Anda di halaman 1dari 12

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI

KEGIATAN MENGGUNTING DENGAN MEMANFAATKAN MEDIA LOOSE


PARTS

Iis Juarsih1)
Herwina Dewi Librianty2
Chandra Apriansyah3)
1)
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Teknologi
Universitas Terbuka
2)
Dosen Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Teknologi Universitas
Terbuka
3)
Dosen Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Teknologi Universitas
Terbuka

Disusun oleh :
Iis Juarsih
857071404
REVISI KE 1, TUGAS 2
Universitas Terbuka
UPBJJ 21 / Jakarta
Tahun 2023

Abstrak
Masa usia dini merupakan periode yang penting untuk memanfaatkan dukungan dalam
pengembangan motorik halus anak. Dalam perkembangan anak, pengembangan
keterampilan motorik halus sangat penting, karena hal ini dapat memberikan rangsangan
pada otot anak sesuai dengan perkembangan usianya. Kegiatan seperti menggunting dan
membuat bentuk menjadi salah satu bentuk kegiatan yang efektif dalam mendukung
pengembangan keterampilan motorik halus anak. Penelitian ini merupakan penelitian
dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data melalui wawancara,
observasi, dan dokumentasi, dengan sumber data berasal dari guru, kepala sekolah juga
siswa kelompok B TK Pelita Kids sejumlah 8 orang. Tujuan penelitian adalah untuk
menjabarkan bagaimana kegiatan menggunting dan membuat bentuk menggunakan media
loose parts bahan bekas dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak di TK Pelita
Kids. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Guru di TK Pelita Kids memiliki beberapa cara
untuk meningkatkan kemampuan menggunting dan membuat bentuk pada anak, antara lain
mengalihkan perhatian anak supaya bisa fokus terhadap apa yang guru jelaskan,
menyiapkan alat dan media bahan bekas yang mudah didapat, memperlihatkan gambar pada
anak, serta memberi kesempatan pada anak untuk berkreasi dan berimajinasi. Strategi ini
membuat anak-anak menjadi lebih percaya diri dalam menggunting, membuat bentuk pola,
mahir menggunakan gunting dan membuat bentuk, anak-anak menjadi antusias dalam
berkreasi dan menciptakan hal-hal baru karena stimulasi otot jari tangan dan mata pada
anak-anak juga terlatih dengan maksimal. Kesimpulannya, bahwa kegiatan menggunting
dan membuat bentuk dengan menggunakan bahan bekas dapat menjadi pilihan yang efektif
dalam meningkatkan keterampilan motorik halus anak di masa usia dini.

Kata Kunci : anak usia dini, motorik halus, media bahan bekas.

Abstract
Early childhood is an important period for utilizing support in the development of a child's
fine motor skills. In a child's development, the development of fine motor skills is crucial
because it can provide stimulation to the child's muscles according to their age development.
Activities such as cutting and shaping are one of the effective forms of activities in supporting
the development of a child's fine motor skills. This research uses a qualitative descriptive
approach. Data collection techniques are through interviews, observations, and
documentation, with data sources coming from teachers, school principals, and 8 students
from group B of Pelita Kids Kindergarten. The purpose of this research is to describe how
cutting and shaping activities using loose parts made from recycled materials can improve
children's fine motor skills at Pelita Kids Kindergarten. The results of the research show that
teachers at Pelita Kids Kindergarten have several ways to improve children's cutting and
shaping abilities, including diverting children's attention so they can focus on what the
teacher explains, preparing easy-to-find tools and recycled materials, showing pictures to
children, and giving children the opportunity to be creative and imaginative. These strategies
make children more confident in cutting, shaping patterns, and becoming proficient in using
scissors and shaping materials. Children become enthusiastic about creating new things
because the stimulation of finger and eye muscles is also maximally trained. In conclusion,
cutting and shaping activities using recycled materials can be an effective choice in
improving children's fine motor skills in early childhood.
Keywords: early childhood, fine motor, recycled materials.

PENDAHULUAN
Pentingnya pendidikan anak usia dini tidak bisa diremehkan karena pada masa ini
terjadi perkembangan dan pertumbuhan anak yang sangat penting, seperti pertumbuhan fisik,
kemampuan bahasa, gerakan motorik, dan perkembangan kognitif, yang akan menjadi dasar
bagi perkembangan anak selanjutnya (Aisyah, 2019). Menurut Piaget, anak usia dini berada
pada tahap praoperasional, di mana mereka mempersiapkan diri untuk mengorganisasikan
pekerjaan konkret dan berpikir secara intuitif. Di tahap ini, anak sudah bisa mengenali bentuk
dan mempertimbangkan ukuran benda-benda berdasarkan pengalaman dan persepsi mereka.
Ketika anak melihat tindakan orang tua dan lingkungannya, ingatan mereka akan
menangkap dan menyimpan informasi tersebut di otak mereka dengan cepat. Oleh karena itu,
orang tua dan guru harus memanfaatkan kesempatan berharga pada masa kanak-kanak untuk
membantu anak berkembang dengan baik, karena anak seperti kertas putih yang akan
dibentuk oleh lingkungan dan pengalaman (Syifa Safitiri dkk., 2022). Pendidikan anak usia
dini harus disiapkan dengan baik untuk membantu anak mencapai perkembangan yang
optimal pada tahapan selanjutnya. Dukungan untuk pertumbuhan dan perkembangan masa
kanak-kanak perlu datang dari keluarga dan sekolah. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mendefinisikan Pendidikan Anak Usia Dini sebagai
upaya pembinaan yang ditujukan kepada siswa sejak lahir sampai usia 6 tahun, melalui
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental
siswa agar siap untuk masa depan. Depdiknas (2010:1) juga menggambarkan bahwa
pendidikan memberikan fasilitas pada pertumbuhan dan perkembangan optimal siswa usia 0
hingga 6 tahun berdasarkan perkembangan kelompok usia, kebutuhan, dan minat siswa. Hal
ini membantu mengembangkan potensi siswa agar menjadi pribadi yang beriman, bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkewarganegaraan demokratis, dan bertanggung jawab.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 tahun
2009 mengenai Standar Pendidikan Anak Usia Dini, salah satu tingkat pencapaian
perkembangan motorik halus siswa usia 5-6 tahun adalah kemampuan meniru dan membuat
bentuk. Menurut kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini, terdapat enam aspek pengembangan
anak usia dini yang harus diperhatikan, yaitu pengembangan bahasa, nilai agama dan moral,
seni, kognitif, fisik motorik, dan sosial emosional. Kemampuan motorik halus adalah salah
satu aspek yang perlu ditekankan dalam pembelajaran anak usia dini karena dapat membantu
anak mengkoordinasikan mata dan tangan dengan baik. Beberapa keterampilan motorik halus
yang diajarkan di Taman Kanak-Kanak termasuk menempel, menganyam, menggunting,
meremas, meronce, merobek, menyusun puzzle, menggambar, menulis, memasukkan balok
sesuai bentuknya, bermain play dough, melipat kertas, dan membuat bentuk.
Dalam pasal kesepuluh dari Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
137 tahun 2014 tentang Pedoman Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, dijabarkan bahwa
motorik halus mencakup kemampuan serta kecekatan dalam mengoperasikan jari dan
perangkat untuk menggali dan menunjukkan kreativitas dalam berbagai bentuk. Terdapat
beberapa tahap pencapaian dalam motorik halus anak, yakni: 1) mengkoordinasikan
penglihatan dan gerakan tangan untuk melakukan aktivitas yang kompleks, 2)
mengekspresikan diri lewat seni menggunakan beraneka media, 3) melakukan gerakan
manipulatif guna menciptakan suatu bentuk dengan media yang bervariasi, 4) menghasilkan
garis-garis vertikal, horizontal, melengkung ke kiri atau kanan, miring ke kiri atau kanan, dan
lingkaran, serta 5) mengendalikan gerakan tangan melalui otot-otot halus seperti menjepit,
mengelus, mencolek, mengepal, memelintir, memilin, memeras, dan meniru bentuk
(Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 Tahun 2014).
Penelitian ini memfokuskan pada pengembangan motorik halus pada anak. Motorik
halus adalah kemampuan atau keterampilan gerakan halus yang dilakukan dengan
menggunakan otot-otot kecil pada tubuh, terutama pada tangan dan jari-jari tangan (Hadiyanti
& Rahman, 2021). Kemampuan motorik halus sangat penting dalam melakukan aktivitas
sehari-hari seperti menulis, menggambar, memasak, menjahit, dan menggunakan alat-alat
elektronik seperti ponsel dan komputer.
Penggunaan media pembelajaran memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
perkembangan stimulasi motorik halus pada anak. Hal ini disebabkan karena media
pembelajaran dapat memberikan pesan yang lebih jelas dan efektif dalam menyampaikan
materi pembelajaran, serta mengandung materi instruksional yang dapat merangsang minat
belajar siswa. Berbagai jenis media pembelajaran seperti video, televisi, bahan cetak,
komputer, dan instruktur memberikan manfaat bagi guru dalam menyampaikan materi
pembelajaran dengan lebih mudah (Hendraningrat & Fauziah, 2021).
Media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah media loose parts.
Loose parts adalah materi yang fleksibel dalam hal perpindahan, penggabungan, pemisahan,
dan penggantian sesuai dengan kreativitas penggunanya (Setianingsih & Handayani, 2022).
Nicholson pada tahun 1971 (Ridwan dkk., 2022) mengembangkan teori loose parts yang
memberikan kesempatan bagi anak untuk mengekspresikan kreativitas mereka melalui
penggunaan material yang dapat dimanipulasi, diubah, dan dibuat sendiri. Dalam hal ini,
pendekatan ini dapat memudahkan penyediaan permainan yang disesuaikan dengan
preferensi anak. Media ini terdiri dari barang-barang yang mudah dijumpai dalam lingkungan
sekitar dan memungkinkan untuk digunakan secara bebas. Dengan memanfaatkan media
loose parts, anak-anak dapat mengembangkan kreativitas, imajinasi, dan keterampilan sosial
secara mandiri dan eksploratif, tanpa ada aturan atau batasan yang kaku. Oleh karena itu,
penggunaan media loose parts telah menjadi suatu pendekatan yang populer dalam
pengajaran dan pembelajaran di sejumlah lembaga pendidikan anak usia dini.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Setianingsih & Handayani (2022)
mengemukakan bahwa dalam proses pembelajaran di TK Hardikasiwi Sidomoro, metode
pengajaran menggunakan loose parts sebagai media pembelajaran telah terbukti efektif dalam
memfasilitasi perkembangan motorik halus anak-anak. Artikel lain yang ditulis oleh Rozak &
Habibi (2021) menyatakan bahwa penerapan pembelajaran menggunakan media loose parts
di kelas dapat meningkatkan kreativitas serta kemampuan motorik halus anak dalam proses
belajar mengajar. Selain itu, media loose parts juga memiliki keunggulan dalam sumber
bahan yang mudah didapatkan di sekitar lingkungan anak, sehingga anak-anak akan
teredukasi untuk menghargai serta mendaur ulang bahan-bahan yang ada di sekitar mereka.
Kegiatan memotong dan membuat bentuk dengan menggunakan barang bekas dapat
meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak. Menurut Sumantri dalam Widayati dkk.
(2019), menggunting adalah tindakan memotong berbagai jenis bahan, seperti kertas atau
bahan lain, dengan mengikuti alur, garis, atau bentuk tertentu yang dapat membantu
perkembangan motorik halus pada anak. Melalui kegiatan tersebut, anak-anak dapat
meningkatkan rasa percaya diri dan mengembangkan kemampuan mengendalikan otot tangan
mereka, serta belajar mengeksplorasi hal-hal baru dengan membuat berbagai bentuk. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Syifa Safitiri dkk. (2022) kegiatan menggunting merupakan
salah satu kegiatan yang efektif untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
Pada penelitian ini, peneliti akan memusatkan perhatiannya pada aktivitas
pembelajaran di kelompok B di TK Pelita Kids yang terdiri dari 8 siswa, di mana terdapat 5
siswa perempuan dan 3 siswa laki-laki. Penelitian ini menemukan beberapa masalah pada
siswa kelompok B, seperti kurangnya konsentrasi, mudah bosan, serta kesulitan dalam
menggerakkan gunting dan membuat bentuk dengan rapi. Hasil akhir dari menggunting dan
membuat bentuk juga tidak sesuai harapan. Beberapa faktor yang menyebabkan masalah
tersebut antara lain materi yang disampaikan tidak dimengerti oleh anak, metode
pembelajaran yang monoton, media pembelajaran yang kurang menarik, dan suasana kelas
yang tidak kondusif. Berdasarkan hasil analisis, peneliti merasa perlu untuk melakukan
perbaikan dengan menggunakan media loose parts berupa bahan bekas guna meningkatkan
minat dan kreativitas anak dalam menggunting dan membuat bentuk.
Setelah melihat konteks masalah yang telah disampaikan, peneliti merumuskan dua
pertanyaan penelitian yang menarik yaitu: a) Bagaimana penggunaan media loose parts
barang bekas sebagai media dapat meningkatkan kemampuan menggunting di TK Pelita
Kids? Dan b) Apakah penggunaan media loose parts barang bekas juga berkontribusi dalam
meningkatkan kemampuan membuat bentuk di TK Pelita Kids?
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas pembelajaran di kelompok B di
TK Pelita Kids. Masalah yang ditemukan pada siswa, seperti kurangnya konsentrasi, mudah
bosan, dan kesulitan dalam menggerakkan gunting serta membuat bentuk dengan rapi, akan
diatasi melalui penggunaan media pembelajaran loose parts dari bahan bekas. Tujuan
penelitian khususnya adalah untuk meningkatkan minat dan kreativitas siswa dalam
menggunting dan membuat bentuk dengan rapi, memperbaiki pemahaman siswa terhadap
materi, meningkatkan hasil akhir pembelajaran, serta menciptakan suasana kelas yang
kondusif dan menyenangkan bagi siswa melalui metode pembelajaran yang lebih interaktif
dan menarik. Diharapkan, penelitian ini dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa di
kelompok B di TK Pelita Kids.

METODE PENELITIAN
Demi mengatasi tantangan yang dihadapi oleh anak-anak di TK Pelita Kids dalam
meningkatkan kemampuan motorik halus, pendekatan kualitatif dengan metode penelitian
deskriptif digunakan. Terinspirasi oleh judul penelitian “PENERAPAN KEGIATAN
MENGGUNTING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS
KELOMPOK B” yang dilakukan oleh Syifa Safitri, Saripah, dan Dewi Ferawati, peneliti
tertarik untuk mengeksplorasi lebih banyak fakta dan solusi untuk membantu anak-anak di
TK Pelita Kids, terutama dalam hal meningkatkan kemampuan menggunting dan membuat
bentuk menggunakan media bahan bekas. Data dikumpulkan dari guru dan kepala sekolah
melalui teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi untuk memastikan keakuratan data.
Analisis data dalam penelitian ini mengikuti model interaktif yang dikembangkan oleh Milles
dan Huberman, termasuk reduksi data, display data, serta penarikan kesimpulan dan
verifikasi. Keabsahan data diperiksa melalui teknik triangulasi dan member check.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian ini menemukan bahwa penggunaan media barang bekas sangat efektif
dalam meningkatkan kemampuan menggunting dan membuat bentuk dengan rapi pada siswa
TK Pelita Kids kelompok B. Sebelum menggunakan media bahan bekas, banyak siswa yang
mengalami kesulitan dalam kegiatan menggunting dan membuat bentuk dengan rapi. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor, seperti materi yang disampaikan tidak dimengerti oleh anak,
metode pembelajaran yang monoton, dan media pembelajaran yang kurang menarik. Namun,
setelah menggunakan media bahan bekas dalam pembelajaran, kemampuan siswa meningkat
secara signifikan. Data menunjukkan bahwa sebanyak 87% siswa dapat menggunting dengan
baik dan membuat bentuk dengan rapi. Ini menunjukkan bahwa penggunaan media bahan
bekas memungkinkan siswa untuk belajar dengan cara yang lebih menyenangkan dan efektif.
Grafik 1. Banyak siswa yang terampil menggunting

Keterampilan Siswa

13%

88%

Menggunting dengan baik Belum mampu menggunting dengan baik

Sumber: Peneliti, 2023


Selain meningkatkan kemampuan siswa dalam menggunting dan membuat bentuk
dengan rapi, media bahan bekas juga dapat meningkatkan minat dan kreativitas anak dalam
pembelajaran. Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa siswa lebih tertarik dan antusias dalam
menggunakan bahan bekas daripada menggunakan alat tulis atau kertas biasa. Mereka
menikmati membuat bentuk dengan berbagai jenis bahan bekas, seperti kardus bekas, botol
plastik bekas, atau kertas koran bekas. Hal ini membuat suasana kelas menjadi lebih kondusif
dan siswa lebih fokus pada pembelajaran.
Dalam pembelajaran menggunting dan membuat bentuk, siswa menggunakan
berbagai jenis bahan bekas, seperti kardus pasta gigi bekas untuk membuat bentuk bus,
kardus susu kotak bekas untuk membuat bentuk kereta, dan stik es krim bekas untuk
membuat bentuk sepeda. Siswa belajar cara mengukur, menggunting, dan melipat bahan
bekas tersebut dengan rapi untuk membuat bagian-bagian alat transportasi darat, seperti kursi,
jendela, pintu, rangka, stang, roda, logo, dan nomor. Selain itu, siswa juga diajarkan cara
menggambar dan menambahkan detail pada alat transportasi yang sudah mereka buat.
Tabel 1. Objek yang dibuat siswa
Nama Objek yang dibuat
Sarah Kereta
Anisa Kereta
Dinda Kereta
Sari Bus
Maya Bus
Rizky Kereta
Farhan Sepeda
Adi Sepeda
Sumber: Peneliti, 2023
Pelaksanaan kegiatan menggunting dengan media barang bekas pada siswa TK Pelita
Kids Kelompok B melalui beberapa tahapan. Tahapan pertama adalah pembukaan atau
pendahuluan, yaitu memperkenalkan tema dan tujuan dari kegiatan menggunting dengan
media bekas kepada siswa. Guru akan memberikan informasi tentang cara menggunakan
media bekas dengan aman dan benar, serta memperlihatkan contoh-contoh gambar yang bisa
dihasilkan dari media bekas yang telah dipotong.
Tahapan kedua adalah kegiatan inti, di mana siswa akan menerapkan kegiatan
menggunting dengan menggunakan media bekas, seperti kertas bekas, kardus bekas, gunting,
dan pola gambar. Guru akan mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan, serta
memberikan bimbingan dan bantuan kepada siswa yang membutuhkan. Selanjutnya, siswa
diberikan kesempatan untuk membuat pola gambar dan menggunting media bekas sesuai
dengan pola gambar yang telah diberikan. Contohnya, siswa dapat membuat alat transportasi
darat, seperti bus dari kardus pasta gigi, kereta dari kardus susu kotak, atau sepeda dari stik es
krim.
Selain itu, dalam tahapan kegiatan inti tersebut, siswa juga akan membuat alat
transportasi secara runtut dari yang mudah ke yang sulit. Hal ini dilakukan untuk memberikan
pengalaman dan tantangan yang sesuai dengan kemampuan siswa. Misalnya, siswa akan
diminta terlebih dahulu membuat alat transportasi yang sederhana, seperti bus dari kardus
pasta gigi, sebelum kemudian membuat alat transportasi yang lebih kompleks, seperti kereta
dari kardus susu kotak. Dengan cara ini, siswa dapat belajar secara bertahap dan lebih mudah
memahami konsep pembuatan alat transportasi dari media bekas.
Tahapan ketiga adalah kegiatan penutup, yaitu evaluasi. Setelah kegiatan
menggunting selesai dilakukan, guru akan memberikan evaluasi kepada siswa mengenai hasil
karya yang telah dibuat. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan
siswa dalam menggunting dengan media bekas, serta memperbaiki dan meningkatkan
kualitas karya siswa yang sudah dibuat. Selain itu, guru juga akan memberikan motivasi dan
apresiasi kepada siswa untuk terus berkarya dengan menggunakan media bekas.
Thelen dan Whiteneyerr mengembangkan Dynamic System Theory sebagai sebuah
teori yang secara rinci menjelaskan tentang bagaimana sistem motorik anak bekerja. Menurut
teori ini, untuk membangun kemampuan motorik, anak perlu memperhatikan objek atau
lingkungan di sekitarnya yang memotivasi mereka untuk bergerak dan menggunakan persepsi
tersebut sebagai dasar untuk melakukan gerakan. Kemampuan motorik mencerminkan
keinginan anak dan terkait erat dengan aspek fisik, intelektual, dan psikologis mereka. Oleh
karena itu, teori ini menunjukkan bahwa kemampuan motorik anak tidak hanya dipengaruhi
oleh faktor fisik semata, tetapi juga oleh faktor lingkungan dan psikologis yang
mempengaruhi motivasi mereka untuk bergerak (Ridwan dkk., 2022). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa anak-anak di TK Pelita Kids mengalami perkembangan kemampuan
motorik yang signifikan. Hal ini disebabkan oleh lingkungan yang mendukung dan materi
yang disediakan oleh guru berupa kegiatan menggunting dengan media loose parts bahan
bekas dapat mempengaruhi perkembangan kemampuan motorik anak.

SIMPULAN
Para siswa memiliki peran penting dalam mengembangkan kemampuan mereka
dalam melakukan praktik menggunting. Praktik ini dapat berdampak pada kemampuan
akademis dan mandiri siswa. Selain itu, teknik menggunting ini juga dapat membantu
meningkatkan kemampuan pribadi siswa, seperti menjadi lebih tanggap dan cepat dalam
melakukan aktivitas sehari-hari. Selain itu, praktik ini juga dapat membantu siswa dalam
beradaptasi dengan baik di lingkungan sekolah dan lingkungan pribadi. Dengan cara ini, para
siswa dapat berinteraksi dan berbaur dengan orang-orang di sekitar mereka dengan baik, baik
secara sosial maupun budaya. Oleh karena itu, TK Pelita menganggap bahwa teknik
menggunting memiliki dampak positif yang signifikan bagi para siswa, sehingga mereka akan
siap dan tidak kaget ketika memasuki jenjang sekolah dasar nanti dan menemukan materi
pelajaran kerajinan seni yang memerlukan kemampuan menggunting.
Selain itu, penggunaan teknik menggunting juga dapat meningkatkan kreativitas dan
imajinasi siswa. Ketika siswa diberi kesempatan untuk menggunting kertas dengan berbagai
bentuk dan ukuran, mereka akan mengembangkan kemampuan visual-spatial mereka dan
kreativitas mereka. Praktik menggunting juga dapat membantu siswa dalam memahami
konsep seperti garis, bentuk, dan proporsi secara lebih baik, karena mereka harus
mempertimbangkan setiap detail saat menggunting kertas. Hal ini dapat membantu siswa
dalam mengasah kemampuan visual-spatial mereka, yang nantinya akan sangat berguna
ketika mereka belajar mata pelajaran seperti matematika dan ilmu pengetahuan. Oleh karena
itu, para guru di TK Pelita mengajarkan teknik menggunting sebagai bagian dari kurikulum
seni mereka, dengan harapan bahwa siswa dapat mengembangkan kemampuan kreatif dan
visual-spatial mereka secara optimal.

DAFTAR PUSTAKA
Hadiyanti, S. M., & Rahman, T. (2021). Analisis Media Loose Part untuk Meningkatkan
Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini. Jurnal Paud Agapedia, 5(2), 237–245.
Hardiyanti, Y., Husain, M. S., & Nurabdiansyah, N. (2018). Perancangan Media Pengenalan
Warna Untuk Anak Usia Dini. JURNAL IMAJINASI, 2(2), 43.
https://doi.org/10.26858/i.v2i2.9553.
Hendraningrat, D., & Fauziah, P. (2021). Media Pembelajaran Digital untuk Stimulasi
Motorik Halus Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini,
6(1), 58–72. https://doi.org/10.31004/obsesi.v6i1.1205
Heo, M., & Toomey, N. (2020). Learning with multimedia: The effects of gender, type of
multimedia learning resources, and spatial ability. Computers and Education, 146,
103747. https://doi.org/10.1016/j.compedu.2019.103747.
Iswantiningtyas, V., & Wulansari, W. (2018). Pengembangan Model Penilaian Pendidikan
Karakter Anak Usia Dini. JPUD - Jurnal Pendidikan Usia Dini, 12(2), 361–370.
https://doi.org/10.21009/jpud.122.17.
Jasmine, C. V. (2018). Pengembangan Papercraft Sebagai Media Pembelajaran Pengenalan
Alam Semesta Pada Anak Kelompok B Tk Kartika Iv-89 Bangkalan. Jurnal Seni
Rupa, 6(2).
Lestariani, L. P., Mahadewi, L. P. P., & Antara, P. A. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran
Tari Kreatif terhadap Kemampuan Motorik Kasar Kelompok B Gugus I Kecamatan
Banjar. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Undiksha, 7(3), 236–245.
https://doi.org/10.23887/paud.v7i2.19010.
Mardliyah, S., Yulianingsih, W., & Putri, L. S. R. (2020). Sekolah Keluarga: Menciptakan
Lingkungan Sosial untuk Membangun Empati dan Kreativitas Anak Usia Dini. Jurnal
Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(1), 576.
https://doi.org/10.31004/obsesi.v5i1.665.
Mundia Sari, K., & Setiawan, H. (2020). Kompetensi Pedagogik Guru dalam Melaksanakan
Penilaian Pembelajaran Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak
Usia Dini, 4(2), 900. https://doi.org/10.31004/obsesi.v4i2.478.
Ridwan, A., Nurul, N. A., & Faniati, F. (2022). Analisis Penggunaan Media Loose Part untuk
Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia 5-6 Tahun. Mitra Ash-Shibyan:
Jurnal Pendidikan dan Konseling, 5(02), 105–118.
https://doi.org/10.46963/mash.v5i02.562
Rozak, P., & Habibi, Y. (2021). PENERAPAN MEDIA LOOSE PARTDALAM
KEMAMPUAN MOTORIK HALUS PADA ANAK USIA DINI (Studi Pada Siswa
Di Ra Al Falah Badak Kecamatan Belik Kabupaten Pemalang). Al-Athfal, 2(1), 56–
71.
Setianingsih, A., & Handayani, I. N. (2022). Implementasi Media Loose Parts untuk
Mengembangkan Aspek Motorik Halus Anak Usia Dini. Aulad: Journal on Early
Childhood, 5(1), 77–86. https://doi.org/10.31004/aulad.v5i1.301
Syifa Safitiri, Saripah, & Dewi Ferawati. (2022). PENERAPAN KEGIATAN
MENGGUNTING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK
HALUS KELOMPOK B. PrimEarly : Jurnal Kajian Pendidikan Dasar Dan Anak
Usia Dini, 5(1), 53–61. https://doi.org/10.37567/prymerly.v5i1.1457
Widayati, S., Adhe, K. R., Nafisa, F., & Silvia, E. F. (2019). Tahapan Menggunting
Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini. Child Education Journal,
1(2), 50–57.

Anda mungkin juga menyukai