Anda di halaman 1dari 33

PENGARUH KEGIATAN MERONCE TERHADAP PERKEMBANGAN

MOTORIK HALUS ANAK USIA 5-6 TAHUN Di TK ANGGREK

PALEMBANG

SKRIPSI

Disusun Oleh :

Ema Mawarni (1830210105)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

PRODI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI DINI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

2022
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak usia dini adalah anak berusia 0-6 tahun. dengan seiring

peningkatan pemahaman orang tua terhadap pentingnya pemahaman orang

dalam pendidikan anak usia dini maka saat ini pendidikan amak usia dini

tersebut telah membuat para orang tua memasuki pada anak-anak mereka

kedalam lembaga pendidikan usia dini yang diselenggarakan oleh

lembaga-lembaga penyelenggaraan pendidikan usia dini baik milik

pemerintah maupun milik masyarakat. Orang tua seolah-olah berharap

agar anaknya cepat menguasai sesuatu, dalam jumlah yang banyak dan

lebih hebat dari anak-anak lainnya. 1

Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah mendidik anak agar

kebutuhan anak dapat terpenuhi sesuai dengan masa perkembangannya,

karena berada pada tahap perkembangan dan pertumbuhan fisik dan

mental yang paling cepat. dan anak juga berperan penting dalam

menentukan sejarah perkembangan masa depan anak. Hal ini karena

pendidikan anak usia dini merupakan fondasi dasar kepribadian anak.

Mendapatkan pembinaan sejak dini dapat meningkatkan kesehatan dan

kesejahteraan fisik dan mental, yang akan berdampak pada peningkatan

potensi belajar dan aktivitas anak. Pada akhirnya anak akan mampu lebih

mandiri dan mampu mewujudkan potensi diirnya.

1
Dadan Suryana, , Pendidikan Anak Usia Dini Dan Perkembangan Jakarta :Kencana 2012.
hal. 4-5
Bagi anak usia 0-6 tahun merupakan masa-masa yang sangat

menentukan terhadap perkembangan dan kemajuan di masa yang akan

datang. Oleh karena itu masa usia 0-6 tahun ini disebut sebagai masa

keemasan atau masa Golden Age masa ini adalah masa peka, dan

merupakan saat yang tepat untuk memupuk dan mengembangkan seluruh

potensi yang ada pada diri seseorang anak.

Bedasarkan hasil observasi yang terjadi di TK Anggrek Palembang

ada sebagian siswa kegiatan meronce untuk meningkatkan motorik halus

anak belum terlalu bisa dalam kenyataannya anak masih ada yang belum

sabar untuk menyelesaikan kegiatan tersebut. oleh karena itu peneliti ingin

meningkatkan dan melatih kesabaran dan koordinasi mata, tangan anak

agar dapat berkembang. Terkadang anak juga kurang antusias dalam

kegiatan meronce tersebut karena dalam kegiatan tersebut dibutuhkan

konsentrasi dan kesabaran dalam memasukkan benda maupun dalam

memegang benda-benda yang kecil. Selain itu koordinasi mata dan tangan

untuk menyelesaikan kegiatan meronce tersebut sangat berfungsi sekali,

tetapi dalam kenyataannya anak masih ada yang belum sabar untuk

menyelesaikan kegiatan tersebut.

Perkembangan pada anak usia dini sangat penting diperhatikan dan

dikembangkan, karena otak dan fisik sedang mengalami perkembangan

yang sangat pesat, stimulasi seluruh aspek perkembangan memberikan

pengaruh yang sangat signifikan terhadap perkembangan selanjutnya.

Melalui pemberian stimulus, rangsangan serta bimbingan yang tepat maka


diharapkan dapat meningkatkan seluruh aspek perkembangan yang ada

pada anak. Berdasarkan Permendikbud 146 tahun 2014 tentang kurikulum

PAUD pasal 5 Kurikulum PAUD memuat ada 6 aspek perkembangan

yaitu nilai agama dan moral, fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial

emosional dan seni.1 Salah satu dari 6 aspek tersebut adalah motorik

halus. Motorik halus. 2

Otot-otot tersebut berfungsi untuk melakukan gerakan-gerakan

bagian tubuh yang lebih spesifik, seperti menulis, melipat, menggunting,

meronce. Anak anak pada usia Kelompok bermain atau usia 5-6 tahun itu

seharusnya tahapan kemampuan motorik halus sudah pada tahapan

mengambil benda dengan jari, memindahkan benda dari satu ke tangan

yang lain dan sudah bisa memasukkan dan mengeluarkan benda dari

wadah. Melihat dari tahapan kemampuan motorik halus tersebut ada salah

satu kegiatan yang dapat mengembangkan kemampuan motorik halus

yaitu meronce. Meronce merupakan cara pembuatan benda hias atau benda

pakai yang dilakukan dengan menyusun bagian-bagian bahan berlubang

atau yang sengaja dilubangi memakai bantuan benang, tali dan sejenisnya.

Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang

dengan optimal dan dapat mengerjakan tugas-tugas dengan lancar tanpa

ada gangguan dalam gerak otot-otot.

Perkembangan fisik sangat penting karena baik secara langsung

maupun tidak langsung akan mempengaruhi perilaku anak sehari-hari.


2
Alini Suryani, Peningkatan Motorik Halus Anak Melalui Mengisi Pola Gambar Dengan
Daun Kering Di TK Andessa Pariaman, Universitas Pendidikan Padang, Jurnal Ilmilah PG PAUD
2012, VOL 1 hal. 27-29
secara langsung, perkembangan fisik anak akan menentukan keterampilan

anak dalam bergerak. Secara tidak langsung, pertumbuhan dan

perkembangan fisik akan mempengaruhi bagaimana anak itu memandang

dirinya sendiri dan bagaimana ia memandang orang lain. Kegiatan kolase

ini dapat melatih otot-otot dan melatih koordinasi mata dan tangan. Kolase

adalah teknik menggabungkan beberapa objek menjadi satu dengan

menggunakan kegiatan kolase dengan berbagai media diharapkan dapat

mengembangkan kemampuan motorik halus anak terutama dalam melatih

jari jemari tangan, keterampilan menggunakan tangan kanan dan tangan

kiri dalam berbagai aktivitas, serta melatih konsentrasi, ketelitian dan

kesabaran anak dalam mengerjakan tugas yang berhubungan dengan

motorik halus.

Perkembangan motorik halus pada anak usia dini dapat dilakukan

melalui kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan otot-kecil. Pada

umumnya penggunaan kegiatan dalam proses pembelajaran menjadi hal

yang menarik untuk anak, karena dapat melihat dan dapat terlibat secara

langsung. Kegiatan perkembangan motorik halus yang dilakukan dengan

bermain merupakan hal yang menyenangkan untuk anak. Bermain yang

dapat meningkatkan kemampuan motorik halus dapat dilakukan dengan

berbagai macam kegiatan misalnya kegiatan seni melipat, origami,

airbrush, usap abur, kolase dan berbagai kegiatan lainnya. Penggunaan

kegiatan ini diharapkan dapat melibatkan anak secara aktif dalam

perkembangan motorik halus.


Dalam proses pembelajaran motorik halus biasanya dilakukan di

dalam kelas, ini dikarenakan kemampuan ini tidak membutuhkan ruangan

yang luas. Oleh karena itu peneliti tertarik melakukan analisis pustaka

untuk mengetahui perkembangan motorik halus berdasarkan penelitian-

penelitian sebelumnya.3 Kegiatan yang dilakukan dalam proses

pembelajaran menjadi sarana pengajaran yang tepat, sebab anak dapat

terlibat langsung dan proses pembelajarannya menjadi konkret, dan

motorik halus adalah kemampuan anak beraktivitas dengan menggunakan

otot-otot jari menulis dan meremas, menggambar,menggenggam,

menyusun balok dan memasukkan kelereng. Dari beberapa uraian.

Perkembangan motorik halus adalah suatu gerakan otot-otot halus

dari koordinasi tangan dan mata yang menggerakkan jari jemari dapat

mengepal, memijit, mengosok, memukul, meremas, membelai, menusuk,

mencengkram, merasa, mengaduk, mengambar dan melukis. Semakin

baiknya gerakan motorik halus anak dapat berkreasi, seperti mengunting

kertas dengan hasil guntingan yang lurus, menggambar-gambar sederhana

dan mewarnai, menggunakan klip untuk menyatukan dua lembar kertas,

menjahit, menganyam kertas serta menajamkan pensil dengan rautan

pensil.

3
Elizabeth B Hurlock, , Perkembangan Anak, Edisi Ke-enam Jilid 1, Jakarta : Erlanggar.
2013. Hal. 10-12
Ibid 14-17
B. Rumusan Masalah

Adapun batasan masalah maka peneliti membatasi masalah pada:

1. TK B1 Usia 5-6 Tahun

2. Peneliti hanya akan meneliti tentang pengaruh kegiatan meronce

terhadap perkembangan motorik halus anak di TK Angggrek

Palembang.

C. Batasan Masalah

Berdasrkan pada latar belakang maka yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini “Adakah Pengaruh kegiatan meronce

perkembangan motorik halus anak usia 5-6 tahun di TK Anggrek.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kegiatan

meronce terhadap perkambangn motorik halus anak usia 5-6 tahun di TK

Anggrek Palembang

E. Manfaat Penelitian

Berdasrkan Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diharapkan

dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi

ilmiah dalam pendidikan anak usia dini khususnya tentang peranan

kegiatan meronce terhadap perkembangan motorik halus anak dan

untuk menambah referensi tugas akhir yang berhubungan dengan

perkembangan motorik halus anak.


2. Manfaat praktis

a. Bagi Guru

Manfaat yang diharapkan bagi guru adalah untuk lebih kreatif

dalam menyediakan media pembelajaran dan melaksanakan

pembelajaran melalui kegiatan yang dapat menanamkan karakter

bernalar kreatif anak.

3. Bagi anak

Dapat memberikan warna baru bagi anak agar anak lebih

bersemangat lagi untuk belajar dalam meningkatkan perkembangan

motorik halus anak.

4. Bagi peneliti

Sebagai bahan rujukan atau kajian lanjut bagi peneliti

selanjutnya melakukan penelitian mengenai pengaruh kegiatan

meronce terhadap perkembangan motorik halus anak.


BAB II

KERANGKA TEORI

A. Kegiatan meronce

1. Pengertian meronce

Sumanto menyatakan bahwa meronce merupakan cara

pembuatan benda hias atau benda pakai yang dilakukan dengan

menyusun bagian-bagian bahan berlubang atau yang sengaja dilubangi

memakai bantuan benang, tali dan sebaginya. meronce ialah salah satu

kegiatan pengembangan motorik halus di TK, kegiatan menguntai

dengan membuat untaian dari bahan-bahan alam dan berlubang,

disatukan dengan tali atau benang. Dari pendapat tersebut,

dapat disimpulkan bahwa meronce adalah cara pembuatan

benda hias atau benda pakai yang dilakukan dengan menyusun bagian

bahan yang berlubang yang disatukan dengan tali atau benang. 4 Dalam

kaitannya dengan pembelajaran di TK bahwa meronce adalah kegiatan

berlatih berkarya seni rupa yang dilakukan dengan cara menyusun

bagian-bagian bahan alam yang dapat dibuat benda hias atau benda

pakai dengan memakai banttuan alat rangkaian sesuai dengan tingkat

kemampuan anak. Dalam kenyataannya anak-anak TK atau anak usia

dini meronce dengan menggunakan manik-manik, sedotan maupun

dengan kertas dan origami.

4
Sumanto,Pengembangan Kreativitas Seni Rupa Anak TK, Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional, 2006, hal 12-13
sumantri meronce yaitu kegiatan yang berhubungan dengan

tali dan dimasukkan kedalam bahan-bahan yang berlubang, disatukan

dengan tali atau benang. keterampilan meronce yang dimaksudkan ini

adalah kegiatan yang memasukan benang ke dalam lubang-lubangya

dibantu dengan jarum atau tidak. Kegiatan meronce ditujukan kepada

untuk melatih koordinasi mata dan tangan anak.. 5

Pamadhi mengatakan bahwa merangkai adalah menuysun

benda atau komponen bentuk lainnya seperti menata meja,kursi dan

lainnya, maka fungsi meronce jua sama. Akan tetapi kegiatan meronce

adalah menata dengan bantuan mengikat kompenan tadi dengan tali.

Dengan teknik ikatan ini seseorang akan memanfaatkan bentuk

mengikat menjadi lama dibandingkan dengan benda yang ditata tanpa


6
ikatan. Meronce menata dengan memperhatikan bentuk , warna dan

ukuran, seperti halnya Irma musik yang mempunyai tinggi rendah serta

keras lunak, halus kasarnya nada dan suaranya maka dapat terlihat

meronce tersebut.

Meronce adalah suatu kegiatan memasukkan benda yang

sengaja diberi lubang untuk dapat dimasukkan atau dirangkai kedalam

tali sehingga menjadi suatu karya atau hasil roncean. Meronce dalam

penelitian ini merupakan cara untuk mengembangkan aspek fisik

motorik halus pada anak usia 5-6 tahun dengan merangkai atau

5
Sumantri Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional 2005 hal. 24-25
6
Pamadhi,H dan Sukardi, E, seni keterampilan dan kebudayaan anak , Edisi Pertama
Universitas Terbuka, tangerang selatan 2012 hal. 22
menyusun bagian-bagian bahan berlubang atau yang sengaja dilubangi

memakai bantuan benang, tali dan sejenisnya,baik itu berupa rangkaian

atau bahan roncean bahan alam yang sengaja dilubangi pada tali

sehingga menjadi sebuah hasil karya. Meronce merupakan bentuk

keterampian mata dan tangan anak.

Jadi berdasarkan beberapa di atas disimpulkan bahwa

meronce adalah kegiatan pengembangan motorik halus. kegiatan

menguntai dengan membuat untaian dari bahan-bahan yang berlubang,

disatukan dengan tali atau benang. Memasukkan benang atau tali ke

dalam lubang-lubangnya dibantu dengan jarum/tanpa jarum. Kegiatan

meronce ditujukan untuk melatih koordinasi mata dan tangan anak.

Memperoleh hasil roncean yang menarik tentu perlu terampil dan

kreatif.

2. Manfaat meronce

Kegiatan pembelajaran pada anak usia dini hendaknya

harus memiliki nilai edukasi dari segi alat peraganya. Berdasar hal itu,

menurut Rahmawati ada beberapa kegiatan atau alat permainan yang

mempunyai nilai edukatif :7

a. Dapat dimanfaatkan dengan macam-macam tujuan, manfaat, dan

berbagai macam bentuk.

7
Rahmawati, Perkembangan Belajar Pada Anak Usia Dini, Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional 2010 hal. 15
b. Kegiatan yang ditujukan untuk anak-anak prasekolah dan berfungsi

untuk mengembangkan berbagai perkembangan, kecerdasan, serta

motorik anak.

Salah satu kegiatan positif bagi motorik anak yaitu meronce atau

menyusun manik-manik. Menurut Sumant manfaat meronce yaitu:

Meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Dalam hal ini

kemampuan motorik halus anak dapat berkembang yang kaitannya

dengan keterampilan gerak kedua tangan. Selain itu mampu

menggerakkan anggota tubuh yang berhubungan dengan gerak jari-

jemari. Hal lain yang kaitannya dengan kemampuan motorik halus yakni

kemampuan anak dalam mengkoordinasi indra mata dan aktivitas tangan.

3. Tahapan meronce

Menurut Dessy Rilia kegiatan meronce mempunyai

beberapa tahapan yaitu :

a. Meronce berdasarkan warna

Tahap ini adalah tahapan yang paling mudah dalam kegiatan

meronce. Ank memasukan benang kedalam lubang berdasrkan

warna yang sama.8

b. Meronce berdasarkan bentuk

Salah satu langkah maju yaitu anak dapat mengenal bentuk ada

berbagai macam bentuk dalam meronce, bentuk bolat atau bentuk

segitiga dan kubus.

8
Bungin, B metodelogi penelitian kuantutatif , Edisi kedua. Jakarta: Prenanda media
2011 hal. 14
c. Meronce berdasarkan warna dan bentuk

Anak mulai bisa menggabungkan mana yang memliki bentuk

sama dan warna yang sama. Anak mengembangkan kreativitasnya

dengan bentuk dan warna yang di anak sukai.

d. Meronce berdasarkan warna, bentuk dan ukuran

Tahapan yang cujup suit bagi anak karena mulai menggabungkan

tiga komponen sekaligus.

B. Perkembangan motorik halus

1. Pengertian perkembangan

Perkembangan Perkembangan adalah proses yang dialami

oleh setiap individu untuk menuju tingkat kedewasaannya atau

kematangannya (maturation) yang berlangsung secara sistematis,

progresif dan berkesinambungan, baik secara fisik (jasmaniah) maupun

psikis (rohaniah). Perkembangan merupakan perubahan yang progresif,

bukan saja perubahan dalam segi fisik akan tetapi juga dalam segi

fungsi, misalnya kekuatan dan koordinasi.9

Mahendra dalam Sumantri kemampuan motorik halus

merupakan keterampilan-keterampilan yang memerlukan kemampuan

untuk mengontrol otot-otot kecil atau halus untuk mencapai

pelaksanaan keterampilan yang berhasil.10 Pendapat dari berbagai pihak

tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan motorik halus adalah

keadaan di mana anak mampu melakukan gerakan melalui penggunaan


9
Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini, Jakarta: Kencana 2014, hal,19
10
Sumantri, Model Pengembangan Keterampilan Motroik Halus Anak Usia Dini,Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional. 2005, hal,12
otot-otot kecil atau anggota tubuh tertentu dengan kecermatan dan

koordinasi keterampilan menggunakan tangan. Saraf motorik halus ini

dapat dilatih dan dikembangkan melalui kegiatan dengan memberikan

rangsangan secara terus menerus seperti melipat kertas, menggunting,

meronce dan kegiatan lainnya.

Hurlock menyatakan perkembangan dapat terjadi serentak

dengan pertumbuhan dalam kehidupan manusia. Ini menunjukkan

bahwa perkembangan tidak hanya tentang kemajuan saja akan tetapi

juga termasuk kemunduran yang mencakup hal-hal yang bersifat

kualitatif maupun kuantitatif. Merupakan satu rangkaian koordinasi

berates-ratus yang rumit yangmelibatkan isyarat dan keseimbangan

dalam perkembangan anak usia dini juga terjadi proses kemajuan serta

kemunduran dimana anak-anak tumbuh gigi tetapi pada saat yang sama

anak juga mengalami sakit akibat pertumbuhan gigi tersebut.11

Suyadi perkembangan gerak motorik halus merupakan

gerakan untuk meningkatkan pengoordinasian gerak tubuh yang

melibatkan otot dan saraf inilah yang nantinya akan lebih jauh atau

detail. Kelompok otot dan saratf mampu mengembangkan gerak

motorik halus anak seperti, meremas, menyobek, menggambar, dan

menyusun dan sebagainya. 12

11
Hurock Elizabeth, Perkembangan Anak, Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama 2013, hal
20
12
Suyadi, psikologi belajar pendidikan anak usia dini Yogyakarta: PEDAGOGIA 2010,
Hal.69
Gallahue dalam widia perkembangan motorik anak

pertumbuhan dan perkembangan serta menguasai strategi pembelajaran

yang bervariatif untuk mengembangkan kemampuan motorik halus

anak melalui kegiatan bermain.13 Agar kemampuan motorik halus anak

dapat bekembang sebagaimana mestinya, maaka pembelajaran melalui

bermain dengan program kegiatan belajar di taman kanak-kanak salah

satunya yaitu kegiatan mernce dengan media manik-manik.

Jadi berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan

perkembangan motorik halus kemampuan motorik halus adalah

keadaan di mana anak mampu melakukan gerakan melalui penggunaan

otot-otot kecil atau anggota tubuh tertentu dengan kecermatan dan

koordinasi keterampilan menggunakan tangan. Saraf motorik halus ini

dapat dilatih dan dikembangkan melalui kegiatan dengan memberikan

rangsangan secara terus menerus seperti melipat kertas, menggunting

dan lainnya.

Anak usia dini berada pada masa keemasan di sepanjang

usia manusia. Menurut Montessori (dalam Yuliani) pada masa ini

merupakan periode sensitif (sensitive periods), selama masa ini anak

dengan mudah menerima ragsangan-rangsangan dari lingkungan. Pada

masa ini juga terjadi kematangan fungsi-fungsi fisik maupun psikis

sehingga anak siap mewujudkan semua tugas-tugas perkembangan yang

13
Erna Kusnita, meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan bermain
dengan media manik-manik, (Jurnal ATFHAL BROMO MEDAN, Vol 7 No 1 2017). Hal. 83
14
diharapkan muncul pada pola kehidupan sehari-hari. Dari pendapat

para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa setiap individu yang hidup

dibumi akan selalu mengalami perkembangan yang dimulai sejak lahir

dan berlangsung seumur hidup yang bersifat sistematis, progresif, dan

berkesinambungan.

2. Pengertian Motorik Halus

Perkembangan fisik berkaitan dengan motorik. Motorik

merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui

kegiatan yang terkoordinir antara susuan saraf, otot, otak, dan spinal

cord. Perkembangan motorik merupakan kesempatan untuk anak

agar dapat bergerak sesuai dengan usianya. Penggunaan otototot

besar atau kecil memungkinkan anak untuk memenuhi

perkembangan motorik- motorik terbagi dua, motorik kasar dan

motorik halus, Motorik kasar yaitu berkaitan dengan otot-otot besar,

seperti berlari, menendang, naik turun tangga dan lain-lain.

Sedangkan motorik halus itu berhubungan dengan otot-otot kecil,


15
seperti, menulis, meremas, menggunting dan lain-lain. Motorik

halus adalah kemampuan individu yang berberhubungan dengan

keterampilan fisik dan melibatkan otot kecil yang memerlukan

koordinasi mata dan tangan, Saraf motorik halus dapat dilatih

melalui pemberian rangsagan yang continue secara rutin.

14
Nurkhadijah Dan Nurul Amelia, Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini, Jakarta:
Kencana 2020, hal. 7
15
Hasnida, Analisis Kebutuhan Anak Usia Dini, Jakarta Timur: Luxima Metro Media, 2014,
hal. 52
Oleh karena itu pada aktitivitas ini tidak membutuhkan

banyak tenaga, akan tetapi memerlukan koordinasi mata dan tangan

yang cermat. Semakin baik gerakan motorik halus anak akan

membuat anak dapat berkreasi dengan baik seperti menggunting,

menggambar, mewarnai, dan menganyam. Akan tetapi tidak semua

anak memiliki kematangan yang sama untuk mengusai kemampuan

ini. Motorik halus merupakan komponen yang mendukung bagi

pengembangan lainnya, seperti pengembangan kognitif, sosial

emosional anak. Pengembangan motorik halus yang benar dapat

berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan kognitif.

Pengembangan keterampilan motorik halus dapat ditunjukkan dalam

kemampuan kognitif anak. 16

Kemampuan mengenali, membandingkan, menghubungkan,

menyelesaikan masalah sederhana dan mempunyai banyak gagasan

tentang berbagai konsep dan gejala sederhana yang ada di

lingkungannya. Kurangnya kesempatan berpartisipasi dalam kegiatan

motorik halus akan memperlambat pertumbuhan dan kecerdasan pada

anak. 17

16
Yuliiani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: PT Indeks,
2011, hal.63
17
Ahmad Afandi, Pendidikan Dan Perkembangan Motorik (Ponorogo: Uwais Inspirasi
Indonesia, 2019 , hal. 57
3. Faktor yang Mendukung Perkembangan Motorik Halus

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

perkembangan motorik halus pada anak usia dini, seperti yang

dijelaskan Rumini dan Sundari (dalam Achmad Afandi) yaitu:

a. Faktor genetik, adalah faktor keturunan. Ada beberapa factor

yang dapat menunjang proses perkembangan motorik, misal otot

kuat, syaraf baik, dan kecerdasan yang dapat menyebabkan

perkembangan motorik halus menjadi lebih cepat. 18

b. Faktor Kesehatan dan Periode Prenatal adalah keadaan dimana

janin selama dalam kandungan dalam keadaan sehat, tidak

keracunan, tidak kekurangan gizi dan vitamin dapat

meyebabkan perkembangan motorik yang baik dan cepat.

c. Faktor kesulitan dalam melahirkan misalnya pada saat

melahirkan menggunakan alat bantu seperti vacuum, tang

sehingga mengakibatkan bayi 20 mengalami kerusakan otak

dan dapat memperlambat perkembangan motorik halus bayi

d. Faktor kesehatan dan gizi setelah kelahiran akan mempercepat

perkembangan motorikempengaruhi perkembangan motorik

halus anak.

C. Pengaruh kegiatan meronce (X) dan perkembangan motorik halus (Y)

Sumanto menyatakan bahwa meronce merupakan cara pembuatan

benda hias atau benda pakai yang dilakukan dengan menyusun bagian-bagian

18
Susrianti, Elmi, Peningkatan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Usap Abu Di Taman-
Kanak-Kanak Pertiwi Lii Muaro Kelaban, Jurnal Pesona PAUD Vol.1 No1.
bahan berlubang atau yang sengaja dilubangi memakai bantuan benang, tali dan

sebaginya. meronce ialah salah satu kegiatan pengembangan motorik halus

kegiatan menguntai dengan membuat untaian dari bahan-bahan yang berlubang,

disatukan dengan tali atau benang.

Menurut Hurlock perkembangan dapat terjadi serentak dengan

pertumbuhan dalam kehidupan manusia Ini menunjukkan bahwa perkembangan

tidak hanya tentang kemajuan saja akan tetapi juga termasuk kemunduran yang

mencakup hal-hal yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Sebagai contoh

dalam perkembangan anak usia dini juga terjadi proses kemajuan peserta didik.

Mahendra dalam Sumantri kemampuan motorik halus merupakan

keterampilan-keterampilan yang memerlukan kemampuan untuk mengontrol otot-

otot kecil atau halus untuk mencapai pelaksanaan keterampilan yang berhasil.

Pendapat dari berbagai pihak tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan

motorik halus adalah keadaan di mana anak mampu melakukan gerakan melalui

penggunaan otot-otot kecil atau anggota tubuh tertentu dengan kecermatan dan

koordinasi keterampilan menggunakan tangan. Saraf motorik.

D. Tinjauan pustaka

Penelitian Dadan Suryana tentang “ pendidikan Anak usia dini

stimulasi dan aspek perkembangan anak” menyimpulkan bahwa hakikat

pendidikan harus ada usaha yang bertujuan untuk mengubah usaha sikap

dan tingkah laku seseorang. Berdasarkan Undang-Undang bahwa

pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan sejak lahir
sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian

rangsangan yang membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan

rohani.

Penelitian Yuliana S.P Syamsul Alam Rmali dan Hajeni tentang

“meningkatkan keterampilan motorik halus anak melalui kegiatan

meronce kelompok B “ bahwa meronce merupakan cara pembuatan benda

hias atau benda pakai yang dilakukan dengan menyusun bagian-bagian

bahan berlubang atau yang sengaja dilubangi memakai bantuan benang,

tali dan sebaginya. meronce ialah salah satu kegiatan pengembangan

motorik halus kegiatan menguntai dengan membuat untaian dari bahan-

bahan yang berlubang, disatukan dengan tali atau benang.

Peneitian Vlentina Yosefa tentang “pengeruh keterampilan

motorik halus anak tunagrahita ringan” bahwa dapat terjadi serentak

dengan pertumbuhan dalam kehidupan manusia Ini menunjukkan bahwa

perkembangan tidak hanya tentang kemajuan saja akan tetapi juga

termasuk kemunduran yang mencakup hal-hal yang bersifat kualitatif

maupun kuantitatif. Sebagai contoh dalam perkembangan anak usia dini

juga terjadi proses kemajuan peserta didik.

Penelitian Oktaria Nanda Oni Saputri tentang ” kegiatan meronce

untuk mengembangkan aspek fisik motoric pada siswa kelompok B “

Bahwa kemampuan motorik halus merupakan keterampilan-keterampilan

yang memerlukan kemampuan untuk mengontrol otot-otot kecil atau halus


untuk mencapai pelaksanaan keterampilan yang berhasil. Pendapat dari

berbagai pihak tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan motorik

halus adalah keadaan di mana anak mampu melakukan gerakan melalui

penggunaan otot-otot kecil atau anggota tubuh tertentu dengan kecermatan

dan koordinasi keterampilan menggunakan tangan. Saraf motorik.

E. Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan sementara atau jawaban sementara suatu

persoalan dan untuk membuktikan kebenarannya maka perlu diadakan

peneliti lebih lanjut.19

Maksud dari pengertian hipotesis di atas bahwa hipotesis itu suatu jawaban

sementara sebelum melakukan penelitian lebih lanjut.

Ha : ada pengaruh kegiatan meronce terhadap perkembangan motorik halus

di TK Anggrek Palembang.

HO : Tidak ada pengaruh kegiatan meronce terhadap perkembangan

motorik halus di TK Anggrek Palembang

19
Jim Hoy Yam dk,2021, Hipotesis Penelitian Kuantitatif, (Jurnal Ilmu Administrasi, Vol
3,No 2,) hal. 99
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di TK Anggrek Palembang.

Penelitian ini pengaruh kegiatan meronce terhadap perkembangan

motorik halus dilaksanakan pada semester Ganjil Tahun Ajaran

2022/2023. Subjek penelitiannya yaitu anak kelas B1 di TK Anggrek

Palembang.

B. Pendekatan dan metode penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis

penelitian eksperimen. Sugiyono menyatakan bahwa metode Peneitian

kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan

pada filsafat. digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu,

pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian , analisis data

bersifat kuantitatif dengan tujuan untuk menggambarkan atau menguji

hipotesis yang telah diterapkan. Metode Peneitian menggunakan cara

ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Metode eksperimen termasuk dalam penilaian kuantitatif. Menurut

Faenkel and Wallen dan Sugiyono, menyatakan bahwa "To experiment is

to try, tri look for, to confirm" metode eksperimen adalah

mengkonfirmasikan atau membuktikan sebuah percobaan. Metode

Peneitian yang digunakan pada penelitian ini ialah Metode " pre

eksperimental design yaitu metode yang mampu mempengaruhi jalannnya


eksperimen, jadi dengan demikian validitas internal kualitas pelaksanaan

rancngan penelitian dapat menjadi lebih tinggi".

Dalam penelitian ini Kelompok B1 sebagai kelas yang akan

diberikan treatment atau perlakuan dalam Pengaruh kegiatan meronce

terhadap perkembangan motorik halus anak. Adapun gambaran mengenai

rancangan desain " one grup pre test- post test design.

Desain penelitian

O1 x O2

3.1

Keterangan:

O1: Nilai pre test sebelum diberi perlakuan dengan kegiatan meronce

O2 : Nilai post test sesudah diberi perlakuan dengan kegiatan meronce

X : perlakuan

C. Definisi Operasional Variabel

Penelitian ini mempunyai dua variabel, yaitu :

a. Kegiatan meronce

Meronce adalah suatu kegiatan memasukkan benda yang sengaja

diberi lubang untuk dapat dimasukkan atau dirangkai kedalam tali

sehingga menjadi suatu karya atau hasil roncean.

b. Perkembangan motorik halus

Perkembangan motorik halus yaitu untuk mengobservasi dan cara –

cara berfikir anak untuk menemukan kesimpulan yang benar dan

menggunakan logika dengan baik dan kreatif.


Penilaian yang akan digunakan adalah penilaian skala litert yang

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau

sekelompok orang tentang fenomena sosial

Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara

spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variable

penelitian.20 Maka variable yang akan diukur dijabarkan menjadi

indikator variable. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik

tolak untuk menyusun item-item instrument yang dapat berupa

pernyataan atau pernyataan.

Variabel merupakan objek atau kegiatan yang mempunyai variasi

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti. Penelitian ini mencakup dua buah

variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas

merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab

perubahannya atau timbulnya varibel terikat, dalam penelitian disebut

dengan variabel (X), sedangkan variabel terikat adalah variabel yang

dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas, dalam

penelitian disebut dengan variabel (Y).

Pengaruh hubungan antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat

(Y) dapat digambarkan sebagai berikut :

X Y
Keterangan :

20
Ibid Sugiyono hal 152
X : kegiatan meronce

Y : perkembangan motorik halus

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari

objek atau subjek yang memliki kualitas dan sebuah karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik keseimpulannya. Populasi juga merupakan selurh

karakteristik yang menjadi obejk peneliti, dimana karakteristik

tersebut berkaitan dengan seluruh kelompok orang, peristiwa,atau

benda yang menjadi pusat perhatian bagi peneliti. Dengan kata lain

populasi himpunan keseluruhan objek yang diteliti.

Populasi pada penelitian ini adalah semua siswa kelas B1 dan

B2 TK Anggrek yang berjumlah 28 anak.

Table 3.2

Jumlah populasi

No kelas Jumlah siswa Jumlah keseluruhan siswa

1 B1 15 28

2 B2 13

2. Sampel

Sampel adalah sebagain dari jumlah dan karakteristik yang

di milki oleh populasi tersebut, ataupun bagian kecil dari anggota


populasi yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat

diwakili populasinya. Jika populasi besar dan peneliti tidak

memperlajari seluruh yang ada di populasi. Hal seperti ini

dikarenakan adanya keterbasan dana atau biaya, tenaga dan

waktu, ,maka oleh sebab itu peneliti dapat memakai sampel yang

jumlah siswanya 14 siswa.

Jadi pada penelitian ini yan menjadi populasi adalah siswa

kelompok B, dan yang menjadi sampel menjadi adalah kelas B2,

jumlah siswa adalah 28 orang yang terdiri dari kelompok B1,B2 pada

penelitian ini penulis hanya menggunakan kelas B2 sebagai sampel

yang jumlah siswanya 14 siswa.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan Teknik

“Purposive Sampling” yaitu Teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu, Teknik pengambilan sampel yang menetapkan

ciri-ciri khusus yang tidak dilakukan secara random. Jadi hanya

melihat sifat- sifat anak yag diambil satu kelas. Sampel merupakan

sumber data pada penelitian anak-anak yang berada di kelas B1

dengan usia 5-6 tahun. Pada tahun ajaran 2022/2023.

Table 3.3

Sampel

Kelas perempuan Laki-laki jumlah Jumlah keseluruhan

Sampel

B2 10 5 15 15
E. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi merupakan salah satu proses yang komplek, dan

suatu proses yang sangat tersusun dari berbagai proses biologis

maupun pskiologis. Dua yang terpenting merupakan proses

pengamatan dan ingatan. teknik pengumpulan data dengan observasi

dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai suatu Pengaruh

pemanfaatan media gambar terhadap kemampuan membaca anak

usia 5-6 tahun.

Dalam penelitian ini peneliti mengamati secara langsung

kegiatan dan pembelajaran untuk mendapatkan data yang relavan.

untuk melakukan pengamatan, peneliti menyiapkan kisi-kisi

instrumen data berupa ceklis, dengan melakukan pengamatan

langsung dilokasi selama pembelajaran sedang berlangsug.

2. Tes (test)

Tes digunakan untuk mengatahui apakah terdapat

Pengaruh pemanfaatan media gambar terhadap kemampuan membaca.

Tes ini berupa tes praktek langsung ataupun tes tidak langsung.

3. Dokumentasi

Metode dokumentasi yang digunakan pada peneliti ini

dimaksuskan untuk mampu memperoleh data-data tertulis tentang

sebuah tingkah laku anak selama dalam proses pembelajaran yang


berupa foto-foto dan data-data yang tersedia biasanya terjadi dalam

bentuk foto, surat menyurat, persiapan berkas-berkas, laporan,

catatan aktivitas harian, dan lain-lain

Dalam metode pengumpulan data melalui dokumentasi

peneliti menjadi lebih mudah dalam mendapatkan serta mengetahui

informasi yang pernah terjadi di masa silam, karena hal ini tidak

terbatas oleh ruang dan waktu.dokumentasi dalam penelitian ini

menjadi profil sekolah, sejarah sekolah, keadaan sarana dan

prasarana sekolah, dan juga keadaan yang berkaitan dengan

Pengaruh pemanfaatan media gambar terhadap kemampuan

membaca anak usia 5-6 tahun di TK Anggrek Palembang.

dokumentasi ini dilakukan untuk mengumpulkan data melalui foto.

F. Teknik Analisis Data

a. Uji Validasi

Uji Validasi adalah suatu ukuran yang menunjukkan

kevalidan suatu instrument penelitian. Penguji validasi itu mengacu

pada sejauh mana suatu insturment dalam menjalankan fungsi,

instrument dikatakan valid jika instrument tersebut dapat digunakan

untuk mengukur apa yang hendak diukur. 21Untuk itu perlu uji validasi

terlebih dahulu dengan tujuan untuk mengetahui kualitas instrument

terhadap objek yang akan di teliti lebih lanjut. 22 Dalam penelitian ini

21
Slamet Riyanto, Metode Riset Penelitian Kuantitatif Penelitian Dibidang Manajemen, Teknik,
Pendidikan Dan Eksperimen, (Yogyakarta : cv Budi Utama, 2020) hal. 63
22
Syofian Siregar, Metode Kuantitatif Dilengkapi Dengan Perbandingan Perhitungan Manual Dan
Spss, (Jakarta : Kencana 2013) hal. 47
uji validasi yang digunakan adalah uji konstruksi menurut yang

merupakan terluas cakupannya dibandingkan dengan validasi lainnya.

Rumus yang digunakan untuk uji validasi konstruk dengan teknik

korelasi produk moment yaitu:

rx =n ( ∑ xy ) −¿ ¿

Keterangan :

r : koefesien antara skor item dengan skor total

∑x : jumlah skor masing-masing butir jawaban

∑y : Jumalh skor seluruh butir jawaban ( total)

∑x² : Jumlah kuadrat tiap benar jawaban

∑x y : Jumlah perkalian skor butir jawaban dengan skor total

n : Jumlah resonden

b. Uji Reliabilitas Data

Menurut Suharsimi Arikunto ‘ rehabilitas menunjukan suatu

instrument yang dapat di percaya untuk digumakan sebagai alat

pengumpulan data karena instrument tersebut sudah baik.instrument

yang sudah dapat dipercaya.23 yang relibel data penelitian akan

menggunakan rumus alpha croncbach untuk menghitung reabilitas

data peneliti instrument yang akan digunakan. Rumus yang diapakai

yaitu:

r
i= ( k−1
k
)¿¿

23
Suharmisi Arikunto, Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek. (Jakarta : PT Rineka Cipta 2014).
Hal. 221
Keterangan :

ri : Koefisien reliable

k : Banyaknya butir soal

1 : Bilangan Konstan

ab: Jumlah varian skor dari masing-masing butir soal

at : variable total

c. Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan uji yang digunakan untuk

melihat kelompok berdistribusi normal aau tidak. Normalitas data

diperlukan untuk menentukan rata-rata pengujian yang akan diseidiki.

Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan rumus lilifoers.

d. Uji Homogenitas

Uji homogenitas varians ini bertujuan untuk mengetahui

apaakah ada kesetaraan data atau kesamaan data. Jika suatu kelompok

mempunyai varians yang sama, maaka kelompok tersbeut dinyatakan

homogen. Uji ini untuk mengethui kesamaan data tentangg data

pretest dan postest anak.

e. Uji Hipotesis

Uji hipotesis merupakan untuk menguji hipotesi yang

dikemukakan dalam penelitian ini digunakan uji t. Hipotesi yang akan

diajukan adalah sebagai berikut:


Ha : kegiatan meronce berpengaruh terhadap perkembangan motorik

halus anak usia 5-6 tahun di TK Anggrek.

Ho : kegiatan meronce tidak berpengaruh terhadap perkembangan

motorik halus anak usia 5-6 tahun di TK Anggrek.

Kriteria pengujian yang berlaku adalah H0 diterima jika thitung < ttabel

dan H0 ditolak jika thitung > ttabel dengan menentukan dk = n1 + n2 – 2

dan taraf signifikan α = 5%. Teknik yang akan digunakan untuk

menguji hipotesis adalah rumus statistik parametrik dengan uji-t

dengan persamaan.

x 1−x 2
t=
dsg
√ 1 1
+
n1 n2

Dengan dsg adalah deviasi standar gabungan :

sg

( n1−1 ) s 21+(n 2−1)s 22
( n1 +n 2) −2

Keterangan :

t = nilai hitung

x1 = nilai rata-rata sesudah perlakuan

x2 = nilai rata-rata sebelum perlakuan

n1 = jumlah peserta didik


2

Kriteria pengujian adalah H0 diterima jika thitung < ttabel dengan menentukan

dk = n1 + n2 – 2 dan taraf signifikan = 5% peluang (1-α).


Daftar Pustaka

Bungin, B 2011 Metodelogi penelitian kuantitatif. Edisi kedua, Prenada Media


Jakarta.

Bakti, Mumpuni Arum, 2014, peningkatan dan konsep dasar pengembangan


anak usia dini. Edisi Pertama. Universitas Terbuka. Jakarta.

Dadan Suryana. 2016. Pendidikan Anak Usia Dini Stimulasi Dan Aspek
Perkembangan Anak Jakarta: kencana.
Danar Santi. 2009. Pendidikan Anak Usia Dini Antara Teori dan Praktik.
Jakarta: PT Indeks Permata Puri Media.
Jumaris.M. 2006, .Perkembangan Dan Pengembangan Anak Usia Dini
Taman Kanak-Kanak : Jakarta. PT Gramediawidia sarana Indonesia.
Hurlock, Elizabeth B. 2005, Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.
Menteri penddikan nasional.2006, Pelaturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomot 58 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia
Dini. Jakarta:Dapartemen pendidikan dan kebudayaan.
Pamadhi, H dan Sukardi, 2012 Seni Keterampilan Anak, Edisi Pertama
Universitas Terbuka.. Tangerang Selatan.
Rita Kurnia.2009, Metologi Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini
Pekanbaru: cendikia insane.

Riyanto. Slamet.2020.MetodeRriset Penelitian Kuantitatif Penelitian


Dibidang Manajemen, Teknik, Pendidikan Dan Eksperimen, Yogyakarta :
CV.Budi Utama . Saeful Rahmat. Pupu.Penelitian kualitatif, (Jurnal
Equilibrium vol.5, No.9 Januari –Juni, 2019.

Sugiyono, 2016. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D . Bandung :Alphabeta.

Sumanto. 2006. Pengembangan Kreativitas Seni Rupa Anak TK. Jakarta:


Departemen Pendidikan Nasional.
Sumantri. 2005. Model Pengembangan Ketrampilan Motorik Anak Usia
Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Suyanto Slamet. (2005), Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta:
Depiknas Drijen pendidikan tinggi.
Suyadi, 2019. Psikologi Belajar PAUD. Yogyakarta : Pedagodia.

Anda mungkin juga menyukai