Anda di halaman 1dari 9

PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP


PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS DAN SOSIAL
PERSONAL ANAK USIA PRASEKOLAH

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah : Metode Penelitian

DOSEN PEMBIMBING :
WAHYU ANJAR SARI,SST.MKes

Disusun Oleh :
Sri Wahyuni,A.Md.Keb

PRODI SI KEBIDANAN
STIKES HUSADA JOMBANG

TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pola asuh merupakan cara yang dilakukan orang tua dalam


mendorong anak mencapai tujuan yang diinginkan. Penerapan pola asuh
yang tepat diharapkan dapat membentuk seorang anak dengan pribadi
yang baik, penuh semangat dalam belajar dan juga prestasi belajar anak
terus meningkat seiring pertumbuhan dan perkembangan yang dialami
anak (Lestari, 2009). Pola asuh orang tua sangat berpengaruh terhadap
perkembangan motorik kasar dan halus, perkembangan bahasa dan
kemampuan sosial anak (Budiarnawan dkk., 2014).

Orang tua adalah guru utama untuk anak – anaknya, maka dari itu
orang tua merupakan sentral yang dijadikan sorotan dalam perkembangan
anak, baik perkembangan fisik dan psikis dan itu harus di perhatikan oleh
setiap orang tua sebagai upaya untuk membangun manusia seutuhnya,
antara lain dapat diselenggarakan melalui bagaiman usaha meningkatkan
kesehatan anak sedini mungki, yakni mempertahankan kelangsungan
hidupnya sekaligus meningkatkan kualitas hidup anak agar dapat tumbuh
kembang secara optimal baik secara fisik emosional, mental dan sosial
serta memiliki intelegensi majemuk sesuai dengan potensi genetiknya
(Kemenkes, 2016).

Anak-anak merupakan generasi penerus pembangunan negara dan


investasi Indonesia menuju negara maju yang dapat diperhitungkan di
tingkat global. Salah satu penentu negara ini memiliki investasi sumber
daya manusia yang berkualitas adalah pertumbuhan dan perkembangan
anak-anak Indonesia. Ada 4 prinsip dasar hak anak yang terkandung di
dalam Konvensi Hak-hak Anak yang disetujui oleh Majelis Umum
Perserikatan Bangsa-bangsa pada tanggal 20 Nopember 1989 dan telah
diratifikasi Indonesia pada tahun 1990, yaitu: Non-diskriminasi,
Kepentingan yang terbaik bagi anak, Hak untuk hidup, kelangsungan
hidup, dan tumbuh kembang anak, serta Penghargaan terhadap pendapat
anak. Menurut prinsip dasar hak anak yang ke-3, anak mempunyai hak
untuk tumbuh dan berkembang. Tumbuh berarti bertambahnya ukuran
tubuh dan jumlah sel serta jaringan di antara sel-sel. Berkembang adalah
bertambahnya struktur, fungsi dan kemampuan anak yang lebih
kompleks meliputi kemampuan sensorik, motorik, Berkomunikasi dan
berinteraksi, kognitif, bersosialisasi, kemandirian, dan lain-lain
(Kementrian Kesehatan Republik Iindonesia, 2012).

Anak adalah bagian yang tidak terpisahkan dan merupakan buah


cinta dari orang tuanya. Dalam perkembangan anak terdapat masa kritis
yaitu periode usia anak di bawah lima tahun. Pada lima tahun pertama
kehidupan, proses tumbuh kembang anak berjalan sangat pesat dan
optimal dimana anak sangat memerlukan rangsangan atau stimulus yang
berguna untuk perkembangannya. Perkembangan anak sangat
dipengaruhi oleh lingkungan dan interaksi antara anak dengan orang
tuanya. Perkembangan anak akan optimal apabila interaksi sosial sesuai
dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangannya.
Sementara itu, lingkungan yang tidak mendukung akan menghambat
perkembangan anak (Adriana, 2013).

Struktur populasi kelompok usia anak di Indonesia pada tahun


2013 mencakup 37,66% dari seluruh kelompok usia atau ada 89,5 juta
penduduk termasuk dalam kelompok usia anak. Berdasarkan kelompok
usia, jumlah anak kelompok usia 0-4 tahun sebanyak 22,7 juta jiwa
(9,54%), kelompok usia 5-9 tahun sebanyak 23,3 juta jiwa (9,79%),
kelompok usia 10-14 tahun sebanyak 22,7 juta jiwa (9,55%), dan
kelompok usia 15-19 tahun berjumlah 20,9 juta (8,79%) (Kemenkes RI,
2014). Diperkirakan lebih dari 200 juta anak di negara berkembang gagal
mencapai potensi perkembangan optimalnya karena masalah kemiskinan,
malnutrisi, dan lingkungan yang tidak mendukung, sehingga
mempengaruhi perkembangan kognitif, motorik, emosi, dan sosial anak
(Kesehatan masyarakat, 2014).

Salah satu fase tumbuh kembang pada anak memiliki ciri dan tugas
perkembangan seperti ketrampilan motorik kasar, motorik halus,
kemampuan bahasa dan sosial. Kemampuan tersebut tergambarkan dari
tingkah laku anak seperti keinginan untuk bermain, rasa ingin
berpetualang menjelajah dunia luar, dan berimajinasi menciptakan suatu
tingkah laku (Sumiati dkk., 2016).

Pada usia prasekolah (3-5 tahun), orang tua harus mengetahui


tingkah laku yang sangat beragam seperti, agresif, banyak kemauan dan
lain-lain. Apabila orang tua salah menyikapinya, maka akan berdampak
tidak baik dalam perkembangan selanjutnya. Pada usia tersebut, anak
juga cenderung meniru siapa pun dan apa pun yang dilakukan orang
tuanya, ini yang disebut dengan proses identifikasi. Pada proses ini
karakter anak terbentuk lebih banyak dari petunjuk orang tua (Rusilanti
dkk., 2015), sedangkan menurut Ariyana (2009), pada usia 4-5 tahun
perkembangan yang paling menonjol adalah keterampilan motorik.
Perkembangan motorik sangat berkaitan erat dengan kegiatan fisik.

Penelitian mutakhir mengungkapkan bahwa sampai dengan usia


lima tahun sangat penting bagi perkembangan otak. Berbagai
pengalaman masa kecil menjadi dasar untuk perkembangan
pengorganisasian dan fungsi otak sepanjang hidupnya. Hal tersebut akan
memberikan pengaruh terhadap bagaimana cara anak mengembangkan
kemampuan belajar, kemampuan sosial ataupun emosinya. Anak-anak
memiliki kemampuan belajar lebih cepat dibandingkan dengan
kemampuan pada usia lainnya. Anak memerlukan kasih sayang dan
pengasuhan untuk menumbuhkan rasa aman dan percaya yang nantinya
berkembang menjadi rasa percaya pada saat mereka tumbuh. Anak-anak
akan tumbuh, belajar dan berkembang dengan cepat jika mereka
menerima kasih sayang, cinta, perhatian, dorongan dan stimulasi mental.
Memahami tahapan perkembangan anak, akan membantu orang tua
mengerti tentang apa yang diharapkan dan bagaimana orang tua dapat
membantu anak untuk tumbuh dan berkembang. Kedua orang tua, begitu
juga anggota keluarga perlu dilibatkan dalam perawatan dan pengasuhan
pertumbuhan dan perkembangan anak. Sebuah hubungan erat antara
pengasuh dengan anak, merupakan cara terbaik untuk perkembangan
anak (UNICEF, 2010)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ariyana (2009) menyatakan


bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu tentang
perkembangan anak dengan perkembangan motorik kasar anak usia 4-5
tahun dan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu tentang
perkembangan anak dengan perkembangan motorik halus anak usia 4-5
tahun. Kemudian hasil penelitian yang dilakukan oleh Werdiningsih
(2012) menyatakan bahwa ada hubungan peran ibu dalam pemenuhan
kebutuhan dasar anak terhadap perkembangan motorik halus, motorik
kasar dan personal sosial anak prasekolah usia 3-6 tahun di TK Baptis
Setia Bakti Kediri.

Pada saat ini berbagai metode deteksi dini untuk mengetahui


gangguan perkembangan anak telah dibuat. Demikian pula dengan
skrining untuk mengetahui penyakit-penyakit yang potensial yang dapat
mengakibatkan gangguan perkembangan anak. Deteksi dini
perkembangan anak sangat berguna agar diagnosis maupun
pemulihannya dapat dilakukan lebih awal, sehingga tumbuh kembang
anak dapat berlangsung seoptimal mungkin. Skrinning perkembangan
merupakan prosedur rutin dalam pemeriksaan tumbuh kembang anak
sehari- hari yang dapat memberikan petunjuk ada tidaknya sesuatu yang
perlu mendapat perhatian. Anak dapat dikatakan mengalami
keterlambatan perkembangan secara menyeluruh ketika anak mengalami
keterlambatan pada lebih dari domain perkembangan (Soetjiningsih,
2012).

Dari studi pendahuluan yang dilakukan pada 16 September 2015 di


TK Pertiwi 1 Desa Purbowangi Kecamatan Buayan Kabupaten Kebumen
terdapat anak usia 4-6 tahun berjumlah 76 anak. Dari hasil wawancara
dengan guru dan observasi, masih ada 20 anak yang perkembangan
motorik halusnya seperti anak belum bisa memegang pensil dengan baik,
belum dapat menulis beberapa huruf dan belum bisa menulis sendiri.
Kemudian dari perkembangan sosialisasi dan kemandirian, ada 10 anak
yang belum mampu bersosialisasi dengan baik seperti tidak mau
bergabung dan bermain bersama teman-temanya, serta masih ada 10 anak
yang belum mampu mandiri seperti masih di tunggu oleh orang tuanya di
TK dan tidak mau di tinggal oleh orang tuanya. Menurut Yusuf (2014)
perkembangan motorik halus anak usia 4-6 tahun seharusnya anak sudah
bisa menggunakan pensil, menggambar, memotong dengan gunting, dan
sudah bisa menulis huruf cetak. Berdasarkan wawancara kepada 14 orang
tua anak didapatkan hasil sebanyak 8 orang tua anak menerapkan pola
asuh demokratis mengarahkan anak untuk berbuat baik, menegur anak
apabila anak melakukan kesalahan dan tidak menghukum anak, 6 orang
tua anak menerapkan pola asuh otoriter ibu sering marah dan
menghukum anak apabila anak melakukan kesalahan seperti menjewer,
mencubit dan tidak mengizinkan anak keluar rumah apabila bersalah,
anak di haruskan untuk tidur siang, dan menuntut anak untuk berprestasi.
Berdasarkan fenomena tersebut sehingga peneliti tertarik untuk meneliti
tentang pengaruh pola asuh orang tua terhadap motorik halus dan sosial
personalanak usia prasekolah di TK Roudhotul Athfal Pule Kecamatan
Jatikalen Kabupaten Nganjuk.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis merumuskan masalah
dalam penelitian ini adalah “ Adakah Pengaruh Pola Asuh Orangtua
terhadap motorik halus dan sosial anak usia prasekolah di TK Roudhotul
Athfal Pule Jatikalen Kabupaten Nganjuk”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh pola asuh orangtua motorik halus dan
sosial anak usia prasekolah di…

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pola asuh orangtua pada anak usia
prasekolah di…
b. Mengetahui motorik halus dan sosial anak usia
prasekolah di…
c. ….
d. Menganalisis pengaruh pola asuh orangtua dan social
personal anak usia prasekolah di…

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat :

1. Secara teoritis
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan
dapat memberi masukan dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan penerapannya khususnya di bidang
keperawatan bagi akademik maupun bagi instansi pendidikan
di TK.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Orang tua
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan
informasi pentingnya penerapan pola asuh yang sesuai
untuk perkembangan anaknya.
b. Bagi Guru
Dapat dijadikan bahan informasi tentang pola asuh
orang tua dan perkembangan anak, sehingga diharapkan
mereka dapat bekerjasama dan memberikan bimbingan
kepada anak didiknya.
c. Bagi Kebidanan
Penelitian ini dapat di jadikan sebagai bahan referensi
sumber bacaan dan sebagai tambahan pengembangan
ilmu mengenai pola asuh orang tua dan perkembangan
anak.
d. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan
pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti dalam
melakukan penelitian.

E. KEASLIAN PENELITIAN
Keaslian penelitian ini berdasarkan pada beberapa penelitian
terdahulu yang mempunyai karekteristik yang relatif sama tetapi
berbeda dalam hal kriteria subjek, jumlah, variabel penelitian atau
metode analisis yang digunakan. Penelitian yang akan dilakukan
mengenai Pengaruh pola asuh terhadap motoric halus dan personal
social anak prasekolah di….. Penelitian terkait …..(nama belakang
pengarangi, tahun) penelitian ini menyimpulkan …….. Kesamaan
peneliti ini dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah sama-
sama menggunakan ….. sebagai variabel terikatnya dan subjek
yang diteliti …….. Sedangkan perbedaanya terdapat pada variabel
bebasnya, dalam penelitian ini menggunakan …… sebagai variabel
bebas, sedangkan ….. mmenggunakan ……. sebagai variabel
bebasnya. Berdasarkan uraian di atas, maka walau telah ada
penelitian sebelumnya baik berkaitan dengan pola asuh sebagai
variable bebas, namun tetap berbeda dengan penelitian yang
peneliti lakukan. Dengan demikian, maka topik penelitian yang
peneliti lakukan ini benar-benar asli.

Anda mungkin juga menyukai