ABSTRAK
Stimulasi Perkembangan Anak adalah perangsangan yang datang dari lingkungan luar anak.
Stimulasi berfungsi sebagai penguat yang bermanfaat bagi perkembangan anak. Pada beberapa tahun
terakhir pada daerah maju ditemukan adanya keterlambatan perkembangan terutama pada motorik halus.
Hal ini sangat dikhawatirkan akan meluas pada negara berkembang seperti Indonesia yang akan
berdampak negatif dalam upaya peningkatan kesehatan anak. Pengetahuan merupakan domain yang
sangat penting untuk membentuk perilaku. Sehingga dimana seorang ibu mengerti tentang pentingnya
stimulasi perkembangan diharapkan perkembangan anak juga lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang stimulasi perkembangan dengan tingkat
perkembangan motorik halus pada masa prasekolah di Dusun Lemah Duwur Desa Sitirejo Kabupaten
Malang. Penelitian ini menggunakan metode Analitik Obsevasional dengan pendekatan Cross Sectional.
Sampel ditentukan dengan total sampling didapatkan jumlah responden sebanyak 58 orang. Hasil
identifikasi penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang stimulasi perkembangan
sebagian besar cukup baik (37,9%), perkembangan motorik halus pada anak sebagian besar cukup baik
(53,4%). Dari hasil analisis statistik Spearman rho didapatkan nilai rs 0.522 dengan p-value 0.000 (p-value <
0.05). Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu tentang
stimulasi perkembangan dengan tingkat perkembangan motorik halus pada masa prasekolah di Dusun
Lemah Duwur Desa Sitirejo Kabupaten Malang. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan agar dalam
melaksanakan program pelayanan puskesmas lebih menekankan pada kegiatan penyuluhan atau promosi,
sehingga masyarakat sadar dan mau menerima program yang diberikan khususnya tentang program
pentingnya stimulasi perkembangan.
Kata kunci: tingkat pengetahuan ibu, stimulasi perkembangan, perkembangan motorik halus pada
anak prasekolah.
Child development stimulation is a kind of stimulations that originated from the outer environment.
Stimulations served as a catalyst which are beneficial to the development stage of the children. In recent
years, it has been reported that the developed countries suffered from the developmental delay, especially
on fine skill development. Given the fact, it is feared that the delay could spread to the developing countries
too, in this case Indonesia, that will negatively impact the effort of gaining child health, knowledge is an
important domain to build behaviour. That is, if a mother knew the importance of development stimulation, it
is said that the children development has made a good progression. The purpose of this research was to
collect the correlation of maternal knowledge level about development stimulation and fine motor skill
development on preschools at Dusun Lemah Duwur Desa Sitirejo Kabupaten Malang. The study used
Observational Analytical method with Cross Sectional approach. Samples were determined by using total
sampling with the consist of 58 respondents. The result showed that mother’s level of knowledge about
development stimulations was, by majority quite good (37,9%), fine motor skill developments of the children
were quite good (53,4%). Statistical analysis of Spearman rho had a result of rs 0.522 with p-value 0.000 (p-
value < 0.05). It means that there is significant correlation between mother’s knowledge level about
development stimulations with the preschools’ fine motor skills development at Dusun Lemah Duwur Desa
Sitirejo Kabupaten Malang. Based on the result, it is suggested that the community health centre give more
emphasis on counselling or health promotion, so that people pay more awareness on the importance of
development stimulations programs.
Keywords: mothers’s knowledge level, development stimulations, fine motor skills development on
preschools
PENDAHULUAN Dan dari jurnal penelitian Indonesia yang
diambil dari dua rumah sakit di jakarta
menyebutkan bahwa 11,3% anak mengalami
Perkembangan adalah perubahan dan keterlambatan perkembangan motorik halus
perluasan secara bertahap kompleksitas dari (Widyastuti,2005). Sedangkan di Jawa Timur
yang lebih rendah ke yang lebih tinggi (Wong, pada tahun 2009 dilaporkan bahwa jumlah
2009). Soedjatmiko (2009) mengatakan anak balita sebanyak 3.634.505 anak dan
perkembangan adalah bertambahnya 64.03% (2.327.210 anak) dideteksi memiliki
individu, yaitu fungsi-fungsi penginderaan, tumbuh kembang yang baik. Cakupan
pergerakan, komunikasi, kognitif, kreativitas, tersebut masih di bawah cakupan 90%
emosi, sosial, kerjasama dan kepemimpinan, (Dinkes Jawa Timur, 2009).
etika, moral, spiritual. Perkembangan anak Dari hasil studi pendahuluan peneliti
merupakan segala perubahan yang terjadi pada bulan Agustus di Dusun Lemah Duwur
pada anak secara keseluruhan yang terjadi Desa Sitirejo Kabupaten Malang didapatkan
dalam usia anak ( infancy toddlerhood, di dari 8 ibu yang mempunyai anak usia
usia 0-3 tahun, early childhood, usia 3-6 prasekolah dilakukan wawancara dan
tahun dan middle childhood, usia 6-11 tahun) didapatkan 4 orang ibu memiliki pendidikan
(Perdani, 2010). terakhir SMP, 3 orang ibu memiliki pendidikan
Pada masa tumbuh kembang seorang terakhir SD dan 1 orang ibu yang tidak tamat
anak, faktor genetik yang dianggap sebagai SD. Dan pada saat dilakukan test
penentu potensi bawaan saling perkembangan motorik secara acak
mempengaruhi dengan faktor lingkungan didapatkan ada 5 orang anak usia pra
yaitu antara lain infeksi, gizi, sosial, sekolah yang memiliki perkembangan
emosional, kultural, politik. Untuk dapat terutama motorik halus yang terlambat tidak
mencapai potensi genetika secara optimal, sesuai dengan umurnya. Seperti anak
diperlukan lingkungan fisikobio-psikososial tersebut tidak dapat mengancingkan baju
yang adekuat. Faktor penentu dapat secara benar antara kancing dan lubangnya
menentukan perubahan fisik, emosi dan dan ada 3 anak yang tidak bisa
sosial yang berlangsung dengan cepat. menggunakan sendok bahkan tidak mau
Tumbuh kembang yang sangat pesat dan menggunakan sendok saat makan.
cepat merupakan ciri khas dari anak usia Oleh karena itu orang tua khususnya
prasekolah. Anak usia prasekolah adalah ibu harus memiliki pengetahuan tentang
anak yang berumur 3-6 tahun (Soegeng, proses tumbuh kembang pada anak usia
2004). prasekolah sehingga bila ada kelainan
Masa prasekolah yang merupakan tumbuh kembang secara dini bisa diketahui
perode emas ini perlu diberikan stimulasi (Rusmil Kusnandi, 2008). Menurut
perkembangan. Stimulasi identik dengan Notoatmodjo, 2007 Pengetahuan adalah
pemberian rangsangan yang berasal dari hasil ‘tahu’ dan ini terjadi setelah orang
lingkungan di sekitar anak guna lebih melakukan penginderaan terhadap suatu
mengoptimalkan aspek perkembangan anak. objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif
Pemberian stimulasi yang tepat dapat merupakan domain yang sangat penting
mempertinggi kemampuan aspek-aspek untuk terbentuknya tindakan seseorang
perkembangan, namun apabila stimulasi (overt behaviour).
yang diberikan tidak tepat akan memberikan Dalam proses perkembangan pada
efek yang tidak baik (Riana, 2011). Stimulasi masa tooddler orang tua berperan penting
merangsang semua sistem indera terutama ibu untuk mengetahui dan membina
(pendengaran, penglihatan, perabaan, anak dalam proses tumbuh kembangnya
pembauan, pengecapan). Selain itu juga agar tumbuh kembang anak dapat menjadi
merangsang gerak kasar dan halus optimal. Dalam hal ini pemberian informasi
kaki,tangan dan jari-jari, mengajak sangatlah dibutuhkan dari seorang perawat.
berkomunikasi, serta merangsang perasaan Perawat dapat memberikan informasi tentang
yang menyenangkan pikiran bayi dan balita pemberian stimulasi dan kecapaian tumbuh
(Soedjatmiko, 2009). kembang yang dialami masa prasekolah.
Penelitian yang dilakukan di Equador Dengan pemberian informasi diharapkan
pada anak 48-61 bulan tahun 2003-2004 dapat mengubah sikap dalam pemberian
tercatat 28,1% anak mengalami stimulasi terutama pada masa prasekolah.
keterlambatan motorik halus (Handal,2007). Karena perkembangan dasar yang
berlangsung pada masa balita akan tentang perkembangan motorik halus akan
mempengaruhi dan menentukan menggunakan pengambilan data primer
perkembangan anak selanjutnya. dengan lembar observasi sesuai dengan
Berdasarkan permasalahan yang umur anak.
timbul pada kejadian tersebut maka peneliti Untuk kuesioner tingkat pengetahuan
tertarik untuk mengangkat masalah menggunakan ceklist yang dimodifikasi dan
“Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang terdiri dari 20 pertanyaan dimana untuk
stimulasi perkembangan dengan tingkat jawaban benar bernilai 1 sedangkan salah
perkembangan motorik halus pada masa bernilai 0. Dari 20 pertanyaan tersebut di bagi
prasekolah (3-6 tahun) di Dusun Lemah dalam 2 bagian sepuluh pertanyaan negatif
Dhuwur Desa Sitirejo Kabupaten Malang ” dan sepuluh pertanyaan positif. Setelah itu
Manfaat secara teoritis adalah hasil dilakukan skoring terhadap hasil penilaian
dari penelitian ini dapat digunakan sebagai tersebut. Pengetahuan baik 76%-100%,
informasi untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan cukup 56%-75%, pengetahuan
pengetahuan terutama bidang keperawatan kurang 40%-55%, dan pengetahuan tidak
khususnya tentang perkembangan pada baik <40%. Sedangkan untuk tingkat
masa prasekolah (3-6 tahun). perkembangan menggunakan lembar
Manfaat secara praktis dapat observasi yang disesuaikan dengan umur
mengaplikasikan tingkat pengetahuan ibu anak agar tahap perkembangan disesuaikan
tentang stimulasi perkembangan dengan dengan tugas perkembangan sesuai umur
tingkat perkembangan motorik halus pada anak. Penilaian tingkat perkembangan anak
masa prasekolah (3-6 tahun) Hasil penelitian diberi nilai 3 bila anak mandiri, nilai 2 bantuan
ini dapat dijadikan kerangka berfikir sebagai minimal dan diberi nilai 1 bila bantuan
upaya untuk meningkatkan pengetahuan maksimal. Setelah itu dilakukan skoring
tentang stimulasi perkembangan motorik terhadap penilaian tersebut. Perkembangan
halus pada anak masa prasekolah (3-6 76%-100% dikatakan baik, perkembangan
tahun) sesuai program KIA melalui 76%-56% dikatakan cukup, perkembangan
penyuluhan. 40%-55% dikatakan kurang baik dan
perkembangan <40% dikatakan tidak baik.
Data yang terkumpul kemudian
METODE PENELITIAN dihitung dan ditabulating dan dikelompokkan
Berdasarkan tujuan penelitian, jenis sesuai dengan sub variable jawaban seluruh
penelitian yang digunakan pada penelitian ini responden dan dianalisa menggunakan uji
adalah Analitik Observasional dengan statistik Spearmen Rank.
pendekatan Cross Sectional. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan
tingkat pengetahuan ibu tentang stimulasi HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA
perkembangan dengan tingkat Akan dijelaskan dan diuraikan hasil
perkembangan motorik halus pada masa yang diperoleh selama melaksanakan
prasekolah (3-6 tahun) di Dusun Lemah penelitian di Dusun Lemah Duwur Desa
Duwur Desa Sitirejo Kabupaten Malang Sitirejo Kabupaten Malang yang meliputi
dengan jumlah responden 58 orang. karekteristik responden yang disesuaikan
Penelitian ini menggunakan “total sampling” dengan teori. Karekteristik responden ibu
karena teknik penentuan sampelnya yang akan dijelaskan meliputi umur, agama,
dilakukan semua populasi yang ada yang suku, pekerjaan, pendidikan terakhir.
menjadi sampel dan jumlah populasi kurang Sedangkan untuk data penunjang akan
daro 100 responden. Lokasi penelitian dijabarkan pula karakteristik responden anak
dilaksanakan di Dusun Lemah Duwur Desa yaitu umur anak,jenis kelamin, urutan anak,
Sitirejo Kabupaten Malang sejak 6 Februari – status sekolah anak, pernahkah ibu
20 Februari 2013. mendapat informasi dan pernah atau belum
Pengumpulan data dilakukan dengan anak dilakukan tes perkembangan motorik
menggunakan alat ukur kuesioner yang telah halus.
dirancang penulis dengan mengacu pada
kepustakaan yang terdiri dari beberapa
pertanyaan.Untuk mengukur pengetahuan
ibu dengan menggunakan pertanyaan
ceklist sejumlah 20 pertanyaan, sedangkan
Karakteristik Responden Ibu Total 58 100.0
Tabel 1 Distribusi frekwensi karakteristik ibu berdasarkan 3 Anak ke
usia, jenis kelamin, agama dan a. Pertama 28 48.3
No Persenta b. Kedua 24 41.4
Karakteristik Ibu Jumlah c. Ketiga 5 8.6
se (%)
1 d. Keempat 1 1.7
Usia
Total 58 100.0
a. 18-34 tahun 40 69.0 4 Status sekolah
b. 35-54 tahun 18 31.0 a. Belum sekolah 34 58.6
Total 58 100.0 b. Sekolah 24 41.4
2 Agama Total 58 100.0
a. Islam 56 96.6 5 Tes Perkembangan
b. Kristen 2 3.4 Anak
Total 58 100.0 a. Belum Pernah 32 55.2
3 Suku b. Pernah 26 44.8
a. Jawa 58 100.0 Total 58 100.0
Total 58 100.0 6 Informasi
4 Pendidikan a. Tidak 24 41.4
a. SD 15 25.9 b. Ya 34 58.6
b. SMP 20 34.5 Total 58 100.0
c. SMA 23 39.7
Total 58 100.0
5 Pekerjaan Berdasarkan tabel 2 di atas diperoleh
a. IRT 41 70.7 data bahwa distribusi frekwensi anak
b. PNS 1 1.7
c. Swasta 15 25.9
berdasarkan jenis diperoleh sebagian besar
d. Wiraswasta 1 1.7 anak adalah perempuan sebanyak 32 orang
Total 58 100.0 (55.2%) dan 26 (44.8%) laki-laki. Kemudian
berdasarkan suku, secara keseluruhan, 58
Berdasarkan tabel 1 di atas diperoleh anak (100%) termasuk ke dalam suku Jawa.
data bahwa distribusi frekwensi ibu Berdasarkan urutan anak diperoleh
berdasarkan usia diperoleh mayoritas ibu frekwensi tertinggi adalah anak pertama
berusia antara 18-34 tahun sebanyak 40 sebanyak 28 anak (48.3%), 24 anak (41.4%)
orang (69%) dan sebanyak 18 (31%) berusia merupakan anak kedua. Berdasarkan status
35-54 tahun. sekolah, 32 anak (55.2%) belum sekolah dan
Berdasarkan agama diperoleh 26 anak (44.8%) sudah sekolah.
frekwensi tertinggi adalah ibu yang beragama Karakteristik anak berdasarkan tes
Islam sebanyak 56 (96.6%) dan 2 orang perkembangan menunjukkan sebanyak 32
(3.4%) ibu beragama Kristen. Berdasarkan anak (55.2%) belum pernah mengikuti tes
suku secara keseluruhan adalah Jawa. perkembangan anak dan 26 anak (44.8%)
Berdasarkan pendidikan, sebagian pernah mengikuti tes perkembangan anak.
besar ibu berpendidikan SMP, sebanyak 20 Berdasarkan informasi stimulasi, sebagian
orang (34.5%) dan SMA sebanyak 23 orang besar anak pernah mendapatkan informasi
(39.7%), dan 15 orang (15.9%) ibu stimulasi perkembangan sebanak 34 anak
berpendidikan SD. Berdasarkan pekerjaan, (58.6%) dan 24 anak belum pernah
sebagian besar adalah ibu rumah tangga mendapatkan informasi.
sebanyak 41 orang (70.7%), 15 ibu (25.9%)
bekerja di bidang swasta, dan masing-masing Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
1 orang (1.7%) bekerja sebagai PNS dan Stimulasi Perkembangan
wiraswasta. Berdasarkan diagram 1 di bawah ini
diperoleh data bahwa frekwensi berdasarkan
Karakteristik Anak tingkat pengetahuan ibu tentang stimulasi
Tabel 2 Distribusi frekwensi karakteristik anak
berdasarkan jenis kelamin, suku, anak ke,
perkembangan anak, diperolehdari 58
status sekolah, tes perkembangan anak responden sebagian besar ibu mempunyai
dan informasi tingkat pengetahuan cukup, sebanyak 22
No Persenta
orang (37.9%) dan yang paling sedikit ibu
Karakteristik Anak Jumlah yang mempunyai tingkat pengetahuan baik
se (%)
1 Jenis kelamin sebanyak 15 orang (25.9%).
a. Laki-laki 26 44.8
b. Perempuan 32 55.2
Total 58 100.0
2 Suku
a. Jawa 58 100.0
Tingkat pengetahuan ibu * Perkembangan anak Crosstabulation
Tingkat Pengetahuan Ibu
Perkembangan anak
Kurang baik Cukup Baik Total
Tingkat pengetahuanKurang baik Count 14 5 2 21
26% ibu
36% Baik % of Total 24.1% 8.6% 3.4% 36.2%
Cukup Count 5 15 2 22
% of Total 8.6% 25.9% 3.4% 37.9%
Cukup
Baik Count 0 11 4 15
% of Total .0% 19.0% 6.9% 25.9%
Kurang Baik
Total Count 19 31 8 58
38% % of Total 32.8% 53.4% 13.8% 100.0%