Anda di halaman 1dari 10

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA PESERTA

DIDIK MI MUHAMMADIYAH KERTAK HANYAR DENGAN TEKNIK PETA


KONSEP
ABSTRAK

Nabilah Wafa1, Noor Alfulaila2


Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
Antasari Banjarmasin. 2023.

Kemampuan kosakata sebagai salah satu materi pembelajaran bahasa Indonesia di


sekolah yang menempati peran yang sangat penting sebagai dasar peserta didik untuk
menguasai materi pelajaran bahasa Indonesia dan penguasaan mata pelajaran lainnya.
Penguasaan kosakata mempengaruhi cara berpikir dan kreativitas peserta didik dalam proses
pembelajaran bahasa, sehingga penguasaan kosakata dapat menentukan kualitas seorang
peserta didik dalam berbahasa. Namun faktor yang mengakibatkan penguasaan kosakata
peserta didik masih rendah adalah kurangnya minat atau semangat dalam membaca, hal ini
diketahui berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, sehingga penguasaan kosakata peserta
didik kurang berkembang, selain itu metode yang digunakan di sekolah saat ini yaitu metode
ceramah yang mengakibatkan peserta didik mudah merasa bosan dan kurang maksimal dalam
menyimak pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana teknik
peta konsep dapat meningkatkan kemampuan kosakata bahasa Indonesia Peserta didik. Jenis
penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dengan desain penelitian oleh
Kemmis dan MC, Taggart, dengan beberapa tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan,
dan refleksi. Penelitian ini terdiri dari dua siklus, Subjek penelitian ini adalah 4 orang guru
kelas IV (yaitu: 4A, 4B, 4C, dan 4D) dan 4 orang tua siswa kelas 3 MI Muhammadiyah
Kertak Hanyar yang berjumlah 11 peserta didik. Objek penelitian ini adalah peran guru dan
orang tua dalam pengembangan literasi baca tulis dan numerasi siswa di MIN 4 Banjar.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, tes, dan dokumentasi. Teknik
analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif dan deskriptif kuantittaif.Hasil
Penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan kosakata bahasa Indonesia melalui
Teknik peta konsep pada peserta didik kelas 3 ditunjukkan pada hasil data yang diperoleh
peserta didik dengan nilai rata-rata pada data awal atau prasiklus sebesar 40,3 kriteria cukup,
siklus I sebesar 72,6 kriteria baik, dan siklsu II sebesar 88 kriteria sangat baik. Kesimpulan
penelitian bahwa dengan menggunakan teknik peta konsep kemampuan kosakata bahasa
Indonseia peserta didik dapat meningkat.
Kata Kunci: Kemampuan, Kosakata Bahasa Indonesia, Teknik Peta Konsep
PENDAHULUAN
Kosakata adalah inti keterampilan berbahasa dan menjadi bagian mendasar dalam
keterampilan berkomunikasi. Inti kosakata memiliki peran yang sangat penting dikarenakan
penguasaan pada kosakata dapat mempengaruhi keterampilan seseorang dalam berbahasa.
Bahasa merupakan alat komunikasi untuk berinteraksi dengan umat manusia, bahasa menjadi
peranti utama dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesamanya (R. Kunjana Rahardi,
2009). Bahasa dijadikan sebagai sarana untuk mengungkapkan perasaan dan pikiran, selain
itu bahasa juga merupakan identititas bagi seseorang ataupun suatu bangsa. Sebagaimana
yang telah disebutkan pada qur’an surah Ar-rum ayat 22 yang berbunyi:
‫ٍت ِلِم‬ ‫ِل‬ ‫ِن ِا‬ ‫ِس ِت‬ ‫ِت‬ ‫ِت‬ ‫ِم ِتِه‬
‫َو ْن آَيا َخ لُق الَّس َم اَو ا َو َألرِض َو اخ َالُف َال َن ُك م َو َالَو ا ُك ْم َّن يِف َذ َك َاَلَي ِّللَعا َني‬.
Dalam terjemah tafsir Al-Maraghi ayat ini menjelaskan bahwa diantara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah berbeda-beda bahasa kalian dengan perbedaan yang tak ada batasnya,
ada yang berbahasa Arab, ada yang berbahasa Prancis, inggris dan lain sebagainya (Ahmad
Mustafa Al-Maraghi, 2006). Dari penjelasan ayat tersebut membuktikan bahwa setiap daerah
atau negara mempunyai bahasanya masing-masing, salah satunya negara kita yaitu bahasa
Indonseia, salah satu unsur bahasa adalah adanya kosakata atau morfologi.
Sebagaimana yang telah disebutkan diatas bahwa kosakata adalah inti keterampilan
berbahasa dan menjadi bagian mendasar dalam keterampilan berkomunikasi. Inti kosakata
memiliki peran yang sangat penting dikarenakan penguasaan pada kosakata dapat
mempengaruhi keterampilan seseorang dalam berbahasa. Semakin banyak kosakata yang
dimiliki maka semakin besar kemungkinan seseorang terampil dalam berbahasa. Namun jika
kosakata yang dimiliki seseorang kurang maka keterampilan berbahasa pun akan terhambat.
Usia 6 sampai 13 tahun adalah masa anak untuk membaca. Anak akan merasakan kesulitan
jika tidak memahami arti kata-kata yang dibacanya menurunkan minat baca mereka. Oleh
karena itu sangat penting untuk penguasaan sejumlah kosakata tertentu yang sesuai jenjang
tingkat usia mereka agar pengetahuan kosakata mereka meningkat seiring usianya.
Kosakata adalah salah satu materi pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah yang
memiliki peran penting sebagai dasar penguasaan peserta didik terhadap penguasaan materi
pelajaran bahasa Indonesia maupun mata pelajaran lainnya. Ada beberapa alasan mengapa
kosakata berperan penting di dalam pembelajaran bahasa, yaitu. Pertama, bahwa
perkembangan dan peningkatan kosakata setiap orang berlangsung secara terus menerus.
Kedua, pengetahuan seseorang tentang makna dari kata berkaitan dengan kosakata yang
sering dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga, kata mempunyai hubungan dengan kata-
kata lainnya. Keempat, pengetahuan tentang kosakata berkaitan juga dengan pengajaran
struktur kalimat. Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar meliputi keterampilan
membaca, menulis, berbicara, dan menyimak. Melalui pembelajaran bahasa Indonesia peserta
didik dapat terampil menggunakan bahasa Indonesia sebagai sarana berkomunikasi.
Pada umumnya seorang anak masa prasekolah sudah menguasai kosakata dasar
sederhana yang berkaitan dengan lingkungannya. Kosakata mereka akan bertambah seiring
dengan banyaknya pengalaman yang mereka dapatkan dari lingkungan baru, salah satunya
sekolah. Semakin sering anak berbicara dengan orang sekelilingnya maka semakin banyak
juga perolehan kosakata yang ia miliki dan pada masa kanak-kanak anak sudah mulai
mengkombinasikan suku kata menjadi kata, dan kata menjadi kalimat. Semakin tinggi usia
seseorang maka semakin banyak kosa kata yang dikuasainya. Ini menunjukkan bahwa bahasa
yang dimiliki seseorang akan berkembang sepanjang hidupnya, mulai dari lahir hingga akhir
hayatnya. Seiring dengan bertambahnya usia dan kematangan jiwa. Bahasa anak berkembang
seiring dengan perkembangan intelektualnya. Suatu kegiatan berpikir tidak dapat terjadi
tanpa menggunakan bahasa.
Berdasarkan uraian tersebut dapat dinyatakan bahwa kosakata berperan penting dalam
penguasaan bahasa peserta didik, akan tetapi hal penguasaan peserta didik terhadap kosakata
masih sangat kurang dikarenakan pembelajaran kosakata belum memuaskan. Kenyataan
masih rendahnya penguasaan kosakata bahasa Indonesia sudah pernah diteliti oleh Yuharto
pada peserta didik Kelas 3 SDN Prabumulih II, berdasarkan observasi awal dan wawancara
dengan beberapa peserta didik dan guru bahasa Indonesia di sekolah tersebut ditemukan
bahwa secara umum penguasaan kosakata dari 40 peserta didik hanya 25% yang memenuhi
kriteria ketuntasan minimal (Sigit Widiyarto, Muhammad Rusdianto, and Paryono,, 2018).
Selain itu Hal tersebut juga diketahui berdasarkan hasil data observasi yang dilakukan
disekolah, diantaranya: Pada kelas rendah yaitu kelas 3 dapat dilihat dari 11 peserta didik,
hanya 3 atau 27% anak tuntas, yaitu anak yang ketika diberi tugas menulis cerita atau
pengalaman dia mampu menulis kosakata bahasa Indonesia dengan benar, 8 atau 72% anak
masih belum tuntas, masih terdapat kesalahan dalam penulisan yaitu masih terdapat
penggunaan bahasa daerah (Banjar) dan ejaan kata.
Hasil dari tes kosakata tersebut terlihat bahwa masih terdapat peserta didik yang
kurang mampu dalam menguasai kosakata-kosakata bahasa Indonesia yang mengakibatkan
mereka kurang terampil dalam menulis maupun berbicara kata bahasa Indonesia, Faktor yang
mengakibatkan penguasaan kosakata peserta didik rendah adalah kurangnya minat dalam
membaca, sehingga kemampuan kosakata yang dimiliki peserta didik tidak berkembang.
Selain itu metode pembelajaran yang digunakan kurang sesuai, seperti yang telah disebutkan
Dinny Kristianti dalam penelitiannya bahwa dalam proses belajar mengajar dengan metode
ceramah, siswa menjadi pendengar dari ceramah guru saja, siswa menjadi pasif, respon siswa
dalam mengikuti pelajaran masih kurang dan hasil belajar siswa menjadi rendah, metode
yang digunakan saat ini menggunakan metode ceramah, penggunaan teknik ini hanya terpusat
pada peserta didik saja sehingga peserta didik tidak berperan aktif dalam proses
pembelajaran. (Dinny Kristianty W, 2021)
Maka dari itu peneliti ingin menggunakan teknik peta konsep sebagai teknik dalam
peningkatan kosakata bahasa Indonesia dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Teknik peta
konsep atau disebut juga “Mind Mapping” adalah teknik yang dipopulerkan oleh Tony
Buzan, namun aslinya teknik ini diciptakan oleh Gelb. Tony Buzan menjelaskan bahwa
teknik peta konsep merupakan cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah yang
akan memetakan pikiran (Tony Buzan, 2015). Adapun hubungan pembelajaran kosakata
dengan teknik peta konsep adalah Mind Map dapat digunakan untuk meningkatkan daya
ingat dan pemikiran sinergis otak melalui visual memaksimalkan otak kanan dan otak kiri
untuk mengasah kecerdasan bahasa. Oleh karena itu dalam peningkatan kosakata, peta
konsep sangat berpengaruh besar untuk peserta didik dalam menguasai kosakata dengan baik,
karena dalam pembuatan peta konsep peserta didik dapat dengan menambahkan warna atau
gambar dan bentuk struktur peta konsep dengan imajinasinya sendiri. Selain itu kemampuan
berpikir peserta didik akan lebih berkembang ketimbang harus menghafal kata demi kata atau
kalimat demi kalimat. Maka dari itu peneliti berpendapat bahwa penggunaan teknik peta
konsep sangat bagus dalam meningkatkan kemampuan kosakata bahasa Indonesia peserta
didik.
Dari permasalahan tersebut, dan mengingat pentingnya penguasaan kosakata bahasa
Indonesia peserta didik, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih mendalam
terkait dengan kosakata yang berjudul "Meningkatkan Kemampuan kosakata Bahasa
Indonesia Peserta didik MI Muhammadiyah Kertak Hanyar dengan Teknik Peta
Konsep".

METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas (PTK) Partisipan atau Classroom
Action Research (CAR). Penelitian tindakan kelas merupakan sebuah penelitian yang
dilakukan oleh pendidik di kelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan, dan
merefleksikan tindakan, secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan untuk memperbaiki
kinerja sebagai tenaga pendidik sehingga hasil belajar peserta didik dapat meningkat
(Parnawi, 2020). Adapun jenis Penelitian PTK partisipan yaitu apabila orang yang akan
melaksanakan penelitian harus ikut terlibat langsung dalam proses penelitian sejak awal
sampai dengan hasil penelitian berupa laporan (Retno Ayu Kusumaningtyas, 2018).
Pada penelitian Tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan dengan cara siklus berulang.
Setiap siklus meliputi empat tahapan, emapat tahap menurut Kemmis dan Mc. taggart yaitu:
Perencanaan, Pelaksanaan/Tindakan, Pengamatan/Observasi dan Refleksi
Penelitian ini dilaksanakan di kelas 3 MI Muhammadiyah Kertak Hanyar, KM. 7,200,
Kelurahan Kertak Hanyar, Kabupaten Banjar. Penelitian ini dilaksanakan pada semester 1
Tahun Ajaran 2023/2024. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas 3 MI
Muhammadiyah Kertak Hanyar yang berjumlah total 11 peserta didik, yang terdiri dari 4
peserta didik laki-laki dan 7 peserta didik perempuan. Serta peneliti bertindak sebagai
observer yang mendiagnosis membuat konsep dan merancang tindakan bersama guru
kelas.Sedangkan objek penelitian dalam PTK ini yaitu kemampuan kosakata bahasa
Indonesia. Kemampuan kosakata bahasa Indonesia yang dimaksud adalah penggunaan teknik
peta konsep untuk melatih meningkatkan kemampuan kosakata bahasa Indonesia yang
dimiliki peserta didik kelas 3 MI Muhammadiyah Kertak Hanyar.
Adapun teknik-teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
Observasi, Tes (Unjuk Kerja) dan Dokumentasi,.Teknik pengumpulan data yang dipilih akan
menentukan instrumen penelitian yang digunakan. Instrumen penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu: Lembar Observasi, Lembar Tes, Lembar penilaian Peserta didik
dan Dokumentasi
Analisis pencarian data dari hasil observasi terhadap peserta didik sebagai pelaksana
kegiatan dilakukan untuk melakukan refleksi agar peneliti dapat menentukan tindakan yang
akan diambil pada siklus berikutnyaPenelitian ini dikatakan berhasil apabila 80% dari seluruh
peserta didik mengalami peningkatan yang ditunjukkan pada hasil observasi, dan lembar tes
kemampuan peserta didik mencapai nilai rata-rata ketuntasan dari seluruh peserta didik yakni
diatas 73 pada siklus. Nilai ini ditetapkan berdasarkan standar penilaian dikelas pada materi
pembelajaran bahasa Indonesia Interpretasi data dilakukan dengan cara melihat perbandingan
persentase dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan.

PEMBAHASAN
Setelah melakukan penelitian tentang meningkatkan kemampuan kosakata bahasa
Indonesia peserta didik MI Muhammadiyah Kertak Hanyar dengan teknik peta konsep,
peneliti telah menemukan bagaimana peningkatan kosakata peserta didik dapat meningkat
menggunakan teknik peta konsep, sesuai dengan rumusan masalah pada penelitian ini. Pada
bab ini peneliti akan memberikan pembahasan atau uraian dari hasil sebelumnya tentang
kemampuan kosakata peserta didik terhadap penggunaan teknik peta konsep dalam
pembelajaran bahasa Indonesia di kelas 3 MI Muhammadiyah Kertak Hanyar.
1. Tahapan Penerapan Teknik Peta Konsep pada kemampuan Kosakata Peserta didik
Peta konsep merupakan suatu alat yang digunakan untuk menyatakan hubungan yang
bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi, proposisi adalah dua atau lebih
konsep-konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam satu unit. Bentuk paling
sederhana dari suatu peta konsep anya terdiri atas dua konsep yang dihubungkan oleh
satu kata penghubung untuk membentuk suatu kata dan berkaiatan satu sama lain
(Khuswatun Khasanah, 2019).
a. Perencanaan
Perencanaan tindakan diawali dengan diskusi antara peneliti dengan guru kelas
sebagai kolaborator. Pada dasarnya perencanaan siklus I dengan Siklus II sama,
tindakan yang dilakukan adalah menyusun rancangan yang akan dilaksanakan dalam
pembelajaran yaitu:
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan tema yaitu
pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup. RPP ini disusun peneliti
untuk digunakan sebagai acuan melaksanakan pembelajaran.
2) Menyusun lembar observasi, lembar observasi terdiri dari lembar observasi
peserta didik dan guru. Lembar observasi ini disusun berdasarkan aktivitas
peserta didik selama pelaksanaan pembelajaran yaitu perhatian peserta didik,
minta peserta didik dan respon peserta didik. Sedangkan lembar ibservasi
aktivitas guru disusun berdasarkan tahap penerapan RPP maupun pemberian
tugas.
3) Mempersiapkan alat atau bahan mengajar seperti gambar, spidol, papan media,
dan buku. Sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran.
4) Mempersiapkan lembar tugas evaluasi peserta didik
b. Pelaksanaan (Tindakan)
Pada tahap ini kegiatan pembelajaran pada siklus I dan II diawali dengan guru
memberikan salam dan memulai memimpin peserta didik untuk berdoa sebelum
belajar, yel-yel konesntrasi dan bertepuk tangan untuk mengawali kegiatan. Kemudian
guru meminta peserta didik menyiapkan buku tema, guru menjelaskan materi
pembelajaran yanga ada pada buku tema. Setelah itu guru mengaitkan materi kosakata
pada tema pembelajaran.
Adapun langkah-langkah dalam penerapan teknik peta konsep tersebut adalah:
1) Menjelaskan materi pembelajaran sesuai dengan tema yang diajarkan
2) Menempelkan gambar pada batang Mind Map (peta konsep) di media, sesuai
dengan kelompok katanya.
3) Menggunakan warna yang menarik. Karena bagi otak, warna sama menariknya
dengan gambar. Warna membuat gambar lebih hidup, menambah energi pada
pemikiran yang kreatif dan menyenangkan.
4) Menjelaskan nama-nama kosakata sesuai dengan gambar yang ditempel untuk
merangsang daya pikir anak agar kemampuan berbahasa dapat berkembang.
5) Setelah dijelaskan nama-nama kosakata sesuai dengan gambar yang di tempel,
anak diminta kembali menyebutkan kosakata dan menuliskan dari penggunaan
peta konsep untuk mengetahui kemampuan anak dalam mengingat dan menulis
kosakata yang telah dijelaskan guru
Langkah-langkah pelaksanaan tindakan lainnya pada penerapan peta konsep sebagai
berikut:
1) Langkah pertama, guru menunjukkan peta konsep kepada peserta didik lalu
bertanya nama-nama kosakata dari gambar di media untuk mengetahui
kemampuan anak dalam menangkap informasi.
2) Langkah kedua, guru menjelaskan kemudian meminta peserta didik untuk
menyebutkan kembali nama-nama kosakata dari batang peta konsep untuk
mengetahui kemampuan peserta didik dalam mengingat dan menyebutkan
kosakata yang telah dijelaskan oleh guru.
3) Langkah ketiga, peserta didik mulai mengerjakan tugas menuliskan kembali
batang peta konsep kelas kata dan mengelompokkan kosakata-kosakata
tersebut kedalam kelas kata yang sesuai.
c. Observasi (Pengamatan)
Observasi dilaksanakan selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung. Pada
pertemuan pra siklus, siklus I maupun siklus II. Berdasarkan hasil observasi prasiklus
menunjukkan bahwa peserta didik kurang terlibat secara langsung dan aktif
berpartisipasi dalam proses kegiatan pembelajaran kosakata bahasa Indoenesia.
Peserta didik hanya menerima kosakata yang diajarkan oleh guru. Oleh karena itu
peneliti dan guru menyiapkan menyiapkan tindakan yang akan dilakukan. Hasil
pengamatan dari tindakan siklus I menunjukkan bahwa peserta didik memiliki
ketertarikan dalam kegiatan peta konsep yang diajarkan oleh guru. Hal tersebut dapat
dilihat dari aktivitas belajar peserta didik selama kegiatan pembelajaran, yaitu peserta
didik mulai antusias mengikuti proses pembelajaran dan menyelesaikan tugas sesuai
dengan waktu yangd diberikan. Selain itu hasil pengamatan siklus 1 dijelaskan bahwa
ketika peserta didik mencari potongan gambar untuk ditempelkan pada peta konsep
kelas kata, banyak peserta didik yang masih bertanya kepada teman maupun guru
letak gambar yang sesuai. Namun, beberapa peserta didik juga mampu mengucapkan
beberapa kosakata berbahasa Indonesia dengan baik dan benar sesuai dengan subtopik
saat menerapkan teknik peta konsep karena anak sudah mulai mengingat kosakata-
kosakata sebelumnya. Beberapa peserta didik sudah mulai menunjukkan peningkatan
pada aspek menyebutkan, menunjukkan maupun menuliskan kosakata-kosakata
seperti kata benda, kerja maupun sifat seperti yang sudah dijelaskan oleh guru.
Adapun pengamatan pada Siklus II menunjukkan bahwa adanya peningkatan
kemampuan kosakata peserta didik melalui penerapan mertode peta konsep. Hampir
seluruh peserta didik sudah memahami dalam pemetaan pikiran. semua peserta didik
mulai percaya diri dalam kemampuan kosakata bahasa Indonesia dan dapat mengingat
kosakata pada gambar-gambar yang ada pada teknik peta konsep sebelumnya maupun
kosakata yang terdapat pada buku tema. Peserta didik mulai terbiasa dengan dengan
teknik peta konsep dan gambar-gambar yang ditunjukkan oleh guru, peserta didik
sudah tidak banyak yang bertanya secara berulang-ulang kepada teman maupun guru
tentang tugas maupun kosakata-kosakata yang tidak dipahami.
d. Refleksi
Refleksi merupakan usaha dalam menggali permasalahn yang ada, apa yang sudah
dituntaskan atau perbaikan melalui tindakan yang dilaksanakan. Hasil refleksi
dibutuhkan dalam mengarahkan proses selanjutnya sebagai usaha sesuai tujuan PTK.
Pada Siklu I refleksi permasalahan yang muncul selama proses pembelajaran pada
dengan menggunakan teknik peta konsep adalah sebagai berikut:
1) Saat peserta didik maju kedepan memilih gambar, teman yang lain ikut serta
dan berkerumun sehingga menyulitkan peserta didik dalam memilih gambar
yang sesuai.
2) Masih terdapat peserta didik yang asik sendiri atau mengobrol bersama
temannya.
3) Tidak semua peserta didik berminat memilah dan memilih tumpukan gambar,
sehingga peserta didik tersebut tidak menyelesaikan tugas.
4) Gambar yang disediakan guru masih kurang banyak atau kurang beragam.
5) Saat mengerjakan tugas menuliskan kosakata, terdapat peserta didik yang
berjalan dan mencontek ke teman yang lainnya.
Evaluasi perbaikan yang dilakukan untuk ke siklus selanjutnya agar permasalahan
tersebut dapat diatasi yaitu dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Guru membimbing peserta didik memilih dan menempel gambar dengan cara
memberi sedikit petunjuk. Serta melarang peserta didik yang lain untuk ikut
serta.
2) Guru memberikan motivasi dan apresiasi pada peserta didik dengan cara yel-
yel dan ajakan semangat untuk menyelesaikan tugas.
3) Guru memperbanyak gambar-gambar media untuk ditempel peserta didik di
papan media.
4) Guru membuat lembar tugas evaluasi berupa batang peta konsep bergambar
yang menarik dari sebelumnya.
Dan pada siklus II, hasil evaluasi menunjukkan bahwa proses pembelajaran
dengan menggunakan teknik peta konsep dinilai dapat memberikan rangsangan
terhadap kemampuan ingatan kosakata bahasa Indonesia peserta didik. Hal ini
disebabkan pada kegiatan menempel atau mengisi kolom-kolom kosakata
menggunakan ingatan peserta didik dengan bimbingan guru dinilai cukup efektif,
karena menarik perhatian peserta didik saat guru menerangkan pembelajaran
dengan gambar-gambar yang berwarna dan beragam.
2. Hasil Kemampuan kosakata bahasa Indonesia Peserta didik Kelas 3
Kosakata merupakan semua yang terdapat dalam satu bahasa maupun kalimat,
kekayaan kata yang dimiliki oleh seorang pembicara atau penulis. Berdasarkan hasil
observasi menunjukkan bahwa peserta didik kurang terlibat secara langsung dan aktif
berpartisipasi dalam proses kegiatan pembelajaran kosakata bahasa Indoenesia. Peserta
didik hanya menerima kosakata yang diajarkan oleh guru. Pembelajaran kosakata
melalui teknik peta konsep diharapkan dapat meningkatkan kemampuan kosakata peserta
didik. Hal ini karena kosakata merupakan pusat penguasaan bahasa. Kegiatan
pembelajaran yang menarik memicu perhatian peserta didik kepada guru yang sedang
menjelaskan materi pembelajaran. Hal ini disebabkan pada teknik peta konsep terdapat
gambar yang mampu menstimulus indera penglihatan peserta didik, sehingga peserta
didik lebih mudah mengetahui materi yang sedang dipelajari. Selain indera penglihatan
peserta didik juga tetap mendengarkan penjelasan guru yang memicu indera
pendengarannya. Teknik peta konsep dapat merubah peserta didik agar focus dalam
pemberian materi secara langsung, sehingga peserta didik dapat tertarik mengikuti proses
pembelajaran. Hal ini terbukti ketika pembuatan mind mapping (peta konsep)
berlangsung peserta didik terlihat begitu antusias dengan pemberian gambar yang
memiliki banyak warna sehingga peserta didik senang mengikuti proses pembelajaran.
Teknik mind mapping (petak konsep) berpengaruh dalam kemampuan
kosakata peserta didik kelas 3. Selain itu dengan diberikannya peta konsep peserta didik
diminta untuk mencoba membuat pemetaan pikiran atau peta konsep. Penerapan peta
konsep ini dapat menambah kosakata peserta didik. Hal ini dapat diketahui sebelum
diterapkan teknik peta konsep dalam proses pembelajaran diperoleh rata-rata 40,3 dan
setelah diterapkannya teknik peta konsep diperoleh nilai rata-rata 88.
Selama proses pembelajaran menggunakan teknik peta konsep, guru
menggunakan gambar atau foto terkait kosakata kerja, benda dan sifat, sebagai alat bantu
dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik dapat memvisualkan kosakata yang
dipelajari. Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa tes
menunjukkan, menyebutkan dan menuliskan kosakata-kosakata kerja, benda, dan sifat.
Hasil pengamatan dari tindakan siklus I menunjukkan bahwa peserta didik
memiliki ketertarikan dalam kegiatan peta konsep yang diajarkan oleh guru. Hal tersebut
dapat dilihat dari aktivitas belajar peserta didik selama kegiatan pembelajaran, yaitu
peserta didik mulai antusias mengikuti proses pembelajaran dan menyelesaikan tugas
sesuai dengan waktu yangd diberikan. Selain itu hasil pengamatan siklus 1 dijelaskan
bahwa ketika peserta didik mencari potongan gambar untuk ditempelkan pada peta
konsep kelas kata, banyak peserta didik yang masih bertanya kepada teman maupun guru
letak gambar yang sesuai. Namun, beberapa peserta didik juga mampu mengucapkan
beberapa kosakata berbahasa Indonesia dengan baik dan benar sesuai dengan subtopik
saat menerapkan teknik peta konsep karena anak sudah mulai mengingat kosakata-
kosakata sebelumnya. Beberapa peserta didik sudah mulai menunjukkan peningkatan
pada aspek menyebutkan, menunjukkan maupun menuliskan kosakata-kosakata seperti
kata benda, kerja maupun sifat seperti yang sudah dijelaskan oleh guru.
Adapun pengamatan yang dilakukan pada siklus II menunjukkan bahwa
adanya peningkatan kemampuan kosakata peserta didik melalui penerapan mertode peta
konsep. Hampir seluruh peserta didik sudah memahami dalam pemetaan pikiran. semua
peserta didik mulai percaya diri dalam kemampuan kosakata bahasa Indonesia dan dapat
mengingat kosakata pada gambar-gambar yang ada pada teknik peta konsep sebelumnya
maupun kosakata yang terdapat pada buku tema. Peserta didik mulai terbiasa dengan
teknik peta konsep dan gambar-gambar yang ditunjukkan oleh guru, peserta didik sudah
tidak banyak yang bertanya secara berulang-ulang kepada teman maupun guru tentang
tugas maupun kosakata-kosakata yang tidak dipahami
Hasil pelaksanaan tes kemampuan kosakata bahasa Indonesia dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 1 perolehan nilai rata-rata kemampuan kosakata peserta didik
Elemen Perolehan Nilai Perolehan Nilai Perolehan Nilai
Kemampuan Data Awal Siklus I Siklus II
Kosakata
Peserta didik
Menunjukkan, 40,3 72,6 88
menyebutkan,
Menuliskan
Kosakata (kerja,
benda, sifat)
Kriteria Cukup Baik Sangat Baik
Ketuntasan - - 

PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai meningkatkan kemampuan
kosakata bahasa Indonesia MI Muhammadiyah Kertak Hanyar dengan teknik peta konsep
yang telah diuraikan pada halaman sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan yaitu:

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan kosakata


menggunakan teknik peta konsep pada peserta didik kelas 3 MI Muhammadiyah
Kertak Hanyar dilakukan dengan 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan dan refleksi. Sedangkan langkah yang dilakukan dengan beberapa cara,
yaitu:

a. Tindakan menunjukkan kosakata kerja, benda sifat pada media gambar dalam
batang teknik peta konsep, atau pada buku tema pembelajaran.

b. Tindakan menyebutkan kosakata kerja, benda, sifat pada batang peta konsep
melalui gambar, atau menyebutkan kosakata pada gambar di buku tema
pembelajaran.
c. Menuliskan kosakata kerja, benda, sifat dalam bentuk pemetaan pikiran atau peta
konsep pada lembar kerja.

2. Penggunaan teknik peta konsep mampu meningkatkan kemampuan kosakata bahasa


Indonesia peserta didik. Hal ini ditunjukkan dari meningkatknya jumlah nilai rata-rata
ketuntasan seluruh peserta didik, dimana pada data awal/pra siklus sebesar 40,3
dengan kriteria Cukup. Kemudian pada siklus I meningkat menjadi 72,6 dengan
Kriteria Baik. Pada Siklus II jumlah nilai rata-rata Kembali meningkat menjadi 88
dengan Kriteria Sangat Baik.

Dengan penggunaan teknik peta konsep terbukti bahwa kemampuan kosakata bahasa
Indonesia peserta didik kelas 3 MI Muhammadiyah Kertak Hanyar telah berhasil mengalami
peningkatan. Nilai peningkatan dari siklus I ke siklus II, mencapai 15,4. Teknik ini merubah
kriteria kemampuan kosakata peserta didik dari baik menjadi sangat baik.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Mustafa Al-Maraghi. (2006). Tafsir Al-Maraghi. Mesir: Mustafa Al-Babi Al-Halabi.

Dinny Kristianty W. (2021). Pengaruh Metode Ceramah Dan Dialog Terhadap Motivasi Belajar.
Jurnal: Madinasika Manajemen dan Keguruan, 3, no.2 (Oktober 2021) ,
http://ejurnalunma.ac.id/index.php/madinasika.

Khuswatun Khasanah. (2019). Peta Konsep Sebagai Strategi Meningkatkan Hasil Belajar Peserta
didik Sekolah Dasar. Jurnal Edu Trained 3, no. 2, (Oktober 2019).

Parnawi. (2020). Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Yogyakarta: CV Budi
Utama.

R. Kunjana Rahardi. (2009). Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Retno Ayu Kusumaningtyas. (2018). Uji Kompetensi Guru. Jakarta Timur: PT Bumi Aksara.

Sigit Widiyarto, Muhammad Rusdianto, and Paryono,. (2018). “Peningkatan Penguasaan Kosakata
Peserta didik SD Melalui Nedia Boneka Tangan. Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah
Dasar Vol.1 No.1.

Tony Buzan. (2015). Buku Pintar Mind Map. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai