Anda di halaman 1dari 6

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Pertumbuhan merupakan suatu perubahan dalam ukuran tubuh dan

merupakan sesuatu yang dapat diukur seperti tinggi badan, berat badan,

lingkar kepala yang dapat dibaca pada buku pertumbuhan. Sedangkan

perkembangan lebih ditujukan pada kematangan fungsi alat-alat tubuh.

Seperti, kaki untuk melompat (gerakan kasar), jari-jari tangan untuk

menulis, mengancingkan baju (gerakan halus), pemahaman (bagaimana

anak belajar dari lingkungannya untuk mengerti anggota tubuh, warna),

bicara (anak mampu mengungkapkan sesuatu yang dimaksud) dan

sosialisasi (Kemendikud, 2011).

Stimulasi perkembangan dan kelainan pertumbuhan perkembangan

anak semakin marak dibicarakan menyusul semakin banyak kasus yang

ditemukan pada semua golongan. Sayangnya, kasus-kasus yang ditemukan

sudah terlambat bahkan amat terlambat. Hal ini berdampak negatif bagi

masa depan anak, beban bagi orang tua dan juga hilangnya pontensi tenaga

kerja dimasa depan (Depkes RI, 2010).

Pemantauan pertumbuhan, perkembangan, dan gangguan tumbuh

kembang anak merupakan acuan bagi tenaga kesehatan yang bekerja pada

fasilitas pelayanan kesehatan dasar/primer, kelompok profesi, tenaga

pendidik, petugas lapangan keluarga berencana, petugas sosial yang terkait

dengan pembinaan tumbuh kembang anak, organisasi profesi dan pemangku

kepentingan terkait pertumbuhan, perkembangan, dan gangguan tumbuh

1
2

kembang anak. Pemantauan pertumbuhan, perkembangan, dan gangguan

tumbuh kembang anak merupakan bagian dari kegiatan pelayanan kesehatan

yang dilakukan terhadap Bayi, Anak Balita, dan Anak Prasekolah (Kemkes

RI, 2014).

Pertumbuhan dan pematangan dari individu yang diperoleh dari

interaksi individu dengan lingkungan, orang lain dan diri individu sendiri.

Pembelajaran dari pengalaman hidup individu, dari pendidikan yang

diberikan oleh orang tua, keluarga, guru, masyarakat dan lingkungan yang

memberikan bekal individu untuk berkembang. Denver developmental

screening test mengemukakan empat parameter perkembangan yang dipakai

dalam menilai perkembangan anak yaitu kepribadian/tingkah laku sosial

(personal social), gerakan motor halus (fine motor adaptive), bahasa

(language), perkembangan motorik kasar (gross motor) (UNICEF, 2017).

Dunia Internasional mendefinisikan Pendidikan Anak Usia Dini

(PAUD) sebagai pendidikan anak usia 0-8 tahun sedangkan di Indonesia

kategori PAUD berlaku anak usia 0-6 tahun saja. Menurut Lembaga

Pendidikan Usia Dini tahun 2010, bahwa di Indonesia angka partisipasi

PAUD masih sangat rendah, hanya 20% dari 20 juta anak usia 0-8 tahun

yang dapat mangikuti PAUD. Depdiknas menyatakan bahwa jumlah jumlah

anak usia dini di Indonesia hingga akhir tahun 2012 tercatat sebanyak

28.364.300 anak, sedangkan yang mengikuti jalur formal dan non formal

sebanyak 13.228.812 anak. Menurut data Depdiknas total anak usia 0-6

tahun di provinsi Jawa Tengah sejumlah 3.104.630 anak dari jumlah


3

tersebut sekitar 2.123.737 juta anak yang terlayani dan 980.893 anak yang

belum terlayani (Depkes RI, 2010).

Fenomena yang ada di Wilayah Kerja UPTD Kesehatan Puskesmas

Benai Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi terdapat banyak anak-

anak usia prasekolah usia 5-6 tahun. 520 anak dari 555 anak usia prasekolah

telah mengikuti pendidikan usia dini (PAUD) dan ada 35 anak yang tidak

mengikuti.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rahmawati dengan judul

“Hubungan Pendidikan Anak Usia Dini dengan Perkembangan Anak Usia

4-5 Tahun di Desa Tawanreja, Bareng, Klaten. J Involusi” menunjukkan

bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dapat mempengaruhi

perkembangan anak usia 4-5 tahun pada aspek motorik halus, motorik kasar,

perkembangan bahasa, sosialisasi dan kemandirian (Rahmawati, 2015).

Hal ini didukung juga oleh Purnamasari dalam penelitiannya yang

berjudul “Perbedaan Perkembangan Anak yang Mengikuti PAUD dan yang

Tidak Mengikuti PAUD di TK ABA Sukonatan, Klaten”yang menyatakan

jumlah anak usia 56-62 bulan atau 4-5 tahun yang mengikuti Pendidikan

Anak Usia Dini memiliki perkembangan sesuai lebih banyak dibandingkan

anak yang tidak mengikuti PAUD (Purnamasari, 2012).

Penelitian Rizal dengan judul “Perbedaan Tingkat Perkembangan

Anak Usia Preschool yang Sekolah TK dan Anak yang Tidak Sekolah

TKdi Desa Banjarsari, Kecamatan Bantarbolang” menjelaskan ada

perbedaan yang bermakna antara anak usia 3-5 tahun yang mengikuti

Taman Kanak-kanak dan yang tidak mengikuti yaitu dari 70% dari 20 anak
4

yang mengikuti PAUD memiliki perkembangan yang sesuaidan hanya

33.3% anak yang tidak mengikuti PAUD yang memiliki perkembangan

sesuai, karena PAUD meruapakan bentuk dari stimulasi perkembangan anak

(Rizal, 2014).

Hasil studi pendahuluan di Wilayah Kerja UPTD Kesehatan

Puskesmas Benai pada tanggal 16 Juli 2019 terdapat 11 TK di Kecamatan

Benai yang berusia 5-6 tahun 520 anak. Sedangkan anak yang tidak

mengikuti PAUD yang berusia 5-6 tahun di Kecamatan Benai ada 35 anak.

Data diambil dari hasil wawancara kepada orangtua yang memiliki anak

usia 5-6 tahun.

Fenomena tersebut melatarbelakangi peneliti untuk melakukan

penelitian dengan judul “Perbedaan Pertumbuhan Anak usia 5-6 tahun

(Apras) yang sekolah dengan yang tidak sekolah di Wilayah UPTD

Kesehatan Puskesmas Benai”.

1.2. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah

“Bagaimanakah Perbedaan Pertumbuhan Anak Usia 5-6 Tahun (Apras)

yang sekolah dengan yang tidak sekolah di Wilayah UPTD Kesehatan

Puskesmas Benai?”.
5

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Menganalisis perbedaan pertumbuhan anak Usia 5-6 Tahun (Apras)

yang sekolah dengan yang tidak sekolah di Wilayah Kerja UPTD Kesehatan

Puskesmas Benai.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Menganalisis pertumbuhan anak usia 5-6 yang sekolah di wilayah UPTD

Kesehatan Puskesmas Benai.

2. Menganalisis pertumbuhan anak usia 5-6 yang tidak sekolah di wilayah

UPTD Kesehatan Puskesmas Benai.

3. Menganalisis perbedaan pertumbuhan anak usia 5-6 tahun yang sekolah

dan yang tidak sekolah di wilayah UPTD Kesehatan Puskesmas Benai

1.4. Manfaat penelitian

1.4.1. Bagi Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian akan menghasilkan bagaimana perbedaan pertumbuhan

anak usia 5-6 Tahun yang mengikuti pendidikan anak usia dini dan yang

tidak, sehingga pelayanan kesehatan dapat ikut memberikan pendidikan

kesehatan bahwa mengikuti pendidikan usia dini dapat memberikan

stimulus yang sesuai bagi anak.

1.4.2. Bagi Masyarakat

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada

masyarakat yaitu masyarakat menjadi tahu perbedaan pertumbuhan antara

anak yang mengikuti pendidikan usia dini dan yang tidak mengikuti
6

sehingga masyarakat dapat mengambil keputusan dengan lebih bijak untuk

memberikan pendidikan usia dini kepada anak prasekolah.

1.4.3. Bagi Peneliti

Penelitian ini memberikan manfaat bagi peneliti diantaranya peneliti dapat

belajar mengenai perbedaan pertumbuhan anak usia 5-6 tahun yang

mengikuti dan tidak mengikuti pendidikan usia dini dan stimulasi

perkembangan yang diberilkan oleh Pendidikan Usia Dini (PAUD).

1.4.4. Bagi STIKES Al Insyirah

Hasil penelitian dapat mengembangkan materi pengajaran, kegiatan

peneltian dapat mendukung kegiatan pengabdian masyarakat bagi

perguruan tinggi itu sendiri serta penelitian dapat meningkatkan reputasi

kampus.

1.4.5. Bagi Responden

Responden diharapkan dapat mengetahui defenisi dari tumbuh kembang,

prinsip dan aspek-aspek pertumbuhan anak. Responden juga diharapkan

mengetahui tahap pertumbuhan anak prasekolah, dan faktor-faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan anak usia 5-6 tahun.

1.4.6. Bagi Puskesmas

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dalam meningkatkan

kinerja suatu program pelayanan kesehatan khusus pelayanan kesehatan

anak pra sekolah (Apras 5-6 tahun).

Anda mungkin juga menyukai