Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH CLAY THERAPY TERHADAP PERKEMBANGAN

MOTORIK HALUS PADA ANAK PRASEKOLAH


USIA 4-5 TAHUN DI TK MEKARSARI
KENDAL

Dewi Erina Rifdiastuty *), Dera Alfiyanti **), Eko Purnomo ***)

*) Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang


**) Dosen Jurusan Keperawatan Universitas Muhamadiyah Semarang
***) Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang

ABSTRAK

Kemampuan motorik halus sangat penting bagi anak. Kemampuan motorik halus ini dapat dirangsang
dengan memberikan stimulus-stimulus dalam bentuk kegiatan bermain. Salah satu permainan yang
dapat melatih keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata-tangan untuk anak
prasekolah adalah clay theraphy. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh clay therapy
terhadap peningkatan motorik halus pada anak prasekolah usia 4-5 tahun di TK Mekarsari Kendal.
Desain penelitian ini adalah quasi eksperiment menggunakan rancangan penelitian one group pretest-
postest design. Jumlah sampel 30 anak dengan teknik total sampling. Berdasarkan distribusi motorik
halus responden sebelum diberikan clay therapy sebanyak 16 responden (53,3%) berada pada tahap
perkembangan terlambat dan setelah diberikan clay therapy sebanyak 14 responden (46.7%)
mengalami peningkatan dari terlambat menjadi melebihi setelah diberikan clay therapy sebanyak 3
kali. Ada pengaruh clay therapy terhadap perkembangan motorik halus pada anak prasekolah usia 4-5
tahun di TK Mekarsari Kendal dengan nilai Z (3,358) dan nilai signifikansi = 0,001 < 0,05.
Rekomendasi hasil penelitian ini adalah agar pendidikan TK menerapkan clay therapy untuk melatih
keterampilan motorik halus anak.

Kata Kunci : Clay therapy , motorik halus dan anak prasekolah

ABSTRACT

Ability fine motoric of vital importance for child. Fine motoric skills can be stimulated by giving
stimulus in the from of play activity. One of the game that can train physical know-how that involves
little muscle and coordination eye-hand for child preschoolers is clay therapy. This research will aims
to detect the effect of clay therapy on the development of fine motoric skills in preschool children
aged 4-5 years in TK Mekarsari Kendal. This research design was quasi experiment using one group
pretest-posttest design. The number of samples in this study were 30 child’s with total sampling
teqnique. Based on distribution fine motoric respondent before given clay therapy as much as 16
respondents (53,3%) are in late stage of development and after given clay therapy as much as 14
respondents (46.7%) are increased from late to advance after given clay therapy as much as 3 times.
There is between effect of clay therapy on the development of fine motoric skills in child preschoolers
age 4-5 year at TK Mekarsari Kendal with z value (3,358) and value significance = 0,001 < 0,05. This
research result remomendation is TK education to applies clay therapy for train childs fine motoric
skills.

Key words : Clay therapy , fine motoric and preschoolers

Pengaruh Clay Therapy Terhadap Perkembangan Motorik Halus …(D.E. Rifdiastuty, 2015) 1
PENDAHULUAN sebayanya bahkan dia akan terkucilkankan
atau menjadi anak yang terpinggirkan
Pendidikan anak usia dini adalah sebuah usaha (Judarwanto, 2013, ¶21).
untuk mengembangkan potensi anak secara
maksimal dan dapat dilaksanakan melalui Upaya peningkatan perkembangan motorik
pendidikan formal dan non formal salah halus anak prasekolah harus dilakukan sejak
satunya yaitu di Taman Kanak-Kanak. dini, termasuk perkembangan motorik meliputi
Pendidikan anak usia dini adalah suatu motorik halus dan motorik kasar. Kemampuan
pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak motorik halus adalah kemampaun yang
lahir sampai usia enam tahun, dilakukan berhubungan dengan keterampilan fisik yang
melalui pemberian rangsangan pendidikan melibatkan otot kecil dan koordinasi mata dan
untuk merangsang pertumbuhan dan tangan (Revina, 2014, ¶1). Perkembangan
perkembangan jasmani dan rohani anak. motorik halus dapat dilatih dan dikembangkan
Pendidikan tersebut dilakukan dengan kegiatan melalui kegiatan bermain untuk
bermain karena bermain merupakan dunia bagi mengembangkan potensi anak, bermain juga
anak yang menimbulkan kesenangan dan merupakan media yang baik dalam
kepuasan serta dapat mengembangkan memberikan stimulasi bagi anak, melalui
sebagian besar potensi dalam dirinya bermain, anak akan semakin berkembang
(Soefandi, 2009, hlm.123). kemampuan dan keterampilan motorik,
kemampuan kognitifnya, melakukan kontak
Menurut Zaviera (2008) dalam Biratomcia dengan dunia nyata, menjadi eksis di
(2010) Usia prasekolah merupakan periode lingkungannya, menjadi percaya diri. Dengan
keemasan (golden age) dalam proses demikian, lama-kelamaan kekurangan fungsi
perkembangan, yang artinya pada usia tersebut motorik halusnya bisa diperbaiki (Gidion,
aspek kognitif, fisik, motorik, dan psikososial 2014, ¶2). Kemampuan motorik halus ini dapat
seorang anak berkembangan secara pesat. dirangsang dengan memberikan stimulus-
Sehingga untuk membentuk anak menjadi stimulus dalam bentuk kegiatan bermain,
pribadi yang matang, bertanggung jawab, serta seperti melipat kertas, meniru garis lurus,
mampu menghadapi segala permasalahan yang membuat bentuk dengan plastisin (Clay
ada dalam hidupnya diperlukan stimulasi- Tepung), koran bekas, dan sebagainya
stimulasi yang mampu mengoptimalkan (Saputri, 2012, ¶2).
seluruh aspek tersebut.
Salah satu permainan yang dapat melatih
Salah satu aspek penting bagi perkembangan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil
anak usia dini adalah perkembangan fisik yang dan koordinasi mata-tangan untuk anak
berkaitan dengan perkembangan gerakan prasekolah seperti yang telah disebutkan diatas
motorik anak, adalah perkembangan gerakan adalah clay theraphy, membentuk plastisin
tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir (Clay Tepung) dalam hal ini adalah sebagai
antara saraf, otak, otot, tulang dan lainnya media pembelajaran yang bertujuan untuk
(Herawati, 2011, ¶1). Dengan kemampuan membantu anak supaya dapat menggerakan
motorik baik, anak lebih dapat beradaptasi dan jari-jarinya, sehingga menjadi sebuah bentuk
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan yang menarik. Selain itu juga membantu
sekolah. Dari kemampuan beradaptasi tersebut melatih kesabaran dan meningkatkan
anak dapat lebih dapat berteman dengan konsenterasi pada anak, pembelajaran
sesama saat melakukan aktifitas dengan minat membentuk memperlukan koordinasi tangan
yang sama. Sehingga dengan perkembangan dan konsenterasi (Wahyuningsih, 2012, ¶15).
motorik yang normal memungkinkan anak
untuk bermain atau bergaul dengan teman Berdasarkan hasil observasi langsung oleh
sebayannya, sedangkan perkembangan motorik peneliti di kelompok A TK Mekarsari Kendal
halus yang tidak normal akan menghambat pada anak usia 4-5 tahun, ditemui sebagian
anak untuk dapat bergaul dengan teman anak yang kurang mampu atau kurang terampil

2 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol...No...


dalam kegiatan yang menggunakan motorik Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
halus. Misalnya dalam kegiatan mengenakan adalah seluruh anak yang berusia 4-5 tahun TK
pakaian beberapa anak masih memerlukan Mekarsari kendal. Sebanyak 30 anak. Teknik
bantuan untuk memakai baju, mencontoh pengambilan sampel menggunakan total
gambar lingkaran sebagian besar anak dalam sampling, peneliti menggunakan metode total
mencontoh gambar lingkaran ujung dengan sampling karena populasi dalam penelitian ini
ujung tidak bertemu, relatif kecil. Sampel yang diambil meliputi
dan kemampuan menggambar 3 atau 6 bagian keseluruhan unsur populasi.
orang sebagian anak belum menguasainya,
mencontoh gambar kubus ditemukan sebagian Analisis bivariat dilakukan terhadap dua
besar anak tidak lurus dalam membuat variabel yang diduga berhubungan atau
bentuknya, anak belum mampu melakukannya berkorelasi (Notoatmodjo, 2012, hlm.182).
dengan maksimal karena kemampuan anak Dalam penelitian ini analisa bivariat digunakan
dalam menggerakkan jari-jarinya belum untuk menguji perkembangan motorik halus
berkembang sesuai dengan yang diharapkan. sebelum diberi clay therapy dan perkembangan
Berdasarkan latar belakang masalah, maka motorik halus sesudah pemberian clay therapy.
perumusan masalah yang dapat ditarik yaitu “ Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih
adakah pengaruh clay therapy terhadap dahulu dilakukan uji kenormalan data dengan
peningkatan kemampuan motorik halus pada menggunakan uji Shapiro-Wilk karena sampel
anak prasekolah usia 4-5 tahun di Taman pada penelitian ini ≤ 50 responden Saat data
Kanak-Kanak Mekarsari Kendal ”. berdistribusi normal maka digunakan uji-t
berpasangan, namun jika tidak normal data
Tujuan Penelitian dianalisis dengan uji wilcoxon (Dahlan, 2010,
1. Tujuan Umum hlm.54).
Mengetahui pengaruh clay therapy
terhadap peningkatan motorik halus
pada anak prasekolah usia 4-5 tahun di HASIL PENELITIAN DAN
TK Mekarsari Kendal PEMBAHASAN
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi perkembangan Hasil pembahasan berisi tentang hasil
motorik halus anak prasekolah penelitian yang dilakukan terhadap 30 anak di
sebelum mendapatkan permainan TK Mekarsari Kendal. Hasil penelitian ini
clay therapy. menjelaskan tentang data yang terkait dengan
b. Mengindentifikasi perkembangan gambaran umu lokasi penelitian, karakterisktik
motorik halus anak prasekolah responden, responden clay therapy, sebelum
sesudah mendapatkan permainan dan setelah diberikan clay therapy. Bab ini
clay therapy. juga menjelaskan tentang hasil penelitian
c. Menganalisis pengaruh clay secara lengkap yang disajikan dalam tabel
therapy terhadap peningkatan berdasarkan dari tujuan penelitian yang telah
motorik halus pada anak disusun.
prasekolah.
Tabel 5.1
Distribusi frekuensi responden berdasarkan
METODE PENELITIAN jenis kelamin di TK Mekarsari Kendal (n=30)
Rancangan penelitian one group pretest-
postest design merupakan penelitian yang tidak Jenis Frekuensi Persentase
ada kelompok pembanding (control), tetapi Kelamin (f) (%)
sudah dilakukan observasi pertama (pretest) Laki-Laki 16 53,3
yang memungkinkan peneliti dapat menguji Perempuan 14 46,7
perubuhan-perubahan yang terjadi setelah Jumlah 30 100,0
adanya eksperimen (Notoatmodjo, 2010,
hlm.57).

Pengaruh Clay Therapy Terhadap Perkembangan Motorik Halus …(D.E. Rifdiastuty, 2015) 3
Berdasarkan tabel 5.1, dapat disimpulkan kelamin laki-laki yaitu sebanyak 16 Responden
bahwa sebagian besar responden berjenis (53,3%).

Perkembangan dipengaruhi oleh berbagai


Tabel 5.2
faktor diantaranya adalah faktor dalam atau
Distribusi frekuensi responden
berdasarkan usia di TK Mekarsari internal yaitu genetik, perbedaan ras, pola asuh
Kendal (n=30) keluarga, usia, jenis kelamin, kelainan
kromosom, minat, bimbingan, motivasi dan
Motorik Halus Frekuen Persent kesempatan praktek sedangkan untuk faktor
Sebelum si (f) ase (%) lingkungan atau eksternal yaitu faktor selama
4 tahun 12 40,0 kehamilan, kelahiran, dan pascanatal
4,5 tahun 9 30,0 (Andriana, 2011, hlm.9). Diperlukan stimulasi
5 tahun 9 30,0 untuk anak agar tumbuh dan berkembang
Jumlah 30 100,0 secara optimal, anak yang kurang mendapatkan
stimulasi akan mengalami keterlambatan untuk
Berdasarkan tabel 5.2 sebagian besar tumbuh dan kembangnya, sehingga dapat
responden berusia 4 tahun yaitu mengalami kesulitan dalam proses belajar
sebanyak 12 responden (40,0%). sehari–hari (Vashdev, 2009, ¶5).
Tabel 5.3
Distribusi frekuensi responden Pada anak usia 4 tahun, kematangan sistem
sebelum diberikan clay therapy di TK saraf pusat yang mengkoordinasikan organ-
Mekarsari Kendal organ tubuh untuk melakukan pergerakan
motorik kasar dan motorik halus berbeda
Motorik Halus Frekuens Persenta dengan anak usia 5 tahun, karena dengan
Sebelum i (f) se (%) bertambahnya usia akan menunjukan
Melebihi 7 23,3 kematangan organ-organ fisik anak sehingga
Normal 7 23,3 anak dapat melakukan pergerakan motorik
Terlambat 16 53,3 kasar maupun motorik halus (Dariyo, 2007,
Jumlah 30 100,0 hlm.168).

Berdasarkan tabel 5.3, dapat disimpulkan Tabel 5.4


bahwa sebagian besar responden memiliki Distribusi frekuensi responden setelah
perkembangan motorik halus yang terlambat diberikan clay therapy di TK Mekarsari Kendal
sebelum diberikan clay therapy yaitu (n=30)
sebanyak 16 responden (53,3 %). Berdasarkan
hasil penelitian menunjukan bahwa item yang Motorik Halus Frekuens Persenta
sebagian besar responden tidak dapat Setelah i (f) se (%)
melakukan yaitu pada item mencontoh
Melebihi 14 46,7
yang ditunjukan,
Normal 9 30,0
membentuk , dan membuat orang 6
Terlambat 7 23,3
bagian. Ketiga item tersebut berada pada garis
Jumlah 30 100,0
usia 5 tahun, sedangkan sebagian besar
Berdasarkan tabel 5.4, dapat disimpulkan
responden berusia 4 tahun, yang belum
bahwa sebagian besar responden memiliki
seharusnya menyelesaikan ketiga item tersebut
perkembangan motorik halus yang melebihi
sesuai dengan usia responden.

4 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol...No...


setelah diberikan clay therapy yaitu sebanyak responden yang mendapat penilaian
14 responden (46,7 %). perkembangan

Dari hasil observasi peneliti, anak-anak sangat terlambat sejumlah 16 anak (53,2 %),
kooperatif saat diarahkan untuk membuat sedangkan penilaian normal 7 anak (23,3 %),
berbagai item, selain itu anak-anak juga sudah dan penilaian melebihi sejumlah 7 anak (23,3
melakukannya berkali-kali, sehingga dapat %). Perkembangan motorik halus setelah
menghasilkan perkembangan motorik halus diberikan clay therapy, responden yang
yang melebihi yang artinya anak dapat mendapat penilaian perkembangan terlambat
melakukan tugas perkembangan yang sejumlah 7 anak (23,3 %), sedangkan penilaian
seharusnya dikuasai oleh anak yang lebih tua. normal 9 anak (30,0 %), dan penilaian
Pada anak usia prasekolah untuk meningkatkan melebihi sejumlah 14 anak (46,7 %). Hal ini
perkembangan otak terutama motorik dapat membuktikan bahwa ada pengaruh clay
dilakukan salah satunya dengan pemberian therapy terhadap perkembangan motorik halus
stimulasi misalnya dengan kegiatan bermain, anak prasekolah usia 4-5 tahun di TK
anak yang mendapatkan stimulasi akan lebih Mekarsari Kendal. Berdasarkan hasil
cepat berkembang dari pada anak yang kurang Uji Wilcoxon, positive ranks menunjukan
atau bahkan tidak mendapatkan stimulasi. bahwa terdapat 13 anak yang mengalami
Stimulasi dapat berupa latihan atau permainan, peningkatan dari perkembangan terlambat
pemberian stimulasi diberikan sedini mungkin menjadi melebihi, dan setelah diberikan clay
akan lebih efektif apabila sesuai dengan tahap therapy, respon motorik halus responden
perkembangan anak semakin dini dan semakin sebagian besar menjadi melebihi. Hal ini
lama stimulasi dilakukan akan semakin besar menunjukan bahwa clay therapy ini
manfaatnya (Soetjiningsih, 2013, hlm.214) berpengaruh terhadap perkembangan motorik
halus.
Yunita (2013) berpendapat bahwa bermain
plastisin dapat melatih motorik halus anak, Perkembangan motorik halus yang mengalami
melatih kesabaran sewaktu membuat berbagai peningkatan dari perkembangan terlambat
bentuk dari plastisin, bermain imajinasi, menjadi melebihi pada responden, dikarenakan
merangasang indera anak, dan melatih pemberian stimulasi untuk melatih gerakan
kemampuan kinestik pada anak. motorik halus anak dilakukan secara terus
menerus selama 3 kali pertemuan, selain itu
Tabel 5.5 anak yang membuat berbagai macam bentuk
Analisis motorik halus responden sebelum dan dari clay therapy dilakukan dengan senang
setelah diberikan clay therapy di TK Mekarsari hati, tanpa paksaan, dan tidak memikirkan
Kendal (n=30) hasil akhir. Selain itu perkembangan motorik
sangat dipengaruhi oleh organ dan sistem
Hasil
Uji Olahan susunan saraf pusat. Sistem susunan saraf
3,358 pusat sangat berperanan dalam kemampuan
Z motorik dan mengkoordinasi setiap gerakan
0,001 yang dilakukan anak. Semakin matangnya
Asymp.Sig
perkembangan sistem saraf otak yang
Berdasarkan tabel 5.5 menunjukan bahwa mengatur otot memungkinkan berkembangnya
perkembangan motorik halus responden kompetensi atau kemampuan motorik anak
sebelum diberikan clay therapy, menjadi lebih baik (Judarwanto, 2013, ¶9).

Pengaruh Clay Therapy Terhadap Perkembangan Motorik Halus …(D.E. Rifdiastuty, 2015) 5
Saraf-saraf yang berfungsi mengontrol gerakan mengalami peningkatan dari terlambat menjadi
motorik mengalami proses neurological melebihi setelah diberikan clay therapy
maturation pada masa golden age, pada masa sebanyak 3 kali.
ini saraf yang berfungsi mengontrol gerakan 5. Berdasarkan hasil uji Wilcoxon, positive ranks
motorik sudah mencapai kematangannya dan menunjukan bahwa terdapat 18 anak yang
menstimulasi berbagai kegiatan motorik yang mengalami peningkatan motorik halusnya, dan
di lakukan secara halus (Anonim, 2011, ¶4). setelah diberikan clay therapy, respon motorik
Sehingga anak dapat melakukan berbagai halusnya menjadi melebihi. Terbukti Z (3,358)
gerakan motorik halus seperti menggoyangkan dan signifikansi = 0,001 < 0,05. Hasil ini
tangan, dan menggerakan jari-jari tangan. membuktikan bahwa ada pengaruh clay
therapy terhadap perkembangan motorik halus
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan anak prasekolah usia 4-5 tahun di TK
bahwa clay therapy dapat meningkatkan Mekarsari kendal.
perkembangan motorik halus anak prasekolah
usia 4-5 tahun di TK Mekarsari Kendal. Hal ini SARAN
karena perkembangan otot kecil, koordinasi Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti
mata dan tangan akan membantu anak untuk memberikan saran sebagai berikut:
dapat mengembangkan saraf motorik halusnya. 1. Bagi Taman Kanak- kanak
Selain itu clay therapy menggunakan plastisin Hasil penelitian ini bisa dijadikan pedoman
(tepung) membantu anak agar dapat agar pendidikan TK menerapkan pembelajaran
menggerakan jari-jarinya, sehingga dapat yang melatih keterampilan motorik halus anak
melatih kesabaran dan meningkatkan dengan menggunakan bahan dasar clay
konsentrasi untuk menghasilkan sebuah (Tepung).
bentuk. 2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai acuan dan
SIMPULAN
1. Sebagian responden di Taman Kanak-kanak pengembangan bahan pembelajaran dalam
Mekarsari Kendal yang berusia 4 tahun yaitu menilai responden yang mengalami gangguan
sebanyak 12 Responden (40,0 %), dan usia 4,5 motorik halus, yang tidak hanya terjadi pada
tahun sebanyak 9 Responden (30,0 %) dan usia anak prasekolah.
5 tahun sebanyak 9 responden (30,0 %). 3. Bagi Peneliti Selanjutnya
2. sebagian besar responden berjenis kelamin Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
laki-laki yaitu sebanyak 16 Responden acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya
(53,3%), dan jenis kelamin perempuan dan diharapkan bagi peneliti selanjutnya
sebanyak 14 responden (46,7 %). menggunakan terapi bermain yang lebih
3. Berdasarkan hasil distribusi frekuensi motorik menarik dan mengukur perkembangan secara
halus responden sebelum diberikan clay komperhensif untuk anak, dan mengambil
therapy pada anak prasekolah usia 4-5 tahun di sampel lebih dari 30 sampel.
Taman Kanak-kanak Mekarsari Kendal
sebanyak 16 responden (53,3%) berada pada DAFTAR PUSTAKA
tahap perkembangan terlambat.
4. berdasarkan hasil distribusi frekuensi motorik Anonim. (2011). Perekembangan Otak dan
halus responden setelah diberikan clay therapy, Susunan Saraf Pusat.
pada anak prasekolah usia 4-5 tahun di Taman http://www.fisioterapi.web.id/2011/03/perk
Kanak-kanak Mekarsari Kendal sebanyak 14 embangan-otak-dan-susunan-saraf.html.
responden (46.7%) diakses Pada Tanggal 29 April 2015.

6 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol...No...


Biratomcia, S. (2010). Pengaruh Status Gizi Revina. (2014). Perkembangan motorik halus
Terhadap Perkembanagn Motorik Halus pada anak.
Anak Usia Prasekolah Di TK Kemala http://bidanku.com/perkembangan-motorik-
Bhayangkari 90 Akpol Semarang. halus-anak. diaskes pada tanggal 14
http://digilib.unimus.ac.id/gdl.php?mod=br November 2014.
owse&op=read&id=jtptunimus-gdl-
salmabirat-5555. di akses Pada Tanggal 08 Saputri.(2012). Peningkatan Kemampuan Motorik
Desember 2014. Halus Anak Melalui Permainan Mebentuk
Menggunakan Bubur Koran Bekas Di
Dahlan, S. (2010). Membaca dan Menelah Jurnal Taman Kanak-Kanak Al QUR’AN Amal
Uji Klinis. Jakarta : Salemba Medika Saleh Padang.
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/paud/arti
Dariyo, Agoes. 2007. Psikologi Perkembangan.
cle/view/1679. di akses Pada Tanggal 08
Bandung: PT Refika Aditama
Desember 2014.
Gidion, Herminto. (2014). Bermain Sebagai
Media Terapi. Soetjiningsih. (2013). Tumbuh Kembang Anak
http://www.rsazra.co.id/RSAZRA/index.ph Edisi 2. Jakarta: EGC.
p/tutorials-mainmenu-
Soefandi, Indra. 2009. Strategi Mengembangkan
48/artikelkesehatanmenu/kesehatananakme
Potensi Kecerdasan Anak. Jakarta: Bee Media
nu/323-kesehatananakartikel9. diakses pada
Indonesia
22 November 2014.

Herawati, Tin. (2011). Stimulasi Perkembanagan Vasdev,G.(2009).Stimulasi anak dengan


motorik Motorik dan Kecerdsan Anak. Permainan. Diakses 26 februari 2010 From
http://ikk.fema.ipb.ac.id/index.php/arsip/17 http://lifestyle.okezone.com/read/2009/05/20/1
5-stimulasi-perkembangan-motorik-dan- Pengaruh Clay Therapy Terhadap Perkembangan Motorik Halu
96/221500/stimulasi-anak-dengan-
kecerdasan-anak. di akses Pada Tanggal 08 permainan.html. diakses Pada Tanggal 18
Desember 2014. April 2015.

Judarwanto, W. (2013). Stimulasi Dan Kenali Wahyuningsih, N. (2012). Pengaruh


Gngguan Motorik Anak Sejak Dini. Keterampilan Meremas dan Membentuk
http://drwidodojudarwanto.com/2013/09/22 Paper Clay Terhadap Kemampuan Motorik
/stimulasi-dan-kenali-gangguan-motorik- Halus Anak Tunagrahita Sedang Kelas V di
anak-sejak-dini/. Di akses Pada Tanggal 14 SLB Samala Nerugrasa Yosowilangun
November 2014. Lumajang. Jurnal Pendidikan UNESA.

Murdiani, N, S. (2013). Pengaruh Kegiatan Yunita. (2013). Bermain Plastisin Di Hari


Mewarnai Gambar Dalam Meningkatkan Libur.
Motorik Halus Anak Di Kelompok B TK http://m.kompasiana.com/post/read/581548/
Jaya Kumara Desa Balinggi Jati 2/http://m.kompasiana.com/post/read/58154
Kecamatan Balinggi Kabupaten Parigi 8/2/bermain-plastisin-di-hari-libur.html.
Moutong. http . diakses Pada Tanggal 1 diakses Pada Tanggal 3 April 2015.
April 2015.

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi penelitian


kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta.

Pengaruh Clay Therapy Terhadap Perkembangan Motorik Halus …(D.E. Rifdiastuty, 2015) 7

Anda mungkin juga menyukai