Anda di halaman 1dari 10

Ayu, Dinda, 2013.

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang stimulasi Perkembangan


dengan Tingkat Perkembangan Motorik Halus Pada Masa Prasekolah (3-6 Tahun) Di
Dusun Lemah Duwur Desa Sitirejo Kabupaten Malang. Tugas Akhir,Fakultas Kedokteran
Brawijaya Malang. Pembimbing: (1) Titin Andri Wihastuti, S.Kp,M.Kes., (2) Ns. Dian
Susmarini,S.Kep,MN.

ABSTRAK

Stimulasi Perkembangan Anak adalah perangsangan yang datang dari lingkungan luar anak.
Stimulasi berfungsi sebagai penguat yang bermanfaat bagi perkembangan anak. Pada beberapa tahun
terakhir pada daerah maju ditemukan adanya keterlambatan perkembangan terutama pada motorik halus.
Hal ini sangat dikhawatirkan akan meluas pada negara berkembang seperti Indonesia yang akan
berdampak negatif dalam upaya peningkatan kesehatan anak. Pengetahuan merupakan domain yang
sangat penting untuk membentuk perilaku. Sehingga dimana seorang ibu mengerti tentang pentingnya
stimulasi perkembangan diharapkan perkembangan anak juga lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang stimulasi perkembangan dengan tingkat
perkembangan motorik halus pada masa prasekolah di Dusun Lemah Duwur Desa Sitirejo Kabupaten
Malang. Penelitian ini menggunakan metode Analitik Obsevasional dengan pendekatan Cross Sectional.
Sampel ditentukan dengan total sampling didapatkan jumlah responden sebanyak 58 orang. Hasil
identifikasi penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang stimulasi perkembangan
sebagian besar cukup baik (37,9%), perkembangan motorik halus pada anak sebagian besar cukup baik
(53,4%). Dari hasil analisis statistik Spearman rho didapatkan nilai rs 0.522 dengan p-value 0.000 (p-value <
0.05). Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu tentang
stimulasi perkembangan dengan tingkat perkembangan motorik halus pada masa prasekolah di Dusun
Lemah Duwur Desa Sitirejo Kabupaten Malang. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan agar dalam
melaksanakan program pelayanan puskesmas lebih menekankan pada kegiatan penyuluhan atau promosi,
sehingga masyarakat sadar dan mau menerima program yang diberikan khususnya tentang program
pentingnya stimulasi perkembangan.

Kata kunci: tingkat pengetahuan ibu, stimulasi perkembangan, perkembangan motorik halus pada
anak prasekolah.

Child development stimulation is a kind of stimulations that originated from the outer environment.
Stimulations served as a catalyst which are beneficial to the development stage of the children. In recent
years, it has been reported that the developed countries suffered from the developmental delay, especially
on fine skill development. Given the fact, it is feared that the delay could spread to the developing countries
too, in this case Indonesia, that will negatively impact the effort of gaining child health, knowledge is an
important domain to build behaviour. That is, if a mother knew the importance of development stimulation, it
is said that the children development has made a good progression. The purpose of this research was to
collect the correlation of maternal knowledge level about development stimulation and fine motor skill
development on preschools at Dusun Lemah Duwur Desa Sitirejo Kabupaten Malang. The study used
Observational Analytical method with Cross Sectional approach. Samples were determined by using total
sampling with the consist of 58 respondents. The result showed that mother’s level of knowledge about
development stimulations was, by majority quite good (37,9%), fine motor skill developments of the children
were quite good (53,4%). Statistical analysis of Spearman rho had a result of rs 0.522 with p-value 0.000 (p-
value < 0.05). It means that there is significant correlation between mother’s knowledge level about
development stimulations with the preschools’ fine motor skills development at Dusun Lemah Duwur Desa
Sitirejo Kabupaten Malang. Based on the result, it is suggested that the community health centre give more
emphasis on counselling or health promotion, so that people pay more awareness on the importance of
development stimulations programs.

Keywords: mothers’s knowledge level, development stimulations, fine motor skills development on
preschools
PENDAHULUAN Dan dari jurnal penelitian Indonesia yang
diambil dari dua rumah sakit di jakarta
menyebutkan bahwa 11,3% anak mengalami
Perkembangan adalah perubahan dan keterlambatan perkembangan motorik halus
perluasan secara bertahap kompleksitas dari (Widyastuti,2005). Sedangkan di Jawa Timur
yang lebih rendah ke yang lebih tinggi (Wong, pada tahun 2009 dilaporkan bahwa jumlah
2009). Soedjatmiko (2009) mengatakan anak balita sebanyak 3.634.505 anak dan
perkembangan adalah bertambahnya 64.03% (2.327.210 anak) dideteksi memiliki
individu, yaitu fungsi-fungsi penginderaan, tumbuh kembang yang baik. Cakupan
pergerakan, komunikasi, kognitif, kreativitas, tersebut masih di bawah cakupan 90%
emosi, sosial, kerjasama dan kepemimpinan, (Dinkes Jawa Timur, 2009).
etika, moral, spiritual. Perkembangan anak Dari hasil studi pendahuluan peneliti
merupakan segala perubahan yang terjadi pada bulan Agustus di Dusun Lemah Duwur
pada anak secara keseluruhan yang terjadi Desa Sitirejo Kabupaten Malang didapatkan
dalam usia anak ( infancy toddlerhood, di dari 8 ibu yang mempunyai anak usia
usia 0-3 tahun, early childhood, usia 3-6 prasekolah dilakukan wawancara dan
tahun dan middle childhood, usia 6-11 tahun) didapatkan 4 orang ibu memiliki pendidikan
(Perdani, 2010). terakhir SMP, 3 orang ibu memiliki pendidikan
Pada masa tumbuh kembang seorang terakhir SD dan 1 orang ibu yang tidak tamat
anak, faktor genetik yang dianggap sebagai SD. Dan pada saat dilakukan test
penentu potensi bawaan saling perkembangan motorik secara acak
mempengaruhi dengan faktor lingkungan didapatkan ada 5 orang anak usia pra
yaitu antara lain infeksi, gizi, sosial, sekolah yang memiliki perkembangan
emosional, kultural, politik. Untuk dapat terutama motorik halus yang terlambat tidak
mencapai potensi genetika secara optimal, sesuai dengan umurnya. Seperti anak
diperlukan lingkungan fisikobio-psikososial tersebut tidak dapat mengancingkan baju
yang adekuat. Faktor penentu dapat secara benar antara kancing dan lubangnya
menentukan perubahan fisik, emosi dan dan ada 3 anak yang tidak bisa
sosial yang berlangsung dengan cepat. menggunakan sendok bahkan tidak mau
Tumbuh kembang yang sangat pesat dan menggunakan sendok saat makan.
cepat merupakan ciri khas dari anak usia Oleh karena itu orang tua khususnya
prasekolah. Anak usia prasekolah adalah ibu harus memiliki pengetahuan tentang
anak yang berumur 3-6 tahun (Soegeng, proses tumbuh kembang pada anak usia
2004). prasekolah sehingga bila ada kelainan
Masa prasekolah yang merupakan tumbuh kembang secara dini bisa diketahui
perode emas ini perlu diberikan stimulasi (Rusmil Kusnandi, 2008). Menurut
perkembangan. Stimulasi identik dengan Notoatmodjo, 2007 Pengetahuan adalah
pemberian rangsangan yang berasal dari hasil ‘tahu’ dan ini terjadi setelah orang
lingkungan di sekitar anak guna lebih melakukan penginderaan terhadap suatu
mengoptimalkan aspek perkembangan anak. objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif
Pemberian stimulasi yang tepat dapat merupakan domain yang sangat penting
mempertinggi kemampuan aspek-aspek untuk terbentuknya tindakan seseorang
perkembangan, namun apabila stimulasi (overt behaviour).
yang diberikan tidak tepat akan memberikan Dalam proses perkembangan pada
efek yang tidak baik (Riana, 2011). Stimulasi masa tooddler orang tua berperan penting
merangsang semua sistem indera terutama ibu untuk mengetahui dan membina
(pendengaran, penglihatan, perabaan, anak dalam proses tumbuh kembangnya
pembauan, pengecapan). Selain itu juga agar tumbuh kembang anak dapat menjadi
merangsang gerak kasar dan halus optimal. Dalam hal ini pemberian informasi
kaki,tangan dan jari-jari, mengajak sangatlah dibutuhkan dari seorang perawat.
berkomunikasi, serta merangsang perasaan Perawat dapat memberikan informasi tentang
yang menyenangkan pikiran bayi dan balita pemberian stimulasi dan kecapaian tumbuh
(Soedjatmiko, 2009). kembang yang dialami masa prasekolah.
Penelitian yang dilakukan di Equador Dengan pemberian informasi diharapkan
pada anak 48-61 bulan tahun 2003-2004 dapat mengubah sikap dalam pemberian
tercatat 28,1% anak mengalami stimulasi terutama pada masa prasekolah.
keterlambatan motorik halus (Handal,2007). Karena perkembangan dasar yang
berlangsung pada masa balita akan tentang perkembangan motorik halus akan
mempengaruhi dan menentukan menggunakan pengambilan data primer
perkembangan anak selanjutnya. dengan lembar observasi sesuai dengan
Berdasarkan permasalahan yang umur anak.
timbul pada kejadian tersebut maka peneliti Untuk kuesioner tingkat pengetahuan
tertarik untuk mengangkat masalah menggunakan ceklist yang dimodifikasi dan
“Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang terdiri dari 20 pertanyaan dimana untuk
stimulasi perkembangan dengan tingkat jawaban benar bernilai 1 sedangkan salah
perkembangan motorik halus pada masa bernilai 0. Dari 20 pertanyaan tersebut di bagi
prasekolah (3-6 tahun) di Dusun Lemah dalam 2 bagian sepuluh pertanyaan negatif
Dhuwur Desa Sitirejo Kabupaten Malang ” dan sepuluh pertanyaan positif. Setelah itu
Manfaat secara teoritis adalah hasil dilakukan skoring terhadap hasil penilaian
dari penelitian ini dapat digunakan sebagai tersebut. Pengetahuan baik 76%-100%,
informasi untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan cukup 56%-75%, pengetahuan
pengetahuan terutama bidang keperawatan kurang 40%-55%, dan pengetahuan tidak
khususnya tentang perkembangan pada baik <40%. Sedangkan untuk tingkat
masa prasekolah (3-6 tahun). perkembangan menggunakan lembar
Manfaat secara praktis dapat observasi yang disesuaikan dengan umur
mengaplikasikan tingkat pengetahuan ibu anak agar tahap perkembangan disesuaikan
tentang stimulasi perkembangan dengan dengan tugas perkembangan sesuai umur
tingkat perkembangan motorik halus pada anak. Penilaian tingkat perkembangan anak
masa prasekolah (3-6 tahun) Hasil penelitian diberi nilai 3 bila anak mandiri, nilai 2 bantuan
ini dapat dijadikan kerangka berfikir sebagai minimal dan diberi nilai 1 bila bantuan
upaya untuk meningkatkan pengetahuan maksimal. Setelah itu dilakukan skoring
tentang stimulasi perkembangan motorik terhadap penilaian tersebut. Perkembangan
halus pada anak masa prasekolah (3-6 76%-100% dikatakan baik, perkembangan
tahun) sesuai program KIA melalui 76%-56% dikatakan cukup, perkembangan
penyuluhan. 40%-55% dikatakan kurang baik dan
perkembangan <40% dikatakan tidak baik.
Data yang terkumpul kemudian
METODE PENELITIAN dihitung dan ditabulating dan dikelompokkan
Berdasarkan tujuan penelitian, jenis sesuai dengan sub variable jawaban seluruh
penelitian yang digunakan pada penelitian ini responden dan dianalisa menggunakan uji
adalah Analitik Observasional dengan statistik Spearmen Rank.
pendekatan Cross Sectional. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan
tingkat pengetahuan ibu tentang stimulasi HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA
perkembangan dengan tingkat Akan dijelaskan dan diuraikan hasil
perkembangan motorik halus pada masa yang diperoleh selama melaksanakan
prasekolah (3-6 tahun) di Dusun Lemah penelitian di Dusun Lemah Duwur Desa
Duwur Desa Sitirejo Kabupaten Malang Sitirejo Kabupaten Malang yang meliputi
dengan jumlah responden 58 orang. karekteristik responden yang disesuaikan
Penelitian ini menggunakan “total sampling” dengan teori. Karekteristik responden ibu
karena teknik penentuan sampelnya yang akan dijelaskan meliputi umur, agama,
dilakukan semua populasi yang ada yang suku, pekerjaan, pendidikan terakhir.
menjadi sampel dan jumlah populasi kurang Sedangkan untuk data penunjang akan
daro 100 responden. Lokasi penelitian dijabarkan pula karakteristik responden anak
dilaksanakan di Dusun Lemah Duwur Desa yaitu umur anak,jenis kelamin, urutan anak,
Sitirejo Kabupaten Malang sejak 6 Februari – status sekolah anak, pernahkah ibu
20 Februari 2013. mendapat informasi dan pernah atau belum
Pengumpulan data dilakukan dengan anak dilakukan tes perkembangan motorik
menggunakan alat ukur kuesioner yang telah halus.
dirancang penulis dengan mengacu pada
kepustakaan yang terdiri dari beberapa
pertanyaan.Untuk mengukur pengetahuan
ibu dengan menggunakan pertanyaan
ceklist sejumlah 20 pertanyaan, sedangkan
Karakteristik Responden Ibu Total 58 100.0
Tabel 1 Distribusi frekwensi karakteristik ibu berdasarkan 3 Anak ke
usia, jenis kelamin, agama dan a. Pertama 28 48.3
No Persenta b. Kedua 24 41.4
Karakteristik Ibu Jumlah c. Ketiga 5 8.6
se (%)
1 d. Keempat 1 1.7
Usia
Total 58 100.0
a. 18-34 tahun 40 69.0 4 Status sekolah
b. 35-54 tahun 18 31.0 a. Belum sekolah 34 58.6
Total 58 100.0 b. Sekolah 24 41.4
2 Agama Total 58 100.0
a. Islam 56 96.6 5 Tes Perkembangan
b. Kristen 2 3.4 Anak
Total 58 100.0 a. Belum Pernah 32 55.2
3 Suku b. Pernah 26 44.8
a. Jawa 58 100.0 Total 58 100.0
Total 58 100.0 6 Informasi
4 Pendidikan a. Tidak 24 41.4
a. SD 15 25.9 b. Ya 34 58.6
b. SMP 20 34.5 Total 58 100.0
c. SMA 23 39.7
Total 58 100.0
5 Pekerjaan Berdasarkan tabel 2 di atas diperoleh
a. IRT 41 70.7 data bahwa distribusi frekwensi anak
b. PNS 1 1.7
c. Swasta 15 25.9
berdasarkan jenis diperoleh sebagian besar
d. Wiraswasta 1 1.7 anak adalah perempuan sebanyak 32 orang
Total 58 100.0 (55.2%) dan 26 (44.8%) laki-laki. Kemudian
berdasarkan suku, secara keseluruhan, 58
Berdasarkan tabel 1 di atas diperoleh anak (100%) termasuk ke dalam suku Jawa.
data bahwa distribusi frekwensi ibu Berdasarkan urutan anak diperoleh
berdasarkan usia diperoleh mayoritas ibu frekwensi tertinggi adalah anak pertama
berusia antara 18-34 tahun sebanyak 40 sebanyak 28 anak (48.3%), 24 anak (41.4%)
orang (69%) dan sebanyak 18 (31%) berusia merupakan anak kedua. Berdasarkan status
35-54 tahun. sekolah, 32 anak (55.2%) belum sekolah dan
Berdasarkan agama diperoleh 26 anak (44.8%) sudah sekolah.
frekwensi tertinggi adalah ibu yang beragama Karakteristik anak berdasarkan tes
Islam sebanyak 56 (96.6%) dan 2 orang perkembangan menunjukkan sebanyak 32
(3.4%) ibu beragama Kristen. Berdasarkan anak (55.2%) belum pernah mengikuti tes
suku secara keseluruhan adalah Jawa. perkembangan anak dan 26 anak (44.8%)
Berdasarkan pendidikan, sebagian pernah mengikuti tes perkembangan anak.
besar ibu berpendidikan SMP, sebanyak 20 Berdasarkan informasi stimulasi, sebagian
orang (34.5%) dan SMA sebanyak 23 orang besar anak pernah mendapatkan informasi
(39.7%), dan 15 orang (15.9%) ibu stimulasi perkembangan sebanak 34 anak
berpendidikan SD. Berdasarkan pekerjaan, (58.6%) dan 24 anak belum pernah
sebagian besar adalah ibu rumah tangga mendapatkan informasi.
sebanyak 41 orang (70.7%), 15 ibu (25.9%)
bekerja di bidang swasta, dan masing-masing Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
1 orang (1.7%) bekerja sebagai PNS dan Stimulasi Perkembangan
wiraswasta. Berdasarkan diagram 1 di bawah ini
diperoleh data bahwa frekwensi berdasarkan
Karakteristik Anak tingkat pengetahuan ibu tentang stimulasi
Tabel 2 Distribusi frekwensi karakteristik anak
berdasarkan jenis kelamin, suku, anak ke,
perkembangan anak, diperolehdari 58
status sekolah, tes perkembangan anak responden sebagian besar ibu mempunyai
dan informasi tingkat pengetahuan cukup, sebanyak 22
No Persenta
orang (37.9%) dan yang paling sedikit ibu
Karakteristik Anak Jumlah yang mempunyai tingkat pengetahuan baik
se (%)
1 Jenis kelamin sebanyak 15 orang (25.9%).
a. Laki-laki 26 44.8

b. Perempuan 32 55.2
Total 58 100.0
2 Suku
a. Jawa 58 100.0
Tingkat pengetahuan ibu * Perkembangan anak Crosstabulation
Tingkat Pengetahuan Ibu
Perkembangan anak
Kurang baik Cukup Baik Total
Tingkat pengetahuanKurang baik Count 14 5 2 21
26% ibu
36% Baik % of Total 24.1% 8.6% 3.4% 36.2%
Cukup Count 5 15 2 22
% of Total 8.6% 25.9% 3.4% 37.9%
Cukup
Baik Count 0 11 4 15
% of Total .0% 19.0% 6.9% 25.9%
Kurang Baik
Total Count 19 31 8 58
38% % of Total 32.8% 53.4% 13.8% 100.0%

Tabel 3 Tabulasi Silang Antara tingkat pengetahuan ibu


Diagram 1 Distribusi frekwensi dengan tingkat perkembangan anak
karakteristik ibu berdasarkan tingkat
pengetahuan
Berdasarkan tabel 1 diperoleh
frekwensi tertinggi pada ibu yang memiliki
Tingkat Perkembangan Motorik Halus
tingkat pengetahuan kurang baik dengan
Pada Anak
anak yang memiliki tingkat perkembangan
Berdasarkan diagram 2 di bawah ini
kurang baik terdapat sebanyak 14 orang
diperoleh data bahwa frekuensi berdasarkan
(24.1%). Kemudian frekwensi tertinggi pada
tingkat perkembangan motorik halus anak
ibu yang memiliki tingkat pengetahuan cukup
diperoleh dari 58 responden sebagian besar
dengan anak yang memiliki tingkat
anak tergolong ke dalam tingkat
perkembangan cukup terdapat sebanyak 15
perkembangan cukup, sebanyak 31 anak
orang (25.9%). Selanjutnya frekwensi
(53.4)% dan yang paling sedikit adalah anak
tertinggi pada ibu yang memiliki tingkat
yang tergolong tingkat perkembangan baik,
pengetahuan baik dengan anak yang
sebanyak 8 anak (13.8%).
memiliki tingkat perkembangan cukup,
terdapat sebanyak 11 orang (19%).
Tingkat Perkembangan Anak Kemudian untuk dicari apakah
terdapat hubungan (korelasi) antara tingkat
14% pengetahuan ibu tentang stimulasi
33% Baik
perkembangan anak dengan tingkat
Cukup perkembangan motorik halus anak dengan
Kurang Baik menggunakan korelasi Spearman (karena
53%
data tingkat pengetahuan ibu tentang
stimulasi perkembangan dan tingkat
Diagram 2 Distribusi frekwensi perkembangan motorik halus anak berskala
karakteristik ibu berdasarkan tingkat
perkembangan motorik halus
ordinal). Diperoleh hasil korelasi Spearman
yaitu rs 0.522 dengan p-value sebesar 0.000
(p-value < 0.05). Karena p-value korelasi
Hasil Uji Statistik Hubungan Antara Spearman memiliki nilai lebih kecil daripada α
Variabel Independent Tingkat (α=0.05) maka dapat ditarik kesimpulan
Pengetahuan Ibu Tentang Stimulasi terdapat hubungan antara tingkat
Perkembangan dengan Variabel pengetahuan ibu tentang stimulasi
Dependent Tingkat Perkembangan perkembangan dengan tingkat
Motorik Halus Pada Masa Prasekolah (3-6 perkembangan motorik halus anak masa
Tahun) prasekolah (3-6tahun) di Dusun Lemah
Dhuwur Desa Sitirejo Wagir, Kabupaten
Hasil analisa uji stsatistik hubungan Malang. Karena korelasi Spearman bernilai
antara variabel independent tingkat positif, maka dapat diartikan bahwa semakin
pengetahuan ibu tentang stimulasi baik pengetahuan ibu tentang stimulasi
perkembangan dengan variabel dependent perkembangan anak, maka semakin baik
tingkat perkembangan motorik halus pada pula perkembangan pada anak usia pra
masa prasekolah di Dusun Lemah Duwur sekolah.
Desa Sitirejo Kabupaten Malang dapat
terlihat pada tabel berikut ini; PEMBAHASAN
1. Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
Stimulasi Perkembangan
Berdasarkan tabel 1 dari 58
responden dapat dilihat tingkat pengetahuan
ibu tentang stimulasi perkembangan meliputi
22 responden (37.9%) tingkat pengetahuan kognitif terus berkembang selama masa
cukup, 21 responden (36.2%) tingkat dewasa.
pengetahuan kurang baik, 15 responden Pada tabel 1 diperoleh data bahwa
(25.9%) tingkat pengetahuan baik. Didukung frekuensi ibu berdasarkan pekerjaan
data pada tabel 1 diketahui bahwa latar diperoleh dari 58 responden sebagian besar
belakang pendidikan meliputi 23 responden adalah ibu rumah tangga sebanyak 41 orang
(39.7%) berpendidikan SMA, ada 20 (70.7%), 15 ibu (25.9%) bekerja di bidang
responden (34.5%) berpendidikan SMP , ada swasta, dan masing-masing 1 orang (1.7%)
15 responden (25.9%) berpendidikan SD dan bekerja sebagai PNS dan wiraswasta.
sumber informasi terbanyak berasal dari Seseorang yang tidak bekerja maupun
petugas kesehatan. bekerja dapat mempengaruhi pengetahuan
Berdasarkan penelitian yang telah yang mereka punya karena lingkungan kerja
dilakukan diperoleh hasil bahwa sebagian yang dapat mempengaruhi tingkat
besar orang tua mempunyai tingkat pengetahuan mereka karena menurut
pengetahuan yang cukup tentang stimulasi Notoadmodjo (2010) lingkungan adalah
perkembangan dibandingkan dengan tingkat segala sesuatu yang ada disekitar individu,
pengetahuan kurang baik dan tingkat baik lingkungan fisik, biolologis, maupun
pengetahuan baik. Hal ini terjadi mungkin sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap
dikarenakan sebagian besar dari responden proses masuknya pengetahuan ke dalam
mempunyai tingkat pendidikan yang cukup individu yang berada dalam lingkungan
baik yaitu SMA sehingga akses untuk tersebut. Hal ini terjadi karena adanya
memperoleh informasi atau memahami suatu interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan
informasi lebih mudah dan informasi direspon sebagai pengetahuan oleh setiap
didapatkan dari petugas kesehatan. individu.
Menurut Notoadmodjo (2007) Berdasarkan tabel 1 dari 58
pendidikan mempengaruhi proses belajar, responden didapatkan 100% bersuku jawa.
dimana makin tinggi pendidikan seseorang Adat istiadat dapat mempengaruhi dalam
makin mudah orang tersebut untuk menerima penerimaan informasi ini disebabkan ada
informasi. Dengan pendidikan tinggi maka beberapa informasi yang tidak sesuai dengan
seseorang akan cenderung untuk adat istiadat yang dianut oleh beberapa
mendapatkan informasi, baik dari orang lain orang. Sehingga beberapa informasi yang
maupun dari media masa, semakin banyak diberikan oleh petugas kesehatan tidak dapat
informasi yang masuk semakin banyak pula diterima oleh beberapa orang dikarenakan
pengetahuan yang didapat tentang adat istiadat yang telah dipercaya menurut
kesehatan. Akan tetapi perlu ditekankan Efendy (2005).
bahwa bukan berarti seseorang yang Pada tabel 1 berdasarkan 58
berpendidikan rendah mutlak responden didapatkan 28 orang (48,3%)
berpengetahuan rendah pula. memiliki anak pertama, sedangkan 30 orang
Selain itu faktor usia juga (51,7%) memiliki anak ke 2,3 dan 4. orang.
mempengaruhi dimana dari penelitian ini Orang tua memiliki banyak pengalaman
didapatkan dari 58 responden berumur 18-34 dalam merawat anak termasuk memahami
tahun yaitu sebanyak 40 responden (69%), tumbuh kembang anak dan faktor yang
berumur 35-54 tahun yaitu sebanyak 18 mempengaruhi tumbuh kembang anak usia
responden (31%). Seseorang yang prasekolah. Semakin banyak pengalaman
memasuki usia dewasa memiliki banyak seseorang maka semakin cepat seseorang
pengetahuan dan pengalaman yang dapat menerima informasi baru. Dalam hal ini
memepengaruhi sikap dan perbuatan yang pengalaman berperan untuk menambah
dapat diteraplan dalam kehidupan sehari- pengetahuan, jika seseorang mempunyai
hari. Seperti yang diungkapkan oleh pengalaman yang banyak maka
Nursalam (2001) faktor pengetahuan pengetahuan orang tersebut akan semakin
seseorang berkaitan dengan umur yang baik. Pengalaman merupakan sumber
mana menentukan sikap seseorang. Desmita pengetahuan yang dengan cara mengulang
(2008) mengatakan bahwa pada masa kembali pengetahuan yang diperoleh dalam
dewasa orang biasanya berubah dari memecahkan mesalah yang dihadapi masa
pengetahuan menuju menerapkan lalu. Sehinga semakin banyak pengalaman
pengetahuan. Dengan demikian kemampuan yang dimiliki seseorang maka
pengetahuanpun maka semakin baik diperoleh dari 58 responden sebagian besar
Notoadmodjo (2010). ibu pernah mendapatkan informasi tentang
stimulasi perkembangan sebanyak 34 orang
2. Tingkat Perkembangan Motorik Halus (58.6%), sedangkan yang belum pernah
Pada Masa Prasekolah (3-6 Tahun) mendapat informasi tentang stimulasi
Berdasarkan tabel 2 dapat perkembangan sebanyak 24 orang (41.4%).
disimpulkan dari 58 setelah dilakukan Sebab menurut Notoatmodjo (2003),
observasi perkembangan motorik halus pada pemberian informasi akan meningkatkan
anak sebagian besar anak tergolong ke pengetahuan masyarakat, selanjutnya
dalam tingkat perkembangan cukup, sengan pengetahuan-pengetahuan itu akan
sebanyak 31 anak (53.4)%, kemudian 19 menimbulkan kesadaran mereka, dan
anak (32.8%) tingkat perkembangan kurang akhirnya akan menyebabkan orang
baik sedang dan paling sedikit adalah anak berperilaku sesuai dengan pengetahuan
yang tergolong tingkat perkembangan baik, yang dimilikinya itu, dalam hal ini media
sebanyak 8 anak (13.8%). Didukung dengan berfungsi sebagai alat peraga unhtuk
pada diagram 5.5 diperoleh data bahwa menyampaikan informasi atau pesan-pesan
frekuensi ibu berdasarkan pekerjaan tentang kesehatan. Menurut Suherman,2005
diperoleh dari 58 responden sebagian besar pentingnya peran aktif orang tua dalam
adalah ibu rumah tangga sebanyak 41 orang memberikan rangsangan (stimulasi) terhadap
(70.7%), 15 ibu (25.9%) bekerja di bidang perkembangan seorang anak.
swasta, dan masing-masing 1 orang (1.7%) Berdasarkan tabel 2 didapatkan dari
bekerja sebagai PNS dan wiraswasta. 58 responden 34 anak (58,6%) belum
Berdasarkan penelitian yang telah sekolah dan 24 anak (41,4%) sudah sekolah.
dilakukan diperoleh hasil bahwa sebagian Seorang anak yang sudah sekolah dan
besar anak mempunyai tingkat sering bertemu dengan teman sebaya dapat
perkembangan motorik halus cukup memberikan motivasi kepada anak untuk
dibandingkan dengan tingkat perkembangan dapat belajar. Dan dari proses belajar itu
kurang baik dan tingkat perkembangan baik. dapat merangsang perkembangan anak
Hal ini terjadi mungkin dikarenakan sebagian semakin pesat. Anak semakin ingin
besar dari responden memiliki ibu yang mengasah perkembangan dengan cara
pekerjaannya adalah Ibu rumah tangga bermain dan belajar disekolah. Suherman
sehingga akses untuk memperoleh kualitas (2005) mengatakan bahwa pendidikan
interaksi yang cukup baik sehingga ibu dapat merupakan pondasi yang kuat untuk
selalu memantau perkembangan terutama perkembangan anak. Pernyataan ini
pada motorik halus anak. diperkuat oleh Soetjiningsih (1995) bahwa
Pekerjaan memang tidak secara motivasi belajar dan seringnya bertemu
langsung mempengaruhi perkembangan dengan teman sebaya di sekolah yang
anak, tetapi pekerjaan disini lebih merupakan faktor psikologi yang mendukung
dihubungkan dengan perolehan pendapatan dalam perkembangan anak.
dimana pendapatan ini yang nantinya akan Pada tabel 2 berdasarkan 58
menunjang tumbuh kembang anak. Tetapi responden didapatkan 32 anak (55,2%)
interaksi tidak ditentukan oleh seberapa lama belum pernah dilakukan tes perkembangan
orang tua bersama anak, tetapi lebih dan 26 anak (44,8%) sudah pernah dilakukan
ditentukan oleh kualitas dari interaksi test perkembangan. Pengalaman pernah
tersebut, yaitu pemahaman terhadap dilakukan tes perkembangan membuat
kebutuhan masing-masing dan upaya optimal seseorang belajar sehingga dapat
untuk memenuhi kebutuhan tersebut yang menambah pengetahuan tentang pentingnya
dilandasi oleh rasa saling menyayangi dilakukannya tes perkembangan bahkan dari
(Soetjiningsih, 1995). Menurut pengalaman tersebut dapat merubah sikap
Suherman,2005 mengatakan bahwa melalui yang lebih baik dengan pemberian stimulasi
interaksi dan komunikasi antara orang tua perkembangan kepada anak jauh lebih baik
dan anak, maka akan dapat meningkatkan daripada sebelumnya. Sehingga pengalaman
perkembangan anak dalam berbagai aspek. juga dapat meningkatkan perkembangan
Selain itu berdasarkan diagram 5.10 anak. Pengalaman merupakan sumber
diperoleh data bahwa frekuensi ibu pengetahuan yang dengan cara mengulang
berdasarkan pernah atau tidak mendapatkan kembali pengetahuan yang diperoleh dalam
informasi tentang stimulasi perkembangan memecahkan mesalah yang dihadapi masa
lalu. Sehinga semakin banyak pengalaman kaki,tangan dan jari-jari, mengajak
yang dimiliki seseorang maka berkomunikasi, serta merangsang perasaan
pengetahuanpun maka semakin baik yang menyenangkan pikiran bayi dan balita
Notoadmodjo (2010). (Soedjatmiko, 2009).
Pada tabel 2 berdasarkan 58 Berdasarkan paparan diatas maka
responden didapatkan 28 orang (48,3%) pengetahuan tentang pentingnya stimulasi
memiliki anak pertama, sedangkan 30 orang perkembangan dengan perkembangan
(51,7%) memiliki anak ke 2,3 dan 4. orang. motorik halus yang dapat dicapai sesuai
Orang tua memiliki banyak pengalaman dengan tahap perkembangan dapat
dalam merawat anak termasuk memahami dikatakan bahwa dari responden yang
tumbuh kembang anak dan faktor yang memiliki pengetahuan yang cukup tentang
mempengaruhi tumbuh kembang anak usia pentingnya stimulasi perkembangan pada
prasekolah. Semakin banyak pengalaman anak dan juga memiliki tingkat
seseorang maka semakin cepat seseorang perkembangan motorik halus yang cukup
menerima informasi baru. Dalam hal ini pula yang sesuai dengan tahapan usia anak
pengalaman berperan untuk menambah pada masa prasekolah ada 15 responden
pengetahuan, jika seseorang mempunyai (25.9%). Suatu perilaku kesehatan tidak
pengalaman yang banyak maka terjadi secara sendirinya dimana untuk
pengetahuan orang tersebut akan semakin mewujudkannya dibutuhkan beberapa faktor
baik. Pengalaman merupakan sumber yaitu pengetahuan dan sikap (faktor
pengetahuan yang dengan cara mengulang predisposisi), adanya faktor pendukung yang
kembali pengetahuan yang diperoleh dalam terwujud dalam lingkungan fisik atau
memecahkan mesalah yang dihadapi masa tersedianya fasilitas yang dibutuhkan seperti
lalu. Sehinga semakin banyak pengalaman posyandu, polindes, puskesmas, bidan
yang dimiliki seseorang maka ataupun dokter. Selain itu diperlukan adanya
pengetahuanpun maka semakin baik faktor-faktor pendorong yaitu sikap dan
Notoadmodjo (2010). perilaku dari petugas kesehatan yang lain
serta budaya kerja.
3. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Perilaku yang didasari oleh
Tentang Stimulasi Perkembangan pengetahuan akan bersifat lebih langgeng
Dengan Tingkat Perkembangan Motorik daripada perilaku yang tidak didasari oleh
Halus Pada Masa Prasekolah (3-6 pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). Meskipun
Tahun) pengetahuan saja tidak ditemukan sebagai
suatu stimulus yang cukup untuk memotivasi
Berdasarkan uji hubungan yang ketaatan secara total, penelitian-penelitian
dilakukan dengan menggunakan uji terdahulu menunjukkan bahwa kepatuhan
Spearman rho didapatkan nilai kemaknaan sampai tingkat tertentu telah dicapai melalui
0,00 < 0,05 berarti hipotesis penelitian program-program pengajaran dan metode-
diterima. Selanjutnya berdasarkan koefisien metode lain yang diarahkan untuk
korelasi rho didapatkan nilai 0,5222 nilai yang menstimulasi motivasi (Smeltzer&Bare,
didapatkan bertanda positif dan terdapat 2006).
hubungan yang kuat berarti ada hubungan Berdasarkan hasil penelitian diatas
yang bermakna dan berbanding lurus antara ibu memiliki pengetahuan tentang stimulasi
tingkat pengetahuan ibu tentang stimulasi perkembangan cukup dan tingkat
perkembangan dengan tingkat perkembangan motorik halus pada masa
perkembangaan motorik halus pada masa prasekolah sehingga manfaat dari hal
prasekolah di dusun lemah duwur desa tersebut adalah dimana seorang ibu yang
sitirejo kabupaten Malang. memiliki pengetahuan yang cukup tentang
Stimulasi dini adalah rangsangan pentingnya stimulasi perkembangan anak
bermain yang dilakukan bayi sejak baru lahir maka perkembangan anak terutama pada
(bahkan sebaiknya sejak janin 6 bulan dalam motorik halus pada anak di masa prasekolah
kandungan) dilakukan dengan penuh dapat sesuai dengan tahapan perkembangan
kegembiraan, kasih sayang, setiap hari untuk yang seharusnya dapat dicapai oleh anak.
merangsang semua sistem indera
(pendengaran, penglihatan, perabaan, Keterbatasan Penelitian
pembauan, pengecapan). Selain itu harus 1. Keterbatasan waktu dalam penelitian ini
pula merangsang gerak kasar dan halus sehingga peneliti mengumpulkan data
menggunakan angket kuesioner pada ibu 2. Untuk Peneliti Selanjutnya
dan dilakukan observasi pada anak a. Perlunya penelitian dalam lingkup
terutama perkembangan motorik halus yang lebih luas sehingga hasil
dengan langsung mengunjungi rumah penelitian dapat digeneralisasikan
responden sehingga memerlukan waktu dengan meneliti faktor-faktor yang
yang lama. mungkin mempengaruhi pengetahuan
2. Metode penelitian menggunakan cross stimulasi perkembangan, misalnya
sectional dimana metode tersebut harus motivasi ibu dalam memberikan
dilakukan pada saat itu juga dan stimulasi perkembangan terhadap
memerlukan jumlah responden yang anak sesuai dengan tahapan umur.
banyak, dan tidak dilakukan b. Karena keterbatasan penelitian dalam
homogenesisasi terhadap faktor hal pengumpulan data yang
pendukung. menggunakan kuesioner dan lembar
3. Instrumen yang digunakan dalam observasi dan waktu yang terbatas,
penelitian ini merupakan kuesioner yang diharapkan peneliti selanjutnya dapat
dibuat sendiri oleh peneliti yang melakukan metode observasi
berdasarkan teori yang ada. Pengambilan terhadap tingkat motivasi ibu dalam
data dengan kuesioner bersifat sangat pemberian stimulasi perkembangan
subyektif sehingga kebenaran data sangat terhadap anak sesuai dengan tahap
tergantung pada kejujuran responden dan umur.
pertanyaan bersifat tertutup sehingga 3. Untuk Instansi Pendidikan
kurang dapat menggali permasalahan Diharapkan penelitian ini dapat
yang ada pada setiap diri responden. digunakan sebagai dasar untuk
mengembangkan ilmu dan pendidikan
KESIMPULAN DAN SARAN keperawatan dalam hal pendidikan
Kesimpulan kesehatan tentang cara pemberian
1. Gambaran tingkat pengetahuan ibu stimulasi perkembangan yang sesuai
tentang stimulasi perkembangan di Dusun dengan tahap perkembangan umur anak.
Lemah Duwur Desa Sitirejo Kabupaten
Malang didapatkan hasil sebagian besar
22 responden (37.9%) pengetahuan cukup DAFTAR PUSTAKA
tentang stimulasi perkembangan.
2. Gambaran tingkat perkembangan motorik Arikunto, Suharsimi (2003). Manajemen
halus anak masa prasekolah di Dusun Penelitian. Jakarta: EGC
Lemah Duwur Desa Sitirejo Kabupaten Ahmadi, Supriyono (2003). Psikologi Belajar.
Malang didapatkan hasil sebagian besar Solo : Rineka Cipta
31 responden (53.4%) memiliki Desmita (2008). Perkembangan Psikologi.
perkembangan motorik halus cukup. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
3. Berdasarkan hasil uji korelasi spearman Bandung
dengan taraf signifikansi 0.05 diperoleh Departemen Kesehatan RI. (2006). Pedoman
nilai koefisien korelasi rho 0,522 dan nilai Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan
p = 0,000 yang berarti Ho ditolak dan ada Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak.
hubungan yang bermakna antara tingkat DepKes. Jakarta
pengetahuan ibu tentang stimulasi Depkes (2000). Pengertian KMS,
perkembangan dengan tingkat http://www.dinkes.acehprov.go.id/dinke
perkembangan motorik halus anak masa s/uploadfiles/data2006/kamus_dinkes/k
presekolah (3-6 tahun) di Dusun Lemah .pdf
Duwur Desa Sitirejo Kabupaten Malang. Efeendy. (2005). Dasar-Dasar Keperawataan
Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC
Saran Fuad, Ihsan (2003). Dasar-Dasar
1. Untuk Instansi Terkait Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Pihak puskesmas dan bidan lebih Hasan, Iqbal (2006). Analisis Data Penelitian
aktif lagi dalam pemberian akses informasi Dengan Statistik. Jakarta: PT Bumi
terhadap ibu tentang stimulasi Aksara
perkembangan yang perlu dilakukan Handal A, et al., 2007. Sociodemographic
sesuai dengan tahapan umur dengan and Nutritional Correlates of
mengadakan penyuluhan. Neurobehavioral Development: A Study
of Young Children In A Rural Region of Soejadmiko (2009). Cara Praktis Membentuk
Equador, Pan Am J Public Health. Anak Sehat Tumbuh Kembang Optimal,
21(5): 292-300. (22 Agustus Kreatif dan Cerdas Multipel. Jakarta :
2012)journal.paho.org/uploads/118409 Kompas
4920.pdf Soetjiningsih (1998). Tumbuh Kembang
Hurlock, Elizabeth. 1998. Perkembangan Anak. Jakarta : EGC
Anak. Jilid 1. Jakarta : Erlangga Soegeng Santoso, dkk (2004). Kesehatan
Marzuki (2002). Metodologi Riset. dan Gizi. Jakarta: Rineka Cipta
Yogyakarta: PT. Widya Pratama Sugiarto, dkk (2001). Teknik Sampling.
Mashar, Riana. 2011. Emosi Anak Usia Dini Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
dan Strategi Pengembangannya. Sugiyono (2003). Statistik Non Paramedis
Jakarta : Kencana untuk Penelitian. Jakarta: Alfabeta
Notoatmodjo, Soekidjo (2003). Suherman (2005). Buku Saku Perkembangan
Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Anak. Jakarta : EGC
Jakarta: Rineka Cipta Sunaryo (2004). Psikologi Untuk
(2005). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta : EGC
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Widyastuti S., Soedjatmiko., & Agus F., 2005.
(2007). Kesehatan Masyarakat Growth and Development Profile of
Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta Children at Two Day Care in Jakarta,
(2010). Ilmu Perilaku Paediatrica Indonesiana, 41(11-
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta 12):275-279.
Notoatmodjo, Soekidjo (2010). Promosi Willis, (2009). Pengertian Informasi.
Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : http://www.comze.com.
Rineka Cipta Wong (2009). Buku Ajar Keperawatan
Novita. 2012. My Baby Merawat Bayi Sehari- Pediatrik. Jakarta : EGC
hari Stimulasi Pertumbuhan Fisik dan
Nonfisik Resep Makanan Pilihan
Perangsang Kecerdasan. Yogyakarta :
Tugu Publisher
Malang, 2013
Nugroho, Wahjudi (2000). Keperawatan Pembimbing I
Gerontik. Jakarta: EGC
Nursalam & Efendi (2009). Pendidikan dalam
Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika
Nursalam (2001). Pendidikan Praktis
Metodologi Keperawatan. Jakarta: CV.
Sagung Seto Titin Andri Wihastuti S.Kp,M.Kes
Nursalam (2003). Konsep dan Penerapan NIP 197702 262003 122001
Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba
(2005). Asuhan Keperawatan
Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba
Medika.
Perdani (2010). Pertumbuhan dan
Perkembangan Anak. Jakarta : EGC
Rusmil Kusnandi (2008). Pertumbuhan dan
Perkembangan Anak.
http://www.aqilaputri.rachdian.com
Singarimbun, Masri (1995). Metode
Penelitian Survei. Jakarta : LP3S
Smeltzer, Suzanne C. Dan Bare, Brenda G
(2006). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner dan Suddath (Ed. 8,
Vol. 1,2) Alih Bahasa Oleh Agung
Waluyo dkk. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai