SKRIPSI
Disusun oleh :
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Anak usia prasekolah berada pada usia 2 sampai 5 tahun. Anak
akan memperhalus penguasaan tubuhnya dan menanti dimulainya
pendidikan formal. Ini merupakan masa yang penting bagi orang tua
karena anak dapat membagi pikirannya dan berinteraksi dengan lebih
efektif. Perkembangan fisik terjadi lebih lambat dibandingkan kognitif dan
psikososial. Pada usia 4-6 tahun merupakan periode sensitif atau masa
peka dalam perkembangan aspek berfikir logis anak, yaitu suatu periode
dimana suatu fungsi tertentu perlu di stimulus, diarahkan sehingga tidak
terhambat perkembangannya (Wiyanto&Mustakim, 2012). Taman kanakkanak yang selanjutnya disingkat TK, adalah salah satu bentuk satuan
pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang
menyelenggarakan program pendidikan bagi anak berusia 4 (empat) tahun
sampai 6 (enam) tahun (PPRI No 17, 2010). Berdasarkan data statistik
menunjukan jumlah anak usia prasekolah di indonesia pada tahun 2013
sebanyak 27,55 jiwa. Berdasarkan survei pada tahun 2010 jumlah anak
usia prasekolah di indonesia sebesar 72% dari jumlah total penduduk
indonesia. Anak usia TK merupakan fase yang memiliki peran penting
dalam mengasah keterampilan anak karena usia prasekolah merupakan
usia emas (Golden Age). Pada usia ini anak memasuki tahap praoperasional, fase berfikir transduktif, memiliki kemampuan untuk belajar
membaca, menulis, dan berhitung serta rasa ingin tahu yang sangat tinggi
sehingga perkembangan anak harus dioptimalkan untuk bekal memasuki
sekolah dasar (Wiyanto&Mustakim, 2012).
WHO ( World Health Organization). Melaporkan bahwa 5-25%
dari anak-anak usia prasekolah menderita disfungsi otak minor, termasuk
2
gangguan perkembangan motorik halus. Berdasarkan hasil Bavarian Preschool Morbidity Survey (BPMS), pada anak usia prasekolah dari tahun
1997-2009 terjadi peningkatan keterlambatan motorik halus yang
signifikan dari 4,07% menjadi 22,05% antara tahun 1997-2009 (Caniato,
2011) Penelitian yang dilakukan di Ekuador tahun 2003-2004, tercatat
28,1% anak mengalami keterlambatan motorik halus pada anak usia 48
sampai 61 bulan (Handal, 2007).
Menurut Depkes RI (2006), bahwa 0,4 juta (16%) balita indonesia
mengalami gangguan perkembangan, baik perkembangan motorik halus
dan kasar, gangguan pendengaran, kecerdasan kurang dan keterlambatan
bicara sedangkan menurut Dinkes (2006) sebesar 85,779 (62,02%), anak
usia prasekolah mengalami gangguan perkembangan.
Ada tahapan yang perlu dilakukan stimulus pada anak usia 4-5
tahun tahapan yang seharusnya sudah bisa dicapai oleh anak adalah anak
bisa mewarnai dengan lebih rapih, menulis namanya sendiri, melipat
sehelai pakaian, menggunting sesuai pola, menggunting bentuk lingkaran,
segitiga atau segi empat, walaupun tak sempurna, menempel stiker
ditempat yang dituju walau masih melewati garis, menggambar dan
menulis. Sehingga perlu diberikan stimulasi lebih awal pada anak usia pra
sekolah karna terbukti menurut hasil survey BPMS terjadi peningkatan
keterlambatan motorik halus yang signifikan dari 4,07% menjadi 22, 05%
dari tahun 1997-2009 sedangkan menurut Depkes RI mengatakan bahwa
0,4 juta (16%) balita di indonesia mengalami gangguan perkembangan
motorik halus.(Fikriyati, 2013)
Perkembangan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan
otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu yang dipengaruhi oleh
kesempatan belajar dan berlatih. misalnya, kemampuan memindahkan
benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menghitung, menulis
dan sebagainya. (Fikriyati, 2013).Melalui latihan-latihan yang tepat,
gerakan kasar dan halus ini dapat ditingkatkan dalam hal kecepatan,
keluwesan, dan kecermatan, sehingga secara bertahap seorang anak akan
anak usia sekolah 4-5 tahun, maka dipandang perlu untuk dilakukan
penelitian mengenai Peran Aktifitas Bermain Paper Toys Terhadap
Peningkatan Motorik Halus Pada Anak Prasekolah umur 4-5 Tahun di TK
Madrasah Diniyah Takmiliyah Insan Mulia tahun 2016.
1.2 Rumusan Masalah
Pada usia 4-5 tahun merupakan periode sensitive atau masa peka dalam
perkembangan aspek berikir logis anak, yaitu suatu periode dimana suatu
fungsi tertentu perlu di stimulus, diarahkan sehingga tidak terhambat
perkembangannya.Perkembangan anak yang abnormal karena disebabkan
oleh faktor lingkungan pengasuhan, status kesehatan, stimulasi, dan budaya.
Stimulasi merupakan hal penting dalam tumbuh kembang anak. Anak yang
mendapat stimulasi terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang
dibandingkan dengan anak yang kurang atau tidak mendapat stimulasi.
Pengembangan kemampuan motorik halus dapat diawali dengan latihan yang
paling
sederhana.,
salah
satunya
dapat
melalui
permainan
yang
meneliti tentang
peran terapi bermain paper toys terhadap perkembangan motorik halus pada
anak usia pra sekolah 4-5 tahun.
1.3.2 Bagaimana perkembangan motorik halus pada anak usia pra sekolah 4-5
tahun sebelum diberikan terapi bermain paper toys ?
1.3.3 Bagaimana perkembangan motorik halus anak pada anak usia pra sekolah
4-5 tahun sesudah diberikan terapi bermain paper toys ?
1.3.4 Bagaimana perbedaan sebelum dan sesudah diberikan terapi bermain
paper toys terhadap perkembangan motorik halus pada anak usia pra
sekolah 4-5 tahun.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan umum
1. Mengetahui peran aktivitas bermain paper toys terhadap perkembangan
motorik halus pada anak usia prasekolah umur 4-5 tahun.
Tujuan khusus
1. Mengetahui distribusi frekuensi karakteristik berdasarkan usia, jenis
kelamin, urutan posisi anak dalam keluarga, dan pekerjaan ibu ?
2. Mengetahui perkembangan motorik halus pada anak usia prasekolah 45 tahun sebelum diberikan terapi bermain paper toys ?
3. Mengetahui perkembangan motorik halus pada anak usia prasekolah 45 tahun sesudah diberikan terapi bermain paper toys ?
4. Mengetahui perbedaan sebelum dan sesudah diberikan terapi bermain
paper toys terhadap perkembangan motorik halus pada anak usia pra
sekolah 4-5 tahun.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat menambah