ABSTRAK
Permasalahan yang terjadi di TK NU Al Anshar yaitu anak belum mampu meniru bentuk dengan tepat.
Kesulitan belajar ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya penyajian yang kurang menarik bagi anak,
kurang tepatnya metode yang diberikan, kurangnya motivasi yang diberikan sehingga kurang merangsang
kemauan dan minat anak dalam belajar. Jika semua ini terus berlanjut, akan menghambat kemajuan motorik
anak, menyebabkan kurangnya kreativitas, dan kekurangan rasa percaya diri. Penelitian Tindakan Kelas ini
dilakukan di kelompok B tahun ajaran 2017/2018 di TK NU Al-Anshar, dengan 15 anak sebagai subjek
penelitian, terdiri dari 7 laki-laki dan 8 perempuan. Fokus penelitian adalah pada pengembangan motorik halus
dengan meniru bentuk. Peneliti menggunakan kombinasi metode demonstrasi dan pemberian tugas yang
dianggap sesuai untuk mengatasi masalah tersebut. Metode pemberian tugas dianggap efektif dalam
meningkatkan cara belajar dan mengukuhkan pemahaman hasil belajar.Keberhasilan penelitian ini diukur
melalui aktivitas guru yang dinilai sangat baik, partisipasi aktif anak, dan pencapaian perkembangan yang sesuai
harapan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan variasi metode demonstrasi dan pemberian tugas
berhasil mengembangkan kemampuan motorik halus anak dalam meniru bentuk, terutama pada tema rekreasi di
TK NU Al-Anshar. Aktivitas guru dinilai sangat baik, aktivitas anak sangat aktif, dan pengembangan belajar
anak secara individu dan klasikal berhasil dengan kategori Berkembang Sangat Baik (BSB).Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode demonstrasi dan pemberian tugas mampu mencapai tujuan
pengembangan motorik halus anak secara efektif di TK NU Al-Anshar. Aktivitas guru, aktivitas anak, dan hasil
capaian perkembangan anak semuanya mencapai kriteria sangat baik, menunjukkan kesuksesan dari pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini.
Kata Kunci : Motorik Halus, Meniru Bentuk, Metode Demonstrasi dan Metode Pemberian Tugas
ABSTRACT
The problem that occurs in Al Anshar Kindergarten is that children have not been able to imitate shapes
correctly. This learning difficulty is caused by several factors including unattractive presentation for children,
inaccurate methods given, lack of motivation given so that it does not stimulate children's willingness and
interest in learning. If all of this is allowed to continue, it will hinder the child's motor development, so that the
child becomes uncreative and lacks confidence.This classroom action research was carried out in group B for
the 2017/2018 school year at TK NU Al-Anshar. The number of children in group B who were the subjects of
the study were 15 consisting of 7 boys and 8 girls. Research is carried out in the field of fine motor development
with a level of achievement in the development of mimicking shapes. Researchers use a variety of demonstration
methods and methods of assigning suitable tasks to be used in solving these problems.. Meanwhile, the
assignment method is one of the methods to provide learning experiences that can improve learning methods
and strengthen mastery of learning outcomes. Success indicators in classroom action research are said to be
successful if the teacher's activity is very good, children's activities are active and the results of developmental
achievement develop according to expectations..Based on the results of the study, it can be concluded that the
use of variations in demonstration methods and assignment methods can develop children's fine motor skills in
imitating forms on the theme of recreation in group B children at TK NU AL-Anshar, East Banjarmasin District,
Banjarmasin City, in the very good category. In the child's activity it is declared successful with the very active
category and in the development of individual and classical children's learning, it is declared successful with
the Very Well Developed category (BSB).Conclusion Teachers' activities have reached the Very Good criteria
with a score of 31. Children's activities have reached the Very Active criteria with a score of 99.6. The resulst of
children’s development achievements with the Very Good Development criteria (BSB) with a score of 100 %.
Keywords: Fine Motoric, Imitate Forms, Demonstration Methods and Assignment Methods
PENDAHULUAN Pendidikan anak usia dini dalam
Masuk ke era ke-21, manusia bentuk Taman Kanak-kanak merupakan
dihadapkan pada berbagai tantangan bagian dari sistem pendidikan formal,
kehidupan yang dicirikan oleh kemajuan sebagaimana diatur dalam UUSPN Nomor
pesat dalam ilmu pengetahuan dan 20 Tahun 2003. Tipe pendidikan ini
teknologi, serta perubahan sosial yang mencakup Taman Kanak-kanak (TK),
semakin kompleks. Perubahan signifikan Raudhatul Athfal, atau bentuk lain yang
terjadi di hampir semua aspek kehidupan, setara. Fokus utama dari pendidikan anak
mendorong manusia untuk terus usia dini, khususnya di Taman Kanak-
meningkatkan kemampuan mereka. kanak, yaitu memfasilitasi pertumbuhan
Globalisasi tidak hanya memengaruhi dan perkembangan anak secara
sektor ekonomi, tetapi juga mempermeo menyeluruh, dengan penekanan pada
dampaknya dalam aspek sosial dan pengembangan semua aspek kepribadian
budaya. Oleh karena itu, untuk dapat hidup anak.
sesuai dengan tuntutan zaman dan bersaing Pendekatan ini, sebagaimana
secara efektif dengan bangsa lain, dijelaskan oleh Anderson (1993), mengacu
Indonesia perlu mempersiapkan generasi pada pertimbangan didaktis yang bertujuan
yang unggul sesuai dengan potensinya memberikan peluang bagi pengembangan
masing-masing. kepribadian anak. Oleh karena itu, Taman
Menurut Santrock sebagaimana Kanak-kanak perlu menyediakan beragam
dijelaskan oleh Seotjiningsih (2014: 185), kegiatan yang mampu mengembangkan
perkembangan motorik kasar dan halus aspek-aspek perkembangan anak, termasuk
pada anak usia 2-6 tahun mengalami aspek kognitif, bahasa, sosial, emosional,
kemajuan yang sangat pesat. Keterampilan fisik, dan motorik. Dalam konteks ini,
motorik kasar, melibatkan otot-otot besar pengalaman menyenangkan, iklim hangat,
seperti berlari, melompat, dan memanjat, dan makna menjadi kunci dalam
serta keterampilan motorik halus yang penyelenggaraan pendidikan Taman
melibatkan koordinasi otot-otot kecil Kanak-kanak (Suriansyah & Aslamiah,
dengan mata dan tangan, seperti 2011: 23).
menggambar, menggunting, menjiplak, Untuk memastikan kelancaran
dan menempelkan kertas. pendidikan, terutama di tingkat
Pendidikan Taman Kanak-kanak, PAUD/TK, beberapa komponen penting
sebagai bentuk pendidikan anak usia dini diperlukan, seperti pendidik/guru, sarana-
bagi mereka yang berusia empat sampai prasarana, kurikulum, dan elemen-elemen
enam tahun, memiliki peran penting dalam lainnya. Menurut pandangan Zahara Idris
mengembangkan kepribadian anak dan dan Lisma Jamal (2008: 49), seorang guru
mempersiapkan mereka untuk memasuki diartikan sebagai individu dewasa yang
tahapan pendidikan berikutnya. Pendidikan bertanggung jawab memberikan
Taman Kanak-kanak dianggap sebagai bimbingan dalam pengembangan jasmani
jembatan yang menghubungkan dan rohani peserta didik. Tujuan utamanya
lingkungan keluarga dengan masyarakat yaitu agar peserta didik mencapai tingkat
yang lebih luas, seperti Sekolah Dasar dan kedewasaan, mampu berdiri sendiri, dan
lingkungan sekitarnya, sesuai dengan memenuhi peran mereka sebagai makhluk
pandangan Gunarti (2007:16).
Tuhan, individu mandiri, dan anggota Menurut Sumantri (2005), motorik
masyarakat (makhluk sosial) halus melibatkan penggunaan otot-otot
Guru sebagai sumber pembelajaran kecil yang membutuhkan kecermatan dan
memegang peran utama dalam koordinasi dengan tangan. Bambang
keberhasilan peserta didik sebagai Sujiono (2008) menekankan bahwa
pembelajar. Untuk mencapai kesuksesan gerakan motorik halus melibatkan bagian-
ini, guru perlu mengadopsi inovasi dalam bagian tubuh tertentu, terutama jari-jemari
proses pembelajaran, seperti menggunakan dan pergelangan tangan, memerlukan
metode atau model pembelajaran yang koordinasi mata dan tangan yang cermat.
beragam. Penting bagi guru untuk Kemampuan yang baik dalam motorik
mengembangkan seluruh aspek halus memungkinkan anak untuk berkreasi
perkembangan anak secara optimal. dalam kegiatan seperti menggunting
Faktor-faktor seperti sarana-prasarana, alat kertas, menggambar, mewarnai, dan
permainan edukatif, media pembelajaran, menganyam.
ruangan kelas yang memadai, dan Dari hasil pengamatan di lapangan
perlengkapan lainnya juga memiliki peran yang dilakukan pada kelompok B TK NU
penting dalam memastikan kualitas Al-Anshar, kenyataannya pembelajaran
pembelajaran. bidang motorik halus lebih dari 50% anak
Selain itu, kurikulum menjadi belum mampu meniru bentuk dengan
komponen krusial dalam kegiatan belajar tepat. Hal ini dibuktikan dari data yang
mengajar. Menurut Undang-Undang didapat sebagai berikut:
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pada tahun 2015/2016, data yang I I I I
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, menunjukkan bahwa belum ada yang
I I I I I
isi, bahan pelajaran, dan pedoman mencapai kriteria Berkembang Sangat Baik
I I I I I
Dalam konteks ini, kurikulum yang nilai Berkembang Sesuai Harapan (BSH).
I I I I I
dalam kurikulum yaitu aspek motorik Berkembang (BB). Pada tahun 2016/2017,
I I I I I
kasar dan halus. Motorik kasar, yang menunjukkan bahwa kemampuan anak
I I I I
menjadi tahap awal perkembangan fisik dalam meniru bentuk masih belum
I I I I I
motorik pada usia dini, melibatkan gerakan berkembang dengan baik. Dari 15 anak, satu
I I I I I I I
kasar seperti berjalan dan berlari. Seiring anak memperoleh nilai Belum Berkembang
I I I I I
otot-otot kecil seperti jari-jemari dan Hanya 6 anak (40%) yang mencapai nilai
I I I I I I I
kecermatan dan koordinasi dalam tidak ada yang mencapai nilai Bintang
I I I I I I
kurang menarik bagi anak, ketidakcocokan penelitian tindakan kelas (classroom action
I I I I I
kurangnya kreativitas dan kekurangan rasa Konsep ini sesuai dengan ciri khas penelitian
I I I I I I I
percaya diri. Tidak hanya mempengaruhi tindakan kelas yang mencakup pelaksanaan
I I I I I
media atau metode pembelajaran yang yang bersifat reflektif dengan melibatkan
I I I I I
profesional.
dan menyenangkan. Berlandaskan alasan
I
proses terjadinya sesuatu, sangat efektif tindakan kelas ini dilaksanakan pada
I I I I I
jawaban berlandaskan fakta yang dilihat. yang menjadi subjek penelitian yaitu 15
I I I I I I
Sementara itu, metode pemberian tugas orang yang terdiri dari 7 orang laki-laki dan 8
I I I I I I I I I
PEMBAHASAN arahan
I observer. Hal ini
I I I
Kegiatan
I dihari pertama I I
meningkatkan
I kualitas I
20
terdapat 1 aspek yang mencapai skor 15
I I I I I I
15
4 (sangat baik). Guru sudah mampu
I I I I I I
10
menyajikan gambaran sekilas materi
I I I I
5
meniru bentuk yang disampaikan
I I I I 0
dengan baik dan secara detail materi
I I I I I I
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3
pokok yang akan dipelajari pada hari
I I I I I I Gambar 1. Persentase
tersebut,
I yaitu guru dalam I I I perbandingan aktivitas guru
menyajikan materi secara khusus
I I I I Pertemuan 1-3
tentang geometri dan mendetail dan
I I I I I Pelaksanaan refleksi pada
sudah sesuai dengan tujuan
I I I I setiap pertemuan dapat membantu
pembelajaran yang ingin dicapai
I I I I guru dalam mengidentifikasi
sehingga anak lagi kesulitan dalam
I I I I I kelemahan-kelemahan dalam
memahami penjelasan dari guru
I I I I pelaksanaan pembelajaran,
karena persiapan materi yang
I I I I memungkinkan mereka untuk
disajikan jelas.
I I melakukan perbaikan dalam
Kesimpulan dari pengamatan I I merancang perencanaan
Pertemuan
I 3 yaitu bahwa I I I pembelajaran berikutnya. Untuk
pelaksanaan kegiatan pembelajaran
I I I memastikan efektivitas dan
telah berhasil dengan kategori sangat
I I I I I efisiensi pelaksanaan
baik, dinilai sebesar 31. Guru telah
I I I I I I pembelajaran, perlu adanya
berhasil mengatasi kekurangan yang
I I I I perencanaan yang terstruktur
dengan baik, melibatkan proses dikombinasikan dengan
belajar-mengajar yang lebih menyenangkan karena anak akan
bermakna, serta merancang langsung aktif terhadap kegiatan
skenario yang jelas untuk yang dilakukannya karena anak
mengaktifkan siswa (Ibrahim, dkk, diajak untu melakukan secara
2003:31). langsung kegiatan yang
Perbaikan kinerja guru dalam dilakukan,selain itu menumbuhkan
mengajar berkaitan erat dengan kerjasama anatar sesama teman dan
tanggung jawab guru dalam memunculkan dinamika gotong
menciptakan lingkungan royong.
pembelajaran yang efektif bagi Berlandaskan pengamatan
anak. Kegiatan pembelajaran di yang dilakukan diketahui bahwa
kelas mencakup manajemen kelas, aktivitas anak dari setiap
penggunaan media dan sumber pertemuan terjadi peningkatan,
belajar, serta penerapan metode secara kelompok yang mulanya
dan strategi pembelajaran. Semua masih banyak anak yang berada
aspek ini menuntut kemampuan dalam kriteria kurang aktif dan
guru dalam pelaksanaannya cukup aktif tetapi pada pertemuan
(Rusman, 2011:76). akhir hampir semua anak berada
Proses pembelajaran ini, pada kriteria aktif dan sangat aktif.
sebagai bentuk interaksi yang Adapun hasil kegiatan anak
diberikan kepada anak, perlu Pertemuan 1-3 dapat dilihat pada grafik
memperhatikan karakteristik setiap dibawah ini :
tahapan perkembangan anak 120
100 100 98.3 100
(Sujiono, 2012:6). 100
Metode demonstrasi, menurut 78.33
80 73.3373.33 75
Sanjaya W (2006:152), yaitu 56.67 Pertemuan 1
60
"metode penyampaian pelajaran 43.33 45 48.33 Pertemuan 2
dengan cara memperagakan dan 40 Pertemuan 3
mempertunjukkan suatu proses, 20
situasi, atau benda kepada siswa, 0
baik secara nyata maupun hanya A B C D
sebagai tiruan." Meskipun peran
siswa dalam demonstrasi lebih Gambar 2. Grafik persentase
bersifat pengamatan, metode ini perbandingan aktivitas anak
dapat menyajikan materi pelajaran Pertemuan 1-3
secara konkret dalam strategi Observasi aktivitas anak
pembelajaran ekspositori dan dalam mengikuti pembelajaran
inkuiri. yaitu tugas yang diberikan pada
2. Aktivitas Anak penelitian ini, semua kegiatan
Variasi metode demonstrasi dapat dilaksanakan dengan baik,
dan metode pemberian tugas yang anak anak memiliki keaktifan
menyajikan aktivitas sebagai dalam pembelajaran yang
bentuk pengalaman belajar bermain dilaksanakan, sehingga pebelajaran
untuk melakukan pembelajaran sangat memotivasi anak baik secara
secara langsung dengan melakukan individu maupun kelompok.
demonstrasi kegiatan yang Aktivitas anak secara berkelompok
dilakukan anak berisi konsep pada pertemuan 1 rata-rata Cukup
materi peajaran memungkinkan Aktif, pertemuan 2 rata-rata aktif
anak untuk belajar lebih aktif, yang dan pada pertemuan 3 Sangat
Aktif. Aktivitas anak pada Pembelajaran yang berhasil
pertemuan pertama dengan nilai optimal yaitu pembelajaran yang
48,33 % dengan kriteria cukup mampu melibatkan seluruh siswa
aktif, terjadi peningkatan pada secara aktif dalam semua aktivitas
pertemuan kedua dengan nilai pembelajaran dan berlangsung
75,98 % dengan kriteria Aktif. secara terus-menerus, sesuai
Kemudian dilanjutkan dengan dengan konsep Suriansyah dkk.
Pertemuan 3 dengan nilai 99,6 % (2009:80). Teori aktivitas anak
dengan kriteria Sangat Aktif. menekankan bahwa anak yaitu
Peningkatan aktivitas anak pembelajar aktif yang
Meningkatkan partisipasi anak menggunakan seluruh tubuh
dalam proses pembelajaran dapat mereka sebagai alat untuk belajar.
meningkatkan kemampuan motorik Proses pembelajaran kooperatif
halus mereka dalam meniru bentuk dapat meningkatkan minat dan
pada tema rekreasi. Upaya partisipasi anak, sejalan dengan
perbaikan pembelajaran terjadi konsep konstruktivisme yang
setelah refleksi pada setiap menekankan bahwa siswa lebih
pertemuan, dan penggunaan variasi mudah memahami konsep sulit
metode demonstrasi serta metode melalui diskusi dengan teman.
pemberian tugas dapat Manfaat dari pembelajaran
membangkitkan motivasi dan kooperatif, seperti yang
semangat belajar anak. Dengan diungkapkan oleh Zamroni (2000),
variasi ini, anak dapat belajar termasuk mengurangi kesenjangan
secara langsung melalui pendidikan pada tingkat individual
demonstrasi bersama-sama, bukan (Trianto, 2010:57).
hanya dari penjelasan guru. 3. Hasil Kemampuan Motorik Halus
Kesiapan anak untuk mengikuti Anak
pembelajaran memainkan peran
penting dalam kelancaran kegiatan Hasil kemampuan motorik I I
tersebut, dan perhatian mereka saat halus anak yaitu hasil yang diperoleh
I I I I I I
motorik halus yang akan dilakukan. memahami apa yang diajarkan guru.
I I I I I I
masalah sesuai dengan tingkat usia diketahui bahwa anak yang mampu
I I I I I
NU Al-Anshar Kecamatan
1 2 3
I I I
guru.
I I tingkat
I kemampuan anak. I I
kooperatif
I dapat memberikan I I pengajaran ini. Guru juga mengacu
I I I I I
sosial,
I mengembangkan sikap I I Taksonomi Bloom.
I I
anak
I dalam mengembangkan I I hasil belajar dinilai dari dua
I I I I I
kemampuan
I berpikir kritis, I I perspektif, yaitu dari sudut pandang
I I I I I
menyelesaikan
I masalah, serta I I anak dan guru. Dari perspektif anak,
I I I I I I
mengintegrasikan
I pengetahuan I hasil belajar tercermin dalam
I I I I
pemahaman.
I aktivitas guru merupakan kegiatan
I I I I
perbaikan
I sesuai dengan I I pertemuan
I pertama hingga I I
menerima
I pembelajaran yang I I mendengarkan/
I memperhatikan I
pembelajaran.
I anak latihan dengan sungguh-
I I I I
pekembangan
I anak. Dari I I belajar melalui bermain atau
I I I I
pemberian tugas .
I I I demonstrasi dan mettode pembagian
I I I I I
dkk, 2014:9.25).
I I Demonstrasi dan Direct Instruction
I I I I
bahwa
I kombinasi model I I anak dalam kegiatan menggunting
I I I I
tugas
I dapat meningkatkan I I tindakan kelas menggunakan variasi
I I I I I
kemampuan
I mengkoordinasikan I metode demonstrasi dan metode
I I I I
kelompok B TK NU Al-Anshar
I I I I I Pengajaran di Taman Kanak-kanak.
I I I I
Terbuka.
I Rahyubi, Heri. 2012. Teori-teori Belajar dan
I I I I I
Penelitian: Suatu
I Pendekatan I I I I I Bandung. Reperens.
I I
Ghalia Indonesia.
I I Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian I I I
Kanak-kanak.
I Kementerian I Universitas Terbuka Terbuka.
I I I
Dikti.
I
Rosdakarya.
I
Jakarta: Kencana
I I
Arga Publishing.
I I