bandung: Widina Bhakti Persada.
Savitra, N. (2022). Pemanfaatan Pojok Baca Dalam Meningkatkan Minat Baca Siswa di
Kelas VA Pada MIN 4 Banda Aceh (Doctoral dissertation, UIN Ar-Raniry).
Suherdi, D. (2012). Rekonstruksi pendidikan bahasa. Alfabeta.Tampubolon, D. P. (2008).
Teknik Membaca Efektif dan Efisien.Bandung: Angkasa Bandung.
Suwangsih, Erna dan Tiurlina. 2006. Model Pembelelajaran Matematika. Bandung: UPI
Press.
Sutarmiyati. 2016. “Penggunaan Metode Drill pada Materi Ajar Penjumlahan Bilangan
Pecahan”. i-rpp.com/index.php/jpp/article/download/360/360
Suwarsi (2015), "Meningkatkan Kemampuan Membaca dan Menulis Aksara Jawa Melalui
Metode Drill" (Ejournal UNWAHA)
Ubaidillah, A. (2021). Aplikasi Metode Drill Dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa. AL
IBTIDA': Jurnal Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 9(2), 1-14.
UFA, V. S. (2021). Peningkatan Kemampuan Membaca Nyaring Menggunakan Metode
Drill Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas Iii Sdn 96
Campurejo (Doctoral Dissertation, Universitas Cokroaminoto Palopo).
Wulandari, S. (2020). Pengaruh penggunaan metode drill terhadap kemampuan menggali
informasi dari dongeng peserta didik kelas II sekolah dasar. Journal of Basic
Education Research, 1(1), 01-06.

Anda mungkin juga menyukai