Anda di halaman 1dari 10

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN


POSYANDU DUSUN MLANGI
KABUPATEN SLEMAN

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh:
Nila Eriza Sativa
1610104275

PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS `AISYIYAH
YOGYAKARTA
2017
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN
POSYANDU DUSUN MLANGI
KABUPATEN SLEMAN

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar


Sarjana Sains Terapan Pada Program Studi Bidan Pendidik
Jenjang DIV Fakultas Ilmu Kesehatan
di Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta

Disusun oleh:
Nila Eriza Sativa
1610104275

PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS `AISYIYAH
YOGYAKARTA
2017
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN
POSYANDU DUSUN MLANGI
KABUPATEN SLEMAN
Nila Eriza Sativa, Kharisah Diniyah, S.ST., MMR
Email : wizardlove118@gmail.com

Latar Belakang : Upaya untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian anak
balita adalah dengan melakukan pemeliharaan kesehatan. Kegiatan posyandu bermanfaat
untuk monitoring tumbuh kembang dan status gizi serta deteksi dini terhadap kelainan dan
status kesehatan balita. Metode : Desain penelitian ini deskriptif korelasi dengan pendekatan
cross sectional. Populasi penelitian ini 96 ibu balita di Posyandu Dusun Mlangi Kabupaten
Sleman. Pengambilan sampel menggunakan teknik proportional random sampling dengan
sampel 77 responden. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Analisis univariat
menggunakan uji distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel. Analisis bivariat
menggunakan uji korelasi chi square. Hasil : Pendidikan ibu mayoritas tinggi sebanyak 44
orang (57,1%), mayoritas ibu bekerja sebanyak 50 orang (64,9%), mayoritas pengetahuan
baik dan kurang tentang posyandu sebanyak 26 orang (33,8%), ibu balita mengatakan kader
berperan aktif sebanyak 53 orang (68,8%), mayoritas ibu aktif ke posyandu sebanyak 41
orang (53,2%), mayoritas ibu memiliki sosial ekonomi tinggi sebanyak 41 orang (51,9%).
Pekerjaan, pengetahuan, peran kader, dan sosial ekonomi terbukti berhubungan dengan
keaktifan, sedangkan pendidikan tidak berhubungan dengan keaktifan, dengan nilai p value ≤
0,05. Kesimpulan : Ada hubungan antara pekerjaan, pengetahuan, peran kader, dan sosial
ekonomi dengan keaktifan. Tidak ada hubungan antara pendidikan dengan keaktifan.

PENDAHULUAN menyeluruh dan terpadu (Syahrir, dkk,


Salah satu upaya untuk 2013).
mengurangi angka kesakitan dan Posyandu sebagai salah satu
kematian anak balita adalah dengan pelayanan kesehatan berfungsi
melakukan pemeliharaan memudahkan masyarakat dalam
kesehatannya. Pemeliharaan kesehatan mengetahui atau memeriksakan
anak balita dititik beratkan kepada kesehatan terutama untuk ibu hamil
upaya pencegahan peningkatan dan anak balita agar terwujud keluarga
kesehatan dan pada pengobatan dan kecilbahagia dan sejahtera dengan
rehabilitasi. Pelayanan kesehatan anak berbagai program-program kesehatan
balita ini dapat dilakukan di sehingga posyandu menjadi wadah
puskesmas, puskesmas pembantu, titik temu antara pelayanan
polindes terutama di posyandu.Saat ini profesional dari petugas kesehatan dan
posyandu kegiatan yang penting. peran serta masyarakat dalam
Pemerintah Indonesia dengan menanggulangi masalah kesehatan
kebijakan Kepmenkes mengupayakan masyarakat (Utami, dkk, 2014).
untuk mengaktifkan kembali kegiatan Efektifitas posyandu erat sekali
di posyandu, karena posyandu kaitannya dengan partisipasi ibu
merupakan tempat yang paling cocok balita.Partisipasi tersebut dapat berupa
untuk memberikan pelayanan partisipasi dalam bentuk tenaga,
kesehatan pada balita secara pikiran maupun dalam bentuk
dukungan materi. Kegiatan posyandu bulan dan 24-35 bulan (UNICEF,
dikatakan meningkat jika peran aktif 2012).
ibu balita atau peran serta masyarakat Organisasi Kesehatan Dunia /
semakin tinggi yang terwujud dalam WHO menyebutkan bahwa Indonesia
cakupan program kesehatan seperti tergolong negara dengan status
imunisasi, pemantauan tumbuh kekurangan gizi yang tinggi karena
kembang balita, pemeriksaan ibu masih tingginya angka wasting dan
hamil, dan KB yang meningkat. stunting pada tahun 2103 yaitu 13.5%
Keaktifan ibu pada setiap kegiatan untuk wasting dan 36,4% untuk
posyandu tentu akan berpengaruh stunting (WHO, 2014).
pada keadaan status gizi anak Sebagaimana kita ketahui
balitanya. Karena salah satu tujuan bahwa salah satu sasaran Rencana
posyandu adalah memantau Pembangunan Jangka Menengah
peningkatan status gizi masyarakat Nasional (RPJMN) di tahun 2015-
terutama anak balita dan ibu 2019 dan sasaran Pembangunan
hamil.Agar tercapai itu semua maka Berkelanjutan (SDGs 2030) adalah
ibu yang memiliki anak balita prevalensi kekurangan gizi
hendaknya aktif dalam kegiatan (underweight) pada anak balita 19,6%
posyandu agar status gizi balitanya pada tahun 2013 menjadi 17% di
terpantau (Risqi, 2013). tahun 2019. Strategi utama untuk
Keteraturan ibu dalam menurunkan prevalensi gizi kurang
mengunjungi Posyandu dan adalah meningkatkan kegiatan
menimbangkan balitanya ke Posyandu pencegahan melalui pemantauan
akan sangat bermanfaat sebagai pertumbuhan anak di Posyandu
monitoring tumbuh kembang dan (Menkes RI 2012).
status gizi balita serta deteksi dini Instruksi Presiden Nomer 3
terhadap kelainan tumbuh kembang tahun 2010 dan Renstra Kementrian
dan status kesehatan balita sehingga Kesehatan 2015-2019 telah ditetapkan
dapat segera ditentukan intervensi bahwa tahun 2019 sekurangnya 80%
lebih lanjut. Berkaitan dengan hal anak ditimbang secara teratur di
tersebut, maka perlu bagi tenaga posyandu. Pencapaian kegiatan
kesehatan khususnya bidan untuk pemantauan pertumbuhan pada tahun
mengkaji dan memberikan intervensi 2011 adalah 71,4% dan beberapa
yang sesuai dalam rangka provinsi telah mencapai diatas 80%,
menciptakan lingkungan yang sedangkan disebagian provinsi lainnya
kondusif bagi ibu dalam masih rendah (Menkes RI 2012).
meningkatkan kunjungan ibu ke Presentase partisipasi ibu akan
Posyandu (Astuti dan Rivqoh, 2010). kegiatan posyandu dapat dilihat dari
Berdasarkan data UNICEF data cakupan kunjungan balita dua
menunjukkan pada tahun 2012 Posyandu Dusun Mlangi pada Bulan
diperkirakan 25% atau 162 juta anak- November 2016 adalah 55,2%.
anak diseluruh dunia mengalami Posyandu Dusun Mlangi memiliki
malnutrisi, sedangkan di Indonesia cakupan dibawah target 80 %.
terdapat 36% balita yang mengalami Kesenjangan antara angka
malnutrisi.Gizi kurang merupakan pencapaian partisipasi masyarakat
salah satu masalah gizi utama pada atau ketidakteraturan ibu dalam
balita di Indonesia. Prevalensi gizi melakukan kunjungan bulanan ke
kurang dan gizi buruk mulai Posyandu dengan target pada
meningkat pada usia 6-11 bulan dan Posyandu dimungkinkan oleh
mencapai puncaknya pada usia 12-23 beberapa faktor. Pengetahuan
merupakan domain yang sangat pendidikan, pekerjaan, peran kader, dan sosial
penting untuk terbentuknya tindakan ekonomi) dan variabel dependen (keaktifan
seseorang (overt behavior). Perilaku kunjungan ibu ke posyandu)posyandu di
yang dilakukan dengan berdasarkan Dusun Mlangi Kabupaten Sleman. Pendekatan
pada pengetahuan akan bertahan lebih yang digunakan adalah cross sectional yaitu
variabel sebab atau risiko dan akibat atau
lama dan kemungkinan menjadi
kasus yang terjadi pada objek penelitian diukur
perilaku yang melekat pada seseorang atau dikumpulkan secara simultan (dalam
dibandingkan jika tidak berdasarkan waktu yang bersama) (Notoatmodjo, 2010).
pengetahuan. Pengetahuan yang baik Sampel dalam penelitian ini adalah
diharapkan dapat mempengaruhi 77 orang di ambil dari 2 Posyandu secara
partisipasi ibu dalam membawa Proportional Random Sampling yaitu
anaknya ke posyandu (Notoatmodjo, pengambilan sampel dari masing-masing
2010). posyandu dilakukan berdasarkan
Pendidikan orang tua pertimbangan/proporsional (Notoadmodjo,
merupakan salah satu faktor yang 2011). Sampel dari posyandu I adalah 58
penting dalam kegiatan posyandu, orang dan posyandu II adalah 19 orang.
karena dengan pendidikan yang baik, Setiap sampel diambil dengan accidental.
orang tua dapat menerima segala
informasi dari luar terutama tentang HASIL PENELITIAN
kesehatan anak atau dalam keaktifan 1. Analisis Univariat
membawa balitanya ke Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi
posyandu.Pekerjaan mempunyai Berdasarkan Pendidikan, Pekerjaan,
peranan penting karena merupakan Pengetahuan, Peran Kader, Sosial
sumber pendapatan. Seorang ibu yang Ekonomi, Keaktifan Ibu Balita di
bekerja dapat menunjang Posyandu Dusun Mlangi Kabupaten
kehidupannya dan keluarga. Ibu yang Sleman
mempunyai pekerjaan dengan waktu
yang cukup padat akan mempengaruhi No. Karakteristik Frekuensi Presentase
partisipasi dalam kegiatan (%)
Posyandu.Peran kader sangat penting 1. Pendidikan
karena kader merupakan Rendah 33 42,9
penyelenggara utama dalam kegiatan Tinggi 44 57,1
posyandu. Keikutsertaan kader dalam 2. Pekerjaan
Bekerja 50 64,9
pelaksanaan kegiatan posyandu
Tidak Bekerja 27 35,1
diharapkan meningkatkan partisipasi 3. Pengetahuan
masyarakat untuk membawa balitanya Kurang 26 33,8
dalam kegiatan posyandu. Cukup 25 32,5
Berdasarkan latar belakang Baik 26 33,8
masalah tersebut mendorong peneliti 4. Peran Kader
tertarik untuk melakukan penelitian Tidak Aktif 24 31,2
dengan judul faktor-faktor yang Aktif 53 68,8
berhubungan dengan keaktifan ibu balita 5. Sosial
dalam kegiatan posyandu di Dusun Mlangi Ekonomi 37 48,1
Kabupaten Sleman Rendah 40 51,9
6. Tinggi
METODE PENELITIAN
Keaktifan 36 46,8
Penelitian ini adalah deskriptif
Ibu Balita 41 53,2
korelasi, yaitu suatu desain yang digunakan
Tidak Aktif
untuk menjelaskan atau mengungkapkan
Aktif
hubungan korelasi antar variabel. Penelitian ini
dilakukan untuk menganalisis korelasi antara
variabel independen (faktor pengetahuan, Sumber: Data Primer, 2017
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui Kader, dengan Keaktifan Ibu Balita
bahwa dari 77 responden ibu balita di dalam Kegiatan Posyandu Dusun
Posyandu Dusun Mlangi Kabupaten Mlangi Kabupaten Sleman
Sleman, lebih banyak memiliki pendidikan
tinggi (SMA, Perguruan Tinggi) yaitu Sumber: Data Primer, 2017
sejumlah 44 orang (57,1%), sedangkan Berdasarkan tabel 4.2, dapat diketahui
untuk pendidikan rendah sejumlah 33 bahwa ibu dengan pengetahuan yang baik
orang (42,9%).Berdasarkan pekerjaan lebih aktif dalam kegiatan posyandu
dapat diketahui bahwa dari 77 responden sejumlah 22 orang (84,6%) lebih besar
ibu balita di Posyandu Dusun Mlangi dibandingkan dengan ibu yang
Kabupaten Sleman, lebih banyak ibu yang pengetahuan cukup sejumlah 19 orang
bekerja yaitu sejumlah 50 orang (64,9%), (76,0%) dan pengetahuan kurang sejumlah
sedangkan ibu yang tidak bekerja sejumlah 0 orang (00,0%). Ini menunjukkan
27 orang (35,1%). bahwaibu yang memiliki pengetahuan baik
Berdasarkan pengetahuan dapat
Tidak Aktif Total P-
diketahui bahwa pengetahuan ibu balita No. Karakteristik Aktif Value
tentang posyandu balita di Posyandu f % f % f %
Dusun Mlangi Kabupaten Sleman, paling 1. Pendidikan
sedikit dalam kategori cukup, yaitu Rendah 19 57,6 14 42,4 33 100 0,099
sejumlah 25 orang (32,5%), sedangkan Tinggi 17 38,6 27 61,4 44 100
untuk tingkat pengetahuan baik sebanyak Jumlah 36 46,8 41 53,2 77 100
2. Pekerjaan
26 orang (33,8%) dan untuk tingkat Tidak Bekerja 12 24,0 38 76,0 50 100 0,000
pengetahuan kurang sama dengan Bekerja 24 88,9 3 11,1 27 100
pengetahuan baik sebanyak 26 orang Jumlah 36 46,8 41 53,2 77 100
(33,8%).Berdasarkan kader posyandu 3. Pengetahuan
dapat diketahui bahwa di Posyandu Kurang 26 100, 0 0 26 100 0,000
Cukup 6 0 19 76,0 25 100
Dusun Mlangi Kabupaten Sleman lebih Baik 4 24,0 22 84,6 26 100
banyak yang memiliki peran aktif dalam Jumlah 36 15,4 41 53,2 77 100
melaksanakan kegiatan Posyandu yaitu 4. Peran Kader 46,8
sejumlah 53 orang (68,8%), sedangkan Tidak Aktif 17 7 29,2 24 100 0,004
peran tidak aktif 24 orang (31,2%). Aktif 19 70,8 34 64,2 53 100
Jumlah 36 35,8 41 53,2 77 100
Berdasarkan sosial ekonomi 5. Sosial 46,8
dapat diketahui bahwa di Posyandu Ekonomi 36 1 2,7 24 100 0,000
Dusun Mlangi Kabupaten Sleman, lebih Rendah 0 97,3 40 100, 53 100
banyak yang memiliki sosial ekonomi Tinggi 36 00,0 41 0 77 100
tinggi yaitu sejumlah 40 orang (51,9%), Jumlah 46,8 53,2
sedangkan yang memiliki sosial ekonomi
rendah sejumlah 37 orang lebih aktif dalam kegiatan posyandu
(48,1%).Berdasarkan keaktifan dapat dibandingkan ibu yang memiliki
diketahui bahwa sebagian besar ibu balita pengetahuan cukup atau
di Posyandu Dusun Mlangi Kabupaten kurang.Berdasarkan uji Chi Square, pada
Sleman aktif dalam kegiatan Posyandu, bagian pearson chi-square terlihat nilai P
yaitu sejumlah 41 orang (53,2%), Value 0,000. Karena nilaiP Value 0,000 <
sedangkan ibu yang tidak aktif sejumlah 0,05maka dapat disimpulkan terdapat
36 orang (46,8%). hubungan yang signifikan antara
2. Analisis Bivariat pengetahuan dengan keaktifan ibu balita
Tabel 4.2 Hubungan Pendidikan, dalam kegiatan Posyandu di Posyandu
Pekerjaan, Pengetahuan, Peran Dusun Mlangi Kabupaten Sleman.
Berdasarkan tabel 4.2, dapat
diketahui bahwa ibu dengan pendidikan
tinggi (SMA dan PT) aktif dalam kegiatan Posyandu di Posyandu Dusun Mlangi
posyandu sejumlah 27 orang (61,4%) lebih Kabupaten Sleman.
besar dibandingkan dengan ibu dengan Berdasarkan tabel 4.2, dapat
pendidikan rendah (tidak sekolah, SD dan diketahui bahwa status ekonomi tinggi
SMP) sejumlah 14 orang (42,4%). Ini mempengaruhi keaktifan ibu dalam
menunjukkan bahwaibu yang memiliki kegiatan posyandu sejumlah 40 orang
pendidikan tinggi lebih aktif dalam (100,0%) lebih besar dibandingkan sosial
kegiatan posyandu dibandingkan ibu yang ekonomi rendah 1 orang (2,7%). Ini
memiliki pendidikan rendah.Berdasarkan menunjukkan bahwasosial ekonomi tinggi
uji Chi Square, pada bagian pearson chi- mempengaruhi ibu untuk aktif ke
square terlihat nilai P Value 0,099 (χ²). posyandu dibandingkan sosial ekonomi
Karena nilai P Value 0,099 > 0,05 maka rendah.Berdasarkan uji Chi Square, pada
dapat disimpulkan tidak ada hubungan bagian pearson chi-square terlihat nilai P
yang signifikan antara pendidikan dengan Value 0,000 (χ²). Karena nilaiP Value
keaktifan ibu balita dalam kegiatan 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan
Posyandu di Posyandu Dusun Mlangi terdapat hubungan yang signifikan antara
Kabupaten Sleman. sosial ekonomi dengan keaktifan ibu balita
Berdasarkan tabel 4.2, dapat dalam kegiatan Posyandu di Posyandu
diketahui bahwa ibu yang tidak bekerja Dusun Mlangi Kabupaten Sleman.
lebih aktif dalam kegiatan posyandu
sejumlah 38 orang (76,0%) lebih besar PEMBAHASAN
dibandingkan dengan ibu yang bekerja
sejumlah 3 orang (11,1%). Ini 1. Hubungan faktor pendidikan dengan
menunjukkan bahwaibu yang tidak bekerja keaktifan ibu dalam kegiatan posyandu
lebih aktif dalam kegiatan posyandu di Dususn Mlangi Kabupaten Sleman
dibandingkan ibu yang Berdasarkan uji Chi Square, pada
bekerja.Berdasarkan uji Chi Square, pada bagian pearson chi-square terlihat nilai
bagian pearson chi-square terlihat nilai P P Value 0,099 (χ²). Karena nilai P
Value 0,000 (χ²). Karena nilaiP Value Value 0,099 > 0,05 maka dapat
0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan disimpulkan tidak ada hubungan yang
terdapat hubungan yang signifikan antara signifikan antara pendidikan dengan
pekerjaan dengan keaktifan ibu balita keaktifan ibu balita dalam kegiatan
dalam kegiatan Posyandu di Posyandu Posyandu di Posyandu Dusun Mlangi
Dusun Mlangi Kabupaten Sleman. Kabupaten Sleman.
Berdasarkan tabel 4.2, dapat Dapat disimpulkan bahwa
diketahui bahwa peran kader aktif pendidikan tidak berhubungan dengan
mempengaruhi keaktifan ibu dalam keaktifan ibu dalam kegiatan posyandu.
kegiatan posyandu sejumlah 34 orang Namun, yang mempengaruhi keaktifan
(64,2%) lebih besar dibandingkan kader ibu dalam kegiatan posyandu tersebut
yang tidak aktif 7 orang (29,2%). Ini bukanlah dari sudut pandang
menunjukkan bahwaperan kader aktif pendidikan melainkan pemberian
mempengaruhi ibu untuk aktif ke informasi dari tenaga kesehatan.
posyandu dibandingkan peran kader yang 2. Hubungan faktor pekerjaan dengan
tidak aktif.Berdasarkan uji Chi Square, keaktifan ibu dalam kegiatan posyandu
pada bagian pearson chi-square terlihat di Dususn Mlangi Kabupaten Sleman
nilai P Value 0,004 (χ²). Karena nilaiP Berdasarkan uji Chi Square, pada
Value 0,004 < 0,05 maka dapat bagian pearson chi-square terlihat nilai
disimpulkan terdapat hubungan yang P Value 0,000 (χ²). Karena nilaiP
signifikan antara peran kader dengan Value 0,000 < 0,05 maka dapat
keaktifan ibu balita dalam kegiatan disimpulkan terdapat hubungan yang
signifikan antara pekerjaan dengan posyandu adalah faktor penguat
keaktifan ibu balita dalam kegiatan (reinforcing factors) dalam hal ini
Posyandu di Posyandu Dusun Mlangi adalah dari tokoh yaitu kader posyandu.
Kabupaten Sleman. Kader adalah warga masyarakat
Hal ini sesuai dengan pernyataan setempat yang terpilih atau ditunjuk
dari Ismawati (2010), faktor pekerjaan oleh masyarakat, dengan kata lain kader
ibu balita merupakan salah satu faktor kesehatan merupakan wakil dari warga
penghambat ibu balita memanfaatkan setempat yang membantu masyarakat
penimbangan balita di Posyandu. Ibu dalam masalah kesehatan agar
yang bekerja tidak membawa anaknya diperoleh kesesuaian antara fasilitas
ke posyandu kemungkinan karena pelayanan dan kebutuhan masyarakat
posyandu diselenggarakan pada hari yang bersangkutan.
kerja dan jam kerja. .
3. Hubungan faktor pengetahuan dengan 5. Hubungan faktor sosial ekonomi
keaktifan ibu dalam kegiatan posyandu dengan keaktifan ibu dalam kegiatan
di Dususn Mlangi Kabupaten Sleman posyandu di Dusun Mlangi Kabupaten
Berdasarkan uji Chi Square, pada Sleman
bagian pearson chi-square terlihat nilai Berdasarkan uji Chi Square, pada
P Value 0,000 (χ²). Karena nilaiP bagian pearson chi-square terlihat nilai
Value 0,000 < 0,05 maka dapat P Value 0,000 (χ²). Karena nilaiP
disimpulkan terdapat hubungan yang Value 0,000 < 0,05 maka dapat
signifikan antara pengetahuan dengan disimpulkan terdapat hubungan yang
keaktifan ibu balita dalam kegiatan signifikan antara sosial ekonomi dengan
Posyandu di Posyandu Dusun Mlangi keaktifan ibu balita dalam kegiatan
Kabupaten Sleman. Posyandu di Posyandu Dusun Mlangi
Hal ini sesuai dengan pernyataan Kabupaten Sleman.
dari Notoatmodjo (2010) bahwa salah Tingkat kemampuan seseorang
satu faktor yang mempengaruhi untuk memenuhi kebutuhan sosial
perilaku seseorang adalah pengetahuan, ekonomi mempengaruhi tingkat
karena dengan pengetahuan maka akan pengetahuan dan perilaku seseorang
menghasilkan perubahan atau dibidang kesehatan, sehubungan dengan
peningkatan pengetahuan.Semakin baik kesempatan memperoleh informasi
tingkat pengetahuan maka wawasan karena adanya fasilitas atau media
atau informasi tentang posyandu juga informasi (Azwar, 2007). Menurut
baik dan ibu juga lebih aktif dalam Soekanto (2007), bahwa semakin tinggi
kegiatan posyandu. tingkat pendapatan manusia maka
4. Hubungan faktor peran kader dengan semakin tinggi keinginan manusia
keaktifan ibu dalam kegiatan posyandu untuk dapat memperoleh informasi
di Dusun Mlangi Kabupaten Sleman melalui media yang lebih tinggi.
Berdasarkan uji Chi Square, pada PENUTUP
bagian pearson chi-square terlihat nilai A. Simpulan
P Value 0,004 (χ²). Karena nilaiP 1. Sebagian besarresponden mempunyai
Value 0,004 < 0,05 maka dapat pengetahuan baik dan kurang tentang
disimpulkan terdapat hubungan yang posyandu yaitu sebanyak 26 orang
signifikan antara peran kader dengan (33,8%).
keaktifan ibu balita dalam kegiatan 2. Sebagian besarresponden mempunyai
Posyandu di Posyandu Dusun Mlangi tingkat pendidikan tinggiyaitu sebanyak
Kabupaten Sleman. 44orang (57,1%).
Notoatmodjo (2010) bahwa faktor
yang mempengaruhi keaktifan ibu ke
3. Sebagian besar responden adalah DAFTAR PUSTAKA
bekerja yaitu sebanyak 50orang Azwar, S. (2007). Metode
(64,9%). Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
4. Sebagian besarresponden menyatakan Ismawati, C. 2010. Posyandu dan
bahwa kader berperan aktif yaitu Desa Siaga Panduan untuk Bidan dan
sebanyak 53orang (68,8%). Kader. Yogyakarta: Nuha Medika.
5. Sebagian besarresponden memiliki Kartono. (2008). Pemimpin dan
sosial ekonomi tinggi yaitu sebanyak Kepemimpinan. PT. Rajagrafindo
41orang (51,9%). Persada,. Jakarta.
6. Sebagian besar responden aktif ke Notoatmodjo, S. (2010). Promosi
posyandu yaitu sebanyak 41orang Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:
(53,2%). Rineka Cipta.
7. Tidak ada hubungan antara pendidikan ------------------. (2011). Metodologi
dengan keaktifan ibu dalam kegiatan Penelitian Kesehatan. Jakarta :Rineka
posyandu di Posyandu Dusun Mlangi Cipta.
Kabupaten Sleman.
8. Ada hubungan antara pekerjaan dengan
keaktifan ibu dalam kegiatan posyandu
di Posyandu Dusun Mlangi Kabupaten
Sleman.
9. Ada hubungan antara pengetahuan
dengan keaktifan ibu dalam kegiatan
posyandu di Posyandu Dusun Mlangi
Kabupaten Sleman.
10. Ada hubungan antara peran kader
dengan keaktifan ibu dalam kegiatan
posyandu di Posyandu Dusun Mlangi
Kabupaten Sleman.
11. Ada hubungan antara sosial
ekonomi dengan keaktifan ibu dalam
kegiatan posyandu di Posyandu Dusun
Mlangi Kabupaten Sleman.

B. Saran
Ibu yang mempunyai balita
hendaknya tetap aktif dalam kegiatan
posyandu yang dapat menjadikan balita
tumbuh sehat dan berkembang secara
optimal.

Anda mungkin juga menyukai