Anda di halaman 1dari 11

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI

TUMBUH KEMBANG DENGAN PERKEMBANGAN ANAK BALITA


USIA 12-36 BULAN

SKRIPSI

Oleh
RINA SARI
152201201

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2021
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI
TUMBUH KEMBANG DENGAN PERKEMBANGAN ANAK BALITA
USIA 12-36 BULAN

SKRIPSI

Oleh
RINA SARI
152201201

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa balita atau yang biasa disebut golden periode merupakan masa

kehidupan yang sangat penting dan perlu mendapat banyak perhatian. Pada masa

tersebut, individu mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, bahkan

disebut sebagai lompatan perkembangan. Usia tersebut merupakan fase perubahan

berupa pertumbuhan, perkembangan, pematangan, dan penyempurnaan, baik dari

segi jasmani maupun rohaninya yang berlangsung selamanya, bertahap, dan

berkesinambungan (Khairi, 2018).

Pertumbuhan adalah bertambahnya jumlah dan ukuran sel dan jaringan

intraseluler, sehingga terdapat penambahan ukuran fisik dan struktur tubuh.

Sedangkan perkembangan adalah bertambahnya fungsi tubuh yang lebih

kompleks sehingga anak akan mempunyai kemampuan motorik halus, motorik

kasar, berbicara, berbahasa, bersosialisasi, dan kemandirian (Kementerian

Kesehatan RI, 2014). Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan

perkembangan yang paling pesat pada otak manusia. Pada masa ini, otak balita

bersifat statis dibandingkan pada usia dewasa sehingga balita menjadi sangat peka

dan terbuka dalam menerima berbagai macam informasi yang diperoleh, baik

yang bersifat positif maupun negatif. Sehingga pada usia tersebut, orang tua harus

memberikan pengajaran yang bersifat positif dan membangun (Hanifah &

Riawati, 2018).
Proses tumbuh kembang pada balita berlangsung dengan sangat cepat.

Pertumbuhan dan perkembangan ini dapat dikelompokkan berdasarkan usia balita.

Pada masa bayi (0-1 tahun), perkembangan anak akan sejalan dengan

pertumbuhan, khususnya dalam perkembangan fungsi sarat saraf. Pada usia 1-2

tahun, laju pertumbuhan berkurang, namun terdapat percepatan pada

perkembangan motorik. Pada tahap selanjutnya (3-5 tahun), masih terjadi

peningkatan pertumbuhan dan perkembangan, khususnya pada aktivitas fisik dan

kemampuan kognitif (Ina & Septiani, 2020). Pertumbuhan dan perkembangan

adalah proses yang sangat berbeda, keduanya tidak dapat berdiri sendiri akan

tetapi saling berkaitan satu sama lain. Pertumbuhan dan perkembangan

mengalami peningkatan yang sangat pesat pada tahun pertama kehidupan

sehingga alangkah baiknya anak mulai diarahkan (Izah, Bakhar, & Andari, 2018).

Kekurangan gizi pada balita dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan

yang dapat berdampak pada gangguan perkembangan anak (Junaidi, 2017).

Berdasarkan hasil RISKESDAS (2018) menunjukkan prevalensi nasional anak

balita yang mengalami status gizi kurang berdasarkan indeks BB/U sebanyak

17,7%. Sedangkan prevalensi balita di Kabupaten Kapuas Kalimantan Tengah

yang mengalami status gizi kurang berdasarkan BB/U sebanyak 20,33%.

Permasalahan gizi kurang pada balita dapat berdampak pada keterbatasan

pertumbuhan, kerentanan terhadap infeksi, dan dapat menghambat perkembangan

anak (Indriati & Kresti, 2016)

Gangguan tumbuh kembang balita dapat dicegah diantaranya dengan

pemberian stimulasi tumbuh kembang balita secara dini dan terus-menerus sesuai
dengan tahapan usianya. Stimulasi tumbuh kembang pada anak balita merupakan

kegiatan merangsang kemampuan dasar anak agar anak tumbuh kembang secara

optimal. Setiap anak perlu mendapat stimulasi rutin sedini mungkin dan terus

menerus pada setiap kesempatan. Kemampuan dasar anak yang dirangsang

dengan stimulasi terarah adalah kemampuan gerak kasar, kemampuan gerak

motorik halus, kemampuan bicara dan bahasa serta kemampuan sosialisasi dan

kemandirian (Ina & Septiani, 2020).

Stimulasi tumbuhkembang dapat diberikan oleh ibu, ayah atau keluarga

yang berinteraksi secara intensif dengan anak (Muflikhah, 2019). Pemberian

stimulus dapat dengan cara latihan dan bermain. Anak yang mendapat sitimulus

terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan anak yang kurang

mendapatkan stimulus (Yousafzai et al., 2016).

Ibu merupakan orang yang paling dekat dengan anak yang memberikan

pengasuhan. Ibu harus dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang cukup

untuk melakukan stimulasi tumbuh kembang anak (Destiana, Yani, & Yanuarini,

2017). Pengetahuan ibu tentang perkembangan anak sangatlah berpengaruh pada

sikap dan perilaku ibu untuk lebih berinteraksi dengan anak serta memberikan

stimulasi dini yang tepat sehingga secara tidak langsung akan berpengaruh pada

perkembangan anak. Ibu yang memiliki pengetahuan tentang perkembangan anak

cenderung akan menciptakan lingkungan yang sesuai untuk munculnya

kemampuan anak (Indrayani, Legiati, & Hidayanti, 2019).

Penelitian sebelumnya menunjukkan tingkat pengetahuan ibu

mengenai stimulasi dan perkembangan anak berhubungan dengan perkembangan


anak. Ibu yang memiliki tingkat pengetahuan baik berhubungan dengan

perkembangan anak yang sesuai umur (Alfiyah & Nafiah, 2016). Firdaus, Ichsan,

& Med (2018) menyebutkan ibu dengan tingkat pengetahuan tentang stimulasi

perkembangan anak tinggi 6,96 kali lebih mungkin mendapati balita mereka

dengan perkembangan sosial normal. Sementara ibu dengan tingkat pendidikan

tinggi 7,42 kali lebih mungkin mendapati balita mereka dengan perkembangan

sosial normal. Hasil penelitian serupa juga ditunjukkan pada penelitian

Sukmawati (2017) yang menunjukkan bahwa ada hubungan pengetahuan ibu

tentang stimulasi tumbuh kembang dengan perkembangan batita.

Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan di Posyandu Pelita pada

tanggal 10 oktober 2021, yang mengambil sampel terhadap 10 ibu yang memiliki

balita. Dan didapat hasil 7 dari 10 ibu yang masih belum mengetahui tentang

stimulasi tumbuh kembang dengan perkembangan anak balita. Sehingga penting

sekali memberikan edukasi pentingnya pengtahuan ibu tentang tumbuh kembang

dan perkembangan balita, pertumbuhan dan perkembangan anak sangat di

pengaruhi oleh pengetahuan ibu.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai hubungan pengetahuan ibu tentang stimulasi

tumbuh kembang dengan perkembangan anak balita usia 12-36 bulan di Wilayah

Kerja Posyandu Pelita.


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, adapun masalah yang akan dikaji pada

penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan pengetahuan ibu tentang stimulasi

tumbuh kembang dengan perkembangan anak balita usia 12-36 bulan di Wilayah

Kerja Posyandu Pelita?”

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang stimulasi tumbuh

kembang dengan perkembangan anak balita usia 12-36 bulan di Wilayah

Kerja Posyandu Pelita..

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengetahuan ibu tentang stimulasi tumbuh kembang di

Wilayah Kerja Posyandu Pelita

b. Mengetahui perkembangan balita usia 12-36 bulan di Wilayah Kerja

Posyandu Pelita

c. Menganalisis hubungan pengetahuan ibu tentang stimulasi tumbuh

kembang dengan perkembangan anak balita usia 12-36 bulan di

Wilayah Kerja Posyandu Pelita

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam memberikan

sumbangan ilmiah atau referensi dalam peningkatan pengetahuan ibu

tentang stimulasi anak.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Tenaga Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk tenaga

kesehatan dalam upaya meningkatan pengetahuan ibu tentang

stimulasi tumbuh kembang anak.

b. Bagi Orang tua

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

mengenai pentingnya stimulasi tumbuh kembang anak bagi orang

tua.
DAFTAR PUSTAKA

Alfiyah, N., & Nafiah, U. (2016). Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang

stimulasi dengan perkembangan anak usia 0-24 bulan di desa Triguno

Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati. Jurnal Ilmu Kebidanan dan

Kesehatan. Journal of Midwifery Science and Health, 7(2).

Destiana, R., Yani, E. R., & Yanuarini, T. A. (2017). Kemampuan ibu melakukan

stimulasi untuk perkembangan bayi usia 3-6 bulan di wilayah kerja

puskesmas puhjarak. Jurnal Ilmu Kesehatan, 6(1), 56–65.

Firdaus, N. D., Ichsan, B., & Med, M. (2018). Hubungan Tingkat Pendapatan

Keluarga, Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Stimulasi Perkembangan Anak,

dan Tingkat Pendidikan Ibu Dengan Perkembangan Sosial Anak Balita di

Kota Madiun. In Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Hanifah, L., & Riawati, D. (2018). Hubungan Status Gizi dengan Perkembangan

Anak Usia 3–5 tahun di Posyandu Tawangsari Mojosongo Jebres Surakarta.

Jurnal Kebidanan Harapan Ibu Pekalongan, 4, 136–140.

Ina, A. A., & Septiani, B. N. (2020). Stimulasi tumbuh kembang pada anak usia

pra sekolah. Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat MEMBANGUN NEGERI,

4(1), 18–23.

Indrayani, D., Legiati, T., & Hidayanti, D. (2019). Kelas Ibu Balita Meningkatkan

Pengetahuan dan Keterampilan Ibu dalam Stimulasi Tumbuh Kembang.

Jurnal Kesehatan Prima, 13(2), 115–121.

Indriati, R., & Kresti, Y. (2016). Hubungan Status Gizi dengan Perkembangan

Anak Usia 1-5 Tahun di Posyandu Desa Srinoboyo Kabupaten Wonogiri.


Kosala, 4(1), 47–55.

Izah, N., Bakhar, M., & Andari, I. D. (2018). Pengaruh penggunaan aplikasi

stimulasi tumbuh kembang terhadap pengetahuan ibu dan pertumbuhan balita

umur 9–24 bulan. Siklus: Journal Research Midwifery Politeknik Tegal, 7(2),

328–331.

Junaidi. (2017). Pengaruh kecukupan zat gizi dan stimulasi pola asuh terhadap

kesehatan intelegensi pada anak baduta. AcTion: Aceh Nutrition Journal,

2(1), 55–60.

Kementerian Kesehatan RI. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 66 Tahun 2014 tentang Permantauan Pertumbuhan,

Perkembangan, dan Gangguan Tumbuh Kembang Anak. Jakarta.

Khairi, H. (2018). Karakteristik perkembangan anak usia dini dari 0-6 tahun.

Jurnal Warna, 2(2), 15–28.

Muflikhah, K. (2019). Optimalisasi tumbuh kembang balita di desa karangklesem

melalui peningkatan kemampuan ibu dalam melakukan stimulasi tumbuh

kembang sesuai umur secara mandiri. Prosiding, 8(1).

RISKESDAS. (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Kementerian RI Tahun 2018.

Sukmawati, P. (2017). HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG

STIMULASI TUMBUH KEMBANG DENGAN PERKEMBANGAN BATITA

USIA 12-36 BULAN DI POSYANDU KELURAHAN WUA-WUA

PUSKESMAS WUA-WUA KOTA KENDARI (Doctoral dissertation, ).

Skripsi. Poltekkes Kemenkes Kendari.


Yousafzai, A. K., Obradović, J., Rasheed, M. A., Rizvi, A., Portilla, X. A.,

Tirado-Strayer, N., & Memon, U. (2016). Effects of responsive stimulation

and nutrition interventions on children’s development and growth at age 4

years in a disadvantaged population in Pakistan: a longitudinal follow-up of a

cluster-randomised factorial effectiveness trial. The Lancet Global Health,

4(8), e548–e558.

Anda mungkin juga menyukai