Anda di halaman 1dari 14

Meningkatkan Aspek Perkembangan Kognitif Anak Dan Kemampuan Berhitung

Permulaan Menggunakan Model Cooperative Learning


Nelly Asri Shafira
Universitas Lambung Mangkurat
1810126220003@mhs.ulm.ac.id
Sakerani
Universitas Lambung Mangkurat
sakerani@ulm.ac.id

Abstrak
Penelitian ini berlatar belakang pada rendahnya kemampuan kognitif anak dalam berhitung
permulaan 1-10 pada anak usia 4-5 tahun. Untuk mengatasinya peneliti menggunakan model
pembelajaran Cooperative learning dengan Media Permainan Ikan di Aquarium. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetauhi aktivitas guru, aktivitas anak, dan capaian hasil
pengembangan kemampuan kognitif anak khususnya dalam berhitung permulaan. Pendekatan ini
menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitiannya adalah penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan 2 pertemuan. Analisis data terdiri dari aktivitas guru mencapai presentase 82%
dengan kriteria “Baik” aktivitas anak secara rata-rata kelas mencapai presentase 67% dengan
kriteria “Aktif” dan hasil pengembangan aspek kognitif anak 66% dengan kategori “Berkembang
Sesuai Harapan”. Hasil penelitian menunjukan bahwa aktivitas guru pada pertemuan 2 mencapai
100% dengan kategori “Sangat Baik”. Hasil aktivitas anak pertemuan 2 mencapai 83% dengan
kategori “Sebagian Besar Aktif”. Dan pada pertemuan 2 hasil perkembangan kognitif mencapai
83% dengan kategori “Sebagian Besar Aktif”. Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa guru
berhasil melaksanakan menerapkan model Cooperative learning dengan media Permainan Ikan
di Aquarium dalam mengembangkan aspek kognitif anak. Disarankan hasil penelitian ini dapat
dijadikan alternative untuk penelitian selanjutnya.
Kata Kunci: Kognitif, Cooperative learning, Berhitung Permulaan, Media Ikan di Aquarium
Abstract
This research is based on the low cognitive ability of children in counting from 1-10 in children
aged 4-5 years. To overcome this, the researchers used the Cooperative learning model with Fish
Game Media in the Aquarium. The purpose of this study was to find out teacher activities,
children's activities, and the achievement of children's cognitive ability development, especially
in initial counting. This approach uses a qualitative approach and the type of research is
classroom action research which is carried out in 2 meetings. Data analysis consisted of teacher
activities reaching a percentage of 82% with the "Good" criteria, the average class average of
children's activities reaching a percentage of 67% with the "Active" criteria and the results of
developing children's cognitive aspects 66% with the "Developing According to Expectations"
category. The results showed that the teacher's activity at meeting 2 reached 100% with the
"Very Good" category. The results of children's activities at meeting 2 reached 83% with the
"Most Active" category. And at meeting 2 the results of cognitive development reached 83%
with the "Most Active" category. The conclusion of this study is that the teacher has succeeded
in implementing the Cooperative learning model with the Fish Game in the Aquarium media in
developing children's cognitive aspects. It is suggested that the results of this study can be used
as an alternative for further research.
Keywords: Cognitive, Cooperative learning, Beginning Counting, Fish Media in Aquarium
PENDAHULUAN anak +mencapai 80%. Pernyataan didukung
Masa kanak-kanak merupakan suatu oleh Bloom (Susanto, 2011:35) yang
periode pada saat individu mengalami menyatakan bahwa 50% dari potensi
perkembangan yang sangat pesat. Pada masa intelektual anak sudah terbentuk usia 4
ini, semua aspek kecerdasan anak dapat tahun kemudian mencapai sekitar 80% pada
dikembangkan dengan baik dan dapat usia 8 tahun.
dengan mudah menerima apa yang Usia dini merupakan usia yang
disampaikan orang lain. Pada masa ini pula paling efektif untuk mengembangkan
terjadi perkembangan fisik yang sangat seluruh aspek perkembangan anak.
pesat. Mengingat betapa pentingnya periode Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) harus
kanak-kanak bagi seseorang, stimulasi yang dapat merangsang atau memfasilitasi
tepat sangat diperlukan untuk membantu perkembangan anak. Perkembangan yang
anak-anak ini tumbuh, berkembang dan harus dikembangkan pada anak usia dini
belajar secara maksimal. yaitu meliputi: pertama perkembangan nilai-
Undang-undang No.20 Tahun 2003 nilai agama dan moral, kedua perkembangan
tentang sistem pendidikan nasional Bab I kognitif, ketiga perkembangan bahasa,
pasal 1, ayat 14 menyatakan bahwa keempat perkembangan aspek fisik motorik,
pendidikan anak usia dini adalah suatu kelima perkembangan sosial emosional dan
upaya pembinaan yang ditujukan kepada kemandirian. Salah satu perkembangan yang
anak sejak lahir sampai dengan usia enam harus dikembangkan untuk anak usia dini
tahun yang dilakukan melalui pemberian yaitu perkembangan kognitif.
rangsangan pendidikan untuk membantu Masa usia dini merupakan usia yang
pertumbuhan dan perkembangan jasmani efektif untuk mengembangan berbagai
dan rohani agar anak memiliki kesiapan potensi yang dimiliki anak. Seperti
dalam mamasuki pendidikan lebih lanjut. pengenalan konsep bilangan dan lambang
Pendidikan di taman kanak-kanak bilangan yang pelaksanaan harus dilakukan
merupakan jembatan antara lingkungan dengan berbagai jenis media yang menarik
keluarga dengan masyarakat yang lebih luas dan bervariasi. Dunia anak adalah dunia
yaitu sekolah dasar dan lingkungan lainnya. bermain, bermain terungkap dalam berbagai
Sebagai salah satu bentuk pendidikan anak bentuk. Sehingga strategi pembelajaran
usia dini, lembaga ini menyediakan program melalui permainan sangat penting untuk
pendidikan dini bagi sekurang-kurangnya mengembangkan aspek kognitif pada anak
anak usia empat tahun sampai memasuki usia dini.
jenjang pendidikan selanjutnya. Peningkatan kemampuan berhitung
Masa usia dini merupakan masa permulaan dapat dilakukan dengan memuat
keemasan (golden age), oleh karena itu unsur bermain yang sederhana, bervariasi,
pendidikan pada masa ini merupakan dan praktis dalam kehidupan sehari-hari
pendidikan yang sangat fundamental dan ketika dipakai untuk memperkenalkan
sangat menentukan perkembangan anak konsep matematika, seperti mengenal warna,
selanjutnya. Apabila anak mendapatkan bentuk atau bangun, konsep waktu,
stimulus yang baik, maka seluruh aspek bilangan, memasangkan, dan
perkembangan anak akan berkembang mengelompokkan. Hal ini sesuai dengan
secara optimal. Oleh sebab itu, usia pra- hasil penelitian Maryani (2010) dalam
sekolah sering kali disebut sebagai “masa penelitiannya mengatakan bahwa
peka belajar”. Yang terjadi pada pengenalan konsep matematika melalui
perkembangan ini kemampuan intelektual permainan, khususnya pada konsep benda
dan konsep bilangan ini dapat berhasil ini menyebabkan anak merasa bosan dan
mencapai ketuntasan sebesar 84%. Hesti konsep berhitung kurang diserap dengan
(2014) dalam penelitiannya mengatakan baik oleh anak didik.
pengenalan awal konsep matematika Berdasarkan pemaparan di atas,
permulaan terhadap anak ditunjukkan oleh peneliti memilih alternatif pemecahan
hasil Pretest yang dilakukan oleh kelompok masalah yaitu menggunakan model
kontrol dan kelompok eksperimen. cooperative learning dengan alat permainan
Kelompok kontrol memiliki peningkatan ikan untuk mengetahui apakah ada pengaruh
hasil sebesar 49% dan ekperimen 47,22%. terhadap kemampuan berhitung permulaan
Lebih lanjut Rosi (2011) menyatakan bahwa pada anak. Tujuan menggunakan alat
dalam penelitiannya melalui permainan permainan ikan untuk memperjelas konsep,
memancing angka dapat meningkatkan pola dan urutan bilangan, memaksimalkan
kemampuan berhitung anak sebesar 83,66%. penggunaan alat permainan, serta
Sekarang ini kemampuan berhitung mengembangkan kemampuan berhitung
banyak menjadi perhatian bagi pendidik dan permulaan anak.
orang tua. Hal ini disebabkan karena
kemampuan berhitung ini banyak diajarkan
disekolah dan diperlukan dalam kehidupan METODE
sehari-hari. Jadi dengan menggunakan Pendekatan yang digunakan dalam
permainan ikan bisa mempermudah anak penelitian ini adalah pendekatan kualitatif
untuk belajar berhitung. Kemampuan dan kuantitatif. Penelitian kualitatif adalah
berhitung ini juga merupakan salah satu jenis penelitian yang temuan-temuannya
kemampuan yang dipelajari anak secara tidak diperoleh melalui prosedur
otomatis dalam masa kanak-kanak awal. kuantifikasi, perhitungan statistic, atau
Berdasarkan hasil pengamatan di bentuk cara-cara lainnya yang menggunakan
lapangan pada tanggal 10 maret 2022 ukuran angka. (Rukajat, 2018). Jenis
menunjukkan bahwa kemampuan berhitung penelitian yang digunakan dikelas
permulaan anak pada kelompok A TK menggunakan Penelitian Tindakan Kelas
Aisyiyah Bustanul Athfal 1 Banjarmasin (PTK). Penelitian Tindakan Kelas adalah
pada tahun ajaran 2021/2022 rendah. 12 penelitian yang memaparkan terjadinya
anak di kelompok A TK Bustanul Athfal 1 sebab-akibat dari perlakuan, sekaligus
Banjarmasin, yang dapat mengenal lambang memaparkan apa saja yang terjadi ketika
bilangan dari 1-10 hanya 4 orang , jadi dari perlakuan diberikan, dan memaparkan
12 anak dalam satu kelas hanya terdapat seluruh proses sejak awal pemberian
36% anak yang dapat tuntas dalam perlakuan sampai dengan dampak dari
mengenal konsep bilangan. Adapun faktor perlakuan tersebut (Arikunto, 2021).
yang diduga menyebabkan kurang Penelitian ini dilakukan di Kelompok A TK
berhasilnya penyerapan konsep berhitung Aisyiyah Bustanul Athfal 1 Banjarmasin.
permulaan dikarenakan kurang menariknya Sekolah ini beralamat di Jl. Sei Miai Luar
metode yang dilakukan guru saat mengajar, Rt.04 No.76 Kecamatan Banjarmasin Utara
media yang digunakan juga sangat terbatas, Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan, yang
dalam mengerjakan berhitung guru biasanya dilaksanakan pada Maret tahun 2022 tahun
menuliskan angka-angka di papan tulis dan ajaran 2021/2022. Jumlah anak yang
anak menirukan tulisan tersebut atau hanya menjadi subjek di kelompok A TK Aisyiyah
menggunakan benda yang ada disekitar anak Bustanul Athfal 1 sebanyak 12 anak yang
seperti kapur, pensil, buku, jepitan baju. Hal terdiri dari 8 laki-laki dan 4 perempuan.
Teknik pengumpulan data yang digunakan
yaitu observasi, wawacara, dan Berdasarkan data hasil observasi
dokumentasi. Teknis analisis data yang pada pertemuan 1 hasil pengamatan
digunakan yaitu analisis data deskriptif terhadap guru saat melakukan proses
kualitatif dan deskriptif kuantitatif. pembelajaran melalui model Cooperative
learning untuk mengembangkan
HASIL DAN PEMBAHASAN kemampuan kognitif anak dalam berhitung
Gambaran lokasi penelitian permulaan 1-10 pada anak kelompok A TK
Penelitian tindakan kelas dilakukan Aisyiyah Bustanul Athfal 1 Kota
di TK Aisyiyah Bustanul Athfal 1 Banjarmasin mendapatkan skor 23 dengan
Banjarmasin pada semester genap tahun kriteria “Baik”. Ada beberapa aspek yang
ajaran 2021-2022. Subjek penelitian adalah belum terlaksana dengan baik sehingga
anak-anak kelompok A dengan rentang usia perlu adanya perbaikan dan peningkatan dari
tiga sampai empat tahun yang berjumlah 12 guru agar proses kegiatan pembelajaran
anak yang terdiri dari 8 laki-laki dan 4 dapat berjalan dengan optimal. Hasil
perempuan. Keadaan fisik TK Aisyiyah observasi oleh observer pada kegiatan
Bustanul Athfal 1 Banjarmasin ini belum pembelajaran belum terlaksana maksimal
bisa dikatakan lengkap baik dengan sarana dikarenakan hanya 2 apek mampu
maupun prasarana yang masih kurang mendapatkan skor 4 (skor maksimal), 5
lengkap. aspek guru memperoleh skor 3.
Hasil observasi 2. Aktivitas Guru Pertemuan 2
1. Aktivitas Guru Pertemuan 1 Tabel 2. Hasil observasi aktivitas guru
Tabel 1. Hasil observasi aktivitas guru pertemuan 2
pertemuan 1
No Aspek Yang Diamati Skor
No Aspek Yang Diamati Skor 1 Guru menyajikan materi yang 4
1 Guru menyajikan materi yang 4 disampaikan
disampaikan 2 Guru menjelaskan dan memberikan 3
2 Guru menjelaskan dan 3 contoh materi yang akan dipelajari
memberikan contoh materi yang 3 Guru meminta seorang anak untuk 4
akan dipelajari mendemostrasikan sesuai scenario
3 Guru meminta seorang anak untuk 3 yang telah dicontohkan oleh guru
mendemostrasikan sesuai scenario 4 Guru membagi 3 kelompok dan 4
yang telah dicontohkan oleh guru meminta anak untuk duduk dengan
4 Guru membagi 3 kelompok dan 4 kelompok yang telah di bagikan
meminta anak untuk duduk dengan 5 Guru meminta anak untuk 4
kelompok yang telah di bagikan mengurutkan lambang bilangan 1-
5 Guru meminta anak untuk 3 10 tersebut dan guru menanyakan
mengurutkan lambang bilangan 1- tiap-tiap warna yang ada di media
10 tersebut dan guru menanyakan bilangan 1-10
tiap-tiap warna yang ada di media 6 Guru meminta anak untuk 4
bilangan 1-10 mengurutkan lambang bilangan dan
6 Guru meminta anak untuk 3 meminta anak-anak bergantian
mengurutkan lambang bilangan 7 Guru membuat suatu kesimpulan 4
dan meminta anak-anak bergantian Jumlah Skor 27
7 Guru membuat suatu kesimpulan 3 Kriteria Sangat
Jumlah Skor 23 Baik
Kriteria Baik
4. Anak 3 25 4 33 4 33 1 8 10
bersama % % % % 0%
Berdasarkan data hasil observasi guru
pada pertemuan 2 hasil pengamatan menyim
terhadap guru saat melakukan proses pulkan
pembelajaran melalui model Cooperative materi
learning untuk mengembangkan pembela
kemampuan kognitif anak dalam berhitung jara
permulaan 1-10 pada anak kelompok A TK
Aisyiyah Bustanul Athfal 1 Kota Tabel 4. Hasil observasi aktivitas anak secara
Banjarmasin mendapatkan skor 27 dengan klasikal pertemuan 1
kriteria “Sangat Baik”.
No Keaktifan F %
3. Aktivitas Anak Pertemuan 1 1 Kurang aktif 1 17%
2 Cukup Aktif 4 17%
Tabel 3. Hasil observasi aktivitas anak
pertemuan 1 3 Aktif 4 58%
4 Sangat Aktif 3 8%
Aspek Jumlah 12 100%
KA CA A SA %
No Yang Presentase Aktivitas
Diamati 67%
F % F % F % F % Anak Secara Klasikal
1. Anak 1 8% 4 33 5 42 1 8 10 Kriteria Penilaian
Aktif
menyim % % % 0% Klasikal
ak Berdasarkan data dari tabel 4 di atas
materi dapat dilihat bahwa presentase secara
yang klasikal dalam kegiatan pembelajaran
disampa pertemuan 1 mendapat presentase sebesar
ikan 67% dengan kriteria kriteria sebagian anak
oleh
aktif, jika presentase ini dibandingkan
guru
2. Anak 0 0% 6 50 5 42 1 8 10
dengan indicator keberhasilan aktivitas anak
mendem % % % 0% yang ditetapkan oleh guru, maka
ostrasik pembelajaran pada pertemuan 1 dikatakan
an belum berhasil. Hal ini dikarenakan
sesuai indicator keberhasilan aktivitas anak telah
sesuai ditetapkan yaitu ≥85% anak pada kriteria
yang hampir seluruh anak aktif.
diconto
hkan Tabel 5. Hasil observasi capaian perkembangan
guru kognitif anak pertemuan 1
3. Anak 1 8% 4 33 6 50 1 8 10
mengur % % % 0% Aspek * ** *** ****
utkan Yang
No BB MB BSH BSB
bilangan Diamat
1-10 i F % F % F % F %
pada
media 1 Anak 0 0 4 3 6 50 2 16
ikan di dapat % 3 % %
aquariu mengur %
m utkan
lamban anak
g <*** Belum
4 33%
bilanga Berkembang
n 1-10 ≥*** Berhasil
8 66%
2 Anak 0 0 4 3 4 33 4 33 Berkembang
dapat % 3 % % 100
Jumlah 12
menyeb % %
utkan
lamban
g Berdasarkan data tabel 7, dapat
bilanga dilihat hasil perkembangan kognitif anak
n 1-10 dalam berhitung permulaan pada pertemuan
1 ada 4 orang anak yang mendapat ≤***
Tabel 6. Rekapitulasi hasil capaian dengan presentase 33% dan ada 8 anak yang
perkembangan kognitif anak pertemuan 1 mendapat ≥*** dengan presentase 66%. Ini
berarti perlu ada evaluasi kegiatan
Nilai
pembelajaran agar mendapat hasil yang
Skor Perkemb Keterangan maksimal.
No Binta angan
ng 4. Aktivitas Anak Pertemuan 2
F %
1. * Belum Tabel 8. Hasil Observasi Aktivitas Anak
0 0%
Berkembang Pertemuan 2
2. ** 33 Mulai Berkembang No Aspe KA CA A SA %
4
% k
3. *** 50 Berkembang Yang F F% F % F % F %
6
% Sesuai Harapan Dia
4. **** 16 Berkembang mati
2
% Sangat Baik 1. Anak 0 0 2 16 4 33 6 5 100
100 - men % % % 0 %
Jumlah 12
% yima %
Hasil Belum Berkembang (BB) k
Perkembang tidak ada (0%), Mulai mate
an Berkembang (MB) ada 4 anak ri
(33%), Berkembang Sesuai yang
Harapan (BSH) ada 6 anak disa
(50%) dan Berkembang mpai
Sangat Baik (BSB) 2 anak kan
(16%). oleh
Presentase Berhasil Berkembang= 66% guru
atau ada 8 anak. 2. Anak 0 0 4 33 4 33 4 3 100
men % % % 3 %
dem %
ostra
Tabel 7. Hasil capaian perkembangan kognitif ikan
anak secara klasikal pada pertemuan 1 sesua
i
N Tingkat Pertemuan 1 Perkembanga
yang
o Capaian n Belajar
Jumla F dico
Perkembanga
h ntoh
n
kan yang ≥83% dengan kriteria “Seluruh Anak
guru Aktif” pada pertemuan ini berhasil dicapai.
3. Anak 0 0 3 25 5 42 4 3 100 Pada pertemuan 1 aktivitas anak dalam
men % % % 3 % proses pembelajaran secara klasikal
gurut % mendapat presentase sebesar 67% dengan
kan
kriteria “Aktif”.
bilan
gan Tabel 10. Hasil Observasi Capaian
1-10 Perkembangan Kognitif Anak Pertemuan 2
pada
* ** *** ****
medi Aspek
a No BB MB BSH BSB
Yang
ikan .
Diamati F % F % F % F %
di
aqua 1 Anak 0 0 2 16 6 5 4 33
rium dapat % % 0 %
4. Anak 0 0 2 16 6 60 4 3 100 menguru %
bersa % % % 3 % tkan
ma % lambang
guru bilangan
men 1-10
yimp 2 Anak 0 0 2 16 5 4 5 41
ulka dapat % % 1 %
n menyebu %
mate tkan
ri lambang
pem bilangan
belaj 1-10
aran
Tabel 11. Rekapitulasi Hasil Capaian
Tabel 9. Rekapitulasi Hasil Observasi Perkembangan Kognitif Anak Pertemuan 2
Aktivitas Anak Secara Klasikal Pertemuan 2 Nilai
No Keaktifan F % Skor Perkemb Keterangan
No Binta angan
1 Kurang aktif 0 0%
ng
2 Cukup Aktif 2 17% F %
3 Aktif 4 50% 1. * Belum
0 0%
4 Sangat Aktif 6 33% Berkembang
Jumlah 12 100% 2. ** Mulai
2 16%
Berkembang
Presentase Aktivitas
83% 3. *** Berkembang
Anak Secara Klasikal 6 50%
Sesuai Harapan
Hampi
4. **** Berkembang
Kriteria Penilaian r 4 33%
Sangat Baik
Klasikal Seluruh
1 100 -
Aktif Jumlah
2 %
Berdasarkan tabel 9, terjadinya Hasil Belum Berkembang (BB)
peningkatan pada kriteria cukup aktif, aktif Perkemban tidak ada (0%), Mulai
dan sangat aktif secara klasikal pada gan Berkembang (MB) ada 2
pertemuan 2, dengan aktivitas anak secara anak (16%), Berkembang
klasikal mencapai indicator keberhasilan Sesuai Harapan (BSH) ada 6
anak (50%) dan
Berkembang Sangat Baik Hasil Aktifitas Guru Secara
(BSB) 4 anak (33%). Klasikal Pertemuan 1 dan 2
Presentase Berhasil Berkembang= 83% 120%
atau ada 10 anak. 100% 100%
80% 82%
Tabel 12. Hasil Perkembangan Kognitif 60% Aktifitas Guru
Anak Secara Klasikal Pada Pertemuan 2 40%
No Tingkat Perkemb 20%
Capaian Pertemuan 1 angan
0%
1 2
Perkemb Jumlah Belajar n n
F ua ua
m m
angan anak rte rte
Pe pe
1. <*** Belum
2 16% Berkemba Gambar 1. Kecenderungan Aktivitas Guru
ng Dari grafik perbandingan pertemuan
2. ≥*** Berhasil 1 dan 2 terlihat bahwa mengalami
10 83% Berkemba peningkatan. Hal ini disebabkan guru telah
ng melakukan evaluasi pada proses
Jumlah 12 100% pembelajaran dari pertemuan 1 dan 2.
Berdasarkan data tabel 12, dapat
dilihat hasil perkembangan kognitif anak 2. Aktivitas Anak
dalam berhitung permulaan 1-10 pada Berdasarkan penelitian tindakan
pertemuan 2 terdapat masi 2 anak yang kelas yang dilakukan di pertemuan 1 dan 2,
mendapat <*** dengan presentase 16% dan dapat dilihat data perbandingan dari tabel
ada 10 anak yang mendapat ≥*** dengan berikut:
presentase 83%. Ini berarti terjadi Tabel 14. Kecenderungan Aktivitas
Anak
peningkatan pada setiap pertemuan.
Kategori Pertemuan
Analisis Kecenderungan Peningkatan 1 2
Aktivitas Guru, Aktivitas Anak, dan Hasil Presentase 67% 83%
Perkembangan Kognitif pertemuan 1-2.
1. Aktivitas Guru Kategori Sebagian Sebagian
Aktivitas guru pada pertemuan 1 dan Aktif Besar Aktif
2 dapat dilihat dari tabel berikut: Berdasarkan tabel di atas
Tabel 13. Kecenderungan Aktivitas menunjukan bahwa setiap pertemuan yang
Guru dilakukan dalam proses pembelajaran,
Indikator yang Skor Pertemuan presentase klasikal yang didapatkan
diamati bertambah dan sampai mencapai kategori
1 2 sebagian besar aktif. Untuk lebih jelasnya
Skor yang diperoleh 23 27 dapat dilihat pada grafik berikut:
Presentase 82% 100%
Baik Sangat
Baik
Data kecenderungan hasil aktivitas
guru pada pertemuan 1 dan 2 dapat dilihat
dalam grafik gambar dibawah berikut ini:
Hasil Aktifitas Anak Secara Grafik Hasil Kemampuan
Klasikal Pertemuan 1 dan 2 Pengembangan Kognitif
100%
Anak Secara Klasikal
83% Pertemuan 1 dan 2
80%
60% 67% 83%
60% 66%
Aktif... capa
40% 0% ...
20% 1 2
n n
0% ua ua
m m
Pertemuan 1 pertemuan 2 rte rte
Pe pe
Gambar 2. Grafik Kecenderungan
Aktivitas Anak Gambar 3. Grafik Kecenderungan Hasil
Dapat dilihat pada setiap pertemuan Perkembangan Kognitif Anak
yang dilakukan oleh guru terjadi Pada grafik tersebut menunjukan
peningkatan pada aktivitas anak, dapat terjadinya peningkatan pada pertemuan 1
dilihat pada setiap pertemuan yang terdapat 4 anak yang mendapatkan **
dilakukan aktivitas anak pada setiap dengan presentase 33%, terdapat 6 anak
pertemuannya pada kategori kurang aktif yang mendapat *** dengan presentase 50%,
dan cukup aktif cenderung menurun dan dan 2 anak yang mendapatkan **** dengan
pada setiap pertemuan pula aktivitas anak presentase 16%. Sehingga pada pertemuan 1
semakin mencapai kategori aktif dan sangat ketuntasan anak mencapai 66% yaitu
aktif yang merupakan indicator keberhasilan berjumlah 8 anak. Pada pertemuan 2
yang diharapkan. ketuntasan anak mencapai 83% yang
berjumlah 10 anak.
3. Hasil Perkembangan Kognitif Anak Melihat kecnderungan dari 3 faktor
yang diteliti, berikut ini adalah gambar tabel
Melalui penelitian tindakan kelas dan grafik kecenderungan peningkatan
yang dilakukan pada pertemuan 1 dan 2 pembelajaran yang terjadi pada setiap
maka dapat dilihat hasil perkembangan pertemuan.
kognitif anak sebagai berikut:
Tabel 16. Hasil Kecenderungan
Tabel 15. Kecendrungan Hasil
Pertemuan 1 dan 2
Perkembangan Kognitif Anak
Pertemuan 1 Pertemuan 2
Kategori Pertemuan
1 2 Aktivitas Guru 82% 100%
Presentase 66% 83% Aktivitas Anak 67% 83%
Hasil 66% 83%
Kategori Sebagian Sebagian Besar Perkembangan
Aktif Aktif
Berdasarkan tabel 15, dapat dilihat
bahwa setiap pertemuan selalu terjadi
peningkatan presentase keberhasilan, untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik
berikut ini:
permulaan 1-10 dapat diatasi menggunakan
Grafik Kecenderungan model cooperative learning dengan
100% menggunakan media ikan di aquarium.
80% 83%
60% 66%
40% capai... Pembahasan
20% 1. Aktivitas Guru
0% Berdasarkan hasil penelitian
Pertemuan 1 pertemuan 2
tindakan kelas yang dilakukan aktivitas guru
Gambar 4. Grafik Kecenderungan telah berhasil mengalami peningkatan pada
Aktivitas Guru, Anak dan Kognitif Anak setiap pertemuannya, terjadi penambahan
Pertemuan 1 dan 2 skor pada setiap pertemuan yang mana pada
Berdasarkan gambar grafik aktivitas pertemuan terakhir aktivitas guru mencapai
guru, diketauhi bahwa aktivitas guru sangat indicator keberhasilan yang ditetapkan yaitu
berpengaruh terhadap aktivitas anak, dan mendapat kriteria “sangat baik”.
hasil perkembangan kognitif anak, apabila Sehingga dapat disimpulkan bahwa
aktivitas guru mengalami peningkatan atau pada pertemuan 2 aktivitas guru dalam
kenaikan setelah melakukan perbaikan maka pelaksanaan kegiatan pembelajaran sudah
aktivitas anak dan hasil perkembangan mencapai hasil yang optimal. Hal tersebut
kognitif anak akan mengalami peningkatan dapat dilihat dari penguasaan guru terhadap
secara signifikan. media yang digunakan dalam proses
Berdasarkan data hasil penelitian, pembelajaran serta guru membuat refleksi
maka penelitian tindakan kelas dikatakan yang dilakukan pada setiap pertemuan agar
berhasil dan hipotesis yang menyatakan guru mengetauhi kekurangan-kekurangan
bahwa: “Jika dilakukan kegiatan apa saja yang terjadi pada saat proses
pembelajaran menggunakan model pembelajaran dikelas dan yang harus diatasi
cooperative learning melalui permainan pada pertemuan selanjutnya.
ikan di akuarium maka aspek perkembangan Seorang guru yang baik adalah guru
kognitif anak di TK Aisyiyah Bustanul yang kemampuannya dalam melakukan
Athfal 1 Banjarmasin dapat berkembang semua tugas yang terdapat dalam kegiatan
sesuai harapan”. proses pembelajaran. Perbaikan guru dalam
kecendrungan 2 Pertemuan
proses belajar mengajar tidak terlepas dari
peran guru untuk menciptakan suasana
Aktivitas Guru
Hasil Perkembangan
Aktivitas Anak
pembelajaran yang efektif dan
menyenangkan bagi anak. Kegiatan
83%
66% pembelajaran di kelas ditandai dengan
83%
67% adanya kegiatan pengelolaan kelas,
82% 100%
penggunaan media dan sumber belajar serta
penggunaan model dan stategi dalam
Pertemuan 1 Pertemuan 2
pembelajaran. Semua kegiatan tersebut
Gambar 5. Kecenderungan 2 Pertemuan
menuntut kemampuan guru dalam
Dilihat pada grafik kecenderungan
melaksanakannya (Rusman, 2011).
diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat
Dalam mencapai keberhasilan
korelasi peningkatan aktivitas guru pada
pembelajaran di PAUD didasarkan pada
tiap pertemuan yaitu 100%, aktivitas anak
pelaksanaan pendidik dalam mengorganisasi
83%, dan perkembangan kognitif anak 83%.
serta memanajemen pembelajaran seperti
Hal ini dapat membuktikan bahwa
dalam pelaksanaan pembelajaran, pengadan
permasalahan kognitif anak dalam berhitung
dan pembinaan tenaga ahli, penyelenggaraan pendidikan untuk
pemberdayagunaan lingkungan sebagai mendidik siswanya (Sanjaya, 2012:36).
sumber belajar serta pengembangan dan Sehingga dapat disimpulkan bahwa
penataan kebijakan, hal ini dapat dilihat dari seorang pendidik/guru merupakan
pemberdayagunaan lingkungan yang baik komponen yang paling penting dalam
dilingkungan fisik, maupun sosial serta menentukan keberhasilan suatu
menyediakan sarana dan prasarana yang pembelajaran hal ini disebabkan guru
memadai untuk kepentingan belajar dan merupakan orangtua kedua bagi anak dan
bermain anak (Mulyasa, 2012). Sejalan yang secara langsung setiap harinya akan
dengan pendapat Suriansyah, (2011:73) berhadapan dengan anak, dalam sistem
bahwa Pembelajaran yang dilakukan juga pembelajaran guru bisa berperan sebagai
tidak luput dari bagaimana guru saat perencana atau perancang pembelajaran.
memberikan materi pelajaran kepada anak. Sebagai perencana guru dituntut untuk
Peran seorang guru dalam membantu anak- memahami secara benar kurikulum yang
anak untuk memperoleh keterampilan berlaku, karakteristik anak, fasilitas dan
berkomunikasi, memecahkan masalah dan sumber daya yang ada sehingga semuanya
menyelesaikan konflik. dijadikan komponen dalam menyusun
Proses kegiatan belajar mengajar rencana pembelajaran. Peran dan keaktifan
seorang pendidik akan tercapai apabila ada seorang guru sangat penting dalam
satu pembaharuan pendidikan yang memiliki pembelajaran, efektifitas belajar individu di
tujuan dalam mewujudkan proses dan hasil sekolah sangat bergantung pada peran guru.
pendidikan TK yang lebih bermutu, dengan Guru harus berusaha memfasilitasi atau
adanya pembaharuan pendidikan TK menciptakan kondisi agar peserta didik
dimaksudkan untuk memecah masalah- dapat belajar dengan nyaman agar ia dapat
masalah pendidikan TK dan yang termasuk aktif dalam proses pembelajaran dan juga
dalam pembaharuan pendidikan di TK yaitu tumbuhnya kesadaran atas kemauannya
terciptanya suatu pendekatan atau inovasi sendiri bahwa belajar itu penting bagi
terbaru sesuai dengan kondisi dan tuntutan kehidupan.
perkembangan anak, melalui media Guru merupakan komponen yang
Permainan Ikan Di Aquarium. menentukan keberhasilan suatu
Tugas seorang pendidik maupun pembelajaran hal ini disebabkan guru
tenaga kependidiikan yang utama ialah merupakan orang yang secara langsung
menyelenggrakan pembelajaran yang tidak berhadapan dengan anak, dalam system
hanya baik tapi juga harus berkualitas. Maka pembelajaran guru bisa berperan sebagai
dari itu antar pendidik perlu memiliki perencana atau perancang pembelajaran.
komitmen dalam mengupayakan perbaikan Sebagai perencana guru dituntut untuk
dan peningkatan kualitas secara terus memahami secara benar kurikulum yang
menerus. Jika dalam penerapan suatu berlaku, karakteristik anak, fasilitas dan
tindakan yang dipilih tidak/kurang berhasil sumber daya yang ada sehingga semuanya
maka pendidik harus tetap berusaha mencari dijadikan komponen dalam menyusun
cara maupun alternatif lain. Pendidik yang rencana pembelajaran. Peran dan keaktifan
memiliki jiwa kreatif dan inovatif akan seorang guru sangat penting dalam
selalu berupaya meningkatkan hasil belajar pembelajaran, efektifitas belajar individu di
peserta didiknya dan secara tidak langsung sekolah sangat bergantung
hal itu akan membantu sekolah dalam pada peran guru. Guru harus berusaha
menjalankan tanggung jawab terhadap memfasilitasi atau menciptakan kondisi agar
anak didik dapat belajar secara aktif atau tidak biasa dilihat anak-anak dengan kata
kesadaran dan kemauannya sendiri. lain permainan yang berbeda demi
menunjang aktivitas anak agar lebih aktif
2. Aktivitas Anak dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil temuan penelitian Dengan demikian peneliti akan
aktivitas pada anak yang diteliti memberikan pembaharuan dalam proses
menunjukkan hasil yang baik di setiap pembelajaran melalui model Cooperative
pertemuannya, yaitu selalu mengalami learning melalui Permainan Ikan di
peningkatan hingga mencapai indikator yang Aquarium dapat meningkatkan aktivitas
diharapkan. Hal ini dikarenakan kegiatan guru dan anak dalam mengembangkan aspek
pembelajaran yang dilakukan dapat kognitif anak dalam berhitung permulaan 1-
menyesuaikan terhadap kebutuhan dan 10 pada kelompok A TK Aisyiyah Bustanul
minat anak dalam pembelajaran. Selain itu Athfal 1 Kota Banjarmasin.
dengan terjalinnya interaksi antara peserta
didik dan pendidik yang menjadi pendukung 3. Perkembangan Kognitif
optimalnya aktivitas anak dalam belajar. Peningkatan terhadap hasil
Ungkapan ini didukung oleh teori yang perkembangan kognitif anak
mengatakan bahwa peserta didik adalah disebabkan karena dalam proses
makhluk sosial. Sebagai mahluk social pembelajarannya guru menerapkan
membutuhkan orang lain, dapat tumbuh dan pembelajaran yang berpusat pada anak baik
berkembang menjadi manusia yang utuh. dari penggunaan model Cooperative
Dalam perkembangannya, pendapat dan learning, dengan permainan Ikan di
sikap peserta didik dapat berubah karena Aquarium tersebut sangat membantu anak
adanya interaksi dan saling pengaruh antara untuk membangun pengetahuan dan
sesama peserta didik maupun dengan orang pemahamannya sendiri berdasarkan apa
dewasa lainnya (Kurnia, 2007). yang dia pelajari. Hal ini sejalan dengan
Berbicara mengenai aktivitas anak pendapat Sujiono dan Yuliani dalam
tentunya kita tahu bahwa dunia anak tidak bukunya yang menyatakan bahwa
lepas dari dunia bermain seperti yang pembelajaran yang aktif itu adalah
dikatakan bahwa anak usia dini adalah anak pembelajaran yang diterapkan pada anak
yang belajar seraya bermain “bermain usia dini yang dilakukan dengan cara
sambil belajar” sehingga anak tidak merasa memberikan pertanyaan kepada anak
bosan mengikuti proses pembelajaran, kemudian membiarkan anak untuk berpikir
pendidik juga harus bisa merancang sebuah atau bertanya sendiri, sehingga hasil
permainan yang tidak biasa dilihat anak- belajar yang didapat merupakan konstruksi
anak dengan kata lain permainan yang dari pemikiran anak tersebut (Sujiono &
berbeda demi menunjang aktivitas anak agar Yuliani, 2012). Sujiono juga
lebih aktif dalam proses pembelajaran. mengungkapkan bahwa pada dasarnya anak
Berbicara mengenai aktivitas anak tentunya memiliki kemampuan untuk membangun
kita tahu bahwa dunia anak tidak lepas dari dan mengkreasikan pengetahuan mereka
dunia bermain seperti yang dikatakan bahwa sendiri dan keterlibatan anak secara
anak usia dini adalah anak yang belajar langsung merupakan hal yang sangat
seraya bermain “bermain sambil belajar” penting.
sehingga anak tidak merasa bosan mengikuti Dalam penelitian ini peneliti
proses pembelajaran, pendidik juga harus mencoba mengenai hasil perkembangan
bisa merancang sebuah permainan yang kognitif pada anak menggunakan model
Cooperative learning melalui permainan
ikan di Aquarium dalam berhitung dengan cepat dan tepat untuk mengatasi
permulaan 1-10. Hasil perkembangan suatu situasi untuk memecahkan
kognitif anak meningkat. Pada dasarnya masalah (Susanto, 2014).
perkembangan kognitif dimaksudkan agar
anak mampu melakukan eksplorasi terhadap SIMPULAN
dunia sekitar melalui panca inderanya, Aktivitas guru dalam melakukan
sehingga dengan pengetahuan yang kegiatan pembelajaran menggunakan model
didapatkannya tersebut anak akan dapat Cooperative learning melalui permainan
melangsungkan hidupnya dan menjadi ikan di aquarium dalam meningkatkan
manusia yang utuh sesuai dengan kodratnya kemampuan berhitung permulaan anak
sebagai makhluk Tuhan yang harus kelompok A TK Aisyiyah Bustanul Athfal 1
memberdayakan apa yang ada di dunia ini Kota Banjarmasin telah berhasil dan
untuk kepentingan dirinya dan orang lain. terlaksana sesuai langkah-langkah dengan
Sehubungan dengan hal ini Piaget kriteria sangat baik. Aktivitas anak dalam
berpendapat, bahwa pentingnya guru mengikuti kegiatan pembelajaran
mengembangkan kognitif anak, adalah : menggunakan model Cooperative learning
1) Agar anak mampu mengembangkan daya melalui permainan ikan di aquarium dalam
persepesinya berdasarkan apa yang dilihat, meningkatkan kemampuan berhitung
didengar dan dirasakan, sehingga permulaan anak kelompok A TK Aisyiyah
anak akan memiliki pemahaman yang utuh Bustanul Athfal Kota Banjarmasin telah
dan komphrehensif. berhasil mencapai indicator keberhasilan
2) Agar anak mampu melatih ingatannya yang secara klasikal dengan kriteria
terhadap semua peristiwa dan kejadian yang sebagian besar aktif. Hasil perkembangan
pernah dialaminya. kognitif anak setelah pembelajaran untuk
3) Agar anak mampu mengembangkan meningkatkan kognitif anak dalam berhitung
pemikiran-pemikirannya dalam rangka permulaan melalui media ikan di aquarium
menghubungkan satu peristiwa dengan pada kelompok A TK Aisyiyah Bustanul
peristiwa lainnya. Athfal Kota Banjarmasin telah berhasil
4) Agar anak mampu memahami simbol- mencapai indicator keberhasilan 83%
simbol yang tersebar didunia sekitarnya. dengan interpretasi Sebagian Besar Anak
5) Agar anak mampu melakukan penalaran- Aktif. Saran yang peneliti rekomendasaikan
penalaran, baik yang terjadi secara alamiah yaitu bagi guru dapat menggunakan
(spontan), maupun melalui proses ilmiah alternatif strategi pembelajaran untuk
(percobaan). meningkatkan kemampuan berhitung
6) Agar anak mampu memecahkan persoaln permulaan dan menciptakan pembelajaran
hidup yang dihadapinya, sehingga pada yang menarik dan menyenangkan bagi
akhirnya anak akan menjadi individu yang peserta didik juga menambah metode
mampu menolong dirinya. mengajar guru yang lebih bervariasi
Perkembangan otak, struktur otak sehingga anak tidak akan merasa cepat
anak tumbuh terus setelah lahir. bosan.
Sejumlah riset menunjukkan bahwa
pengalaman usia dini, imajinasinya yang
terjadi, bahasa yang didengar, buku yang DAFTAR PUSTAKA
ditunjukkan, akan turut membentuk jaringan
otak. Oleh sebab itu melalui pengembangan Arikunto, S., Suhardjono, & Supardi.
kognitif, fungsi pikir dapat digunakan (2021). Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Sinar Grafika Offset.
Kurnia, I. (2007). Perkembangan Belajar
Peserta Didik. Jakarta: Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional.
Mariyani. (2010). Meletakkan Dasar-Dasar
Pengalaman Konsep Matematika
Melalui Permainan Praktis di
Kelompok Bermain. Jurnal
Pendidikan Penabur VOL 1-11.
Mulyasa. (2012). Manajemen PAUD.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Rukajat, A. (2018). Pendekatan Penelitian
Kualitatif. Yogyakarta: Penerbit
Deepublish.
Rusman. (2011). Seri Manajemen Sekolah
Bermutu : Model-model
Pembelajaran Mengembangkan
Profesianalisme Guru. Jakarta:
Rajawali Pers.
Sanjaya, W. (2012). Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta : PrenadaMedia Group
.
Sujiono, N., & Yuliani. (2012). Konsep
Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta: PT. Indeks.
Suriansyah, A. ,. (2011). Strategi
Pembelajaran. Banjarmasin:
Comdes.
Susanto, A. (2011). Perkembangan Anak
Usia Dini. Jakarta: Kencana Renada
Media Group.
Susanto, A. (2014). Perkembangan Anak
Usia Dini Pengantar Dalam
Berbagai Aspek. Jakarta: Prenamedia
Group.
Undang-Undang RI no 20. (2003). Sisten
Pendidikan Nasional. Retrieved
April 11, 2016, from Jaringan
Dokumentasi dan Informasi Hukum
Badan Pemeriksaan Keuangan
Republik Indonesia:
http://www.jdih.bpk.go.id

Anda mungkin juga menyukai