Anda di halaman 1dari 34

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI BERBANTUAN MEDIA

KONKRET MELALUI KEGIATAN KOLASE UNTUK MENINGKATKAN


PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK KELOMPOK B
SEMESTER II DI TK GIRI WIDYA SANTHI
TAHUN PELAJARAN 2021/2022

Oleh
Ni Kadek Arie Intan Sukarini
NIM 859007626

JURUSAN PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
DENPASAR
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat dan situasi

masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak hanya berorientasi

pada masa lalu dan masa kini, tetapi sudah seharusnya merupakan proses yang

mengantisipasi dan membicarakan masa depan. Pendidikan hendaknya melihat

jauh kedepan dan memikirkan apa yang akan dihadapi peserta didik di masa yang

akan datang. Pendidikan adalah upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia

yang berkualitas. Pendidikan dapat dilaksanakan melalui tiga jalur yaitu jalur

pendidikan formal, jalur pendidikan informal dan jalur pendidikan non formal.

Untuk meningkatkan kualitas pendidikan, maka upaya tersebut dapat dilakukan

melalui jenjang pendidikan yang paling dasar yaitu Pendidikan Anak didik Usia

Dini, yang merupakan pondasi atau dasar dari jenjang pendidikan selanjutnya.

Dilihat dari segi perencanaan, pemerintah berupaya untuk meningkatkan

pendidikan yang dimulai dari jenjang pendidikan anak usia dini hal tersebut dapat

dilihat pada Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa

Pendidikan Anak didik Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan
yang ditujukkan kepada anak didik sejak lahir sampai dengan usia enam
tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak

1
didik memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Penyelengggaraan PAUD jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak
didik-kanak didik (TK) atau Raudhatul Atfal (RA) dan bentuk lain sederajat,
yang menggunakan program untuk anak didik usia 4-6 tahun. Sedangkan
penyelenggaraan PAUD jalur pendidikan nonformal berbentuk Taman
Penitipan Anak didik (TPA) dan berbentuk yang sederajat, yang
menggunakan program untuk anak didik usia 0-2 tahun, 2-4 tahun, 4-6 tahun
dan Program pengasuhan untuk anak didik usia 0–6 tahun: Kelompok
Bermain (KB) dan bentuk lain yang sederajat, menggunakan program untuk
anak didik usia 2-4 tahun dan 4-6 tahun (Permendiknas No.58 Tahun 2009).
Menyimak undang-undang diatas bahwa Taman Kanak-kanak (TK) adalah

salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal

yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia empat tahun sampai

enam tahun. Pada usia tersebut dikatakan bahwa anak mengalami masa peka atau

golden age yaitu masa dimana terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan

psikis yang siap merespon stimulus yang berikan oleh lingkungan di sekitar anak.

Maka dari itu pada masa tersebut merupakan peletak dasar pertama dalam

mengembangkan seluruh potensi anak dan aspek perkembangan anak seperti (1)

aspek perkembangan Nilai Moral dan Agama, (2) aspek perkembangan

Fisik/Motorik, (3) aspek perkembangan Kognitif, (4) aspek perkembangan

Bahasa, (5) aspek perkembangan Sosial Emosional. Sehingga seluruh potensi

serta aspek perkembangan anak tersebut hendaknya dapat berkembang sangat baik

pada usia Taman Kanak-kanak (TK).

Setelah dilakukan observasi di dua TK yaitu TK A dan TK Giri Widya Santhi

Desa Bantang, maka ditemukan salah satu masalah pokok dalam pembelajaran di

TK Giri Widya Santhi Desa Bantang adalah masih rendahnya tingkat

perkembangan peserta didik, khususnya dalam perkembangan motorik halus.

Menurut data hasil belajar anak pada aspek perkembangan motorik halus didukung

oleh hasil wawancara dengan guru kelas dapat dilihat dari 10 orang anak di
kelompo B, 6 orang anak mendapatkan bintang 2. Setelah dilakukan identifikasi

tentang permasalahan pada aspek perkembangan motorik halus anak maka

ditemukan bahwa guru kurang maksimal dalam menggunakan metode demonstrasi

untuk meningkatkan perkembangan motorik halus siswa. Kreativitas siswa masih

kurang karena guru kurang memanfaatkan media konkret yang ada di sekitar anak.

Siswa merasa jenuh karena kegiatan guru yang dilakukan dalam pembelajaran

kurang bervariasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pencapaian

perkembangan motorik halus anak tersebut, antara lain: (1) model pembelajaran

yang di gunakan oleh guru, (2) lingkungan peserta didik, (3) metode yang

digunakan oleh guru, (4) kegiatan yang dilaksanakan saat menyampaikan

pembelajaran, (5) alat peraga atau media yang di pergunakan. Dari faktor-faktor

yang disebutkan diatas, salah satu faktor yang sangat mempengaruhi tingkat

pencapaian perkembangan anak adalah metode pembelajaran yang di gunakan

oleh guru.

Tetapi, kenyataan di lapangan pembelajaran yang dilakukan oleh guru kurang

dapat mengembangkan motorik halus anak. Berdasarkan kenyataan tersebut agar

pola yang digunakan dapat mengacu pada peningkatan mutu Pendidikan Anak

didik Usia Dini dalam perkembangan motorik halus, maka perlunya suatu metode

yang inovatif di dukung media yang inovatif pula.

Aspek perkembangan motorik halus tidak kecil peranannya dalam

perkembangan pendidikan anak usia dini, karena aspek perkembangan motorik

halus sangat mempengaruhi aspek perkembangan yang lain. Aspek perkembangan


motorik halus berperan sebagai 1) persiapan dasar sebelum anak belajar membaca,

menulis dan berhitung pada jenjang pendidikan selanjutnya, 2) persiapan anak

sebelum berinteraksi dengan lingkungannya, 3) membantu mengembangkan bakat

yang dimiliki anak. Mengingat pentingnya pengembangan aspek perkembangan

motorik halus, maka perlu adanya penguasaan tentang metode dan media yang

tepat untuk mengembangkan aspek perkembangan motorik halus, salah satunya

adalah metode demonstrasi. Pada hakekatnya dalam pelaksanaannya metode

demonstrasi, guru menunjukkan dan menjelaskan cara-cara mengerjakan kegiatan

pembelajaran. Melalui demonstrasi diharapkan anak dapat lebih cepat melakukan

kegiatan yang berkaitan dengan gerak motorik halus.

Penggunaan metode dapat berhasil secara optimal jika dibantu dengan media

yang tepat pula. “Pada tahap sensori motorik anak sangat bergantung pada

informasi yang didapatnya dari panca indera, dan gerakan tubuhnya” Piaget

(dalam Isjoni 2010:82). Jadi anak usia prasekolah atau anak usia dini dalam belajar

harus menggunakan benda-benda yang nyata untuk belajar tentang sesuatu, maka

dalam melaksanakan pembelajaran guru sangat perlu untuk memberikan contoh

dan menggunakan media yang konkret dan kreatif dalam kegiatan yang dapat

mengembangkan aspek perkembangan anak. Dalam hal ini media konkret yang

akan digunakan sebagai media mengajar adalah media yang diperoleh dari

lingkungan sekitar anak, sehingga bahan tersebut mudah didapatkan seperti daun

kering, pasir, kertas bekas, serbuk kayu, kapas. Kegiatan yang disampaikan oleh

guru diharapkan dilaksanakan secara menarik dan tidak monoton. Salah satu

kegiatan yang dapat dipergunakan agar dapat membantu meningkatkan


perkembangan motorik halus dan menarik minat anak adalah kegiatan kolase agar

pelaksanaan pembelajaran berjalan secara optimal.

Berdasarkan uraian di atas, maka untuk meningkatkan tingkat pencapaian

perkembangan aspek motorik halus anak didik kelompok B , dilakukan penelitian

yang berjudul “Penerapan Metode Demonstrasi Berbantuan Media Konkret

Melalui Kegiatan Kolase Untuk Meningkatkan Perkembangan Motorik Halus

Anak Kelompok B Semester II Di TK Giri Widya Santhi Desa Bantang Tahun

Pelajaran 2021/2022”. Dengan adanya penelitian tersebut, diharapkan tingkat

pencapaian perkembangan aspek perkembangan motorik halus anak meningkat

sehingga kualitas pendidikan anak usia dini menjadi lebih baik.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka penelitian ini difokuskan pada

permasalahan pokok yaitu, apakah penerapan metode demonstrasi berbantuan

media konkret melalui kegiatan kolase dapat meningkatkan perkembangan

motorik halus anak didik kelompok B semester II di TK Giri Widya Santhi Desa

Bantang

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada tidaknya telah dipaparkan diatas,

maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan perkembangan

motorik halus anak setelah diterapkan metode demonstrasi berbantuan media

konkret melalui kegiatan kolase pada anak kelompok semester II TK Giri Widya

Santhi Desa Bantang


1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian yang akan dilakukan ini

adalah sebagai berikut.

1.5.1 Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan teori

pendidikan khususnya tentang strategi pembelajaran dengan penerapan metode

demonstrasi untuk meningkatkan perkembangan motorik halus pada anak di

Taman Kanak-kanak.

1.5.2 Manfaat Praktis

1.5.2.1 Bagi Anak

Melalui metode demonstrasi diharapkan anak didik kelompok B di TK Giri

Widya Santhi Desa Bantang dapat termotivasi untuk belajar, dapat meningkatkan

tingkat pencapaian perkembangan pada aspek motorik halus dan anak mendapat

kesempatan untuk mengembangkan kreatifitas dengan bimbingan dari guru.

1.5.2.2 Bagi Guru

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta pengetahuan

guru dalam mengembangkan strategi serta metode pembelajaran untuk

meningkatkan profesionalismenya di dalam mengelola pembelajaran

berikutnya.

2. Penelitian ini dapat dijadikan alternatif oleh guru lainnya dalam pemilihan

metode yang digunakan dalam pembelajaran dan dapat meningkatkan


kreatifitas guru sehingga tercipta kondisi belajar yang efektif, tidak monoton

dan meningkatkan hasil belajar anak.

1.5.2.3 Bagi Kepala Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

untuk mewujudkan pembelajaran yang inovatif di sekolah, sehingga dapat

memberikan output peserta didik yang lebih berkualitas serta dapat meningkatkan

profesionalisme guru di Taman Kanak-kanak.

1.5.2.4 Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat manambah pengalaman awal dalam

pengelolaan pembelajaran di kelas serta dapat dijadikan informasi yang berguna

untuk memilih alternatif strategi pembelajaran khususnya untuk perkembangan

aspek motorik halus anak.


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1.Deskripsi Teoritis

Dalam bagian ini akan dijelaskan hal-hal yang perlu dipahami yang berhubungan dengan

penelitian ini diantaranya tentang (1) metode demonstrasi, (2) media konkret, (3) kolase, (4)

perkembangan motorik halus. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut.

2.1.1 Metode Pembelajaran

2.1.1.1 Pengertian Metode Pembelajaran

Dalam pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas metode pembelajaran sangat

berperan penting untuk menjalankan suatu proses pembelajaran secara optimal karena metode

merupakan suatu cara untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ingin di capai. “Metode

berasal dari kata methodos, secara etimologis methodos berasal dari akar kata metha dan

hodos. Metha artinya dilalui dan hodos berarti jalan. Jadi dapat disimpulkan metode ialah jalan

atau cara yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan” Agung (2012:1).

Sejalan dengan pengertian metode yang di kemukakan diatas beberapa pendapat lain

menyebutkan bahwa “Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan

rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai

secara optimal” (Sanjaya, 2009:147). Ini berarti, metode digunakan untuk merealisasikan

strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, metode dalam rangkaian sistem

pembelajaran memegang peran yang sangat penting.


Menurut Winarno metode adalah “suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Karakteristik metode yang memiliki kelebihan dan kekurangan

maka guru menggunakan metode yang bervariasi” (dalam Risanti 2013:5).

Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya

berfariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir (Djamarah &

Aswan Zain, 1996:53).

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah

suatu jalan atau cara yang dipergunakan dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang diharapkan.

2.1.1.2 Jenis-jenis Metode Pembelajaran

Seiring dengan perkembangan pendidikan anak usia dini pada saat ini, terdapat pula

beberapa jenis metode pembelajaran yang dapat dipergunakan dalam pembelajaran anak usia

dini. Beberapa metode yang terdapat dalam pembelajaran di Taman Kanak-kanak adalah

sebagai berikut. “1) metode bermain, 2) metode karyawisata, 3) metode bercakap-cakap, 4)

metode bercerita, 5) metode demonstrasi, 6) metode proyek, 7) metode pemberian tugas”

(Isjoni, 2010:86)

Sedangkan pendapat lain menyebutkan bahwa metode-metode yang dibutuhkan untuk

membangun pengetahuan anak adalah “a) metode praktek langsung, b) metode cerita atu

dongeng, c) metode tanya jawab, d) metode proyek, e) metode bermain peran, f) metode

demonstrasi” (Sujiono, dkk, 2004: 5.16)

Macam-macam metode pembelajaran adalah sebagai berikut. 1) metode proyek, 2)

metode eksperimen, 3) metode tugas atau resitasi, 4) metode diskusi, 5) metode


sosiodrama, 6) metode demonstrasi, 7) metode problem solving, 8) metode karya wisata,

9) metode tanya jawab, 10) metode latihan, 11) metode ceramah. (Djamarah & Aswan Zain,

2002:93)

Dari jenis-jenis metode diatas maka yang akan digunakan dalam penelitian adalah

metode demonstrasi. Metode dalam kegiatan pembelajaran sangat banyak jenisnya dan

bervariasi, tetapi pemilihan metode pembelajaran harus dapat mencapai tujuan pembelajaran

yang ingin dicapai dan sesuai dengan karakteristik perkembangan anak usia dini. Salah satu

metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran di Taman Kanak-kanak

adalah Metode Demonstrasi.

2.1.1.3 Metode Demonstrasi


2.1.1.3.1 Pengertian Metode Demonstrasi
Kegiatan demonstrasi adalah kegiatan yang dapat memberi ilustrasi dalam

menjelaskan informasi kepada anak. Sehingga anak akan melihat bagaimana suatu peristiwa

berlangsung, lebih menarik dan anak akan lebih mudah memahaminya.

Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan


mempertunjukkan kepada anak tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik
sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak
terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi
peran anak hanya sekedar memperhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan
bahan pelajaran lebih konkret. Dalam strategi pembelajaran, demonstrasi dapat
digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan
inkuiri (Sanjaya, 2009:152).

Menurut pendapat lain menyebutkan bahwa “metode demonstrasi berarti menunjukkan,

mengerjakan, dan menjelaskan cara-cara mengerjakan sesuatu. Melalui demonstrasi

diharapkan anak dapat mengenal langkah-langkah pelaksanaan” (Isjoni, 2010:91).

Metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan meragakan atau
mempertunjukkan kepada anak suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang
dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan.
Dengan metode demonstrasi, proses penerimaan anak terhadap pelajaran akan lebih
berkesan secara mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan
sempurna. Juga anak dapat mengamati dan memperhatikan apa yang diperlihatkan
selama pelajaran berlangsung (Sanjaya, 2009:152).

Metode demonstrasi diartikan sebagai cara penyajian pelajaran dengan memperagakan

dan mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses, situasi atau benda tertentu yang

sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang

dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang memahami atau ahli dalam topik

bahasa yang harus didemonstrasi Dimyanti dan Moedjino (dalam Sukerti 2013).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi adalah cara yang

dilaksanakan oleh guru dalam proses pembelajaran yang dilakukan dengan memberikan

penjelasan secara lisan dan memberikan contoh secara langsung tentang materi pembelajaran

yang dijelaskan. Metode demonstrasi dapat mempermudah anak memahami suatu materi

pembelajaran karena anak dapat mendengar penjelasan dari guru sekaligus melihat secara

langsung contoh yang diperagakan oleh guru sehingga anak akan lebih mudah untuk meniru

kembali atau memperagakan kembali contoh yang diberikan oleh guru.

2.1.1.3.2 Tujuan Metode Demonstrasi

Pada umumnya setiap metode pembelajaran bertujuan untuk membantu melaksanakan

kegiatan pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Sejalan dengan

hal tersebut tujuan pokok penggunaan metode demonstrasi menurut Roestiyah adalah untuk

memperjelas pengertian konsep, dan memperlihatkan (meneladani) cara melakukan sesuatu

atau proses terjadinya sesuatu (dalam Sukerti, 2013). Ditinjau dari sudut tujuan penggunaannya

dapat dikatakan bahwa metode demonstrasi bukan metode yang dapat diimplementasikan

dalam proses belajar mengajar secara independen. Melihat kenyataan tersebut, maka metode

demonstrasi ini tepat digunakan apabila bertujuan untuk:


a) Memberikan ketrampilan tertentu

b) Penjelasan sebab penggunaan bahasa lebih terbatas

c) Menghindari verbalisme, membantu peserta didik dalam memahami dengan jelas,

jalannya suatu proses dengan penuh perhatian sebab lebih menarik

Pendapat lain yang tidak jauh berbeda dengan pendapat diatas yaitu menurut Djamarah dan

Aswan Zain menyebutkan bahwa tujuan penerapan metode demonstrasi menurut adalah

untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses
mengatur sesuatu, proses membuat sesuatu, proses bekerjanya sesuatu, proses mengerjakan
atau menggunakannya, komponen-komponen yang membentuk sesuatu, membandingkan
sesuatu cara dengan cara lain dan untuk mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu.
Melalui metode demonstrasi penerimaan anak terhadap pelajaran akan lebih berkesan,
karena anak akan dapat mengamati dan memperhatikan apa yang diperlihatkan selama
demonstrasi berlangsung (dalam Kembar, 2013).

2.1.1.3.3 Ciri-ciri Metode Demonstrasi

Metode pembelajaran yang dipergunakan dalam proses pembelajaran memiliki ciri-ciri

tertentu yang merupakan karakteristik dari setiap metode pembelajaran. Menurut Roestiyah

menyebutkan bahwa ciri dari metode demonstrasi yaitu, “1) memahami cara mengatur atau

menyusun kegiatan, 2) mengetahui suatu teori, 3) memberikan kebebasan pada anak”

(dalam Astini, 2012:7).

Metode demonstrasi memberikan kesempatan kepada anak untuk memperkirakan apa

yang akan terjadi. Menurut Moeslichatoen, R menyatakan bahwa ciri-ciri metode

demonstrasi yaitu,

a)Mengerjakan sesuatu dengan penjelasan, petunjuk dan penjelasan secara langsung,


anak-anak dapat mengenal secara langsung apa yang mereka harus lakukan, b)
memberikan ilustrasi dalam penjelasan informasi pada anak, c) anak dapat melihat
bagaimana suatu peristiwa berlangsung, lebih menarik, d) merangsang perhatian, e)
menantang, f) dapat meningkatkan daya pikir dalam peningkatan kemampuan
mengenal, mengingat, berpikir konvergen dan berpikir evaluativ (dalam Astini,
2012:7).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ciri ciri metode demonstrasi secara umum

adalah a) memberikan penjelasan secara langsung disertai dengan contoh secara konkret, b)

anak lebih mudah memahami suatu materi, c) lebih menarik perhatian anak untuk mengikuti

pelajaran, d) kemampuan anak dapat dievaluasi secara langsung saat pembelajaran

berlangsung.

2.1.1.3.4 Kelebihan Metode Demonstrasi

Setiap metode pembelajaran memilki kekurangan dan keunggulannya masing-masing,

berikut ini akan dijelaskan tentang kelebihan dari metode demonstrasi yaitu,

1)dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret, sehingga
menghindari verbalisme (pemahaman seccara kata-kata atau kalimat), 2) anak lebih
mudah memahami apa yang dipelajari, 3) prose pengajaran lebih menarik, 4) anak
dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan, dan
mencoba melakukannya sendiri (Djamarah & Aswan Zain, 2002:102).

Sedangkan pendapat lain menyebutkan bahwa kelebihan metode demonstrasi yaitu,

a) melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat dihindari, sebab anak
disuruh langsung memperhatikan bahan pelajaran yang dijelaskan, b) proses
pembelajaran akan lebih menarik, sebab anak tak hanya mendengar, tetapi juga melihat
peristiwa yang terjadi, c) dengan cara mengamati secara langsung anak akan memiliki
kesempatan untuk membandingkan antara teori dengan kenyataan, dengan demikian
anak akan lebih meyakini kebenaran materi pembelajaran (Sanjaya, 2009:152)

Menyimak beberapa pendapat yang diungkapkan diatas terdapat pula pendapat yang

menyebutkan kelebihan metode demonstrasi dalam pembelajaran anak usia dini adalah sebagai

berikut.

1)dapat memperlihatkan secara konkret apa yang dilakukan/


dilaksanakan/memperagakan, 2) dapat mengkomunikasikan gagasan, konsep, prinsip
dengan peragaan, 3) membantu mengembangkan kemampuan mengamati secara teliti
dan cermat, 4) membantu mengembangkan kemauan untuk melakukan segala
pekerjaan secara teliti, cermat, dan tepat, 5) membantu mengembangkan kemampuan
peniruan dan pengenalan secara tepat (Isjoni 2010:91)
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kelebihan metode demonstrasi adalah

dapat membuat anak lebih mudah untuk memahami materi pembelajaran, merangsang

kemampuan berpikir anak, membuat suasana kelas lebih aktif, anak dapat mengenal dan

mengetahui secara langsung tahap-tahap pelaksanaan dari suatu kegiatan.

2.1.1.3.5 Kekurangan Metode Demonstrasi

Disamping memiliki memiliki banyak kelebihan tetapi dalam setiap metode

pembelajaran juga ditemukan beberapa kekurangan, termasuk metode demonstrasi.

Adapun kekurangan dari metode demonstrasi yaitu,

a)Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab tanpa


persiapan yang memadai, demonstrasi bisa gagal sehingga dapat menyebabkan
metode ini tidak efektif lagi. Bahkan sering terjadi untuk menghasilkan pertunjukan
suatu proses tertentu, guru harus beberapa kali mencobanya terlebih dahulu,
sehingga dapat memakan waktu yang banyak, b) demonstrasi memerlukan
peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang memadai yang berarti penggunaan metode
ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah, c)
demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus,
sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih professional. Disamping demonstrasi
juga memerlukan kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan
proses pembelajaran anak (Sanjaya, 2009:153).
Sedangkan menurut pendapat lain menyebutkan tentang kekurangan metode
demonstrasi adalah sebagai berikut.

1)Metode ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena tanpa ditunjang
dengan hal itu pelaksanaan demonstrasi akan tidak efektif, 2) fasilitas seperti
peralatan, tempat dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik, 3)
demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang disamping
memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin terpaksa mengambil waktu
atau jam pelajaran lain (Djamarah & Aswan Zain, 2002:103).

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa, karena setiap metode

pembelajaran memiliki kekurangannya masing-masing termasuk metode demonstrasi.

Kekurangan tersebut seperti dalam melaksanakan metode demonstrasi seorang guru harus
menguasai keahlian dibidang tersebut, metode demonstrasi memerlukan waktu dan

peralatan yang lebih sehingga guru harus dapat mengatasi kekurangan-kekurangan tersebut

agar kekurangan-kekurangan tersebut tidak menghambat proses pembelajaran.

2.1.1.3.6 Langkah-langkah Metode Demonstrasi

Langkah-langkah penggunaan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran, pada

dasarnya mengikuti pola-pola pembelajaran secara umum tetapi masing-masing metode

pembelajaran memiliki karakteristiknya masing-masing. Menurut Sanjaya (2009:153)

menyebutkan bahwa langkah-langkah metode demonstrasi adalah sebagai berikut.

1) Tahap persiapan

Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang harus dilakukan yaitu, a) rumuskan

tujuan yang harus dicapai oleh anak setelah proses demonstrasi berakhir. Tujuan ini

meliputi beberapa aspek seperti aspek pengetahuan, sikap, atau keterampilan tertentu,

b) persiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan. Garis-

garis besar langkah demonstrasi diperlukan sebagai panduan untuk menghindari

kegagalan, c) lakukan uji coba demonstrasi, uji coba meliputi segala peralatan yang

diperlukan.

2) Tahap Pelaksanaan

a. Langkah pembukaan, sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus

diperhatikan diantaranya: 1) aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua anak

dapat memperhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan, 2) kemukakan

tujuan apa yang harus dicapai oleh anak, 3) kemukakan tugas-tugas apa yang harus
dilakukan oleh anak misalnya anak ditugaskan untuk mencatat hal-hal yang

dianggap penting dari pelaksanaan demonstrasi.

b. Langkah pelaksanaan demonstrasi, 1) mulailah demonstrasi dengan kegiatan-

kegiatan yang meransang anak untuk berpikir, misalnya melalui pertanyaan-

pertanyaan-pertanyaan yang mengandung teka-teki sehingga mendorong anak

untuk tertarik memperhatikan demonstrasi, 2) ciptakan suasana yang menyejukkan

dengan menghindari suasana yang menegangkan, 3) yakinkan bahwa semua anak

mengikuti jalannya demonstrasi dengan memperhatikan reaksi seluruh anak, 4)

berikan kesempatan kepada anak untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai

dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi itu.

c. Langkah mengakhiri demonstrasi, apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses

pembelajaran perlu diakhiri dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang

adakaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan

pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk meyakinkan apakah anak memahami

proses demonstrasi itu atau tidak. Selain memberikan tugas yang relevan, ada

baiknya guru dan anak melakukan evaluasi bersama tentang jalannya proses

demonstrasi itu untuk perbaikan selanjutnya.

2.1.2 Media Pembelajaran


2.1.2.1 Pengertian Media

Media pembelajaran adalah sarana pendukung penggunaan metode pembelajaran agar

terlaksananya pembelajaran yang efektif. Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan

bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media

adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadiman dkk,

2005:6).
Menurut Gagne media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan anak yang

dapat merangsangnya untuk belajar (dalam Sadiman, dkk, 2005:6). Sementara itu Briggs

berpendapat bahwa “media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta

merangsang anak untuk belajar. Buku, film, kaset, film bingkai adalah contoh-contohnya

(dalam Sadiman, dkk, 2005:6).

Sementara itu, Rossi dan Breidle menyatakan bahwa “media pembelajaran adalah

seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio,

televisi, buku, koran, majalah, dan sebagainya” (dalam Sanjaya, 2009:163).

Sedangkan menurut Purnamawati dan Eldari menyatakan bahwa “media adalah segala

sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga

dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat anak sedemikian rupa sehingga

terjadi proses belajar” (dalam Risanti, 2013:14).

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa media adalah suatu alat yang

digunakan untuk menyampaikan pesan dari pengirim kepada penerima guna mencapai tujuan

yang diinginkan khususnya tujuan pembelajaran disekolah.

2.1.2.2 Jenis-jenis Media Pembelajaran

Jenis media pembelajaran dari yang paling sederhana, murah, dan mudah didapat

hingga media yang paling canggih dan mahal harganya. Ada media yang dapat dibuat sendiri

oleh guru, ada yang diproduksi oleh pabrik, ada media yang sudah tersedia di lingkungan

sekitar dan langsung bisa digunakan, ada pula yang secara khusus dirancang dan dibuat

sebelum melakukan proses pembelajaran.

Meskipun media pembelajaran banyak ragam dan jenisnya, tidak semua dari media

tersebut dapat digunakan secara efektif oleh guru dalam proses pembelajaran di sekolah.
Media yang paling sering dan akrab digunakan di hampir setiap sekolah adalah media cetak

(buku) dan papan tulis.

Dilihat dari jenisnya media dibagi ke dalam

a) media auditif, b) media visual, c) media audiovisual. Dilihat dari daya liputnya,
media dibagi dalam a) media dengan daya liput luas dan serentak, b) media dengan
daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat, c) media untuk pengajaran individual.
Dilihat dari bahan pembuatannya, media dibagi dalam a) media sederhana b) media
kompleks (Djamarah dan Zain Aswam, 2002:140).

Jadi media dapat dibagi berdasarkan jenisnya yaitu media auditif, media visual, dan

media audiovisual. Berdasarkan daya liputnya terbagi menjadi penggunaan media luas dan

serentak, media dengan daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat dan media untuk

pengajaran individual. . Dilihat dari bahan pembuatannya yaitu media sederhana dan media

kompleks.

Gagne menyebutkan tentang 7 macam pengelompokkan media, yaitu benda untuk

didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar gerak, film bersuara,

dan mesin belajar (dalam Sadiman, dkk, 2005:23).

Sementara itu ahli lain yaitu Briggs menyatakan 13 jenis media yang dipergunakan

dalam proses belajar mengajar, yaitu objek, model, suara langsung, rekaman audio, media

cetak, pembelajaran terprogram, papan tulis, media transparansi, film rangkai, film bingkai,

film, televisi dan gambar (dalam Sadiman, dkk, 2005:23).

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa jeni-jenis media pembelajaran yaitu,

Media Audio adalah media yang isi pesannya hanya diterima melalui indera pendengaran,

Media Visual adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan, Media Audio-Visual

disebut juga sebagai media video. Video merupakan media yang digunakan untuk
menyampaikan pesan pembelajaran yang mengandalkan indera pendengaran dan indera

penglihatan.

2.1.2.3 Media Konkret


2.1.2.3.1 Pengertian Media Konkret
Media merupakan aspek yang sangat penting dalam proses pembelajaran di sekolah

khususnya pembelajaran di Taman Kanak- kanak. Dalam pembelajaran di Taman Kanak-kanak

disarankan agar guru memberikan penjelasan disertai dengan contoh dan menggunakan media

yang nyata atau konkret agar anak didik tidak berfikir abstrak dan lebih mudah memehami

suatu materi pembelajaran. Oleh sebab itu media konkret sangat cocok diterapkan untuk

menunjang pembelajaran di Taman Kanak-kanak.

Hamalik (1994) menyatakan “media konkret dalam konteks pendidikan adalah benda

yang dapat menjadi perantara menyampaikan pesan pembelajaran dari guru kepada anak yang

tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada

umumnya dan tujuan pembelajaran disekolah pada khususnya” (Risanti, 2013:17).

Sejalan dengan pendapat Hamalik, Briggs mengemukakan “media pembelajaran adalah

sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti: buku, film, video dan

sebagainya’. Briggs menyatakan media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan

isi/materi pembelajaran seperti: buku, film, video dan sebagainya (dalam Risanti, 2013:17).

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa media konkret adalah alat atau sarana

yang dipergunakan untuk menyampaikan pesan, khususnya dalam proses pembelajaran di

kelas yang berupa benda asli ataupun miniatur yang dapat diterima langsung oleh panca indra

dan dapat merangsang peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran sehingga dapat

tercapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.


2.1.2.3.2 Ciri-ciri Media Konkret

Setiap media memiliki karakteristik masing-masing sesuai dengan jenisnya sehingga

secara khusus setiap media juga memiliki kekurangan dan keunggulannya masing-masing.

Briggs melihat karakteristik media menurut stimulus atau rangsangan yang dapat

ditimbulkan dari media sendiri, yaitu kesesuaian rangsangan tersebut dengan karakteristik

anak, tugas pembelajaran, bahan, dan transmisinya (dalam Sadiman, dkk, 2005:23).

Sedangkan Schramm melihat media menurut karakteristik ekonomisnya, lingkup

sasarannya yang dapat diliput, dan kemudahan control pemakai (dalam Sadiman, dkk,

2005:23). Karakteristik media juga dapat dilihat menurut kemampuan membangkitkan

rangsangan indera penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan, maupun penciuman,

atau kesesuaiannya dengan tingkatan hierarki belajar seperti yang digarap oleh Gagne dan

lain sebagainya (dalam Sadiman, dkk, 2005:23).

Agar dapat memilih media yang tepat, karakteristik dari media tersebut dapat dijadikan

pedoman, Kemp menyatakan bahwa:

Karakteristik media merupakan dasar pemilihan media sesuai dengan situasi belajar
tertentu. Dia mengatakan “The questionof what media attributes are necessary for a
given learning situation become basic for media selection”. Jadi klasifikasi media,
karakteristik media dan pemilihan media merupakan kesatuan yang tak terpisahkan
dalam penentuan strategi pembelajaran (dalam Sadiman, dkk, 2005:23).

Sedangkan Arsyad memiliki pendapat lain tentang karakteristik media Arsyad


mengemukakan,ketiga karakteristik atau ciri media pembelajaran tersebut adalah

a)ciri fiksatif, adalah kemampuan media untuk merekam, menyimpan, melestarikan,


dan merekonstruksi suatu peristiwa atau obyek, b) ciri manipulatif, yaitu kemampuan
media untuk mentransformasi suatu obyek, kejadian atau proses dalam mengatasi
masalah ruang dan waktu. Sebagai contoh misalnya proses larva menjadi kepompong
dan kemudian menjadi kupu-kupu dapat disajikan dengan waktu yang lebih singkat
(atau dipercepat dengan tekhnik time-lapse recording). Atau sebalikanya, suatu
kejadian/peristiwa dapat tersebut, c) distributif yang Kolasekan kemampuan media
mentransformasikan obyek atau kejadian itu disajikan kepada sejumlah besar anak, di
berbagai tempat dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian
tersebut (dalam Risanti Nita, 2013:19).
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri atau karakteristik

media konkret yaitu dapat dirasakan langsung oleh panca indera, dapat diukur, banyak tersedia

di lingkungan sekitar.

2.1.2.3.3. Fungsi Media Konkret

Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting.

Karena dalam kegiatan pembelajaran ketidakjelasan atau kesulitan dari materi yang dijelaskan

dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara untuk menyampaikan materi.

Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan

bantuan media. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-

kata atau kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan bahan dapat dikonkretkan dengan kehadiran

media. Dengan demikian anak didik lebih mudah mencerna bahan daripada tanpa bantuan

media.

Namun perlu diingat, bahwa peranan media tidak akan terlihat bila penggunannya tidak

sejalan dengan isi dari tujuan pengajaran yang ingin dicapai. Karena itu tujuan pembelajaran

harus dijadikan sebagai acuan untuk menggunakan media.

Pada umumnya media pembelajaran berfungsi sesuai dengan tujuan pembelajaran Nana

Sudjana menyatakan bahwa,

fungsi media pengajaran menjadi enam kategori yaitu, 1) penggunaan media dalam
proses belajar mengajar sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar
yang efektif, 2) penggunaan media pengajaran merupakan bagian yang integral dari
keseluruhan situasi mengajar, 3) media pengajaran dalam pengajarannya,
penggunaannya integral dengan tujuan dari isi pelajaran, 4) penggunaan media dalam
pengajaran bukan semata-mata alat hiburan, 5) penggunaan media dalam pengajaran
lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu anak
dalam menangkap pengertian yang diberikan guru, 6) penggunaan media dalam
pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar (dalam Djamarah
dan Zain Aswan, 1996:152).
Sedangkan menurut Sanjaya Wina, “fungsi media pembelajaran yaitu, a) menangkap

suatu objek atau peristiwa-peristiwa tertentu, b) memanipulasi keadaan, peristiwa, atau objek

tertentu, c) menambah gairah dan motivasi belajar anak” (Sanjaya, 2006: 170).

Manfaat penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran khususnya pembelajaran di

Taman Kanak-kanak sangat penting karena pada usia prasekolah anak sudah mampu berpikir

dengan menggunakan simbol tetapi pemikiran mereka masih kaku dan hanya terpusat pada apa

yang mereka lihat saja. Pada masa ini anak juga memiliki kemampuan untuk berimajinasi atau

berfantasi tentang suatu hal.

Berdasarkan beberapa pendapat tentang fungsi media pembelajaran yang dikemukakan

diatas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media sangat membantu dalam kegiatan

pembelajaran dilihat dari fungsi dan manfaat dari media itu sendiri. Jadi, media konkret

memiliki fungsi yaitu, sebagai alat bantu untuk menyampaikan materi pembelajaran agar dapat

benar-benar dapat mencapai sasaran dan tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan yang dapat

mendekatkan anak dengan kondisi yang sebenarnya, media konkret dapat mempermudah guru

dalam mengajar karena media konkret lebih dapat menarik minat anak untuk belajar,

meminimalisir kemungkinan terjadi verbalisme dan kesalahan persepsi dalam kegiatan

pembelajaran.

2.1.2.3.4. Kelebihan Media Konkret

Media konkret adalah media pendidikan yang sangat tepat dipergunakan dalam

pendidikan anak usia dini. Media konkret memiliki banyak keunggulan, yaitu: a) dapat

membantu guru dalam menjelaskan sesuatu kepada peserta didik, b) dapat memberikan

kesempatan kepada anak untuk mempelajari situasi yang nyata, c) dapat melatih keterampilan

anak menggunakan alat indra” menurut Rusyan (dalam Risanti, 2013:20).


Jadi Rusyan menyatakan bahwa kelebihan dari media konkret adalah dapat mempermudah

guru menjelaskan, memberi kesempatan anak mempelajari sesuatu secara nyata, dapat melatih

penggunaan alat indra anak.

Media konkret sangat berperan untuk membantu proses pembelajaran yaitu agar memperjelas

materi pembelajaran yang disampaikan. Kelebihan penggunaan media konkret dalam pembelajaran

adalah

(a) Membangkitkan ide-ide atau gagasan-gagasan yang bersifat konseptual, sehingga


mengurangi kesalahpahaman anak dalam mempelajarinya, (b) Meningkatkan minat anak
untuk materi pelajaran, (c) Memberikan pengalaman-pengalaman nyata yang merangsang
aktivitas diri sendiri untuk belajar, (d) Dapat mengambangkan jalan pikiran yang
berkelanjutan, (e) Menyediakan pengalaman-pengalaman yang tidak mudah di dapat melalui
materi-materi yang lain dan menjadikan proses belajar mendalam dan beragam (Nasifah,
2013).

2.1.2.3.5. Kekurangan Media Konkret

Disamping memiliki banyak kelebihan setiap media juga memiliki kekurangan masing-

masing termasuk media konkret. Berikut ini beberapa kekurangan dari media konkret yang

dikemukakan oleh R. Ibrahim dan Nana Syahodih yaitu,

a)membawa anak ke berbagai tempat di luar sekolah, kadang-kadang mengandung


resiko dalam bentuk kecelakaan dan sejenisnya, b) biaya yang diperlukan untuk
mengadakan berbagai obyek nyata kadang-kadang tidak sedikit apalagi
kemungkinan kerusakan dalam menggunakannya, c) tidak selalu memberikan
gambaran dari obyek yang seharusnya (dalam Risanti, 2013:21).

R. Ibrahim dan Nana Syahodih mengatakan bahwa media konkret memiliki kekurangan

yaitu, media konkret dapat menimbulkan kecelakaan dan sejenisnya, kadang membutuhkan

biaya yang lebih, dan media konkret tidak selalu memberikan gambaran dari suatu obyek

dengan jelas.

2.1.3 Kegiatan Kolase

2.1.3.1 Pengertian Kolase


Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, kolase adalah komposisi artistik yang dibuat

dari berbagai bahan (kain, kertas, kayu) yang ditempelkan pada permukaan gambar

Depdiknas.2001,580 (dalam Pamadhi Hajar dan Sukardi, 2011).

Dari definisi tersebut dapat diuraikan pengertian kolase, yaitu merupakan karya seni

rupa dua dimensi yang menggunakan bahan yang bermacam-macam selama bahan dasar

tersebut dapat dipadukan dengan bahan dasar lain yang akhirnya dapat menyatu menjadi

karya yang utuh dan dapat mewakili ungkapan perasaan estetis orang yang membuatnya.

Sehingga dapat dikatakan bahwa apapun yang dapat dirangkum (dikolaborasikan) sehingga

menjadi karya seni rupa dua dimensi, dapat digolongkan/dijadikan bahan kolase.

Sedangkan menurut Sumanto, “kolase berasal dari bahasa perancis collage yang berarti

merekat. Kolase adalah kreasi aplikasi yang dibuat dengan menggabungkan tekhnik melukis

(lukisan tangan) dengan menempelkan bahan-bahan tertentu”.

Bahan yang digunakan untuk berkreasi kolase tidak hanya terbatas seperti halnya bahan
pembuatan mozaik dan montase namun bisa menggunakan aneka jenis bahan alam dan
buatan secara bebas baik dilihat dari bentuk, ukuran, maupun jenisnya. Bahan kolase
bisa berupa bahan alam, bahan buatan, bahan setengah jadi, bahan jadi, bahan
sisa/bekas dan sebagainya (Sumanto, 2005:93).
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kolase adalah karya seni dua

dimensi yang dibuat dengan menempelkan bahan-bahan untuk berkreasi pada pola yang dibuat

dengan goresan tangan terlebih dahulu.

2.1.3.2 Material Kolase dan Tahap Pelaksanaan pembuatan Kolase

Kolase adalah karya seni yang dibuat dengan cara memadukan goresan tangan dengan

menempelkan bahan-bahan tertentu. Maka dari itu dalam pembuatan kolase memerlukan

bahan-bahan khusus dan kadang lebih susah menyiapkannya. Tetapi bahan yang dipergunakan

dalam pembuatan kolase di TK menggunakan bahan-bahan yang sederhana dan ada di sekitar

lingkungan anak.
Kolase menuntut kreativitas dan ide yang lebih sulit dibanding dengan pembuatan
karya seni rupa yang lain, karena di dalam pembuatan kolase dituntut untuk memiliki,
mencari dan menemukan bahan yang khusus dan cocok untuk membuat karya kolase,
hal ini lebih sulit jika dibandingkan mencari bahan untuk karya seni rupa.Tetapi
material atau bahan yang digunakan dalam pembuatan kolase di Taman Kanak-kanak
tentu akan berbeda dengan material yang dipakai untuk membuat karya kolase seperti
pada umumnya. Tetapi pada prinsip kerjanya baik pada kolase pada umumnya maupun
untuk pembelajaran di jenjang pendidikan di Taman Kanak-kanak adalah sama. Yang
membedakan adalah bahan yang dipergunakan dalam pembuatan kolase di Taman
Kanak-kanak harus diusahakan agar tidak membahayakan anak dalam kegiatan tersebut
dan dipilih mulai dari bahan yang sederhana seperti media konkret yang berasal dari
bahan alam, misalnya daun kering, biji-bijian, kulit kelapa, pasir, kapas, kertas bekas,
manik-manik, lem, kertas lipat, kertas berwarna (Pamadhi & Sukardi, 2011).
Kreativitas kolase bagi anak TK adalah kemampuan berolah senirupa yang diwujudkan

dengan keterampilan menyusun dan merekatkan bagian-bagian bahan alam , bahan buatan

dan bahan bekas pada kertas gambar/bidang dasaran yang digunakan, sampai dihasilkan

tatanan yang unik dan menarik.

“Secara umum tahapan-tahapan dalam pembuatan karya seni terdiri dari empat tahap

yaitu tahap rasa, tahap karsa, tahap cipta dan tahap karya (Pamadi & Sukardi, 2011)

Sedangkan pendapat lain menyebutkan juga tentang beberapa langkah-langkah

pembuatan kolase adalah sebagai berikut.

a)persiapan, yaitu mengumpulkan dan memilih jenis bahan yang akan dibuat kolase.
Mempersiapkan bidang dasaran, peralatan dan bahan pembantu, b) pelaksanaan yang
meliputi langkah kerja: 1) melakukan penyusunan sementara, 2) dilanjutkan dengan
penyusunan tetap dengan cara merekatkan bagian-bagian bahan yang dipilih pada
bidang dasaran, 3) penyelesaiannya yaitu dengan memberikan warna/cat agar hasil
akhirnya lebih bagus (dalam Sumanto, 2005:94).

Jadi dapat disimpulkan bahwa tahap-tahap pembuatan kolase di Taman Kanak-kanak

terdiri dari tahap persiapan yaitu tahap dimana guru memilihkan dan menyediakan bahan

atau material serta alat yang dipergunakan untuk membuat kolase, tahap pelaksanaan yaitu

tahap yang dilakukan untuk mulai mengerjakan pembuatan kolase dengan membuat pola
gambar kemudian menyusun dan menempel bahan yang digunakan hingga menjadi gambar

sesuai dengan pola yang diinginkan.

2.1.4 Perkembangan Motorik Halus


2.1.4.1 Pengertian Perkembangan Motorik
Motorik adalah semua gerakan yang mungkin dapat dilakukan oleh seluruh tubuh

sedangkan perkembangan motorik dapat disebut sebagai perkembangan dari unsur

kematangan dan pengendalian gerak tubuh (Sujiono, dkk, 2008).

Motorik disefinisikan sebagai suatu peristiwa laten yang meliputi keseluruhan proses-

proses pengendalian dan pengaturan fungsi-fungsi organ tubuh, baik secara fisiologis maupun

secara psikis yang menyebabkan terjadinya suatu gerakan (Yulia, 2013:15).

Menyimak pendapat diatas sehingga muncul pengertian tentang kegiatan motorik bahwa

kegiatan motorik yaitu

kegiatan individu yang dinyatakan dalam gerakan-gerakan atau perbuatan jasmaniah,


misalnya: makan, minum, berjalan, berlari memukul dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan
motorik ini pada umumnya dapat dilihat dengan segera karena nampak (terbuka).
Kegiatan itu ada yang disadari dan ada yang tidak disadari. Yang disadari itu karena ada
perintah dari pusat susunan syaraf atau urat syaraf/otak, sedang yang tidak disadari tidak
ada perintah dari pusat susunan syaraf otak, sehingga kegiatan ini merupakan refleksi
(Suarni, 2009:69).
Kegiatan motorik dari individu sudah dimulai bahkan sebelum individu tersebut

dilahirkan ke dunia ini, jadi dapat dikatakan bahwa kegiatan motorik ada seiring seorang

individu diciptakan di dunia ini. Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang terdapat dalam

bukunya Aisyah dkk yang menyebutkan bahwa

aktivitas seorang anak sudah dimulai jauh sebelum dia dapat melihat cahaya setiap hari
dan tidak akan pernah berhenti. Sejak dalam kandungan dia berputar menendang, jungkir
balik dan menghisap jari. Ketika baru dilahirkan dia mengangkat kepalanya, melihat
sekelilingnya, menendangkan kakinya, dan menggoyang goyangkan tangannya. Semua
gerakan pertama anak sangat sederhana dan jenis suatu aktivitas secara keseluruhan
dengan sedikit kesadaran kontrol. Hal ini merupakan aktivitas motorik awal di bawah
kontrol subcortex, tetapi pada bulan keempat dalam kehidupannya mereka mulai
melakukan gerakan yang lebih disengaja yang diperintah oleh cortex (otak). Aktivitas
gerakan motorik didefinisikan sebagai perintah pada kemahiran pada keterampilan
motorik yang memperlihatkan kemajuan dalam kemampuan untuk menggerakkan secara
sengaja dan tepat (Aisyah, dkk, 2009).

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa motorik adalah pengendalian

seluruh fungsi organ tubuh sehingga menghasilkan suatu gerakan. Motorik dapat dibagi

menjadi dua komponen yaitu motorik kasar dan motorik halus.

2.1.4.2 Ciri-ciri Perkembangan Motorik

Perkembangan motorik pada masa usia dini khususnya pada jenjang usia taman kanak-

kanak tentunya memiliki ciri-ciri yang berbeda dari pada rentang usia selanjutnya. Ciri khas

perkembangan motorik anak Taman Kanak-kanak adalah sebagai berikut.

1) Memiliki kemampuan motorik yang yang bersifat kompleks, yaitu mampu

mengkombinasikan gerakan motorik dengan seimbang. Keterampilan koordinasi

motorik motorik kasar terbagi atas 3 kelompok, yaitu: (1) Keterampilan lokomotif

(berlari, melompat, menderap, meluncur, berguling, berhenti, berjalan serta berhenti

sejenak, menjatuhkan diri dan mengelak), (2) Keterampilan nonlokomotorik

(menggerakkan anggota tubuh dengan posisi tubuh diam di tempat, berayun, berbelok,

mengangkat, bergoyang, merentang, memeluk, melengkung, memutar, dan

mendorong), (3) Keterampilan memproyeksi, menangkap dan menerima (dapat dilihat

pada waktu anak menangkap bola, menendang bola, melambungkan bola, memukul,

dan menarik).

2) Anak memiliki motivasi intrinsik sehingga tidak mau berhenti melakukan aktivitas fisik

baik yang melibatkan gerakan motorik halus maupun motorik kasar Marthachristianti

(dalam Yulia, 2013:16).


2.1.4.3 Pengertian Motorik Halus

Motorik adalah seluruh kegiatan jasmani yang dilakukan oleh tubuh, motorik pada

hakekatnya terdiri dari motorik kasar dan motorik halus. Pembelajaran di TK yang dilakukan

di dalam kelas pada umumnya lebih banyak melibatkan motorik halus yaitu seperti jari jemari

dan pergelangan tangan. Sebuah pendapat menyatakan bahwa “motorik halus adalah gerakan

yang dilakukan dengan menggunakan otot-otot halus, seperti: mencontoh bentuk, Kolase

bebas, menggunting, melipat kertas, menjiplak, menjahit sederhana, melukis dengan jari, dan

sebagainya” (Suarni, 2009:79).

Sedangkan dalam Sujiono, dkk disebutkan bahwa motorik halus gerakan yang hanya

melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil seperti

keterampilan menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan” (Sujiono, dkk,

2008) .

Menurut Mudjito (dalam Yulia, 2013:17) karakter perkembangan motorik halus anak yang
paling utama adalah sebagai berikut.

a) pada saat anak usia 3 tahun, kemampuan gerak halus anak belum berbeda dari
kemampuan gerak halus anak bayi, b) pada usia 4 tahun, koordinasi motorik halus anak
secara substansial sudah mengalami kemajuan dan gerakannya sudah lebih cepat, bahkan
cenderung sempurna, c) pada usia 5 tahun, koordinasi motorik anak sudah lebih sempurna
lagi tangan, lengan, dan tubuh bergerak dibawah koordinasi mata, d) pada akhir masa
kanak-kanak usia 6 tahun ia belajar bagaimana menggunakan jemari dan dan pergelangan
tangannya untuk menggunakan ujung pensil.

Berdasarkan karakteristik dari perkembangan motorik halus yang disebutkan diatas


Mudjito juga mengemukakan tentang fungsi perkembangan motorik halus dan mencatat
beberapa alasan tentang fungsi perkembangan motorik halus yaitu,

a) pada saat anak usia 3 tahun, kemampuan gerak halus anak belum berbeda dari
kemampuan gerak halus anak bayi, b) pada usia 4 tahun, koordinasi motorik halus anak
secara substansial sudah mengalami kemajuan dan gerakannya sudah lebih cepat, bahkan
cenderung sempurna, c) pada usia 5 tahun, koordinasi motorik anak sudah lebih sempurna
lagi tangan, lengan, dan tubuh bergerak dibawah koordinasi mata, d) pada akhir masa
kanak-kanak usia 6 tahun ia belajar bagaimana menggunakan jemari dan dan pergelangan
tangannya untuk menggunakan ujung pensil.

Pada pendidikan praoperasional yaitu pendidikan pada Taman Kanak-kanak, motorik

halus terdiri dari beberapa aspek yaitu, 1) kegiatan menggambar sesuai gagasannya, 2) meniru

bentuk, 3) melakukan eksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan, 4) menggunakan alat

tulis dengan benar, 5) menggunting sesuai dengan pola, 6) menempel gambar dengan tepat, 7)

mengekspresikan diri melalui gerakan menggambar secara detail (Permendiknas No.58 Thn

2009).

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan motorik halus

adalah perkembangan pengendalian gerakan yang dilakukan hanya dengan melibatkan otot-

otot halus yaitu jari jemari tangan dan pergelangan tangan, yang di implementasikan ke dalam

kegiatan, seperti kolase dan menulis.

2.1.4.4 Faktor- faktor yang mempengaruhi Perkembangan Motorik Halus

Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik halus anak baik faktor

internal maupun faktor eksternal. Menurut Hurlock faktor-faktor yang mempengaruhi

perkembangan motorik sebagian kondisi yang mempengaruhi laju perkembangan motorik,

yakni

a) sifat dasar genetik, termasuk bentuk tubuh dan kecerdasan, b) semakin aktif janin
semakin cepat perkembangan motorik anak, c) kondisi pralahir yang menyenangkan
terutama gizi mendorong perkembangan motorik yang lebih cepat pada masa
pascalahir, d) kelahiran yang sukar apabila ada kerusakan otak akan memperlambat
perkembangan motorik, e) kesehatan dan gizi yang baik pada awal kehidupan akan
mempercepat perkembangan motorik, f) anak yang IQ tinggi perkembangannya lebih
cepat dibanding IQ normal atau di bawah normal, g) adanya rangsangan, dorongan dan
kesempatan untuk menggerakkan semua bagian tubuh akan mempercepat
perkembangan motorik, h) perlindungan yang berlebihan akan melumpuhkan kesiapan
berkembangnya kemampuan motorik, i) rangsangan dan dorongan dari orang tua,
kecendrungan anak yang lahir pertama lebih baik daripada anak yang lahir kedua, j)
kelahiran sebelum waktunya biasanya memperlambat perkembangan motorik, k) cacat
fisik akan memperlambat perkembangan motorik (dalam Yulia, 2013:17).

Dari pendapat diatas maka disimpulkan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

perkembangan motorik halus pada anak adalah faktor internal atau faktor dari dalam diri anak

seperti IQ, faktor pembawaan seperti genetik, dan faktor dari lingkungan luar diri anak seperti

perhatian dari orang dewas khususnya orang tua.

2.1.5 Penelitian yang Relevan

Penelitian menggunakan metode demonstrasi telah dilakukan dan memperoleh hasil

peningkatan keterampilan motorik kasar anak. Penelitian yang dilakukan oleh Ni Ketut Astini

berjudul “Penerapan Metode Demonstrasi Melalui Kegiatan Seni Tari Berbantuan Media

Audio Cassette Tape Untuk Meningkatkan Keterampilan Motorik Kasar Anak Kelompok B

Semeseter II Di TK Titi Dharma Denpasar Kecamatan Denpasar Utara Tahun Pelajaran

2012/2013”. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh peningkatan keterampilan motorik kasar

anak dari siklus I sebesar 62,05% pada kategori rendah dan meningkat pada Siklus II menjadi

90,25% berada pada kategori sangat tinggi.

Sedangkan penelitian menggunakan media konkret telah dilakukan dan memperoleh

hasil peningkatan perkembangan sosial emosional anak. Penelitian yang dilakukan oleh Ni

Made Nita Risanti berjudul “Penerapan Metode Pemberian Tugas Berbantuan Median Konkret

Melalui Kegiatan Finger Painting Untuk Meningkatkan Perkembangan Sosial Emosional Anak

TK Ganesha Denpasar Selatan Pada Kelompok A Semeseter Tahun Pelajaran 2012/2013”.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh peningkatan perkembangan sosial emosional anak dari

siklus I sebesar 55,5% pada kategori rendah dan meningkat padasiklus II menjadi 81,9 %

berada padakategori tinggi.


Berdasarkan hasil peningkatan perkembangan motorik kasar anak dengan penerapan

metode demonstrasi dalam penelitian yang dilakukan oleh Ni Ketut Astini, dapat dilihat bahwa

penerapan metode demonstrasi dapat secara efektif meningkatkan perkembangan anak

terutama perkembangan motorik kasar anak. Hal tersebut dibuktikan dengan peningkatan

perkembangan motorik kasar anak yang terjadi sebesar 28,20%. Penggunaan suatu metode

pembelajaran akan berjalan dengan efektif jika dibantu dengan media yang sesuai. Dalam

penelitian yang dilakukan oleh Ni Made Nita Risanti tentang penggunaan media konkret untuk

membantu penerapan metode pembelajaran, dapat dilihat bahwa penggunaan media konkret

dapat membantu pelaksanaan metode pemberian tugas dengan efektif pula, yang dibuktikan

dengan persentase peningkatan perkembangan sosial emosional anak adalah sebesar 26,40%.

2.1.6 Kerangka Berfikir

Berdasarkan teori-teori yang dijelaskan diatas, dapat dilihat bahwa suatu pembelajaran

di kelas dapat berjalan secara optimal apabila dalam proses pembelajaran didukung oleh

penggunaan metode pembelajaran yang tepat, penggunaan media yang sesuai dengan

karakteristik anak didik yang dilaksanakan atau direalisasikan ke dalam kegiatan pembelajaran

yang sesuai untuk mengembangkan aspek perkembangan anak.

Penerapan metode demonstrasi mempunyai makna penting bagi pertumbuhan dan

perkembangan aspek perkembangan anak, dan dilihat dari karakteristik anak usia dini metode

demonstrasi adalah salah satu metode pembelajaran yang tepat diterapkan untuk membantu

mengembangkan aspek perkembangan anak. Penggunaan media konkret dalam pembelajaran

anak usia dini dapat menunjang metode yang diterapkan karena media konkret atau media yang

nyata dapat membantu agar anak lebih mudah memahami materi pembelajaran. Dalam

membuat persiapan mengajar guru akan lebih mudah untuk mempersiapkan media konkret

yang diperlukan karena media tersebut dapat diperoleh dari bahan-bahan yang bersumber dari
alam seperti daun kering, biji-bijian, dan pasir. Pemilihan kegiatan pembelajaran, dilaksanakan

dengan kegiatan kolase yang bertujuan agar dapat lebih menarik minat anak dengan kegiatan

pembelajaran yang lebih bervariasi sehingga dapat meningkatkan kemampuan motorik halus

anak.

Hubungan penerapan metode demonstrasi berbantuan media konkret melalui kegiatan

kolase sangat erat kaitannya dengan perkembangan motorik halus anak. Anak akan mampu

mengikuti pembelajaran dengan lebih mudah karena metode demonstrasi dilaksanakan dengan

cara, guru memberikan penjelasan secara lisan dan visual dengan bantuan media yang sesuai

disertai dengan contoh-contoh yang relevan. Media konkret seperti daun kering, kapas, kertas

bekas, biji-bijian, pasir yang dipergunakan dalam kegiatan kolase dapat menunjang

pelaksanaan metode demonstrasi. Dalam kegiatan kolase guru menjelaskan dan memberi

contoh langsung menggunakan media konkret seperti daun kering, pasir dan serbuk kayu

sehingga akan dapat mempermudah pemahaman anak tentang materi yang diberikan dan dapat

menarik minat anak untuk mengikuti pembelajaran sesuai dengan karakteristik anak usia dini.

Atas dasar berpikir tersebut maka diharapkan jika penerapan metode demonstrasi

berbantuan media konkret melalui kegiatan kolase dapat dilaksanakan dengan baik sehingga

dapat meningkatkan perkembangan motorik halus anak dan mencapai tujuan pembelajaran

yang di harapkan serta membantu memperbaiki kualitas pembelajaran Kelompok B di TK Giri

Widya Santhi.
2.1.7 Hipotesis

Berdasarkan teori dan kerangka berfikir diatas maka berikut ini dapat diajukan hipotesis

yang dirumuskan sebagai berikut. Jika penerapan metode demonstrasi berbantuan media

konkret melalui kegiatan kolase berjalan secara efektif, maka perkembangan motorik halus

pada anak kelompok B di TK Giri Widya Santhi cenderung meningkat.

Anda mungkin juga menyukai