Anda di halaman 1dari 4

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK BALITA

DI POSYANDU

Disusun oleh :
Nama : nurfani damogalad
Nim : 01505011086
Program studi S1 keperawatan

STIKES GRAHA MEDIKA KOTAMOBAGU


S1 KEPERAWATAN
T.A 2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap anak berhak mendapatkan kehidupan yang layak karena masa depan dunia
tergantung kepada mereka. 10 Juta bayi dilahirkan ke dunia ini setiap tahunnya dan mereka akan
berkembang menjadi dewasa nantinya. Banyak dari mereka yang tidak mendapatkan hak dalam
hal kasih sayang, gizi, perlindungan dan keamanan, serta kebutuhan untuk tumbuh dan
berkembang. Berkisar10 juta anak meninggal sebelum usia 10 tahun dan lebih dari 200 juta anak
tidak berkembang sesuai potensi
mereka karena adanya kesalahan dalam pengasuhan yang merupakan kebutuhan dasar anak
untuk tumbuh dan berkembang secara optimal (UNICEF, 2010 dalam Hasinuddin & Fitriah,
2011).

Kualitas hubungan seorang anak dengan orang tuanya sangatlah penting dan berpengaruh
terhadap perkembangan anak, termasuk bagaimana kesehatan mentalnya, gaya hidup terkait
kesehatannya, konsumsi rokok dan alkohol, kelahiran, cedera, kesehatan fisik, keterampilan
sosial, dan pencapaian pendidikannya (Simkiss dkk, 2013). Tahun pertama usia seorang anak
merupakan waktu yang sangat penting dan sangat berpengaruh terhadap perkembangannya.
Pada saat inilah penting untuk merencanakan terkait dengan perkembangan seorang anak
(Groenendyk & Brenda 2007).

Pola asuh merupakan interaksi anak dan orang tua yang mendidik, membimbing, dan
mendisplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma
yang ada dalam masyarakat (Edwards, 2006). Interaksi anak dengan orang dewasa dan
sesamanya di lingkungan keluarga dapat menstimulasi perkembangan anak tersebut. Contohnya,
interaksi anak dengan ibu yang merupakan interaksi yang paling efektif untuk menjalin
kedekatan dengan anak, serta
berpengaruh kepada perkembangan anak. Interaksi ini dapat mempengaruhi perkembangan
persepsi, membimbing serta dapat mengendalikan perilaku anak-anak tersebut. Selain itu, juga
membantu
mendapatkan pengetahuan dan keterampilan diri mereka di lingkungannya (Andrade dkk, 2005).

Pengasuhan keluarga selama lima tahun pertama kehidupan sangat berpengaruh terhadap
4 domain perkembangan yaitu motorik, kognitif, bahasa, dan sosial-emosional anak. Berbagai
aspek inilah yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan perilaku anak di masa
mendatang (Lamb dkk dalam Kariger dkk, 2012). Anak dapat dikatakan mengalami
keterlambatan perkembangan secara menyeluruh ketika anak mengalami keterlambatan pada
lebih dari dua domain perkembangan (Ngurah dkk 2008).
Kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak sangat bergantung pada kasih sayang
dan perhatian yang diberikan terhadap diri anak. Hal-hal yang dilakukan oleh lingkungan sekitar
anak(keluarga dan masyarakat), akan menentukan kualitas pribadinya dan mewarnai
kehidupannya di masa mendatang. Peran aktif orang tua adalah usaha langsung terhadap anak,
dan peran lain yang penting adalah dalam menciptakan lingkungan (Dewi & Pujiastuti, 2012).

Rahayu (2013) dengan penelitian yang dilakukan di desa Pandak, kecamatan Baturraden,
kabupaten Banyumas menyatakan bahwa dalam banyak penelitian menunjukkan kecerdasan
anak usia nol sampai empat tahun terbangun 50% dari total kecerdasan yang akan dicapai pada
usia 18 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa usia empat tahun pertama adalah masa-masa paling
menentukan dalam membangun kecerdasan anak dibanding masa-masa sesudahnya. Apabila
tidak mendapat rangsangan
yang maksimal pada usia tersebut, maka potensi tumbuh kembang anak tidak akan
teraktualisasikan secara optimal atau mengalami gangguan perkembangan emosi, sosial, mental,
intelektual dan moral.

Masa balita merupakan masa terpenting dalam tumbuh kembang anak karena pada masa
ini adalah masa pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan
anak selanjutnya. Selain itu masa balita merupakan masa kritis, dimana diperlukan stimulasi
yang berguna agar dapat berkembang sehingga perlu mendapat perhatian dari lingkungan
terutama keluarga sehingga apabila keluarga atau lingkungan tidak mendukung justru akan
menghambat perkembangan anak (Apriany, 2006).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fatimah (2011) menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara pola asuh orang tua dengan perkembangan anak di R.A Darussalam Desa
Sumber Mulyo Jogoroto, Jombang dengan nilai signifikansi sebesar 0,002 atau P < 0,05 dan
penelitian yag dilakukan oleh Dewi dan Pujiastuti (2012) juga menunjukkan adanya hubungan
antara pola asuh orang tau terhadap pekembangan perkembangan anak usia prasekolah di TK
Kartika X-9 Cimahi dengan nilai signifikansi sebesar 0,013 atau P < 0,05.

Penelitian yang akan peneliti lakukan berbeda dengan penelitian sebelumnya, variabel
peneliti yaitu pola asuh orang tua yang meliputi pola asuh positif dan negatif serta
perkembangan anak balita. Penelitian ini akan dilaksanakan di Posyandu Kota Tangerang
Selatan. Survey yang peneliti lakukan pada Posyandu di wilayah kerja Ciputat Timur kota
Tangerang Selatan menunjukkan bahwa pada posyandu Sakura terdapat beberapa penyimpangan
perkembangan pada anak balita. Survey ini dilakukan terhadap dua orang anak balita dengan
menggunakan instrument Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP). Hasil survey ini adalah
dari dua balita menunjukkan adanya penyimpangan perkembangan di dua poin perkembangan
yaitu motorik halus dan motorik kasar. Oleh karena itu, maka peneliti ingin mengetahui lebih
dalam tentang perkembangan anak balita disana dan menghubungkan kepada salah satu faktor
yang mempengaruhinya yaitu pola asuh orang tua.

Anda mungkin juga menyukai