Anda di halaman 1dari 9

EKSPERIMEN SAWI PUTIH SEDERHANA UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN MOTORIK HALUS PADA ANAK USIA DINI 4-5 TAHUN DI TK


SABILUL MUTTAQIN CIKAMPEK SELATAN

Oleh : Aisyah Umardi

aisyahu1616@gmail.com

Pendidikan Islam Anak Usia Dini


Fakultas Agama Islam
Universitas Singaperbangsa Karawang
2021

Abstrak

Perkembangan motorik haalus adalah kemaampuan yang melibatkan otot-otot pada bagian
tubuh tertentu seperti jari-jari dan tangan. Salah satu kegiatan yang dapat meningkatkan
kemampuann motorik halus pada masa kanak-kanak adalah melalui kegiatan ekperimen sawi
putih sederhana. Penelitian ini bertujuan untuk menngkatkan kemampuan motorik halus pada
anak di TK Sabilul Muttaqin melalui kegiatan ekperimen sawi putih sedrhana. Metode
penelitian yang di pakai adalah metode penelitian kualitatif  yang bersifat deskriptif untuk
menganalisis perkembangan motorik halus pada anak di Tk Sabilul Muttaqin. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan hasil observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keterampilan motorik halus anak
meningkat setelah mendapat kegiatan ekperimen sawi putih sederhana.

Kata Kunci : ekperimen,motorik halus, anak

Abstract

Fine motor skills are abilities that involve muscles in certain body parts such as the fingers.
One of the activities that can improve fine motor skills in childhood is through simple chicory
experiment activities. This study aims to improve fine motor skills in children at Sabilul
Muttaqin Kindergarten through simple chicory experiments. The research method used is a
descriptive qualitative research method to analyze fine motor development in children at
Sabilul Muttaqin Kindergarten. Data collection techniques in this study used the results of
observations, interviews, and documentation. The results of this study showed that the fine
motor skills of children increased after receiving a simple chicory experiment.

Keywords: experiment, fine motor, children


PENDAHULUAN

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan lembaga pendidikan formal dengan
jenjang pendidikan prasekolah, tentunya sekolah tersebut memiliki sistem pembelajaran yang
berbeda dengan pada jenjang yang lebih tinggi. Karena masa kanak-kanak adalah masa emas
perlu mendapatkan manfaat langsung dari layanan khusus . Tujuan pendidikan anak usia dini
adalah membantu meletakkan dasar bagi perkembangan sikap, perilaku, kognisi,
keterampilan dan kreativitas yang nantinya dibutuhkan anak untuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Prasekolah diselenggarakan dengan tujuan memampukan
kemampuan semua anak, sehingga lembaga prasekolah harus menyediakan kegiatan yang
mendukung perkembangan agama dan sentimen, etika dan seni.

Pandangan para profesional pendidikan anak usia dini juga cenderung berubah dari
waktu ke waktu dan bervariasi tergantung pada landasan teori yang digunakan. Beberapa
orang menganggap anak-anak sebagai makhluk yang dilahirkan, beberapa orang menganggap
anak-anak sebagai antek orang dewasa, dan yang lain menganggap anak-anak sebagai
individu yang sama sekali berbeda dari orang dewasa. Misalnya, Pestalozi, seorang pakar
pendidikan Swiss, percaya bahwa anak-anak dilahirkan dengan sifat-sifat yang baik atau
bawaan. Ia berpendapat bahwa keberadaan manusia berkembang secara alami (Prasetyo,
2016).

Ada enam jenis dimensi perkembangan yang dibutuhkan anak, salah satu aspek
perkembangan yang dapat disempurnakan pada masa kanak-kanak adalah aspek motorik hal
yang paling penting dan nyata dalam diri seseorang adalah perubahan penampilan ini
dibuktikan dengan perubahan fisik individu yang sangat cepat dari konsepsi sampai lahir dan
kemudian menjadi bayi, anak-anak, remaja dan dewasa. adalah sistem organik yang sangat
kompleks dan indah. Semua organ ini terbentuk selama periode prenatal (di dalam rahim).
Penggerak halus adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perilaku gerakan yang
dilakukan oleh tubuh manusia.

Perkembangan motorik adalah proses mengembangkan dan mengembangkan


kemampuan motorik anak. Pada dasarnya perkembangan ini mengikuti pematangan
kemampuan saraf, otot, atau kognitif anak (Damayanti & Nurjannah, 2016). Semua gerakan
sederhana adalah hasil dari pola interaksi kompleks antara berbagai bagian tubuh dan sistem
yang dikendalikan oleh otak. Keterampilan motorik halus adalah kemampuan untuk
mengontrol gerakan dengan mengkoordinasikan aktivitas sistem saraf, serat otot, dan otot
seperti jari tangan dan tangan (Syafril et al., 2018). Organ dan bagian tubuh yang saling
mendukung terlibat dalam gerakan halus semua anak. Tangan dan jari merupakan bagian
tubuh yang berperan dalam pergerakan otot polos, sedangkan otot dan mikrofiber merupakan
bagian tubuh Organ motorik jari dan tangan melakukan gerakan manipulatif. Berdasarkan
pandang ahli di atas, keterampilan motorik halus dapat digambarkan sebagai gerakan otot
polos mata dan lengan bawah, pergelangan tangan, dan jari yang terkoordinasi untuk
melakukan tugas.

Program 2013 merupakan program yang berfokus pada akademik dengan


pendekatan saintifik dan penilaian otentik (Mendikbud RI ,2001 ). Pendekatan saintifik
adalah pembelajaran berbasis fakta/konkret, menjelaskan dengan nalar untuk
mengidentifikasi, memahami, dan memecahkan masalah, serta menggugah anak untuk
berpikir kritis, analitis, dan akurat (Rusman, 2015: 231).

Pengenalan sains pada anak usia dini sangatlah penting bagi anak karena ketika anak-
anak berinteraksi dengan berbagai objek sains, anak memandang sains sebagai segala sesuatu
yang sangat luar biasa, sesuatu yang ditemukan dan dianggap menarik, serta memberi
pengetahuan atau merangsangnya untuk mengetahui dan menyelidikinya (Tisza et al., 2020;
Retnaningsih., 2019). Bidang pembelajaran sains kompetensi dasar yang harus anak miliki
adalah bisa mengenal konsep sederhana dan sikap sains yang berkaitan dengan keseharian
anak-anak. Sikap sains untuk anak usia dini meliputi Rasa tanggung jawab, Rasa ingin tahu,
Disiplin, Tekun, Jujur, Terbuka terhadap pendapat lain.

Sains memiliki dua komponen yaitu isi dan proses sedangkan isi adalah semua cabang
ilmu yang akan dikembangkan bagi siswa dimana anak akan memperoleh konsep-konsep
IPA, konsep dan pengetahuan. adalah metode atau metode yang digunakan oleh seorang
pembelajar atau ilmuwan untuk memahami dan mengumpulkan informasi serta memecahkan
masalah yang dihadapinya. Menurut Suyanto (2005), sains dapat melatih anak menggunakan
panca indera, membuat hubungan sebab akibat, mengajar anak menggunakan alat ukur,
mengajar anak menemukan dan memahami fakta, serta memahami konsep tentang benda.

Dengan menerapkan metode eksperimen pada sains, anak dapat berinteraksi langsung
dengan aktivitas yang diberikan oleh guru. Dengan diharapkan anak dapat memahami proses
kegiatan yang diberikan, dan akan dapat memahami dan memahami konsep-konsep sains.
Selama peluncuran, guru dapat menggunakan fasilitas yang ada di sekolah.
Menurut Sukapti L et al (2015), metode empiris membantu anak menemukan bukti
yang kuat dalam suatu teori yang dipelajari. Metode experiential learning membuat anak
lebih percaya diri dengan hasil yang mereka peroleh karena mereka berpartisipasi dan
mengalaminya secara langsung. Dengan metode ilmiah eksperimental, anak-anak akan dapat
memahami suatu masalah lebih baik daripada mereka yang hanya menerima informasi tanpa
melihatnya secara langsung. Eksperimen sederhana di masa kanak-kanak harus dilakukan
agar anak dapat memahami, mengidentifikasi, mengeksplorasi, menebak hingga akhirnya
menemukan solusinya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam temuan yang ada di lapangan dari kegiatan awal pembelajaran guru terebih
dahulu mengarahkana anak untuk sholat duha bersama, kemudian setelah itu anak melakukan
murojaah di mesjid bersama-sama dengan di bimbing oleh guru. Karna di Tk Sabilul
Muttaqin ini adallah Tk islam jadi memang kegiatan awal sebelum memasuki kegiatan inti
lembih banyak kegiatan agamanya dahulu baik itu melakukan sholawat, muroja’ah hingga
pembacaan doa’doa pendek, setelah itu kembali kelasnya masing-masing dan langsung duduk
di bangku mereka masing-masing, guru kemudian mennayakan kabar mereka dan
menjelaskan kegiatan inti yang akan d lakukan hari ini, dan setelah menjelaskan guru dan
murid memulai kegiatan dengan di awali do’a sebelum belajar.

Di awal kegiatan inti guru terlebih dulu menjelaskan lagi kegiatan yang akan di
lakukan dan apa saja hal yang harus di lakukan anak nantinya, guru juga membagikan bahan-
bahan yang telah di sediakan seperti pewarna makanan, mangkuk, dan sawi putih. Setelah
guru membagikan bahan-bahannya guru mengarahkan tahap-tahap yang halus di lakukan
seperti mengisi air kedalam mangkuk kemudian di beri pewarna makanan. Dalam pemberian
pewarna makanan ini di lakukan oleh guru karena di takutkan anak tidak sengaja
memakannya, setelah pewarna di masukan ke dalam mangkuk yang sudah berisi air anak
kemudian mengaduknya menggunakan sedotan pelastik sampai warna tercampur merata.

Kemudian selanjutnya anak memotong sawi menjadi dua bagian, karna dengan begitu
penyebaran air ke pori-pori sawi akan lebih cepat sehingga lebih cepat berubah warna, dari
pengamatan yang di dapat Kemapuan motorik di sini juga di asah, dalam memotong sawi
menjadi dua bagian anak melakukan pergerakan tangan ke kaanan dan ke kiri agar sawi
terpotong meski tidak rapih, dan otot-otot anak juga bekerja untuk memberikan daya tarikan
agar sawi terpotong menjadi dua. Perkembangan motorik halus anak meliputi kemampuan
untuk memperagakan dan menguasai gerakan motorik halus secara terkoordinasi,
ketangkasan dan ketangkasan penggunaan tangan dan jari. Santrock (2007:216) juga
mengungkapkan bahwa sanya keterampilan motorik halus terlibat dalam gerakan-gerakan
yang disetel dengan halus. Mengambil mainan, mengikat pakaian, atau melakukan apa pun
yang membutuhkan keterampilan tangan, semuanya menunjukkan keterampilan motorik
halus.

Kontrol motorik halus umumnya digunakan dalam psikologi, fisiologi, neurofisiologi


dan olahraga. Pada dasarnya perkembangan motorik yaitu perkembangan pematangan Syaraf
dan otot anak-anak. Jadi tiap gerakan, betapapun sederhananya, adalah hasil interaksi terkait
dari berbagai bagian juga sistem tubuh yang dikendalikan oleh otak anak. terarah, otomatis,
cepat juga tepat. Gerakan-gerakan ini merupakan urutan terkoordinasi dari ratusan otot
kompleks. Perkembangan motorik ini dapat dikelompokkan berdasarkan standar otot dan
bagian tubuh yang berkembang, yaitu perkembangan motorik kasar dan motorik halus.

Pada masa kanak-kanak, pembelajaran sains perlu di sesuaikan dengan tingkat


perkembangan pada anak. Pendidik harus menyediakan kegiatan belajar yang memungkinkan
anak untuk tahu fakta dan konsep sederhana sendiri. Pentingnya belajar sesuai dengan
keinginan dan kebutuhan anak sejalan dengan teori Eksperimental Learning yang
dikemukakan oleh Carl Roger. Dalam penelitian yang di lakukan di TK Sabilul Muttaqin
menggunakan ekperimen sawi putih sederhana yang dimana dalam kegiatan ini anak tidak
hanya mendapat pembelajaran sains saja tetapi juga aspek perkembangan anak juga ikut
berkembang, terutama dalam perkembangan motorik halus pada anak.

Dalam teori yang di kemukaan oleh diungkapkan oleh Carl Roger yaitu
“Eksperimental Learning” di jelaskan bahwa seorang anak mampu dan mau belajar
sedangkan pendidik hanya memfasilitasi dan membantu anak belajar scara maksimal. Anak
di bawah 6 tahun berada dalam tahap perkembangan sebelum bekerja pada arah kegiatan
tertentu. Ada beberapa referensi dalam melaksanakan pembelajaran sains anak usia dini yang
telah di sangkut pautkan terhadap penelitian lapangan antara lain:
a. Satu. Hasil belajar yang dicapai bersifat aktual atau konkrit, dalam kegiatan
pembelajaran, mengutamakan penggunaan benda-benda nyata di sekitar anak. Pendidik
tidak boleh didorong untuk memberikan rancangan abstrak kepada anak-anak. Karena itu,
sebelum proses pembelajaran berlangsung pada kegiatan ekpserimen sawi putih
sederhana ini guru menyediakan bahan-bahan untuk ekperimen, yaitu sawi putih, pewarna
makanan, dan mangkuk.
b. Kegiatan belajar melatih anak untuk membuat hubungan sebab akibat secara langsung.
Pada anak usia 4-5 tahun, masih sulit menghubungkan sebab-sebab yang tidak dapat
dilihat secara langsung karena pemikirannya selalu transformasional. Jika anak melihat
secara langsung peristiwa perubahan sawi menjadi berwarna ini memungkinkannya untuk
mengetahui tautan sebab dan akibat yang sedang berlangsung.
c. Membiarkan anak bereksplorasi, Belajar sains seharusnya mengizinkan anak untuk
mengeksplorasi berbagai objek di sekitar mereka. Misalnya, dengan dengan menotong
sawi menjadi 2 bagian kemudian mencelupkannya kedalam mangkuk yang sudah di beri
perwarna makanan membuat anak-anak bersemangat. Anak-anak juga akan dapat
mengpakai panca inderanya untuk bereksplorasi atau menyelidiki perubahan warna yang
terjadi pada sawi.
d. Membiarkan Anak Membangun Pengetahuannya, Sains tidak melatih anak dalam
menghafal objek yang berbeda, tetapi mereka untuk menmbangun pengetahuan dari objek
tersebut. Oleh karena itu, kegiatan ekperimen sawi putih tidak hanya untuk menjelaskan
pengertian atau nama benda, tapi anak juga didorong untuk berinteraksi langsung dengan
benda-benda yang di sediakan untuk pengetahuan dengan indranya yang berbeda ke
subjek yang bersangkutan.
e. Penekanan pada proses produk, dalam mempelajari ilmu pengetahuan seperti ekperimen
sawi putih, siswa didorong untuk melakukan operasi eksplorasi dengan objek nyata, baik
benda yang disiapkan oleh guru maupun benda di sekelilingmya. Kegiatan ini akan
menyenangkan bagi anak-anak tanpa memikirkan hasil dari penemuannya. Anak secara
alami ditemukan makna yang berbeda juga interaksi mereka dengan objek berbeda. Ini
juga menekankan proses yang dibuat anak dari produk atau hasil yang dia terima.
f. Integrasi dengan ilmu lain, Pembelajaran ilmu pengetahuan harus diintegrasikan dengan
dengan disiplin lain seperti bahasa, matematika, seni, dan karakter. Anak-anak dapat
berbagi penemuannya dengan teman, kemudian melakukan pengamatan. Selain itu anak
dapat menggambar sawi putih yang tadi telah di buat
g. Menyajikan kegiatan menarik, Science dapat menyajikan eksperimen sederhana namun
menarik. Seperti perubahan warna yang serupa ketika di culupkan kedalam air yang sudah
diberi pewarna makanan, pada saat itu anak-anak akan senang dengan sihir karena
mereka memiliki pikiran magis.
Di akhri pembelajaran anak mengamati lagi perubhan warna pada sawi yang di rendam
kedalam air yang telah di beri pewarna, dalam hal ini anak menjadi tahu apa bila sawi di
rendam di air pewarna lama kelamaan akan berubah warannya. Di sini anak tidak hanya
mendapatkan pembelajaran sains saja, tetapi kemampuan kretifitas anak juga ikut
berkembang.

Dari hasil wawancara terhadap guru juga terliahat sampai sejauh ini saat menjalani
kegiatan guru maupun murid tidak terlalu banyak mengalami kesulitan, karna eksperien yang
dilakukanpun sederhana mungkin hanya perlu waktu saja untuk mengubah sawi menjadi
berwarna. Tapi guru tetap melakukan pengawasan terhadap muridnya agar air yang sudah di beri
pewarna makanan tidak di minum oleh anak-anak. Perkembangan motorik pada ekperimen sawi
putih sederhana ini pun juga berkembang sesuai dengan yang di harapkan.

KESIMPULAN
Pembelajaran sains dalam megembangkan kemampuan motorik halus pada anak
sangat efektif, hal ini terlihat dari kegiatan ekperimen sawi putih sederhana yang di lakukan
Tk Sabilul Muttaqin, pengetahuan yang diperoleh dari ekperimen sawi putih ini melalui
serangkaian percobaan dan pengamatan.
Penerapan dan pehamaman sains untuk aud sangat penting dilakukan untuk mengirim
anak sedini mungkiin untuk menghadapi tantangan globalisasi dan mempersiapkan mental
untuk menjadi generasi baru. Dalam pembelajaran sains juga tentunya ada aspek
pengembangan yang berkembang salah satunya yaitu motorik halus.
Berdasarkan analisis data yang telah dipaparkan dalam penelitian ini telah
menunjukkan bahwa eksperimen sawi putih sederhana mampu meningkatkan kreativitas dan
keterampilan motorik pada anak di TK sabilul Muttaqin. Dalam kegitan eksperimen membuat
sawi putih anak-anak di sini senang dan juga antusias terlihat dari keingin tahuan mereka
tentang sawi putih yang bisa berubah warnanya.
Kegiatan ini juga mampu mengembangkan perkebangan sains pada anak, karna
kegiatan ini sangat mudah dan juga dapat di lakukan dirumah maupun disekolah, tentunya
dalam pengawasan orang tua dan guru. Bahan bahasan yang di guanakan pun sangat mudah
di dapatkan yaitu sawi,pewarna makanan, air, dan juga mangkok pelastik.
Guru sebagai fasilitator juga tentunya harus membimbing anak-anak dalam
pembelajaran sains ini agar anak tidak memakan bahan-bahan yang berbahaya seperti
pewarna makanan yang disediakan untuk eskperimen, juga tidak hanya pencapaian
pembelajarannya saja yang tercapai tapi juga aspek perkembangannya juga harus tercapai
sesuai dengan harapan.

DAFTAR PUSTAKA

Anita Santia, 2 David Wahyudi, 3 Agus Sumitra (2019), Penerapan Pembelajaran


Eksperimen Sains Terhadap Kemampuan Memecahkan Masalah Di Tk Ulil Albab
Bandung, Jurnal Ceria, Vol.2 | No.6 | November 2019, Doi:
Http://Dx.Doi.Org/10.22460/Ceria.V2i6.P388-392

Cucu Jajat Sudrajat, Mubiar Agustin, Leli Kurniati, Dede Karsa (2021), Strategi Kepala TK
dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan pada Masa Pandemi Covid 19, Jurnal
Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, DOI: 10.31004/obsesi.v5i1.582

Heni Nafiqoh, Ghina Wulansuci (2020), Mengembangkan Sikap Sains Anak Usia Dini
Melalui Metode Pembelajaran Eksperimen Berbasis Belajar Di Rumah (Bdr), Jurnal
Tunas Siliwangi, Vol. 6, No. 2, Oktober 2020, Doi: Https://Doi.Org/10.22460/Ts.V7i2

Octavian Dwi Tanto, Aulia Humaimah Sufyana( (2020), Stimulasi Perkembangan Motorik
Halus Anak Usia Dini dalam Seni Tradisional Tatah Sungging, Jurnal Obsesi :
Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Volume 4 Issue 2 (2020) Pages 575-587, DOI:
10.31004/obsesi.v4i2.421

Rahyana Hasibuan, Dadan Suryana (2021), Pengaruh Metode Eksperimen Sains Terhadap
Perkembangan Kognitif Anak Usia 5-6 Tahun, Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan
Anak Usia Dini, Volume 6 Issue 3 (2021) Pages 1169-1179, DOI:
10.31004/obsesi.v6i3.1735

Romlah (2017), Pengaruh Motorik Halus dan Motorik Kasar terhadap Perkembangan
Kreatifitas Anak Usia Dini, Jurnal Keguruan dan Ilmu Tarbiyah, Volume 02 (2)
(2017) 131-137, DOI: 10.24042/tadris.v2i2.2314

Sri Marwiyati, Istiningsih (2021), Pembelajaran Saintifik pada Anak Usia Dini dalam
Pengembangan Kreativitas di Taman Kanak-Kanak, Jurnal Obsesi : Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini, Volume 5 Issue 1 (2021) Pages 135-149, DOI:
10.31004/obsesi.v5i1.508
Sri Hartuti Husin, Yaswinda (2019), Analisis Pembelajaran Sains Anak Usia Dini di Masa
PANDEMI Covid-19, JURNAL BASICEDU, Volume 5 Nomor 2 Tahun 2021
Halaman 581-59, DOI: https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i2.780

Yanti Mustika, Lia Nurwidaningsih (2018), Pengaruh Percobaan Sains Anak Usia Dini
Terhadap Perkembangan Kognitif Anak Di Tk Kartika Siwi Pusdikpal Kota Cimahi,
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Vol 2 No 1 (2018) Page 94 – 101,
Doi: 10.31004/Obsesi.V2i1.12

Zherly Nadia Wandi, Farida Mayar (2020), Analisis Kemampuan Motorik Halus dan
Kreativitas pada Anak Usia Dini melalui Kegiatan Kolase, Jurnal Obsesi : Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini, Volume 4 Issue 1 (2020) Pages 351-358, DOI:
10.31004/obsesi.v4i1.347

Anda mungkin juga menyukai