Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak adalah amanah yang dititipkan Tuhan kepada orang tua untuk
dirawat, dididik sekaligus diarahkan ke jalan yang benar. Dalam al-Quran
dijelaskan anak adalah hiasan hidup didunia bagi manusia. Sebagai firman
Allah SWT dalam surat Al-Kahfi ayat 46 yang berbunyi:
‫ك ثَ َوابًا َو َخ ْي ٌر َأ َماًل‬ َّ ٰ ‫ت ٱل‬
ُ ‫صلِ ٰ َح‬
َ ِّ‫ت َخ ْي ٌر ِعن َد َرب‬ ُ َ‫ْل َما ُل َو ْٱلبَنُونَ ِزينَةُ ْٱل َحيَ ٰو ِة ٱل ُّد ْنيَا ۖ َو ْٱل ٰبَقِ ٰي‬
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan
yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih
baik untuk menjadi harapan” (Q.S. Al-Kahfi : 46).
Anak memiliki fase tumbuh kembang di mulai dari masa pranatal dalam
kandungan, masa bayi dari umur 0-1 tahun, masa pra sekolah 1-6 tahun dan
masa sekolah 6-12 tahun. Masa ini sering juga disebut sebagai “golden age”
atau usia emas. Karena pada rentang usia itu anak mengalami pertumbuhan
dan perkembangan yang sangat pesat di berbagai aspek (Zulaikha &
Sureskiarti, 2018)
Hasil proyeksi penduduk Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2018
menunjukkan bahwa 30,1 persen atau 79,55 juta penduduk Indonesia adalah
anak usia 0-17 tahun. Artinya dapat dikatakan bahwa satu dari tiga orang
Indonesia adalah anak-anak. Dalam beberapa periode mendatang
diproyeksikan jumlah anak di Indonesia tidak akan mengalami perubahan yang
signifikan (Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
dan Badan Pusat Statistik, 2019).
Anak usia pra sekolah (3-6 tahun) memiliki potensi yang besar untuk
segera berkembang. Perkembangan merupakan bentuk perubahan kemampuan
anak yang terjadi secara bertahap, meliputi kemampuan berpikir dan
kematangan fungsi organ. Perkembangan mental emosional pada usia pra
sekolah merupakan periode emas karena pada usia ini potensi otak anak dapat
mempengaruhi kondisi psikologis anak. Meningkatnya struktur dan fungsi
tubuh menjadi lebih kompleks dan kemampuan gerak kasar, gerak halus,
bicara, bahasa serta sosialisasi dan kemandirian merupakan bagian
fundamental dari perkembangan manusia, proses yang aktif dan unik pada
setiap anak, terjadi terus menerus dan terjadi perubahan yang semakin
kompleks pada kemampuan motorik, psikososial, kognitif dan bahasa dalam
fungsi kehidupan sehari-hari (Rizki Nursasmita, 2022)
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan merupakan masalah yang
serius bagi negara maju maupun negara berkembang di dunia. Pertumbuhan
dapat dilihat dari berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala, sedangkan
perkembangan dapat dilihat dari kemampuan motorik, sosial dan emosional,
kemampuan berbahasa serta kemampuan kognitif. Pada dasarnya, setiap anak
akan melewati proses tumbuh kembang sesuai dengan tahapan usianya, akan
tetapi banyak faktor yang memengaruhinya. Anak merupakan generasi penerus
bangsa yang layak untuk mendapatkan perhatian dan setiap anak memiliki hak
untuk mencapai perkembangan kognisi, sosial dan perilaku emosi yang optimal
dengan demikian dibutuhkan anak dengan kualitas yang baik agar tercapai
masa depan bangsa yang baik (Prastiwi, 2019)
Angka keterlambatan perkembangan pada anak di Indonesia masih cukup
tinggi yaitu sekitar 5-10% mengalami keterlambatan perkembangan pada
umumnya, sehingga memerlukan perhatian serius. Dua dari 1.000 bayi
mengalami gangguan perkembangan motorik dan dari 100 anak memiliki
kecerdasan yang kurang dan keterlambatan bicara. Populasi anak di Indonesia
mencapai sekitar 33% dari total penduduk yaitu sekitar 83 juta jiwa dan setiap
tahun jumlah anak terus meningkat (David et al., 2022)
Hasil penelitian yang di lakukan (Nurwijayanti & Iqomh, 2018) di ketahui
terdapat beberapa kendala perkembangan anak. Usia responden berkisar 4-6
tahun, terdapat 117 responden (55,5%) laki-laki dan 94 responden (44,5%).
Perkembangan pre intervensi yang sesuai usia sebanyak 6 responden (2,8 %)
dan yang tidak sesuai usia sebanyak 205 (97,2 %). Dari penelitian ini dapat di
lihat bahwa masih tingginya anak dengan perkembangan yang tidak sesuai
dengan usia.
Akibat perkembangan anak yang tidak sesuai dengan usianya dapat
menghambat perkembangan otak, anak menjadi sering sakit, menurunnya daya
tahan tubuh anak, anak lebih cepat merasa cemas atau memiliki takut yang
berlebihan, emosional anak yang tidak terkendali, dan gangguan kognitif,
selain itu perkembangan yang tidak sesuai dengan umurnya dapat berdampak
panjang yaitu, rendahnya kemampuan penalaran dan produktivitas kerja anak.
(Merita, 2019).
Akibat perkembangan anak yang tidak sesuai dengan usianya, perlu
adanya upaya peningkatan perkembangan pada anak dengan cara menstimulasi
motorik anak. Keterampilan motorik adalah gerakan-gerakan tubuh atau
bagian-bagian tubuh yang disengaja, otomatis, cepat dan akurat. Gerakan-
gerakan ini merupakan rangkaian koordinasi dari beratus-ratus otot yang rumit.
Keterampilan motorik ini dapat dikelompokkan menurut ukuran otot-otot dan
bagian-bagian badan yang terkait, yaitu keterampilan motorik kasar (gross
motor skill) dan keterampilan motorik halus (fine motor skill). Keterampilan
motorik kasar (gross motor skill), meliputi keterampilan otototot besar lengan,
kaki, dan batang tubuh, seperti berjalan dan melompat. sedangkan,
Keterampilan motorik halus (fine motor skill), meliputi otot-otot kecil yang ada
diseluruh tubuh, seperti menyentuh dan memegang (Hasanah, 2016).
Latihan keterampilan motorik pada anak dapat di lakukan dengan cara
yang menyenangkan salah satunya dengan program bermain. Program adalah
kumpulan instruksi, rencana kegiatan, pedoman, acara ataupun daftar yang
berurutan. Program bermain perlu dirancang sedemikian rupa sehingga anak
tidak merasa jenuh atau frustrasi. Artinya kegiatan bermain harus disesuaikan
dengan tingkat perkembangan anak dalam berbagai aspek, termasuk tingkat
perkembangan bermain anak (Belakang et al., 2012). dengan mengetahui
perkembangan bermain anak merupakan salah satu aspek untuk menyeleksi
permainan yang tepat bagi anak usia dini. Bermain pada anak dapat
memberikan manfaat dalam berbagai aspek mulai dari perkembangan fisik,
keterampilan motorik, perkembangan kognitif, perkembangan sosial, dan
emosional anak. Bermain banyak jenisnya tetapi tidak semua permainan dapat
melatih motorik anak. Adapun permainan yang dapat melatih motorik anak
yaitu, sensory play. Sensory play atau permainan inderawi dapat mengaktifkan
sensori yang memiliki fungsi dalam meningkatkan pembelajaran, membangun
ketrampilan kognitif dan menyelesaikan konflik sosial emosional anak.
Pengalaman inderawi merupakan kegiatan yang mendorong anak
menggunakan indera mereka untuk menjelajah dan menggali objek yang
membangun pemahaman dan mendapatkan pengetahuan anak. Aktivitas
inderawi merupakan suatu bentuk kegiatan dan bermain yang mendorong anak
menggunakan satu atau lebih inderanya untuk menstimulasi sensori anak usia
dini. Sensory play dapat menstimulasi perkembangan anak mulai dari aspek
motorik halus, motorik kasar, bahasa dan juga kognitif (Rosiyanah et al., 2020)
Hasil penelitian (Maghfuroh, 2018) dengan judul “ Metode bermain puzzle
berpengaruh pada perkembangan motorik halus anak usia pra sekolah“
menunjukkan adanya pengaruh metode bermain puzzle terhadap
perkembangan motorik halus diketahui p value = 0,001 dimana nilai signifikan
p < 0,05. Metode bermain Puzzle dapat meningkatkan perkembangan motorik
halus anak.
Hasil penelitian (Siregar et al., 2020) dengan judul penelitian “Pengaruh
bermain lempar tangkap bola terhadap keterampilan motorik kasar anak usia 5-
6 tahun di TK Melbourn “. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat
disimpulkan ada pengaruh yang signifikan dari bermain lempar tangkap bola
terhadap keterampilan motorik kasar anak usia 5-6 tahun dengan t value
1,7531.
Hasil penelitian (Sugin, 2022) terdapat pengaruh yang signifikan antara
penggunaan permainan tebak ason terhadap penambahan kosa kata bahasa
anak usia 5-6 tahun di TK Mulia Dharma Pontianak. Hal ini ditunjukan dengan
nilai signifikan uji paired sample t-test sebesar 0,000 kerena nilai signifikan uji
t lebih kecil dari 0,05 dan nilai effect size yang sebesar 1,868852 yang artinya
pengaruh yang ditimbulkan termasuk dalam kategori besar.
Dari ketiga penelitian yang telah di lakukan sebelumnya di dapatkan
bahwa ada pengaruh bermain dengan perkembangan anak, maka dari pada itu
peneliti menginovasikan permainan dengan membuat program bermain dari
berbagai jenis permainan yang menggunakan sensory, sehingga anak tidak
merasa bosan dengan permainan yang di berikan. Berdasarkan paparan di atas
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh program
sensory dan motoric play terhadap perkembangan anak di PAUD
KAISAH”.
Berdasarkan study pendahuluan dengan metode wawancara dilakukan
penelitian di PAUD Kaisah Palembang, terdapat populasi anak sekitar 41
responden dengan usia 4-6 tahun. Setelah di lakukan wawancara di dapatkan
anak belum pernah di ukur perkembangannya. Peneliti tertarik melakukan
penelitian di PAUD Kaisah Palembang, hal ini karena di Paud tersebut belum
pernah di lakukan penelitian mengenai masalah perkembangan pada anak
dengan permainan sebagai hasil ukur perkembangan sesuai dengan usia anak.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang terurai di atas mengenai topik pengaruh
program sensory dan motoric play terhadap perkembangan anak di Paud maka
di dapatkan rumusan masalah “ Bagaimanakah pengaruh program sensory
dan motoric play terhadap perkembangan anak di PAUD KAISAH?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh program sensory dan motoric play
terhadap perkembangan anak di PAUD KAISAH.

2. Tujuan Khusus Penelitian


a. Diketahuinya perkembangan anak sebelum di berikan program sensory
dan motoric play.
b. Diketahuinya perkembangan anak setelah di berikan program sensory
dan motoric play.
c. Diketahuinya hasil pengaruh program sensory dan motoric play terhadap
perkembangan anak di PAUD KAISAH Palembang.
D. Manfaat Penelitian
Dengan telah dilakukannya penelitian tentang Pengaruh program sensory
dan motoric play terhadap perkembangan anak maka hasil penelitian
diharapakan bermanfaat:
1. Bagi Program Studi Sarjana Keperawatan
Meningkatkan pengetahuan, pembelajaran dan pemahaman tentang
pengaruh program sensory dan motoric play terhadap perkembangan anak di
PAUD KAISAH Palembang.
2. Bagi Lembaga PAUD
Diharapkan dari hasil penelitian dapat diketahui sejauh mana pengaruh
program sensory dan motoric play dalam meningkatkan perkembangan anak
dan diharapkan pihak lembaga dapat mengembangkan metode-metode
seperti program sensory dan motoric play yang bisa diterapkan di lembaga
PAUD KAISAH sebagai bahan untuk meningkatkan kemampuan
perkembangan anak.
3. Bagi Masyarakat
Sebagai dasar pemahaman pengetahuan dan sikap untuk mendukung dalam
penerapan program sensory dan motoric play terutama di masyarakat,
lembaga PAUD KAISAH, dalam hal ini orang tua dan para guru.
4. Bagi Peneliti
Sebagai penambahan wawasan dan pengalaman bagi penelitian dalam
menerapkan program sensory dan motoric play untuk mengetahui sejauh
mana perkembangan pada anak.
5. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini bisa menjadi bahan acuan, pedoman atau pertimbangan
dalam melakukan penelitian-penelitian selanjutnya yang berhubungan
dengan perkembangan anak.
DAFTAR PUSTAKA

Belakang, A. L., Bermain, B. H., & Anak, B. (2012). ” Permainan Menyebutkan


Nama Benda ” Pada. 1(1958).
David, B., Toreh, P. M., Natalia, F., & ... (2022). Hubungan Peran Orang Tua
Dengan Perkembangan Kognitif Anak Usia Pra Sekolah Di Tk St. Theresia
Taratara. Watson Journal …, 1(1), 17–21. https://e-
journal.stikesgunungmaria.ac.id/index.php/wjn/article/view/4%0Ahttps://e-
journal.stikesgunungmaria.ac.id/index.php/wjn/article/download/4/3
Hasanah, U. (2016). Pengembangan Kemampuan Fisik Motorik Melalui
Permainan Tradisional Bagi Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Anak, 5(1),
717–733. https://doi.org/10.21831/jpa.v5i1.12368
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Badan Pusat
Statistik. (2019). Profil Anak Indonesia Tahun 2019. Kementerian
Pemerdayaan Perempuan Dan Perlindngan Anak (KPPPA), 378.
https://www.kemenpppa.go.id/lib/uploads/list/15242-profil-anak-indonesia_-
2019.pdf
Maghfuroh, L. (2018). Metode Bermain Puzzle Berpengaruh Pada Perkembangan
Motorik Halus Anak Usia Prasekolah. Jurnal Endurance, 3(1), 55.
https://doi.org/10.22216/jen.v3i1.2488
Merita, M. (2019). Tumbuh Kembang Anak Usia 0-5 Tahun. Jurnal Abdimas
Kesehatan (JAK), 1(2), 83. https://doi.org/10.36565/jak.v1i2.29
Nurwijayanti, A. M., & Iqomh, M. K. B. (2018). Intervensi Keperawatan Anak
Pada Anak Usia Pra Sekolah Di Kecamatan Weleri Dalam Upaya Pencapaian
Tumbuh Kembang. Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia, 8(03), 479–
486. https://doi.org/10.33221/jiiki.v8i03.132
Prastiwi, M. H. (2019). Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak Usia 3-6 Tahun.
Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 10(2), 1–8.
https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i2.162
Rizki Nursasmita. (2022). GAMBARAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRA
SEKOLAH MENGGUNAKAN METODE KUESIONER PRA SKRINING
PERKEMBANGAN (KPSP). Keperawatan Dan Kesehatan Penerbangan,
1(2).
Rosiyanah, R., Yufiarti, Y., & Meilani, S. M. (2020). Pengembangan Media
Stimulasi Sensori Anak Usia 4-6 Tahun Berbasis Aktivitas Bermain Tujuh
Indera. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(1), 941–956.
https://doi.org/10.31004/obsesi.v5i1.758
Siregar, J. B., R, D., & Lubis, M. S. (2020). Pengaruh Bermain Lempar Tangkap
Bola Terhadap Keterampilan Motorik Kasar. Jurnal Usia Dini, 6(1), 1–9.
Sugin, E. (2022). Penambahan Kosa Kata Bahasa Anak. Jurnal Pendidikan
Pembelajaran Khatulistiwa, 11.
Zulaikha, F., & Sureskiarti, E. (2018). Status Perkembangan Terhadap
Perkembangan Emosi Anak di Kota Samarinda. Dunia Keperawatan, 6(1),
19. https://doi.org/10.20527/dk.v6i1.4949

Anda mungkin juga menyukai