Anda di halaman 1dari 22

PENGARUH PERMAINAN EDUKATIF BUSY BOOK

TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK


TUNAGRAHITA DI SDLB NEGERI KOTA PEKALONGAN

Usulan Penelitian untuk Skripsi

Oleh :
Nur Cahyo
NPM.0520022511

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak sebagai anugerah terindah dari Tuhan yang harus kita jaga dan

kita rawat dari kecil sampai mereka mampu melakukan sesuatu tanpa

bantuan orang lain. Anak memiliki ciri khas sendiri yaitu selalu tumbuh dan

berkembang, dimulai dalam masa konsepsi sampai dengan berakhirnya

masa remaja.

Perkembangan dan pertumbuhan selalu berjalan beriringan,

pertumbuhan biasanya merupakan dampak fisik sedangkan perkembangan

mengarah pada fungsi dari dampak fisik tersebut. Contohnya, otak

mengalami pertumbuhan yang ditandai dengan bertambahnya jumlah sel

sehingga volume otak juga meningkat. Keadaan ini seharusnya disertai

dengan perkembangan otak, yaitu fungsi dari otak tersebut juga ikut

meningkat seperti kemampuan menghitung, menulis, membaca dan

sebagainya (Santoso, 2009). Seorang anak yang tidak mencapai masa

pekembangan pada usia yang diharapkan bisa dikatakan ia telah mengalami

keterlambatan dalam perkembangan. Keterlambatan perkembangan ini

tentunya tidak kita inginkan pada anak-anak. Masyarakat umum maupun

tenaga kesehatan harus memahami bahwa keterlambatan perkembangan

harus ditangani sedini mungkin (Santoso, 2009).


Keterlambatan perkembangan merupakan salah satu masalah dalam

tumbuh kembang anak. Anak dengan kebutuhan khusus merupakan contoh

masalah dalam keterlambatan perkembangan seperti keterlambatan

berpikir, keterlambatan motorik halus dan kasar, keterlambatan

bersosialisasi dan lain sebagainya, anak berkebutuhan khusus ini misalnya

tunagrahita. Effendi dalam Usti (2013) menyatakan seseorang bisa

dikategorikan tunagrahita atau retardasi mental jika ia memiliki tingkat

kecerdasan yang rendah atau dibawah normal, sehingga untuk melihat

perkembangannya diperlukan bantuan atau layanan secara spesifik

termasuk dalam pendidikannya. Anak tunagrahita dalam hal ingatan dan

perhatian lemah, tidak mampu memperhatikan sesuatu hal dengan serius

dan lama, perhatian anak tunagrahita sering berpindah pada hal lain dalam

waktu sekejap, apalagi dalam hal memperhatikan pelajaran, anak

tunagrahita cepat merasa bosan. Tingkat pencapaian anak dalam

kemampuan motorik halus pada umumnya sesuai dengan perkembangan

kelompok usia 0-6 tahun dapat menjadi tolak ukur untuk mengetahui adanya

keterlambatan atau hambatan perkembangan pada anak. Usia 4-5 tahun,

perkembangan motorik halus anak meliputi kemampuan untuk 1. membuat

garis vertikal, horizontal, lengkung kiri/kanan, miring kiri/kanan, dan

lingkaran, 2. menjiplak bentuk, 3. mengoordinasikan mata dan tangan untuk

melakukan gerakan yang rumit, 4. melakukan gerakan manipulatif untuk

menghasilkan suatu bentuk dengan menggunakan berbagai media, 5.


mengekspresikan diri dengan berkarya seni menggunakan berbagai media

(Triharso, 2013).

Menurut WHO (2011) Hasil analisis dari Global Burden of Disease

tahun 2004 didapatkan bahwa 15,3% populasi dunia (sekitar 978 juta orang

dari 6,4 milyar estimasi jumlah penduduk tahun 2004) mengalami

disabilitas sedang atau parah, dan 2,9% atau sekitar 185 juta mengalami

disabilitas parah. Pada populasi usia 0-14 tahun prevalensinya berturut-turut

adalah 5,1% (93 juta orang) dan 0,7% (13 juta orang). Sedangkan pada

populasi usia 15 tahun atau lebih, sebesar 19,4% (892 juta orang) dan 3,8%

(175 juta orang).

Susenas 2012 mendapatkan penduduk Indonesia yang menyandang

disabilitas sebesar 2,45% dari jumlah penduduk Indonesia. Pada Riskesdas

tahun 2010 dikumpulkan data tentang penyandang tunanetra, tunarungu,

tunawicara, tunagrahita, tunadaksa, down syndrome, cerebral palsy dan

lainnya. Hasil yang didapat dalam Riskesdas tersebut pada penyandang

tunagrahita sebesar 0,14% dari jumlah penduduk Indonesia. Jumlah ini bisa

saja semakin bertambah jika pemerintah Indonesia tidak menangani

masalah disabilitas khususnya tunagrahita dengan baik.

Hasil Susenas tahun 2012 Provinsi dengan persentase penyandang

disabilitas tertinggi adalah Bengkulu (3,96%) dan terendah adalah Papua

(1,05%) sedangkan Jawa Tengah berada pada peringkat ke 16 jumlah

penyandang disabilitas dengan 10,3%.


Untuk membantu pemerintah dalam upaya mengembangkan motorik

anak tunagrahita khususnya dalam motorik halus diperlukan fasilitas dan

sarana pendidikan dalam berbagai bentuk dan jenis antara lain alat peraga

dan alat bermain yang edukatif untuk anak tunagrahita. Semakin banyak alat

permainan edukatif yang dihadirkan untuk anak, semakin tinggi hasrat

untuk mencoba alat permainan tersebut. Dengan alat permainan edukatif

diharapkan dapat melakukan kegiatan yang dapat merangsang dan

mendorong kepribadiannya baik menyangkut aspek kognitif, afektif

maupun psikomotor. Di era globalisasi seperti saat ini, banyak berbagai

jenis buku yang dikembangkan seperti fun tinder book, activity book, buku

bantal, buku edukatif dan busy book.

Menurut Kreasiumy, busy book adalah sebuah buku yang terbuat dari

kain yang berisikan gambar-gambar yang bertujuan meningkatkan

kreativitas anak, manfaat lain dari busy book ini adalah bisa merangsang

rasa ingin tahu anak dengan cara bermain sambil belajar, mendorong

kemampuan motorik halus, keterampilan, mental, dan emosional anak.

(Kreasiumy, 2016)

Busy book terbuat dengan bahan kain flanel dengan warna yang menarik

dan tentunya tidak membahayakan untuk anak, dengan ukuran 25 x 25 cm.

Proyek mengembangkan keterampilan anak seperti mengancingkan,

beberapa konsep juga mengajarkan seperti menghitung, mengenal ukuran,

bentuk dan warna, mengelompokan bentuk dan warna. (Uwien, 2015).


Media permainan edukatif busy book inilah salah satu yang bisa menjadi

media pembelajaran untuk meningkatkan motorik halus anak tunagrahita

dengan bahan dari kain dan bentuknya yang warna warni, tentunya

menyenangkan dan materi yang diajarkan dapat dengan mudah diserap oleh

anak tunagrahita itu sendiri yang memiliki IQ yang rendah.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di SDLB Negeri Kota

Pekalongan, anak berkebutuhan khusus atau tunagrahita di SDLB Negeri

Kota Pekalongan sebanyak 104 siswa, sedangkan jumlah siswa yang

mengalami tunagrahita sebanyak 83,2 % atau sekitar 80 anak. Dan dari hasil

pengamatan dari kelas 1 sampai kelas 6, peneliti menemukan siswa yang

masih banyak mengalami permasalahan pada motorik halusnya. Sebagian

besar siswa tunagrahita tersebut mengalami keterbatasan gerak jari-jari

yang masih kaku dan tidak terkoordinasi dengan baik ketika melakukan

kegiatan seperti mencocokkan gambar, menali sepatu, menyusun anyaman,

merangkai huruf menjadi nama, bahkan mengancing bajunya sendiri masih

kesulitan melakukannya.

Menurut salah seorang guru yang saya temui, media busy book sebagai

alat untuk meningkatkan motorik halus anak tunagrahita belum pernah

dilakukan di SLB ini. Selain itu, beliau juga menyebutkan bahwa belum

diterapkannya media busy book karena mereka belum mengetahui apa itu

busy book dan manfaat dari permainan edukatif busy book itu dapat

meningkatkan perkembangan motorik halus anak.


Untuk itu memberikan edukasi motorik halus anak tunagrahita melalui

alat permainan edukatif busy book harus sedini mungkin untuk mengejar

ketertinggalan nilai inteligensi mereka sehingga anak-anak tunagrahita

setidaknya mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan orang

lain.

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, peneliti bermaksud

untuk melakukan penelitian mengenai Pengaruh Permainan Edukatif Busy

Book Terhadap Perkembangan Motorik Halus pada Anak Tunagrahita di

SDLB Negeri Kota Pekalongan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti menemukan siswa yang

masih banyak mengalami permasalahan pada motorik halusnya. Sebagian

besar siswa tunagrahita tersebut mengalami keterbatasan gerak jari-jari

yang masih kaku dan tidak terkoordinasi dengan baik ketika melakukan

kegiatan seperti mencocokkan gambar, menali sepatu, menyusun anyaman,

merangkai huruf menjadi nama, bahkan mengancing bajunya sendiri masih

kesulitan melakukannya. Memberikan edukasi motorik halus anak

tunagrahita melalui alat permainan edukatif busy book harus sedini mungkin

untuk mengejar ketertinggalan nilai inteligensi mereka sehingga anak-anak

tunagrahita setidaknya mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa

bantuan orang lain. Salah satu permainan edukatif yang bisa meningkatkan

perkembangan motorik halus menurut kreasiumy tahun 2016 adalah busy

book.
Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini peneliti memfokuskan pada

kemampuan perkembangan motorik halus pada anak tunagrahita di SDLB

Negeri Kota Pekalongan, sehingga peneliti merumuskan masalah :

“Apakah Ada Pengaruh Permainan Edukatif Busy book Terhadap

Perkembangan Motorik Halus pada Anak Tunagrahita di SDLB Negeri

Kota Pekalongan?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh

permainan edukatif busy book terhadap perkembangan motorik halus

pada anak tunagrahita di SDLB Negeri Kota Pekalongan.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasikan karakteristik responden (usia dan jenis

kelamin) di SDLB Negeri Kota Pekalongan.

b. Menganalisis perkembangan motorik halus anak tunagrahita

sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol.

c. Menganalisis perkembangan motorik halus anak tunagrahita

sebelum dan sesudah diberikan permainan edukatif busy book pada

kelompok intervensi.

d. Menganalisis pengaruh permainan edukatif busy book terhadap

perkembangan motorik halus pada anak tunagrahita di SDLB Negeri

Kota Pekalongan.
D. ManfaatPenelitian

1. Bagi institusi kesehatan

Sebagai bahan masukan dalam memantau tahap perkembangan anak

tunagrahita terutama pada perkembangan motorik halus dengan metode

permainan edukatif busy book.

2. Bagi ilmu keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan

serta menjadi landasan dalam pengembangan ilmu keperawatan

khususnya keperawatan anak dan keluarga.

3. Bagi orang tua

Semoga dengan adanya penelitian ini memberikan manfaat serta

ilmu pengetahuan kepada keluarga terutama orang tua dalam

mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak.

4. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bentuk pengalaman yang

tidak dapat terlupakan. Selain itu, dengan adanya penelitian ini dapat

menambah ilmu serta wawasan luar biasa bagi peneliti

E. Keaslian Penelitian

Penelitian dengan judul “Pengaruh Permainan Edukatif Busy book

Terhadap Perkembangan Motorik Halus Anak Tunagrahita di SDLB Negeri

Kota Pekalongan” belum pernah diteliti sebelumnya, adapun penelitian

yang sejalan antara lain :


Table 1.1 Keaslian Penelitian

No Peneliti Judul Desain Variabel Hasil

1. Safitri. Meningkatkan Penelitian yang Variabel Hasil penelitian


(2015) motorik halus peneliti lakukan adalah independen adalah kemampuan motorik
melalui penelitian eksperimen membuat kalung halus pada anak
keterampilan dalam bentuk SSR dan variabel tunagrahita sedang kelas
membuat kalung (Single Subjek dependen adalah IV di SLB Negeri 2
pada anak Reseacrh). Penelitian perkembangan Padang, terlihat pada
tunagrahita sedang ini menggunakan motorik halus kondisi baseline
bentuk desain A-B, pengamatan dilakukan
dimana A merupakan sebanyak 5 kali.
phase baseline dan B Kemampuan motorik
merupakan phase halus anak meningkat
intervensi dan stabil pada hari ke-3,
ke-4 dan ke-5
Kemampuan Awal
Subjek. Pada kondisi
intervensi pengamatan
dilakukan sebanyak 10
kali. Dan kemampuan
motorik halus anak dapat
meningkat dan stabil
pada hari ketiga belas,
keempat belas, dan
kelima belas/

2. Lina, Pengaruh terapi Desain penelitian Variabel Hasil uji statistik


Fatiyah bermain puzzle ini menggunakan independen adalah wilcoxon sign rank
(2016) terhadap one group terapi bermain ditunjukkan dari hasil uji
perkembangan pretest-posttest puzzle dan variabel statistik motorik halus
Motorik halus dan design. dependen dengan nilai signifikasi
kognitif anak usia perkembangan (p=0,002) artinya ada
prasekolah (4-5 motorik halus dan pengaruh terapi bermain
tahun) kognitif anak puzzle terhadap
prasekolah (4-5 perkembangan motorik
tahun). halus anak usia
prasekolah (4-5 tahun)
dan hasil uji statistik
kognitif dengan nilai
signifikasi (p=0,002)
artinya ada pengaruh
terapi bermain
puzzleterhadap
perkembangan kognitif
anak usia prasekolah (4-5
tahun).
3. Maryam Pengaruh Penelitian ini Variabel Berdasarkan hasil
(2016) penggunaan alat menggunakan desain independen adalah perhitugan menunjukkan
edukatif busy book penelitian penggunaan alat bahwa
terhadap Quasi edukatif busy book Hasil uji t independen
perkembangan - dan variabel adalah 0,000, yang
kecerdasan visual Experimental dependen adalah artinya 0,000 < 0,05,
spasial anak jenis perkembangan maka Ho ditolak dan
Nonequivalent Control kecerdasan visual Ha diterima
Group spasialanak
Design

4 Edi Permainan maze Jenis penelitian yang Variabel Kecenderungan stabilitas


Riyanto matching board digunakan dala independen adalah untuk masing-masing
(2013) untuk penelitian ini adalah terapi bermain fase adalah fase baseline
mengembangkan eksperimental. puzzle dan variabel (A) menunjukkan hasil
kemampuan Desain A-B dependen yang variabel atau tidak
motorik halus anak merupakan desain perkembangan stabil dengan
tunagrahita dasar dari penelitian motorik halus dan persentase28,57%,
eksperimen subjek kognitif anak sedangkan fase intervensi
tunggal prasekolah (4-5 (B) menunjukkan hasil
tahun). yang stabil dengan
persentase 85,71%

Walaupun sudah banyak yang melakukan penelitian terhadap motorik

halus anak tunagrahita namun penelitian saat ini berbeda dari beberapa

penelitian diatas, perbedaanya terletak pada variabel independen, dimana

dalam penelitian diatas menggunakan variabel berupa terapi bermain

puzzle, maze matching board, ketrampilan membuat kalung sedangkan

penelitian ini dengan menggunakan permainan edukatif busy book,

sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian dengan judul “ Pengaruh

Permainan Edukatif Busy book Terhadap Perkembangan Motorik Halus

Anak Tunagrahita di SDLB Negeri Kota Pekalongan“ belum pernah

dilakukan sebelumnya.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Alat Permainan Edukatif

1. Definisi

Alat Permainan Edukatif adalah alat yang dibuat khusus sebagai alat

untuk membantu belajar dan dapat mengoptimalkan perkembangan

anak, serta bisa disesuaikan dengan usia dan tingkat perkembangannya

(Suyadi dalam Syamsuardi, 2012).

Menurut Soetjiningsih (1995) dalam Rolina (2012) mengatakan

bahwa “Alat Permainan Edukatif adalah suatu alat yang bisa

mengoptimalkan perkembangan anak, dapat disesuaikan dengan

tahapan usia dan tingkat perkembangannya, serta berguna untuk

perkembangan fisik-motorik (motorik kasar dan motorik halus),

bahasa, kognitif dan sosial anak”.

alat permainan edukatif adalah suatu alat permainan yang dirancang

sedemikian rupa untuk meningkatkan aspek perkembangan anak

dengan cara menstimulasinya menggunakan alat permainan yang

bernilai edukatif agar perkembangan kecerdasan, motorik halus dan

motorik kasar yang dimiliki oleh anak dapat berkembang secara

optimal.
2. Fungsi Alat Permainan Edukatif

Fungsi dari alat permainan edukatif sebagai berikut :

a. Menciptakan situasi belajar yang menyenangkan bagi anak.

b. Menumbuhkan rasa percaya diri dan membentuk citra diri anak

yang positif.

c. Memberikan stimulus dalam pembentukan perilaku dan

pengembangan kemampuan dasar.

d. Memberikan kesempatan anak bersosialisasi, berkomunikasi

dengan teman sebaya.

3. Jenis-Jenis Alat Permainan Edukatif

Terdapat banyak jenis dari alat permainan edukatif yang telah

diciptakan oleh para ahli untuk mengembangkan aspek yang harus

dicapai oleh anak. Salah satu jenis permainan edukatif yang dapat

mengembangkan kemampuan motorik halus anak serta melatih daya

konsentrasi anak adalah busy book.

Busy Book adalah sebuah buku yang terbuat dari kain yang berisikan

gambar-gambar yang bertujuan meningkatkan kreativitas anak,

manfaat lain dari busy book ini adalah bisa merangsang rasa ingin tahu

anak dengan cara bermain sambil belajar, mendorong kemampuan

motorik halus, keterampilan, mental, dan emosional anak. (Kreasiumy,

2016)
4. Pembuatan Alat Permaianan Edukatif

Menurut Badru Zaman (2010) dalam Rolina (2012) terdapat

“beberapa syarat dalam pembuatan alat permainan edukatif, yaitu :

syarat edukatif, syarat teknis dan syarat estetika”.


B. Perkembangan Motorik Halus pada Anak

1. Motorik Halus pada Anak

Permenkes RI Nomor 66 Tahun 2014 tentang Pemantauan

Pertumbuhan, Perkembangan, dan Gangguan Tumbuh Kembang Anak

disebutkan bahwa motorik halus adalah aspek yang berkaitan dengan

kemampuan anak untuk melakukan gerakan tertentu yang melibatkan

fungsi otot-otot kecil dan memerlukan koordinasi yang tepat dan

cermat. Motorik halus termasuk dalam salah satu aspek-aspek

perkembangan anak yang perlu dipantau. Perkembangan kemampuan

motorik halus pada anak usia dini merupakan hal yang sangat penting

untuk diperhatikan dan dicermati oleh para orang tua demi tumbuh

kembangnya pada tahap berikutnya (Saputri 2012).

2. Tujuan Pengembangan Motorik Halus

Menurut Nofra (2012), tujuan dari pengembangan motorik halus

untuk anak antara lain adalah sebagai alat untuk pembangunan

keterampilan gerak kedua tangan, dimana anak dapat menciptakan

suatu hasil karya yang orisinil dari anak tersebut dengan menjadikan

sebagai alat untuk pengembangan koordinasi kecepatan tangan dan

kecepatan mata untuk menyeimbangkan penglihatan pada saat seorang

guru menggunakan metode demonstrasi dalam pengembangan motorik

halus anak.
3. Ruang Lingkup Motorik Halus

Menurut Samsudin (2012) ruang lingkup motorik halus meliputi,

memakai dan membuka pakaian dan sepatu sendiri, menyusun menara

empat sampai tujuh balok, melempar bola, menempel, mengerjakan

puzzle, mencocokkan warna, mengancingkan kancing baju, menali tali

sepatu.

4. Perkembangan Motorik Halus Berdasarkan Tahapan Usia

Setiap tahapan usia memiliki karakteristik perkembangan masing-

masing. Karakteristik perkembangan motorik halus pada anak usia

prasekolah antara lain (Wong,et al.2009; Permenkes RI Nomor 66

Tahun 2014) :

a. Usia 4 tahun

Anak sudah mampu menggunting dengan lancar, sudah bisa

menggambar kotak, menggambar garis vertical dan horizontal,

belajar dan memasang kancing baju.

b. Usia 5 tahun

Anak sudah mampu menulis dengan angka-angka, menulis

dengan huruf, menulis dengan kata-kata, anak sudah mulai bisa

menulis nama, dan mulai belajar mengikat tali sepatu.

c. Usia 6 tahun

Pada tahap ini anak lebih mampu menggunakan otot-otot

kasar daripada otot-otot halus. Misalnya loncat tali, badminton,

bola volly.
5. Faktor
DAFTAR PUSTAKA

Budi, Uwien. 2015. Busy book [Online]. Tersedia di:

http://www.uwienbudi.com/2015/11/busy-book-quiet-book.html (diakses

pada 18Maret 2018).

Santoso, HeruWN. 2009. Denver Development Screening Test : Petunjuk Praktis.

Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Badan Pusat Statistik. (2012). Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Tahun

2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Kementerian Kesehatan. (2014). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2013.

Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian

Kesehatan.

World Health Organization. (2011). World Report on Disability. Geneva: World

Health Organization.

Usti, Afnita. (2013). Meningkatkan Kemampuan Mengenal Angka Melalui

Bermain Pancing Angka Bagi Anak Tunagrahita Ringan. Jurnal Ilmiah

Pendidikan Khusus UNP Volume 1No.1, Januari 2013.

Triharso, Agung. 2013. Permainan Kreatif dan Edukatif untuk Anak Usia Dini 30

Permainan Matematika dan Sains. Yogyakarta: Andi.

Kreasiumy. 2016. Mengenal Lebih Dalam Busy Book dan Manfaat Untuk Tumbuh

Kembang Sang Anak.

http://kreasiumy.wordpress.com/2016/11/21/mengenal-lebih-dalam-
busybook-dan-manfaat-untuk-tumbuh-kembang-sang-anak/. Diunduh 20

Maret 2018

Riyadi, Sujono & Sukarmin. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Anak.

Yogyakarta : Graham Ilmu.

Syamsuardi. 2012. Penggunaan Alat Permainan Edukatif di TK PAUD. Jurnal

Publikasi Pendidikan. (1): 59-66.

Hasnida. 2015. Media Pembelajaran Kreatif Mendukung Pembelajaran Pada Anak

Usia Dini. PT Luxima Metro Media. Jakarta Timur.

Rolina, Nelva. 2012. Alat Permainan edukatif Anak Usia Dini. Ombak.

Yogyakarta.

Saputri, L 2012,‘Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak melalui Permainan

Bentuk menggunakan Bubur Koran Bekas di TK Al Qur’an Amal Saleh

Padang’,Pesona PAUD, Vol. I, No. 1. diakses 21 Maret 2018,

http://ejournal.unp.ac.id/index.php/paud/article/download/1679/1448.

Dewi, NF 2011,‘Pengaruh Senam Otak (Brain Gym) terhadap Kemampuan

Motorik Halus Anak Prasekolah di TK Kartika IV-8 Kecamatan Sumbersari

Kabupaten Jember’, Skripsi, Universitas Jember, Jember.

Novan Ardy. 2014. Format PAUD. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Nofra Candra Lovia. 2012. Pengembangan Motorik Halus Anak. Diambil dari:

http://nofracandralovia.blogspot.com/2012/12/2017pengembangan-

motorik-halusanak. html. Diakses tanggal 21 Maret 2017

Ahmad Susanto. (2011). Perkembangan Anak Usia Dini Pengantar dalam Berbagai

Aspeknya. Jakarta: Kencana Perdana Media Group.


Nunung Apriyanto. (2012). Seluk Beluk Tunagrahita & Strategi

Pembelajarannya. Yogyakarta: Javalitera

Wong, DL,et al. 2009.’Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong’. Edisi 6. Volume

1, EGC : Jakarta

Samsudin. 2012. Pembelajaran Motorik Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta : Litera

Prenada Media Group.

Al-Maqassary, Ardi. 2014. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motorik Halus.

Tersedia Dari Http://Www.E-Jurnal.Com Diakses 1 April 2018.

Sumardiyah, S 2012,‘Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Tunagrahita

Sedang melalui Origami di SLB Negeri 1 Sleman’, Skripsi, Universitas

Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.

Wardani, IGAK. (2011). Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Universitas

Terbuka

Smith, David. (2009). Inklusi: Sekolah Ramah untuk Semua, terjemahan Enrica

Denis. Bandung: Nuansa

Endang Rochyadi. (2005). Pengembangan Program Pembelajaran Individual


Bagi Anak Tunagrahita. Jakarta: Depdiknas
Tin Suharmini. (2009). Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Kanwa

Publisher

Wikansanti, E. (2014). Mengupas Terapi Bagi ParaTunagrahita: Retardasi

Mental Sampai Lambat Belajar. Yogyakarta: Maxima.


.

Anda mungkin juga menyukai