Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

Balita adalah periode usia anak yang menginjak 1-4 tahun. Masa ini
merupakan masa anak untuk bereksplorasi dengan lingkungannya yang sangat
penting dan sangat berpengaruh dalam perkembangannya. Perkembangan berkaitan
dengan perubahan kualitatif dan kuantitatif, bersifat progresif, teratur dan koheren.
Sehingga menjadi harapan orang tua yang bisa meneruskan kehidupan bangsa dan
negara (Sulistyawati et al., 2014).
Soejatiningsih (2013) mengartikan bahwa masa balita merupakan waktu yang
sangat penting dan sangat berpengaruh terhadap perkembangannya. Pada saat inilah
penting untuk merencanakan terkait dengan perkembangan seorang anak.
Perkembangan anak merupakan segala perubahan yang terjadi pada anak yang dapat
dilihat dari berbagai aspek, antara lain aspek fisik. Perkembangan anak terdiri dari
perkembangan motorik, perkembangan kognitif, dan perkembangan bahasa, dimana
perkembangan ini harus dilalui sesuai periode perkembangan atau sesuai umur anak.
Kemampuan motorik dasar meliputi kemampuan motorik kasar yang melibatkan
otot–otot besar atau kasar dan kemampuan motorik halus yang merupakan aktivitas
keterampilan gerakan otot–otot kecil, seperti menggambar, menulis, meronce manik-
manik, menyulam, makan dan lain-lain. Kemampuan motorik halus berkembang
setelah kemampuan motorik kasar si kecil berkembang secara optimal (Tanuwijaya et
al., 2012).
Permasalahan gangguan perkembangan di tengah masyarakat dari tahun
ketahun khususnya di Indonesia masih belum teratasi. Kejadian ini dibuktikan oleh
angka kejadian masalah perkembangan anak di dunia sekitar 12-16%, sedangkan
prevalensi masalah perkembangan anak di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 11-
16%. Pada tahun 2014 sebesar 10-14% anak mengalami gangguan perkembangan
sedangkan tahun 2015 sejumlah 13-18% (Novianti, 2015). Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI) Jawa Timur melakukan pemeriksaan terhadap 2.643 anak dari usia
0-72 bulan. Hasil pemeriksaan tersebut menunjukkan hasil perkembangan normal
sesuai usia 53% meragukan (Membutuhkan pemeriksaan lebih dalam) sebanyak 13%
dan penyimpangan perkembangan tersebut terdapat pada aspek motorik kasar (seperti
berjalan, duduk), 30% motorik halus (seperti menulis, memegang), 44% bicara
Bahasa dan 16% sosialisasi kemandirian (Cempaka, 2016).
Sari (2011) menemukan bahwa orang tua dengan pola asuh demokratis
sebanyak 19 responden (59,4%) dan sebagian kecil yaitu 4 responden (12,5%)
menggunakan pola asuh permisif. Perkembangan motorik halus sebagian besar adalah
normal yaitu 17 responden (53,1%) dan sebagian kecil yaitu 3 responden(9,4%)
memiliki keterlambatan perkembangan motorik halus. (Suhartini, 2011) masalah
yang ditimbulkan oleh keterlambatan perkembangan salah satunya balita akan
bermasalah dalam hubungan sosial awal dengan teman sebayanya, yang
menyebabkan balita merasa kesepian dan tidak mempunyai kesempatan untuk
berperilaku sesuai dengan teman sebayanya. Begitu juga dengan ketidaksesuaian
perkembangan anak dapat di pengaruhi oleh orang tua, alasan ibu kurang
memberikan stimulasi karena malas mengajari anak. Maka diperlukan untuk
meningkatkan stimulasi perkembangan anak khususnya perkembangan motorik halus
dan para ibu-ibu perlu dilakukan pendidikan kesehatan tentang pemberian stimulasi
motorik halus untuk merangsang kemampuan dasar anak (Azizah, 2012).

Soejatiningsih et al., (2012) mengartikan bahwa stimulasi adalah rangsangan


yang datang dari lingkungan luar individu anak. Anak akan lebih aktif dan
berkembang ketika mendapatkan banyak stimulasi. Dan anak yang kurang atau tidak
mendapatkan stimulasi biasanya akan kurang berkembang dan bereksplorasi.
Stimulasi motorik halus anak usia 3-6 tahun meliputi beberapa aspek motorik halus
yang terdiri dari; membangun menara setinggi 11 kotak, menggambar sesuatu yang
berarti bagi anak tersebut dan dapat dikenali oleh oranglain, mempergunakan
gerakangerakan jemari selama permainan jari, menjiplak gambar kotak, menulis
beberapa huruf. Pada tahap perkembangan motorik halus anak akan mampu dicapai
secara optimal asal mendapatkan stimulasi tepat. Setiap fase, anak membutuhkan
rangsangan untuk mengembangkan kemampuan mental dan motorik halusnya.
Semakin banyak yang dilihat dan didengar anak, semakin banyak yang ingin
diketahuinya sehingga kurang mendapatkan (Sulistyawati, 2014).
Persiapan anak supaya tumbuh dan berkembang dengan baik maka perlu
pengasuhan dari orang-orang di sekitarnya terutama orang tuanya sendiri, yaitu ayah
dan ibu. Namun kenyataannya dalam kehidupan keluarga umumnya di Indonesia
yang paling utama berfungsi sebagai pengasuh adalah ibu. Pengetahuan seorang ibu
sangat penting dalam memberikan stimulasi pada perkembangan anak. Hal ini
dikarenakan seorang anak membutuhkan perhatian yang cukup untuk membantu
perkembangan yang optimal. Hasil penelitian menunjukkan anak belajar banyak
dalam kebersamaan dengan ibunya (Bernie et al., 2014).
Berdasarkan data di atas maka perlu adanya edukasi atau penyuluhan melalui
media booklet agar dapat membantu meningkatkan pengetahuan orang tua dalam
menstimulasi anak balita. Media booklet adalah suatu alat perantara atau penghubung
antara sumber pesan dengan penerima pesan, dan booklet merupakan alat bantu atau
sumber daya pendukung untuk menyampaikan pesan sesuai dengan isi materi. Isi
booklet yaitu mencakup tentang informasi-informasi penting, jelas, tegas, menarik
dan bergambar, serta mudah dimengerti oleh pembaca (Nimah et al., 2018).
Booklet menurut Intika et al., (2018) adalah sebuah buku kecil yang terdiri
dari beberapa lembaran tetapi tidak lebih dari dua puluh halaman di luar hitungan
sampul. Keuntungan dari booklet sendiri yaitu informasi yang disampaikan lebih
detail dan jelas, klien dapat menyesuaikan diri dalam dalam belajar mandiri, selain itu
booklet mudah dibuat dengan sederhana, biaya relatif murah, mudah diperbaiki sesuai
kebutuhan, mudah disimpan dan dibawa kemana-mana (Nimah et al., 2018).
Manfaat dari media booklet yaitu untuk masyarakat meningkatkan wawasan
dan pengetahuan tentang stimulasi motorik anak balita. Memberikan informasi
kepada orang tua khususnya ibu yang lebih dekat dengan anaknya agar dapat
meningkatkan dan melatih perkembangan motorik halus dan motorik kasar pada
balita. Cara menstimulasi perkembangan motorik anak dapat dibantu saat ke
Posyandu agar mendapatkan edukasi dari kader Posyandu dengan memberikan
beberapa stimulasi seperti alat permainan dan lain-lain.
Luaran yang dicapai dari tugas ini yaitu berupa media booklet yang berjudul
“Tips Stimulasi Motorik Halus Pada Balita” yang digunakan sebagai media edukasi
untuk orang tua khususnya ibu tentang cara melatih stimulasi motorik kasar dan
motorik halus pada anak. Diharapkan ibu balita menerapkan stimulasi motorik pada
anak secara bertahap sesuai usia anak dan memantau perkembangan anak melalui
kegiatan posyandu maupun bekerjasama dengan Guru ketika di PAUD.
Penulis berharap dari hasil tugas akhir ini akan memberikan manfaat untuk
orang tua guna meningkatkan pengetahuan stimulasi motorik pada anak secara
optimal dan menjadi sumber KIE (Komunikasi, Innformasi, dan Edukasi) ini
diharapkan membantu sebagai sumber informasi tambahan bagi orang tua untuk
menambah pengetahuan tentang stimulasi motorik pada anak balita.

Anda mungkin juga menyukai